1 OPTIMALISASI FORMULASI PAKAN TERNAK TERHADAP AYAM PEDAGING DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING Romada Andi Nugraha, 30407758 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Indusri, Universitas Gunadarma, Jakarta Pembimbing I: Ir. Farry Firman Hidayat, MSIE. Pembimbing II: Ina Siti Hasanah, ST., MT. Abstract Breeding of broiler chicken and determination of feed (ransum) is required based on amount of chicken prepared for seeding to harvest the chicken. The limitations of resources in meeting the needs of ransum to be very important to be optimized to increase revenue. By using linear programming methods in the utilization of livestock ransum. Breeders tried to minimize the cost incurred for the purchase of ration CP 510 with ransum own making without reduce the nutrients needed for growth of boiler chickens. The study was conducted on raw material requirement starter ransum in the stable phase of boiler chickens Komar. Based on the data processing performed by software WinQSB for the calculation of linear programming with variable raw material in the form of yellow maize, rice bran, soybean meal, coconut cake, meat and bone meal, wheat bran, peanut meal, and flour katuk leaves. Based on proximate analysis as a reference preparation of ransum (dry matter, crude protein, ash, crude fiber, fat, BETN, calcium, phosphorus, and energy metabolism) obtained a minimum fee of Rp. 2.763.000,- by not including soybean meal, coconut cake, wheat bran, and wheat leaf katuk. While the composition of the feed ransum CP 510, feed ingredient costs incurred amounting to Rp. 4.290.000, -. Thus occurred the feed material cost savings of Rp. 1,527,000, Keywords: Chicken Broiler, Linear programming, cost minimization, Nutrition, Ransum Abstrtaksi Pemeliharaan ayam broiler dan penentuan pakan (ransum) yang dibutuhkan berdasarkan jumlah ayam yang dipersiapkan untuk pembibitan hingga panen ayam. Keterbatasan sumber daya dalam memenuhi kebutuhan ransum menjadi sangat penting untuk dioptimalkan untuk meningkatkan pendapatan. Dengan menggunakan metode pemrograman linier dalam pemanfaatan ransum ternak. Peternak berusaha untuk meminimalkan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian ransum CP 510 dengan membuat ransum sendiri tanpa mengurangi nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ayam boiler. Penelitian ini dilakukan pada kebutuhan bahan baku ransum ayam boiler fase starter kandang Komar. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan software WinQSB untuk perhitungan linear programming dengan variabel bahan baku berupa jagung kuning, dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung daging dan tulang, dedak gandum, bungkil kacang tanah, dan tepung daun katuk. Berdasarkan analisis proksimat sebagai acuan penyusunan ransum (bahan kering, protein kasar, abu, serat kasar, lemak, BETN, kalsium, fosfor, dan metabolisme energi) diperoleh biaya minimum sebesar Rp. 2.763.000, - dengan tidak menyertakan bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak gandum, dan gandum daun katuk. . Sedangkan dari komposisi ransum pakan CP 510, biaya bahan pakan yang dikeluarkan sebesar Rp. 4.290.000, -. Dengan demikian terjadi penghematan biaya bahan pakan sebesar Rp. 1.527.000, Kata Kunci: Ayam Ayam Boiler, Linear programming, Minimasi biaya, Nutrisi, Ransum
PENDAHULUAN Latar Belakang Pakan ternak (ransum) menempati posisi penting pada usaha peternakan. Dalam sudut pandang ekonomi, biaya untuk pembelian ransum ternak merupakan biaya tertinggi dalam usaha peternakan, sehingga biaya tersebut harus ditekan serendah mungkin untuk memaksimalkan pendapatan. Tingginya
pertumbuhan industri ternak juga akan meningkatkan kebutuhan ransum ternak di Indonesia. Para pelaku usaha peternakan membutuhkan teknik pemberian bahan ransum yang efesien untuk menyiasati tingginya biaya dalam membeli bahan ransum. Ternak memerlukan nutrisi (karbohidrat, lemak, protein, dan lain-lain) untuk menunjang
2 hidupnya dan meningkatkan produk yang dihasilkan, seperti daging, susu, maupun telur. Kebutuhan nutrisi itu dipenuhi dari berbagai jenis bahan ransum (jagung, dedak padi, bungkil kedelai, dan lainlain) yang dicampurkan menjadi satu dalam komposisi yang tepat. CV. Cibinong Unggas Farm merupakan pelaku usaha peternakan ayam potong (broiler). Usaha peternakan ayam broiler dilakukan sejak tahun 2008. Dalam pemeliharaan ayam broiler, penentuan ransum ternak yang dibutuhkan berdasarkan jumlah ayam yang disiapkan untuk pembibitan hingga panen ayam tersebut. Perencanaan kebutuhan ransum ternak yang digunakan oleh pelaku usaha saat ini yaitu dengan analisis perkiraan kebutuhan ransum ternak. Cara ini membuat peternak tidak dapat mengoptimalkan pendapatannya. Pemberian ransum ternak yang efisien dan efektif mampu meningkatkan pendapatan pelaku usaha peternakan dengan menggunakan metode linear programming untuk pemberian ransum ternak. Metode Linear programming merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber terbatas secara optimal. Dalam memecahkan masalah linear programming menggunakan model matematis untuk menjelaskan persoalan yang dihadapi. Dengan menggunakan metode linear programming diharapkan memperoleh hasil yang optimum dari perencanaan aktivitas, yaitu suatu hasil yang terbaik diantara seluruh alternatif yang terwujud. Permasalahan Ransum merupakan campuran dari beberapa bahan ransum yang mengandung beberapa nutrient dengan cara tertentu untuk memenuhi kebutuhan zat gizi unggas yang mengkomsumsinya. Kualitas bahan ransum yang baik harus ada keseimbangan antara protein, energi, vitamin, mineral, dan air. Keterbatasan
yang dimiliki pelaku usaha peternakan terhadap sumber daya yang dimiliki dalam memenuhi kebutuhan ransum menjadi sangat penting untuk dioptimalkan dengan menggunakan metode linear programming dalam pemanfaatan ransum ternak. Metode ini berguna untuk menentukan pemberian ransum ternak kepada ayam broiler secara optimal. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi kebutuhan ransum ternak ayam broiler pada CV. Cibinong Unggas Farm. Kemudian dengan mengggunakan metode linear programming untuk memformulasikan kebutuhan ransum yang optimal diperoleh biaya yang paling ekonomis dalam pemberian ransum untuk ayam boiler sehingga dapat menyiasati tingginya biaya dalam membeli bahan ransum ternak untuk ayam boiler. Pembatasan Masalah Penelitian dilakukan di kandang KOMAR milik CV. Cibinong Unggas Farm yang menjadi pelaku usaha peternakan ayam boiler di wilayah kabupaten Bogor yang terletak di Rawa Bago RT 03/09 No.9 Desa Pasir Mukti Kecamatan Citereup. Agar permasalahan sesuai tujuan dilakukan pembatasan masalah yang meliputi: 1. Analisis terhadap pemberian ransum ternak dilakukan dengan menggunakan metode linear programming untuk pengambilan keputusan yang tepat dalam mengoptimalkan (minimasi biaya) pemberian ransum ternak dengan menyesuaikan kapasitas yang telah ditentukan. 2. Penelitian dilakukan terhadap ransum ayam boiler fase starter (usia 0 - 7 hari) menggunakan ransum CP 510 untuk ayam boiler buatan pabrik pakan ternak.
