POLA INTERAKSI DOKTER DENGAN PASIEN YANG BERBEDA JENIS KELAMIN DALAM PERSPEKTIF MAQASHID AL-SYARI’AT .
TESIS Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister Syari’ah (M. Sy) pada Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal al-Syakhsiyyah)
UIN SUSKA RIAU
Oleh : MUHAMMAD HANAFI BIN YAKUB NIM. 21392106662
PROGRAM PASCASARJANA (PPs) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2016 M/1437 H
i
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, atas segala nikmat-Nya sampai hari ini penulis mendapat kesempatan untuk menempuh jenjang pendidikan pascasarjana di Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim (UIN SUSKA) Riau ini, demi menambah wawasan dan pengetahuan akan hukum-hukum Islam sesuai dengan program studi yang menjadi pilihan penulis. Salawat beserta salam selalu dihadiahkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW. Tesis yang penulis susun ini berjudul “Pola Interaksi Dokter Dengan Pasien Yang Berbeda Jenis Kelamin Dalam Perspektif Maqashid al-Syari’at” sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan program Pascasarjana (S2) atau Magister Syari’ah (M. Sy.) di Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim (UIN SUSKA) Pekanbaru Riau. Dalam tesis ini penulis memaparkan permasalahan terkait dengan pola interaksi yang terjadi antara dokter dan pasien dalam proses pengobatan melalui perspektif maqashid al-syari’at, kususnya dalam penanganan medis yang bersifat dharurat dan hajiyat. Dimana penulis berkesimpulan bahwa dalam proses penanganan medis terdapat pengecualian-pengecualian dari hukum asal, di antaranya adalah interaksi antara dokter dan pasien meskipun berbeda jenis kelamin, hanya saja dalam hukum islam setiap kategori keadaan memiliki tingkatan tersendiri yang berpengaruh kepada pengecualian tersebut dan pola penanganannya.
ii
Penulis menyadari bahwa tesis ini sangat jauh dari kesempurnaan, namun demikian tesis ini ditulis dengan upaya maksimal yang penulis miliki, dan dalam proses penulisan tesis ini, terbentur dengan banyak keterbatasan, dari metodologi penulisan, konten, sampai pada referensi-referensinya, oleh karena itu, selesainya tesis ini tidak lepas dari banyak pihak yang sangat membantu. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada banyak orang, di antaranya; 1. Secara khusus ucapan terimakasih kepada ayahanda M. Yakub (alm.) dan Ibunda Umi Kalsum, dengan kasih sayang tanpa batas memberikan suntikan energi yang membuat penulis tetap bersemangat untuk menyelesaikan pendidikan tingkat Magister ini, dan begitu juga kepada kedua mertua yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan secara moril demi terselesaikannya jenjang akademik ini. 2. Ucapan terimakasih teristimewa buat istri tercinta Pradila Fitri, S. Farm. Apt. yang selalu menemani dalam suka maupun duka, yang tidak pernah bosan memberikan motivasi agar tesis ini dapat terselesaikan dengan baik, dan rela membagi waktu kebersamaan kami demi terselesaikannya tesis ini. 3. Ucapan terimakasih juga kepada seluruh pejabat dan staf pascasarjana UIN SUSKA Riau yang memberikan sarana belajar, terutama kepada Prof. DR. H. Munzir Hitami, MA. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Pekanbaru Riau sekaligus guru besar dan dosen Pascasarjana.
