BAB III DATA 3.1. Teori Sign 3.1.1. Sejarah Sign Tanda dan simbol sudah dikenal sejak awal mula peradaban manusia. Simbol merupakan cara berkomunikasi yang paling efektif sebelum ditemukannya tulisan pada 10.000-5.000 SM. Lebih dari 30.000 tahun yang lalu di dataran Eropa yang sekarang menjadi negara Perancis dan Spanyol, manusia mulai membuat obyek-obyek yang tidak jelas kegunaannya seperti ornamen, perhiasan, dan sepotong kecil tulang atau batu yang didekorasi. Benda-benda ini diberi tanda menggunakan garis dan titik yang berirama dan diatur dalam urutan tertentu dengan jarak yang sama.1 Salah satu cara yang paling primitif untuk berekspresi adalah dengan bahasa tubuh. Bahasa tubuh ini menjadi lebih teratur dan berkembang menjadi tanda karena bahasa tubuh lebih akrab dengan kemanusiaan. Setara dengan bahasa lisan, bentuk tubuh mampu menspesifikkan atau menonjolkan apa yang ingin dikatakan. Bahasa tubuh juga menjadi sangan efisien sehingga tidak perlu disertai oleh kata-kata, bahkan dapat menggantikan kata-kata. Dalam masyarakat modern, dikenal pula pengkodean bahasa tubuh khusus bagi penderita tuna rungu dan tuna wicara yang menggunakan bahasa jari dan tangan. Seiring berkembangnya jaman, tanda dan simbol menjadi semakin teratur dan mempunyai beragam kegunaan. Bukan hanya unsur informatifnya saja, namun unsur estetikannya juga mendapat perhatian, yaitu bagi tanda-tanda visual modern yang kemudian lebih dikenal dengan nama sign system. Meskipun cara-cara berkomunikasi menjadi semakin maju, tidak dapat dipungkiri bahwa sign masih merupakan cara
1
Georges Jean, Signs, Symbol and Cyphers; Decoding The Message. London: Thames and Hudson. 1998.
Halaman | 10
penyampaian informasi yang penting dan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat modern. Perkembangan teknologi yang semakin maju merupakan dampak bagi perkembangan sign saat ini, dimana sign berada diantara sisi artistik dan sisi teknologi. Meskipun masih banyak desainer dan pembuat sign yang menganut gaya-gaya dan teknik-teknik tradisional namun tidak bisa dipungkiri bahwa revolusi digital telah melakukan serbuan dalam pembuatan sign. Komputer telah mengubah cara pembuatan sign. Programprogram software mula-mula untuk mendesain masih sangat terbatas dan mesin untuk memotong sign dari vinyl masih sangat lambat, namun keduanya berkembang dengan cepat sehingga menempatkan sign yang didesain menggunakan komputer serta sign menggunakan teknik-teknik lama masih tetap menjadi andalan di industri ini. 3.1.2. Pengertian Signage Signage adalah rangkaian representasi visual dan simbol grafik yang bertujuan sebagai media interaksi manusia dengan ruang publik. Kombinasi yang tepat antara tipografi, warna, bentuk dan material dapat menghasilkan sebuah sign yang kuat baik dari segi visual maupun pesan atau informasi yang disampaikan. Salah satu yang patut diperhatikan dalam merancang sign system yang baik dalah memahami institusi dan lingkungannya. 2 Signage yang secara khusus ditujukan sebagai sarana pelayanan publik, memiliki potensi untuk membangun sebuah antarmuka grafis yang efektif antara pengguna dan fasilitas dimaksud, tujuannya adalah untuk memfasilitasi
kegiatan
menginformasikan
dan
untuk
menemukan,
mengarahkan
pengguna
mengidentifikasi, melalui
berbagai
keseluruhan kegiatan dari fasilitas pelayanan yang diberikan. 2
www.wikipedia.com
Halaman | 11
Signage memiliki kekuatan untuk membangun identitas dalam bentuk tiga dimensi. Hal ini dapat diwujudkan melalui harmonisasi atau strategi penempatannya. Penggunaan harmonisasi penempatan signage, karakteristik program visual tanda dapat mencerminkan dan memperkuat karakteristik visual desain sebuah tempat atau arsitektur sebuah bangunan dalam
menciptakan identitasnya
secara
keseluruhan.
Harmonisasi
terbentuk karena desain signage untuk sebuah lingkungan memiliki kesatuan visual yang kuat, baik tempat tertutup, umum, sebuah pembangunan baru atau renovasi besar didukung dengan desain yang dapat dikoordinasikan dengan tempat tersebut. Pendekatan mengenai pengenaan dan penempatannya, signage dapat dibuat atau menggunakan keunikan tersendiri dalam menciptakan karakteristik visual suatu tempat. Pendekatan ini akan menemukan perbedaan elemen visual pada suatu tempat, seperti kota besar, kampus, dan stasiun atau terminal transportasi yang dapat dihubungkan oleh metabranding melalui signage. 3.1.3. Jenis Sign Menurut Cara Penempatan dan Fungsinya Sign dapat dibedakan menjadi beberapa jenis menurut cara penempatan dan fungsinya, antara lain : 3 1) Ground Sign Yang termasuk dalam kategori ini adalah sign-sign yang letaknya rendah atau tiang yang berdiri secara bebas. Sign kategori ini banyak yang menggunakan listrik untuk menerangi huruf-huruf dari bent-glass yang diisi dengan neon, huruf-huruf dari channel plastik yang mendapat tenaga dari neon ataupun sumber cahaya lain. Ada juga jenis lain yang tidak menyala namun menggunakan sorotan cahaya atau lampu sorot. Sebagian besar ground sign mengkombinasikan material dan teknik, seperti teknik lukisan dengan vinyl, ukiran pada batu, dan sebagainya.
3
Sign Design Gallery 2.Rockport, Massachusetts: Rockport Publishers, 1995.
Halaman | 12
Hasilnya adalah sign mandiri yang didesain dan dibuat untuk merujuk pada bangunan yang dicari audience.
Gambar 1. Macam-macam ground sign.
2) Projecting Sign dan Hanging Sign Kategori ini bisa dibilang merupakan yang terbesar dari antara jenisjenis sign lainnya, karena masyarakat umum melihat sign ini sebagai sign utama. Dalam kategori ini, para desainer dan pembuat sign juga sering mengkombinasikan material dan teknik yang diproduksi secara manual ataupun digital untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Jenis sign ini, baik yang elektrik atau non-elektrik harus memenuhi dua tujuan, yaitu mengidentifikasi jenis usaha yang diwakilinya, serta dapat menyatu secara halus dengan arsitektur dari gedung dimana sign ini ditempatkan.
Halaman | 13
Gambar 2. Bentuk-bentuk projecting and hanging sign.
3) Pole-Mounted dan Post-Mounted Sign Perusahaan retail adalah pengguna terbesar dari kategori ini. Biasanya sign jenis ini berada dipersimpangan jalan atau tempat parkir. Sign dari kategori ini tidak selalu mendapat penerangan dari dalam, banyak juga yang mengandalkan penerangan dari luar untuk menarik perhatian di waktu gelap. Pada umumnya, sign jenis ini digunakan untuk mengidentifikasikan perusahaan pemasangnya dari jarak yang lebih jauh dibanding dengan ground sign, hanging, ataupun projecting sign. Sign yang termasuk kategori ini mirip dengan ground sign, yaitu berdiri secara mandiri menggunakan tiang.
