Daftar Isi 1
3
Pesan Gubernur Distrik 307A2 Indonesia
Pesan Presiden Lions Clubs International
4
Mencari Melvin
13
Kunjungan LC International 2nd Vice President Robert E. Corlew di Jakarta
18 24
Kampung Perdamaian
YOUTH EXCHANGE DI VICTORIA, AUSTRALIA
30 16 Memperingati Hari Lions Indonesia Ke-45
Sejarah Singkat Kebutaan
36 Distrik 307A1 Memenangkan PPC Tingkat MD
28 | RECRUITING MEMBERS PRekrutan Siap Sedia. Mantan Leos Siap Menjadi Lions yang Setia
Pesan Gubernur Lions Clubs International Distrik 307A2 'Don't Worry Be Happy' Fellow Lions, waktu terus berjalan tanpa terasa kita telah berada di akhir semester satu. Pelayanan dan Pengabdian di organisasi yang besar ini membuat saya semakin bersukacita walaupun kadang lelah karena padatnya acara dan program kerja Distrik, Multiple Distrik dan International. Kelelahan saya hilang ketika saya melihat team kami yang begitu semangat dan para senior Lions selalu mendukung saya untuk mensukseskan berbagai program kerja. Inilah pengalaman saya yang sangat berharga sebagai Leader di Distrik 307A2 dan tak terlupakan. Lagu kesukaan saya dan menjadi theme song saya sebagai Gubernur Distrik adalah “Don't Worry be Happy”. Karena saya yakin tanpa sukacita, kita tidak akan mampu membuat orang lain menjadi sukacita. Fellow Lions, kita semua adalah bagian dari organisasi ini, yang memiliki Visi dan Misi untuk mengabdi, membangun dan membantu orang-orang di sekitar kita agar mereka menikmati sukacita yang kita nikmati. Oleh karena itu jabatan di organisasi ini adalah amanah pelayanan (serve) bukan kekuasaan. Anggota Lions harus memiliki pengetahuan yang baik dalam pelayanan, justru tahun ini Distrik 307A2 lebih fokus pada program pelatihan, dan alokasi anggaran GLT kami tingkatkan, kemudian kita lakukan sesuatu yang menyentuh hati masyarakat di sekitar kita agar mereka mengenal dan bahkan akan bergabung menjadi anggota Lions. Kami juga meningkatkan promosi Lions Clubs di daerah pengabdian Distrik 307A2 dengan mengadakan media exposure melalui dua Billboard Lions dan media cetak. Harapan saya semoga Lions Clubs yang kita cintai ini semakin bertumbuh, dan kehadirannya di masyarakat menjadi berarti. Semoga Tuhan yang Maha Esa memberkati kita semua. Marilah kita bersama-sama mengabdi dengan sukacita dan menikmati pengabdian kita dengan rasa tetap ”happy”. So “Don't Worry, Be Happy”.
Medan, 3 Desember 2014 Salam Pengabdian, Equal & United in Service
29 | RAISING FUNDS Balkon Cinta Belajar
34 | FOUNDATION IMPACT Lions Quest Berhasil di Turki Dalbir Singh Kapoor Gubernur Distrik 307A2
35 | VISIONARY WORK KidSight USA Diluncurkan untuk Menyelamatkan Penglihatan
38 | SEKILAS KEGIATAN MD 307
Sampul: IVP Bob Corlew didampingi CC Ina Liliana menarikan Tor Tor setelah menerima ulos dari peserta Fun Walk. NOVEMBER - DESEMBER 2014
1
Pesan Presiden
Pesan Presiden November 2014
Joe Preston Lions Clubs International President
Desember 2014
Keyakinan Untuk Kebangkitan
Siapa Saya? Saya Lion
Ketika berkunjung ke Afrika saya menyaksikan hal yang tak akan pernah saya lupakan. Saya berpapasan dengan dua ekor singa di alam liar, dan si jantan kemudian mengaum. Suaranya tidaklah lemah lembut dan tidak bertenaga, melainkan keras dan menggelegar. Dan ia terus mengawasi kami dan mengaum lagi kira-kira delapan atau sembilan kali. Ia mengaum penuh keyakinan. Sebagai Lions kita harus seperti itu. Kita harus mengaum penuh keyakinan. Kita harus meninggalkan "jejak cakar" kita di mana-mana. Auman tanpa keyakinan hanya suara berisik belaka. Sebagai Lions terkadang kita tidak percaya diri dengan kemampuan sendiri dan tidak menyadari betapa banyak yang bisa kita perbuat. Jangan mematok target biasa-biasa saja sebagai seorang Lion maupun sebuah klub. Sebagaimana ditegaskan oleh Nelson Mandela, "Hidup tidak akan bergairah bila memasang target lebih rendah dari yang sebenarnya bisa kita raih." Lagu tema saya, yang saya tulis sendiri, merangkum pentingnya persaudaraan dan mengaum penuh keyakinan: Dig down deep, let it go, and ROAR like a Lion, (Gali potensi diri, keluarkan, dan MENGAUMLAH seperti Lion,) Tell the whole world, we'll never stop tryin' (Katakan pada dunia, kita tidak akan pernah menyerah)
Saya mulai meniti karir pada usia 20an. Saya seorang suami, ayah, manajer pemasaran, musisi dan seniman. Itu semua identitas saya. Saya juga disibukkan dengan berbagai hobi dan kegiatan termasuk mengabdi sebagai Lion. Seiring waktu, pelan tapi pasti, menjadi Lion bukan sekadar kegiatan saya. Lion menjadi jati diri saya. Saya melihatnya sebagai panggilan jiwa, jalan saya berkontribusi kepada masyarakat secara efektif dan efisien. Dengan menjadi Lion, identitas saya terjalin menjadi satu. Pada edisi kali ini kami menampilkan Lions aktif dari seluruh dunia. Kami mewawancarai para Lions ini, dan kami mengabarkan apa yang mereka sampaikan kepada kami. Bagi mereka juga, menjadi Lion itu bukan hanya sekadar kegiatan sampingan atau mengisi waktu luang. Ini cara mereka mengekspresikan dirinya dan cara mereka berinteraksi dengan masyarakatnya. Menjadi Lion bukan sekadar jalan untuk membalas budi namun juga jalan hidup. Tepat bila kita fokus pada identitas kita sebagai Lions menjelang Tahun Baru. Identitas itu tidak pernah tetap. Seperti yang dikatakan pembuat film Steven Spielberg, "Kita semua setiap tahun selalu menjadi orang yang berbeda. Saya kira kita tidak pernah menjadi orang yang sama sepanjang hayat." Jadi tak masalah dalam spektrum Lions yang mana kalian berada sekarang–sangat aktif, cukup aktif atau tidak aktif–buatlah resolusi untuk terlibat lebih. Berdasarkan pengalaman pribadi saya, saya bisa pastikan bahwa hidup kalian akan sangat kaya. Hal terbaik untuk diri kalian adalah melayani orang lain. Joni dan saya mendoakan kesehatan dan kebahagiaan kalian pada musim liburan ini. Kami berterima kasih kepada semua Lions atas pelayanan kalian dan menantikan tahun 2015 yang spektakuler dan penuh pelayanan.
We are the Lions Club, we can't be denied, no, no, no, (Kita Lions Club, tak bisa disangkal, tidak bisa,) So dig down deep, and Strengthen the Pride. (Jadi galilah potensi diri, dan tingkatkan kebanggaan) Kuncinya: temukan peran yang paling nyaman untuk kalian di klub. Dan buat proyek klub yang paling cocok untuk masyarakat kalian. Bintang sepakbola Mia Hamm sadar bahwa motivasi itu pada dasarnya tumbuh karena kasih sayang atau cinta yang mendalam. "Jika kita tidak mencintai pekerjaan kita, kita tidak akan bersungguh-sungguh atau tidak akan bersemangat melakukannya," jelas Mia. Kalian tidak perlu mencipta ulang roda. Cukup berdiskusi dengan Lions dari klub lain. Baca majalah LION dengan saksama dan kunjungi situs LCI. Ada banyak sekali tips dan fasilitas pendukung. Atau gunakan metode Building a Better Club yang saya kembangkan. Metode ini terdiri atas empat langkah mudah. Evaluasi klub kalian, tentukan target yang realistis dan terukur, buat perencanaan dan kemudian implementasikan rencana itu. Metode ini tampak lazim dan masuk akal, dan memang demikian. Selain itu akal sehat kita juga mendorong kita untuk berubah dan memperbaiki diri, agar Strengthen the Pride terlaksana, kita harus terus maju dengan perencanaan. Mengaumlah dengan yakin sebelum melangkah ke depan dan kemudian melangkahlah. Sukses dalam pelayanan itu berarti mencurahkan segalanya untuk menghimpun persaudaraan dan menghargai kemampuan kita. Penulis Henry David Thoreau merangkumnya sebagai berikut: "Bila seseorang melangkah maju dengan penuh rasa percaya diri untuk meraih mimpinya, dan berusaha untuk menjalani hidup yang ia impikan, maka ia akan menemui keberhasilan yang tak terduga pada saat yang tak terduga."
Joe Preston Lions Clubs International President
Joe Preston Lions Clubs International President
Digital LION Dengar Preston menyanyikan lagu temanya di lionmagazine.org. 2
NOVEMBER - DESEMBER 2014
NOVEMBER - DESEMBER 2014
3
Kita akan mulai dari bagian paling akhir. Melvin Jones terbaring tenang di Pemakaman Mt. Hope dekat Chicago. Batu nisan marmernya yang indah duduk di bukit kecil yang rimbun dengan pepohonan. Logo Lions yang tak asing lagi terukir di antara baris ketiga dan keempat pada batu nisannya, yang sederhana namun tegas bagi para pengunjung yang datang dari Amerika Serikat dan yang terjauh dari India dan Australia. Melvin Jones 1879-1961 Founder Lions International
Mencari Melvin Siapa pendiri kita? Mengapa ia begitu penting sampai sekarang. Oleh Jay Copp
Pemakaman ini sebagian besarnya diisi oleh orang-orang biasa dengan batu nisan biasa, namun di sisi bukit tempat Melvin terdapat bangunan crypt (pemakaman bawah tanah) dengan empat pilar besar, seukuran garasi di pinggiran kota. "Swift" terpampang di seberang facade bangunan ini. Nama Swift itu sama seperti raksasa bisnis pengolahan daging. Melvin membangun kelompok pelayanan terbesar di dunia. Untungnya, sesuai dengan pelopor pelayanan dan bukan pemimpin industri, nisan Melvin, selebar lima kaki dan tinggi tiga kaki, tampak gagah namun tidak angkuh. Pemakaman ini secara gamblang menyiratkan orang terkenal yang dimakamkan di sini. Logo Lions berwarna dan plakat bertuliskan "Site of Melvin Jones Memorial (Monumen Peringatan Melvin Jones)" terpasang pada rel gerbang depan pemakaman. Sementara rel di sisi lain memasang logo Rotary dan papan bertuliskan "Paul Harris," pendiri klub pelayanan ini yang juga berbasis di dekat Chicago. Luar biasanya, dua figur legendaris, yang menjadi pelopor dua klub pelayanan yang memiliki banyak kesamaan dengan perkembangan luar biasa, sekarang beristirahat untuk selamanya berdekatan satu sama lain. Saat ditanya siapa yang lebih banyak diziarahi, seorang petugas pemakaman hanya terkekeh dan tersenyum. Berdasarkan cerita orang-orang, Melvin sangat berwibawa, terutama di awal setengah hidupnya saat ia mengembangkan Lions. Karena ramah dan mudah bergaul, ia dapat meyakinkan orang-orang dari berbagai kelompok bisnis untuk bersatu dan menyebut diri mereka Lions. Bahkan lebih hebatnya lagi, Melvin mengubah total
konsep dari himpunan pengusaha. Melvin benar-benar pionir sejati. Fakta umum kehidupannya terdokumentasikan dengan baik. Kita juga tahu tentang kepribadiannya yang menggelora dan pencapaian-pencapaiannya. Kita tahu sedikit sekali tentang karakter dan motivasinya. Melvin itu misterius. Halilintar apa yang menyambarnya? Orang macam apa dia sehingga secara radikal mengonsep ulang prinsip dasar masyarakat Amerika? Angin sepoi-sepoi berhembus di antara pepohonan di pemakaman dan mengibarkan dedaunannya. Kerumunan pelayat memenuhi area di sekitar pepohonan. Bunga-bunga segar menghiasi kuburan demi kuburan. Pemakaman ini dipenuhi mereka yang hidup dan yang mati. Begitupun dengan Melvin, masih relevan. Masa lalu masih hidup; bahkan itu bukan masa lalu, tegas Faulkner. Lions Clubs International (LCI) terus tumbuh dan berkembang selama lebih dari setengah abad setelah Melvin wafat. Mungkin dengan memahami siapa sebenarnya Melvin Jones dan apa yang memotivasi Melvin, Lions dapat memahami lebih baik peranannya dan lebih baik dalam merencanakan masa depannya. *** Kami telah mendatangi Flossmoor, di selatan Chicago. Enam orang Lions sedang berdesak-desakan di jalan masuk sebuah rumah kontemporer nan indah di jalan yang dipenuhi deretan pohon. Melvin pindah ke pinggiran kota pada tahun 1940an dan memindahkan keanggotaannya dari Chicago Central ke Homewood Flossmoor Club. Ada urgensi lain di balik kunjungan ini. Menurut kabar yang kami dengar, rumah Melvin akan segera diruntuhkan dan digantikan dengan rumah yang lebih bagus. Namun mereka tidak tahu rumah Melvin yang mana. Tepat di sebelah rumah indah itu ada rumah reyot dengan alamat jelas Melvin yang tercatat di LCI. Para Lions berbicara dengan anak muda yang tinggal di situ dan katanya, ia tidak tahu apakah Melvin Jones pernah tinggal di situ. Pemilik rumah indah, seorang pebisnis bersetelan kerja, berhimpit-himpitan dengan para Lions. Walaupun ia harus berangkat kerja, ia amat ramah. Ia langsung ke pokok permasalahan. Ia berbicara dengan istrinya. Ia menggunakan ponselnya untuk menelepon tetangga-tetangganya. Dan akhirnya, ia mendapat jawabannya. "Rumah saya dibangun pada 1969. Benar Melvin pernah tinggal di sini, namun rumahnya dulu diratakan." Hati kami kecewa. Sebuah petunjuk tentang jati diri Melvin, jejak dirinya, telah hilang. Lalu kebetulan sebuah mobil van dinas pekerjaan umum lewat. "Hai, Kevin," seorang Lion memanggilnya. Para Lions menjelaskan situasi yang mereka hadapi kepadanya. "Kita lihat nanti apa yang bisa saya temukan," seru Kevin dan kemudian ia melajukan lagi mobilnya. *** (Kiri) Pada 1928, 11 tahun setelah ia mendirikan Lions Clubs, Melvin Jones meninggalkan agensi asuransi untuk menjalankan asosiasi pelayanan. Makam Melvin hanya beberapa mil dari tempat tinggalnya dan 22 mil dari kantor pusat Lions.
4
NOVEMBER - DESEMBER 2014
NOVEMBER - DESEMBER 2014
5
Lions Homewood Flossmoor berkumpul di rumah tua yang diyakini milik Melvin dulu.
Para staf lama di kantor pusat Lions di Oak Brook di pinggir kota Chicago pernah bertemu dengan para senior Lions, baik di kantor pusat maupun di konvensi internasional, yang pernah berjumpa dengan Melvin. Perjumpaan itu pada dasarnya sama: Melvin mengunjungi klub mereka, berpidato singkat, berbincangbincang dengan ramah, melantik satu atau dua anggota dan kemudian pergi lagi. Itu merupakan momen berkesan dan menggetarkan hati yang datang dan pergi. Dokumen kertas peninggalan Melvin hanya sedikit. Satu kopi "Last Will and Testament of Melvin Jones (Wasiat Terakhir dan Warisan Melvin Jones)" tersimpan di lemari berkas di Oak Brook. Dokumen dua halaman yang sederhana ini menyatakan bahwa asetaset Melvin diwariskan kepada "istriku tercinta, Lillian M. Radigan Jones." Dalam lampirannya tercantum sembilan kerabat yang ditinggalkan. Selain Lillian, kerabat yang ditinggalkan adalah saudara perempuan sekandung, tiga saudara perempuan tiri dan empat keponakan laki-laki dan perempuan. Semuanya sudah lama meninggal atau dipercaya sudah meninggal. Masa lalu juga bisa sulit dipahami. Anda membuka satu pintu sejarah dan ternyata isinya kosong. Klub pertama Melvin adalah Chicago Central Lions Club. Sayangnya, dokumen klub ini tidak dapat bertahan seiring perubahan zaman. Pada tahun 1970an ruangan klub ini merupakan bagian dari Illinois Athletic Club di pusat kota Chicago. "Tanpa sepengetahuan anggota klub, Illinois Athletic Club melakukan proyek renovasi sehingga semua dokumen, perlengkapan, piagam, artefak dan berkas milik Chicago Central hancur," lapor Sekretaris Richard Carlson dalam sebuah surat elektronik. Walaupun demikian Melvin meninggalkan beberapa peninggalan di LCI; kita bisa membuka-buka laci Melvinl di mejanya. Di mejanya terdapat banyak majalah dan buku usang, tentunya ini indikasi kuat tentang minatnya. Ada juga berbagai edisi Reader's Digest, Magazine Digest dan Photo Facts, belum lagi rangkuman bulanan tentang berbagai isu dan masalah teraktual. Melvin, yang sangat sibuk, menekankan pada dirinya sendiri agar berwawasan lengkap dan aktual. Masalah umum sosial dan
6
NOVEMBER - DESEMBER 2014
kewarganegaraan juga menjadi perhatian Melvin. Sebagian dari buku-bukunya adalah "America and the Refugees," "Doctors, Dollars and Disease," "How Good Are Our Colleges?" dan "Making Americans." Sesuai dengan dirinya yang sering diminta berpidato dan memberi wejangan, Melvin memiliki sebuah buklet peribahasa. "CID Says" ditulis oleh eksekutif asuransi C.I.D. Moore pada 1927. Di antara sekian banyak peribahasa, Melvin mencontreng sekitar satu lusinnya termasuk "nothing is so efficacious in interesting others in what you have to sell as your enthusiasm (tidak ada hal yang paling menarik bagi pembeli selain antusiasme kita sendiri)" dan "the man who knows how to work does not know want (orang yang tahu caranya bekerja tidak pernah hanya ingin bekerja)." Melvin mencontreng dan menggarisbawahi sebuah peribahasa: "simplicity, sincerity and naturalness are elements in every great character (kesederhanaan, ketulusan, dan kewajaran merupakan unsur yang terdapat dalam semua karakter hebat)." Melvin juga meninggalkan buku kas miliknya dari 1957. Ia membeli kemeja dari Marshal Fields, berlangganan enam koran, membeli benih untuk kebunnya dan mensponsori Pramuka, Bala Keselamatan dan gereja dan perguruan tinggi setempat. Namun Melvin adalah orang yang hidupnya tidak lepas dari Lions. Ia membayarkan iuran untuk enam Lions Clubs di area Chicago, membeli 10 tiket seharga $ 1 per tiket untuk sarapan panekuk Matteson Lions, menyumbang $ 25 untuk acara barbecue Park Forest Lions dan membayar $ 200 untuk tiket raffle (tiket undian yang dijual untuk menggalang dana) berhadiah sebuah Cadillac untuk membantu Homewood Flossmoor Lions. Melvin jelas bukan orang yang suka mengeruk uang dan atau mengambil keuntungan dari statusnya sebagai Lions. Ia membayar $ 11.28 untuk sebuah asbak dari LCI, ditambah $ 282.75 untuk 400 kartu Natal dari LCI dan bahkan membayar $ 32 untuk makan malam acara penghargaan untuk dua pasangan, di mana ia sebetulnya merupakan tamu kehormatan. Buku kas Melvin juga memperlihatkan catatan gajinya di LCI. Ia menerima $ 10.300 dipotong pajak, setara $ 87.000 sekarang, bukan gaji yang kecil namun sulit juga disebut mewah mengingat jasa-jasanya. Jika Melvin sekarang adalah eksekutif LCI atau lembaga nirlaba terbesar, ia pasti akan meminta kenaikan yang pantas. *** Buku kas seseorang merupakan tolok ukur karakter seseorang. Lagi-lagi, siapa dia? Melvin hidup sebelum era jurnalisme narasi modern di mana kebiasaan hidup seseorang dipaparkan, karakteristiknya diungkapkan dan kepribadiannya dinilai. Hanya beberapa liputan koran dan majalah yang memaparkan secara rinci. Berbagai artikel menggambarkan Melvin sebagai stock figure (ket: tokoh stereotip yang sifatnya mudah dikenali, sehingga sering jadi bahan parodi). Tulisan majalah Time pada 1958 menggambarkannya sebagai seorang cheerleader, orang yang cerah dan bahagia yang memimpin orang-orang yang cerah dan bahagia: "Jones
menyuntikkan semangat anak singa dengan mengajari anak-anak menyanyikan lagu-lagu bersemangat seperti lagu tema resmi 'Roar, Lion, Roar' di hampir semua kegiatan makan." Foto-foto Melvin yang paling dikenal menampilkan orang tua kutu buku berambut putih, dengan kacamata berbingkai kawat dan tersenyum kecil. Mereka yang pernah bertemu Melvin dan mengingatnya sekarang sudah sama tuanya. Chuck Lantry, Lion dari Homewood Flossmoor, kadang-kadang menghadiri pertemuan ayahnya saat ia berusia 4 atau 5 tahun. Ayah Chuck bahkan kadangkadang mengantar pulang Melvin. "Saya mengingat Melvin sebagai orang yang sangat berwibawa," tutur Lantry, seorang pengacara berambut perak. Sambil tersenyum, ia menambahkan bahwa pertemuan Lions tidak bisa membuatnya terus terjaga dan memperhatikan perjalanan pulang. "Saya biasanya setengah tertidur sekitar jam 8 atau 9," tutur Lantry. Lion Morris Kugler, 75, adalah ahli bedah di Sparta, Illinois, cukup dekat dari St. Louis. Hidupnya berpapasan langsung dengan sejarah. Halaman belakangnya digunakan sebagai lapangan terbang tempat Charles Lindbergh mendarat dan lepas landas. Kugler bertemu Melvin saat masih menjadi Pramuka berusia 14 tahun. Ayah Kugler, Morris, adalah direktur internasional dari 1954
sampai 1956, dan Melvin pernah menginap di rumah mereka yang sederhana. "Seperti itulah di masa itu. Tidak ada hotel maupun jalan tol," tutur Kugler. "Ayah saya menjelajahi bagian selatan Illinois membantu mendirikan klub-klub." Keluarga Kugler dilihat dari berbagai sisi tidaklah kaya, namun ayahnya menjalankan perusahaan telepon independen dan berkeliling dengan orang-orang terpandang seperti gubernur Illinois. Kugler muda hanya tahu sedikit tentang Lions namun ia cepat mengerti bahwa ada tamu spesial yang menginap di rumah mereka. "Saya paham bahwa ini penting untuk keluarga saya. Ini seperti menjamu seorang senator atau gubernur A.S. di rumah kami," tutur Kugler. Melvin, meskipun mungkin lelah, tetap menyenangkan saat sarapan. "Ia ramah," tutur Kugler. Yang lebih mengesankan lagi adalah penampilan Melvin yang istimewa. Mungkin itu karena Melvin semacam selebriti, namun Kugler muda melihat tamu mereka ini mirip dua aktor yang pernah ia lihat, satu bintang film dan satu lagi bintang iklan. "Yang satu adalah bintang film Jerman yang ramah, dan yang satu lagi adalah Smilin' Ed McConnell, yang mengiklankan sepatu Buster Brown. Pasti karena kesamaannya rahang besar, rambut keriting, kacamata bundar," tutur Kugler.
