PENINGKATAN MEMBACA KRITIS ARTIKEL DENGAN METODE INQUIRY PADA SISWA KELAS VIII SMP PELITA HARAPAN PONDOK PINANG, KEBAYORAN LAMA JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: ARINI RACHMAWATI AZIZAH NIM 108013000015
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015/1437 H
ABSTRAK Arini Rachmawati Azizah. NIM : 108013000015, “Peningkatan Membaca Kritis Artikel Dengan Metode Inquiry Pada Siswa Kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri, Jakarta, 2015. Permasalahan yang diangkat peneliti dalam penulisan skripsi ini adalah:untuk mengetahui adanya peningkatan membaca kritis artikel siswa, untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam memilih teknik yang digunakan dalam pembelajaran membaca dan meningkatkan membaca kritis artikel dengan metode inquiry siswa VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan untuk mengetahui dan mengatasi permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran di kelas, khususnya materi membaca kritis. PTK dilakukan dengan empat tindakan, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observing), dan reflekting (reflecting). Empat tindakan tersebut dilakukan secara bertahap ketika mengadakan penelitian agar hasil yang didapat sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti. Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan diperoleh nilai rata-rata pretest siswa yakni sebelum siswa menggunakan metode inquiry nilainya sebesar 53.3 setelah menggunakan metode inquiry nilainya menjadi 91.6. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa metode inquiry memberikan dampak positif bagi siswa dalam proses belajar mengajar terutama dalam meningkatan membaca kritis artikel. Dan hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran bagi para pendidikan dalam memilih metode mengajar yang tepat untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar yang tepat. Kata kunci Membaca Kritis, Artikel, Inquiry:
ABSTRACT Arini Rachmawati Azizah. NIM : 108013000015, “Peningkatan Membaca Kritis Artikel Dengan Metode Inquiry Pada Siswa Kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri, Jakarta, 2015. Some problems which become the writer’s concern in this skripsi writing are: to know the ability improvement reading critis method inquiry student, to find out the problems faced by teacher in the Inquiry Technique class VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, in South Jakarta. The outhor uses research methods class action. PTK is done to know and handle problems that exist in learning process in the class, especially the material Critical Reading. PTK performed with four actions, namely planning (planning), execution (action), observation (observing), and reflection (reflecting). Four actions are carried out in stage when conducting research for the result obtained in accordance with what is expected of researchers. Based on the results of data analysis, findings, and discussion of the data obtained by average value of the pretest students before students use inquiry techniques shalls be equel to 53.3 after using the inquiry technique the value 91.6 based on these data in methods inquiry gave a positive impact for students in the process of teaching and learning especially in methods critical inquiry. And the research resut can be used as an overview for educators in selecting just the right teaching methods to improve the quality of teaching and learning activities in a timely manner . Kata kunci: Reading Critis, Artical, Inquiry:
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji serta syukur hanya ditunjukkan kepada Allah SWT Penguasa Seluruh Alam, pemberi nikmat tanpa perhitungan, tempatku bersandar meminta dan berdoa serta tempatku bersyukur atas segala nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, para sahabat, beserta keluarga dan para pengikutnya yang setia sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari perlunya kerja keras dan doa serta kesungguhan hati untuk menghadapi dalam penyelesaian kegiatan skripsi ini. Berkat pertolongan Allah SWT dan bantuan dari berbagai macam pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof.Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta. 2. Makyun Subuki, M.Hum, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta. 3. Drs. Cecep Suhendi, M.Pd, pembimbing skripsi yang selalu sabar memberikan arahan, dukungan, dan semangat selama penyusunan skripsi, mulai pengajuan proposal sampai skripsi ini selesai. 4. Edi Setiadi, S.Pd, Kepala Sekolah SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. 5. Rosida
Erowati, M.Hum, sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang selalu sabar
membimbing, memberikan dukungan, dan kasih sayangnya buat saya untuk menyelesaikan studi ini 6. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing, mengajarkan, dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menjadi mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 7. Seluruh staff Perpustakaan Utama UIN dan Perpustakan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah mempermudah penulis mencari referensi.
i
8. Papa dan Mama ku sayang yang dengan susah payah membimbing, mengajarkan, dan menyekolahkan aku dengan segala kegigihan serta semangatnya hingga pada akhirnya aku berhasil memperoleh gelar S1 demi menggapai masa depan yang gemilang. 9. Maya Marcelina Azizah dan M. Wildan Uwais Al-Qorni, dua adik tercintaku, terima kasih atas semangat dan dukungannya walau tidak banyak kata yang diucapkan namun senantiasa mendoakan kelancaranku dalam menyelesaikan study S1 ini. 10. Seluruh keluarga besar baik dari pihak Papa dan Mama yang telah ikut membantu mendoakan dan memotivasi aku dalam menyelesaikan study S1. 11. Sahabat-sahabat aku angkatan 2008 s/d 2012, dan kumpulan teman-teman usil yang telah memberikan motivasi dan meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan-keluhan penulis ketika menghadapi kejenuhan dalam menyelesaikan skripsi ini serta kebersamaan dalam berbagi pengalaman yang telah membukakan mata hati kecilku mengenai makna sebuah kebersamaan.
Terimakasih kepada pihak lain yang telah memberikan arahan, bimbingan, serta nasihatnya demi kelancaran dalam menyusun skripsiku yang tak bisa ku sebutkan satu per satu nama kalian, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis secara pribadi maupun para pembaca serta berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia pendidikan. Wassalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 13 Agustus 2015
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................. i LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH................................................................... iii ABSTRAK ..................................................................................................................................... iv ABSTRACT .....................................................................................................................................v KATA PENGANTAR ................................................................................................................... vi DAFTAR ISI................................................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ viii BAB I: PENDAHULUAN ..............................................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................................1 B. Identifikasi Masalah .............................................................................................................4 C. Pembatasan Masalah ............................................................................................................4 D. Perumusan Masalah .............................................................................................................4 E. Tujuan Penelitian .................................................................................................................5 F. Manfaat Penelitian ...............................................................................................................5 BAB II: KAJIAN TEORETIK ......................................................................................................7 A. Hakikat Membaca Kritis Artikel ..........................................................................................7 1. Membaca ........................................................................................................................7 a. Fungsi Membaca .....................................................................................................10 b. Tujuan Membaca .....................................................................................................10 c. Manfaat Membaca ...................................................................................................12 2. Hakikat Membaca Kritis .............................................................................................14 a. Pengertian Membaca Kritis ...................................................................................14 b. Manfaat Membaca Kritis ......................................................................................18
3. Artikel ..........................................................................................................................19 a. Hakikat Artikel.......................................................................................................19 b. Ciri-Ciri Artikel ......................................................................................................19 c. Karakteristik Artikel ...............................................................................................19 d. Jenis-Jenis Artikel ..................................................................................................21 B. Hakikat Metode Inquiry ............................................................................................................. 23 a. Macam-Macam Metode Inquiry ................................................................................25 b. Ciri Utama Pembelajaran Inquiry ..............................................................................26 c. Fungsi Metode Inquiry ...............................................................................................26 d. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry ...............................................27 e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Inquiry ..............................................................29 C. Hasil Penelitian Relevan ....................................................................................................30 D. Kerangka Berpikir ..............................................................................................................31 E. Hipotesis Tindakan ............................................................................................................31 BAB III:METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................................32 A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................................32 B. Metodologi Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ....................................................32 C. Subjek Penelitian .................................................................................................................36 D. Peranan Posisi Peneliti dalam Penelitian.............................................................................36 E. Tahapan Intervensi Tindakan ..............................................................................................36 F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan .......................................................................38 G. Data dan Sumber Data .........................................................................................................39 H. Instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan ..................................................................39 I. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................................39 J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ...................................................................................40 K. Analisis Data dan Interpretasi Data .....................................................................................41 L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ...............................................................................42 BAB IV: DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ..........................................43 A. Deskripsi Data Sekolah ......................................................................................................43 B. Analisis Data ......................................................................................................................44
C. Pembahasan………………………………………………………………………………69 BAB V: KESIMPULAN, DAN SARAN .....................................................................................71 A. Kesimpulan ........................................................................................................................71 B. Saran ..................................................................................................................................72 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...74 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Hasil Pretest Membaca Kritis Media Artikel (Siklus I) ............................................48 Tabel 2 : Distribusi frekuensi data tunggal ...............................................................................49 Tabel 3 : Distribusi frekuensi data kelompok ...........................................................................50 Tabel 4 : Populasi dari data kelompok ......................................................................................50 Tabel 5 : Hasil Posttest Membaca Kritis Media Artike (Reflekting) ........................................52 Tabel 6 : Distribusi frekuensi data tunggal ...............................................................................53 Tabel 7 : Distribusi frekuensi data kelompok ..........................................................................54 Tabel 8 : Populasi dari data kelompok .....................................................................................54 Tabel 9 : Hasil Pretest Membaca Kritis Melalui Media Artikel (Siklus II)................................ 61 Tabel 10 : Distribusi frekuensi data tunggal ..............................................................................61 Tabel 11 : Distribusi frekuensi data kelompok ...........................................................................62 Tabel 12 : Populasi dari data kelompok .....................................................................................63 Tabel 13 : Hasil Posttest Membaca Kritis Media Artikel(Reflekting) ........................................65 Tabel 14 : Distribusi frekuensi data tunggal ...............................................................................66 Tabel 15 : Distribusi frekuensi data kelompok ...........................................................................67 Tabel 16 : Populasi dari data kelompok ......................................................................................67
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang mampu menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pada hakikatnya pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk mempertajam kepekaan dan pemahaman siswa. Keterampilan membaca siswa kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan tergolong lemah. Siswa merasa kesulitan dalam menuangkan ide kreatifnya setelah membaca kritis artikel yang diberikan oleh gurunya. Membaca bergantung pada kecakapan kita dalam menjalankan kedua organ tubuh tersebut. Dalam hal ini, diperlukan pengetahuan untuk meningkatkan keterampilan membaca agar lebih banyak informasi dan pengetahuan yang kita peroleh. Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukanlah kegiatan memandangi lambaang-lambang yang tertulis semata. Bermacammacam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca, agar dia mampu memahami materi yang dibacanya. Banyak manfaat yang di peroleh dari kegiatan membaca. Kegiatan membaca biasanya dilakukan berdasarkan kebutuhan atau paksaan. Namun sepantasnyalah siswa harus melakukan kegiatan ini atas dasar kebutuhan, bukan paksaan. Jika siswa membaca atas dasar kebutuhan, maka ia akan banyak menerima informasi yang diperolehnya. Dan disisi lain ketika seorang siswa membaca sebagai sebuah paksaan, maka informasi yang diperolehnya tidak akan maksimal. Kegiatan membaca juga merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat aktif reseptif. Dikatakan aktif, karena di dalam kegiatan membaca sesungguhnya terjadi interaksi antara pembaca dan penulisnya, dan dikatakan
1
2
reseptif, karena si pembaca bertindak selaku penerima pesan dalam suatu korelasi komunikasi antara penulis dan pembaca yang bersifat langsung. Keterampilan membaca kritis yang masih kurang dimiliki oleh siswa, disebabkan pelajaran membaca kritis kurang mendapatkan perhatian dari para pengajar. Pengajar hanya menguji tingkat ingatan siswa saja saat memberikan pelajaran. Pengajar hanya menanyakan tentang 5W + 1H, yaitu what (apa), who (siapa), when (kapan), where (di mana), why (mengapa), dan how (bagaimana) kepada siswa, sehingga siswa tidak perlu lagi berpikir secara kritis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tetapi siswa hanya perlu mengingat jawaban yang sudah tersedia dalam bahan bacaan. Berkembangnya aneka pengertian membaca dikarenakan adanya tiga faktor, yaitu yang pertama, kenyataan bahwa apa yang biasa disebut membaca itu adalah sesuatu yang sangat rumit dan unik pula keadaannya. Sehingga belum ada seorang ahlipun yang berhasil merumuskan membaca dengan tepat. Pasti masih ada kelemahan banyak ataupun sedikit. Faktor yang kedua, perbedaan latar belakang pendefinisian tentang membaca. Dalam menyusun perumusannya ada perbedaan-perbedaan dalam: (1) teori atau pendekatan yang digunakan sebagai landasan. Penganut teori keterampilan tentu memiliki pengertian yang berbeda dengan penganut teori persepsi. (2) tujuan atau maksud batasan membaca yang disusunnya. Bagi orang yang memiliki tujuan mendefinisikan membaca sebagai bahan penelitian tentu berbeda dengan yang mendefinisikan membaca untuk pengajaran. (3) pemilihan aspek masalah membaca yang dijadikan pusat perhatiannya. Orang yang memusatkan perhatiannya kepada aspek mekanis tentu akan memiliki definisi yang berbeda dengan orang yang memusatkan pikiran pada aspek pemahaman. Faktor yang ketiga, dilatarbelakangi oleh penemuan-penemuan baru dalam studi membaca. Penemuan dari penerapan studi psikolinguistik mengembangkan definisi membaca, sehingga berbeda dengan pengertian membaca menurut para ahli yang lebih lampau “Kemampuan bahasa pokok atau keterampilan berbahasa dalam kurikulum sekolah mencakup empat segi, yaitu:
3
1. Keterampilan menyimak/mendengarkan (Listening Skills) 2. Keterampilan berbicara (Speaking Skills) 3. Keterampilan membaca (Reading Skills) 4. Keterampilan menulis (Writing Skills)”1 Empat keterampilan berbahasa tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat satu sama lain, dan saling berkorelasi. Membaca merupakan kegiatan yang tersusun dari empat komponen: strategi, kelancaran, pembaca, dan teks. Strategi adalah kemampuan pembaca menggunakan beragam strategi untuk mencapai tujuan dalam membaca. Kelancaran ialah kemampuan membaca dengan kecepatan tertentu dengan pemahaman yang cukup. Gabungan dari teks, strategi, kelancaran, dan pembaca ini yang disebut membaca. Soedarso berpendapat bahwa “Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Meliputi orang harus menggunakanpengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat. Kita tidak dapat membaca tanpa menggerakan mata atau tanpa menggunakan pikiran kita.pemahaman dan kecepatan membaca menjadi amat tergantung pada kecakapan dalam menjalankan setiap organ tubuh yang diperlukan untuk itu”2. DP.Tampubolon berpendapat bahwa “Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan3” Membaca adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu maka para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi terhadap lambang-lambang visual yang menggambarkan tanda-tanda oditori dan berbicara haruslah selalu mendahului kegiatan membaca. 1.Hendry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa , 1979 ), h.1. 2 Soedarso.Sistem Membaca Cepat dan Efektif . Jakarta: PT. Gramedia 1989, h. 4. 3 DP.Tampubolon. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa, 1986, h. 228.