Halaman | 14
Gambar 3. Bentuk pole-mounted dan post-mounted sign.
4) Sign System Pusat perbelanjaan, perusahaan retail yang berskala besar, dan tempat parkir umum sering mencari kesatuan tujuan melalui penggunaan sign dengan prinsip-prinsip desain yang sama. Prinsip tersebut berupa material, bentuk, dan warna. Keseluruhan sign merefleksikan kesamaan untuk seluruh wilayah tempat yang ada. Kategori ini dikenal dengan sebutan ‘sign system’ oleh industri sign, dan ‘enviromental graphic wayfinding system’ oleh komunitas desain grafis. Sign ini mengadaptasi keseluruhan jenis sign lainnya, seperti hanging dan projecting, wall-mounted, ground, serta post-mounted untuk menc apai kesatuan prinsip seperti yang diinginkan.
Halaman | 15
Gambar 4. Bentuk-bentuk sign system.
5) Wall-Mounted Sign Seperti hangin atau projecting sign, wall-mounted harus dapat menarik perhatian kepada gedung yang diwakilinya dalam keadaan menempel didinding. Tantangan dalam pembuatan wall-mounted sign adalah bagaimana agar sign yang dibuat dapat ditempatkan dengan pas antara keterbatasan ruang dan material dari dinding. Wall-mounted sign dapat terdiri dari sign komersial (non-elektrik) dan sign elektrik.
Halaman | 16
Gambar 5. Wall-mounted sign.
6) Specialty Sign Yang termasuk dalam kategori ini adalah penulisan huruf pada jendela, tanda pada kaca etalase, mural atau karya grafis pada tembok, penunjuk wilayah yang sifatnya sementara, dan monumen petunjuk jalan masuk. Semua jenis specialty sign ini mempunyai kesan yang berbeda-beda, seperti penempelan huruf pada kaca memberikan kesan penampilan yang klasik, mural atau karya grafis di tembok membangkitkan kesan sejarah tertentu menggunakan jenis-jenis gaya desain yang merujuk pada era tertentu, dan sebagainya.
Gambar 6. Jenis-jenis specialty sign.
Halaman | 17
3.1.4. Jenis Sign menurut jenis Pesan yang hendak disampaikan Berdasarkan jenis-jenis pesan yang ingin disampaikan, sign dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 4 1. Ketentuan atau peraturan a.
Larangan. Standarnya berbentuk lingkaran merah dengan garis miring 450 dari kiri atas menuju kanan bawah, namun tidak selalu demikian. Contohnya tanda dilarang menyalip menggunakan bentuk lingkaran merah dengan garis meliuk 2 buah.
Gambar 7. Bentuk Sign Larangan.
b.
Kewajiban. Tanda ini mengatur tentang hal-hal yang harus dilakukan, biasanya berupa lingkaran berwarna biru. Contohnya simbol kepala orang menggunakan helm dalam suatu area didukung dengan teks sebagai penjelas.
Gambar 8. Bentuk Sign Kewajiban.
4
Paul Arthur and Brainir Zlamalik. Wayfinding : Pictografics Systems Nonverbal Universal. Singapore; Page One. 2005.
Halaman | 18
2. Peringatan a.
Hati-hati. Tanda ini biasanya berupa outline segitiga atau persegi berwarna kuning untuk memberitahukan adanya hal-hal yang harus diwaspadai. Misalnya tanda ouline persegi tersebut dengan gambar orang terpeleset sebagai tanda peringatan untuk lantai yang licin.
Gambar 9. Bentuk Sign Hati-hati.
b.
Bahaya. Tingkat kewaspadaan untuk tanda ini lebih tinggi daripada tanda sebelumnya. Biasanya tanda ini berupa segitiga berwarna merah.
Gambar 10. Bentuk Sign Bahaya.
3. Informasi atau pemberitahuan a.
Darurat. Tanda ini biasanya mudah ditemukan untuk menunjukkan lokasi rumah sakit. Fungsinya sebagai petunjuk untuk keadaankeadaan darurat. Contohnya tanda kotak bujur sangkar berwarna biru dengan gambar tanda tambah / plus di bagian tengahnya berwarna merah yang menunjukkan lokasi untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Halaman | 19
Gambar 11. Bentuk Sign Darurat.
b.
Informasi umum. Tanda ini dipakai untuk menunjukkan lokasi fasilitas umum. Misalnya kotak bujur sangkar berwarna biru dengan gambar pria dan wanita untuk menunjukkan WC atau toilet. Informasi lain juga dapat diwakili oleh tanda ini, antara lain telepon umum, eskalator, dan fasilitas-fasilitas umum lainnya.
Gambar 12. Bentuk Sign Informasi umum.
3.1.5. Penyampaian informasi melalui sign Ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk menyampaikan suatu informasi melalui sign, yaitu : 5 a. Image piktografik Sebuah bentuk gambar yang mewakili image tertentu disebut sebagai image piktografik atau piktogram. Biasanya berupa image positif atau negatif. Sebuah piktogram belum dapat dikatakan sebagai simbol 5
Paul Arthur and Brainir Zlamalik. Wayfinding : Pictografics Systems Nonverbal Universal. Singapore; Page One. 2005.
Halaman | 20
karena memiliki makna lebih dari sebuah bentuk yang menggambarkan sebuah benda. Gambar piktogram kurang memiliki konteks grafis yang dapat membuatnya menjadi sebuah simbol.
Gambar 13. Piktogram.
b. Simbol Gambar piktogram yang telah dilengkapi dengan konteks grafis yang memperjelas maknanya dapat disebut sebagai simbol. Konteks grafis adalah kemampuan untuk membuat sebuah image piktografik memiliki tujuan yang berbeda. Berikut beberapa contoh simbol yang biasa digunakan dalam bentuk larangan kebiasaan masyarakat di suatu tempat.
Halaman | 21
Gambar 14. Macam-macam Simbol.
c. Simbol dengan teks Terkadang penggunaan simbol saja dirasa kurang dapat menjelaskan suatu pesan yang ingin disampaikan. Dalam hal ini dapat ditambahkan dengan kata-kata sebagai pelengkap untuk memperjelas pesan yang akan disampaikan. Misalnya simbol rokok di dalam lingkaran dan garis menyilang berwarna merah, di bawah atau disampingnya diberi teks dilarang merokok.
Gambar 15. Kombinasi Simbol dan Teks.
d. Teks Ada pula sign yang tidak menggunakan simbol namun hanya menggunakan teks saja. Penggunaan sign semacam ini memiliki berbagai macam alasan, namun yang paling sering terjadi adalah karena tidak adanya simbol virtual yang dapat mewakili pesan yang ingin disampaikan. Misalnya pesan agar setiap pengunjung yang datang melapor terlebih dahulu di pos kemanan. Dalam kasus seperti ini, meskipun tidak ada simbol yang digunakan terkadang tetap digunakan kode warna untuk memperjelas jenis isi pesan, misalnya merah untuk
Halaman | 22
larangan, kuning untuk peringatan, dan biru untuk keterangan fasilitas umum.
Gambar 16. Teks sebagai sign.