Berbeda dengan himpunan pengusaha, Lions mengutamakan pelayanan. Pada 1933, Dr. A.P. Wilkinson dari Detroit North End Lions Club di Michigan mentraktir Emma Lark dan John Museall, dua-duanya berumur 10 tahun, pada acara makan Lions untuk anak yatim.
NOVEMBER - DESEMBER 2014
7
Bertahun-tahun kemudian, Kugler sendiri penasaran dengan apa yang memotivasi Melvin. Pembicaraan berlanjut di seputar kematian Melvin dan upacara pemakamannya di sebuah gereja di Chicago. Hal ini sangat menyentak Kugler. "Jadi Melvin itu dari golongan agama yang mana?" Sebagai catatan, upacara pemakaman Melvin diadakan di Chicago Temple, sebuah Gereja Metodis Bersatu. Tak ada yang ingat apakah Melvin rajin datang ke gereja atau berlutut saat berdoa di malam hari, dan Lions Clubs jelas tidak termasuk aliran agama apapun. Walaupun demikian layak diketahui bahwa golongan agama Melvin memiliki sejarah panjang dalam kepeduliannya terhadap kaum tertindas. *** Melvin memang misterius namun Chicago pada 1917 mudah memunculkan hal tak terduga. Hidup seringkali tak tertahankan. Di seberang sana, puluhan ribu remaja pria mengisi parit-parit hingga menemui ajalnya. Di kota, para imigran miskin tinggal berdesakdesakan. Anak-anak bekerja membanting tulang di pabrik-pabrik. Kaum tunanetra dan difabel dijauhi atau disisihkan. Ketegangan rasial meningkat. Reformis Jane Addams membuka Hull House untuk memberi bantuan kepada kaum miskin agar dapat hidup lebih baik. Usaha Jane untuk mengangkat kaum miskin sangat mengagumkandan kondisi sosial sangat parahsehingga ia dihadiahi Nobel Perdamaian. Para reformis, pendeta dan novelis menggebrak negara karena menipu rakyatnya, dan himpunan pengusaha pada umumnya mendapatkan cemoohan. Penulis Sinclair Lewis dikenang akan sindirannya terhadap anggota himpunan pengusaha yang mementingkan diri sendiri dan angkuh dalam "Babbitt," yang diterbitkan lima tahun setelah Melvin mendirikan Lions pada 1917. Lions saat itu masih sangat kecil dan belum dikenal untuk dijadikan sasaran Lewis. Dan tujuan Melvin merupakan kebalikan dari para pembesar egois yang diejek Lewis. Melvin saat itu berusia 31 tahun, sudah menikah dan sedang
menuju agensi asuransinya yang sukses saat ia bergabung dengan Business Circle di Chicago pada 1913. Bisa dikatakan ia hanya orang biasa. "Melvin Jones mungkin orang terakhir di dunia yang akan dipilih orang sebagai pejuang, reformis, pemelihara atau pengatur," tulis Robert Casey dan W.A.S. Douglas pada 1949 dalam "The World's Biggest Doers," buku hak cipta LCI dan tentu saja diperiksa dengan saksama oleh Melvin. Pada 1913, di seluruh pelosok kota dan pelosok negeri, para akuntan, bankir dan pengusaha peralatan hanya makan bersama, berkumpul dan berbisnis dan menjalin relasi. Bahkan yang namanya klub pelayanan pun hanya memberi sedikit perhatian dalam membantu sesama dan biasanya cenderung mengadakan token donation (menyumbang dengan cara membeli/menukarkan cenderamata) di saat memberi perhatian penuh pada keuntungan bisnis anggotanya. Lingkungan Bisnis menggambarkan tujuannya dengan gamblang. Motonya adalah "you scratch my back and I'll scratch yours (Anda membantu saya dan saya akan membantu Anda)." Himpunan ini merupakan media rutin dan terhormat untuk pengembangan diri. Hanya saja masalahnya energi perkumpulan ini semakin menurun. Banyak anggotanya yang pindah ke klub-klub yang lebih aktif. Keanggotaannya menurun dari 200 ke 39. Melvin mengambil tanggung jawab untuk menghidupkan kembali himpunan ini dan dalam beberapa bulan ia terpilih sebagai sekretaris. Tingkat kehadiran pun meningkat. Karena antusias dengan perannya sebagai pemimpin, Melvin meluangkan lebih banyak waktu untuk itu, sehingga istrinya gusar. "Kamu bekerja sangat keras untuk orang lain tanpa dibayar sedikitpun," keluh istrinya. Walaupun demikian, Melvin malah menambah jam untuk membangun himpunan ini. Satu gagasan yang mulai terbentuk akan membedakan Business Circle dari himpunan pengusaha lain dan membuatnya dapat menghimpun sumber daya dengan klub-klub lain di berbagai belahan dunia. *** Brook Lions Club di Indiana mulai beroperasi pada 1969. Klub-klub baru bermunculan selama masa hidup Jones dan setelahnya.
8
NOVEMBER - DESEMBER 2014
Delapan bendera berkibar di dekat pintu masuk kantor pusat Lions. Bendera-bendera ini dirotasi setiap hari untuk memastikan kesemua 209 negara tampil secara berkala. Kehadiran Melvin tetap terlihat di kantor pusat. Kantor Melvin di bekas lokasi LCI di pusat kota Chicago telah direka ulang di Oak Brook. Selepas lobi utama, dibalik kaca, dapat dilihat mejanya yang tidak rata, permadani singa yang sangat mirip dan bermacam-mcam artefak. Pada awal 1920an, Melvin meninggalkan Melvin Jones Insurance Agency dan mendedikasikan waktunya sepenuhnya untuk Lions. Setiap hari kerja dan kadang-kadang di akhir pekan ia datang ke kantor pusat Lions, mengontrol perkembangan Lions. Lions clubs semakin menjamur pada 1920an. Pada akhir dekade itu semua negara bagian, dan hampir semua provinsi di Kanada juga, memiliki satu klub. Meksiko dan Tiongkok juga memiliki klub. Anggota berjumlah 80.000, dan kantor pusat Lions di pusat kota Chicago mempekerjakan 33 staf. Cerita-cerita tentang Melvin masih tetap hidup di kantor pusat. Para staf yang berpengalaman selama 30 atau 40 tahun pernah bekerja dengan staf yang bekerja di kantor pusat selama 30 atau 40 tahun ke belakang ke zaman Melvin. Melvin ternyata kuatkan diri kalianmemiliki kekurangan. Ia kadang-kadang bersikap bengal, angkuh dan sombong. Tentu saja, ini adalah cerita yang diperoleh dari mulut ke mulut. Ini seperti permainan telepon semakin sering diceritakan, ceritanya cenderung berubah. Dan bos mana, atau pemimpin mana, dalam hal ini, yang tidak menjadi subjek standar paling pasti? Memimpin berarti akan dinilai secara kritis. Satu yang pasti bahwa Melvin tidak takut membuat perubahan dan mengambil risiko. Chicago Central Lions menyimpan sebuah pidato untuk klub pada 1946 dari seorang Lion pionir dan mantan anggota Business Circle. Pidato itu mengungkapkan kegeniusan Melvin dalam mengobarkan jalan hidup yang baru. Maury Blink menceritakan bahwa "tidak ada tanda-tanda fellowship" dalam pertemuan Business Circle, hanya urusan biasa saja. Melvin, sekretaris himpunan yang bangkit kembali ini, "meminta pendapat" agar pertemuan ini lebih hidup. Blink, mantan anggota paduan suara, bersedia memimpin lagu. Dan, pada akhirnya, lahirlah Lions bernyanyi. Anehnya, Melvin tidak pernah menjabat sebagai presiden internasional. Namun ia menempati posisi terhormat, sangat jelas terlihat pada 1958 saat delegasi konvensi sepakat memberi Melvin gelar "sekretaris jenderal seumur hidup," dan ia memegang pengaruh besar dalam urusan LCI sampai akhir hayatnya. *** Melvin Jones kenal dengan orang yang terbunuh dalam baku tembak di OK Corral di Tombstone, dan ia sangat terpukul atas kejadian tersebut. "Tidak satupun dari Ike Clanton atau Billie maupun Frank dan Tom McLowery pernah membunuh atau merampok seseorang. Sebagai penegak hukum keluarga Earps tidak memiliki wewenang atau izin untuk membunuh mereka seperti yang mereka lakukan," tulis Melvin Wiley Jones dengan sengit. Paman Melvin Jones, Melvin Wiley Jones, merupakan polisi
penjaga perdamaian yang kenal dengan mereka yang terlibat dalam baku tembak tahun 1881. Saat itu Melvin berusia 2 tahun. Namun, seperti pamannya, ia memang bagian dari Old West. Melvin lahir di Fort Thomas, Arizona, dan ayahnya adalah Calvin Jones, yang ikut berjuang dalam pertempuran berdarah melawan penduduk asli Amerika. Kenangan masa kecil Melvin berisi tentang kuda dan prajurit berseragam biru, terompet dan isak tangis perang, iringiringan kereta kuda dan penduduk miskin. Ayah Melvin memandu pasukan pengintai pimpinan Jenderal Nelson Miles, prajurit terkenal yang melawan Indian. Melvin lahir tepat tiga tahun setelah pasukan Jenderal Custer dipindahkan. Cochise dan Geronimo dan prajurit berani mereka bentrok dengan pasukan Amerika saat Melvin masih kecil. Ketika Melvin 7 tahun, ayahnya dipindahkan ke pos baru yang jauh dari medan pertempuran, dan ibunya kemudian pindah ke St. Louis bersama Melvin dan anak-anaknya yang lain dan pindah lagi ke Quincy, Illinois, untuk sekolah yang lebih baik. Apa pengaruhnya terhadap Melvin dengan tumbuh besar dalam peperangan? Melvin kadang-kadang bercerita tentang ketakutan ibunya karena pertempuran sangat dekat dengan rumah dan anak-anaknya. Orang mungkin berpikir bahwa di usia muda pun Melvin sudah merasakan keuntungan bersatu dan saling menjaga. Bertahun-tahun kemudian, di saat banyak rekan bisnis Melvin berupaya keras dalam mengejar keuntungan pribadi, sesuatu dalam diri Melvin mungkin telah mendorongnya untuk membantu orang lain dalam kesetiakawanan. Saat tumbuh dewasa, Melvin melewati jalan berliku dalam pendidikannya. Ia mengambil kursus di sebuah sekolah bisnis. Ia mengambil jurusan hukum sebentar dan mempertimbangkan karir di bidang musik. "Saya tidak bisa memutuskan apakah akan menjadi pengacara atau penyanyi tenor. Suara saya telah membuat saya cukup populer di kampus," kutipan Melvin di salah satu kolom di LION yang diterbitkan setelah kematiannya. Ia memutuskan untuk meninggalkan hukum dan musik dan malah bekerja di Johnson & Higgins di Chicago. Pada 1913 ia adalah pemilik tunggal dari agensi asuransi tersebut. Pada 1909, Melvin melamar dan menikahi seorang wanita cantik dari Chicago. Jika Melvin berniat ingin terkenal, ia bisa dengan mudah mendompleng kepopuleran istrinya. Rose Amanda Freeman merupakan pegolf hebat. Rose mengakhiri karirnya dengan memenangi National Women's Open Title pada 1925. Sebuah pencarian dalam database koran pada 1920an, saat Lions clubs menjamur, menunjukkan lebih banyak liputan tentang Rose daripada Melvin. Bagaimana pengaruh ketenaran istrinya terhadap Melvin, terutama di era di mana wanita tinggal di rumah dan jauh dari sorotan? Keduanya tetap bersama dalam pernikahan hingga Rose wafat pada 1954. Dua tahun kemudian, Melvin menikahi tetangganya, wanita terpelajar bernama Lillian Radigan. Pernikahan kedua Melvin berjalan baik. Namun Melvin tidak pernah melupakan Rose. Di mejanya di LCI berserakan kliping dari tahun 1930an yang berisi liputan tentang Rose.
NOVEMBER - DESEMBER 2014
9
Menghormati Ulang Tahun Melvin 13 Januari adalah hari ulang tahun Melvin Jones, dan International President Joe Preston mengajak Lions untuk menghormati hari ulang tahun Melvin dengan melakukan kegiatan pelayanan. Preston membuat video menarik tentang ulang tahun pendiri kita di Melvin Jones International Memorial di Fort thomas, Arizona, tempat kelahirannya pada 1879. Preston penduduk Arizona juga. Lihat video singkat itu di digital LION di lionmagazine.org.
10
NOVEMBER - DESEMBER 2014
*** Di bawah kepemimpinan Melvin, Lions Clubs tumbuh dengan pesat. Jumlah anggota mencapai 117.000 pada 1940 dan bertambah dua kali lipat lebih menjadi 279.116 pada 1946. Klub pelayanan tidak lagi ditertawakan, namun tidak pula ditanggapi serius. Liputan media fokus pada keramahan para anggotanya. Liputan Time pada 1958 tentang konvensi Chicago dibuka dengan: "Lions adalah orang yang paling ramah, seru Harvey ('Mereka memanggil saya Cookie') Cook. ... Semua orang memakai label nama. Anda lihat dan baca namanya dan sapa mereka, katakan, 'Hi ya doin!' Pin 'Keep Smiling' ekstra besar milik Cook berkilauan ceria di atas rompi berwarna ungu dan emasnya." Meskipun cenderung membuat stereotip, reporter Time sebetulnya menyampaikan apa adanya. Ia menceritakan keadaan Lions saat mengeluelukan Melvin, 79 tahun, karena sudah memulai semua ini: "Saat itu luncheon club (klub pertemuan makan siang) pada dasarnya adalah tempat berkumpulnya para pebisnis. Pin Rotary diberikan kepada peringkat pertama di setiap lini bisnis; peringkat kedua Kiwanis, yang kemudian dilabeli 'lelaki bersetelan flanel abu-abu' oleh Lions, menggunakan 'We Trade' sebagai motonya dan hanya menerima dua anggota dari setiap perusahaan lokal terkemuka. Old Monarch Jones membuka pendaftaran anggota baru klub kepada siapapun yang diundang cabang, menjadikan pelayanan masyarakat daripada bisnis sebagai tujuan organisasi. Bahkan Cookie si pemberi semangat mengerti semua tentang Lions. Liputan Time diakhiri dengan tinjauan tentang keriangan Lion dari Beechview, Pennsylvania: "Manusia membantu manusia itulah Lionisme. Pelayanan kemanusiaan itulah Lionisme. Itu membuatmu bahagia." Walaupun demikian, artikel Time melewatkan cerita besarnya. Sedihnya, acara besar sosial sering tidak diperhatikan dan tidak diliput. Ingat migrasi besar-besaran orang kulit hitam wilayah Selatan ke kota-kota wilayah Utara, yang mengubah wajah Utara dan Selatan. Ini berlangsung puluhan tahun tanpa memantik kesadaran nasional. Jadi kesadaran itu muncul seiring dengan pertumbuhan pesat organisasi sosial pada babak pertama abad 20, tegas sosiolog Robert Putnam. Perkumpulan sosial seperti Lions, Kiwanis dan Rotary, dan juga PTA, gereja dan kelompok politik dan bahkan liga bowling, membentuk "social capital," ikatan komunitas yang meningkatkan harkat keluarga, komunitas dan masyarakat. Dengan bersatu orang-orang melakukan lebih dari sekadar memperkaya kehidupan sosial; mereka memperkaya seluruh kehidupannya. Demokrasi dan kesejahateraan akan meningkat saat orang-orang bersatu dalam ikatan dan minat yang sama. Melvin tentu tidak pernah mengira bahwa ia adalah bagian penting dari kebangkitan sosial. Ia terlalu sibuk mempersiapkan pembangunan asosiasi baru. Gagasan beraninya yang pertama adalah mempersatukan Business Circle dengan himpunan pengusaha lainnya. Ia mengirim ratusan surat kepada klub-klub se-Amerika dan mengajak mereka untuk membentuk satu asosiasi nasional. Minat pun tumbuh. Pada 7 Juni 1917, 20 delegasi mewakili 27 klub dari berbagai belahan Amerika Serikat berkumpul di Hotel LaSalle di Chicago. Mereka yang hadir adalah perwakilan dari Optimists, Reciprocity Clubs, Wheels, Concordia Club of Omaha, Business and Professional Men of St. Paul, Cirgonians of Los Angeles, Vortex dari St. Louis dan Detroit, dan Royal Order of Lions of Indiana, sebuah asosiasi yang mewadahi 27 klub. Atas desakan Melvin, semua perwakilan sepakat untuk bersatu.