4
Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif yang selalu mempunyai keinginan terus-menerus untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas. Karena dengan peningkatan mutu proses belajar mengajar di kelas, maka mutu pendidikan dapat ditingkatkan. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil proses belajar mengajar di kelas harus selalu dilakukan, salah satu upaya tersebut adalah dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan PTK kekurangan atau kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar dapat teridentifikasi dan terdeteksi, untuk selanjutnya dicari solusi yang tepat”4. Oleh karena itu, penulis mengajukan judul “Peningkatan Membaca Kritis Artikel Dengan Metode Inquiry Pada Siswa Kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut: “Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca kritis artikel dengan metode inquiry Siswa Kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan”. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah ada di atas, maka perlu adanya batasan sebagai fokus penelitian. Oleh karena itu, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut: “Upaya meningkatkan pola membaca kritis artikel dengan metode inquiry VIII di SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan”. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah meningkatkan pola membaca kritis melalui artikel pada siswa kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan?” 4
Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: RajaGrafindo,Persada. 2011. h. 48.
5
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui hasil dari membaca kritis melalui artikel siswa kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. 2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi guru dalam penerapan teknik metode inquiry sebagai upaya meningkatkan membaca artikel.
F. Manfaat Penelitian Semua hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait secara khusus. Manfaat penelitian ini, yaitu: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan referensi belajar bagi siswa atau pihak-pihak sekolah yang terlibat dalam pembelajaran. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang peningkatan membaca kritis siswa terhadap artikel dan membantu guru bahasa Indonesia dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca kritis artikel. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1)
Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar
2)
Meningkatkan gairah belajar siswa
3) Melatih siswa agar lebih kreatif dan mandiri dalam belajar menyelesaikan
masalah-masalah
belajar
sehingga
dapat
meningkatkan sikap positif siswa untuk berpikir runtut, kritis, dan sistematis dalam usaha pemecahan masalah. 4)
Memperoleh prestasi atau hasil belajar yang bagus.
b. Bagi Sekolah 1) Dapat memberikan dorongan semangat yang positif dalam proses belajar mengajar, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia pada membaca kritis melalui artikel.
6
2) Dapat mengetahui presentase kemampuan siswa dalam membaca kritis artikel dengan metode inquiry sehingga pihak sekolah dapat memperbaiki sistem proses belajar mengajar yang lebih baik. c. Bagi Peneliti 1) Dapat mengetahui masalah-masalah dalam kelas terkait dengan materi membaca kritis dan dapat memecahkan masalah tersebut dengan metode pembelajaran yang lebih aktif dan menarik perhatian siswa. 2) Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan
kemampuan
dan
keterampilan
meneliti
serta
pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.
BAB II KERANGKA TEORITIK
A. Hakikat Membaca Kritis Artikel 1. Membaca Proses melisankan paparan bahasa tulis; mempersepsi tuturan tulis; penerapan
seperangkat
keterampilan
kognitif
untuk
memperoleh
pemahaman dari tuturan tertulis yang dibaca; proses berpikir dan bernalar, atau sebagai proses pengolahan bahasa; (1) proses pemberian makna kepada simbol-simbol visual; dan, tidak mungkin ada pengertian yang baku, yang ada hanya ragam pengertian yang umum popular ke pengertian yang teknis ilmiah (2) pengertian yang sangat sempit ke pengertian yang sangat luas, dan (3) pengertian yang tanpa dasar ke pengertian yang secara kaku berdasarkan suatu teori membaca tertentu. Pengertian membaca Tarigan menyebutkan bahwa. “Membaca merupakan suatu upaya yang dilakukan pembaca dalam memperoleh suatu pesan atau informasi yang ada di dalam suatu bacaan yang ingin disampaikan oleh penulis melalu katakata. Dalam penyampaian suatu pesan, penulis menggunakan media kata-kata atau bahasa tulis. Pesan yang disampaikan bisa informasi dan gagasan”.1 Pengajaran keterampilan berbahasa bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berbahasa. Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan pembaca untuk mendapatkan pesan yang disampaikan oleh penulis. Melalui media kata-kata atau bahasa tulis terdapat makna yang tersirat dan makna tersurat, dan apabila pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca tidak dimengerti,atau tidak sampai kepada pembaca maka proses membaca dianggap gagal. Hal ini penting adanya, karena pesan yang ingin disampaikan penulis merupakan suatu yang penting yang biasanya dinginkan oleh pembaca.
1
Hendry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung: Angkasa, 2008), h. 7.
7
8
“Membaca adalah suatu aktivitas yang rumit atau kompleks karena bergantung
pada
keterampilan
berbahasa
siswa
berikut
tingkat
pembelajarannya”2. Membaca biasanya bisa dikatakan rumit, karena memerlukan banyak keterampilan untuk memahami suatu bacaan. Para pengajar bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa “membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan kata lain, keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu: 1. pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca; 2. korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal; 3. hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning3” “Dari segi linguistik, “membaca adalah suatu proses penyandian
kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding prosess), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding).
Sebuah
aspek
pembacaan
sandi
(decoding)
adalah
menghubungkan kata-kata tulis (written world) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna4”. Menurut Crawley dan Mountain dalam Rahim membaca merupakan gabungan proses perseptual dan kognitif. Membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi. Pembaca tahap ini mengidentifikasi tugas membaca untuk membentuk strategi membaca yang sesuai, memonitor pemahamannya, dan menilai hasilnya. “Menurut Klen, dkk, dalam Rahim mengemukakan definisi membaca mencakup : a. Membaca merupakan suatu proses maksudnya informasi dari teks dan 2
Subana dan Sunarti , Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. (Bandung: Pustaka Setia), h.222. 3 Hendry Guntur Tarigan. op.cit. ,h.11. 4 Ibid., h. 7.
9
pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. b. Membaca merupakan suatu strategis maksudnya pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruksi makna ketika membaca. Strategi bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. c. Membaca merupakan interaktif maksudnya membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna”5. Membaca adalah interaktif maksudnya orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Satu cara yang sebaiknya digunakan untuk mendorong peserta didik membaca, dan menimbulkan sifat kritis tidak hanya bertanya meliputi makna yang tersurat yang terdapat dalam teks bacaan. Melainkan pertanyaan yang akan diajukan pada peserta didik dapat menimbulkan sifat kritis dalam diri peserta didik itu sendiri. Ketika membaca kritis diperlukan pertanyaan yang meliputi identifikasi, analisis, evaluasi, dan aplikasi. Pemaparan di atas menggambarkan bahwa membaca merupakan suatu aktivitas yang rumit, karena membaca membutuhkan proses mental. Proses mental bisa disebut juga dengan proses berpikir yang dilakukan oleh pembaca yang aktif. Membaca sangat dibutuhkan proses berpikir. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh informasi baik yang berupa tulisan maupun gambar atau diagram dengan pengertian dan khayalan melalui media kata-kata atau media tulis. 5
h. 3.
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2008),
10
a. Fungsi Membaca “Kegiatan membaca yang sangat bermanfaat itu bahkan ada yang menyatakan sebagai jantungnya pendidikan, memiliki banyak fungsi, antara lain; 1) Fungsi intelektual; Dengan banyak membaca kita dapat meningkatkan kadar intelektualitas, membina daya nalar kita. Contohnya membaca laporan penelitian, jurnal, atau karya ilmiah lain. 2) Fungsi pemacu kreativitas; Hasil membaca kita dapat mendorong, menggerakkan diri kita untuk berkarya, didukung oleh keleluasaan wawasan dan kepemilikan kosakata. 3) Fungsi praktis; Kegiatan membaca dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan praktis dalam kehidupan, misalnya teknik memelihara ikan lele, teknik memotret, resep membuat makanan dan minuman, cara membuat alat rumah tangga, dll. 4) Fungsi rekreatif; Membaca digunakan sebagai upaya menghibur hati, mengadakan tamasya yang mengasikkan. Contohnya bacaan-bacaan ringan, cerita humor, fabel, karya sastra, dll. 5) Fungsi Informatif; Dengan banyak membaca informatif seperti surat kabar, majalah, dll dapat memperoleh berbagai informasi yang sangat kita perlukan dalam kehidupan sehari-hari.”6
b. Tujuan Membaca Membaca merupakan salah satu keterampilan dari berbahasa Indonesia. Membaca memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Dengan adanya tujuan, maka kita tidak akan salah melangkah dalam melakukan kegiatan. “Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. 6
Kuddharu Saddono, St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia (Teori dan Aplikasi). Bandung, 2012, h. 65.
11
Berkaitan dengan tujuan membaca, dibawah ini beberapa tujuan membaca, yaitu: 1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus atau memecahkan masalahmasalah yang dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memeproleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts). 2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas) 3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya – setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian-kejadian buat dramatisasi. Hal ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization). 4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki oleh para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for refence). 5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading for classify).
12
6) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuraan tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate). 7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).”7 c. Manfaat Membaca “Selain fungsi di atas, kegiatan mendatangkan berbagai manfaat, antara lain: 1) Memperoleh banyak pengalaman hidup. 2) Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi kehidupan. 3) Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap eksitensi dan lain-lain. 4) Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia.”8 Kegiatan membaca yang dilakukan seseorang terhadap bahan bacaan memiliki tujuan yang berbeda-beda, hal tersebut dilakukan sesuai dengan kebutuhan, seperti untuk memperoleh perincian fakta atau hanya untuk memperoleh kesenangan. “Dari sekian banyak paparan tentang tujuan membaca intinya adalah kita ingin memperoleh informasi atau pengetahuan dari apa yang kita baca.
7 8
Hendry Guntur Tarigan. Op. cit. h. 9. Kuddharu Saddono,St. Y. Slamet.op.cit. h. 66
13
Skema I (Tarigan, 2008:14)
Aspek-aspek
Keterampilan mekanis
pengenalan bentuk huruf
membaca
(urutan lebih rendah)
pengenalan unsur-unsur linguistik pengenalan hubungan bunyi dan huruf
kecepatan membaca; lambat Keterampilan pemahaman
pemahaman pengertian sederhana
(urutan lebih tinggi)
pemahaman signifikan/makna evaluasi/ penilaian isi dan bentuk kecepatan membaca; fleksibel
Skema II membaca nyaring
membaca survei membaca ekstensif
membaca sekilas
membaca membaca dangkal Membaca dalam hati
membaca telaah isi
membaca intensif
membaca teliti membaca pemahaman membaca kritis membaca gagasan membaca bahasa
membaca telaah bahasa membaca sastra”9
9
Ibid.,h. 14
14
Dari kegiatan membaca pemahaman inilah yang akan muncul pemahamaan bacaan merupakan strategi yang melibatkan diri pada bacaan dan memberikan penilaian terhadap karya tulis yang melibatkan diri pada bacaan dan membuat analisis yang tepat. Untuk membuat analisis yang tepat diperlukan kemampuan aplikasi dan evaluasi. 2. Membaca Kritis a. Pengertian Membaca Kritis Membaca kritis merupakan suatu keterampilan dalam membaca. “Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penunh tenggang hati, mendalam, evaluatif serta analitis, dan bukan hanya mencaru alasan”10. Adapun hakikat kemampuan membaca kritis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan agar siswa dapat dengan mudah menemukan informasi aktual, gagasan utama, ide pokok paragraf dan fakta yang terdapat dalam artikel, maka berdasarkan hal tersebut siswa perlu untuk melakukan kegiatan membaca kritis artikel yang akan diterapkan dalam metode inquiry. Dengan membaca kritis, pembaca akan dapat pula mencamkan lebih dalam apa yang dibacanya, dan dia pun mempunyai kepercayaan diri yang lebih mantap. Maka membaca kritis harus menjadi ciri semua kegiatan membaca yang bertujuan memahami isi bacaan sebaik-baiknya. Penggunaan teknik membaca kritis memberikan manfaat berupa penilaian yang beralasan serta pemahaman yang mantap sebagai akibat keterlibatan yang mendalam dengan bahan bacaan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membaca kritis : 1) Langkah awal ini sangat penting ketika seseorang akan membaca yaitu menyadari pengetahuan apa yang telah dimiliki sebelum membaca tulisan. Langkah ini penting untuk mengaitkan pengetahuan yang sudah
10
Hendry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung: Angkasa, 2008), h. 92.