3.1.6. Pengkodean dan Standarisasi sign Ada dua macam pengkodean yang dapat dipakai sebagai cara untuk menambahkan konteks grafis ke dalam gambar-gambar piktogram sehingga dapat mengubahnya menjadi sebuah simbol. Kedua pengkodean tersebut adalah kode bentuk dan kode warna. Kode bentuk misalnya bulatan atau lingkaran yang memiliki arti ketentuan dan peraturan, segitiga untuk peringatan, dan kotak untuk informasi umum. Kode warna misalnya merah untuk ketentuan peraturan atau larangan, kuning atau oranye untuk peringatan, dan biru untuk informasi umum. Kode-kode bentuk yang digunakan bersama kode warna untuk menjadi dasar dari standarisasi sign secara internasional. Kode warna merupakan metode kedua untuk menambahkan konteks grafis ke dalam image piktografik. Merah identik dengan larangan dan bahaya, kuning untuk perhatian, hijau untuk darurat dan perlengkapan perlindungan terhadap api, biru untuk informasi umum dan pemberian ijin atas suatu tindakan. Terdapat beberapa lembaga yang mengurus tentang standarisasi tanda-tanda tersebut, misalnya ISO (International Standards Organization), CSA (Canadian Standards Association), dan ANSI (American National Standards Institute). Masing-masing lembaga memiliki perbedaan dalam standarisasi tanda-tanda yang ditetapkannya. ISO atau ANSI menggunakan
Halaman | 23
lingkaran berwarna biru, sedangkan CSA menggunakan lingkaran berwarna hitam. ISO tidak mengakui segitiga merah, sedangkan ANSI mengganti segitiga merah dengan segitiga oranye. Sedangkan Indonesia menggunakan lingkaran biru, lingkaran merah, maupun segitiga merah. Tanda lain yang juga sering dijumpai di Indonesia adalah penggantian simbol segitiga kuning dengan segi empat kuning yang ujung-ujungnya menghadap ke atas, bawah, kanam tengah, dan kiri tengah (bentuk belah ketupat). Seringkali penggunaan tanda-tanda di atas mengharuskan tanda tersebut tidak berwarna atau hitam-putih, misalnya untuk penggunaan tercetak pada bukut atau kertas. Kadang untuk alasan estetika, beberapa tempat
tertentu
tidak
menggunakan
warna-warna
seperti
yang
seharusnya. Dalam kasus semacam ini, kejelasan mengenai klasifikasi tanda dapat diperlihatkan dengan mempertahankan bentuknya, misalnya untuk larangan dan kewajiban menggunakan bentuk lingkaran, untuk tanda perhatian dan bahaya menggunakan bentuk segitiga atau segi empat (belah ketupat), untuk informasi keterangan tempat digunakan bentuk kotak bujur sangkar. Tidak perduli warna apa yang digunakan sebagai background, piktogram yang solid akan lebih baik terlihat daripada outline terutama pada permukaan yang berwarna gelap. Piktogram yang berbentuk outline lebih sulit dilihat dan dipahami dibandingkan dengan piktogram berwarna solid. Kadangkala dapat pula terjadi penyelewengan dalam penggunaan pengkodean sebagai penambah konteks grafis ke dalam sebuah piktogram. Misalnya di California, menggunakan dua pengkodean bentuk yang berbeda dan juga merupakan simbol universal yang memiliki arti lain sebagai sign untuk WC atau toilet. Kedua simbol tersebut adalah lingkaran yang didalamnya terdapat gambar wanita sebagai sign untuk kamar kecil wanita, dan simbol segitiga dengan gambar pria didalamnya sebagai sign untuk kamar kecil pria. Penggunaan sign ini menciptakan semacam ilusi
Halaman | 24
visual seolah-olah gambar pria terlihat lebih tinggi daripada gambar wanita, padahal sebenarnya keduanya memiliki ukuran ketinggian yang sama. 3.1.7. Pertimbangan dalam pembuatan Piktogram pada sign Dalam membuat sebuah piktogram sebagai sign, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapannya, antara lain : 6 a. Informasi berlebih Di dalam membuat sebuah simbol sebaiknya diperhatikan agar tidak terdapat kelebihan informasi, misalnya simbol untuk telepon umum tidak harus bergambarkan sebuah pesawat telepon lengkap dengan tombolnya. Simbol untuk telepon umum dapat terwakili hanya dengan gambar gagang telepon saja tanpa terlalu banyak elemen lain. b. Elemen Jarak antara elemen adalah bagian dari elemen dalam desain secara keseluruhan. Bila jarak antar elemen terlalu sempit maka beresiko elemen-elemen yang ada terlihat menyatu satu sama lain. Jarak antar elemen yang cukup dapat membuat sebuah gambar terlihat jelas meskipun dari jarak jauh. c. Kesatuan Kesatuan desain dalam membuat image piktografik merupakan bagian yang penting untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Sekelompok piktogram sebaiknya memiliki kesamaan yang mudah dikenalai satu sama lain. Dapat diilustrasikan seperti tulisan yang menggunakan font yang seragam akan lebih mudah dibaca daripada tulisan yang mengguanakan font yang tidak seragam. d. Kesederhanaan Semakin sederhana sebuah simbol akan membuat simbol tersebut lebih mudah untuk dimengerti. Untuk itu perlu dipikirkan bagaimana cara seseorang untuk menerima dan menggunakan informasi, misalnya 6
Paul Arthur and Brainir Zlamalik. Wayfinding : Pictografics Systems Nonverbal Universal. Singapore; Page One. 2005.
Halaman | 25
tanda panah ke kiri dalam lingkarang dengan garis menyilang berwarna merah untuk memberitahu pengguna jalan bahwa tidak diperbolehkan belok ke kiri. Tanda ini akan tampak membingungkan dan kurang jelas karena gambar tanda panah ke kiri tertiban oleh garis menyilang. Akan lebih mudah menyampaikan informasi yang sama dengan membuat simbol bergambarkan tanda panah ke kanan. e. Esensi Sebuah piktogram yang efektif dan lebih baik melibatkan komponen yang penting saja dari sebuah tindakan atau obyek. Informasi-informasi tambahan dapat dieliminasi atau tidak digunakan. Gambar sepasang kaku yang sedang berjalan mungkin tampak lebih tidak elegan sebagai sebuah image, tetapi merupakan cara yang lebih baik untuk menyampaikan pesan “tempat penyebrangan jalan” daripada gambar sosok tubuh yang sedang berjalan. f. Tingkat keakraban Bila ada beberapa pilihan gambar, selalu pilihlah yang akrab dengan audience daripada gambar-gambar abstrak yang kurang dikenal kecuali bila audinece telah mendapat pengetahuan mengenai gambar abstrak tersebut. g. Ringkas Semakin ringkas sebuah gambar, maka semakin besar dan semakin jelas gambar itu terlihat ketika diletakan didalam kotak. Karena itu beberapa simbol menggunakan gambar yang tampak pada sisi yang lebih ringkas daripada sisi lainnya atau perspektif. Simbol untuk halte bus misalnya, sebaiknya menggunakan gambar bus yang tampak depan daripada tampak samping. h. Kejelasan Simbol larangan di seluruh dunia banyak yang menggunakan tanda menyilang di atas piktogram sehingga membuat gambar piktogram
Halaman | 26
menjadi tidak terlihat jelas. Sebenarnya lebih baik bila garis menyilang diletakan dibelakang piktogram agar lebih terlihat jelas. i. Ambiguitas Seringkali suatu gambar tidak secara jelas menyatakan maksudnya. Gambar tanda panah ke atas dan tanda panah ke bawah merupakan salah satu varian simbol untuk lift yang ambigu karena dapat pula dipakai untuk menjelaskan makna lain. Salah satu varian yang lebih jelas dalam menyampaikan maknanya adalah gambar orang di dalam kotak yang diapit oleh dua garis vertikal dengan tanda panah ke atas dan ke bawah karena lebih dekat dengan kenyataan yang sebenarnya. j. Mencolok Tanda yang baik harus dapat dengan mudah dikenali, oleh karena itu sebuah tanda tidak boleh dengan mudah menyatu dengan lingkungan sekitar atau tempat di mana tanda itu diletakkan. Image negatif lebih baik digunakan sebagai simbol daripada image positif karena tampak lebih mencolok. Penggunaan image positif biasanya digunakan dengan alasan selera pribadi. k. Spesifik Ada perbedaan derajat dari sebuah peringatan yang mempengaruhi penggunaan tanda. Penggunaan tanda peringatan untuk hal-hal yang patut diwaspadai harus dibedakan dengan hal-hal yang berbahaya. Penggunaan segitiga berwarna kuning biasanya merujuk pada hal yang patut diwaspadai dan segitiga berwarna merah merujuk pada hal yang berbahaya. Hal ini dikarenakan masyarakat luas telah banyak memahami bahwa merah berhubungan dengan bahaya dan kuning berhubungan dengan kewaspadaan, sehingga dengan penggunaan warna yang berbeda dapat lebih mudah dikenali perbedaan artinya.