3 3. Data yang digunakan dalam penyusunan ransum berupa kandungan nutrisi bahan pakan (proksimat) mencangkup kadar air, kadar abu, protein kasar, serat kasar, lemak total, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), dan metabolisme energi (ME). 4. Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data pengamatan secara langsung yang dilakukan pada bulan juli 2011 pada lokasi kandang di desa pasir mukti dengan populasi ayam ± 4500 ekor. 5. Pengolahan data untuk formulasikan permasalahan linear programming dilakukan dengan menggunakan software WinQSB. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ayam Boiler Istilah “ayam broiler” merupakan sebutan pada ayam potong yang menghasilkan daging dalam jumlah banyak. Ayam boiler sepanjang hidupnya memiliki masa hidup cukup singkat, pertumbuhannnya tergantung pada makanan. Bila makanan yang diberikan baik (kualitas maupun kuantitas) maka akan menghasilkan hasil yang baik. Perlakuan peternak dalam cara memelihara ayam dan pemberian pakan (ransum) akan mencerminkan hasil akhir pada ayam boiler. (Amrullah, 2004). Pertumbuhan ayam boiler hingga ukuran tertentu sejalan dengan jumlah ransum yang dikomsumsinya. Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami pertumbuhan pesat pada umur 1 – 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa yang dipelihara selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan yang meliputi makanan, temperatur lingkungan, dan pemeliharaan. Pada umumnya di Indonasia ayam broiler sudah dipasarkan
pada umur 5- 6 minggu dengan berat 1,3 – 1,6 kg walaupun laju pertumbuhannya belum maksimum, karena ayam broiler yang sudah berat sulit dijual. Ayam boiler menghasilkan daging dengan jumlah banyak. Bagian-bagian tubuh ayam boiler tidak sama rasanya satu dengan lain. Bagian punggung memiliki lebih banyak tulang. Bagian betis lebih keras karena lebih berotot. Sebaliknya, bagian dada lebih lunak dan sedikit mengandung lemak. Daging ayam boiler yang dihasilkan ukurannya tergantung pada umur ayam saat dipasarkan dan jumlah makanan yang diberikan kepada ayam boiler. Karkas yang dipasarkan sekarang dijual dalam bentuk utuh maupun dalam bentuk potongan-potongan komersial. Karkas yang berukuran 0,8 – 1,0 kg umumnya dipasarkan utuh, sedangkan karkas berukuran lebih dari 1 kg lebih suka didapat dalam bentuk irisan komersial. Pengelolaan dalam memelihara ayam pedaging (boiler) memerlukan cara yang baik dan benar. Kesalahan dalam merawat ternak berakibat pada pertumbuhan. Fase pertumbuhan ayam pedaging (boiler) dibagi kedalam tiga tahap (fase) yaitu (Jahja, 2000): 1. Fase Starter Merupakan fase awal mulai dari DOC (day old chick). Pada fase ini ayam masih peka sekali dan pemeliharaan dilakukan secara khusus dan intensif. 2. Fase Grower Tahapan pertumbuhan pada fase grower pada prinsipnya sama dengan masa starter. Perbedaannya adalah tidak diperlukannya pemanas dan penerangan seperti masa starter, serta kadar protein dalam ransum dibatasi. 3. Fase Finisher Pertumbuhan pada masa finisher merupakan tahapan dimana ayam siap dipotong. Makanan yang diberikan pada masa ini berbentuk butiran pecahan berukuran besar dibandingkan fase starter.
4 Ransum Ayam Ransum merupakan pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang disusun dari berbagai jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya berdasarkan kebutuhan nutrisi dan energi yang diperlukan. Berdasarkan bentuknya, ransum dibagi menjadi tiga jenis yaitu mash, pelet, dan crumble (Alamsyah, 2005). 1. Ransum bentuk mash, adalah bentuk ransum paling sederhana yang merupakan campuran serbuk (tepung) dan granula berbagai jenis bahan baku pakan. 2. Ransum bentuk pelet, adalah bentuk ransum yang berasal dari berbagai bahan pakan dengan perbandingan komposisi yang diolah dengan menggunakan mesin pelet (pelletizer) dengan tujuan mengurangi loss nutrisi dan dalam bentuk utuh. 3. Ransum bentuk crumble, adalah ransum bentuk pelet yang pecah menjadi 2 atau 3 bagian dengan tujuan agar bisa dimakan oleh ternak. Kebutuhan nutrisi ayam pedaging membutuhkan unsur-unsur protein, energi, vitamin, mineral, air, dan unsur lainnya. Semua unsur gizi itu saling terkait satu sama lain dan saling mempengaruhi. Kebutuhan unsur gizi ada batasnya. Batas ini berkisar pada nilai minimum dan maksimum, bila melampaui batas akan terjadi kelainan pada anak ayam. Bahan baku pakan merupakan unsur penting (esensial) untuk diperhatikan dalam penyusunan formulasi ransum karena hasilnya akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan. Ransum yang dibuat harus terkomposisi atau terbuat dari bahan yang mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap. Kandungan nutrisi itu meliputi protein, lemak, serat kasar, mineral, energi yang diperlukan dan lainnya. Penggunaan bahan pakan atau komposisinya dilakukan sedemikian rupa guna memperoleh hasil yang maksimal seperti:
1. 2. 3. 4.