15
dimiliki sebelum membaca dengan pengetahuan yang akan anda dapatkan melalui proses membaca kritis; 2) Tetapkan sasaran. Hal ini berguna bagi pembaca untuk meningkatkan konsentrasi serta membantu anda untuk mencapai sasaran tersebut; 3) Mencari gambaran secara umum. Berikan perhatian kita pada daftar isi, daftar indeks, kata pengantar, dan abstrak; 4) Tinjauan awal adalah memberi tanda dengan menggunakan pensil pada poin-poin penting sesuai dengan sasaran; 5) Pendalaman yaitu setelah memberi tanda maka membaca dengan pemahaman yang mendalam; 6) Pembahasan ulang yaitu berfungsi untuk meneliti apakah semua sasaran sudah dicapai atau belum; Dalam membaca kritis, pembaca harus memiliki kemampuan yang akan mendukung dalam kegiatan membaca seperti kemampuan untuk menangkap gagasan utama serta dapat menafsirkan dengan tepat apa yang ditulis oleh pengarang. “Nurhadi memberikan cara untuk meningkatkan sikap kritis sebagai seorang pembaca sebagai berikut: a. Kemampuan mengingat dan mengenali, yaitu: 1) kemampuan mengenali ide pokok paragraf; 2) menyatakan kembali ide pokok paragraf; 3) menyatakan kembali gagasan utama yang terdapat dalam bacaan; b. Kemampuan menginterpretasikan makna tersirat, yaitu: 1) Membedakan ide-ide penunjang; 2) Membedakan fakta-fakta bacaan; 3) Memahami bacaan kritis hubungan sebab-akibat; 4) Memahami secara kritis unsur-unsur perbandingan; c. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan, yaitu; 1) Kemampuan mengikuti petunjuk yang tedapat dalam bacaan; 2) Menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dan situasi yang dihadapi;
16
d. Kemampuan menganalisis isi bacaan, yaitu; 1) Kemampuan memberi gagasan utama bacaan; 2) Memberikan detail atau data penunjang; 3) Mengklasifikasikan fakta-fakta; e. Kemampuan membuat sintesis, yaitu; 1) Kemampuan membuat kesimpulan bacaan; 2) Mengorganisasikan gagasan utama bacaan; 3) Membuat ringkasan atau ikhtisar f. Kemampuan menilai isi bacaan, yaitu; 1) Kemampuan menilai kebenaran gagasan utama atau ide pokok paragraf atau bacaan secara keseluruhan; 2) Kemampuan untuk menentukan relevansi antara tujuan dengan pengembangan gagasan; 3) Kemampuan untuk menentukan tujuan pengarang dalam menulis; 4) Kemampuan
menilai
keakuratan
penggunaan
bahasa
yang
dilakukan oleh pengarang, baik pada kata, frasa, kalimat maupun pada paragraf”.11 Kegiatan membaca pada tataran yang lebih tinggi, pembaca harus mampu memahami menerima, menolak dan meyakini pendapat yang dikemukakan oleh penulisnya. Membaca pada tingkat ini, pembaca tidak cukup hanya memahami apa yang tersurat, lebih dari itu dapat menghubungkan kemungkinan maksud penulis berdasarkan pengalaman pembaca. “Pembaca yang pandai harus dapat mengetahui langkah-langkah yang akan digunakan dalam membaca karena hal tersebut dapat memudahkan bagi pembaca dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Dalam melakukan proses membaca kritis, ada tujuh kemampuan yang harus dicapai serta dimiliki seseorang pembaca kritis, yaitu:
11
Nurhadi, Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca (Bandung: CV. Sinar Baru 1989), hlm. 14.
17
1) Memahami maksud penulis; 2) Memahami organisasi dasar tulisan; 3) Menilai penyajian pengarang; 4) Menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari; 5) Meningkatkan minat membaca; 6) Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan; 7) Membaca Majalah atau publikasi-publikasi priodik yang serius;”12 “Pengajaran membaca kritis merupakan strategi membaca yang bertujuan untuk memahami isi bacaan berdasarkan penilaian yang rasional lewat keterlibatan yang lebih mendalam dengan pikiran penulis dan merupakan analisis yang dapat dihandalkan”13. Dalam membaca kritis dikenal tiga cara, yaitu : (1) Membaca baris, adalah membaca baris demi baris untuk dapat memahami arti kata-kata setiap baris; (2) Membaca di antara baris, mempunyai pengertian menganalisis maksud penulis yang sebenarnya; (3) Membaca di luar baris, bertujuan mengevaluasi dan memahami hal-hal yang perlu diaplikasikan dalam membaca kritis, pembaca akan dapat melakukan kegiatan membaca dalam waktu singkat, namun memperoleh informasi yang lengkap dan benar. Di samping itu, keberhasilan dalam membaca kritis sangat perlu berlatih dan berlatih terus, sehingga pembaca akan dapat memperoleh informasi yang benar, baik yang tersurat maupun tersirat dalam wacana yang dibacanya. Adapun bahan yang dapat digunakan latihan membaca kritis, bisa berupa wacana apa saja, misalnya : artikel, cerita, dialog, karya ilmiah populer, termasuk karya ilmiah. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan secara kritis. “Kemampuan membaca kritis merupakan suatu kemampuan membaca seseorang yang bukan hanya sekedar membaca isi bacaan saja atau mengerti maksud secara eksplisitnya, melainkan juga secara implisit, sehingga kegiatan membaca yang dilakukan secara lebih dalam lagi, 12
Hendry Guntur Tarigan. Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung,: Angkasa, 2008), h. 93. 13 Ahmad Harja Sujana, Membaca. Jakarta, 1988 : Karunia, h.72
18
evaluatif, dan analitis untuk menemukan makna bacaan baik tersurat maupun tersirat”14. 1) Berpikir dan Bersikap Kritis: a. Menginterpretasikan secara kritis b. Menganalisis secara kritis c. Mengorganisasi secara kritis d. Menilai secara kritis e. Menerapkan konsep secara kritis 2). Teknik Meningkatkan Sikap Kritis: a.
Kemampuan mengingat dan mengenali bahan bacaan
b.
Kemampuan menginterpretasikan makna tersirat
c.
Kemampuan menilai isi bacaan
d.
Kemampuan menganalisis isi bacaan
e.
Kemampuan mengkreasikan bacaan atau menciptakan bacaan
b. Manfaat Membaca Kritis 1) Membantu anda mencapai pemahaman yang mendalam 2) Kemampuan mengingat yang lebih kuat 3) Kepercayaan terhadap diri sendiri yang semuanya mengacu pada kesuksesan pribadi anda. Membaca kritis adalah membaca untuk memahami isi bacaan secara rasional, kritis, mendalam, disertai keterlibatan pikiran untuk menganalisis bacaan. Ketika membaca kritis, pembaca akan mencamkan lebih dalam materi yang dibacanya. Adapun hakikat kemampuan membaca kritis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan agar siswa dapat dengan mudah menemukan informasi faktual, gagasan utama, ide pokok paragraf dan fakta yang terdapat dalam artikel.
14
Mintowati. Membaca. Jakarta: Dit. PLP, 2002, h.15.
19
3. Artikel a. Hakikat Artikel “Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan atau kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu (infomatif), mempengaruhi dan meyakinkan (persuasif argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif)”.15 Artikel adalah karya tulis lengkap di majalah atau surat kabar. Artikel dalam surat kabar biasanya membahas suatu hal yang terperinci. Artikel adalah salah satu bentuk tulisan nonfiksi berisi fakta dan data yang disertai analisis dan opini penulisannya. Secara praktis, artikel dimaknai sebagai tulisan yang lengkap dan utuh di luar berita dalam media massa yang mungkin disumbangkan oleh penulis dari luar (bukan pekerja media tersebut). Ini mencakup buku, film, pertunjukan seni, dan sebagainya, tulisan ilmiah popular (iptek, analisis, how-to, dan sebagainya), dan profil (aneka bentuk biografi, kisah-kisah perjalanan, kajian-kajian organisasi, dan sebagainya). b. Ciri-Ciri Artikel 1) Lugas dalam artian artikel itu berarti bersifat apa adanya; mengenai yang pokok yang penting dan perlu saja 2) Logis artinya masuk akal atau dapat diterima oleh akal. 3) Tuntas artinya selesai secara menyeluruh 4) Obyektif artinya keadaan yang sebenarnya tanpa disertai anggapan atau pandangan pribadi 5) Cermat artinya penuh perhatian dan penuh ketelitian. c. Karakteristik Artikel “Artikel yang ditulis untuk konsumsi surat kabar atau majalah memiliki tujuh karakteristik: 16
Drs.AS Haris Sumandira M.Si. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana.Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2011, h.1
20
1) Ditulis dengan atas nama (by line story) Artikel adalah karya individual. Sebagai karya individual seperti juga puisi atau cerpen dalam dunia fiksi, artikel harus mencantumkan dengan jelas nama penulisnya. Untuk kategori artikel opini, nama penulis biasanya dicantumkan di atas, dibawah judul. Sedangkan untuk artikel di luar kategori opini seperti artikel ringan dan artikel praktis, nama penulis biasanya agak disembunyikan dengan cara disimpan pada bagian akhir artikel, dan itu pun ditempatkan dalam kurung. 2) Mengandung gagasan aktual atau kontroversial Artikel apa pun yang ditulis, hendaknya mengandung gagasan aktual, kontroversial, atau kedua-duanya. Artikel haruslah menghindari gagasan usang, atau sesuatu yang datar-datar saja, monoton, pasti tidak akan laku dijual, tidak akan dilirik dan diperhatikan pembaca. Hanya gagasan yang baru, segar, yang diasumsikan memberikan alternatif serta manfaat tinggi bagi masyarakat yang akan diperhatikan, dibicarakan, dan dijadikan rujukan. 3) Menyangkut kepentingan sebagaian terbesar khalayak pembaca Seorang penulis artikel tidak boleh asyik sendiri. Artikel yang dituliskannya
harus
memberikan
lebih
banyak
manfaat
bagi
kepentingan mayoritas masyarakat sesuai dengan pangsa pasar surat kabar atau majalah yang memuat artikel tersebut. 4) Ditulis secara referensial dengan visi intelektual Artikel adalah karya nonfiksi yang bertumpu pada dunia kognisi. Suatu artikel lahir dari proses kreatif intelektual seseorang. Artikel apa pun yang ditulis haruslah didukung oleh seperangkat bacaan, pengetahuan, dan teori yang relevan. Visi yang digunakan untuk itu adalah sudut pandang intelektual atau orang terpelajar dengan merujuk pada kekuatan logika akal sehat (common sense), bukan logika klenik atau mistik. Artikel yang ditulis secara referensial dengan visi intelektual, karena itu memiliki ciri, antara lain: logis, sistematis, analitis, akademis, dan etis.
21
5) Disajikan dalam bahasa yang sederhana, jelas, menarik, hidup, segar, popular, komunikatif. Artikel konsumsi surat kabar dan atau majalah harus tunduk kepada bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa yang lazim ditemui dan digunakan dalam pers seperti surat kabar, tabloid, dan majalah. Ciri utama bahasa jurnalistik adalah sederhana, jelas, lugas, singkat, menarik, segar, ringan dicerna, gampang diingat, mudah dimengerti, dan dipahami arti, maksud, dan arahnya (komunikatif). 6) Singkat dan tuntas Singkat mengandung dua pengertian, yakni Filosofis dan teknis. Filosofis berarti tidak bertele-tele, tidak mendayu-dayu, dan berputarputar, tidak mengerjai pembaca, tidak membuang-buang waktu yang sangat berharga bagi siapa pun. Singkat secara teknis berarti disesuaikan dengan ruangan yang tersedia, yang untuk setiap surat kabar relatif berbeda. Tuntas artinya tidak bersambung ke edisi berikutnya. 7) Orisinal Orisinal menunjuk pada dual hal. Pertama, artikel yang kita tulis asli merupakan karya kita, bukan hasil menjiplak atau membajak. Kedua, artikel yang kita tulis dan kita kirimkan ke surat kabar atau majalah harus yang asli, bukan fotokopi atau salinannya. Tidak etis. Artikel fotokopi hanya untuk dokumentasi kita di rumah”16. d. Jenis-Jenis Artikel Secara umum artikel dapat dibedakan menurut jenis serta tingkat yang dihadapinya, antara lain: 1) Artikel praktis Artikel ini lebih banyak bersifat petunjuk praktis tentang cara melakukan sesuatu (how todo it), misalnya petunjuk cara membuka internet, cara praktis merawat bonsai, kiat ramping dan cantik dalam 15 17.