Halaman | 27
3.1.8. Jenis sign menurut Lokasi Penempatannya Berdasarkan lokasi penempatannya ada dua jenis sign, yaitu sign yang terletak di dalam ruangan (sign interior) dan sign yang terletak di luar ruangan (exterior sign). 3.1.8.1. Pertimbangan dalam pembuatan sign Interior dan Eksterior Dalam membuat sign interior perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini : 7 1. Karakteristik arsitektur ruangan. Karakteristik ini misalnya pada tempat parkir, biasanya hanya terdapat sedikit tembok oleh karena itu perlu dipertimbangkan pemakaian sign dengan cara menggantungkan di langit-langit atau mengecatnya pada tiang yang rendah. 2. Fungsi ruangan. Di dalam lorong-lorong yang ramai seperti rumah sakit dan kampus misalnya, sign biasanya akan berfungsi maksimal bila diletakkan secara menggantung pada langit-langit atau ditempelkan dengan sudut pandang yang tepat di dinding dengan ketinggian yang lebih tinggi dari kepala. 3. Halangan/rintangan.
Ada
dua
macam
jenis
penghalang
pandangan yang perlu diperhatikan. Pertama adalah bangunan arsitektural yang biasanya dapat dilihat melalui gambar perencanaan arsitektural. Yang termasuk didalamnya antara lain, dinding, tiang, tangga, eskalator, dan lain sebagainya yang mungkin dapat menggangu pandangan terhadap sign. Kedua adalah peralatan yang dapat dipindahkan dan biasanya tidak dapat dilihat melalui gambar perencanaan arsitektural. Seperti pot, tanaman, penempatan lampu yang tidak umum, dan lain sebagainya.
7
John Follis and Dave Hammer.Architecturan and Signing Graphics.New York: Whitney Library of Design. 1979.
Halaman | 28
4. Sudut pandang. Sign yang baik harus dapat dibaca dari beberapa sudut pandang sekaligus. Jangan sampai sebuah sign menjadi tidak terlihat bila dilihat dari sudut pandang tertentu. 5. Hubungan dengan rambu lain. Dalam menempatkan sebuah sign sedapat mungkin tidak mengganggu maksud atau pesan yang ingin disampaikan oleh sign lainnya. Sedangkan dalam membuat exterior sign perlu diperhatikan beberapa hal berikut : 1. Ukuran dari exterior sign berkaitan erat dengan ukuran huruf yang digunakan. Hal mendasar yang harus diperhatikan adalah seberapa panjang pesan yang dicantumkan dan seberapa jauh pesan tersebut harus dapat terbaca. 2. Untuk pembuatan exterior sign pada bangunan yang sudah jadi, perlu dilakukan pengambilan foto lokasi dari sudut pandang pengamat. Hal ini penting agar penempatan sign tidak tergganggu oleh benda-benda seperti pohon atau bentuk arsitektural bangunan. Sedangkan untuk bangunan yang belum jadi, desainer dapat merujuk pada perencanaan landscape dan pencahayaan. 3. Alur pergerakan kendaraan dan pejalan kaki dalam lokasi penempatan sign juga perlu diperhatikan agar sign dapat diletakkan pada lokasi yang memberikan efisiensi maksimum terhadap alur lau lintas. 4. Sign harus ditempatkan lebih tinggi daripada objek penghalang pandangan yang bersifat sementara seperti pejalan kaki atau kendaraan yang melintas. 5. Keberadaan sebuah sign jangan sampai mengganggu sign lainnya.
Halaman | 29
6. Sebuah sign yang diletakkan di jalan atau persimpangan harus dapat dibaca dari berbagai sisi sesuai arah target yang dituju oleh pesan. 3.1.8.2. Material pembuatan Sign Interior dan Eksterior Berikut ini beberapa jenis bahan yang biasa dipergunakan untuk membuat sign interior : 8 • Kayu, seperti kayu jati, mahogani, pinus, dan sebagainya. Biasanya material ini digunakan untuk membuat sign dengan teknik ukiran, potongan huruf, serta pewarnaan menggunakan cat atau disepuh. • Triplek, contohnya dari bahan kayu brich, atau pinus putih. Kegunaannya untuk membuat sign yang berbentuk panel atau potongan huruf dan diwarnai dengan cara dicat. • Tripleks berlapis papan fiber, contohnya merek Duraply. Kegunaannya untuk sign yang berbentuk panel dan diwarnai dengan dicat. • Laminasi dengan tekanan tinggi, contohnya formica, micarta, textolite, dan lain sebagainya. Kegunaannya untuk pelapis triplek. • Logam, contohnya aluminium, tembaga, dan kuningan untuk membuat huruf-huruf atau tanda peringatan yang berupa cetakan, buatan, atau potongan. Besi stainless sebagai pendukung (tiang atau rangka). • Plastik, contohnya akrilik untuk huruf-huruf buatan, panel-panel, dan item lainnya. Vinil untuk potongan huruf, bentuk-bentuk khusus, bingkai, atau sebagai tutup pelindung.
8
John Follis and Dave Hammer.Architecturan and Signing Graphics.New York: Whitney Library of Design. 1979.
Halaman | 30
• Laminasi plastik, contohnya laminasi plastik dua warna sebagai tanda yang terdiri dari dua lapisan di mana lapisan tersebut dapat terlihat melalui lapisan pertama. • Kaca, biasanya digunakan untuk sign yang transparan. Bahan untuk membuat exterior sign berbeda dengan bahan yang biasa digunakan untuk membuat sign interior. Bahan untuk membuat exterior sign lebih terbatas jumlahnya karena faktor sinar matahari dan cuaca yang bersifat dapat merusak sign. Berikut ini contoh beberapa bahan yang biasa dipergunakan untuk membuat exterior sign : • Lembaran logam. Besi atau baja adalah material dominan yang biasa digunakan dalam membuat exterior sign. • Rangka struktur baja. Tiang atau silinder sangat umum digunakan sebagai penopang sign berukuran kecil. Namun dalam skala yang lebih besar, rangka baja ini juga dapat digunakan untuk sign berukuran besar seperti billboard atau sign pada jalan tol. • Kayu. Bahan yang paling sederhana dan harus dilakukan dengan perawatan rutin dengan cara mengganti apabila kayu yang digunakan sudah rusak. • Triplek untuk eksterior. Triplek khusus ini dibuat dengan perekat yang tahan air sehingga banyak digunakan sebagai bahan exterior sign yang murah. • Plastik akrilik. Biasanya bahan ini digunakan untuk exterior sign dengan pencahayaan untuk menimbulkan efek bersinar. • Tembaga atau aluminium. Kedua bahan ini cocok untuk membuat potongan-potongan huruf. • Batu, marmer, granit, gamping/kapur, dan jenis batuan lainnya dapat dipergunakan untuk membuat sign monolitis dengan huruf-huruf yang diukirkan, dipotong, atau ditonjolkan.