iii
4. Prof. Dr. H. Ilyas Husti, MA. selaku Direktur Pascasarjana UIN Suska Riau, juga kepada Dr. Hidayatullah Ismail, Lc. MA. selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga, serta semua staf sekretariat dan pustaka yang telah memberikan bantuan, motivasi dan kontribusi konstruktif, tidak hanya dalam hal administrasi akademik, tetapi juga dalam hal rujukan dan banyak hal lainnya. 5. Dan ucapan terimakasih juga di alamatkan kepada seluruh dosen yang dengan suka rela memberikan pengajaran, terutama kepada kedua pembimbing Dr. Helmi Basri dan Dr. Hertina, yang di sela kesibukannya meluangkan waktu untuk memberikan arahan kepada kami dalam menyelesaikan tesis ini. 6. Kepada seluruh sahabat dan rekan seperjuangan yang penulis anggap semuanya sebagai guru yang banyak memberikan informasi keilmuan dan selalu memberikan motivasi, penulis tidak pernah bosan mengucapkan terimakasih, semoga perjuangan menuntut ilmu tidak sampai sebatas ini, dan Allah SWT membuka peluang untuk melanjutkan pendidikan. Penulis tidak dapat membalas semua jasa yang diterima dari siapapun, oleh karena hanya doa yang bisa dipanjatkan semoga Allah SWT membalas semuanya dengan kebaikan dan menjadikan ini sebagai amal saleh yang dapat memberikan manfaat untuk penulis secara kususnya dan untuk umat islam secara umum.
iv
Terakhir, Penulis berharap semoga tesis ini memberikan kontribusi pemikiran, khususnya dalam bidang hukum islam yang berkenaan dengan dunia kesehatan, dan penulis selalu membuka diri untuk menerima segala kritikan, ataupun koreksian dari apa yang telah ditulis.
Wallahu A’lam Bi al-shawab
Pekanbaru 21 Januari 2016 Penulis,
Muhammad Hanafi Bin Yakub
v
DAFTAR ISI HALAMAN SAPUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN NOTA DINAS HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ………………………………………………………
i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
v
DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………………
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI……………………………………………... x ABSTRAK …………………………………………………………………... xii BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………...
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………..
1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………………
18
C. Batasan Masalah ……………………………………………………..
19
D. Rumusan Masalah …………………………………………………… 19 E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ……………………………………
20
F. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………
21
G. Penjelasan Istilah ……………………………………………………
24
H. Kerangka Teori ………………………………………………………
25
I. Metode Penelitian ……………………………………………………
26
J. Sistematika Penulisan ……………………………………………….
29
BAB II KONSEP MAQASHID AL-SYARI’AT DAN PEMBAGIANNYA.. 31 A. Pengertian Maqashid al-Syari’at ……………………………………
31
B. Sejarah Singkat Maqashid al-Syari’at ………………………………
36
C. Landasan Maqashid al-Syari’at …………………………………….
43
D. Pembagian Maqashid al-Syari’at ……………………………………. 47
vi
E. Peranan Maqashid al-Syari’at Dalam Pembangungan Hukum ……...
60
F. Konsep Dharurat Dalam Maqashid al-Syari’at ……………………..
62
A. Perbedaan Antara Dharurat Dan Hajiyat ……………………………
87
BAB III PENOMENA INTERAKSI ANTARA DOKTER DAN PASIEN DALAM PENANANGAN MEDIS ….......................................................
88
A. Medis Dalam Sejarah ………………………………………………..
88
B. Medis Dalam Ajaran Islam …………………………………………
93
C. Perintah Untuk Berobat ……………………………………………
97
D. Jenis Pengobatan Dan Pola Interaksinya …………………………
103
E. Penomena Interaksi Antara Dokter Dan Pasien ……………….….
106
BAB IV POLA INTERAKSI DOKTER DENGAN PASIEN YANG BERBEDA JENIS KELAMIN …............................................................