Ibid h..4
22
hari. Artikel praktis lebih menekankan pada aspek ketelitian dan keterampilan daripada masalah pengamatan dan pengembangan pengetahuan serta analisis peristiwa. Artikel praktis biasanya ditulis dengan
menggunakan
pola
kronologis,
artinya
pesan
disusun
berdasarkan urutan waktu atau tahapan pekerjaan. 2) Artikel ringan Artikel ringan, lazim ditemukan pada rubrik anak-anak, remaja, wanita, dan keluarga. Artikel jenis ini lebih banyak mengangkat topik bahasan yang ringan dengan cara penyajiannya yang ringan pula, dalam arti tidak menguras pikiran kita. Topik bahasannya seperti kiat sukses belajar di perguruan tinggi, sepuluh ciri wanita setia, atau sembilan kelemahan pria di mata wanita. Artikel ringan bisa dibaca secara sekilas di tempat praktik dokter atau di ruang-ruang tunggu terminal, stasiun, atau bandara. Artikel ringan dikemas dengan gaya paduan informasi dan hiburan (infotainment). 3) Artikel halaman opini Artikel opini lazim ditemukan pada halaman khusus opini bersama tulisan opini yang lain yakni tajuk rencana, karikatur; pojok, kolom, dan surat pembaca. Artikel opini mengupas suatu masalah secara serius dan tuntas dengan merujuk pada pendekatan analitis akademis. Sifatnya relatif berat. Karena itulah artikel-artikel opini kerap ditulis oleh mereka yang memiliki latar belakang pendidikan, pengetahuan, keahlian, atau pengalaman memadai dibidangnya masing-masing. 4) Artikel analisis ahli Artikel analisi ahli, biasa kita temukan pada halaman muka, halamanhalaman berita atau halaman dan rubrik-rubrik khusus tertentu. Sesuai dengan namanya, artikel jenis ini ditulis oleh ahli atau pakar di bidangnya dalam bahasa yang popular dan komunikatif. Topik yang
23
diangkat dalam artikel ini dan di bahas macam-macam seperti ekonomi, pendidikan, sosial, agama, budaya, industri, iptek”.17 B. Hakikat Metode Inquiry “Inkuiri dalam bahasa Inggris „Inquiry” yang secara harfiah berarti penyelidikan. Carin dan Sund (1975) mengemukakan bahwa inquiry adalah the process of investigating a problem. Adapun menurut Piaget menyatakan bahwa inquiry merupakan metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain”18. Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini adalah: 1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar disini ialah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional. 2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran. 3. Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self-believ) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Model inquiry didefinisikan oleh Bruce Joyce adalah sebagai berikut: “Fore more than a decade, “inquiry” has been one of the rallying cries of educational reformers. However, the term has actually had different meanings to its users. To some, inquiry has meant a general position toward child-centered learning and has refered to building most facets of education around the natural inquiry of the child. To others, it has meant the use of the modes of inquiry of the academic disciplines as teaching models19”. Menurut Joyce, lebih dari satu abad istilah inquiri mengandung makna sebagai salah satu usaha kearah pembaharuan pendidikan. Namun demikian,
17
Haris,op.cit.,h.8. E.Mulyasa. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007, h.108. 19 Trowbridge, L.W. & R.W. Bybee. (1990). Becoming a Secondary School Science Teacher. Melbourne: 18
24
istilah inkuiri sering digunakan dalam bermacam-macam arti. Ada yang menggunakannya berhubungan dengan strategi mengajar yang berpusat pada siswa, ada juga yang menghubungkan istilah inquiry dengan mengembangkan kemampuan siswa untuk menemukan dan merefleksikan sifat-sifat kehidupan sosial,
terutama
untuk
melatih
siswa
agar
hidup
mandiri
dalam
masyarakatnya”.20 Model inquiry didefinisikan oleh Downey adalah sebagai berikut”The core of good thinking is the ability to selve problems. The essence of problems. The essence of problem solving is the ability to learn is puzzling situations. Thuns, in the school of these particular dreams, learning how to learn pervades what is the taught, how it is taught, and the kind of place in which it is taught21”. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa inti dari berpikir yang baik adalah kemampuan memecahkan masalah. Dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam proses berpikir. Dengan demikian, hal ini dapat implementasikan bahwa kepada siswa hendaknya diajarkan bagaimana belajar yang meliputi apa yang diajarkan, bagaimana hal yang diajarkan, jenis kondisi belajar, dan memperoleh pandangan guru. Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena inquiry menuntut siswa berpikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut siswa memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini siswa dibiasakan untuk produktif, analitis, dan kritis. Kuslan Stone, mendefinisikan model inquiry sebagai model pengajaran guru dan anak mempelajari peristiwa dan gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuan. Tujuan utama dari pembelajaran inquiry adalah pengembangan kemampuan berfikir. Jadi dalam pembelajaran inquiry bukan hanya guru yang dapat mempelajari dan menelaah materi pembelajaran 20
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2006, h. 206. 21 Downey, L. (The Secodary Phase of Educations. Bostun.ginn and Co, 1967)
25
melainkan siswa juga dituntut untuk dapat berfikir kritis dalam menemukan jawaban yang pasti. 1. Macam-Macam Metode Inquiry “Sund and trowbridge mengemukakan tiga macam metode inquiry sebagai berikut. a. Inquiry terpimpin (Guide inquiry) peseta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini digunakan terutama bagi para peserta didik yang belum berpengalaman belajar dengan metode inquiry. b. Inquiry bebas (Free inquiry), pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permaslahan yang hendak diselidiki. c. Inquiry bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry), pada inquiry ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian”.22 Dari ketiga macam metode inquiry tersebut, penulis memilih metode inquiry terpimpin, karena dalam proses pembelajaran di kelas guru masih membimbing
dan
mengarahkan
siswa
dalam
menemukan
dan
memecahkan masalah. 2. Ciri Utama Pembelajaran Inquiry Strategi pembelajaran merupakan rancangan tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk rancangan penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan pembelajaran. Untuk mencapai hasil dari tujuan metode pembelajaran inquiry dibutuhkan strategi. Strategi pembelajaran inquiry adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan 22
.Nanang Hanafiah, dkk. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama, 2010. h.78.
26
menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu permasalahan yang dipertanyakan. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inquiry Diantaranya: a. Strategi pembelajaran inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). c. Tujuan penggunaan pembelajaran inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Jadi, ciri utama strategi pembelajaran inquiry adalah menekankan dan mengarahkan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan
jawaban
sendiri
dari
suatu
permasalahan
untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara sistematis, logis, dan kritis. 3. Fungsi Metode Inquiry “Ada beberapa fungsi metode inquiry, sebagai berikut. a. Membangun komitmen di kalangan siswa untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran. b. Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. c. Membangun
sikap
percaya
diri
dan
terbuka
temuannya”23.
23
Nanang Hanafiah, dkk. Konsep Strategi Pembelajaran, op.cit, h. 79.
terhadap
hasil
27
4. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry “Terdapat beberapa langkah yang dapat diperhatikan dalam proses pembelajaran inquiry, diantaranya: a. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru diharapkan dapat mengkondisikan siswa agar siap melaksakan proses pembelajaran. Orientasi merupakan langkah yang sangat penting, karena pada langkah ini guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir positif sehingga siswa mau menggunakan kemampuannya untuk memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi adalah: 1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang dapat dicapai oleh siswa. Contohnya ketika guru masuk ke dalam kelas, setelah berdoa ia akan menyampaikan topik yang akan dipelajari pada saat itu. 2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. 3) Menjelaskan
pentingnya
topik
dan
kegiatan
belajar
untuk
memberikan motivasi terhadap siswa. b. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya. Dengan demikian, teka-teki yang menjadi masalah dalam berinquiry adalah teka-teki yang mengandung konsep jelas harus dicari dan ditemukan. c. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Salah satu cara guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis siswa adalah dengan cara mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban dari
28
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Di sinilah guru membantu siswa, mendorong melakukan kegiatan belajar untuk mencari informasi berkaitan dengan permasalahan yang diajukan guru. Jawaban guru atas pertanyaan siswa hanya berkisar ya atau tidak, karena dalam metode inquiry ini siswa sendiri yang menemukan jawaban permasalahan yang diberikan oleh guru. d. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk
menguji
hipotesis
yang
diajukan.
Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan kemampuan dan ketekunan siswa dalam berpikir. Pada tahap ini siswa mengidentifikasi beberapa kemungkinan
jawaban/menarik
kesimpulan.
Selanjutnya,
guru
mengumpulkan hasil penyelidikan/eksperimen untuk menjawab tekateki atau permasalahan yang diajukan oleh guru. Caranya dengan menyuruh siswa untuk menunjukkan hasil pekerjaan mereka. e. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data, yang terpenting pada tahap ini adalah keyakinan siswa atas jawaban yang dia berikan. Jawaban yang dia berikan bukan hanya berdasarkan pendapatnya, melainkan juga harus didukung oleh data yang telah ditemukan. f. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan
hasil
pengujian
hipotesis.
Merumuskan
kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran”24
24
h. 202.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Op,cit,
29
5. Keunggulan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Inquiry “Metode pembelajaran inquiry merupakan metode pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena model ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif. b. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas. c. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing. d. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat. e. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya; Selain memiliki keunggulan, model pembelajaran inquiry juga mempunyai kelemahan, diantaranya: a. Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik; b. Keadaan kelas di kita kenyataannya gemuk jumlah siswanya maka metode ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan; c. Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan PBM gaya lama maka metode ini akan mengecewakan. d. Ada kritik, bahwa proses dalam metode ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan keterampilan bagi siswa”. Pembelajaran inquiry memiliki keunggulan yakni lebih banyak menguntungkan siswa karena dalam proses pembelajarannya inquiry lebih menekankan
pada
pengembangan
aspek
kognitif,
afektif,
dan
psikomotorik siswa secara seimbang sehingga apa yang dipelajari siswa di kelas akan lebih mudah dipahami dan diingat.
30
C. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian pengaruh metode inquiry terhadap hasil belajar siswa yang telah dilakukan oleh: 1. “Ary Kristiany, M.Hum pada skripsi dengan judul Metode Pembelajaran I Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis, yang disampaikan pada seminar internasional di Yogyakarta, 9-10 November dalam rangka Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) se-Jateng dan Yogyakarta XXXIII Tahun 2010”25. Diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pendekatan inquiry yang mengarahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan belajar melalui mengkonstruksi sendiri, baik secara individual maupun kelompok, siswa berlatih untuk bernalar dan berpikir kritis. 2. “Siti Rukoiyah pada skripsi dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Semarang pada materi pokok segi empat melalui metode inquiry bersifat open ended dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 12 Semarang”26, mengalami peningkatan dalam hasil tes evaluasi pada setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata kelasnya meningkat menjadi 77,32, sedangkan ketuntasan klasikal pada siklus yaitu 77,3% belum memenuhi indikator keberhasilan. Namun pada siklus II ketuntasan klasikal meningkat menjadi 86,4% dan sudah memenuhi indikator. 3. Skripsi ketiga yang ditulis oleh Iskandar Zulkarnain tahun 2009, “Penerapan
Metode
Inquiry
Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Mendeskripsikan Benda Di Sekitar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SDN 02 Jakarta. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta”27. Metodologi penelitian menggunakan PTK 25
Ary Kristiany,”Metode Pembelajaran I Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis, yang disampaikan pada seminar internasional di Yogyakarta, 9-10 November dalam rangka Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) se-Jateng dan Yogyakarta XXXIII Tahun 2010. 26 Siti Rukoiyah , Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Smp Negeri 12 Semarang Pada Materi Pokok Segi Empat Melalui Metode Inkuiri Bersifat Open Ended Tahun Pelajaran 2006/2007. 27 Zulkarnain, Penerapan Metode Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendeskripsikan Benda Di Sekitar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SDN 02”. Skripsi pada Sarjana Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tahun 2009, tidak
dipublikasikan.
31
yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang telah dilakukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Data hasil penelitian ini di analisis secara deskriptif. Tempat pelaksanaan di SDN 02 Jakarta. D. Kerangka Berpikir Salah satu penyebab kurangnya hasil belajar bahasa Indonesia di sekolah pada umumnya terletak pada penerapan metode pengajaran yang kurang tepat. Hal ini menyebabkan peserta didik kurang aktif dan kurang termotivasi dalam proses pembelajaran. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menerapkan metode inquiry, karena inquiry lebih menekankan pada keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini merupakan upaya untuk mengatasi kendala pembelajaran membaca, khususnya membaca kritis artikel dengan metode inquiry siswa kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas, hipotesis tindakan yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: “Peningkatan Kemampuan Membaca Kritis Artikel Dengan Metode Inquiry Pada Siswa Kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan”. Peningkatan yang dimaksud meliputi peningkatan kemampuan membaca dan hasil pembelajaran.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, di kelas VIII. Penelitian Tindakan Kelas ini dalam rencananya dilaksanakan selama enam bulan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yaitu bulan Februari - Mei 2013. B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode Penelitian Berdasarkan tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini, maka metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Model dari siklus ke siklus dengan target agar kualitas pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry semakin baik sehingga kualitas pembelajaran menjadi tinggi. Alasan digunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) adalah untuk mencermati dan memperbaiki proses dan hasil belajar siswa, sehingga mutu pembelajaran menjadi lebih baik. Suharsimi menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi dari tiga kata, “Penelitian + Tindakan + Kelas sebagai berikut; Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru”.1 a. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Semua penelitian memang berupaya untuk memecahkan suatu problema yang dihadapi guru saat di dalam kelas. Problema tersebut dinilai guru sebagai 1
Suharsimi Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.
h.58.