Laju pertumbuhan karkas. Laju produksi telur. Ketahanan terhadap penyakit. Ketahanan terhadap kondisi lingkungan. 5. Palatabilitas, dan 6. Tingkat kecernaan yang baik. Pengolahan bahan pakan dalam jumlah cukup besar, perlu diperhatikan informasi tentang keberadaan bahan baku yang digunakan. Bahan baku pakan yang digunakan hendaknya memenuhi beberapa persyaratan berupa: 1. Mengandung nilai nutrisi tinggi. 2. Mudah diperoleh. 3. Mudah diolah. 4. Tidak mengandung racun (anti nutrisi). 5. Harga murah dan terjangkau. 6. Diusahakan bukan bahan makanan pokok manusia, dan 7. Butirannya halus atau bisa dihaluskan. Linear Programming Linear programming merupakan teknik riset operasi yang digunakan dalam berbagai jenis masalah manajemen diantaranya keputusan manajemen dalam penggunaan sumber daya yang dimiliki menjadi lebih efektif. Penggunaan linear programming bertujuan untuk membantu manajemen dalam merencanakan dan pengambilan keputusan tentang pengalokasian yang optimal. Masalah linear programming memiliki karakteristik diantaranya (Taha, 1997): 1. Certainty (kepastian). 2. Proportionality (proporsionalitas). 3. Additivity (penambahan). 4. Divisibility (bisa dibagi-bagi). 5. Non-negative variable (variabel tidak negatif). Menurut Siswanto (2007), model merupakan tiruan terhadap realitas. Langkah untuk membuat peralihan dari realita ke model kuantitatif. Pemahaman terhadap unsur-unsur model akan sangat membantu untuk mengatasi kesulitan
5 perumusan model matematis. Unsur utama linear programming diantaranya: 1. Variabel Keputusan Variabel keputusan adalah persoalan yang akan mempengaruhi nilai tujuan yang hendak dicapai. Dalam proses pemodelan, penemuan variabel keputusan tersebut harus dilakukan terlebih dahulu sebelum merumuskan fungsi tujuan dan kendalakendalanya. 2. Fungsi Tujuan Dalam linear programming tujuan yang hendak dicapai harus diwujudkan kedalam sebuah fungsi matematika linear. Selanjutnya, fungsi itu dimaksimumkan atau diminimumkan terhadap kendalakendala yang ada. 3. Fungsi Kendala Kendala diumpamakan suatu pembatas terhadap kumpulan keputusan yang mungkin dibuat dan harus dituangkan kedalam fungsi matematika linear. Ada tiga macam kendala yaitu: a. Kendala berupa pembatas. b. Kendala berupa syarat. c. Kendala berupa keharusan.
Agar memudahkan model linear programming digunakan simbol-simbol sebagai berikut (Subagyo, 2000): m = macam batasan-batasan sumber atau fasilitas yang tersedia. n = macam kegiatan yang menggunakan sumber atas fasilitas tesebut. i = nomor setiap macam sumber atau fasilitas yang tersedia (i = 1, 2, …, m). j = nomor setiap macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia (j = 1, 2, …, n). xj = tingkat kegiatan ke, j. (j = 1, 2, …, n). aij = banyaknya sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit keluaran (output) kegiatan j (i = 1, 2, …, m dan j = 1, 2, …, n). bi = banyaknya sumber (fasilitas) i yang tersedia untuk dialokasikan kesetiap unit kegiatan (i = 1, 2, …, n). Z = nilai yang dioptimalkan (maksimum atau minimum). Cj = kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan (xj) dengan satuan (unit); atau merupakan sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan j terhadap nilai Z.
Tabel Data untuk Model Linear Programming Kegiatan Sumber
1
Pemakaian Sumber Per unit kegiatan (keluaran) 2 3 …….. n
a1n a2n a3n
b1 b2 b3 c
am3
…….. …….. …….. …….. …….. ……..
anm
bm
C2
C3
……..
Cn
X2
X3
……..
Xn
1 2 3
a11 a21 a31
a12 a22 a32
a13 a23 a33
m
am1
am2
C1 X1
∆Z pertambahan tiap unit Tingkat Kegiatan
Kapasitas sumber
(Sumber: Subagyo, 2000)
Suatu model matematis yang digunakan untuk mengemukakan suatu permasalahan linear programming, yaitu: Fungsi tujuan: Maksimumkan Z = C1X1 + C2X2 +C3X3 + ... + CnXn Batasan-Batasan: 1). a11X1 + a12X2 + a13X3 + ... + a1nXn ≤ b1 2). a21X1 + a22X2 + a23X3 + ... + a2nXn ≤ b2
m). am1X1 + am2X2 + am3X3 + ... + amnXn ≤ bm dan X1 ≥ 0, X2 ≥ 0, . . . . . . . Xn ≥ 0 Menurut Soekartawi (1992), linear programming dipergunakan untuk memecahkan masalah minimasi biaya dan maksimasi keuntungan dalam situasi produksi tertentu. Permasalahan linear
6 programming adalah memperhatikan penggunaan atau alokasi yang efisien dari sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Permasalahan ini dicirikan oleh sejumlah solusi untuk memenuhi kondisi-kondisi dasar dalam setiap permasalahan. Pemilihan suatu solusi yang diutamakan meliputi pemecahan terbaik untuk suatu permasalahan yang terikat pada beberapa tujuan atau untuk semua tujuan. Suatu solusi yang memuaskan semua kondisi permasalahan dari tujuan yang telah ditetapkan dinamakan solusi optimum. Tercapainya pemecahan optimum, maka keutungan maksimum atau biaya minimum dapat diketahui besarnya. termasuk penggunaan sumber daya yang tersedia dapat ditentukan. Meminimisasi biaya dalam rangka tetap mendapatkan total penerimaan atau total keuntungan sebesar mungkin merupakan fungsi dari penggunaan model minimisasi linear programming. Dalam model linear programming yang dimaksud dengan minimisasi adalah meminimumkan total biaya. Artinya, bagaimana biaya yang dipergunakan dalam proses produksi dapat ditekan seminimum mungkin untuk mendapatkan produksi yang optimum. Pengolahan data dengan model linear programming dapat menentukan pengaruh perubahan koefisien harga, koefisien input-output dan faktor-faktor pembatas yang dapat disediakan untuk bermacam-macam tingkat pengorganisasian. Tipe usaha peternakan memiliki rencana seperti minimisasi biaya produksi makanan atau meminimisasi biaya produksi ternak sampai tingkat tertentu. Dalam kasus seperti ini mungkin terdapat kendala yang menggambarkan tingkat minimum dari biaya yang dikeluarkan untuk pemberian makanan dari ransum yang tersedia. Permasalahan linear programming dapat diselesaikan dengan menggunakan software untuk persiapan yang terperinci. Bila jumlah variabel yang dipakai banyak, maka cara atau metode simpleks
sulit di praktekkan. Penggunaan software memudahkan dalam menyelesaikan metode simpleks dengan jumlah variabel banyak secara cepat dan akurat. Linear programming dalam formulasi ransum atau pakan jadi merupakan cara yang paling modern dalam pengolahan pakan. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan software untuk penyusunan ransum diantaranya memberikan kesempatan untuk memilih bahan yang tersedia. Selain itu, dengan sistem ini akan dihasilkan suatu formulasi pakan yang akan berpatokan pada standar nutrisi yang diberikan (misal SNI) dengan harga bahan baku terendah. Keuntungan menggunakan software linear programming, yaitu: 1. Formulasi lebih cepat dihasilkan. 2. Harga yang muncul (diprogram) adalah harga pakan terendah. 3. Formulasi yang digunakan telah terbukti memberikan hasil yang memuaskan. 4. Dapat meramu berbagai macam bahan baku. 5. Mengatur jumlah bahan baku secara proposional dan seimbang. 6. Formulasi yang dihasilkan dapat memberikan informasi analisis komponen pakan lain berdasarkan perhitungan komputer. Analisis Sensitivitas Menurut Siswanto (2007), analisis sensitivitas menjelaskan sampai sejauh mana parameter-parameter model linear programming, yaitu koefisien fungsi tujuan dan nilai ruas kanan kendala boleh berubah tanpa harus mempengaruhi jawaban optimal atau penyelesaian optimal. Analisis sensitivitas juga sering disebut sebagai analisis pasca optimal karena analisis ini dikembangkan dari penyelesaian optimal. Secara matematis perubahan Ci mungkin berakibat pada perubahan nilai optimal Xi. selagi nilai Ci memiliki satuan (biaya, waktu, laba, dll) yang mungkin dikendalikan maka informasi mengenai sangat diperlukan.