Halaman | 31
• Fiberglass. Terbuat dari resin poliester yang digabung dengan serat kaca. Dapat digunakan untuk membuat bentukan-bentukan khusus secara manual atau sejumlah bentukan yang sama menggunakan mesin pencetak. 3.1.9. Bentuk umum penempatan sign interior dan eksterior Berikut ini merupakan bentuk-bentuk umum dari sign interior : 9 •
Sign yang menempel pada langit-langit atau dinding (Hanging Sign). Penempatannya bisa didukung dengan bingkai logam, ditopang oleh sepasang tiang logam untuk menggantung, kabel / tali sebagai penopang, panel yang langsung menempel pada langit-langit, serta ditopang tiang logam tunggal.
•
Sign yang menjorok keluar dari bagian dinding (Projecting Sign).
•
Sign yang dapat diganti. Bentuknya dapat berupa menu atau direktori yang menempel pada dinding untuk menunjukkan arah ataupun berisikan informasi.
•
Sign yang dapat dipindahkan, bentuknya ada yang menggunakan kaki penopang, tiang tunggal, ataupun kaki lipat.
3.1.10. Kriteria Pembuatan sign Pembuatan Sign yang baik harus memenuhi empat kriteria berikut: 10 a) Mudah dilihat penempatan Signage / Sign system juga harus dipikirkan secara tepat. Penempatan Signage yang baik yaitu di tempat yang mudah diakses oleh banyak orang. b) Mudah dibaca bentuk huruf atau tipografi yang digunakan dalam Signage sebisa mungkin dapat terbaca dalam kondisi apapun baik siang atau malam.
9
John Follis and Dave Hammer.Architecturan and Signing Graphics.New York: Whitney Library of Design. 1979. 10 www.wikipedia.com
Halaman | 32
c) Mudah dimengerti bentuk penulisan yang tertera pada Signage harus mudah untuk dipahami oleh banyak orang dari berbagai usia dan kalangan. Bentuk tulisannya sebisa mungkin juga harus singkat namun padat. d) Dapat dipercaya. Kebenaran informasi yang ditampilkan harus dapat dipercaya. Tidak ada informasi yang salah dan bisa menyesatkan bagi yang membacanya. 3.1.11. Potongan Huruf sebagai Sign Potongan huruf merupakan salah satu jenis sign yang banyak digunakan karena praktis dan memberi kesan minimalis. Sign semacam ini biasanya diletakan menempel pada dinding, namun penempelan pada dindingnya dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung material yang digunakan serta penampakan potongan hurufnya juga menjadi faktor cara penempelan pada dinding. Berikut ini beberapa alternatif penempelan potongan huruf sebagai sign pada dinding: 11 • Diletakan menjorok masuk pada dinding sehingga permukaan huruf rata dengan dinding. Dinding berfungsi sebagai bingkai yang menahan huruf ditempatnya. Dapat berupa material yang konkrit ataupun serpihan yang dipadatkan, seperti kayu, marmer, granit, logam, dan kaca. • Diletakkan menempel datar pada dinding. Meskipun tidak menjorok masuk kedalam dinding, namun hampir tidak ada perbedaan tinggi antara permukaan huruf dengan permukaan dinding. Material yang digunakan sangat tipis, seperti berupa lukisan, sablon, ataupun potongan sticker berbahan vinil. • Diletakkan menempel pada dinding dengan sedikit ketebalan. Menggunakan material yang dapat dipotong tipis, seperti kayu, logam, atau plastik. Bisa ditempelkan secara rapat pada dinding 11
John Follis and Dave Hammer.Architecturan and Signing Graphics.New York: Whitney Library of Design. 1979.
Halaman | 33
di mana material langsung melekat pada dinding, atau bisa juga diletakkan sedikit mengambang dari permukaan dinding dengan menggunakan paku atau baut sebagai pengait / kaki untuk menempel kebagian permukaan dinding. • Huruf yang memiliki rongga di dalamnya sebagian besar terbuat dari logam atau akrilik. Huruf seperti ini biasanya digunakan untuk jenis sign yang bercahaya. Penempatannya tidak benarbenar menempel pada dinding, tetapi diberi jarak untuk di beri lampu pada bagian yang menempel dengan permukaan dinding. • Potongan huruf yang terbuat dari material solid biasanya dipotong tebal dan ditempelkan langsung pada permukaan dinding. Tingkat ketebalannya membuat huruf tampak menonjol dari permukaan dinding. Material yang digunakan seperti granit, marmer, plastik, logam, ataupun kayu, yang semuanya dipotong utuh. Potongan huruf semacam ini juga dapat diletakkan sebagai ground sign yang berdiri sendiri.
3.2.
Tipografi dalam Sign Tipografi adalah andalan utama pekerja grafis dalam berkomunikasi
visual. Komunikasi terbangun oleh bahasa, dan bahasa didirikan oleh strukturstruktur yang merupakan susunan dari kata-kata dan elemen terkecil dari semua itu adalah tulisan yang mudah dibaca atau dimengerti dan merupakan rangkaian-rangkaian kode atau simbol yang ditampilkan dalam bentuk hurufhuruf. Huruf merupakan bagian terkecil dari struktur bahasa tulis dan merupakan elemen dasar untuk membangun sebuah kata atau kalimat. Rangkaian huruf dalam sebuah kata atau kalimat bukan saja dapat memberikan suatu makna yang mengacu kepada sebuah objek ataupun gagasan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menyuarakan suatu citra ataupun kesan secara visual (sign). Huruf memiliki perpaduan nilai fungsional dan nilai estetika.
Halaman | 34
Pengetahuan mengenai huruf dapat dipelajari dalam sebuah disiplin seni yang di sebut tipografi. 3.2.1. Jenis Huruf Secara garis besar, karakter huruf digolongkan menjadi: 12 1. Roman, pada awalnya adalah kumpulan huruf kapital seperti yang biasa ditemui di pilar dan prasasti Romawi, namun kemudian definisinya berkembang menjadi seluruh huruf yang mempunyai ciri tegak dan didominasi garis lurus kaku.
ROMAN 2. Serif, dengan ciri memiliki kait di ujungnya. Selain membantu keterbacaan, serif juga memudahkan saat huruf diukir ke batu.
SERIF 3. Egyptian, atau populer dengan sebutan slab serif. Cirinya adalah kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.
EGYPTIAN 4. Sans Serif, dengan ciri tanpa sirip/kait, dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien.
12
www.wikipedia.com
Halaman | 35
SANS SERIF 5. Script, merupakan goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifast pribadi dan akrab.