32
33
penghalang terhadap kelancaran dan keefektifan belajar mengajar.“Dengan demikian, PTK dapat dilaksanakan apabila guru merasakan dan menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran yang ia laksanakan. Menurut Richart Winter, ada enam karakteristik PTK, yaitu: 1.Kritik refleksi; 2.Kritik dialeksis; 3. Kolaboratif; 4. Risiko; 5.Susunan jamak; 6.Internalisasi teori dan praktek;”2. Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif maupun paradigma kuantitatif. Oleh karna itu, keberadaan bentuk PTK tidak perlu diragukan lagi, terutama sebagai upaya memperkaya khazanah kegiatan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya. b. Tujuan Umum Penelitian Tindakan Kelas “Tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR) adalah untuk meningkatkan dan memperbaiki praktik pembelajaran, serta pengembangan keterampilan guru berdasarkan persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi guru di kelasnya, dan bukan bertujuan untuk pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan”3.“Banyak manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas, antara lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen pendidikan dan/atau pembelajaran di kelas, antara lain mencangkup: 1. Inovasi pembelajaran; 2. Pengembangan kurikulum di tingkat regional/nasional; 3. Peningkatan profesionalisme pendidikan”4.
2
Mahmud, M.Si. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2011, h.
203. 3
.Ibid, h. 204 Suharsimi Arikunto, Op.Cit, h. 107-108.
4
34
Dengan memahami dan mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas, diharapkan kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran makin meningkat kualitasnya dan sekaligus akan meningkatkan kualitas pendidikan serta profesi pendidik/tenaga kependidikan yang sekarang dirasakan menjadi hambatan utama. c. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas Dengan memahami isu tersebut, pendidik/guru dianjurkan untuk memperhatikan masalah di kelasnya dan mampu mengatasinya melalui penelitian PTK.“Hopkins (1993) membantu mengatasi dengan menyebutkan prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas, yaitu sebagai berikut. 1. Tugas
pendidik
dan
tenaga
pendidikan
yang
utama
adalah
menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. 2. Meneliti merupakan bagian integral selaras dengan pelaksanaan pembelajaran,
yaitu
persiapan
program
(planning),
pelaksanaan
pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi terhadap kegiatan/proses pembelajaran (evaluation), dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran (reflection). Prinsip kedua ini mengisyarakatkan agar proses dan hasil pembelajaran direkam dan dilaporkan secara sistematik dan terkendali menurut kaidah ilmiah. 3. Kegiatan meneliti yang merupakan bagian integral dari pembelajaran harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. 4. Masalah yang ditangani ialah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan tanggung jawab professional dan komitmen terhadap diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran sesungguhnya. 5. Konsisten sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. 6. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar kelas, misalnya tataran system atau lembaga. Perspektif yang
35
lebih luas akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan.”5 2. Rancangan Siklus Tindakan Desain intervensi tindakan atau rancangan siklus penelitian menggunakan model yang diterapkan oleh Kemmis dan MC Taggart, dalam perencanaannya menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan “cara (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting), dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu pemecahan masalah”.Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan dari siklus ke siklus.Aktivitas tersebut dapat dilakukan seterusnya sampai hasil peningkatan yang diharapkan tercapai.Berikut siklus yang dapat di terangkan dibawah ini. “Siklus Pelaksanaan PTK Model John Elliot PELAKSANAAN PERENCANAAN
SIKLUS 1
PENGAMATAN
REFLEKSI
PELAKSANAAN
PERENCANAAN
SIKLUS 2
PENGAMATAN
6
REFRRLEKSI
Gambar 1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas 5
.Suharsimi Arikunto. loc.cit.,h. 115-116 .
6
221.
Pupuh Fathurahman. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2011, h.
36
C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang menjadi populasi yaitu berjumlah 24 orang. Sedangkan partisipan dalam kegiatan PTK ini kepala sekolah dan guru-guru di SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Sedangkan dosen pembimbing dalam penelitian ini adalah membantu proses refleksi dan triangulasi membahas serta memutuskan berakhirnya siklus penelitian. D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Peran peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai pemimpin perencanaan atau pelaksana utama penelitian ini, selain merencanakan peneliti juga sebagai pelaksana tindakan dan pembuat laporan. Dari hasil pengamatan tentang data kondisi siswa yang akan menjadi dasar bagi peneliti untuk membuat rencana tindakan. Di samping itu juga peneliti berperan penting dalam melakukan penelitian ini mulai dari proses perencanaan, tindakan, dan refleksi, menyusun instrumen, pengambilan dan pengumpulan data serta menganalisis hasil hingga membuat laporan. Dengan perannya yang besar dalam penelitian tindakan kelas ini dapat diharapkan data yang diperoleh oleh peneliti adalah data yang akurat dan terarah sehingga tujuan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar tercapai. E. Tahapan Intervensi Tindakan Tahapan intervensi tindakan peneliti lakukan ketika diketahui ada masalah mendasar dalam pembelajaran di kelas berupa tidak adanya peningkatan yang signifikan pada pra siklus pertama penelitian. Adapun tahapan intervensi tindakan yang sesuai dengan menggunakan metode inquiry. Diharapkan tahapan intervensi tindakan ini dapat meningkatkan membaca kritis artikel dengan metode inquiry kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan dari siklus satu ke siklus berikutnya untuk mendapat hasil perbaikan atau peningkatan dalam proses pembelajaran. Sebelum tindakan
37
direncanakan dan dilakukan maka, terlebih dahulu dilakukan observasi ke sekolah untuk mengetahui keadaan sekolah dan keadaan siswa yang akan dijadikan sampel. Tahapan interpensi tindakan yang dilakukan pada setiap siklus dalam penelitian ini, yaitu: 1. Perencanaan Kegiatan pada siklus pertama dan kedua dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan langkah-langkah peneliti mempersiapkan bahan ajar. Rencana tindakan disusun berdasarkan materi, penyajian materi, dan metode pembelajaran atau pendekatan. Kebutuhan yang diperlukan harus dipersiapkan dengan matang pada tahap perencanaan. Kemudian melaksanakan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus pertama, selanjutnya melakukan observasi, dan terakhir melakukan refleksi. Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: a. Observasi ke sekolah SMP. b. Mengurus surat izin penelitian. c. Membuat rencana pembelajaran. d. Membuat instrumen penelitian. e. Melakukan uji coba instrumen penelitian. f. Menyiapkan perlengkapan penelitian. g. Penentuan batas hasil penelitian yang ingin dicapai. 2. Pelaksanaan/Tindakan Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan. Tindakan yang dilakukan pada tahap ini yaitu melaksanakan penelitian tindakan kelas sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran yang disusun tentang membaca kritis artikel dengan metode inquiry. Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: a. Melakukan kegiatan belajar dengan diawali pemberian pretest. b. Penyampaian tujuan pembelajaran. c. Menyiapkan metode inquiry dengan memberikan bahan artikel. d. Menyiapkan langkah pembelajaran melalui metode inquiry.
38
e. Melakukan posttest. 3. Observasi Observasi atau pengamatan oleh peneliti yang bertindak sebagai pengamat ketika pembelajaran berlangsung. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa untuk mengikuti setiap tahap pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti saat pembelajaran berlangsung. Setiap kejadian dan reaksi, baik berupa sikap, tindakan, dan tanggapan peserta didik dicatat dalam lembar observasi untuk melihat tingkat keberhasilan siswa. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: a. Melakukan observasi dengan pengisian lembar observasi. b. Pengambilan gambar situasi pembelajaran dengan menggunakan kamera foto. c. Menganalisis hasil pretes dan posttest disetiap akhir siklus. 4. Refleksi Tindakan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah mengadakan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi untuk dijadikan dasar pelaksanaan tindakan selanjutnya. Setelah peneliti mendapatkan data yang berkaitan dengan pembelajaran peningkatan membaca kritis artikel melalui metode inquiry akan dibahas bersama kolabolator. Dari hasil refleksi ini, peneliti menentukan sikap tentang perlunya siklus selanjutnya sebagai tindakan perbaikan dan tindakan selanjutnya. F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Pada pembelajaran membaca kritis artikel dengan metode inquiry diharapkan siswa dapat mengalami peningkatan membaca kritis yang tinggi sampai hasil posttest yang didapat siswa mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan 70.0. Keberhasilan penggunaan metode inquiry ini ditunjukkan oleh dua aspek yaitu melalui proses yang dilakukan melalui pengamatan oleh observer dan hasil evaluasi pelaksaan. (1) melalui proses karakteristik mengidentifikasi terlihat pada
39
proses pembelajaran. (2) melalui evaluasi bila hasil posttest mengalami peningkatan sampai rata-rata kelas 70% merupakan Kriteria Ketuntasan Minimal SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Selain itu juga diharapkan aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat. G. Data dan Sumber Data Data penelitian ini adalah tentang peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia dengan menggunakan metode inquiry. Data terdiri dari (1) proses yang aspeknya meliputi tujuan, program, bentuk kegiatan, metode, materi, peraturan yang terdapat dalam instrumen pemantau tindakan. (2) evaluasi untuk peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia. Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu (1) sumber data pemantau tindakan (proses kegiatan selama tindakan dilakukan); (2) data yang diperoleh langsung dari proses dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. H. Instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari instrumen untuk menilai hasil identifikasi siswa dalam membaca kritis artikel dan instrumen untuk menilai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menggunakan metode inquiry. I. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu teknik pengumpulan data penelitian dengan cara: 1. Melalui proses yaitu : a. Observasi untuk memperoleh data adalah pengumpulan data melalui pengamatan langsung secara sistematis mengenai permasalahan yang akan diteliti, kemudian dibuat catatan, jenis observasi yang digunakan adalah observasi langsung. b. Melalui tes formatif, untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu, dengan menggunakan pretest dan
40
posttest. Yang dilakukan oleh suatu subjek atau partisipan yang terlibat dalam penelitian ini. Dengan mengadakan pretest dan posttest untuk melihat peningkatan kemampuan membaca kritis artikel. c. Dokumentasi merupakan foto-foto yang diambil saat pelaksanaan penelitian. 2. Melalui jurnal siswa, yaitu untuk melihat respon siswa terhadap sistem pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran, pemberian jurnal siswa dilakukan setiap akhir pembelajaran. Laporan jurnal siswa akan digunakan sebagai tindakan untuk memperbaiki siklus pembelajaran selanjutnya. J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Bagian-bagian
dalam
instrumen
yang
digunakan
peneliti
untuk
mengumpulkan data atau informasi disusun melalui triangulasi yang melibatkan dosen pembimbing, teman sejawat, dan kepala sekolah. Beberapa teknik pemeriksaan keterpercayaan yang digunakan dalam penelitian yaitu: a) distribusi frekuensi data tunggal 1. Menentukan a. Nilai terendah b. Nilai tertinggi c. “R = dt– dr”7 2. Menentukan banyak kelas “K = 1 + 3,322 log N”8 3. “Menentukan interval kelas”9
C=
7
R K
Muri Yusuf. Statistik Pendidikan. Padang. Angkasa Raya Padang, 1987, h.64.
8
.Ibid., h. 65
9.Sugiyono.2012.
Statistika Untuk Pendidikan. Bandung. ALFABETA, CV. h. 36.
41
b) populasi data kelompok 1. Menentukan mean data tunggal 2. Menentukan mean data kelompok “Me =
”10
3. Menentukan Median Median = BO + C.
. ∑fo fmed
Di mana : ∑fo BO Fmed C `
= Jumlah frekuensi dari semua kelas di bawah kelas yang mengandung median = nilai batas bawah dari kelas yang memuat nilai median. = frekuensi median = Interval kelas dan panjang kelas
4. Menentukan Modus “11Modus = BO + C. Di mana :
F1 = Selisih frekuensi modus dengan frekuensi sebelumnya F2 = Selisih frekuensi modus dengan frekuensi sesudahnya C = Interval kelas dan panjang kelas” 5. Menentukan simpangan baku
(
S= √
) ”12
n (n) K. Analisis Data dan Interpretasi Data Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian tindakan kelas. Analisis data dalam penelitian kelas berarti mengidentifikasi dan menyetujui kriteria yang digunakan untuk menjelaskan apa yang telah terjadi. 10
.V.Wiratna Sujarweni dan Poly Endrayanto. 2012. Statiska Untuk Pendidikan. Yogyakarta. GRAHA ILMU, h. 25 11 . Kadir. Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. (Jakarta. Rosemata Sampurna,2010), h. 32. 12 . Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: PT.Rosdakarya, 2010), h. 241
42
Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya dampak yang terjadi dari tindakan yang diberikan. Ada tidaknya dampak dari tindakan dapat dilihat melalui pengujian hipotesis tindakan. Jika tidak ada peningkatan maka peneliti dan kolaborator harus memanfaatkan hasil analisis data pemantau sebagai bahan bentuk perencanaan siklus berikutnya, untuk mendukung data penelitian. Perencanaan kembali diperlukan sampai penelitian menunjukkan peningkatan signifikan melebihi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah. L. Pengembangan Perencanaan Tindakan Pengembangan perencanaan tindakan dapat ditindak lanjuti dengan menghimpun masukan dari bimbingan penelitian setelah diputuskan selesai pada siklus ketiga. Hal ini menyikapi hal-hal yang berimplikasi positif bagi penelitian mendatang dalam permasalahan yang hampir sama atau sama dengan pendekatan suatu metode yang berbeda.