7 Pengendalian terhadap parameter Ci akan menurunkan alternatif penyelesaian optimal. Penyelesaian nilai ekstrem untuk fungsi tujuan ditentukan oleh titik sudut ekstrem, yaitu titik sudut DMK (daerah yang memenuhi kendala) dimana nilai fungsi tujaun menjadi ekstrem. Selagi
titik sudut-titik sudut DMK memenuhi kendala, maka perubahan nilai ruas kanan kendala adalah konstan dari sebuah fungsi kendala, maka perubahan nilai ruas kanan kendala jelas akan mempengaruhi ekstremitas nilai fungsi tujuan
METODOLOGI PENELITIAN Diagram Alir Penelitian penelitian yang dilakukan bersifat ilmiah, dan disusun secara sistematis, obyektif, dan terfokus. Tahapan dalam penelitian dilakukan dimulai dari adanya masalah yang dapat digali dari sumber empiris dan teoritis hingga tahapan terakhir berupa pembuatan kesimpulan dari data yang telah dianalisis. Mulai
Studi Pendahuluan Merupakan pengeksplorasian, perumusan dan penentuan masalah yang diteliti
Studi Lapangan Melakukan pengamatan, peninjauan dan mempelajari langsung kegiatan yang diteliti
Identifikasi dan perumusan masalah Terbatasnya sumber daya yang ada, pemanfaatan bahan baku yang belum optimal, dan tingginya biaya dalam membeli ransum
Tujuan Penelitian Memperoleh biaya yang paling ekonomis dalam pemberian ransum
Studi Pustaka Materi maupun teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
Pengumpulan Data: Data umum obyek penelitian, kebutuhan ransum ternak ayam boiler, kapasitas ransum ayam boiler
Data Lengkap?
Tidak
Ya Pengolahan Data: Formulasi permasalahan,fungsi tujuan optimalisasi, kendala dalam penentuan keputusan.
Analisis dan Usulan Perbaikan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar Diagram Alir Metodologi Penelitian
8 PEMBAHASAN DAN ANALISIS Hasil Pengamatan Teknik pemeliharaan ayam boiler pada kandang KOMAR milik CV. Cibinong Unggas Farm merupakan teknik yang digunakan pada peternakan modern. Dalam peternakan ayam modern yang harus diperhatikan dalam meningkatkan usaha ialah mengenai pemilihan bibit, perkandangan, pemberantasan penyakit, dan makanan. Bibit harus dipilih dari jenis unggul, yaitu yang produksinya tinggi, dapat menyesuaikan dengan iklim setempat, dan tahan terhadap penyakit. Ayam yang dimiliki pelaku usaha merupakan ayam boiler yang mampu menghasilkan karkas dalam jumlah banyak. Perkandangan dalam peternakan modern segalanya harus diatur. Pembuatan kandang itu dapat ditinjau dari berbagai segi, baik segi ekonomis, teknis, estetis (keindahan), bentuk, kesehatan, dan lainlain. Kandang yang dimiliki pelaku usaha merupakan kandang yang layak bagi peternakan ayam boiler karena telah memiliki fungsi kandang yang baik bagi pemeliharaan ayam boiler. Penyakit yang ditimbulkan oleh ayam dapat disebabkan oleh beberapa sebab, pencegahan penyakit merupakan langkah yang harus dilakukan untuk menghentikan penyebaran. Langkah yang dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit adalah dengan cara vaksinasi atau pemberian suplemen kepada ayam untuk meningkatkan daya tahan terhadap penyakit yang menyebar. Masalah makanan (ransum) memiliki perhatian khusus dalam usaha peternakan. Fungsi makanan bagi ternak adalah untuk kebutuhan hidup, membentuk sel-sel dan menggantikan bagian tubuh yang rusak serta untuk berproduksi. Penyajian makanan yang bermutu untuk ayam boiler bagi peternak merupakan suatu keharusan dengan jumlah atau perbandingan yang tepat. Ransum ayam boiler yang digunakan
oleh CV. Cibinong Unggas Farm merupakan pakan jadi buatan pabrik Charoen Phokphan dengan tiga jenis ransum yang berbeda sesuai dengan fase pertumbuhan ayam boiler yang dimiliki. Pelaku usaha peternakan ayam boiler membagi fase pertumbuhan ternak menjadi 3 fase (starter, grower, dan finisher). Pemeliharaan ayam boiler yang dilakukan pada kandang KOMAR milik CV. Unggas Farm sebelum mulai memasuki fase starter hal yang perlu diperhatikan adalah masalah sanitasi. Berbagai faktor penyebab kematian anak ayam adalah kandang yang kurang bersih dan banyak kuman penyakit. Sebelum anak ayam yang dipesan tiba, kandang dibersihkan dengan melakukan disinfeksi pada beberapa hari sebelumnya. Setelah membersihkan, kandang perlu diistirahatkan selama ± 14 hari tujuannya adalah untuk memutus siklus hidup bibit penyakit. Ayam yang dibeli oleh peternakan adalah anak ayam umur sehari (Day Old Chick = DOC). Fase starter (umur ayam 1 – 7 hari) dimulai saat DOC sudah berada di kandang. Ayam yang berada dikandang pada masa ini membutuhkan pemanas. Sumber pemanas yang digunakan pada peternakan menggunakan batubara. Anak ayam memerlukan kehangatan yang cukup. Pemanasan yang tidak sempurna mengakibatkan pertumbuhan yang tidak baik dan ayam mudah sakit. Pemanas digunakan siang-malam hingga umur 7 hari, lewat 3 minggu ayam sudah tidak membutuhkan pemanas lagi. Pemberian ransum pada fase ini menggunakan ransum dengan butiran halus agar ayam mudah mencerna makanan. Anak ayam umumnya senang makan dan minum. Namun, jika berlebihan dalam pemberian minuman sebaiknya dikurangi untuk mencegah kembung pada ayam sebaliknya pemberian ransum jangan sampai terlambat karena akan mengganggu pertumbuhan ayam.