Script 6. Miscellaneous, merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.
Miscellaneous Ada banyak gaya huruf yang memiliki variasi dari gaya huruf dasarnya, baik dalam berat maupun proporsi. Contohnya font Arial, mempunyai variasi seperti Arial Bold, Arial Italic, Arial Bold Italic, Arial Narrow, Arial Black, Arial Unicode MS, dan sebagainya. Dalam suatu publikasi sering kali diperlukan hierarki dalam penyusunan type. Tidak ada aturan baku dalam penyusunan tersebut karena
dalam
grafis
modern
senantiasa
digali
kemungkinan-
kemungkinan baru yang lebih menantang serta dapat menarik perhatian responden atau target. Namun demikian, susunan hierarki tetap masih harus ada. Hanya saja hierarki itu perlu disusun berdasarkan alasan yang berbeda-beda hingga membentuk prioritas pembacaan. Hierarki visual disusun oleh tiga hal, yaitu : ukuran font, huruf kapital, dan jenis huruf.
Halaman | 36
3.2.2. Penggabungan Legibility dan Readibility Legibility adalah tingkat kemudahan mata mengenali suatu tulisan tanpa harus bersusah payah. Hal ini bisa ditentukan oleh: 1.
Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan serif, kontras stroke, dan sebagainya.
2.
Penggunaan warna.
3.
Frekuensi pengamat menemui huruf tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Keterbacaan / readability adalah tingkat kenyamanan suatu
susunan huruf saat dibaca, yang dipengaruhi oleh: 1. Jenis huruf. 2. Ukuran. 3. Pengaturan, termasuk di dalamnya alur, spasi, kerning, perataan, dan sebagainya. 4. Kontras warna terhadap latar belakang (background). Jika digabungkan kedua hal tersebut maka akan ada kontribusi solusi penggunaan ilmu tipografi dalam membentuk komunikasi visual secara lebih baik. 3.2.3. Perataan Pesan 3.2.3.1. Ukuran Pesan Pada pesan yang mengunakan huruf kecil dan besar, maka ukuran ketinggian huruf besar yang datar dijadikan sebagai acuan ketinggian huruf, begitupun sebaliknya dengan huruf kecil. 13 3.2.3.2. Penggunaan huruf besar dan huruf kecil Pesan yang terdiri dari huruf besar semua cenderung untuk dibaca secara individual sehingga mengurangi tingkat keterbacaan
13
John Follis and Dave Hammer.Architecturan and Signing Graphics.New York: Whitney Library of Design. 1979.
Halaman | 37
pesan, sehingga solusi untuk penerapan pesan menggunakan huruf besar dibuat sederhana yang terdiri dari tiga sampai empat huruf. Penggunaan susunan huruf yang paling mudah dibaca adalah penggunaan huruf besar di tiap awal kata. Pemilihan kata yang diawali dengan huruf besar dapat membantu memberi penekanan pada kata tertentu dalam sebuah kalimat. Penyusunan seperti ini direkomendasikan untuk jenis sign yang memiliki banyak pesan karena tingkat keterbacaannya yang tinggi sehingga memliki definisi visual yang baik. 3.2.3.3. Nama-nama batas buruf besar dan huruf kecil Terminologi yang umum digunakan dalam penamaan setiap komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf antara lain: 14
Gambar 17. Batas-batas huruf.
3.2.3.4. Jarak antar huruf Pengaturan jarak antar huruf dan kata diperlukan agar interval antar huruf dan kata seragam. Penting agar jarak antar huruf dan kata disesuaikan dengan fungsi sign serta syarat-syarat estetis yang diajukan. Ada banyak variasi pengaturan namun ada empat pengaturan yang mendasar. Pengaturannya seimbang dengan gaya huruf yang digunakan sehingga tinggi tingkat keterbacaanya. 14
Adi Kusrianto, 2007, Pengantar Desain Komunikasi Visual, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Halaman | 38
Penjarakan yang lebih sempit dapat membuat huruf menyatu sehingga terjadi distorsi antara huruf dan kata. Bisa pula digunakan untuk membuat penampilan visual yang diinginkan. 3.2.3.5. Jarak antar kata Ruang horizontal antara dua garis lurus di ujung akhir kata dan di awal kata merupakan unit visual dasar untuk penjarakkan huruf. Besar ruang horizontal berbeda-beda, tergantung pada keinginan apakah normal, lebar, sempit, dan saling menyatu. Besar ruang antar kata dikatakan normal yaitu ruang sebesar setengah tinggi huruf besar dan hal ini berlaku bila ada tanda baca di akhir kata. Jarak antar kata perlu diperhatikan agar tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Bila terlalu besar maka kata cenderung terlihat seperti berdiri sendiri bukan sebagai suatu kesatuan kalimat. Dalam penulisan yang terdiri lebih dari satu baris, jarak antar kata lebih besar daripada jarak antar baris membuat pembacaan pesan menjadi sulit karena mata cenderung bergerak dari atas ke bawah daripada kesamping. Sedangkan jarak antar kata yang terlalu sempit membuat semua kata terlihat menyatu, sehingga sulit untuk membedakan tiap katanya. 3.2.3.6. Penyesuaian ruang pesan Apabila salah satu baris terpanjang dari keseluruhan pesan lebih besar daripada ruang yang tersedia sehingga isi pesan tidak dapat masuk dengan utuh, maka diperlukan adanya penyesuaian. Ada beberapa penyesuaian yang dapat dilakukan, pemilihan penyesuaian yang tepat tergantung pada pertimbangan estetis dan fungsional. Bila sign yang harus disesuaikan adalah sign yang tergabung dalam sign system, penyesuaian yang dilakukan pada
Halaman | 39
tanda tersebut akan mempengaruhi tanda-tanda lain dalam sistem kesatuannya. 3.3.
Warna dalam sign Warna sangat penting peranannya dalam sign. Dalam pemilihan warna
harus hati‐hati sesuai dengan fungsi komunikasi yang akan disampaikan. Warna adalah penunjukkan identitas dari sebuah objek atau benda. Warna dapat digunakan untuk menarik perhatian mata pembaca, dapat menciptakan suatu suasana atau perasaan, dapat sebagai pengikat dalam sebuah layout, menciptakan suasana hati, dan menonjolkan bagian ‐bagian yang penting dari apa yang akan disampaikan. 3.3.1. Proses Percampuran Warna Percampuran warna terbagi menjadi dua, yaitu percampuran warna additive dan warna subtractive. 1. Pencampuran Warna Additive Percampuran warna primer cahaya (R,G,B) dimana campuran ketiga Warna tersebut akan menghasilkan warna putih. Kombinasi dari dua warna primer akan menghasilkan warna sekunder. (G+B : Cyan, B+R : Magenta, R+G : Yellow). Prinsip ini diterapkan pada TV, Monitor, Video, Scanner, dll. 2. Pencampuran Warna Subtractive Adalah warna sekunder dari wama additive. Warna additive dibentuk dari cahaya, sedangkan warna subtractive dibentuk dari pigmen warna. Warna ini terdiri dari cyan, magenta, yellow, dimana ketiganya bila dipadukan membentuk warna hitam (K = key). 15 3.3.2. Fungsi Warna
15
Anne Dameria, 2004, Color Management, Penerbit Link & Match Graphics, Jakarta.
Halaman | 40
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang fungsi warna dalam desain grafis di dalam Modul Komposisi Pada Desain Komunikasi Visual, yaitu : 1.