Yang menjadi penghambat adalah nama; setiap kelompok menjagokan namanya masing-masing. Karena sudah mengantisipasi hambatan ini, Melvin sebelumnya melakukan kampanye di ruang ganti. Melvin sadar bahwa ia harus melepaskan nama Business Circle jika ia menginginkan himpunan yang lain melepaskan namanya. Ia pun melobi nama "Lions." Perkumpulan dari Indiana ini bukan hanya sebuah faksi besar, namun bagi Melvin 'Lion' menggambarkan keberanian, kekuatan, kesetiaan dan aksi vital. Lewat pemungutan suara secara rahasia, "Association of Lions Clubs" keluar sebagai pemenang. Semuanya ikut senang kecuali Optimists, yang menarik diri dengan kekecewaan. Keputusan krusial lain dari Melvin adalah mendedikasikan asosiasi ini untuk pelayanan. Tujuan Lions Club dan Kode Etik Lions, yang disusun berbulan-bulan kemudian setelah konvensi di Dallas, Texas, pada 8 Oktober, melarang untuk mengejar keuntungan pribadi. Tujuan #6 menyatakan bahwa "klub tidak boleh bertahan sebagai salah satu objek finansial demi keuntungan anggotanya." Kode #5 dalam Code of Ethics menyatakan: "Persahabatan adalah tujuan dan bukan sarana. Persahabatan sejati tidak meminta apapun, tetapi menerima suatu budi baik sesuai dengan semangat ketika diberikan." Business Circle tidak lagi ada. Dalam beberapa tahun Melvin
akan menghentikan bisnis asuransinya. Salesman berbakat ini akan mendedikasikan hidupnya untuk menyalurkan hasrat orang-orang untuk melayani komunitasnya. "Melvin adalah pengatur ulung, dengan rasa tanggung jawab yang dalam yang mungkin diwarisi dari ayahnya yang prajurit," simpul Glenn Kittler di "The Dynamic World of Lions International," terbitan 1968. Kittler mewawancarai staf kantor pusat dan Lions yang kenal baik dengan Melvin. "Ia merasa jengkel menjadi bagian dari perkumpulan yang, dilihat dari sisi manapun, hanya bertemu untuk keuntungan pribadi. Ia merenung, 'Bagaimana jika orang-orang ini, yang sukses karena dorongan, kecerdasan dan ambisi mereka, bekerja untuk membantu memperbaiki keadaan masyarakatnya?'" *** Kami masih menunggu di jalan masuk di Flossmoor, penasaran dengan rumah Melvin, saat Kevin Long, sang mandor departemen pekerjaan umum daerah, kembali. Ia melambaikan secarik kertas. "Sepertinya saya menemukan apa yang kalian cari," tutur Kevin. Ia membuat fotokopi surat izin pembangunan sebuah garasi yang ditandatangani oleh Melvin Jones pada 8 Agustus 1941. Alamatnya adalah rumah reyot itu. Dalam hitungan menit pemilik rumah tersebut datang. "Ini dulu rumah Melvin," tegas Rosalie Havens. Ia dan suaminya, George, membelinya pada 1960an setelah Melvin
Old Monarch mendapatkan haknya pada 1958 di Chicago pada 41st International Convention.
Digital LION LION telah mengamankan dokumentasi langka tentang Melvin. Ia hadir pada konvensi 1942 di Toronto dan dalam perjalanan tambahan ke Hawaii dalam konvensi 1947 di San Francisco. Lihat liputan LION dan video klip singkatnya di lionmagazine.org.
NOVEMBER - DESEMBER 2014
11
wafat. "Kami awalnya tidak tahu gerangan yang terjadi. Kami kedatangan orang-orang dari India dan dari mana-mana. 'Apa yang mereka lakukan di rumah kami?'" kenang Rosalie. Rumah itu sudah di ujung tanduk. Rumah itu besar namun biasa saja dan tidak akan pernah bisa dikatakan mewah. Rumah itu bukti lanjut bahwa Melvin tidak menjadi kaya karena Lions. Di belakang, menempel di dinding, Rosalie menunjukkan kepada Lions sebuah plakat ironis yang mereka dapat di pasar loak: "Di tempat ini pada 1897 tidak terjadi apa-apa." Keluarga Havens cukup akrab dengan Lions. Ternyata kerabat Rosalie adalah anggota Flossmoor Club. Para Lions berbincang ramah tentang teman bersama, Melvin dan proyek-proyek klub. Tidak jauh dari situ ada perpustakaan, penerima manfaat rutin dari klub, dan kolam umum yang dibangun oleh Lions. Salah satu cek yang ditulis Melvin pada 1957 adalah untuk kolam itu. Di sisi lain, Melvin sepertinya akan tercengang oleh kondisi Lions saat ini. "Sepertinya Melvin akan terkejut melihat wanita seperti saya," tutur Sue Larsen, presiden klub 2013-14. Melvin juga akan merasa puas dengan perkembangan Lions. "Sepertinya cakupan internasional Lions ini mewujudkan mimpinya," tutur Michael Schassburger. *** Jadi apakah orang-orang baik tetap hidup? Kugler, yang keluarganya menerima Melvin untuk menginap, yakin bahwa sang pendiri Lions tidak mendorongnya untuk menjadi Lion saat ia dewasa. Namun inilah Kuglerseorang Lion. Ada kesempatan, dan ia mengambilnya. Ia juga baru-baru ini membantu mengundang 45 ahli mata dan ahli kacamata di Illinois bagian selatan untuk bergabung dengan Lions. Melvin mungkin tidak memintanya untuk mempertimbangkan Lions, namun Kugler sangat yakin akan manfaat dari keanggotaanya sehingga ia tidak ragu untuk bergabung. Lantry, yang tertidur di jok belakang saat ayahnya mengantar Melvin pulang dari pertemuan, tidak bisa berleha-leha saat melewati masa kecilnya: saat ia kecil ia bekerja bersama ayahnya dan Lions lain merawat dan mengecat kolam renang itu. Melvin tidak pernah mendorongnya masuk Lions, namun seperti Kugler, ia pun menjadi seorang Lion. Sejak 1982, Lantry sudah memasak pasta, menggoreng steak, menjual acar tusuk, bangun di pagi buta pada Candy Day agar mendapatkan komuter paling awal di stasiun kereta dan menyasar orang yang tepat dan mengisi formulir yang diperlukan untuk asuransi dram shop (kedai bir) atau dokumen lain yang diperlukan untuk proyek klub. Melvin agak terlupakan dalam ingatan masa kecil Lantry yang samar, namun ide hebat Melvin membantu membentuk kehidupan dewasa Lantry. "Lions membuat saya terus terlibat dengan masyarakat. Klub kita jelas telah memberi dampak yang baik," tutur Lantry. Jadi apakah Anda percaya hantu atau roh? Apa yang sebenarnya kita maksud dengan "roh pelayanan"? Kita akan mengakhirinya di tempat kita memulaidi makam Melvin. Dua tahun lalu Angel D'Souza, di awal umur 20an, berdiri di plot bersama ayahnya, District Governor Terry. Mereka datang
12
NOVEMBER - DESEMBER 2014
Angel D'Souza dilantik oleh International President Wayne Madden sambil disaksikan oleh ayahnya, Terry, dengan bangga.
untuk menghadiri upacara bersama International President Wayne Madden dari Indiana. Pidato singkat. Kepala menunduk. Pikiran mengembara. Melvin mulai membangun Lions Clubs di zaman penemuan dan petualangan, zaman ketika dua kutub dijelajahi. Namun ia melakukan perjalanan ke dalam, menuju hati dan jiwa. Melvin paham bahwa orang lebih dari sekadar egonya sendiri. Waktu berubah. Orang? Tidak banyak berubah. "Hey cantik, sudah adakah yang mengajakmu menjadi Lion?" Madden bertanya kepada Angel, yang menggeleng tidak. Di dekat makam Melvin, Angel, hampir bergetar penuh kegembiraan, mengucapkan sumpah.
Digital LION Melvin merupakan kontributor rutin LION, sering merenungkan idealisme dan penerapan Lions atau menasihati anggota untuk berpartisipasi dalam sebuah petisi. • Melvin mengucapkan selamat kepada sebuah klub di area Chicago atas berlipatgandanya jumlah anggotanya (LION November 1922). • Melvin menerangkan manfaat bernyanyi dalam pertemuan (April 1927). • "Kemenangan akan jadi milik kita" ramal tetua Lions saat Perang Dunia II dimulai (Januari 1942).
Kunjungan LC International 2nd Vice President Robert E. Corlew di Jakarta Rapat Pleno II Lions Clubs International MD307 Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2014, menjadi lebih istimewa dengan kehadiran empat Tamu Senior Lions dari Lions Clubs International, yaitu International 2nd Vice President Robert (Bob) E. Corlew & Lady Dianne, International Director Eric Carter, GLT Constitutional Area Leader PID Sheryl May Jensen, dan GMT Constitutional Area Leader PCC Tony Benbow. Dan dalam rangka penyambutan kunjungan kerja tamu dari Lions Clubs International ini, MD307 menyeleng-garakan beberapa kegiatan yang telah berjalan dengan baik dan lancar. Sejak hari pertama kedatangan mereka, penyambutan kedatangan telah dilakukan dengan penjemputan PCC Tony Benbow di airport pada tanggal 4 Desember oleh PCC Juswan Tjoe dan IPDG Tony Djumadi. Pada malam harinya ID Eric Carter dan PID Sheryl Jensen, disambut oleh DG Effendi Halim, IPDG Tony Djumadi, VDG2 Yahya Yastputera dan Lion Maya. Sedangkan International 2nd VP Robert (Bob) & Lady Dianne baru tiba pada 5 Desember 2014 pukul 00.45 wib, karena penundaan pesawatnya, disambut oleh PID Eddy Widjanarko, VDG1 Yodianto Jaya, dan VDG1 Noerman Taufik.
(Atas) GLT - GMT meeting bersama IVP Bob Corlew, ID Eric Carter, PID Sheryl Jensen dan PCC Tony Benbow, CC Ina Liliana dan semua DG mendampingi para GLT - GMT Coordinators dalam Distrik MD 307.
NOVEMBER - DESEMBER 2014
13
Pelantikan club di Distrik 307A1.
Rapat Dewan Gubernur MD 307 dipimpin CC Ina Liliana Gunawan.
Pertemuan-Pertemuan Penting
Rapat Pleno II LCI MD 307
Pada hari Jumat, 5 Desember 2014, pukul 10.00 - 12.00 wib, diselenggarakan Rapat khusus dengan ke empat Pejabat LC International PID Sheryl Jensen, GLT Constitutional Area LeaderPCC Tony Benbow, GMT Constitutional Area Leader, dengan PCC Juswan Tjoe GMT Area Leader dan IPDG Tony Djumadi GLT Area Leader. Di hari yang sama pada pukul 10.00 - 11.30 wib, CC Ina bersama 4 DG dan VDG2 melakukan peninjauan Lokasi Konvensi di Discovery Hotel dengan didampingi oleh Panitia Konvensi Tahunan MD307 dan pihak Hotel. Siang harinya dilanjutkan dengan makan siang bersama para Senior Lions. Pada pukul 13.00 - 14.00 wib telah diadakan Rapat dengan para 4 VDG1. PID Sheryl Jensen dan PCC Tony Benbow memberikan penjabaran program dari LCI, pengarahannya kepada para VDG1 dalam persiapan pelatihan sebagai DGE dan persiapan menjadi pemimpin Distrik yang handal. Rapat GMT & GLT diselenggarakan pada pukul 14.00 - 16.00 wib, dihadiri ke empat tamu dari LC International, sedangkan dari LC Indonesia hadir PID Eddy Widjanarko, CC Ina L.Gunawan, PCC Juswan Tjoe, PCC Yoola Z.Noor, IPDG Tony Djumadi, DG Effendi Halim, DG Dalbir S.Kapoor, DG Noesye B. Watjoko, DG Sjarifuddin Mallarangan, IPDG Harianto Setiadinata, para VDG1, VDG2, PDG, MDS Elizabeth Halim dan beberapa pejabat MD. Rapat dibuka oleh CC Ina Gunawan. PID Sheryl Jensen, PCC Tony Benbow memberikan pengarahan dan memberikan masukan mengenai GLT & GMT yang sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan untuk para pemimpin Lions dan anggota. Lions Clubs International dapat memahami keadaan pertumbuhan keanggotaan di Indonesia dan berharap pertumbuhan dapat lebih optimal. Dalam rapat tersebut diberikan kesempatan untuk tanya jawab, dan International 2ndVP Robert dan ID Eric Carter memberikan kata sambutannya.
Pada hari Sabtu, tanggal 6 Desember 2014, telah diadakan Rapat Pleno II Dewan Gubernur dan Badan Pengurus LCI MD307 Indonesia masa bakti 2014-2015 di Hotel Holiday Inn, yang berjalan dengan baik dan lancar. Dihadiri oleh 54 Pengurus MD 307, serta ke empat tamu dari LC International yaitu 2nd VP Robert (Bob) E.Corlew & ID Eric Carter, PID Sheryl Jensen serta PCC Tony B e n b o w ya n g t e l a h m e m b e r i k a n pengarahan dan motivasi. Rapat dipimpin oleh Ketua Dewan Gubernur Ina Liliana Gunawan, sesi I dimulai pada pukul 10.00 wib-12.15 wib. Sebelum Rapat Pleno dimulai, Ketua Dewan Gubernur beserta Gubernur Distrik 307A1,A2,B1,B2 telah mengadakan Rapat
14
NOVEMBER - DESEMBER 2014
Charter Night 5 Klub dari Distrik 307A1 dan B1 Pada malam harinya, pukul 18.00 - 22.00 wib, diselenggarakan Acara Charter Night dari lima klub di Distrik 307A1 & B, yaitu LCJB Monas Summit dan LCJB Puri Sutera dari Distrik 307A1, LCJT Golden Heart, LCJS Karya57 dan LCJS Metteya dari Distrik 307B1 Penyelenggaraan Charter Night berlangsung dengan baik dan sukses, dilangsungkan di ruang Angsana Hotel Holiday Inn Kemayoran, Jakarta Utara. Panitia diketuai oleh Melsiana Tjahyadikarta dari LCJS Tulip, didampingi Penasehat PDG Jono Koesmo dan PDG Eveline Chandra, telah berhasil mengemas seluruh acara menjadi sangat meriah dengan Headtable tertata dua susun. Tentunya merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi ke lima klub ini, karena pengukuhan/pelantikan dilakukan oleh International 2nd VP Robert, disaksikan oleh empat Senior Lions International, CC Ina L. Gunawan, para pejabat MD dan Distrik, serta fellow Lions, baik dari Distrik 307A1 & 307B1 sendiri, maupun dari
Khusus Dewan Gubernur. Setelah istirahat makan siang, Rapat Pleno dilanjutkan dengan Rapat sesi II yang diawali dengan foto bersama. PID Sheryl Jensen, dan PCC Tony Benbow memberikan pengarahan mengenai GLT & GMT. International 2nd VP Robert dan ID Eric Carter memberikan kata sambutannya, dan mengucapkan terima kasih atas sambutan yang baik dari LCI MD307, bangga dengan prestasi yang dicapai oleh setiap Distrik di MD307, dan mengharapkan pertumbuhan keanggotaan di Indonesia bisa mencapai 10.000 di tahun 2017. Agenda Rapat sangat padat, dengan berbagai pembahasan, usulan,serta keputusan yang dibuat dan semua p e n g u r u s m e n d a p a t ke s e m p a t a n
memberikan laporan hasil kerja dan rencana kerjanya dengan baik dan diselingi dengan sesi tanya jawab kepada Senior Lions kita dari LCI. Pada malam harinya, diadakan makan malam bersama atas undangan CC Ina L. Gunawan yang hadir bersama spause Lion Gunawan Utomo. Ke empat tamu LC International dan Lady Dianne, tampak hadir beserta para Senior Lions, antara lain, PID Durban L. Ardjo & Spouse Lion Ira, PID Eddy Widjanarko, DG Noesye B. Watjoko, PCC Yoola Z. Noor, IPDG Tony Djumadi PDG Eveline N. Chandra, PDG Jono Koesmo, VDG2, dan beberapa pejabat MD. Acara makan malam ini dimeriahkan dengan perayaan hari ulang tahun ID Eric Carter, dengan meniup lilin kue ulang tahun.
Memperingati Hari Lions Indonesia ke 45
Hasil Kerjasama dan Kekompakan di MD 307
Pada Minggu pagi, 7 Desember 2014, para tamu LC International turut serta mengikuti acara Peringatan Hari Lions Indonesia ke 45 yang diselenggarakan di Balai Kota Jakarta. Acara berlangsung dengan sangat meriah dan sukses, dilanjutkan dengan acara makan siang bersama sebelum mereka meninggalkan Jakarta. Pada siang harinya, pukul 14.00 wib, para tamu diantar ke Airport untuk kembali ke negaranya masing-masing oleh CC Ina L.Gunawan dan spause Lion Gunawan Utomo, PCC Yoola, PDG Eveline, IPDG Tony, MDS Elizabeth dan Lion Jennie Rusli.
Seluruh rangkaian acara dapat berjalan dengan lancar dan sukses, berkat bantuan, kerjasama dan kehadiran Fellow Lions disetiap acara, baik dalam persiapan, penjemputan, menemani dan mengantar para tamu LCI sejak tanggal 4 hingga 7 Desember 2014. Keberhasilan ini tentunya hasil kerja keras para Koordinator/Ketua dan Panitia yang telah mengkoordinir acara dengan luar biasa bagus dan atas waktu yang diberikan sehingga semua telah terlaksana sesuai rencana dan sukses. Ketua Dewan Gubernur dan Dewan Gubernur mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan Fellow Lions yang telah membantu mensukseskan kegiatan MD307. (MDS Elizabeth Halim)
NOVEMBER - DESEMBER 2014
15
Booths Program LCI di Balaikota Selain mengadakan acara Fun Walk Car Free Day, dalam rangka memperingati Hari Lions Indonesia ke 45, dan menyongsong 100 tahun Lions Clubs International, para Leos berbaris dengan spanduk-spanduk di tangan yang dihiasi program kegiatan Lions. Dan dalam rangka meningkatkan awareness/kesadaran di masyarakat umum, telah dibuat 4 Booth Program LCI, yaitu Vision Campaign dengan pembagian 510 kaca mata gratis, Feed the Hunger Campaign dengan pemberian edukasi dan m a ka n a n b e rg i z i , P ro t e c t i n g o u r Environment Campaign membagikan 600 pohon, dan Engaging our Youth Campaign mempromosi program dan kegiatan Leos.