9 Tempat ransum dan minuman untuk ayam yang telah mencapai umur 7 hari (grower) perlu ditambah karena ayam akan saling berebutan dan menimbulkan pertumbuhan yang tidak merata karena sebagian kenyang dan sebagian kelaparan. Selain itu akan menimbulkan kanibalisme. Ransum yang diberikan berupa butiran ukuran sedang. Suhu yang digunakan dalam fase grower dapat dikurangi dibandingkan saat fase sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah ukuran kandang pada fase ini ayam memerlukan ukuran kandang yang
lebih luas untuk mengurangi jumlah ayam yang terlalu padat dengan cara membuka sekat pembatas pada fase sebelumnya. Tahapan selanjutnya pada ayam yaitu memasuki fase finisher (umur ayam mencapai 21 hari hingga panen) pada tahapan ini ayam siap dipotong. Ransum yang diberikan pada fase ini berbentuk butiran pecahan berukuran besar dibandingkan fase starter. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan umur ayam yang dijual pada kandang KOMAR dilakukan bertahap yaitu pada saat umur 23 hari hingga 28 hari.
Tabel Penjualan Ayam Boiler Kandang Komar Periode April-Mei 2011 Tanggal Jual 12 Mei 2011 16 Mei 2011 17 Mei 2011
Jumlah (Ekor) 770 1,920 1,715
Berat Total (Kg) 809.80 2,879.60 2,482.80
Rata-rata (Kg) 1.051688 1.499792 1.447697
Umur Jual (Hari ke-) 23 27 28
(Sumber: Cibinong Unggas Farm, 2011)
Ransum Ayam Boiler Ransum merupakan campuran dari beberapa bahan pakan. Ransum disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sebagai bahan pakan. Bahan-bahan yang digunakan dalam penyusunan ransum merupakan hasil pertanian, perikanan, peternakan, dan hasil industri yang mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai bahan pakan. Penyusunan ransum untuk ternak disusun berdasarkan standar yang ditetapkan, termasuk dalam persyaratan mutu meliputi analisis kimiawi (proksimat). Tabel Analisis Kimiawi (Proksimat) Komponen
ket
Berat kering Protein kasar Abu Serat kasar Lemak BETN Kalsium Fosfor ME
% % % % % % % % KKal/g
Fase Ayam Boiler (min) Starter Grower Finisher 86.00 86.00 86.00 19.00 18.50 18.00 6.00 6.00 6.00 3.00 3.00 3.00 3.40 3.50 4.00 50.00 50.00 50.00 0.90 0.90 0.90 0.40 0.40 0.40 2900 3000 3000
(Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2011)
Berdasarkan nutrisi yang dibutuhkan untuk ayam boiler dengan melakukan analisis proksimat penyusunan ransum harus dapat memenuhi standar yang ditetapkan untuk
mencukupi kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh ternak. Berdasarkan data yang diperlukan untuk menyusun ransum maka diperoleh informasi kebutuhan gizi yang berbeda-beda sesuai dengan fase pertumbuhan ternak. Pengumpulan Data Ransum boiler fase starter yang digunakan pada CV. Cibinong Unggas Farm merupakan ransum buatan pabrik. Pada peternakan ransum tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ayam boiler fase starter. Ransum tersebut digunakan untuk ayam umur 1 hari hingga 7 hari. Ransum CP 510 digunakan untuk komsumsi ayam ± 4500 ekor dengan kebutuhan total 750 kg. Adapun data yang diperoleh dalam ransum tersebut berdasarkan analisis proksimat yang dilakukan meliputi. Tabel Komposisi Kimia CP 510* No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Komponen Berat kering Protein kasar Abu Serat kasar Lemak BETN Kalsium Fosfor ME**
Komposisi 88.58 % 22.57 % 6.52 % 4.55 % 4.48 % 50.46 % 1.37 % 0.56 % 3125 Kkal/kg
Sumber: *) Lab. Ilmu dan Teknologi Pakan,( 2011) **) Charoen Phokphand, (2011)
10 Biaya yang harus dikeluarkan bila ingin membeli bahan pakan tersebut seharga Rp 286.000,-/50 kg (kelompok peternak ayam, 2011). Pelaku usaha peternakan ingin menyiasati tingginya bahan baku dengan cara membuat ransum sendiri. Dalam membuat ransum pelaku usaha menggunakan standar analisis proksimat ransum sesuai dengan CP 510. Penggunaan standar CP 510 sebagai kendala dalam formulasi ransum fase starter karena berdasarkan analisis proksimat diketahui bahwa pemakaian produk tersebut sesuai standar yang ditetapkan. Bahan yang digunakan dalam penyusunan ransum merupakan bahan baku yang sering digunakan yaitu berasal dari bahan baku yang umum ada dipasar. Bahan baku tersebut diantaranya jagung kuning, dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung tulang dan daging, dedak gandum, bungkil kacang tanah, dan tepung daun katuk. Adapun bahan baku yang digunakan untuk menyusun
ransum seperti jagung kuning, dedak padi, bungkil kedelai, dan dedak gandum memiliki syarat yang diperbolehkan dalam penyusunan ransum. Adapun syarat pengolahan ransum ayam secara modern (laboratorium kimia makanan ternak, fakultas peternakan IPB, 2005). Jagung kuning sebaiknya digunakan pada kisaran 20% hingga 50% untuk pembuatan ransum. Dedak padi pemakaian dalam ransum tidak lebih dari 20%. Bungkil kedelai tidak boleh melebihi 20% penggunaannya. Sedangkan dedak gandum yang diperbolehkan dalam ransum tidak lebih dari 20%. (Alamsyah, 2005) Kandungan nutrisi dalam bahan pakan berbeda baik jenis maupun kadarnya, untuk itu perlu diketahui jenis dan kadar nutrisi yang akan digunakan oleh peternak ayam boiler. Kandungan bahan pakan yang digunakan CV. Cibinong Unggas Farm dalam menyusun ransum yaitu:
Tabel Kandungan Nutrisi Bahan Pakan dan Harga Kandungan Gizi (%) Berat kering Protein kasar Abu Serat kasar Lemak BETN Kalsium Fosfor ME (Kkal/kg) Harga/Kg (Rp)5)
Jagung
Dedak
Bungkil
Kuning2)
Padi2)
Kedelai2)
86.46 10.56 2.09 2.84 4.93 66.99 0.06 0.36 3370 2200
87.82 11.4 10.52 11.81 12.27 42.01 0.11 1.4 1630 1500
88.1 46.9 3.65 7.68 3.65 29.66 0.32 0.64 4326.6 5000
Bahan Pakan1) Bungkil Tepung Daging & Kelapa2) Tulang4) 88.6 95.5 21.3 56.8 0.17 28.4 14.2 8.4 10.9 10 45.5 89.9 0.16 9.5 0.62 4.4 1540 1760 2200 100004)
Dedak Gandum2) 87.32 11.4 3.51 6.22 4.01 59.85 0.08 0.63 1300 2550
Bungkil Kacang Tanah2) 90.2 45.1 6.3 8.95 10.7 33.29 0.2 0.6 2260 2500
Tepung Daun Katuk3) 82.41 33.11 7.76 15.52 3.51 22.51 1.38 0.44 1610 8000
Sumber: 1)CV. Cibinong Unggas Farm, (2011) 2) Alamsyah, (2005) 3) Rasyaf, (2003) 4) Agromaret, (2011) 5) CV. Mutiara Argo, (2011)
Kandungan nutrisi tersebut saling berkaitan dan menyangkut aspek pemilihan, konsumsi bahan pakan, pencernaan dan penyerapan nutrisi dalam saluran pencernaan, serta metabolisme nutrisi dalam sel tubuh untuk berbagai tujuan. Istilah dari kandungan nutrisi tersebut diantaranya:
Bahan Kering (BK), merupakan berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan kandungan airnya dengan pemanasan 1050C. Protein Kasar, adalah semua zat yang mengandung nitrogen. Abu, merupakan zat-zat mineral yang ditentukan dengan membakar makanan (zat organik).