Fungsi Estetis Warna mempunyai kekuatan untuk membangkitkan rasa keindahan serta memberikan pengalaman keindahan. Rasa keindahan ini dibangkitkan oleh keharmonisan warna.
2.
Fungsi Isyarat Di antara warna‐warna, ada yang mempunyai kekuatan yang besar dan ada yang mempunyai kekuatan sedang, bahkan ada yang sangat lemah. Warna yang mempunyai kekuatan sangat kuat digunakan untuk menarik perhatian atau peringatan.
3.
Fungsi Psikologis Warna dapat mempengaruhi emosi, perasaan, dan perangai seseorang yang akan mempengaruhi kejiwaannya. Pembagian warna terletak petda pengaruh psikologis yang sangat kuat dalam mempengaruhi emosi seseorang. Warna ‐ warna cerah memiliki efek emosional yang tajam dibandingkan dengan jenis warna yang lainnya. Warna‐ warna cerah menunjtlkkan tendensi emosional yang
tinggi.
Bahkan
memiliki
nilai
efektif
tertinggi
dan
memperhatikan ungkapan yang tdk tertahankan. Berbagai aspek dan kualitas dari suatu warna dapat menimbulkan tanggapan emosi tertentu, perbedaan yang paling mendasar adalah adanya gelap dan terang, karena dengan cahayalah kita dapat melihat warna untuk dapat mengekspresikan ide dan emosi. Warna berkaitan langsung dengan perasaan dan emosi seseorang karena warna dapat dipandang dari segi visual dan kejiwaan. Menurut penelitian secara ‐ anak, orang primitif, umum, warna panas merangsang anak sederhana dan yang bersifat ekstovert. Warna dingin bersifat tenang, introvert, dewasa dan matang. Kesimpulan ini mungkin
Halaman | 41
terlalu empiris dan luas, karena reaksi emosional tidak terlalu mudah untuk di ukur. 4.
Fungsi Pengenal Warna berfungsi sebagai tanda pengenal, sebagai contoh pada gambar peta warna hijau adalah indikasi dari tanah Hat, warna kuning menandai pasir, dan warna biru adalah laut. Pada gambar teknik pengenalannya dilakukan dengan ketentuan warna yang telah dicapai dengan persetujuan atau peraturan normalisasi keseragaman.
5.
Fungsi Pembeda Warna berfungsi sebagai pembeda.
6.
Fungsi Alamiah atau Fisika Warna menunjukan pengaruh atas kejadian alam semesta dan dunia fana, ada warna yang mengisap cahaya dengan kuat dan ada juga yang daya hisapnya rendah, sifat ini dinamai fungsi alamiah atau fisika warna.
3.3.3. Tingkatan Warna Warna terbagi menjadi 5 tingkatan, yaitu : •
Warna Primer : Warna cahaya, warna asli atau warna pokok.
•
Warna Sekunder : Campuran aktif dari tiga warna primer.
•
Warna Tersier: Campuran beberapa warna sekunder.
•
Warna Intermediate : Campuran antara dua warna primer dengan warna sekunder.
•
Warna Analogis : Paduan antara warna primer dan warna Intermediate, serta warna sekunder dengan warna Intermediate.
Halaman | 42
3.4.
Pengertian Green Campus Program eco-campus pada dasarnya dilatarbelakangi oleh antara lain
bahwa, lingkungan kampus diharapkan harus merupakan tempat yang nyaman, bersih, teduh (hijau), indah dan sehat dalam menimba ilmu pengetahuan; Kemudian lingkungan kampus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ekosistem perkotaan tidak sedikit peranan dan sumbangannya bagi meningkatkan maupun dalam menurunkan pemanasan global. Disamping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana masyarakat kampus dapat mengimplementasikan IPTEK Bidang Lingkungan Hidup secara Nyata. Oleh karena itu program Eco-Campus adalah Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat kampus sebagai kumpulan masyarakat ilmiah untuk turut serta berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam mengurangi Pemanasan Global. Pengertian istilah Eco-Campus/ Green Campus dalam konteks pelestarian lingkungan bukan hanya suatu lingkungan kampus yang dipenuhi dengan Pepohonan yang Hijau ataupun kampus yang dipenuhi oleh Cat Hijau, ataupun barangkali karena kebetulan Jaket Almamater kampus yang bersangkutan berwarna hijau, namun lebih jauh dari itu makna yang terkandung dalam eco-campus adalah sejauh mana warga kampus dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan kampus secara efektif dan efisien, misalnya dalam pemanfaatan Kertas, alat tulis menulis, penggunaan Listrik, Air, Lahan, Pengelolaan Sampah, dll. Dimana semua kegiatan itu dapat dibuat neraca dan dapat diukur secara Kuantitatif baik dalam jangka waktu bulanan maupun tahunan. Oleh sebab itu, dalam program eco-campus ada beberapa indikator ataupun parameter yang dapat dijadikan sebagai ukuran apakah kampus tersebut telah benar-benar telah mencapai sebutan eco-campus ataupun Green Campus. Adapun Ukuran keberhasilan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : 16 16
www.walhi.com
Halaman | 43
• Efisiensi penggunaan kertas sebagai kebutuhan pokok pengajaran • Efisiensi pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran • Efisiensi penggunaan lahan sebagai ruang terbuka hijau dan estetika (landscape) • Efisiensi penggunaan listrik • Efisiensi penggunaan Air • Efisiensi pemakaian sumber daya alam • Upaya kontribusi pengurangan pemanasan Global 3.4.1. Konsep green campus Green Campus yang seringkali diangkat memiliki definisi yang luas. Konsep Hijau tidak hanya terkait dengan pembangunan ramah lingkungan, tetapi juga berhubungan dengan penerapan suatu sistem yang terintegrasi, holistik, dan efisien. Di dalam Konsep Hijau, infrastruktur, desain, dan sistem dibuat semirip mungkin dengan ekosistem, di mana energi dimanfaatkan secara efisien dan materi dimanfaatkan dari satu entitas ke entitas yang lain dalam sistem siklus. Berikut adalah prinsip‐prinsip penerapan Konsep Hijau: 17 •
Efisiensi energi Di dalam ekosistem dan metabolisme organismal, energi dimanfaatkan secara efisien antara unit pemanfaat energi. Energi yang terlepas dalam bentuk kalor dimanfaatkan sebagai sumber energi panas bagi subsistem lain di dalam sistem, atau diserap
oleh
sistem.
Panas
yang
diserap oleh
sistem
dimanfaatkan untuk menggerakkan materi, seperti air dan angin. •
17
Penggunaan energi terbarukan
www.itb.ac.id
Halaman | 44
Konsep Hijau memanfaatkan energi terbarukan yang tersedia di alam, dengan seminimal mungkin penggunaan bahan bakar fosil. Sumber energi terbarukan yang ada di dalam terutama disediakan oleh sinar matahari. Sumber energi terbarukan lainnya meliputi angin, air, panas bumi, dan biomassa. •
Zero‐waste production : Efisiensi pemanfaatan sumber daya. Di dalam konsep Hijau, sumber daya dimanfaatkan secara efisien.