Memperingati HARI LIONS INDONESIA KE 45 Diikuti dengan Fun Walk sepanjang jalan Thamrin-Jakarta
Kemeriahan peserta dengan berjoget dalam hiburan band oleh 'Koko dan Cici'.
Oleh: MDS Elizabeth Halim
Fun Walk Car Free Day Minggu, 7 Desember 2014, hari masih sangat pagi, namun para peserta Lions sudah bersiap-siap di Lobby Hotel Holiday Inn untuk berangkat bersama menuju Balaikota Jakarta. Dengan penuh keceriaan dan semangat kebersamaan, seluruh peserta ini akan mengikuti acara Fun Walk Car Free Day, yang dimulai pada pukul 06.30 hingga sampai garis finish di depan Menara BCA. Sebelum acara dimulai, MC Lion Radieth membacakan tata tertib mengikuti Funwalk ini, dan dimulai Ketua Panitia Lion Nina Ludiana memberi kata sambutannya, dilanjutkan sambutan oleh CC Ina L.Gunawan, International 2nd VP Robert, dan Lion Sylviana Murni sebagai Deputy Gubernur DKI bidang parawisata mewakili Gubernur DKI Jakarta.
16
NOVEMBER - DESEMBER 2014
Berlangsung Sangat Meriah
Rombongan berjalan melalui Bundaran HI (Hotel Indonesia) sambil memainkan angklung.
Tampak seluruh peserta bergembira mengikuti rangkaian acara ini, dengan mengikuti Fun Walk, mengunjungi booth-booth yang disediakan, maupun menikmati suguhan acara di panggung yang berlangsung dengan sangat meriah. Para tamu dari LC International, dan seluruh Fellow Lions, serta masyarakat luas berbaur bersama dalam kegembiraan perayaan HUT Lions Clubs Indonesia ke 45 ini.
Para peserta yang berjumlah sekitar 1.700 orang menerima konsumsi, dan panitia memberikan tshirt batik serta ulos untuk dipakai oleh tamu LCI. Acara semakin ceria dengan hiburan band yang dimeriahkan oleh 'Koko dan Cici', pembagian lucky draw di panggung, pelepasan balon Lions. Kaos t-shirt dengan desainnya yang bagus disiapkan oleh Panitia. Acara ini diliput oleh IRO TV online.
NOVEMBER - DESEMBER 2014
17
Kampung Perdamaian Perang dan petaka melukai anak-anak yang malang. Kampung Perdamaian di Jerman menyembuhkan mereka. oleh Rhea Wessel
sakit namun tidak dioperasi. Pada kasus Shabir, 7 tahun, dari Afganistan, dokter tahu bahwa ia tertembak dua tahun lalu di provinsi Maidan Wardak. Shabir tiba di Kampung Perdamaian pada Februari 2013 dan sejak saat itu belum keluar dari rumah sakit. Pasukan pemberontak memulai baku tembak di daerah tempat tinggal Shabir, dan ia tertembak di kaki kanan bawahnya. Orangtua Shabir membawanya ke sebuah rumah sakit di Kabul dan membayar US$ 100, uang kecil bagi mereka, untuk perawatan medisnya. Namun, kakinya yang terluka tidak mendapatkan perawatan yang layak. Kakinya yang retak tetap meradang. "Pada beberapa kasus kami sepenuhnya memahami penyebab masalahnya," tutur suster Arens. Bagi Arens, penyebab cedera anak ini tidak penting. Fokus utama Arens adalah mengurangi penderitaannya. Setiap hari Arens berhadapan dengan luka-luka tragis dan pemandangan yang menyayat hati: anak-anak bermain tenis meja tanpa tangan atau menendang bola sepak dengan kaki buatan. Namun Arens masih bisa sering tersenyum dan tertawa–memupuk harapan merupakan bagian dari tugasnya juga.
Pekerja Cinta Sekitar 100 orang bekerja setiap hari dan purna waktu di Kampung Perdamaian atau sekitarnya. Sebagian menerima upah setara gaji penuh dan kebanyakan mendapat upah yang lebih kecil; ratusan lebih relawan hadir secara reguler. Operasional Kampung Perdamaian berkisar 3,5 sampai 4 juta euro per tahun (US$ 5,2 juta) dan menghabiskan sebagian besar uang tersebut untuk keperluan logistik, termasuk menyewa pesawat untuk menjemput anak-anak di wilayah krisis dan miskin dan memulangkannya. Pendanaan berasal dari peroranagn dan lembaga, dan Lions Jerman merupakan sponsor utama. Lions Clubs International Foundation (LCIF) juga telah memberi bantuan besar dengan bekerja sama dengan Lions Jerman untuk mendanai lima proyek termasuk donasi senilai 1,8 juta euro untuk membangun empat asrama yang sangat dibutuhkan dan untuk memperbaiki sistem pemanasnya. Pada 2012, LCIF Chairperson Wing Kun Tam mengunjungi Kampung Perdamaian untuk menjumpai anak-anak di sana dan meninjau modernisasi fasilitas
Anak-anak di Kampung Perdamaian memainkan permainan yang sama dengan yang dimainkan anak-anak di manapun.
Rosaria, dua belas tahun, dari Angola memiliki bekas luka memanjang di paha kanannya. Bekas luka itu menonjol lembut di kulit sehat Rosaria, seperti perbukitan yang muncul di cakrawala. Luka itu merupakan tanda jelas dari apa yang diderita Rosaria dan apa yang ia lalui. Dokter di Jerman menjahit luka Rosaria setelah operasi infeksi tulang, atau osteomyelitis. Ini merupakan penyakit yang sudah jarang ditemukan di negara maju. Sekarang, dua hari setelah ia keluar dari rumah sakit, Rosaria tersenyum dan gembira saat suster Bärbel Arens mengoleskan krim anti infeksi di sepanjang luka bekas operasinya. Rosaria merupakan satu dari 500 anak per tahun yang mendapat perawatan medis melalui badan amal yang disebut Peace Village, Kampung Perdamaian. Di dekat Oberhausen, Jerman, tak jauh dari perbatasan Belanda, organisasi ini mungkin lebih tepat dinamakan Village of Second Chances (Kampung Kesempatan Kedua) atau Village of hope (Kampung Harapan). Di tempat ini anak-anak dibawa dari wilayah-wilayah krisis di dunia untuk mendapatkan operasi rekonstruksi. Mereka anak-anak yang hidung atau tangan atau kakinya terkena ledakan bom atau ranjau darat; mereka tidak memiliki jari pada tangannya akibat cacat
18
NOVEMBER - DESEMBER 2014
bawaan, atau wajahnya penuh luka bakar karena api. Menurut Wolfgang Mertens, juru bicara Kampung Perdamaian, Rosaria dan teman-teman bermainnya termasuk orang-orang yang beruntung. "Anak-anak yang ada di sini di Kampung Perdamaian tidak butuh belas kasihan kami, mereka butuh bantuan dana kami. Perlu diingat bahwa jutaan anak lainnya di luar sana tidak memiliki kesempatan untuk menyembuhkan lukanya." Ketika Rosaria pulang ke Angola, ia pasti akan punya cerita tentang bekas lukanya. Ceritanya tentang tempat di mana banyak sekali orang mengenakan jas putih di sekelilingnya sambil membawa alat-alat yang berkilauan dan berusaha berkomunikasi dengannya dalam bahasa Jerman atau Portugis, bahasa yang masih diajarkan di negara bekas jajahan Portugal. Rosaria akan bercerita tentang teman-teman barunya kepada gadis-gadis Angola dan bagaimana mereka tidur di ranjang tingkat di asrama, melawan mimpi buruk bersama-sama. Cerita di balik cedera awal Rosaria masih tidak jelas. Para dokter di Jerman hanya tahu bahwa osteomyelitis itu muncul setelah Rosaria jatuh dari tembok, dan sebongkah beton menimpa kakinya. Ia kemudian dibawa ke rumah
Seorang anak di Kampung Perdamaian membuat karya seni dan kerajinan tangan. Sepakbola sangat populer di Kampung Perdamaian.
NOVEMBER - DESEMBER 2014
19
terkini yang pendanaannya dibantu Lions. LCIF dan Lions clubs Jerman baru-baru ini mendanai renovasi façade pusat terapi fisik dan instalasi permukaan lapangan bola basket untuk anak-anak yang dirawat. "Tanpa Lions, kami mungkin akan menghadapi masalah besar," tutur Mertens. "Lions Jerman berkontribusi sekitar 300.000 euro per tahun." Tumbuh Besar bersama Kampung Perdamaian Mertens telah menyaksikan Kampung Perdamaian tumbuh dan bertransformasi sejak didirikan pada 1967. Ia mulai terlibat dalam kegiatan amal sebagai seorang remaja 19 tahun yang menentang program wajib militer yang dimiliki pemerintah Jerman pada saat itu. Di usianya yang 58 tahun sekarang, Mertens terlihat seperti bintang rock tua bermata abu-kebiruan. Dari gaya bicara Mertens, dan dari banyaknya waktu yang ia habiskan, kita dapat melihat betapa dalam kepeduliannya terhadap Kampung Perdamaian. Dari tahun ke tahun, Mertens telah menyaksikan naik turun badan amal ini dan siklus dampaknya. Mertens tetap berkomunikasi dengan seorang wanita Georgia bernama Anni yang mendapatkan perawatan pada kakinya saat ia masih kecil. Anni tumbuh menjadi dokter dan mengunjungi Mertens pada bulan April lalu untuk berbincang-bincang. Dan Mertens juga berkomunikasi dengan Gezaluddin, yang sekarang bekerja di Kabul, Afganistan. Gezaluddin menderita infeksi tulang dan mendapat perawatan di Kampung Perdamaian. Ia mewujudkan mimpinya untuk menjadi ahli bedah untuk melakukan hal yang sama kepada orang lain. Mertens menyaksikan "siklus" dampak lainnya di Kampung Perdamaian juga. Tahun ini, Kampung Perdamaian melakukan penggalangan dana karena banyak dari pendonor yang menyokong organisasi selama ini, jujur saja, mulai berguguran. Rupanya, anak-anak mereka tidak melanjutkan donasi itu. Mertens hanya mendapatkan gaji kecil dan menjalankan bisnis sampingan event organizer untuk menafkahi keluarganya. Mertens berkata, "Saya memimpikan Kampung Perdamaian bisa beroperasi tanpa harus mengkhawatirkan keuangan."
20
NOVEMBER - DESEMBER 2014
Misi Menyembuhkan Anak-anak biasanya tinggal di Kampung Perdamaian selama enam bulan sampai satu tahun. Hari-hari di sini dihabiskan dengan menjalani terapi fisik, perawatan di rumah sakit atau bermain di taman bermain badan amal ini. Kriteria untuk mendapat perawatan sangat ketat, dengan cakupan terbatas. Sebagai contoh, oleh karena fokusnya adalah operasi rekonstruksi, pasien penderita AIDS dan kanker tidak dirawat di sini. Seorang anak dikategorikan pasien hanya jika ia tidak bisa dirawat di rumah dan hanya jika anak tersebut kemungkinan besar bisa disembuhkan. Jadi jika hidung atau telinganya tidak bisa dikembalikan atau direkonstruksi atau kulitnya tidak bisa ditransplantasi, anak itu mungkin tidak akan menjadi pasien. Anak itu juga tidak harus berasal dari negara yang porak-poranda karena perang, walaupun kebanyakan demikian. Tempat kepulangan merupakan poin lain yang dipertimbangkan organisasi dalam memilih anak yang akan dibantu. Saat ini, pasien Kampung Perdamaian berasal dari 10 negara: Afganistan, Angola, Armenia, Kamerun, Gambia, Georgia, Kazakhstan, Kirgistan,Tajikistan dan Uzbekistan. Ini memungkinkan pasien menemukan teman bermain yang berbicara dalam bahasa yang sama, memiliki latar belakang yang sama dan dapat mengobati satu sama lain saat rindu kampung halaman melanda. Pengalaman menunjukkan bahwa dengan memelihara budaya dan menghindari integrasi di Jerman, Kampung Perdamaian telah mempermudah anak-anak itu saat kembali ke rumah ke orangtua mereka. Ini salah satu alasan–selain keruwetan logistik yang diperlukan–mengapa anak-anak tidak bersekolah saat berada di Kampung Perdamaian. Banyak anak yang
(Atas) Anak laki-laki yang cedera mendapatkan perawatan. (Bawah) Bagian tubuh buatan yang digunakan anak-anak saat datang seringkali tidak layak guna.
(Atas) Anak-anak menjalani terapi fisik secara intensif. (Bawah) Seorang gadis Afrika sedang menuju kesembuhan.
mempelajari bahasa Jerman dengan cepat dari lingkungannya. Namun sebagian lagi tidak, dan mengajarkan bahasa bukan bagian dari program ini. Kampung Perdamaian terikat kontrak dengan para orangtua untuk membawa kembali anak-anaknya pulang ke rumah. Orangtua tidak menandatangani dokumen saat mereka setuju anaknya dirawat di Jerman; alih-alih, mereka menandatangani dokumen untuk memberikan kesempatan kedua bagi anaknya saat ia pulang. Karena alasan ini juga, Kampung Perdamaian secara aktif mencegah anak-anak beradaptasi terlalu banyak dengan kehidupan di Jerman. Oleh karena anak-anak sangat sulit berpisah dengan orangtuanya dan untuk menekan biaya, Kampung Perdamaian berusaha membangun infrastruktur di seluruh dunia agar lebih banyak anak yang bisa dirawat di dekat kampung halamannya. Kampung Perdamaian telah dibangun di Vietnam, Afganistan, Rumania, Sri Lanka dan Tajikistan. Kampung Perdamaian juga mendukung proyekproyek di Afganistan, Kazakhstan dan Kamboja. Kampung Perdamaian di Jerman menyediakan dukungan finansial dan logistik dan mengirimkan
NOVEMBER - DESEMBER 2014
21
persediaan ke berbagai lokasi Kampung Perdamaian. Rindu Kampung Halaman Kadang-kadang sulit bagi para pekerja dan relawan Kampung Perdamaian untuk menghindari rasa sayang yang dalam terhadap anak-anak yang dirawat. Ketika Karomat kecil dari Uzbekistan menyambut para tamu dengan sebuah gambar dan senyum mengembang dan kemudian meminta digendong dan diayun berputar, sulit sekali untuk menolaknya. Karomat, 5 tahun, sedang menjalani operasi pemisahan pada puntung jari-jari tangannya agar ia bisa memegang objek lebih baik. Tangan kirinya diperban, jadi ia memegang lukisan yang digulung di tangan kanannya di antara puntung jarinya dan satu-satunya jarinya yang utuh, yakni jari kelingking. Gambar itu, sketsa sebuah kapal, tiba-tiba menjadi teropong bajak laut untuk memeriksa tamu. Karomat terlahir dengan cacat pada kedua tangannya, dan tidak memiliki kaki kanan bagian bawah. Ia menjalani perawatan bedah di rumah sakit St. Willibrord di kota Emmerich agar tangannya dapat berfungsi lebih baik. (Kampung Perdamaian memiliki sekitar 400 bangsal untuk perawatan ini di rumah sakit-rumah sakit di seluruh Jerman, dan sebagian besar lokasinya tidak begitu jauh.) Berada di Jerman sejak Agustus 2012, Karomat juga mendapatkan kaki palsu baru. Ketika ia baru datang, ia menggunakan kaki yang terbuat dari plester yang
sangat berat. "Kami heran bagaimana ia bisa berjalan, karena kaki palsu itu bahkan berat untuk orang dewasa," tutur Anna Duleczus dari Kampung Perdamaian. Mata Karomat yang berbinar dan optimisme yang dipancarkan ia dan yang lain–walaupun situasinya sulit–membuat para staf sulit melepaskan diri dari mereka, termasuk para ahli bedah yang mengoperasi di rumah sakit-rumah sakit yang berkilo-kilometer jauhnya dari Kampung Perdamaian. Beberapa dokter diketahui ingin membawa mereka ke rumahnya selama akhir pekan, untuk memanjakan mereka dengan perhatian dan hadiah. Namun, menurut Mertens, hal ini hanya akan membuat proses pemulangan semakin sulit. Kampung Perdamaian sengaja menjauhkan anak-anak itu dari terlalu banyak melihat unsur kemakmuran masyarakat Jerman. Mainan yang ada di sini hanya yang sederhana–bola atau boneka, satu set kartu permainan atau sekantung kelereng. "Kami ingin membuat anak-anak itu tetap rindu kampung halamannya dalam kadar tertentu," tutur Mertens. "Anak-anak itu akan mulai banyak permintaan jika mereka mulai membandingkan rumahnya dengan rumah milik ahli bedah yang memiliki kolam renang di halaman belakangnya." Seorang relawan, wanita berkebangsaan Italia bernama Manuela Rossi, menuturkan bahwa menangani anak-anak di Kampung Perdamaian jelas membuatnya bersyukur atas Waktu makan penuh dengan obrolan dan makanan berlimpah.
Anak-anak saling membantu untuk menuju ruang makan.
kenyamanan hidup yang ia jalani dan kesehatan anak-anaknya, yang berusia 10 dan 11 tahun. "Saya selalu menganggap pekerjaan ini sebagai terapi. Saya senang sekali berada di sini dan berkumpul dan bermain bersama anak-anak ini. Saat pulang, saya merasa sangat antusias. Kita jadi menyadari hal-hal penting dalam hidup," tutur Rossi. Tugas Rossi di Kampung Perdamaian fokus dalam mendatangkan sekolah-sekolah dan grup-grup lain ke sana untuk mempelajari proyek yang dikerjakan dan bantuan yang tersedia. Rossi menuturkan, "Sekarang saya memiliki konsep lain dalam pendidikan. Saat kita datang ke sini, kita belajar dari anak-anak ini. Kita akan bersyukur bahwa kita hidup dan tinggal di negara yang tidak berperang.
Lingkungan Terlindung Meskipun berbagai kelas sekolah dan grup dari gereja dan badan amal rutin berkunjung, Kampung Perdamaian sangat hati-hati dalam memberi akses kepada kru televisi dan reporter untuk meliput anakanak ini. Berulang kali, media tampaknya ingin menampilkan penderitaan anak-anak ini. Mertens menuturkan, "Jika saya merawat anak-anak dari Suriah, dengan fakta sekarang sedang terjadi perang di sana, saya bisa kedatangan kru TV setiap hari." Mertens menambahkan, "Sebuah program TV Jerman pernah menghubungi saya untuk membawa anak-anak ini ke studio mereka, tapi mereka ingin anak-anak yang sakit cukup parah, yang selalu
22
NOVEMBER - DESEMBER 2014
Proses penyembuhan seringkali diawali dengan pahitnya perpisahan–seorang anak laki-laki yang akan pergi ke Kampung Perdamaian mendapat ciuman perpisahan.
menangis atau yang sakitnya benar-benar parah. Anak-anak di sini tidak menderita. Mereka hidup dan tertawa dan bersenang-senang. Mereka bertengkar. Mereka butuh pertengkaran." Kadang-kadang para selebriti TV melakukan pendekatan yang berbeda. Beberapa di antaranya telah mengadopsi proyek Kampung Perdamaian dan menjadi "duta" untuk proyek itu, termasuk aktor Jerman Günter Lamprecht, yang selamat dari perang dunia II. Selebriti lainnya adalah bintang TV berkebangsaan Jepang, yang menulis dua buku tentang pengalamannya di Kampung Perdamaian. Usahanya untuk memperkenalkan Kampung Perdamaian di Jepang dan untuk mengumpulkan donasi telah membuahkan hasil: Kaum muda Jepang harus mengantri daftar tunggu sebelum berkesempatan untuk menjadi relawan di Kampung Perdamaian di Jerman selama setahun. Bagi Mertens, mudah sekali memahami mengapa relawan Jepang berbondong-bondong mengantri: "Kami membuat dunia lebih baik. Saya yakin itu."