11 Serat Kasar, merupakan dari bahan makanan yang sulit dicerna. Lemak, yaitu zat makanan yang berfungsi sebagai cadangan energi. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN), yaitu bagian dari bahan makanan yang mengandung karbohidrat, gula dan pati. Kalsium dan Fosfor, merupakan mineral yang dibutuhkan oleh ayam untuk menyusun tulang, sistem kerangka, dan pertumbuhan.
Metabolisme Energi (ME), adalah nilai energi yang terhimpun pada zat-zat yang dapat dicerna dikurangi nilai energi yang keluar sebagai air kencing (urine) dan gas-gas usus. Pengolahan data Berdasarkan data penunjang yang diperoleh dari komposisi kimia dan kandungan nutrisi bahan pakan dalam penelitian. Pengolahan data dapat dilakukan untuk memperoleh keputusan sesuai tujuan penelitian dengan tahapan. Langkah awal dalam memformulasikan ke model matematis, terlebih dahulu menganalisa masalah tersebut. Adapun tahapan dalam permasalahan penelitian dengan metode linear programming adalah: 1. Menentukan variabel keputusan Permasalahan yang dihadapi CV. Cibinong Unggas Farm adalah bagaimana menentukan komposisi yang tepat untuk membuat ransum dengan bahan pakan ternak yang telah ditentukan. Variabel keputusan dalam penelitian ini adalah komposisi bahan baku yang digunakan untuk membuat ransum yang terdiri dari: X1 = jagung kuning X2 = dedak padi X3 = bungkil kedelai X4 = bungkil kelapa X5 = tepung daging dan tulang X6 = dedak gandum X7 = bungkil kacang tanah X8 = tepung daun katuk
2. Membuat Fungsi Tujuan Tujuan CV. Cibinong Unggas Farm adalah mengoptimalkan penggunaan bahan pembuatan ransum dengan biaya seminimal mungkin. Adapun harga jual dari bahan baku ransum dijadikan fungsi obyektif atau fungsi tujuan. Minimumkan Z = 2200X1 + 1500X2 + 5000X3 + 2200X4 + 10000X5 + 2550X6 + 2500X7 + 8000X8 3. Menentukan kendala Penyusunan ransum ayam boiler yang akan dibuat berdasarkan analisis proksimat yaitu dengan mengetahui komposisi susunan kimia dan kegunaannya suatu bahan pakan. Kendala yang diketahui untuk menyusun ransum ayam boiler fase starter disusun dalam model matematis metode simpleks a. Bahan kering 86.46X1 + 87.82X2 + 88.1X3 + 88.6X4 + 95.5X5 + 87.32X6 + 90.2X7 + 82.41X8 ≥ 88.58
b. Protein Kasar 10.56X1 + 11.4X2 + 46.9X3 + 21.3X4 + 56.8X5 + 11.4X6 + 45.1X7 + 33.11X8 ≥ 22.57
c. Abu 2.09X1 + 10.52X2 + 3.65X3 + 0.17X4 + 28.4X5 + 3.51X6 + 6.3X7 + 7.76X8 ≥ 6.52
d. Serat kasar 2.84X1 + 11.81X2 + 7.68X3 + 14.2X4 + 8.4X5 + 6.22X6 + 8.95X7 + 15.52X8 ≥ 4.55
e. Lemak 4.93X1 + 12.27X2 + 3.65X3 + 10.9X4 + 10X5 + 4.01X6 + 10.7X7 + 3.51X8 ≥ 4.48
f. BETN 66.99X1 + 42.01X2 + 29.66X3 + 45.5X4 + 89.9X5 + 59.85X6 + 33.29X7 + 22.51X8 ≥ 50.46
g. Kalsium 0.06X1 + 0.11X2 + 0.32X3 + 0.16X4 + 9.5X5 + 0.08X6 + 0.2X7 + 1.38X8 ≥ 1.37
h. Fosfor 0.36X1 + 1.4X2 + 0.64X3 + 0.62X4 + 4.4X5 + 0.63X6 + 0.6X7 + 0.44X8 ≥ 0.56
i. Metabolisme energi 3370X1 + 1630X2 + 4326.6X3 + 1540X4 + 1760X5 + 1300X6 + 2260X7 + 1610X8 ≥ 3125
Pembuatan ransum untuk ayam boiler memiliki batasan penggunaan bahan pakan yang ditetapkan untuk dapat diolah menjadi ransum. Syarat
12 penggunaan bahan pakan yang ditetapkan berdasarkan standar penyusunan ransum adalah: Jagung kuning X1 ≥ 20, atau X1 ≤ 50 dedak padi X2 ≤ 20 bungkil kedelai X3 ≤ 20 dedak gandum X6 ≤ 20 Dimana nilai X1, X, X3, X4, X5, X6, X7,X8 ≥ 0
kendala dalam pembuatan ransum ayam boiler tersebut. Bahan pakan yang mempengaruhi keputusan dalam pembuatan ransum diantaranya X1 (jagung kuning), X2 (dedak padi), X5 (tepung daging dan ulang), dan X7 (bungkil kacang tanah). Dengan demikian berarti gizi yang dipasok dari bahan pakan untuk membuat ransum tersebut sesuai dengan tujuan pelaku usaha dalam menyusun ransum ayam tersebut. hasil perhitungan digunakan untuk menggantikan ransum CP 510 yang dibutuhkan untuk ayam ± 4500 ekor dengan kebutuhan total 750 kg. Bahan makanan berupa jagung kuning (X1 ≤ 0.5) membutuhkan kapasitas maksimum 750 kg x (X1) ≈ 750 kg x 0.5 = 375 kg, dedak padi (X2 ≤ 0.2) membutuhkan kapasitas maksimum 750 kg x (X2) ≈ 750 kg x 0.2 = 150 kg, tepung tulang dan daging (X5 = 0.1305) yang diperlukan 750 kg x (X5) ≈ 750 kg x 0.1305 = 97,875 kg, dan bungkil kacang tanah (X7 = 0.3913) yang diperlukan 750 kg x (X7) ≈ 750 kg x 0.3913 = 293,475 kg.