Teknologi
Hijau
adalah
teknologi
yang
dapat
meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya sehingga mengurangi limbah yang dihasilkan. •
Zero‐waste production: Siklus materi Konsep zero‐waste production tidak hanya berhubungan dengan efisiensi pemanfaatan sumber daya, tetapi juga dengan penerapan siklus materi di dalam sistem. Limbah yang dihasilkan oleh satu subsistem harus dapat dijadikan sebagai sumber daya bagi subsistem lainnya. Konsep seperti Recycle dan Reuse adalah penerapan dari siklus materi dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya dalam Konsep Hijau.
•
Keterkaitan sistem alam ‐ manusia Green development tidak dapat dilepaskan dari pembangunan masyarakat. Konsep Sistem Ekologi‐ Sosial (SES) memperhatikan masyarakat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem alam (ekosistem). Alam memberikan sumberdaya bagi manusia, tetapi manusia juga memberikan masukan bagi siklus materi di dalam ekosistem. Pembangunan berwawasan lingkungan yang tidak mengindahkan masyarakat memiliki tendensi untuk gagal dan bepotensi minimbulkan bencana. Masyarakat dapat merusak lingkungan melalui pemanfaatan eksploitatif, tetapi dapat juga berperan
dalam
memelihara
lingkungan
melalui
sistem
pengelolaan yang berkelanjutan. Konsep Hijau mengedepankan
Halaman | 45
pemberdayaan
masyarakat
sekitar
sebagai
bagian
dari
pembangunan yang ramah lingkungan. 3.4.2. Contoh Sign Green Campus
Jenis Wall Mounted sign
Jenis Specialty sign (sticker)
Jenis Sepcialty sign (mobile ad)
Halaman | 46
Jenis Specialty sign pada tempat sampah 3.4.3. Green Campus Universitas Mercu Buana Berdasarkan pengamatan secara langsung, maka didapatkan data : 1. Pencanangan program Green Campus Universitas Mercu Buana 2. Tujuan Green Campus Universitas Mercu Buana 3. Media yang digunakan untuk mensosialisasikan Green Campus 3.4.3.1. Pencanangan Program Green Campus Program
Green
Campus
Universitas
Mercu
Buana
dicanangkan pada saat 1st UMB Festival, dimana perwakilan peserta
dari
masing-masing
sekolah
melakukan
kegiatan
menanam pohon disekitar lingkungan Universitas Mercu Buana. Sejak saat itu UMB mencanangkan program Green Campus untuk menciptakan lingkungan kampus yang nyaman, bersih dan sehat. Sebelum kegiatan Green Campus dicanangkan, Universitas Mercu Buana sudah terlebih dahulu mencanangkan program bebas merokok di area / lingkungan kampus. Program ini diharapkan bisa menciptakan lingkungan kampus menjadi area yang bebas asap rokok. Salah satu bentuk larangan merokok disekitar area kampus yaitu berupa spanduk, poster, signage / plang area merokok, sticker, x-banner.
Halaman | 47
Dari media-media tersebut diharapkan dapat menyadarkan seluruh mahasiswa/i agar tidak merokok di sembarang tempat seperti koridor kelas, tangga-tangga gedung, atrium, serta lorong gedung. 3.4.3.2. Tujuan Green Campus Universitas Mercu Buana Tujuan
dilakukannya
Green
Campus
yaitu
untuk
menciptakan lingkungan kampus yang nyaman, bersih, dan sehat bagi seluruh warga kampus baik mahasiswa/i, dosen, dan seluruh karyawan Universitas Mercu Buana. Dengan lingkungan kampus yang bersih dan nyaman makan mahasiswa/i dapat melakukan kegiatan kesehariannya dengan nyaman. Selain lngkungan yang bersih dan sehat, mutu Universitas Mercu Buana sebagai kampus hijau akan semakin kuat sehingga nama Universitas Mercu Buana akan muncul sebagai kampus yang nyaman, bersih, dan sehat disamping berkualitas dari segi akademiknya. 3.4.3.3. Media yang digunakan untuk mensosialisasikan Green Campus Pengaplikasian media untuk mensosialisasikan kepada seluruh warga kampus memang belum diterapkan secara menyeluruh, namun seperti x-banner, iklan dimajalah intern sudah diterapkan.
Penerapan program
Green
Campus ini lebih
ditekankan pada Tata Usaha Fakultas dengan jurusan masingmasing. Beberapa penjabaran jawaban dari pertanyaan yang diajukan masih belum tampak jelas mengenai program green campus yang sedang dijalankan oleh Universitas Mercu Buana. Dimana program green campus ini belum terkordinir secara meluas bagi seluruh warga
Halaman | 48
kampus, baik mengenai peraturan dan anjuran yang berlaku. Terutama bagi mahasiswa/i Universitas
Mercu Buana, ketidakjelasan ini
mengakibatkan gerakan green campus Universitas Mercu Buana menjadi tidak jelas acuan atau ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam gerakan tersebut. Oleh karena itu, pemahaman atau konsep mengenai green campus mengadopsi dari kegiatan kampus hijau yang telah dianjurkan oleh Walhi dalam menerapkan gerakan green campus. 3.5.
Perilaku Mahasiswa Universitas Mercu Buana Mahasiswa/i Universitas Mercu Buana setiap hari melakukan kegiatan di lingkungan kampus. Selain kegiatan belajar, mereka juga melakukan kegiatan lain disekitar lingkungan kampus ataupun gedung perkuliahan. Koridor-koridor kelas dan tangga gedung menjadi tempat yang biasa mereka gunakan untuk menunggu jam perkuliahan ataupun hanya melepas waktu sejenak. Berikut ini merupakan foto perilaku mahasiswa/i yang tidak sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku di lingkungan kampus :
Gambar 18. Perilaku mahasiswa/i yang kurang memperdulikan kebersihan lingkungan kampus.
Halaman | 49
Gambar 19. Perilaku mahasiswa/i yang kurang memperdulikan aturan dilarang merokok di area kampus seperti di koridor depan kelas.
Berdasarkan foto-foto diatas maka seharusnya mahasiswa sadar dengan lingkungan selama mereka menjalankan aktifitas kesehariannya di kampus.
Selama ini memang tak banyak mahasiswa/i dari berbagai
universitas yang mengembangkan gerakan peduli lingkungan. Pengelola kebijakan di kampus masih enggan mengelola isu lingkungan sebagai program unggulan. Kerja sama dengan instansi lain dalam kegiatan prolingkungan seolah sebatas proyek berjangka pendek. Agenda instan itu sama sekali tidak menyentuh subtansi atau menggerakkan mahasiswa untuk peduli terhadap problem lingkungan di sekitarnya. Orientasi pendidikan berbelok dari arah sebenarnya. Kampus kehilangan fungsi sebagai “rumah ide” untuk memberikan solusi atas problem manusia.
Halaman | 50
Green Campus hanya menjadi imaji tak bermakna dan nostalgia atas kondisi kampus zaman dulu yang rindang serta menyegarkan. Imaji kampus hijau hanya menjadi bayang-bayang semu di tengah bangunan megah universitas dengan berbagai macam pesona arsitektur, tetapi diancam banjir dan terseret polusi tengah kota. Slogan “kampus hijau” yang tenang, teduh, dan berorientasi menjaga lingkungan hanya menjadi kenangan. Kesadaran Ekologis Karena itu, perlu kebijakan substansial untuk mengukuhkan kembali kampus sebagai ruang pembelajaran yang konkret. Mahasiswa perlu dibekali mata kuliah, praktik metode, dan aplikasi teori tentang kesadaran lingkungan hidup.
Halaman | 51
3.6.
Denah Universitas Mercu Buana
Halaman | 52