NOVEMBER - DESEMBER 2014
23
YOUTH EXCHANGE DI VICTORIA, AUSTRALIA
p m a C a l a o K c i t s a t Fan Menikmati era 1800-an di Gold Mine-Sovereign.
Wonderful Host Family
Oleh: Jason Daniel
Tanggal 27 Juni 2014 menjadi hari bersejarah bagi saya, karena dapat mengikuti program Lions Youth Exchange, yang memberi warna lain bagi kehidupan saya sebagai remaja. Satu bulan di Melbourne, Victoria membuat saya menjadi lebih berani, mandiri, dan percaya diri. Sekitar pukul lima sore hari waktu Australia, saya mendarat di Melbourne. Waktu di sana tiga jam lebih cepat daripada di Indonesia. Suhu di luar o sangat dingin dan kering, diperkirakan antara 5-10 C, namun sambutan hangat dari host mother Tracy, dan anak pertamanya Sarah saat menjemput, membuat suasana menjadi hangat. Mendaki gunung Macedon untuk melihat salju dan pemandangan seluruh Victoria.
24
NOVEMBER - DESEMBER 2014
Thomas dan Matthew, adik kembar Sarah, serta sophie dan caesy, dua anjing yang sangat lucu, menyambut saya setibanya di rumah. Sayang sekali malam itu saya tidak sempat bertemu dengan host father, karena ia sedang berdinas di Texas. Mereka sangat ramah dan baik sekali, saya diperlihatkan seluruh ruangan di rumah yang cukup besar, dan terakhir menuju kamar Matthew, yang akan saya tempati; sebuah kamar yang dipenuhi dengan benda-benda koleksinya yang bertema Football Australia. Ia gemar sekali dengan Australian Football, sehingga mengkoleksi semua yang berhubungan dengan tim favoritnya yang bernama Swans. Tim Swans ini identik dengan warna merah, saya cukup tertarik dengan olahraga tersebut. Acara sejak minggu pertama sudah cukup padat, saya pergi ke Woodgrove shopping center, tempat perbelanjaan yang besar dan terdekat di kota itu. Tampak seperti mall, namun bukan bangunan bertingkat. Saya membeli sepatu dan jaket. Saya juga pergi ke City bersama Sarah naik bus, dan pulangnya dijemput oleh host father.
Di minggu yang sama saya juga diajak bermain squash bersama kakek Sarah, dan jalan pagi bersama komunitas jalan pagi di Melton. Pada akhir minggu, tepatnya 4 Juli saya diajak nonton Australian Footbal League (AFL) di stadion footbal terbesar di Melbourne, yaitu MCG. Saya pergi bersama Manny dan Matthew, pertandingan ini cukup menarik. Dan pada akhir minggu kami sekeluarga pergi ke gereja bersama untuk ibadah Pada hari Senin pagi di minggu kedua, saya pergi berenang dengan host grandma Thomas, dan granpa Matthew. Saya mengira kolamnya akan sangat dingin karena winter, namun ternyata tidak, airnya hangat, walaupun di luar udara sangat dingin. Saya juga kembali diajak jalan pagi dengan host grandparents, Thomas dan Matthew. Pada akhir minggu, tanggal 12 sampai 14 saya diantar host father Manny ke rumah sepupu saya Sharon di St. Kilda, Melbourne City, saya tinggal bersama Warren, suaminya dan Dylan keponakan saya. Di sini saya menemani mereka berbelanja, bermain dengan keponakan, dan makan malam bersama.
Di depan Shopping Market terbesar di Melton.
NOVEMBER - DESEMBER 2014
25
Amazing Lions Club of Melton
Fantastic Camp Koala YMCA
Host father saya Emmanuel Spiteri yang biasa dipanggil Manny, adalah presiden dari Lions Club of Melton. Saya diajaknya menghadiri regular meeting untuk membicarakan Kegiatan BBQ, dan saya diminta untuk membantu acara tersebut. Pada tanggal 9 Juli 2014 klub ini mengadakan acara Barbeque, saya senang sekali bisa membantu mereka memasak, dan turut membagikan hotdog gratis ke orang-orang di sekitar situ. Pada malam harinya, saya menonton berita Pilpres Presiden Indonesia 2014. Ditemani oleh dua orang dari Lions of Melton, saya pergi ke Victoria Market, saat host parents sedang bekerja. Di sini untuk pertama kalinya saya mencicipi burger kangguru yang rasanya enak sekali. Berbagai macam barang, mulai dari pakaian sampai aksesoris hingga pajangan, dijual di sini. Setelah lama berkeliling, saya membeli tiga buah baju yang saya suka. Bertiga dengan Matthew dan Brenda, anggota Lions of Melton, kami mengunjungi Ballarat Wildlife Park Zoo. Jarak dari Melton ke Ballarat kurang lebih dua jam mengemudi. Disitu saya berfoto
Saya menghabiskan minggu terakhir selama enam hari di Camp Koala YMCA, di Queensqliff. Pada hari pertama, kami dibagi dalam 5 kelompok, bermain beberapa game dan pada malam hari kami d tugaskan untuk membuat nama beserta bendera untuk grup kami. Grup saya adalah grup orange. Pada hari kedua, kami bermain game yang disebut blind walking, kami ditugaskan untuk mencari pasangan berdua, dan salah satu pasangan kami matanya di tutup lalu berjalan melewati pepohonan. Setelah itu kami berpetualang menggunakan GPS, dan menjalani tugas yang diberikan oleh camp bersama grup. Setiap grup terdiri dari 5-6 orang, saya bergabung dengan Ann (Belgium),Milka (Finland), Luke (Australia), Sarah (Canada) dan Brice (Turkey). Keesokan harinya, kami pergi ke Ballarat Wildlife Park dan Soverign Hill. Itu kali kedua saya ke Ballarat Wildlife Park karena sebelumnya sudah pernah dengan hostparents. Di Soverign Hill, kita dapat menikmati kehidupan era 1800an karena di sana merupakan bangunan tua dan tampak seperti kota yang hidup. Dulunya Soverign Hill itu bekas Gold Rush jaman kolonial.
Taman di Ballarat dengan 28 patung kepala Perdana Menteri.
26
NOVEMBER - DESEMBER 2014
Selesai mengikuti Regional Meeting di Lions Club of Melton.
dengan kangguru, koala, dan melihat pertunjukan memberi makan buaya dan ular. Dilanjutkan dengan berkunjung ke salah satu taman yang berada di sekitar situ, di mana terdapat 28 patung kepala perdana mentri yang pernah menjabat di Australia. Pada minggu ketiga hari selasa 15 Juli saya mengikuti acara dinner dengan Lions Club of Melton dalam rangka pelantikan tahun ke-2 Manny sebagai presiden club dan juga penyambutan saya sebagai peserta youth exchange. Pada hari Rabunya saya diajak oleh Janette anggota Lions Club of Melton untuk mengikuti wawancara di sebuah stasiun radio. Hari terakhir di kota ini, pada sabtu malam, saya bersama Manny dan Tracy pergi ke Acara Dinner Lions Club of Victoria di mana seluruh Lions dari V ictoria berkumpul untuk makan malam bersama, diadakan setiap satu tahun sekali. Acara ini sungguh meriah dan menyenangkan. Di sinilah saya mulai mengenal Lions dengan kegiatannya yang menarik, bertemu dengan orang-orangnya yang ramah dan menyenangkan. Beberapa dari mereka bahkan menemani saya selama di Victoria. Terima kasih Lions Club of Melton.
Membuat Bola Salju di Mount Macedon dan Mendaki Puncak Marrysville Pada hari kamis, di minggu ketiga, saya dan Manny pergi mengemudi dari pagi hingga sore. Kami berdua pergi ke gunung Macedon untuk melihat pemandangan seluruh victoria, di sana terdapat monumen salib sangat besar. Kami mendaki lagi ke tempat yang lebih tinggi untuk melihat salju, beruntung saya sempat merasakan salju di sana, dan membuat bola-bola salju kecil. Dari Mount Macedon, kami melanjutkan ke Marrysville salah satu gunung di dekatnya, di sana saya melihat air terjun yang merupakan sumber air Victoria. Kami mendaki hingga puncak gunung tersebut, sangat melelahkan namun pemandangannya sungguh sangat indah. Paginya saya bersiap untuk berangkat ke camp, dan pada pukul 11 pagi saya diantar oleh Manny ke tempat di mana kami akan di jemput oleh camp dengan bus, sebelumnya kami mengambil beberapa foto keluarga dan juga mengucapkan salam perpisahan, I will miss them so much.
Grup 'Orange' di Camp Koala. Hari-hari selanjutnya, kami asyik naik perahu ke tengah laut menuju pulau buatan bekas perang dunia I di daerah Queensqliff. Di sini kami menikmati pemandangan luar biasa, di mana burung bebas beterbangan, a n j i n g l a u t b e r ku m p u l , d a n i ka n berlompatan. Pergi ke Melbourne City menggunakan kereta dan mengunjungi Sky Tower berjalan-jalan bebas di city bersama grup. Keesokan harinya kami melakukan kegiatan sport bersama dengan pilihan biking, canoeing, atau beach. Saya memilih untuk biking dan pergi bersepeda ke kota di
Queensqliff untuk membeli makan siang, setelah itu kembali ke camp dan berenang di pantai dalam suhu yang sangat dingin, sungguh pengalaman tak telupakan. Malam ke enam kami berkumpul untuk farewell dinner karena ini merupakan malam terakhir kami bersama. Kami bersiap-siap untuk pulang ke negara masing-masing dan berfoto-foto serta mengucapkan salam perpisahan. Sebagian ada yang langsung ke airport, sebagian lagi bersama saya menginap dahulu di hotel dekat airport karena jadwal penerbangan kami keesokan harinya. Banyak sekali pengalaman yang sungguh menarik dan tak terlupakan di Victoria ini, terutama di Koala Camp karena remaja dari seluruh dunia berkumpul menjadi satu. Perjalanan saya di Australia ini merupakan pengalaman yang tak akan pernah terlupakan. Terima kasih Lions Club Bandung Sejahtera yang telah mensponsori saya untuk mendapatkan pengalaman luar biasa ini. Terima kasih Lions Clubs.
Selesai boating di sebuah pulau di Queensqliff.
NOVEMBER - DESEMBER 2014
27
RECRUITING MEMBERS
RAISING FUNDS
Rekrutan Siap Sedia Mantan Leos Siap Menjadi Lions yang Setia Kelsey Norton terjangkit virus pelayanan lebih cepat dari yang lain. Tumbuh besar membantu proyek-proyek Medway Lions Club di Massachusetts bersama ibunya, Norton belajar memahami rasanya membantu orang lain. “Membantu orang lain itu sepertinya mendarah daging,” tutur Norton, 18 tahun. Saat sekolah atas Norton mendirikan Leo club, Norton dengan bangga menjadi presiden pertamanya. Setelah lulus, tak terbayangkan di benak Norton dirinya bukan lagi bagian dari keluarga Lions. Bergabung dengan Lions club di mana ia tumbuh merupakan pilihan mudah. “Bagi saya ini transisi alami,” jelas Norton. Banyak Leos seperti Norton di luar sana, siap dan bersedia terus melayani jika diminta. Leos memiliki cinta yang sudah tumbuh terhadap pelayanan, wawasan tentang Lionisme dan keahlian memimpin. Dengan kombinasi tepat dari kaderisasi dan motivasi, Leos dapat dengan mulus bertransisi ke Lions clubs yang beruntung mendapatkan mereka.
Bangun Pertalian Benih-benih Lions masa depan ditanam saat mereka masih menjadi Leos. Dengan mensponsori Leo club akan membantu kaum muda belajar mencintai pelayanan dan berkeinginan untuk terus berkarya sebagai Lions saat dewasa. Namun jangan hanya mensponsori— pertimbangkan juga kemitraan. Stephanie Napier, 19 tahun, Lion Colchester di Connecticut, memiliki memori yang menyenangkan ketika bekerja bersama Lions saat ia masih menjadi Leo. “Kami sering bekerja sama dengan Lions dalam sebagian besar acara kami. Saya selalu bersedia bekerja untuk acara Leo maupun Lions karena saya selalu ingin bertemu mereka. Bekerja bersama merupakan mentoring terbaik,” tutur Napier.
28
NOVEMBER - DESEMBER 2014
Murid kelas satu melanggamkan puisi kepada Lions sebagai ucapan terima kasih untuk Lions Literacy Loft baru mereka (latar).
Kelsey Norton (kanan) dan Leos lain dengan senang hati mengangkat pohon-pohon yang berat pada acara bazaar pohon Natal Lions.
Hargai Pengalaman Mereka
Beri Kesempatan Memimpin
Jangan lupa bahwa mantan Leos membawa pengalaman kepemimpinan dan pelayanan langsung saat mereka direkrut menjadi Lions. Winster Ceballos, 34 tahun, sekarang seorang Lion Passaic-Clifto di New Jersey, tumbuh bersama Lions di Republik Dominika. Setelah mengikuti kakek Lionnya selama bertahun-tahun, Ceballos menjadi presiden pendiri Santo Domingo Miraflores Leo Club. “Pengalaman saya sebagai Leo membantu saya belajar berbicara di depan umum, merencanakan dan mengelola proyek dan bekerja sama dengan orang lain. Kami bekerja sama dengan Lions di sebuah panti asuhan, proyek yang melekat di hati saya,” tutur Ceballos. Oleh karena Ceballos sudah pernah bekerja bersama Lions sebelum bergabung, ia mengalami transisi yang sangat mulus. Namun pandangan Lions terhadapnya sebagai anak kemarin sore kadang-kadang sulit dihilangkan. “Kadang-kadang saya dianggap anak ingusan dan tidak terlalu serius ditanggapi. Penting bagi mantan Leos untuk mengekspresikan dirinya dan menyampaikan gagasan-gagasannya. Gagasan baru pasti akan berguna untuk Lions club,” tutur Ceballos.
Leos yang bertransisi jadi Lions mungkin sudah siap untuk segera memimpin, jadi kita harus tahu saat yang tepat untuk mereka. “Anggota Global Leadership Team (GLT) bertanya kepada saya tentang seminar apa yang mungkin dibutuhkan Lions muda, dan kemudian mereka mengundang saya untuk bergabung dengan GLT. Saya menghargai kesadaran mereka akan potensi yang saya miliki,” tutur Norton. Napier menjabat sebagai ketua program pertemuan dan asisten penjinak Lion. Dan Ceballos, yang diyakini akan menjadi ketua dewan paling muda (Multi Distrik 16) sedunia, membawa dasar yang ia letakkan saat menjadi Leo ke tempat yang paling tinggi. Bawa Leos ke dalam lingkungan Lions, dan sambut generasi baru pemimpin Lions. Norton berkata, “Saya sering dihadapkan dengan wajah terkejut saat Lions dari klub lain tahu saya seorang Lion. Mereka terkagum-kagum, namun sebenarnya itu tidak perlu. Mereka seharusnya berpikir, ‘Bagaimana kita bisa membuat orang-orang seperti Anda bergabung?’ Kaum muda peduli, dan kami ingin melayani. Kami hanya butuh kesempatan.”
Balkon Cinta Belajar Intip kelas guru Angela Kaastra di Wauwanesa School di Manitoba, Kanada, dan Anda akan melihat banyak sekali murid kelas satu. “Jika Anda akan memasuki kelas kami pada pagi hari, Anda akan melihat murid-murid membaca di karpet, di loker pakaian, di sofa, menulis di papan dada di bawah meja saya, mendengarkan cerita lewat iPod di dekat pintu atau duduk berdampingan membaca bersama temannya,” tutur Kaastra. Sekolah ini mendorong cara belajar yang independen yang menyibukkan murid-murid dengan kegiatan baca tulis yang bermanfaat. “Anak-anak tersebar di seluruh ruangan kelas, belajar dengan tenang. Iya, bahkan anak 6 tahun pun bisa melakukannya!” tutur Kaastra antusias. “Saya ingin memberi ruang yang membuat murid-murid kecil kami duduk nyaman sambil membaca buku atau membuat mereka senang menulis melalui program ‘author’s chair.’” Kaastra mendapatkan mitra yang ringan tangan di Wauwanesa Lions Club. Beth Smale dan Margaret Martin pada tahun 2012 sedang mencari sebuah proyek yang mampu dikerjakan para anggota dan memberi manfaat nyata. Proyek itu tidak harus besar—namun mereka ingin “sesuatu yang akan memberi manfaat selamanya,” tutur Smale. Hasilnya, proyek yang mereka pilih memiliki kedua manfaat tersebut. Beth dan Margaret menyampaikan gagasan proyeknya kepada kelas Kaastra dan Kaastra dengan senang hati menerima tawaran mereka. Kaastra kemudian menganjurkan Lions untuk mengambil langkah lanjut proyek mereka. Lions Literacy Loft (Balkon Baca Tulis Lions) baru di ruangan kelas itu, balkon tinggi dengan area membaca dan ruang di bawahnya yang nyaman untuk mendongeng, menghabiskan
anggaran klub sebesar $ 3.000 (US$ 2.700) dan menyediakan ruang khusus yang diidam-idamkan Kaastra untuk muridnya. Beberapa sentuhan kecil pada desainnya bahkan membuatnya tampak lebih kokoh, dan balkon ini dirangkai secara profesional oleh pabrik pembuatnya tahun lalu dan dibantu Lions. Dinding plexiglass membuatnya aman dan nyaman untuk memandang dari balkon ke seluruh ruangan. Di bagian atas atau bawah balkon, murid kelas satu berkesempatan untuk memilih tempat favoritnya untuk membaca atau mencoba tempat baru untuk membaca. Setelah membaca bersama-sama, masing-masing Lion mengambil kesempatan untuk menaiki tangga dengan santai menuju balkon, di mana dua atau tiga anak mendapatkan perhatian khusus. Lions duduk dengan sabar dan membantu mereka membaca cerita. Persahabatan pun terjalin saat buku dibacakan. Kaastra menjelaskan, “Hal terindah dari kunjungan Lions ke kelas satu setiap minggu adalah persahabatan yang tumbuh di antara Lions dan murid-murid saya. Beberapa murid penyayang saya menyambut mereka dengan pelukan. Ketika Lions kami—dan ya, kami menganggap setiap Lion yang berkunjung sebagai ‘bagian dari kami!’—datang untuk membaca, banyak manfaat yang diperoleh. Mereka membawa buku-buku favoritnya, menyampaikan berbagai cerita yang mungkin tidak kami dapat bila mereka tidak datang.” Satu dari yang terbaik, tambah Kaastra, adalah “pengalaman pribadi” yang dibagikan Lions saat membaca bersama. Anak-anak pun tidak segan-segan untuk berbagi pengalamannya. “Semua ini tentang menyambung silaturahmi dan membangun tali persaudaraan,” papar Kaastra.
NOVEMBER - DESEMBER 2014
29
Sejarah Singkat Tuna Netra 43 Fakta Berkaitan Dengan Tuna Netra Yang Perlu Anda Ketahui
14.
15.