Perhitungan Linear Programming dengan Software Model yang telah disusun kemudian diolah dengan alat bantu komputer menggunakan software WinQSB (Quantitative System for Bussiness versi 1.0). output program komputer adalah formula ransum dengan minimasi biaya pembuatan ransum dengan bahan baku yang ditetapkan dan analisis sensitivitas. Formulasi ransum berguna untuk mengetahui biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat ransum dengan kandungan gizi dan harga yang berlaku. Tabel Perhitungan dengan Software WinQSB No 1 2 3 4 5 6 7 8
Decision
Solution Unit Cost or Profit c(j) Variable Value X1 0.5000 2,000.0000 X2 0.2000 1,500.0000 X3 0.0000 5,000.0000 X4 0.0000 2,200.0000 X5 0.1305 10,000.0000 X6 0.0000 2,550.0000 X7 0.3913 2,500.0000 X8 0.0000 8,000.0000 Objective Function (Min) =
Total Contribution 1,100.0000 300.0000 0.0000 0.0000 1,304.9910 0.0000 978.2318 0.0000 3,683.2230
Berdasarkan tabel diketahui bahwa untuk memperoleh hasil yang optimal dalam pembuatan ransum untuk ayam boiler fase starter diperlukan biaya minimum Rp 3.683,2230/kg. biaya tersebut didapat berdasarkan perhitungan dengan menggunakan software WinQSB pada iterasi ke 26. Total biaya yang dibutuhkan untuk membuat ransum boiler fase starter untuk CV. Cibinong Unggas Farm sebesar. Biaya ransum fase starter = Rp. 3.683,2230 x 750 kg = Rp. 2.762.417,25 ≈ Rp. 2.763.000,-
Pembuatan ransum sesuai dengan variabel keputusan, fungsi tujuan dan
Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas (analisa kepekaan) dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana perubahan dapat dilakukan terhadap parameter-parameter linier programming sehingga solusi optimum dapat dirubah. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap: Tabel Analisis Sensitivitas Berdasarkan Fungsi Tujuan dengan Software WinQSB No 1 2 3 4 5 6 7 8
Decision Variable X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
Solution Value 0.5000 0.2000 0.0000 0.0000 0.1305 0.0000 0.3913 0.0000
Unit Cost or Profit c(j) 2,000.00 1,500.00 5,000.00 2,200.00 10,000.00 2,550.00 2,500.00 8,000.00
Allowable c(j) Min. c(j) Max. c(j) -∞ 3,522.564 -∞ 1,773.582 4,731.866 ∞ 1,723.980 ∞ 1,946.903 48,905.360 1,407.851 ∞ 2,122.173 2,639.677 2,847.500 ∞
a. Analisa Sentisivitas Terhadap Koefisien Fungsi Tujuan Hasil perhitungan analisa terhadap koefisien fungsi tujuan dengan menggunakan software WinQSB tidak
13 akan mengubah solusi optimum jika dan hanya jika: -∞ ≤ C1 ≤ 3522.564 Artinya bahwa nilai optimal X1 = 0.5000 tidak akan berubah jika koefisien fungsi tujuan C1 = 2200 dinaikkan pada kisaran 3522.5640. -∞ ≤ C2 ≤ 1773.5820 Artinya bahwa nilai optimal X2 = 0.2000 tidak akan berubah jika koefisien fungsi tujuan C2 = 1500 dinaikkan pada kisaran 1773.5820. 4731.8660 ≤ C3 ≤ ∞ Artinya bahwa nilai optimal X3 = 0 tidak akan berubah jika dan hanya jika koefisien fungsi tujuan C3 = 5000 diturunkan pada kisaran 4731.8660. 1723.9800 ≤ C4 ≤ ∞ Artinya bahwa nilai optimal X4 = 0 tidak akan berubah jika dan hanya jika koefisien fungsi tujuan C4 = 2200 diturunkan pada kisaran 1723.9800. 1946.9030 ≤ C5 ≤ 48905.3600 Artinya bahwa nilai optimal X5 = 0.1305 tidak akan berubah jika dan hanya jika koefisien fungsi tujuan C5
= 10000 dirubah (dinaikkan /diturunkan) pada kisaran 1946.9030 sampai dengan 48905.3600. 1407.8510 ≤ C6 ≤ ∞ Artinya bahwa nilai optimal X6 = 0 tidak akan berubah jika dan hanya jika koefisien fungsi tujuan C6 = 2550 diturunkan pada kisaran 1407.8510. 2122.1730 ≤ C7 ≤ 2639.6770 Artinya bahwa nilai optimal X7 = 0.3913 tidak akan berubah jika dan hanya jika koefisien fungsi tujuan C7 = 2500 dirubah (dinaikkan/ diturunkan) pada kisaran 2122.1730 sampai dengan 2639.6770. 2847.5000 ≤ C8 ≤ ∞ Artinya bahwa nilai optimal X8 = 0 tidak akan berubah jika dan hanya jika koefisien fungsi tujuan C8 = 8000 diturunkan pada kisaran 2847.5000. b.Analisa Sensitivitas Terhadap Nilai Ruas Kanan (RHS). Terdapat hubungan antara perhitungan analisa sensitivitas terhadap nilai ruas kanan opprtunity cost, yaitu:
Tabel Analisis Sensitivitas Berdasarkan Nilai Ruas Kanan (RHS) dengan Software WinQSB No
Constraint
1 2 3 4 5 6 7 8 9
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9
Left Hand Side 108.5513 32.6197 9.3203 8.3803 10.4108 66.6550 1.3700 1.2690 3,125.0000
Direction ≥ ≥ ≥ ≥ ≥ ≥ ≥ ≥ ≥
-∞ ≤ b1 ≤ 108.5513 Bila nilai ruas kanan (RHS) b1 = 88.58, dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada kisaran -infinity sampai dengan 108.5513 akan mempengaruhi variabel keputusan analisis proksimat untuk berat kering dalam menentukan batasan kandungan gizi (%) untuk penyusunan ransum. -∞ ≤ b2 ≤ 32.6197 Bila nilai ruas kanan (RHS) b2 = 22.57, dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada kisaran -infinity sampai dengan 32.6197 akan mempengaruhi variabel
Right Hand Side 88.5800 22.5700 6.5200 4.5500 4.4800 50.4600 1.3700 0.5600 3,125.0000
Slack or Surplus 19.9713 10.0497 2.8003 3.8303 5.9308 16.1950 0.0000 0.7090 0.0000
Allowable RHS Min. RHS Max. RHS -∞ 108.5513 -∞ 32.6197 -∞ 9.3203 -∞ 8.3803 -∞ 10.4108 -∞ 66.6550 0.2562 6.0651 -∞ 1.2690 2,621.5950 16,904.4000
keputusan analisis proksimat untuk protein kasar dalam menentukan batasan kandungan gizi (%) untuk penyusunan ransum. -∞ ≤ b3 ≤ 9.3203 Bila nilai ruas kanan (RHS) b3 = 6.52, dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada kisaran -infinity sampai dengan 9.3203 akan mempengaruhi variabel keputusan analisis proksimat untuk abu dalam menentukan batasan kandungan gizi (%) untuk penyusunan ransum. -∞ ≤ b4 ≤ 8.3803