111
A. Tingkatan Interaksi Dalam Penanganan Medis ……………………...
111
B. Interkasi Lawan Jenis Dalam Pandangan Islam …………………….
112
C. Kebolehan Interaksi Antara Dokter Dan Pasien Dala Proses Pengobatan …………………………………………………………. D. Interaksi
Dokter
dan
Pasien
Dalam
118
Tingkat 121
Dharurat……………………………………………………………
vii
E. Hukum Mengambil Keringanan Untuk Berobat Dengan Dokter 135 Yang Berbeda Jenis Kelamin Dalam Kondisi Dharurat ……………. F. Interaksi Dokter Dan Pasien Dalam Tingkat Hajiyat ……………….. 138 G. Menjaga Kesehatan Sebagai Bagian Dari Maqashid al-Syari’at ……
141
H. Larangan Berobat Dengan Sesuatu Yang Diharamkan ……………
143
BAB V KESIMPULAN ……………………………………………………
144
A. Kesimpulan …………………………………………………………
145
B. Saran ..………………………………………………………………
147
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
149
TOEFL DAN TOAFL KARTU KONTROL BIODATA PENULIS
ABSTRAK Muhammad Hanafi Bin Yakub. Tesis ini berjudul “Konsep Dharurat Pada Pola Interaksi Dokter Dan Pasien Yang Berbeda Jenis Kelamin Dalam Maqahsid alSyari’at”. Merumuskan konsep-konsep kebolehan berinteraksi antara dokter dan pasien dalam keadaan dharurat dan pola penangan medis secara langsung Dalam proses pengobatan, interaksi merupakan bagian yang sangat penting, mulai dari pemeriksaan sampai pada penanganannya. Seorang dokter tidak dapat mendiagnosa penyakit pasiennya kecuali telah melakukan pemeriksaan secara langsung, dan seorang dokter tidak dapat menangani pasiennya kecuali harus menyentuh pada area sakit yang diderita oleh sang pasien, oleh karena itu, interkasi pada proses pengobatan adalah hal yang tidak dapat terelakkan Pada dasarnya, terdapat pengecualian dalam proses pengobatan, hal-hal yang diharamkan seperti melihat dan menyentuh lawan jenis diperbolehkan demi proses pengobatan, hanya saja kebolehan tersebut terikat dengan kondisi dharurat atau hajat yang menempati posisi dharurat. Dalam arti lain, memilih untuk berobat kepada lawan jenis bukan menjadi pilihan, melainkan karena didasari dengan suatu keterpaksaan. Maka dalam mencari jawaban dalam masalah ini penulis melakukan penelitian dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yaitu dengan menggali permasalahan dari kitab-kitab klasik dan modern yang ada kaitannya dengan pembahasan ini yang kemudian dioleh secara deskriptif Dari hasil kajian, penulis menarik kesimpulan bahwa adanya kebolehan untuk berinteraksi antara dokter dan pasien dalam kondisi dharurat, namun kebolehan tersebut tidak bersifat mutlak, melainkan bersifat sementara dan merupakan opsi terakhir setelah tidak adanya pilihan lain, adapun adanya pilihan lain yang pada dasarnya tidak bertentangan dengan hukum asal akan membatalkan kebolehan tersebut, selain itu pola penanganan kondisi darurat dalam penanganan medis juga memiliki pola tersendiri yang berbeda ketika dalam kondisi normal, dimana penanganannya bukan berdasarkan spekulasi, tetapi pada apa yang diyakini dan tidak menimbulkan kondisi dharurat lainnya.
xii
اﻟﻣﻠﺧّص ﻣﺣﻣد ﺣﻧﻔﻰ ﺑن ﯾﻌﻘوب ،ﻛﺗﺑت ﻫذﻩ اﻟرﺳﺎﻟﺔ ﺑﻌﻧوان "ﻣﻔﻬوم اﻟﺿرورة ﻓﻰ اﻟﺗﻌﺎﻣل ﺑﯾن اﻟطﺑﯾب واﻟﻣرﯾض ﻣﺧﺗﻠﻔﻲ اﻟﺟﻧﺳﯾﺔ ﻓﻰ ﺿوء اﻟﻣﻘﺎﺻد اﻟﺷرﻋﯾﺔ" .ﺗﺑﺣث ﻋن اﻟﻣﺳﺎﺋل اﻟﺗﻰ ﺗﺗﻌﻠق ﺑﺈﺑﺎﺣﺔ اﻟﺗﻌﺎﻣل ﺑﯾن اﻟطﺑﯾب واﻟﻣرﯾض ﻓﻰ ﻋﻣﻠﯾﺔ اﻟﻌﻼج ﻓﻰ ﺣﺎﻟﺔ اﻟﺿرورة .إﻣﺎ ﻓﻰ اﻹﺳﺗﺷﺎر
اﻟﻣرﺿﯾﺔ أو اﻟﻔﺣص ﻋﻧﻬﺎ ﺣﺗﻰ ﻓﻰ ﻋﻣﻠﯾﺔ اﻟﻌﻼﺟﯾﺔ.