Oleh: Jay Coop 1. Di sebagian besar peradaban awal manusia lelaki tuna netra dijual sebagai budak kapal dan perempuan tuna netra dijual ke tempat prostitusi atau mereka bertahan hidup sebagai pengemis. 2. F iraun pertama pada sekitar tahun 3000 SM memerintahkan agar bayi yang tuna netra dibiarkan mati. 3. Pada 2500 SM bangsa Mesir menangani penyakit mata dan mengedukasi para tunanetra. 4. Seorang Firaun tuna netra pada sekitar tahun 700 SM mengerahkan kekuatan penuh untuk merebut kembali tahtanya setelah diinvasi bangsa asing. 5. Homer, penyair tuna netra dari Yunani, dipercaya menulis dua puisi “Iliad” dan “Odyssey” pada abad 9 SM. 6. Para tabib Romawi pada abad pertama menggunakan jarum untuk menekan lensa katarak keluar dari area penglihatan. 7. Sebagian dari kota-kota Romawi mengatur pembunuhan anak, sebagai contoh, harus mendapatkan persetujuan lima tetangga sebelum bayi yang baru lahir dapat dibunuh. 8. Mirip seperti serikat pada zamannya, persaudaraan tunanetra dibentuk di Eropa pada Abad Pertengahan untuk meningkatkan keuntungan mereka. 9. Penyair berkebangsaan Inggris John Milton menulis mahakarya “Paradise Lost” setelah menjadi tuna netra pada sekitar tahun 1652. 10. Belajar melalui huruf-huruf kayu pada 1676, Esther Elizabeth von Waldkirch, putri seorang saudagar kaya Swiss, menjadi tunanetra pertama yang diketahui belajar menulis. 11. Pada 1714, insinyur berkebangsaan Inggris Henry Miller mendapatkan paten dari ratu untuk sebuah mesin tulis mekanik—cikal bakal mesin tik—sebagai alat bantu bagi tunanetra. 12. Pada 1749 ensiklopedis Prancis ternama Denis Diderot memicu perdebatan hangat publik setelah menerbitkan sebuah surat yang menyatakan bahwa kaum tunanetra dapat dididik. 13. Terdorong oleh pemandangan menyedihkan di sebuah kafe Paris di mana orang-orang tuna netra yang memakai topi
30
NOVEMBER - DESEMBER 2014
16.
17.
18. 19. 20.
21. 22. 23. 24.
25.
26.
27.
28.
bodoh dan gelas karton menghibur para pengunjung dengan cara memainkan biola yang bernada sumbang, Valentin Haüy mendirikan sekolah tunanetra pertama pada 1784. Sekitar tahun 1800, kapten tentara Prancis Charles Barbier menciptakan cara agar pasukan dapat berkomunikasi secara diam-diam dalam kegelapan malam melalui titik-titik dan stripstrip pada karton yang diangkat-angkat. Tuna netra karena kecelakaan saat masih kecil, Louis Braille, seorang pelajar di sekolah yang didirikan Haüy, mempelajari sistem “tulisan malam” ciptaan Barbier saat sang veteran mengunjungi sekolah, menginspirasi sang remaja 15 tahun yang sudah dewasa sejak usia muda ini untuk mengembangkan huruf Braille pada 1824. Sekolah asrama tunanetra pertama di Amerika Serikat, New England Asylum for the Blind (kini dikenal dengan Perkins School for the Blind) dibuka pada 1829. Pada 1862, Herman Snellen, dokter mata berkebangsaan Belanda, menciptakan grafik Snellen untuk menguji ketajaman penglihatan—huruf atau angka dalam berbagai ukuran yang tersusun berbaris-baris. Helen Keller lahir di Tuscumbia, Alabama, pada 1880. Anne Sullivan memberi Keller pemahaman bahasa pada 1887. Frank Hall dari Illinois School for the Blind memperkenalkan Hall Braillewriter pada 1892, lompatan besar dari metode penulisan Braille dengan batu tulis dan stylus. Keller menjadi selebriti dunia saat “The Story of My Life” diterbitkan pada 1903. Negara bagian New York mewajibkan pendidikan bagi tunanetra pada 1911. Melvin Jones, seorang eksekutif asuransi Chicago berusia 38 tahun, membentuk Lions Clubs pada 1917. Pasca Perang Dunia I, bangsa Jerman, karena terkesan oleh cara anjing menemukan tentara dan menuntun regu penolong di medan perang, melatih anjing sebagai penuntun bagi mereka yang menderita tuna netra karena pertempuran. Meskipun hampir menjadi tuna netra total, pelukis impresionis berkebangsaan Prancis Claude Monet melukis mural “Water Lilies” yang terkenal pada 1919. Keller meminta Lions agar menjadi “Ksatria Kaum Tunanetra” pada konvensi internasional mereka di Cedar Point, Ohio, pada 1925. Mempelajari anjing penuntun saat tinggal di Swis, Dorothy Harrison Eustis pulang ke Amerika dan mendirikan sekolah anjing penuntun pertama A.S. di Nashville, Seeing Eye, pada 1929. George Bonham dari Peoria Lions Club di Illinois memulai
29. 30. 31. 32. 33. 34.
35. 36.
37. 38.
39. 40.
41. 42.
43.
sebuah kampanye pada 1930 yang berujung disetujuinya undang-undang keselamatan White Cane di semua negara bagian pada 1956. American Foundation for the Blind mengembangkan Talking Books pada 1932. Kongres A.S. menyetujui Social Security Act, yang menyertakan program rehabilitasi Aid to the Blind, pada 1935. Tiga orang Lions Detroit mendirikan Leader Dogs for the Blind pada 1938. Didedikasikan untuk kesetaraan dan integrasi, National Federation of the Blind dibentuk pada 1940. Buffalo Lions Club di New York mendirikan bank mata kedua di dunia, Buffalo Eye Bank, pada 1945. Kongress A.S. menyetujui undang-undang pertama yang mengharuskan sekolah negeri menerima murid berkebutuhan khusus dengan “lingkungan yang longgar” pada 1975. Raymond Kurzweil menciptakan Kurzweil reader, purwarupa penyalin materi dari tulisan ke suara sintesis, pada 1976. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa hanya 31 persen dari orang dewasa usia produktif dengan keterbatasan penglihatan yang bekerja dibanding 72 persen populasi usia produktif di seluruh A.S. pada 1976. Lions Clubs International meluncurkan program SightFirst pada 1989. SightFirst merayakan hari jadinya yang ke-15 pada 2004 dengan 24 juta lilin simbolis pada kue ulang tahunnya: jumlah orang yang diselamatkan dari penyakit penglihatan serius atau yang penglihatannya dikembalikan. Hingga 2008 Lions menggalang lebih dari $200 juta untuk Campaign SightFirst II untuk menyelamatkan penglihatan. Centers for Disease Control pada 2009 memperkirakan bahwa kebutaan yang berhubungan dengan diabetes pada orang Amerika usia produktif akan meningkat tiga kali lipat dalam enam tahun. Sebagian berkat jasa Lions, 39 juta orang diperkirakan menjadi tuna netra pada 2010, turun 14 persen dalam lima tahun. Lions, The Carter Center dan Pfizer menandai dosis ke-100 juta Zithromax® yang didistribusikan untuk mencegah trakoma, salah satu penyakit yang membutakan, pada 2013. Pada 2013, FDA menyetujui kamera khusus yang memancarkan impuls elektrik ke elektroda yang diimplan pada mata yang akan membantu orang buta mendapatkan kembali sebagian penglihatannya.
Sumber: The American Foundation for the Blind, American Action Fund for Blind Children and Adults, dan “The Legacy of the Past” oleh Regi Enerstvedt.
NOVEMBER - DESEMBER 2014
31
Lions Clubs International turut dalam Festifal Salju di Harbin China oleh team dari Hong Kong.
Festival Es itu berlangsung di Taman Shaolin, Sungai Songhua dan Sun Island, semua berlokasi di sekitar kota Harbin. Adapun ribuan ton bahan baku es diperoleh dari Sungai Songhua, air sungai yang membeku itu dibor dan digergaji menggunakan beragam peralatan mesin, sehingga diperoleh balok-balok es, bila diperlukan balok-balok es itu di-ozonisasi, sehingga diperoleh balok es yang bersih cemerlang dan tranparan. Balok-balok es itu disusun, di dalamnya diberi lampu warna-warni membentuk ratusan beraneka model gedung dan beragam patung es yang sangat indah. Kemudian dipahat dan diukir oleh para pengrajin. Para pematung di Tiongkok terkenal sangat baik, seperti para pemahat seni dari Bali dan Jepang. Tak heranlah hasil karya mereka sangat kreatif, dengan detil-detail yang rumit.
Gedung berasiktektur baroque di Harbin (kiri) pada siang hari (kanan) pada malam harinya.
Singa Es Promosi Lions Clubs International
PATUNG SINGA SIMBOL LIONS DI FESTIVAL ES HARBIN Oleh: Lion B. Kusuma
Festival Salju Terbesar dan Terpopuler di Harbin Kota Harbin berlokasi di utara dekat perbatasan dengan Rusia, sebuah kota di Tiongkok tapi berarsitektur barat. Beragam gaya arsitektur dari mancanegara, khususnya Eropa, berdiri anggun saling berdampingan menyatu dalam sebuah keindahan seni arsitektur, ditambah lagi papan-papan nama bertuliskan kanji, menjadi tengara kota Harbin yang menarik untuk dilihat. Harbin adalah kota terbesar dan ibukota Provinsi Heilongjiang, berlokasi di timur laut Tiongkok, selalu berudara dingin, pada musim dingin dapat mencapai minus 18 derajat Celsius, Harbin dapat julukan sebagai “Kota Es”. Setengah abad yang lalu, pada awal tahun 1963 di kota itu berlangsung Pesta Taman dan Lentera untuk menyambut musim dingin. Sejak tahun 1985, diadakan acara tahunan Festival Es dan Salju, berkembang menjadi salah satu dari empat Festival Salju terbesar dan terpopuler di dunia, bersama Pesta Salju di Sapporo, Jepang; Quebec City Winter Festival di Canada dan Festival Ski Holmenkollen di Norwegia.
32
NOVEMBER - DESEMBER 2014
Keindahan Festival Es di Harbin, sungguh sangat mempesona, dengan ratusan aneka model gedung dan beragam patung es yang sangat indah. Yang sangat menarik perhatian penulis adanya Patung Singa, simbol Lions Clubs International, yang dikerjakan oleh Tim dari Hong Kong. Pada saat itu di daratan Tiongkok belum ada Lions Club, kecuali di Hong Kong, Macao dan Taiwan, sehingga sangat diharapkan Lions Club dapat terbentuk di daratan Tiongkok. Atas inisiatif Lions Clubs di Hong Kong, mereka mempromosikan dan memperkenalkannya, dengan membuat patung-patung Singa sebagai lambang Lions Clubs International. Nyatanya sekarang Lions Clubs International telah sangat berkembang di daratan Tiongkok, sehingga terlihat pada Konvensi Lions Clubs International terakhir di Toronto, anggota peserta dari Tiongkok menduduki jumlah terbesar kedua. Menunjukkan bahwa Lions Clubs sudah sangat berkembang di Tiongkok.
Patung singa sedang mengalahkan buaya, karya seni dari es yang menakjubkan.
Harbin International Ice & Snow Festival 2015
Harbin Ice Festival.
Saat ini mereka sudah sibuk mempersiapkan Harbin International Ice & Snow Festival 2015 ke-31. Sebagaimana biasanya Festival Es ini akan diadakan di awal tahun, dan akan diresmikan pada tanggal 5 Januari 2015, yang berlangsung hingga 25 Februari 2015. Jadi bagi para peminat, bersiap-siaplah untuk menyaksikannya. Selain disajikan anjungan berupa model beragam bangunan terkenal di dunia, ada beragam perlombaan seni pahat patung es, lomba ski, ice-skating, ice-sailing, kereta peluncur, berenang, mancing, pameran foto, lukisan, kaligrafi, tari-tarian rakyat, bahkan bilamana anda berminat dapat pula mengadakan upacara pernikahan di alam bersalju dan bagi pembisnis ada trade fair.
Selain menikmati keindahan patung-es dan salju, para wisatawan dapat pula menikmati naik kereta peluncur di atas es ditarik oleh kuda ataupun oleh anjing, sesuatu kesempatan langka bagi kita dari daerah tropis.
NOVEMBER - DESEMBER 2014
33
FOUNDATION IMPACT
VISIONARY WORK
Lions Quest Berhasil di Turki
KidSight USA Diluncurkan untuk Menyelamatkan Penglihatan
oleh: Allie Lawrence
oleh: Eric Margules
34
NOVEMBER - DESEMBER 2014
Lions Quest membantu para pelajar di Turki mempelajari bagaimana menangani situasi sulit dengan cara yang positif. ribu pelajar. "Mendidikmemberikan keterampilan tertentu kepada satu guru sama seperti kita menyampaikan kepada ratusan, ribuan anak sepanjang hayat," tutur Fatos Erkman, seorang profesor pendidikan, psikolog klinis terlatih dan administratur Bospherus University Peace Education Application and Research Center. "Kami sangat senang bisa bekerja sama dengan Lions clubs karena salah satu sasaran pusat penelitian kami adalah pendidikan perdamaian di semua tingkatan. Kurikulum Lions Quest untuk semua tingkatan sangat sesuai dengan cita-cita kami." Materi terbaru Lions Quest tentang masalah dan tantangan di zaman modern yang dihadapi anak-anak kita akan tersedia pada awal 2015. Melalui hibah ini, MD 118 akan menerjemahkan, mengadaptasi dan memperbarui kurikulumnya agar mencerminkan budaya Turki. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan yang dapat membuat pelajar fokus dan mendapatkan pengalaman lebih di luar kelas. Sejauh ini, program ini sepertinya berjalan dengan baik. "Kedamaian bermula dari individu, dan inilah yang diperjuangkan oleh Lions Quest," jelas Niord. "Kami mengajari anak-anak agar memperoleh kedamaian di dalam dirinya, dan bagaimana agar damai di tengah masyarakatnya. Dan ini akan menuntun pada kedamaian dunia."
Bagi sebagian besar anak-anak di Amerika Serikat yang mengalami masalah penglihatan, masalah tersebut tidak diketahui sampai mereka mengalami kesulitan dalam belajar atau sulit fokus di sekolah. Dan saat itu, mungkin sudah terlambat untuk ditangani. Penelitian menunjukkan bahwa bila masalah penglihatan tidak terdeteksi dan tidak ditangani sejak dini, akan berisiko menjadi permanen saat menginjak usia 7 tahun. Karena itulah dibentuk Lions KidSight USA. KidSight USA merupakan sebuah koalisi baru yang menggabungkan program KidSight dengan Lions di seluruh Amerika Serikat untuk melakukan screening penglihatan anak-anak antara usia 6 bulan sampai 6 tahun. Lions sudah melakukan screening terhadap setengah juta anak-anak setiap tahun melalui program berskala nasional dan daerah, oleh karena itu KidSight USA berencana meningkatkan kesuksesan tersebut dengan mendukung pengembangan program-program baru untuk menjangkau wilayah-wilayah yang kurang terlayani di Amerika Serikat. "Indera penglihatan tidak hanya mempengaruhi kemampuan seorang anak melihat dunianya, namun mempengaruhi juga kemampuannya dalam belajar," tutur Dr. Ed Cordes, seorang ahli mata dan ketua Lions KidSight USA. "Para ahli mengatakan bahwa hingga 80 persen pembelajaran didapat secara visual, sehingga kita harus melakukan screening terhadap semua anak untuk mengidentifikasi semua masalah penglihatan yang dapat mengganggu proses belajar. Dan kita harus melakukan screening
Hanya dengan menekan beberapa tombol, Lions membantu menyelamatkan penglihatan anakanak di masyarakat mereka. terhadap anak-anak sedini mungkin agar bisa mengidentifikasi masalah penglihatan selagi masih bisa ditangani. "KidSight USA telah menyiapkan tiga tingkatan program sampel screening yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan semua klub dan distrik. Dari screening tingkat masyarakat dasar hingga program yang mencakup multi distrik, programprogram tersebut dapat berkembang dari waktu ke waktu untuk memenuhi kebutuhan individu klub dan masyarakat. Lions yang sudah berpengalaman dalam program screening akan bekerja bersama klub dan distrik baru untuk membantu menjalankan program screening mereka. Semua Lions A.S. sangat dianjurkan untuk berpartisipasi dalam prakarsa ini. "KidSight USA merupakan prakarsa penting berskala nasional yang akan membantu banyak keluarga dalam menjaga kesehatan anak-anaknya," tutur International President Joe Preston. "Prakarsa ini akan menambah pencapaian membanggakan kita dalam menyelamatkan penglihatan dan meningkatkan keyakinan bahwa semua anak berhak melihat dunianya
Foto oleh Daniel Morris
Pelajar seluruh dunia menghadapi permasalahan bullying (intimidasi), tekanan teman sebaya dan hari yang mencemaskan yang mempengaruhi kesehatan, prestasi akademis dan kesejahteraan mereka. Di Turki, permasalahan inidan akibat yang ditimbulkannya bahkan lebih konsekuensial karena sistem sekolah yang sangat kompetitif dan kesempatan yang terbatas untuk menempuh pendidikan tinggi. "Turki memiliki populasi yang sangat muda. Hanya sepertiga anak-anak yang dapat melanjutkan pendidikan ke universitas. Kompetisinya sangat sengit. Anak-anak selalu berada dalam tekanan," jelas Past District Governor Nilgun Erdem Niord dari Mavi Halic Lions Club. Karena inilah Lions Quest hadir. Melalui program Lions Clubs International Foundation (LCIF) ini, para pelajar mempelajari keterampilan hidup berharga dan menggali cara untuk membuat keputusan positif melalui pengetahuan sosial dan emosional. Program ini kini ada si sekolah-sekolah negeri dan swasta di seluruh Turki. Sejak 2009, Lions di Multi Distrik (MD) 118 telah mendapatkan bantuan lebih dari $ 275.000 dalam bentuk hibah LCIF untuk Lions Quest, yang bekerja sama dengan Turkish Lions Foundation. Bagi Lions dari Turki, hibah ini memungkinkan mereka membuat perubahan. "Klub saya selalu aktif di dunia pendidikan. Ketika kami tahu bahwa kami akan mendapat bantuan dari LCIF untuk memulai Lions Quest, ini membantu kami menekan tombol dan memulainya," tutur Niord. Saat ini, Lions Quest merupakan satu-satunya program pendidikan sosial dan emosional yang tersedia di Turki, yang mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan. Evaluasi program Lions Quest di Turki sedang dilaksanakan oleh Bospherus University, dan hasilnya akan segera diumumkan. Walaupun demikian, Lions dan para pendidik sudah dapat melihat manfaat dari pendidikan sosial dan emosional ini. "Saya berpartisipasi di program ini karena pelatihannya sungguh mengesankan," tutur Mine Guven, seorang profesor pendidikan anak usia dini di Bospherus University. "Tantangannya sama di seluruh dunia. Melalui Lions Quest kami berhasil menciptakan kedamaian di kelas." Lebih dari 1.000 guru di Turki telah dilatih untuk menggunakan Lions Quest di kelas, sehingga akan tersampaikan kepada beribu-
dengan jelas. Dan dengan bantuan dari Lions, kami harap mereka akan mendapatkannya." Untuk mendukung program screening baru, tersedia dana hibah sampai US$ 100.000 untuk kualifikasi kegiatan pelayanan melalui Lions Clubs International Foundation, yang telah memberikan lebih dari US$ 2 juta untuk mendukung program screening mata anakanak di Amerika Serikat. Pembuat alat screening, Plusoptix dan Welch Allyn, juga telah bermitra dengan KidSight USA untuk memberikan dukungan finansial bagi pengembangan program ini. Hanya dibutuhkan beberapa menit untuk melatih Lion atau relawan melakukan screening pada penglihatan anak-anak. Semua anak berhak belajar dan melihat dunia dengan jelas, dan dengan perkiraan 4 juta anak yang akan membutuhkan perawatan lanjut profesional setelah screening, jelas sekali bahwa ini sangat dibutuhkan. Untuk informasi dan partisipasi dalam Lions KidSight USA, kunjungi edistrict.org/sites/kidsightusa.