14 Bila nilai ruas kanan (RHS) b4 = 4.55, dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada kisaran -infinity sampai dengan 8.3803 akan mempengaruhi variabel keputusan analisis proksimat untuk serat kasar dalam menentukan batasan kandungan gizi (%) untuk penyusunan ransum. -∞ ≤ b5 ≤ 10.4108 Bila nilai ruas kanan (RHS) b5 = 4.48, dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada kisaran -infinity sampai dengan 10.4108 akan mempengaruhi variabel keputusan analisis proksimat untuk lemak dalam menentukan batasan kandungan gizi (%) untuk penyusunan ransum. -∞ ≤ b6 ≤ 66.6550 Bila nilai ruas kanan (RHS) b6 = 50.46, dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada kisaran -infinity sampai dengan 66.6550 akan mempengaruhi variabel keputusan analisis proksimat untuk BETN dalam menentukan batasan kandungan gizi (%) untuk penyusunan ransum. 0.2562 ≤ b7 ≤ 6.0651 Bila nilai ruas kanan (RHS) b7 = 1.37, dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada kisaran 0.2562 sampai dengan 6.0651 akan mempengaruhi variabel keputusan analisis proksimat untuk kalsium dalam menentukan batasan kandungan gizi (%) untuk penyusunan ransum. -∞ ≤ b8 ≤ 1.2690 Bila nilai ruas kanan (RHS) b8 = 0.56, dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada kisaran -infinity sampai dengan 1.2690 akan mempengaruhi variabel keputusan analisis proksimat untuk fosfor dalam menentukan batasan kandungan gizi (%) untuk penyusunan ransum. 2621.5950 ≤ b9 ≤ 16904.4 Bila nilai ruas kanan (RHS) b9 = 3125, dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada kisaran 2621.5950 sampai dengan 16904.4 2690 akan mempengaruhi variabel keputusan
analisis proksimat untuk metabolisme energi dalam menentukan besarnya kandungan kalori (kkal/kg) untuk penyusunan ransum. Perbandingan antara Biaya Komposisi Pakan Perusahaan dengan Biaya Komposisi Pakan Buatan Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan diperoleh perbandingan biaya dan bahan pakan yang digunakan dalam menyusun ransum sebanyak 750 kg. Solusi optimal dalam penyusunan ransum berdasarkan mutu yang baik sesuai dengan standarisasi nasional yaitu: Tabel Perbandingan Ransum Ayam Broiler Fase Starter Faktor Biaya Komposisi
Kandungan Gizi
Ransum CP 510 Rp. 4.290.000,Jagung kuning, dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung daging & tulang, dedak gandum, bungkil kacang tanah, tepung daun katuk SNI
Ransum Usulan Rp. 2.763.000,Jagung kuning, dedak padi, tepung daging & tulang, bungkil kacang tanah.
SNI
Kesimpulan hasil perhitungan metode linear programming menggunakan software WinQSB diperoleh komposisi bahan makanan berupa jagung kuning (X1 ≤ 0.5) membutuhkan kapasitas maksimum 375 kg, dedak padi (X2 ≤ 0.2) membutuhkan kapasitas maksimum 150 kg, tepung tulang dan daging (X5 = 0.1305) yang diperlukan 97,875 kg, dan bungkil kacang tanah (X7 = 0.3913) yang diperlukan 293,475 kg. Bahan baku tersebut digunakan untuk menggantikan ransum ayam boiler fase starter CP 510 buatan pabrik untuk komsumsi ayam ± 4500 ekor dengan kebutuhan 750 kg. Adapun total penghematan biaya yang diperoleh antara biaya komposisi ransum usulan dengan biaya komposisi ransum perusahaan adalah sebesar Rp. 1.527.000,- untuk membuat ransum. Bahan baku pakan berupa bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak gandum,
15 dan tepung daun katuk tidak diikutsertakan dalam proses pembuatan ransum. Karena berdasarkan kandungan nutrisi bahan pakan (proksimat) sesuai dengan standar CP 510 dalam penyusunan ransum diketahui bahwa kebutuhan nutrisi untuk ayam boiler fase starter telah terpenuhi oleh bahan pakan terpilih dalam metode linear programming. Jadi, dengan metode linear programming perusahaan bisa melakukan penghematan terhadap biaya ransum ayam boiler fase starter. Daftar Pustaka Alamsyah, Rizal, Msc, Ir. Pengolahan Ayam dan Ikan Secara Modern. Penebar Swadaya. Jakarta. 2005. Amrullah, Ibnu Katsir, DR. Ir. Seri Berternak Mandiri: Nutrisi Ayam Boiler. Lembaga satu Gunung Budi. Bogor. 2004. Anonim, Badan Standarisasi Nasional: Pakan Ras Ayam Pedaging ( Broiler). From http://websisni.bsn.go.id/index.php?/s ni_main/sni/detail_sni/3279. 12 Agustus 2011. Ayu, Media Anugrah. Seri diktat kuliah: Pengantar Riset Operasional. Universitas Gunadarma. Jakarta. 1996.
Darsanto. Bahan Pakan untuk Ternak Ayam Agribiz. 2011. From http://agromaret.com/12943/agribiz. 12 Agustus 2011. Jahja, J, Drs. Ayam Sehat Ayam Produktif 1 (Petunjuk-petunjuk Praktis Berternak Ayam. IPB Press. Bogor. 2000. Rasyaf, Muhammad, DR, Ir. Beternak Ayam Daging. Penebar Swadaya. Jakarta. 2003. Samiaji. Katalog Produk Bahan Baku Ternak CV Mutiara Argo. 2011. Form http://agrolimasehati.indonetwork.co.i d/2213889/bahan-baku-makananternak.htm. 12 Agustus 2011. Soekartawi, DR. Linear Programming Teori dan Aplikasinya Khususnya dalam Bidang Pertanian. Rajawali Press. Jakarta. 1992. Subagyo, Pangestu, MBA, Drs. Dasardasar Operation Reseach edisi 2. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. 2000. Siswanto, Operation Research Jilid 1. Erlangga. Jakarta. 2007.. Taha, Hamdy A. Operations Research, an Introduction, sixth edition, Upper Saddle River, New Jersey, Prentice Hall, Inc. 1997.