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada kelas VIII. Hasil penelitian diperoleh dari hasil belajar selama dua siklus, meliputi penguasaan dan pemahaman (kognitif) siswa terhadap konsep yang disajikan, hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan proses skills dan sebagai pelengkap data maka peneliti memberikan jurnal siswa setelah penerimaan pembelajaran selesai. A. Deskripsi Data Sekolah Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, dibawah pimpinan Bapak Edi Setiadi, S.Pd, berada di jalan Pupan Raya No 29, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. SMP Pelita Harapan memiliki letak yang strategis karena berada di lingkungan masyarakat dan mudah di jangkau. 1. Visi Menjadikan SMP Pelita Harapan Jakarta yang berkualitas berwawasan IMTAQ dan IPTEK dengan Indikator: a) Meningkatkan Standar Nilai UAN b) Meningkatkan Proses Pembelajaran c) Meningkatkan Mutu Pendidikan d) Meningkatkan Sarana dan Prasarana e) Meningkatkan Prestasi Akademik f) Meningkatkan Prestasi non Akademik g) Meningkatkan Sumber Daya Manusia Pendidikan h) Unggulan dan IMTAQ 2. Misi a) Memberikan Layanan Pendidikan Secara Intensif b) Mengoperasikan Penggunaan Waktu Belajar
43
44
c) Mengoptimalkan Penggunaan Sarana yang ada d) Menciptakan Kebersihan, Keindahan, dan Layanan Lingkungan Sekolah e) Membentuk Insan yang Berakhlak Mulia dengan Mempererat IMAN dan TAQWA f) Meningkatkan Minat dan Bakat Baik secara Akademik Maupun Non Akademik g) Melaksanakan Pengembangan Sistem Penilaian h) Melaksanakan Pengembangan Kurikulum Nasional i) Melakukan Inovasi Dalam Pembelajaran j) Melaksanakan Pengembangan Keorganisasian Sekolah
B. Analisis Data 1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan Pada pertemuan ini yaitu peneliti mempersiapkan RPP, silabus, instrumen (pretest, posttest, dan jurnal siswa), penataan ruang kelas dan materi pembelajaran. Seluruh siswa memahami pengertian membaca kritis artikel dengan metode inquiry. b. Pelaksanaan Tindakan (acting) Kegiatan belajar mengajar diawali dengan guru membaca doa sebagai membuka pelajaran, mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kemudian guru mengisi daftar hadir siswa, dan memberikan pretest kepada siswa. Langkah awal sebelum masuk ke materi pelajaran guru, guru terlebih dahulu memberikan pertanyaan tentang materi artikel kepada siswa. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran untuk hari ini dan mengarahkan siswa untuk membuat kelompok. Pada materi pertemuan pertama, guru mengerahkan siswa untuk mengidentifikasi tentang media artikel. Sebelum menutup pembelajaran memberikan tugas sebagai bentuk proses untuk media fase belajar selama
45
mempelajari pemahaman membaca kritis melalui artikel agar mencapai KKM yaitu 70. Langkah kegiatan : 1. Tujuan pembelajaran a) Siswa mampu membaca dan membuat artikel yang dibuat berdasarkan karangan sendiri maupun melalui media cetak dengan memperhatikan ejaan, tanda baca, pilihan kata, struktur kalimat, dan kepaduan dalam membaca artikel. b) Siswa mampu memperoleh informasi dari bahan tertulis atau lisan (pengetahuan, gagasan, pendapat, permasalahan, pesan, ungkapan, peristiwa, dan sebagainya) dan memberikan tanggapan dalam berbagai bentuk. 2. Tujuan Pembelajaran Khusus a) Siswa dapat menyebutkan definisi membaca kritis dengan tepat. b) Siswa dapat melihat contoh bentuk artikel yang disediakan oleh guru. 3. Materi pelajaran a) Definisi Artikel Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan atau kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu (infomatif), mempengaruhi dan meyakinkan (persuasif argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif)” Artikel adalah karya tulis lengkap di majalah atau surat kabar. Artikel dalam surat kabar biasanya membahas suatu hal yang terperinci. Artikel adalah salah satu bentuk tulisan nonfiksi berisi fakta dan data yang disertai analisis dan opini penulisannya. Secara praktis, artikel dimaknai sebagai tulisan yang lengkap dan utuh di luar berita dalam media massa yang mungkin disumbangkan oleh penulis dari luar (bukan pekerja media tersebut). Ini mencakup buku, film, pertunjukan seni, dan sebagainya, tulisan ilmiah popular (iptek, analisis, how-to, dan sebagainya), dan profil (aneka bentuk biografi, kisah-kisah perjalanan, kajian-kajian organisasi, dan sebagainya).
46
b) Contoh Artikel Siswa SMA Langsung Ambil Peminatan JAKARTA, KOMPAS – Kementriaan Pendidikan dan Kebudayaan mulai mematangkan penerapan kurikulum baru salah satunya pembedaan kelas melalui jalur peminatan siswa SMA kelas satu. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) bidang pendidikan Musliar Kasim mengatakan, peminatan khusus akan dibantu guru Bimbingan Konseling (BK). “Guru BK akan menentukan siswa itu berpontemsi masuk di IPA, IPS, atau Bahasa,’ katanya seusai pelepasan mantan Dirjen Dikdasmen Suyanto di Jakarta kemarin. Lebih lanjut dia mengungkapkan, pada kurikulum baru ini siswa akan diwawancarai terlebih dahulu. Selanjutnya akan ada psikotes sederhana untuk melihat bakat terpendam dari mereka. Setelah itu akan dilihat penentu akhir peminatan siswa. Menurut dia, guru BK memiliki peranan penting untuk mengarahkan siswa dalam peminatan jurusan.Dengan begitu, tidak ada peminatan tertentu misalnya hanya peminatan IPA atau IPS, sementara peminatan bahasa kurang siswa. Kondisi itu yang nantinya juga ditentukan guru BK. Tapi saya yakin tidak akan ada kelas yang kosong karena siswa sekarang yang berhak memilihnya”, katanya. Mantan Rektor Universitas Andalas ini menambahkan, selain boleh memilih peminatan yang sesuai dengan kemampuan dirinya, siswa juga boleh memilih mata pelajaran lain diluar mata pelajaran wajib di kelasnya. Misalnya, kelas peminatan yang dipilih IPA, namun dia boleh memilih dua mata pelajaran lain yang disukai seperti Ekonomi dan Geografi. Menurut dia, siswa juga boleh menukar kelas minat yang dia masuki pada akhir satu semester atau dua minggu setelah masuk sekolah. Sementara itu, Direktur Pembinaan SMP Ditjen Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud Didik Suhardi menambahkan, pada dasarnya kelompok peminatan yang akan dilaksanakan pada jenjang SMA telah
47
diajarkan pada sekolah menengah pertama. “Kalau di SMP kan sudah ada IPA, IPS, atau Bahasa. Tapi kalau di SMA nanti akan lebih fokus. Saya rasa tidak aka nada masalah karena semua ilmu dasarnya sudah diajarkan di SMP,’ ungkap Didik. (Jakarta: Jumat, 05 April 2013). c)
Ciri-ciri artikel 1. Lugas dalam artian artikel itu berarti bersifat apa adanya; mengenai yang pokok yang penting dan perlu saja 2. Logis artinya masuk akal atau dapat diterima oleh akal. 3. Tuntas artinya selesai secara menyeluruh 4. Obyektif artinya keadaan yang sebenarnya tanpa disertai anggapan atau pandangan pribadi 5. Cermat artinya penuh perhatian dan penuh ketelitian.
d) Ketepatan penggunaan diksi, ejaan, dan tanda baca. e) Memahami kalimat dalam paragraf, menentukan kalimat utama dan penjelas, menentukan gagasan, menentukan tema, dan memahai isi artikel. f)
Siswa mengingat peristiwa yang pernah terdapat dalam artikel. Berdasarkan hasil dari membaca, siswa memilih salah satu bahan bacaan yang diperoleh untuk dijadikan tema dalam membuat artikel dan mencatat situasi atau tindakan dari peristiwa dengan cermat.
c. Pengamatan (observing) Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran diperoleh catatan sebagai berikut: 1) Pertemuan pertama pada siklus I, perhatian siswa pada awal menerima pembukaan materi dari guru masih kurang. 2) Ketika mengerjakan tugas kelompok, dan menjawab kuis dari guru siswa agak kesulitan karena kurang memiliki referensi. 3) Ketika dalam proses berdiskusi siswa lebih banyak bertanya pada guru dan dijawab oleh sebagian siswa lain. 4) Pada awal pembagian kelompok siswa masih terlihat kurang melakukan kerjasama yang baik antarteman.
48
5) Siswa belum dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru. 6) Pada awalnya siswa masih kurang memahami materi yang diberikan oleh guru, namun ketika guru memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai materi pelajaran siswa menjadi lebih paham. 7) Dalam mendengarkan diskusi siswa belum kondusif, dan masih ada beberapa siswa yang sibuk dengan tugasnya ketika diskusi berlangsung. Saat berlangsungnya diskusi siswa mencatat hasil diskusi, namun tidak semua anggota mencatat hasil diskusi. 8) Kemampuan siswa dalam membuat rangkuman pada awal latihan masih kurang. 9) Kemampuan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi sudah cukup baik, walaupun ada kelompok yang belum siap. Hasil belajar siswa dari pretest diperoleh nilai sebagai berikut :
Tabel (1) Hasil Pretest Membaca Kritis Melalui Artikel Nama Siswa
Nilai Nama Siswa Nilai
Nama Siswa
Nilai
Nama Siswa
Nilai
A. Sahruna
20
Juniarsih
30
Muh. Fajar S
30
Muh. Saepulloh
30
Valia Mardika
40
Robby
40
Dhonny Fikhri
50
Muh. Taufiq
50
M. Andika
50
Desi Putri
50
Muh.Reza. A
50
Ariska Septian
60
Nadya Amalia
60
Citra Novianti
60
Muh. Ramadhani
60
Muh. Taufiq
60
70
Aliyafie
70
Aninda Fitria
70
Elva Rosdiana
70
Debora Margaretha Aditya
70
Ega Reani
70
Fitriah Sriwijaya
70
Oktafiano
M. Alief Novreza
Hermawan
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai pretest terendah dan tertinggi yang diperoleh siswa. Nilai pretest terendah yang diperoleh siswa yaitu 20, sedangkan nilai pretest tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 70.
50
49
Tabel (2) Distribusi Frekuensi Data Tunggal Soal Pretest No
Interval Kelas
Frekuensi (f)
1
20
1
2
30
3
3
40
2
4
50
6
5
60
5
6
70
7
∑
24
Langkah – langkah Distribusi Data Tunggal 1. Menentukan a. Nilai Tertinggi = 70 b. Nilai Terendah = 20 c. R = dt – dr
= 70 – 20 = 50
2. Banyak Kelas K = 1 + 3,322 Log N K = 1 + 3,322 Log 24 K = 1 + 3,322 (1.38) K = 1 + 3.8 K = 4,8 ~ 5 3. Interval Kelas C=
C= C = 10
50
Tabel (3) Distribusi Frekuensi Data Kelompok Soal Pretest No
Interval kelas
Fi
Fr
Fk+
Fk-
1
20 – 29
1
3.3
24
1
2
30 – 39
3
10
23
4
3
40 – 49
2
7
20
6
4
50 – 59
6
19
18
12
5
60 – 69
5
16
12
17
6
70 – 79
7
23
7
24
∑
24
Berdasarkan data dari distribusi frekuensi data kelompok soal pretest dapat diketahui banyaknya kelas yaitu 5 dan interval kelas 10 dengan nilai tertinggi yaitu 70 dan nilai terendah yaitu 20. Tabel (4) Populasi dari Data Kelompok Fi Xi Xi2 FiXi
FiXi2
No
Interval kelas
1
20 – 29
1
24.5
600.25
24.5
600.25
2
30 – 39
3
34.5
1190.5
103.5
3571.5
3
40 – 49
2
44.5
1980.5
89
3961
4
50 – 59
6
54.5
2970.5
327
17823
5
60 – 69
5
64.5
4160.5
322.5
20802.5
6
70 – 79
7
74.5
5550.25
521.5
38851.75
∑
24
1388
85610
Langkah-langkah populasi dari data kelompok 1. Menentukan Mean Data Tunggal X1 =
= 24,5
2. Menentukan Mean Data Kelompok
51
Me =
=
= 57,83
3. Menentukan Median Median = BO + C.
- ∑fo f med
= 59,5 + 10.