NOVEMBER - DESEMBER 2014
35
Distrik 307A1 Memenangkan PPC Tingkat MD
Jumat 28 November 2014 pukul 10.00 wib bertempat di Childs In Cafe, STC Senayan Jakarta Pusat, Ketua Komite PPC MD Edhy Darmawan membuka secara resmi Penjurian PEACE POSTER CONTEST Tingkat MD. Empat poster yang dinilai merupakan pemenang Tingkat Distrik, yaitu dari Distrik 307A1, A2, B1, dan B2. Sebelum penjurian CC Ina L Gunawan dalam Kata Sambutannya berharap, semoga pemenang tingkat MD juga menjadi pemenang tingkat international yang akan diumumkan bulan Februari 2015 mendatang. Ketiga Dewan Juri terdiri dari Prof. Yongky Sanafayong, Dra. Caecilia Trijata, dan Ir. Eddy Soetriono melakukan penilaian di satu tempat tertutup selama 30 menit dengan memperhatikan empat Kriteria, yaitu kemampuan mengapresiasikan tema “Peace, Love and Understanding”, harmonisasi, kebebasan kreatif yang dinamis, dan keaslian.
Oleh: Ketua Komite PPC 307 A1-Nanetta Peace Poster Contest adalah salah satu agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Lions Club International di seluruh dunia, selanjutnya dikenal dengan nama PPC. PPC adalah ajang kontes seni lomba lukis poster yang diikuti oleh anak pra remaja usia 11-13 tahun dengan tujuan untuk menanamkan nila-inilai perdamaian, kasih dan saling pengertian antar bangsa. Nilai-nilai inilah yang mendasari usaha mewujudkan perdamaian dunia. Tema PPC Setiap tahunnya selalu berubah mengikuti dinamika perkembangan jaman. Untuk tema tahun 2104 ini adalah “Peace. Love and Understanding.” Peserta PPC 2014 adalah anak-anak yang direkrut oleh klubklub yang tergabung dalam distrik 307 melalui sekolah-sekolah, sanggar binaan seni atau wadah binaan masyarakat lainnya. Dari poster-poster yang dihasilkan oleh keempat distrik 307 akan dilombakan untuk dicari satu pemenangnya, untuk kemudian dilombakan di kancah International. Satu Pemenang Grand Prize International akan mendapatkan hadiah sebesar US$5,000 dan akan diundang ke Lions Day bersama United Nation didampingi satu orang tua dan presiden club yang didelegasikan. 23 Finalis International akan menerima Merit Award dan uang sebesar US$500 dan hasil karyanya akan dijadikan perangko di United Nation.
PPC di Distrik 307A1 Distrik 307A1 sebagai pemenang PPC di tingkat Multi Distrik, menyelenggarakan PPC 2014 di lima kota, yaitu Jakarta, Jambi, Bintan, Batam, dan Palembang. Penjurian dilaksanakan tanggal 8 November 2014, pada pukul 18.00-19.00 bertempat di Kantor Pengelola Emporium Pluit Mall, dengan tim juri terdiri dari Professor Yongky Safanayong dari Universitas Pelita Harapan, Tridjata, Dosen Seni Rupa dari Universitas Jakarta, Firman Lie, pemilik Sanggar Seni dan Dosen Seni Rupa dari Institut Kesenian Jakarta. Adapun Kriteria Penjurian adalah Kesesuaian dengan Tema, Orisinalitas, Ide Visual, dan Teknis.
36
NOVEMBER - DESEMBER 2014
GRACE TIMOTHY PEMENANG PPC MD 307 "Peace, Love, and Understanding"
Distrik 307A1 memilih 3 orang pemenang yaitu juara 1 Grace Timothy, juara 2 Eveline Giovanie, dan juara 3 Angela Venus, ketiganya disponsori LC Jakarta Sunter Agung. Masing-masing pemenang mendapat hadiah berupa uang tunai dan plakat dari Distrik 307A1. Besarnya hadiah adalah sebesar Rp. 1.500.000,untuk juara 1, Juara 2 mendapatkan Rp. 1.000.000,- dan juara 3 menerima Rp. 500.000,-. Di tingkat Multi Distrik Grace Timothy akhirnya ditetapkan sebagai pemenangnya. Ini merupakan prestasi yang luar biasa bagi Distrik 307A1, karena di PPC tingkat internasional, telah berhasil mendapatkan 12 Merit Award. Semoga pemenang kali ini dapat meraih prestasi lebih baik lagi. Selamat!!
Poster karya Grace Timothi, pemenang PPC tingkat MD 307.
Foto bersama dengan karya pemenang dan Dewan Juri
Setelah masing-masing hasil penilaian anggota juri direkapitulasi, yang mendapat nilai tertinggi adalah poster urutan Nomor 2, yang merupakan hasil karya Grace Timothy, siswa SMP Mardi Waluya Bogor, usia 12 tahun, yang disponsori LC Jakarta Jaya Sunter Agung. Setelah photo bersama dengan karya pemenang dan Dewan Juri, CC menutup penjurian PPC Tingkat MD 307 periode 2014-2015 pada pukul 11.30 serta menugaskan Ketua Komite PPC MD 307 untuk segera mengirimkan Poster Pemenang tersebut ke LC International mewakili LCI MD307 Indonesia. Hadir dalam acara ini DG Effendi Halim, VDG2 Wang Tjie Hoa, MDS Elizabeth Halim, Ketua Komite PPC Distrik 307A1 Nanetta, Ketua Komite PPC Distrik 307B1 Gunawan Utomo, Distrik 307B2 dan beberapa Fellow Lions Distrik 307A1 dan B1. (MDS Elizabeth Halim dan PDG Eveline N. Chandra )
NOVEMBER - DESEMBER 2014
37
Sekilas Kegiatan Lions MD 307 PERAYAAN HARI LIONS INDONESIA & DIABETES SEDUNIA DI WILAYAH I D 307B2 Pada tanggal 23 November 2014, Lions Club International Distrik 307B2 Wilayah I telah mengadakan kegiatan dalam rangka memperingati Hari Lions Indonesia dan Hari Diabetes Sedunia. Kegiatan wilayah I ini diadakan di Car Free day Area jalan Ir. H. Juanda Bandung dari jam 06.00 – 10.00 yang bertujuan untuk memperkenalkan Lions kepada masyarakat. Kegiatan yang diselenggarakan adalah Senam Pagi Bersama, Pemeriksaan Gula Darah Gratis, Ramah Lingkungan, dan Pembagian Goody Bags. Kegiatan ini dihadiri oleh VDG1 Gani Kodyat, PDG Lita Tamzil, KD 1A Donny, KD 1B-Ernawati Marahusin, KomiteKomite, serta Fellow Lions dan Leos, yang keselu-ruhannya berjumlah 75 orang. (Ketua Wilayah I- Susy Saputra)
38
NOVEMBER - DESEMBER 2014
RAPAT KABINET KE-2, D 307B2 DI BANDUNG Rapat kabinet Kedua LCI Distrik 307B2 telah diselenggarakan di Aston Tropicana Hotel, Cihampelas-Bandung pada tanggal 29 November 2014, dihadiri oleh 103 peserta. Acara ini dihadiri pula CC Ina Liana Gunawan, PID Durban L. Ardjo, PCC Juswan Tjoe sebagai GMT Area Leader, IPDG Tony Djumadi sebagai GLT Area Leader dan PCC Anton S. Hadiardja, sebagai Koordinator GMT Distrik 307B2. Rakab diawali dengan pemberian orientasi kepada para peserta, tentang tata pelaporan ke Lions Clubs International yang disampaikan oleh Sekretaris Kabinet. Selanjutnya orientasi tentang tugas, wewenang dan tanggung jawab Club President dan Club Membership Chairperson oleh SVDG Eko Prasetyo. Sedangkan orientasi tentang tugas, wewenang dan tanggung jawab Club Secretary dan Club Treasurer disampai oleh VDG Gani Kodiat dan Bendahara kabinet, Trees Pirih. Rapat Kabinet Kedua dibuka pada pukul 10.30. Dalam pengarahannya CC Ina Liana Gunawan menekankan pentingnya penambahan anggota dan pencapaian pertumbuhan klub. Hal yang senada juga disampaikan oleh PCC Juswan Tjoe, sebagai GMT Area Leader. Di sisi lain IPDG Tonny Djumadi menyampaikan bahwa pengembangan sumber daya manusia melalui berbagai pelatihan-pelatihan adalah sangat penting, karena akan meningkatkan kualitas pengabdian dan menjaga kesinambungan kepemimpinan di Lions Clubs. Rapat Kabinet II ditutup pada pukul 16.55, dilanjutkan dengan acara Fellowship bersama dengan para sahabat Lions dari Distrik 307 B1, dengan tema Gypsy Nite pada malam harinya. (DCS Theodorus Suardi)
NOVEMBER - DESEMBER 2014
39
Sekilas Kegiatan Lions MD 307 "WORLD SIGHT DAY" DISTRIK 307A2
LIONS MEMBANTU KORBAN ERUPSI SINABUNG
Pemeriksaan Mata 50.000 anak Sekolah Sabtu, 11 Oktober 2014 telah dilaksanakan acara pembagian kacamata gratis kepada pelajar dan guru tingkat SDSMA di RS Lions Medan. Acara pembagian ini merupakan puncak acara dari program Pemeriksaan mata gratis yang telah dilakukan oleh Lions Clubs di seluruh Indonesia. Program ini merupakan lanjutan kerjasama dari PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. yang lebih dikenal dengan nama Alfamart Alfamidi dengan Yayasan Lions Indonesia (YLI). Pemeriksaan mata gratis secara nasional telah dilakukan kepada lebih dari 150.000 anak sekolah SD, SMP, SMA/SMK beserta guru. Namun di Distrik 307A2 sendiri telah berhasil memeriksa 50.000 anak sekolah SD, SMP, SMA/SMK beserta guru dan berhasil terjaring 6.000 kacamata gratis yang berhasil diberikan.
Mengikuti jejak Presiden RI ketujuh Joko Widodo yang sudah membantu Korban erupsi Gunung Sinabung. Lions Club Distrik 307A2 Indonesia juga peduli kepada masyarakat korban erupsi Gunung Sinabung, hal ini dapat dibuktikan pada hari Rabu (22/10) Lions Clubs yang tergabung di Distrik 307A2 Indonesia turut menyalurkan bantuan kemanusiaan di beberapa posko pengungsian di Kabanjahe. Bantuan berupa barang barang senilai 52 juta rupiah diterima F. Leonardo Surbakti selaku koordinator posko pengungsi di Jalan Uka, Kabanjahe. Pemberian bantuan dipimpin oleh Gubernur Distrik 307A2 Dalbir Singh Kapoor didampingi Presiden Lions Club Tanah Karo Simalem beserta rombongan dari Medan. Dalam rombongan tersebut, Gubernur Distrik 307A2 berharap bantuan itu bisa mengurangi beban berat para pengungsi terkait erupsi Sinabung yang hingga sekarang, setahun lebih belum diketahui kapan akan berakhir. Bantuan sosial sebagai wujud kepedulian Lions Club Distrik 307A2 Indonesia kepada warga yang ditimpa musibah bencana erupsi Sinabung adalah untuk kesekian kalinya sejak September tahun lalu, bahkan pada saat erupsi Sinabung pertama sekali tahun 2010 kita juga sudah ambil bagian dalam memberikan bantuan kemanusiaan. “Hal ini sesuai motto Lions Clubs Indonesia “We Serve”, yang dengan kegiatan pengabdian ini memberikan kebahagiaan bagi sesama yang mem-butuhkan", ungkap Gubernur Distrik 307A2 Dalbir Singh Kapoor. Sebenarnya bantuan ini tidak seberapa, melihat derita warga yang sudah lama hidup di pengungsian. Mereka bukan hanya butuh bantuan, tapi lebih dari itu, kehidupan yang kembali normal dengan menjalankan
Pembagian Kaca Mata Gratis Pembagian kacamata gratis secara nasional dipusatkan di Kota Medan. Acara ini juga dihadiri oleh Gubernur Distrik 307A1 dan Gubernur Distrik 307B1. “Kami merasa sangat bangga, dapat menjadi tuan rumah untuk acara pembagian kacamata gratis ini. Tidak hanya melakukan pembagian kacamata gratis, namun dalam kesempatan ini juga sekaligus memperingati White Cane Day dengan secara simbolis memberikan tongkat putih kepada Yayasan Tuna Netra” Ungkap Gubernur Distrik 307A2 Dalbir Singh Kapoor. Acara Pembagian kacamata gratis ini juga dihadiri Pejabat Pejabat Tinggi Kota Medan yaitu Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu) H. Tengku Erry Nuradi, Walikota Medan Dzulmi Eldin, Bupati Deli Serdang H Ashari Tambunan, Dandim
40
NOVEMBER - DESEMBER 2014
0201/BS Letkol Kav Setiawan Arismunandar, Kapolresta Medan Kombes Pol. Nico Afinta dan Jajaran Manajemen SAT. Acara dibuka dengan peninjauan lokasi oleh Wagubsu H. Tengku Erry Nuradi beserta rombongan. Operasi Mata Katarak & Pengobatan Hemodialisi Selain pembagian kacamata gratis, Lions yang tergabung dalam Distrik 307A2 juga melakukan baksos dalam waktu yang bersamaan, yaitu Operasi Mata Katarak gratis untuk masyarakat yang kurang mampu, serta pengobatan hemodialisis. Dalam Kesempatan itu, Wagubsu H Tengku Erry Nuradi Msi juga diangkat sebagai anggota kehormatan Lions Clubs
Distrik 307A2. Pengangkatan Wagubsu sebagai anggota kehormatan ditandai dengan penyematan rompi keanggotaan. Erry Nuradi mengungkapkan, pemerintah sangat mengapresiasi pembagian kacamata gratis tersebut. “Hal ini sangat membantu masyarakat yang kurang mampu untuk meningkatkan kesehatan mereka,” ungkapnya. Begitupun, pihaknya juga menghimbau kepada masyarakat untuk secara rutin memeriksa kesehatan mata atau selalu menjaga kesehatan salah satu alat indera itu. “Bagaimanapun, mencegah lebih baik daripada mengobati", jelasnya. (Wasekab D307A2 Herman Liu)
aktivitasnya, ada perhatian khusus dari pemerintah provinsi dan pusat terhadap anak-anak yang kuliah dan sekolah di luar Kabupaten Karo. (Wasekab D307A2 - Herman Liu)
NOVEMBER - DESEMBER 2014
41
Sekilas Kegiatan Lions MD 307 PENYULUHAN KE LEMBAGA PEMASYARAKATAN Lions Club Distrik 307A2 kembali melakukan serangkaian kegiatan bakti sosial (baksos) ke Lembaga Pemasyarakatan kota Medan. Kegiatan ini merupakan serangkaian kegiatan bakti sosial yang dilaksanakan oleh Komite Peranan Wanita. Rombongan yang dipimpin Gubernur Distrik 307A2 Dalbir Singh Kapoor ini memberikan penyuluhan dan seminar kepada Para Penghuni Lembaga Permasyarakatan yang dimana para penghuninya adalah wanita. Kegiatan ini merupakan aktivitas yang unik dan sangat berkesan karena kegiatan bakti sosial seperti ini belum pernah dilaksanakan di Distrik 307A2 sebelumnya. Para Anggota Lions Clubs sangat terkesan dengan kerapihan dan kebersihan Lembaga Pemasyarakatan yang dijaga dengan baik oleh para penghuninya. Para penghuni Lembaga Permasyarakatan ini sangat welcome dan antusias dengan kedatangan Anggota anggota Lions Clubs. Dalam acara Seminar ini, Lions Clubs Distrik 307A2
lebih banyak menempatkan diri sebagai tempat sharing dari masalah-masalah yang dihadapi oleh para penghuni Lembaga Pemasyarakatan ini. Terlihat dari para penghuni Lapas yang sangat antusias dalam berinteraksi khususnya para penghuni wanita yang akan segera bebas. Acara seminar dari rombongan Lions Clubs Distrik 307A2 yang dipimpin oleh Lion Febrina Mellisa (Ketua Komite Peranan Wanita) ini mengambil tema “Menyongsong Masa Depan yang Cerah”. Acara seminar yang dibawakan oleh salah
satu anggota Lions Club yang juga psikolog Lion Emmy Alamria, PhD, MA, bertujuan untuk menyampaikan moral-moral kehidupan kepada para penghuni Lembaga Pemasyarakatan agar dapat meniti hidup yang lebih baik khususnya untuk para penghuni wanita yang akan segera bebas. Acara seminar ditutup dengan kehadiran rombongan Lions Clubs Distrik 307A2 yang memberikan cenderamata kepada 500 orang para penghuni Lembaga Pemasyarakatan. (Wasekab D307A2- Lion Herman Liu)
KEGIATAN MEDIA PROMOSI LIONS CLUBS D 307A2 Untuk memperkenalkan Lions Clubs kepada masyarakat umum khususnya masyarakat Kota Medan. Lions Clubs Distrik 307A2 melakukan berbagai usaha promosi kepada masyarakat umum tentang keberadaan dari Lions Clubs. Setelah sukses dengan Parade yang diikuti oleh Lions Clubs Distrik 307A2 pada 17 Agustus 2014 dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI, Jalan Sehat atau yang lebih dikenal dengan Lions Journey For Solidarity, Lions Clubs yang tergabung
42
NOVEMBER - DESEMBER 2014
dalam Distrik 307A2 juga melakukan serangkaian promosi berupa media exposure Billboard. Sejak dimulainya periode 2014-2015 yang dipimpin oleh Gubernur Distrik 307A2 Dalbir Singh Kapoor, Lions Clubs Distrik 307A2 lebih menekankan fokus untuk memperkenalkan Lions Clubs kepada masyarakat Kota Medan dengan berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan. Diharapkan dengan adanya media promosi seperti Billboard dan Baliho ini dapat
meningkatkan pengetahuan dari Masyarakat umum tentang kehadiran Lions Clubs. “Dengan adanya media exposure seperti billboard dan baliho, Lions Clubs dapat lebih dikenal dan diterima oleh Masyarakat umum, maka impian kita untuk membantu orang lebih banyak dapat terwujud.” Ungkap Gubernur Distrik 307A2 Dalbir Singh Kapoor. (Wasekab D307A2- Lion Herman Liu)
PEACE POSTER CONTEST LIONS D 307A2 BERLANGSUNG DENGAN SUKSES
Lomba Melukis Poster Perdamaian Dunia (Peace Poster Contest) yang digelar oleh 30 Lions Club di Distrik 307A2 berlangsung dengan sukses dan meriah. Diikuti oleh 120 peserta yang terdiri dari anak usia 11-13 tahun, memeriahkan lomba yang merupakan agenda rutin setiap tahun dari program Lions Clubs Internasional. Kegiatan yang dilaksanakan oleh seluruh Lions Clubs di dunia ini, mengambil tema Peace, love and Understanding. Lomba Melukis poster perdamaian (Peace poster Contest) ini diadakan di area D' Loft Food Court, Thamrin Plaza pada hari Minggu (26/10/2014).