اﻟﺗﻌﺎﻣل ﺑﯾﻧﻬﻣﺎ ﻓﻰ ﻋﻣﻠﯾﺔ اﻟﻌﻼﺟﯾﺔ ﻣن اﻷﻣور اﻟﻣﻬﻣﺔ ،ﻓﻠﻠطﺑﯾب ﻻ ﯾﻣﻛﻧﻪ أن ﯾﻌﯾن اﻷﻣراض اﻟﺗﻰ أﺻﺎب ﻣرﯾﺿﻪ إﻻّ ﺑﻌد اﻟﻔﺣص ،وﻻ ﯾﻣﻛﻧﻪ أن ﯾﻌﺎﻟﺞ ﻣرﯾﺿﻪ إﻻ ﺑﻣس ﻋﺿو اﻟﻣرﯾض ﻣﺑﺎﺷرة ﺑدون ﺣﺎﺋل ،ﻓﻠذاﻟك ﻓﺎﻟﺗﻌﺎﻣل ﺑﯾﻧﻬﻣﺎ ،إﻣﺎ اﻟﻧظر إﻟﻰ اﻟﻌورة واﻟﺗﻼﻣس ﻣن اﻷﻣور
اﻟﻼزﻣﺔ.
ﺗوﺟد رﺧﺻﺔ ﻣﺳﺗﺛﻧﯾﺔ ﺗﺣرﯾم اﻟﺗﻌﺎﻣل ﺑﯾن اﻟﺟﻧﺳﯾن ﻓﻰ ﻋﻣﻠﯾﺔ اﻟﻌﻼج ،ﺣﯾث أن اﻟﻧظر و
اﻟﻣس إﻟﻰ اﻟﻌورة ﺗﺑﯾﺢ ﻟﻠﻌﻼج ،وﻟﻛن ﻫذﻩ اﻹﺑﺎﺣﺔ ﺟﺎﺋت ﻓﻰ ﺣﺎﻟﺔ اﻟﺿرورة أو اﻟﺣﺎﺟﺔ ﺗﻧزل ﻣﻧزﻟﺔ اﻟﺿرورة ،ﺑﻣﻌﻧﻰ أن اﻟﻌﻼج ﺑﺎﻟطﺑﯾب ﻣﺧﺗﻠف اﻟﺟﻧس ﺑﺎﻟﻣرﯾض ﺗﺑﯾﺢ ﻣﻊ اﻟﻛراﻫﺔ ،وﻟﯾﺳت ﻫﻧﺎك
ﺣل إﻻ ﺑﻪ.