= 59,5 + 10.
= 59.5 + 10 = 69.5
4. Menentukan Modus Modus = BO + C.
= 59,5 + 10. = 59.5 + 8 = 67.5 Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa modus dari distribusi data yaitu nilai yang paling sering terjadi atau nilai dengan frekuensi terbanyak 67.5 dan nilai tersebut di bawah nilai KKM yaitu 70. 5. Menentukan Simpangan S=
= =
√
√ √
52
√
= =√
= 14.9 Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa perolehan nilai pretest terendah adalah 20, sedangkan siswa yang memperoleh nilai pretest tertinggi adalah 70. Dengan mean 53.3 yang belum mencapai ketentuan nilai KKM, median 69.5 yang belum mencapai ketentuan nilai KKM dan modus 67.5 yang belum mencapai KKM. Jadi, nilai tersebut masih di bawah nilai KKM yang sudah ditetapkan yaitu 70. d. Reflecting Pada perencanaan ini guru dan siswa mengadakan refleksi selama proses pembelajaran yang berlangsung dengan memecahkan kesulitan siswa dalam memahami materi. Guru juga memberikan penguatan pada kelompok yang mendapat skor tinggi. Hasil posttest atau kemampuan siswa dalam pemahaman membaca kritis artikel sudah baik, sehingga skor yang di dapat mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa dari posttest diperoleh nilai sebagai berikut: Tabel (5) Hasil Posttest Membaca Kritis Melalui Artikel Nama Siswa
Nilai Nama Siswa Nilai
Nama Siswa
Nilai
55
Nadya Amalia
55
Muh. Fajar S
55
Aliyafie
60
Ariska Septian
60
Robby
65
Dhonny Fikhri
65
Muh.Reza. A
65
Desi Putri
65
Muh.Reza. A
65
M. Alief Novreza
70
Muh. Taufiq
70
Ariska Septian
70
70
Aninda Fitria
70
Muh. Saepulloh
70
Muh. Taufik
75
Debora Margaretha Nadya Amalia
75
Fitriah Sriwijaya
75
Citra Novianti
75
Elva Rosdiana
75
Aditya
75
Ega Reani
75
Muh.
Nama Siswa
Nilai
Ramadhani
Oktafiano
Hermawan
Valia Mardika
75
53
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai posttest terendah dan tertinggi yang diperoleh siswa. Nilai posttest terendah yang diperoleh siswa yaitu 55, sedangkan nilai pretest tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 80. Tabel (6) Distribusi Frekuensi Data Tunggal Soal Posttest No
Interval Kelas
Frekuensi (f)
1 2 3 4 5 6
55 60 65 70 75 80
3 2 5 7 4 3
∑
24
Langkah – langkah Distribusi Data Tunggal 1.
2.
Menentukan a. Nilai Tertinggi
= 80
b. Nilai Terendah
= 55
c. R = dt – dr
= 80 – 55 = 25
Banyak Kelas K = 1 + 3,322 Log N K = 1 + 3,322 Log 24 K = 1 + 3,322 (1.38) K = 1 + 3.8 K = 4,8 ~ 5
3.
Interval Kelas C=
C= C=5
54
Tabel (7) Distribusi Frekuensi Data Kelompok Soal Posttest No
Interval kelas
Fi
Fr
Fk+
Fk-
1
55 – 59
3
10
24
3
2
60 – 64
2
7
21
5
3
65 – 69
5
17
19
10
4
70 – 74
7
23
14
17
5
75 – 79
4
13
7
21
6
80 – 84
3
10
3
24
∑
24
Berdasarkan data dari distribusi frekuensi data kelompok soal posttest dapat diketahui banyaknya kelas yaitu 5 dan interval kelas 5 dengan nilai tertinggi yaitu 80 dan nilai terendah yaitu 55. Tabel (8) Populasi dari Data Kelompok NO
Interval Kelas
Fi
Xi
Xi2
Fixi
Fixi2
1
55 – 59
3
57
3249
171
9747
2
60 – 64
2
63
3969
126
7392
3
65 – 69
5
67
4489
335
22445
4
70 – 74
7
72
5184
504
36288
5
75 – 79
4
77
5929
308
23716
6
80 – 84
3
82
6724
246
20172
∑
24
1689
119760
1. Menentukan Mean Data Tunggal X1 =
= 54,5
2. Menentukan Mean Data Kelompok Me =
=
= 70.38
55
3. Menentukan Median
- ∑fo
Median : BO + C.
f med
69,5 + 5.
69,5 + 5.
69,5 + 1.42 = 70.92
4. Menentukan Modus Modus : BO + C.
69.5 + 5.
69,5 + 5.
= 69,5 + 2 = 71.5
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa modus dari distribusi data yaitu nilai yang paling sering terjadi atau nilai dengan frekuensi terbanyak 70,25 dan nilai tersebut sudah memenuhi nilai KKM yaitu 70. Namun, angka tersebut masih dirasa kurang memuaskan.
5.
Menentukan Simpangan S=
√
56
= =
√ √
=
√
=√ = 6.11 Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa perolehan nilai pretest terendah adalah 55, sedangkan siswa yang memperoleh nilai pretest tertinggi adalah 80. Dengan mean 70.38 yang belum mencapai ketentuan nilai KKM, median 70.92 yang belum mencapai ketentuan nilai KKM dan modus 71.07 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode inquiry cukup efektif pada materi membaca kritis artikel. 2. Siklus II a. Perencanaan Tindakan Pada pertemuan ini yaitu guru mengingatkan kembali mengenai materi membaca kritis artikel melalui metode inquiry. Siswa diberikan tugas sebagai pretest yang akan dijadikan tolok ukur selama pembelajaran membaca kriris artikel dengan dengan metode inquiry. b. Pelaksanaan Tindakan (acting) Kegiatan belajar mengajar diawali dengan guru membaca doa sebagai membuka pelajaran, mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kemudian guru mengisi daftar hadir siswa, dan memberikan pretest kepada siswa. Langkah awal sebelum masuk ke materi pelajaran guru, guru terlebih dahulu memberikan pertanyaan tentang materi artikel kepada siswa. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran untuk hari ini dan mengarahkan siswa untuk membuat kelompok.
57
Pada materi pertemuan pertama, guru mengerahkan siswa untuk mengidentifikasi tentang membaca kritis. Sebelum menutup pembelajaran memberikan tugas sebagai bentuk proses untuk media fase belajar selama mempelajari pemahaman membaca kritis melalui artikel. Langkah kegiatan : 1.Tujuan pembelajaran a) Siswa mampu membaca dan membuat artikel yang dibuat berdasarkan karangan sendiri maupun melalui media cetak dengan memperhatikan ejaan, tanda baca, pilihan kata, struktur kalimat, dan kepaduan dalam membaca artikel. b) Siswa mampu memperoleh informasi dari bahan tertulis atau lisan (pengetahuan, gagasan, pendapat, permasalahan, pesan, ungkapan, peristiwa, dan sebagainya) dan memberikan tanggapan dalam berbagai bentuk. 2. Tujuan pembelajaran khusus a) Siswa dapat menyebutkan definisi membaca kritis dengan tepat. b) Siswa dapat melihat contoh bentuk artikel yang disediakan oleh guru. c) Siswa dapat menyebutkan tiga ciri membaca kritis berdasarkan contoh membaca artikel. 3.Materi pelajaran a. Definisi Artikel Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan atau kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu (infomatif), mempengaruhi dan meyakinkan (persuasif argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif) Artikel adalah karya tulis lengkap di majalah atau surat kabar. Artikel dalam surat kabar biasanya membahas suatu hal yang terperinci. Artikel adalah salah satu bentuk tulisan nonfiksi berisi fakta dan data yang disertai analisis dan opini penulisannya. Secara praktis, artikel dimaknai sebagai tulisan yang lengkap dan utuh di luar berita dalam media massa yang mungkin disumbangkan oleh penulis dari
58
luar (bukan pekerja media tersebut). Ini mencakup buku, film, pertunjukan seni, dan sebagainya, tulisan ilmiah popular (iptek, analisis, how-to, dan sebagainya), dan profil (aneka bentuk biografi, kisah-kisah perjalanan, kajiankajian organisasi, dan sebagainya). b. Contoh Artikel Siswa SMA Langsung Ambil Peminatan JAKARTA, KOMPAS – Kementriaan Pendidikan dan Kebudayaan mulai mematangkan penerapan kurikulum baru salah satunya pembedaan kelas melalui jalur peminatan siswa SMA kelas satu. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) bidang pendidikan Musliar Kasim mengatakan, peminatan khusus akan dibantu guru Bimbingan Konseling (BK).“Guru BK akan menentukan siswa itu berpontemsi masuk di IPA, IPS, atau Bahasa,’ katanya seusai pelepasan mantan Dirjen Dikdasmen Suyanto di Jakarta kemarin. Lebih lanjut dia mengungkapkan, pada kurikulum baru ini siswa akan diwawancarai terlebih dahulu. Selanjutnya akan ada psikotes sederhana untuk melihat bakat terpendam dari mereka. Setelah itu akan dilihat penentu akhir peminatan siswa. Menurut dia, guru BK memiliki peranan penting untuk mengarahkan siswa dalam peminatan jurusan. Dengan begitu, tidak ada peminatan tertentu misalnya hanya peminatan IPA atau IPS, sementara peminatan bahasa kurang siswa. Kondisi itu yang nantinya juga ditentukan guru BK. Tapi saya yakin tidak akan ada kelas yang kosong karena siswa sekarang yang berhak memilihnya”, katanya. Mantan Rektor Universitas Andalas ini menambahkan, selain boleh memilih peminatan yang sesuai dengan kemampuan dirinya, siswa juga boleh memilih mata pelajaran lain diluar mata pelajaran wajib di kelasnya. Misalnya, kelas peminatan yang dipilih IPA, namun dia boleh memilih dua mata pelajaran lain yang disukai seperti Ekonomi dan Geografi. Menurut dia,
59
siswa juga boleh menukar kelas minat yang dia masuki pada akhir satu semester atau dua minggu setelah masuk sekolah. Sementara itu, Direktur Pembinaan SMP Ditjen Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud Didik Suhardi menambahkan, pada dasarnya kelompok peminatan yang akan dilaksanakan pada jenjang SMA telah diajarkan pada sekolah menengah pertama. “Kalau di SMP kan sudah ada IPA, IPS, atau Bahasa. Tapi kalau di SMA nanti akan lebih fokus. Saya rasa tidak aka nada masalah karena semua ilmu dasarnya sudah diajarkan di SMP,’ ungkap Didik. (Jakarta: Jumat, 05 April 2013) c. Ciri-ciri artikel 1) Lugas dalam artian artikel itu berarti bersifat apa adanya; mengenai yang pokok yang penting dan perlu saja 2) Logis artinya masuk akal atau dapat diterima oleh akal. 3) Tuntas artinya selesai secara menyeluruh 4) Obyektif artinya keadaan yang sebenarnya tanpa disertai anggapan atau pandangan pribadi 5) Cermat artinya penuh perhatian dan penuh ketelitian. d. Ketepatan penggunaan diksi, ejaan, dan tanda baca. e. Memahami kalimat dalam paragraf, menentukan kalimat utama dan penjelas, menentukan gagasan, menentukan tema, dan memahami isi artikel. f. Siswa mengingat peristiwa yang terdapat dalam artikel. Berdasarkan hasil dari membaca, siswa memilih salah satu bahan bacaan yang diperoleh untuk dijadikan tema dalam membuat artikel dan mencatat situasi atau tindakan dari peristiwa dengan cermat. c. Pengamatan (observing) Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran diperoleh catatan sebagai berikut : 1. Pertemuan pertama pada siklus I, perhatian siswa pada awal menerima pembukaan materi dari guru masih kurang, namun pada penyampaian
60
materi siklus II perhatian siswa sudah mulai meningkat, siswa memperhatikan dan menjalankan sesuai yang diperintahkan guru 2. Ketika dalam proses berdiskusi siswa lebih banyak bertanya pada guru dan dijawab oleh sebagian siswa lain. 3. Pada awal siklus I pembagian kelompok siswa masih terlihat kurang melakukan kerjasama yang baik antarteman dalam menjawab soal kelompok atau kuis. Namun ketika pada siklus II dalam menjawab latihan, dan siswa sudah bersosialisasi lebih baik sehingga dapat bekerjasama dengan baik dalam menjawab soal maupun kuis. 4. Siswa sudah dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru. 5. Pada siklus I dalam mendengarkan diskusi siswa sudah cukup kondusif, walaupun masih ada beberapa siswa yang sibuk dengan tugasnya ketika diskusi berlangsung. Saat berlangsungnya diskusi siswa mencatat hasil diskusi, namun tidak semua anggota mencatat hasil diskusi. Ketika pada siklus II pada latihan berikutnya, semua siswa mendengarkan secara seksama dan mencatat hasil diskusi. 6. Kemampuan siswa dalam membuat rangkuman pada awal latihan masih kurang. Pada siklus II semua siswa dalam kelompok membuat laporan 7. Kemampuan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi pada siklus I sudah cukup baik, walaupun ada kelompok yang belum siap. Ketika latihan pada siklus II kelompok kedua kemampuan siswa dalam mempersentasikan hasil diskusi lebih baik dan terjalin kerjasama yang baik antar kelompok. Hasil belajar siswa dari pretest diperoleh nilai sebagai berikut :
61
Tabel (9) Hasil Pretest Membaca Kritis Melalui Artikel Nama Siswa
Nilai
Nama Siswa
Nilai
Nama Siswa
Nilai
Nama Siswa
Nilai
Muh. Ramadhani
50
Muh. Fajar S
60
M. Andika
60
Muh. Saepulloh
60
A. Sahruna
60
Muh.Reza. A
70
Dhonny Fikhri
70
Juniarsih
70
Moh. TaufiK
70
M. Alief. N
70
Robby
80
Muh. Taufiq
80
Nadya Amalia
80
Aditya
80
Desi Putri
80
Muh. Fajar S
80
Oktafiano Ariska Septian
80
Aninda Fitria
80
Elva Rosdiana
90
Ega Reani.h
90
Citra Novianti
90
Aliyafie
90
Valia Mardika
90
Debora Margaretha
90
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai pretest terendah dan tertinggi yang diperoleh siswa. Nilai pretest terendah yang diperoleh siswa yaitu 50 sedangkan nilai pretest tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 90. Tabel (10) Distribusi Frekuensi Data Tunggal Soal Pretest No
Interval Kelas
Frekuensi (f)
1
50 – 56
1
2
57 – 63
4
3
64 – 70
5
4
71 – 77
0
5
78 – 84
8
6
85 – 91
6
∑
24
Langkah – langkah Distribusi Data Tunggal 1. Menentukan a. Nilai Tertinggi
= 90
b. Nilai Terendah
= 50
c. R = dt – dr
= 90 – 50 = 40
62
2. Banyak Kelas K = 1 + 3,322 Log N K = 1 + 3,322 Log 24 K = 1 + 3,322 (1.38) K = 1 + 3.8 K = 4,8 ~ 5 3. Interval Kelas C=
C= C=8 Tabel (11) Distribusi Frekuensi Data Kelompok Soal Pretest NO
Interval Kelas
Fi
Fr
Fk+
Fk-
1
50 – 57
1
3.3
24
1
2
58 – 65
4
13
23
5
3
66 – 73
5
17
19
10
4
74 – 81
0
0
14
10
5
82 – 89
8
25
14
18
6
90– 97
6
20
6
24
∑
24
Berdasarkan distribusi data kelompok soal pretest dapat dilihat banyaknya kelas yaitu 5 dan interval kelas 8 dengan nilai tertinggi yaitu 90 dan nilai terendah yaitu 50.