Ketua Komite Peace Poster Distrik 307A2 Yulina Indriani dan Wakil Ketua Lina Ng mengemukakan bahwa kegiatan lomba ini terbuka untuk umum, dan pemenang juara 1 dari lomba ini hasil karya lukisannya akan mewakili Distrik 307A2 untuk dinilai bersama sama pemenang dari Distrik 307A1, 307B1, dan 307B2 yang penilaiannya dilakukan di Jakarta pada bulan November 2014 oleh MD 307. Pemenang tingkat MD 307 itu nanti akan dikirim mewakili Indonesia untuk di lomba ditingkat dunia bersama semua lukisan terbaik dari masing-masing negara/ multiple district.
Pemenang lomba tingkat Distrik 307A2, Juara I-III Jasmine Meilani Halim (utusan dari LCM Prima), Vincent Lawrence (utusan dari LCM Kartini), dan Angeline Lawrence (utusan dari LCM Alumni 87). Juara Harapan I-II adalah M. Daffa Fachreza Goche (utusan dari LCM Kesawan) dan Dina Yusriyah (utusan dari LCM Merdeka). Para pemenang masing masing mendapat piala, uang pembinaan dan bingkisan dari panitia yang diserahkan oleh Gubernur Distrik 307A2 Dalbir Singh Kapoor dan wakil gubernur II Rudy Lianto. (Wasekab D307A2- Lion Herman Liu)
NOVEMBER - DESEMBER 2014
43
Sekilas Kegiatan Lions MD 307 PERAYAAN HUT KE-20 LIONS CLUB MEDAN ANGKASA Twinning Clubs Lions Club Medan Angkasa merayakan ulang tahun yang ke 20 dengan sangat meriah pada tanggal 2 November 2014. Acara ini diselenggarakan dengan berbagai kegiatan, dimulai dengan acara Twinning Clubs bersama LC Bangkok Rama-Distrik 310 E- Thailand pada tanggal 1 November 2014. Hadir sebagai saksi dan match maker dalam acara Twinning ini adalah CC MD 307 Ina Liliana Gunawan, PID Elis Suriyati Omar, dan DG 307A2 Dalbir Singh Kapoor, IPDG Harrison Law, VDG1 Hasan Gunawan, VDG2 Rudy Lianto, para PCC dan PDG serta Ketua Komite Hubungan dan Kerjasama International Tadjuddin Sukardi. Para Pejabat Distrik dari mancanegara yang turut hadir antara lain, dari Distrik 310 E- Thailand VDG1 Achirvit Sreettayotin, PDG Somsak Uapanchasira, PDG Varodom Kornubrabhan dan VDG1 Yang Xue Yun dari D 381-China.
44
NOVEMBER - DESEMBER 2014
Setelah acara Twinning, dilanjutkan dengan acara Fellowship Dinner untuk menyambut para tamu dari MD 307 dan Sister Club LC Medan Angkasa antara lain LC Singapore East, LC Krian Malaysia, LC Kota Kinabalu Host, LC Jiuzhou-Zhuhai, China. Total tamu dari MD 307 dan mancanegara yang hadir berjumlah 68 fellow Lions.
Dana Turnamen Golf untuk Operasi Katarak Pada tanggal 2 November 2014 pukul 07.00 pagi, LC Medan Angkasa mengadakan Acara Turnamen Golf- Angkasa Golf 2014, yang berhasil menarik 120 peserta dan diresmikan melalui pengguntingan pita dan balon oleh Presiden LC Medan Angkasa Hendra Jamin dan didampingi oleh 1st VDG Hasan Gunawan. Acara Turnamen Golf berlangsung sukses dan berhasil mengumpulkan dana sebanyak Rp 30.000.000,- yang disumbangkan ke Yayasan Lions Clubs Indonesia untuk biayai operasi 50 mata katarak, yang pada saat bersamaan dilaksanakan di RS Lions Clubs pada pukul 10.00 WIB. Acara operasi katarak juga dimeriahkan dengan acara nyanyian dari siswa tuna netra Yapentra Medan dan dihadiri oleh CC Ina Liliana Gunawan, PID Ellis Suriyati Omar, DG Dalbir Singh Kapoor dan semua Presiden dan anggota dari sister clubs.
Puncak Acara Puncak Perayaan acara ulang tahun ke 20 LC Medan Angkasa adalah Acara Banquet Dinner yang berlangsung di Mahogany Ballroom Hotel Aston Medan pada tanggal 2 November 2014 pukul 19.00 WIB. Jamuan makan malam tersebut dihadiri oleh kurang lebih 400 tamu dari pejabat MD 307, Distrik 307 A1, A2, B1, seluruh Pejabat Distrik dan seluruh PST Club Distrik 307A2, para sister clubs dari mancanegara dan para sponsor yang telah mendukung rangkaian acara ulang tahun tersebut. Fellow Lions dari mancanegara semua merasa senang atas sambutan yang hangat selama menghadiri seluruh rangkaian acara dan memberikan apresiasi kepada semua anggota LC Medan Angkasa, khususnya segenap panitia dan ketua panitia Indra Kusuma , atas keberhasilan dan kelancaran rangkaian ini .
Acara puncak ini dihadiri CC MD 307 Ina Liliana Gunawan dan Spouse Lion Gunawan Utomo, para Pejabat Lions: DG 307A2 Dalbir Singh Kapoor, 1st VDG 307A2 Hasan Gunawan, 1st VDG 381 China Yang Xue Yun, 2nd VDG 307A1 Wang TjieHoa, PID Ellis Suriyati Omar, GMT
Area Leader CA7 PCC JuswanTjoe, PCC Yoola Z. Noor, IPDG Harrison Law, PDG Eveline N. Chandra, MDS Elizabeth Halim dan spouse, ZC Wiryanto Khong, para PCC, PDG dari dalam dan luar negeri, serta para pejabat Distrik 307A2. (MDS Elizabeth Halim)
NOVEMBER - DESEMBER 2014
45
Sekilas Kegiatan Lions MD 307 HARI TONGKAT PUTIH SE DUNIA DI BALAIKOTA DKI
OCTOBER GROWTH
Pada tanggal 15 Oktober 2014, telah dilaksanakan dengan sukses acara peringatan White Cane Day 2014 (Hari Tongkat Putih Sedunia) di Balaikota DKI, dihadiri oleh Wagub Basuki Tjahaja Purnama. Dalam acara ini diselenggarakan seminar dengan tema: “Peka Penyandang Disabilitas Netra” bersama para Polantas DKI, Pramuka, Tegana dan Satpol PP DKI. Lions Clubs Distrik 307A1 & Distrik 307B1 menyumbangkan: 10 laptop install JAWS, 5 scanner, 1 LCD Projector, Lunch Box, roti dan amplop @ Rp. 50.000,- untuk para Disable Netra.
Pada hari Senin 27 Oktober 2014, telah dilaksanakan acara October Growth Lions Clubs International District 307A1 di Apartement Essence, Jakarta Selatan. Sebanyak 104 anggota baru telah dilantik untuk program Fast Start dan October Growth. Dihadiri oleh IPDG Tony Djumadi, VDG1 Yodianto Jaya, VDG2 Wang Tjie Hoa, Coordinator GMT D307A1, PDG Eveline N. Chandra dan Ketua Panitia, Erlina A. Symonds. Serta para new member dan para sponsornya.
LIONS CLUBS D 307A
(PDG Eveline N. Chandra)
(PDG Eveline N. Chandra)
Pelantikan anggota baru
Orientasi Lions oleh Anggota GMT, Edhi Darmawan.
Bpk. Wagub Basuki Tjahaja Purnama, bersama para penari & pemain angklung tunanetra binaan LCJ Monas.
Mimi Mariani Lusli, dalam seminar “Peka Penyandang Disabilitas Netra”
Para peserta seminar “Peka Penyandang Disabilitas Netra” Polantas DKI bersama Mimi Mariani Lusli , anggota LCJJ Sunter Agung, dan penyandang Disabilitas Netra.
46
NOVEMBER - DESEMBER 2014
NOVEMBER - DESEMBER 2014
47
Sekilas Kegiatan Lions MD 307 HUT KE-1 LC SURABAYA SHINING MERENOVASI GEDUNG SDK INDRIASANA IV
HARI PENYANDANG DISABILITAS INTERNATIONAL 2014
Pada tanggal 19 November 2014, telah diselenggarakan bakti sosial perbaikan plafon dll. pada SDK Indriasana IV di jalan Petemon Kali Surabaya. Program ini bertepatan dengan diadakannya perayaan Hari Ulang Tahun LC Surabaya Shining yang Pertama di Ballroom Shangrila Hotel Surabaya, yang dihadiri oleh CC Ina Liliana, DG Sjarifuddin Mallarangan, 1st VDG Gani Kodiat, 2nd VDG Eko Prasetyo, KW III Rupiarsieh, KW 4 Bambang Harsono, KD 4A Maria Muliani, para Pejabat Lions, Fellow Lions, serta tamu undangan lainnya. Pada kesempatan ini telah diserahkan bantuan dana sebesar Rp 50.000.000,kepada SDK Indriasana IV, dan pemberian hadiah kepada juara II Peace Poster Contest tingkat Distrik yang pemenangnya disponsori oleh LC Surabaya Shining. Acara ini diliput oleh koran Mandarin Qian Dao Ribao, Guo Ji Ribao, dan Koran Jawa Pos.
Pada tanggal 3 Desember 2014 LCIF bersama Sudin Sosial Walikota Jakarta Utara melaksanakan Hari Penyandang Disabilitas International 2014 bertempat di Mall Of Indonesia (MOI), dihadiri oleh sekitar 1.200 penyandang disabilitas. Pada kesempatan ini LCIF sebagai panitia berhasil meraih rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai tim pendukung dalam aksi yang melibatkan 1.200 orang penyandang disabilitas. LCIF telah menyumbang lebih dari 1.200 pcs. T Shirt, pena lampu senter, serta uang tunai untuk transport para disabilitas. (PDG Eveline N. Chandra)
(Presiden LC Surabaya Shining-Lianawati Tjokrohartono)
Penghargaan dari Gubernur Pemprov DKI kepada LCIF atas partisipasi pada Hari Disabilitas International 2014. Penghargaan dari MURI untuk LCIF sebagai tim pendukung dalam aksi yang melibatkan 1.200 penyandang Disabilitas.
48
NOVEMBER - DESEMBER 2014
NOVEMBER - DESEMBER 2014
49
MENGENANG JASA Prof.Dr.dr. Farida Sirlan, SpM Kontribusi: PID Durban L. Ardjo
Proyek Penanggulangan Buta Katarak SightFirst Indonesia yang berlangsung antara tahun 1992-1998 tidak mungkin sukses dalam waktu begitu singkat sejak di launching, bila Lions di Indonesia tidak mendapatkan fasilitas dari Pemerintah Indonesia. Dalam Kesepakatan Kerjasama antara Departemen Kesehatan RI dan Lions Clubs Indonesia yang ditandatangani oleh Menteri Kesehatan RI Dr. Adhyatma dan Gubernur Distrik307 Indonesia Hardja S. Lukita pada bulan November 1992, Pemerintah Indonesia akan mengerahkan semua fasilitas gedung (rumah sakit, klinik puskesmas) dan tenaga medis (dokter dan perawat) beserta biaya yang terkait dalam penggunaannya, sedangkan Lions akan menyediakan dana bagi biaya operasi, termasuk obat-obatan dan consumables, pelatihan tenaga medis, dan kelengkapan dasar bagi berlangsungnya operasi. Kerjasama itu terjalin berkat upaya Dr. Farida Sirlan yang menjadi pejabat di lingkungan Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Beliau kemudian menjadi Kepala Sub-direktorat Pembinaan Kesehatan Mata dari tahun 1994-2000. Lions bekerja erat dengan Dr. Farida dalam penyusunan proposal untuk diserahkan kepada Lions Clubs International Foundation sejak tahun 1991 ketika Program SightFirst dicanangkan untuk pertama kali sebagai program unggulan Lions Clubs International. Dukungan Pemerintah RI dan kerjasama yang diberikan oleh Helen Keller International kantor Jakarta, telah
50
NOVEMBER - DESEMBER 2014
memungkinkan Lions menjangkau daerahdaerah terpencil di pedesaan di lebih dari 15 provinsi di Indonesia. Dr. Farida sendiri sering ikut dalam pelatihan tenaga medis, bahkan operasi katarak di daerah-daerah. Karena Dr. Farida pula, akses Lions kepada dokter mata dan dokter Puskesmas di berbagai provinsi melalui Balai Kesehatan Mata Masyarakat dan berbagai rumah sakit umum menjadi mudah. Bila pada tahun 1988, hanya 400 operasi per tahun yang bisa dilakukan bagi penderita katarak di daerah, setelah Lions masuk, maka tidak kurang dari 1.000 operasi per bulan dapat dilakukan.
Penjaringan pasien penderita katarak, yang semula diperkirakan sulit, telah diatasi dengan pelatihan bagi dokter-dokter Puskesmas yang berlokasi di kecamatankecamatan. Dana yang diperoleh Lions Indonesia dalam Proyek Penanggulangan Buta Katarak SightFirst, adalah US$1,211,700 pada Tahap Pilot tahun 1992-1993, US$748,300 pada tahun 1994, US$ 739,783 pada tahun 1995, dan US$408,500 pada tahun 1997. Sayang proyek ini terputus di tengah jalan, karena pelaksanaan yang dinilai oleh LCIF tidak sesuai dengan guidelines yang telah ditentukan, padahal pada tahun 1998 telah disetujui usulan perpanjangan proyek dengan nilai sebesar US$913,500. Dr. Farida ketika menjadi Direktur Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung, antara tahun 2002-2007 memperoleh hibah dari LCIF melalui World Health Organization bagi pendirian Bagian Pediatric Ophtalmology untuk menanggulangi kelainan mata pada bayi dan anak-anak. Untuk jasanya dalam penanggulangan kebutaan, LCIF menganugerahkan Tanda Penghargaan di Sydney, pada tahun 2007.Beliau juga pernah menjadi Wakil Ketua Perdami, CoChairman dari International Agency on Prevention of Blindness (IAPB), dan pada tahun 2009 diangkat menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung. Beliau wafat pada usia 67 tahun pada tanggal 26 November 2014.
NOVEMBER - DESEMBER 2014
51
The LION Edisi Indonesia Redaksi Penasehat: Durban L. Ardjo Pemimpin: Emilia Karjadi Pelaksana: Donny Soedono, Sukmana Suryaputra Keuangan: Handi B. Sjarifudin Kontribusi artikel dialamatkan Redaksi The Lion PO Box 1636, Bandung 40016 atau E-mail:
[email protected] [email protected] ___________________________________________________ The Lion-publikasi resmi Lions Clubs International. Diterbitkan atas kuasa Badan Pengurus dalam 21 bahasa: Inggris, Cina, Denmark, Belanda, Jerman, Perancis, Finland,Hindi, Yunani, Eslandia, Itali, Jepang, Korea, Norwegia, Portugis, Spanyol, Swedia, Turki, Polandia, Thai, dan Indonesia. ___________________________________________________ Editor in Chief :Peter Lynch Managing Editor:Dane La Joye Lions Clubs International 300 22nd Street, Oak Brook, Ill 605 21-8-842 USA ___________________________________________________ EXECUTIVE OFFICERS President Joseph Preston, Dewey, Arizona, United States; Immediate Past President Barry J. Palmer, North Maitland, Australia; First Vice President Dr. Jitsuhiro Yamada, Minokamoshi, Gifu-ken, Japan; Second Vice President Robert E. Corlew, Milton, Tennessee, United States. Contact the officers at Lions nd Clubs International, 300 W. 22 St., Oak Brook, Illinois, 605238842, USA. DIRECTORS Second Year Directors Fabio de Almeida, São Paulo, Brazil; Lawrence A. “Larry” Dicus, California, United States; Roberto Fresia, Albissola Marina, Italy; Alexis Vincent Gomès, Pointe-Noire, Republic of Congo; Cynthia B. Gregg, Pennsylvania, United States; Byung-Gi Kim, Gwangju, Korea; Esther LaMothe, Michigan, United States; Yves Léveillé, Quebec, Canada; Teresa Mann, Hong Kong, China; Raju V. Manwani, Mumbai, India; William A. McKinney, Illinois, United States; Michael Edward Molenda, Minnesota, United States; John Pettis Jr., Massachusetts, United States; Robert Rettby, Neuchatel, Switzerland; Emine Oya Sebük, Istanbul, Turkey; Hidenori Shimizu, Gunma, Japan; Dr. Steven Tremaroli, New York, United States. First Year Directors Svein ?ystein Bernsten, Hetlevik, Norway; Jorge Andrés Bortolozzi, Coronda, Argentina; Eric R. Carter, Aukland, New Zealand; Charlie Chan, Singapore, Singapore; Jack Epperson, Nevada, United States; Edward Farrington, New Hampshire, United States; Karla N. Harris, Wisconsin, United States; Robert S. Littlefield, Minnesota, United States; Ratnaswamy Murugan, Kerala, India; Yoshinori Nishikawa, Himeji, Hyogo, Japan; George Th. Papas, Limassol, Cyprus; Jouko Ruissalo, Helsinki, Finland; N. S. Sankar, Chennai, Tamil Nadu, India; A. D. Don Shove, Washington, United States; Kembra L. Smith, Georgia, United States; Dr. Joong-Ho Son, Daejoon, Republic of Korea; Linda L. Tincher, Indiana, United States. MULTI-DISTRIK 307 Dewan Gubernur: Ina Liliana Gunawan, Surabaya GUBERNUR DISTRIK Gubernur Distrik 307 A1: Gubernur Distrik 307 A2: Gubernur Distrik 307 B1: Gubernur Distrik 307 B2:
52
Effendi Halim, Jakarta Dalbir Singh Kapoor, Medan Noesye B. Watjoko, Jakarta Sjarifudin Malarangan, Sidoarjo
NOVEMBER - DESEMBER 2014
Misi Lions Clubs International "Memberdayakan para sukarelawan untuk melayani masyarakat mereka, memenuhi kebutuhan kemanusiaan, mendorong perdamaian dan mempromosikan pengertian internasional melalui Lions Clubs"
UNTUK DICATAT Per tanggal 1 Desember 2014, Lions Clubs International Distrik 307 Indonesia memiliki: Distrik 307 A1 : 1.565 anggota dari 52 Club Distrik 307 A2 : 2.195 anggota dari 73 Club Distrik 307 B1 : 1.730 anggota dari 68 Club Distrik 307 B2 : 1.935 anggota dari 61 Club Total anggota LCI MD 307 adalah 7.425 anggota dengan 254 Club
KONVENSI INTERNASIONAL 2015 di Honolulu, Hawaii, USA, 26-30 Juni 2016 di Fukuoka, Jepang, 24-28 Juni 2017 di Chicago, Ilionis, USA, 30 Juni - 4 Juli 2018 di Las Vegas, Nevada, 29 Juni - 3 Juli 2019 di Milan, Italia, 5 - 9 Juli
Informasi Redaksi: Sehubungan dengan keterbatasan halaman, tidak setiap artikel/berita yang diterima redaksi dapat dimuat di Majalah Lion. Redaksi berhak mengedit, menyunting tanpa mengurangi arti dan makna isi berita/artikel.
Ralat Majalah LION edisi Juli-Agustus 2014, halaman 1 tertulis: 'Pesan Gubernur', seharusnya: Pesan Ketua Dewan Gubernur
MERRY
CHRISTMAS
2014 H A P P Y E A R Y N E W
2015