ﻓﻠﻠﺣﺻول ﻋﻠﻰ اﻟﺟواب ﻋن ﻫذﻩ اﻟﻣﺳﺄﻟﺔ ﺑﺎﻟﺗﻔﺻﯾل ،ﻗﻣت ﺑﺎﻟﺑﺣث ﻓﯾﻣﺎ ﺗﺗﻌﻠق ﺑﺎﻟﺗﻌﺎﻣل
ﺑﯾن اﻟطﺑﯾب واﻟﻣرﯾض ﻣﺧﺗﻠﻔﻰ اﻟﺟﻧس واﻟطرﯾﻘﺔ اﻟﺗﻰ اﺳﺗﻌﻣﻠت ﻓﻰ ﻫذ اﻟﺑﺣث ﻫو ﻣﻛﺗﺑﻲ ،و أﻣﺎ ﻣﺻﺎدر اﻟﻣﻌﻠوﻣﺎت واﻟﺑﯾﺎﻧﺎت ﻫﻲ ﻛﺗب اﻟﻔﻘﻪ اﻟﺗراﺛﯾﺔ واﻟﻣﻌﺎﺻرة اﻟﺗﻰ ﺗﺣﺗوي ﻓﯾﻬﺎ ﻣﻔﻬوم اﻟﺿروراة
واﻷﺣﻛﺎم اﻟﺗﻰ ﺗﺗﻌﻠق ﺑﺎﻟطّﺑﯾﺔ ،ﺛم ﺗﺳﺗﻧﺑط ﻣﻧﻬﺎ اﻷﺣﻛﺎم ﻓﯾﻣﺎ ﺗﺗﻌﻠق ﺑﻣوﺿوع اﻟﺑﺣث ﺑﺎﻟوﺻﻔﻲ
وﻣن ﻧﺗﺎﺋﺞ ﻫذا اﻟﺑﺣث إﺳﺗﻧﺑط اﻟﺑﺎﺣث أن إﺑﺎﺣﺔ اﻟﺗﻌﺎﻣل ﺑﯾن اﻟطﺑﯾب واﻟﻣرﯾض ﻟﯾﺳت
ﻣطﻠﻘﺎ ،ﺑﺣﯾث أن ﺗﻠك اﻹﺑﺎﺣﺔ ﻣؤﻗﺔ وﻏﯾر ﺛﺎﺑت .و اﻟﺗﻌﺎﻣل ﺑﯾﻧﻬﻣﺎ ﻓﯨﻰ اﻟﺿرورة ﺗﺑﯾﺢ ﻋﻧدﻣﺎ ﻟﯾس ﻫﻧﺎك ﻋﻼج آﺧر ،ﻷن وﺟود اﻟﻌﻼج اﻟﻣﺑﺎﺣﺔ ﻓﻰ اﻟﺷرﯾﻌﺔ ﺗﺑطل ﺗﻠك اﻹﺑﺎﺣﺔ .و أﻣﺎ اﻟﻣﻌﺎﻟﺟﺔ ﻓﻰ
ﺣﺎﻟﺔ اﻟﺿرورة ﺗﺧﺗﻠف ﺑﺣﺎﻟﺔ اﻟﻌﺎدﯾﺔ ﺣﯾث أﻧﻬﺎ ﺗﻌﺎﻟﺞ ﺑﻣﺎ ﺗﻌﺗﻘد ﺑﻪ وﻟﯾﺳت ﻓﯾﻣﺎ ﺷك ﺑﻪ وﻋدم
ﻣرﺗﺑﺔ ﺑﺎﻟﺿرر اﻷﺧر
xiii
ABSTRACT Muhammad Hanafi Bin Yakub. The thesis entitled “The concept of Dharurat on the pattern of interaction of doctors and patients of the opposite sex in maqahsid al- syariat”. Formulate the concepts of permissibility interaction between doctors and patients in Dharurat situations, ranging from medical consultation to directly handle pattern. In the treatment process, the interaction is a very important part, from examination to the handling. A doctor could not diagnose disease unless the patient has checked directly, and a doctor also could not handle patients but to touch on the area of pain suffered by patients. Therefore, the interaction of the treatment process is something that could not be inevitable. Basically, there are exceptions in the treatment process, things that are forbidden, like seeing and touching the opposite sex are allowed for the sake of the treatment processes, only the permissibility bound by Dharurat or hajat placed aDharurat. In other words, opted for treatment to the opposite sex is not an option, but it is based with a compulsion. To find the answers for this issue, the writer conducted a study in order to get a more detailed answer regarding the condition of the Dharurat conditions that gave birth to the permissibility of interaction between doctors and patients of different sexes, ranging from the treatment process until the pattern of handling in Dharurat situations with the maqashid al-syai’at approach. The method that has been used in this research was library research and the data sources as object of the research was the classic and modern bookscontaining Dharuratand health problems obtained a descriptive and comparative. From the results of the study, the writer concluded that the permissibility of interaction between doctors and patients from seeing through touching is not absolute. There are also the terms that are should be fulfilled to get such ease. Apart from that pattern in the handling of Dharurat medical treatment also has its own distinct pattern when under normal conditions.
xiv