63
Tabel (12) Populasi dari Data Kelompok NO
Interval Kelas
Fi
Xi
Xi2
Fixi
Fixi2
1
55 – 60
1
53
2809
53
2809
2
61 – 65
4
60
3600
240
14400
3
67 – 70
5
67
4489
335
22445
4
71 – 77
0
74
5376
0
0
5
78 – 84
8
81
6561
648
52488
6
85 – 91
6
84
7056
504
41376
∑
24
1780
133528
Langkah-langkah Distribusi Data Tunggal 1. Menentukan Mean Data Tunggal X1 =
= 53
2. Menentukan Mean Data Kelompok Me =
= 74,16
=
3. Menentukan Median Median : BO + C.
-
∑fo f med
77.5 + 8.
77.5 + 8.
77.5 + 2 = 79.5
64
4. Menentukan Modus Modus : BO + C.
77.5 + 8.
77.5 + 8.
= 77.5 + 5.3 = 82.8 Berdasarkan data tersebut dapat diketahui modus dari distribusi data yaitu nilai yang paling sering terjadi atau nilai dengan frekuensi terbanyak yaitu 82.8 dan nilai tersebut sudah mencapai nilai KKM yaitu 70, dan dianggap memuaskan. 5. Menentukan Simpangan S=
√
= = =
√ √ √
=√ = 7,93 Berdasarkan data tersebut dapat diketahui perolehan nilai pretest terendah adalah 50, sedangkan siswa yang memperoleh nilai pretest tertinggi adalah 90. Dengan mean 74.16, median 79.5, dan modus 82.8. Maka, pada materi artikel selanjutnya akan menggunakan metode inquiry yang diharapkan dapat efektif pada materi membaca kritis artikel dengan metode inquiry.
65
d. Reflecting Pada perencanaan ini guru dan siswa mengadakan refleksi selama proses pembelajaran yang berlangsung dengan memecahkan kesulitan siswa dalam memahami materi. Guru juga memberikan penguatan pada kelompok yang mendapat nilai tertinggi. Hasil posttest atau kemampuan siswa dalam pemahaman membaca kritis artikel sudah baik, sehingga skor yang didapat mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa dari posttest diperoleh nilai sebagai berikut: Tabel (13) Hasil Posttest Membaca Kritis Melalui Artikel Nama Siswa
Nilai
Nama Siswa
Nilai
Nama Siswa
Nilai
Nama Siswa
Nilai
A. Sahruna
75
Juniarsih
75
Dhonny Fikhri
75
Muh.
75
Ramadhani Muh. Saepulloh
75
M. Alief. N
75
Muh. Fajar S
80
Robby
80
Aliyafie
80
Aditya Oktafiano
85
Muh.Reza.A
85
Muh. Taufiq
85
Nadya Amalia
85
Ega Reani.h
90
M.Andika
90
Citra Novianti
90
Ariska Septian
90
Moh. TaufiK
90
Aninda Fitria
90
Valia
90
Mardika Desi Putri
Fitriah Sriwijaya
90
95
Debora
95
Elva Rosdiana
Margaretha
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai pretest terendah dan tertinggi yang diperoleh siswa. Nilai pretest terendah yang diperoleh siswa yaitu 75, sedangkan nilai pretest tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 100.
100
66
Tabel (14) Distribusi Frekuensi Data Tunggal Soal Posttest No
Data
Frekuensi (f)
1
75 – 79
6
2
80 – 84
3
3
85 - 89
4
4
90 – 94
8
5
95 – 99
2
6
100 – 104
1
∑
24
Langkah – langkah Distribusi Data Tunggal 1. Menentukan a. Nilai Tertinggi = 100 b. Nilai Terendah = 75 c. R = dt – dr
= 100 – 75 = 25
2. Banyak Kelas K = 1 + 3,322 Log N K = 1 + 3,322 Log 24 K = 1 + 3,322 (1.38) K = 1 + 3.8 K = 4,8 ~ 5 3. Interval Kelas C=
C= C=5
67
Tabel (15) Distribusi Frekuensi Data Kelompok Soal Posttest NO
Interval Kelas
Fi
Fr
Fk+
Fk-
1
75 – 79
1
3.3
24
1
2
80 – 84
3
10
21
4
3
85 - 89
2
7
18
6
4
90 – 94
6
19
16
12
5
95 – 99
5
16
12
17
6
100 – 104
7
23
7
24
∑
24
Berdasarkan distribusi data kelompok soal posttest dapat dilihat banyaknya kelas yaitu 5 dan interval kelas 5 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah yaitu 75. Tabel (16) Populasi dari Data Kelompok No
Interval kelas
Fi
Xi
Xi2
Fixi
Fixi2
L1 a2
75 – 79
1
77
5929
231
17787
80 – 84
3
82
6724
164
13448
n3
85 - 89
2
87
7569
435
37845
g4
90 – 94
6
92
8464
552
50784
k5
95 – 99
5
97
9409
582
56454
a6
100 – 104
7
102
10404
102
10404
∑
24
2066
186722
L angkah-langkah Distribusi Data Tunggal 1. Menentukan Mean Data Tunggal X1 =
= 77
2. Menentukan Mean Data Kelompok
68
Me =
= 91.6
=
3. Menentukan Median
- ∑fo
Median = BO + C.
f med = 89.5 + 5.
= 89.5 + 5.
= 89.5 + 0 = 89.5 4. Menentukan Modus Modus = BO + C.
= 89.5 + 5.
= 89.5 + 5. = 89.5 + 1.6 = 91.1 Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa modus dari distribusi data yaitu nilai yang paling sering terjadi atau nilai dengan frekuensi terbanyak yaitu 91 dan nilai tersebut di atas nilai KKM yaitu 70, nilai tersebut sudah sangat memuaskan. 5. Menentukan Simpangan S=
√
69
= = =
√ √ √
=√ = 19
Berdasarkan data tersebut di atas, dapat diketahui perolehan nilai posttest terendah adalah 75, sedangkan siswa yang memperoleh nilai posttest tertinggi adalah 100. Dengan mean 86.09, median 89.5, dan modus 91.1. Maka penggunaan metode inquiry pada materi membaca kritis artikel sangat efektif. C. Pembahasan Aktivitas kegiatan belajar siswa pada pretest siklus 1 belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Pada siklus I pretest siswa masih banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal dan kegiatan pembelajaran di dalam kelas belum bisa dikatakan tenang untuk belajar. Pada pretest diperoleh rata-rata nilai siswa sebesar 52,5 dengan nilai terendah yaitu 20 dan nilai tertinggi yaitu 70. Sedangkan hasil posttest diperoleh nilai rata-rata sebesar 70,38 dengan nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 80. Pada siklus II ini dilakukan perbaikan, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik, dan sesuai dengan yang diinginkan. Seluruh siswa sudah bisa belajar dengan serius dan dalam keadaan tenang. Pada siklus II pretest siswa masih ada beberapa siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada pretest diperoleh rata-rata nilai siswa sebesar 74.16 dengan nilai terendah yaitu 50 dan nilai tertinggi yaitu 90. Sedangkan hasil posttest pada siklus II sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan diperoleh nilai ratarata sebesar 91,6 dengan nilai terendah 75 dan nilai tertinggi 100. Dengan demikian hasil belajar siswa sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
70
yang telah ditentukan yaitu 70 sebesar 100%. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari pretest dan posttest baik pada siklus I maupun siklus II. Penerapan metode inquiry mendapat respon positif kepada siswa, terlihat dari aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry dalam membaca kritis artikel dapat membantu meningkatkan kemampuan membaca pada siswa.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analitis data yang didapatkan di SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat peningkatan pembelajaran membaca kritis artikel melalui metode inquiry siswa kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Hal ini dapat dibuktikan pada analisis data menunjukkan bahwa nilai pretest yaitu rata-rata 52,5 atau sekitar 52,5%. Siklus I pada posttest yaitu dengan rata-rata 70,38 atau sekitar 70,38% dengan kategori cukup berhasil dan posttest pada pertemuan ke 2, yaitu dengan rata-rata 91,6 atau 91,6% dengan kategori sangat berhasil. Dengan demikian, berarti ada kenaikan dari posttest 1 ke posttest 2 yaitu 39,1% dan nilai tersebut memenuhi nilai standar KKM yang telah ditetapkan yaitu 70. 2. Penerapan metode inquiry sangat berperan penting dalam pembelajaran membaca, khususnya membaca kritis. Melalui membaca kritis ini siswa mampu menemukan ide baru, belajar menjadi seorang ilmuan. Tahap pertama, siswa diberikan sebuah artikel untuk menemukan berbagai informasi yang diperoleh dari hasil membacanya. Tahapan kedua, siswa kembali menuliskan hasil pengamatannya ke dalam bentuk tulisan. Tahapan ketiga, guru meminta salah satu sisws untuk mengkomunikasikan hasil temuannya kepada teman lain, sedangkan siswa lainnya memberi pendapat terhadap hasil temuan yang sudah disampaikan. 3. Dalam pendekatan metode inquiry siswa belajar dalam konteks menghubungan materi dengan kehidupan nyata, menuangkan ide kreatifnya dalam bentul tulisan, serta mampu memberikan pendapat apa yang mereka peroleh dari siswa lainnya.
71
72
B. Saran Berdasarkan hasil temuan peneliti selama di lapangan, peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu: 1. Guru mempersiapkan media yang mudah dipahami/digunakan agar terwujudnya hasil belajar yang maksimal. 2. Dalam proses pembelajaran, khususnya materi membaca kritis melalui artikel dengan metode inquiry terlebih dahulu guru menjelaskan keterkaitan antara materi dan metode yang digunakan saat proses pembelajaran di kelas. 3. Berikan penguatan dan motivasi kepada siswa agar gemar dalam membaca. Karena dengan adanya gemar membaca secara langsung akan membuat peserta didik mendapatkan pengetahuan lebih. Demikian kesimpulan dan saran yang dapat disampaikan, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya.
72
DAFTAR PUSTAKA
A Harras Kholid, Membaca I, Jakarta: Universitas Terbuka, 1999. Ahmad, Sujana Harya,S. Membaca. Jakarta: Karunia, 1988. Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012. Arifin, Zaenal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Rosda Karya, 2010. Downey. L. The Secondary Phase Of Education. Bostun. Ginn And Co.
1967
Hanafiah, Nanang. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama, 2010. Iskandarwasid, Dadang Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2008. Joyce. B. Model Of Teaching. Bostun. New York. San Fransisco. 2011 Kadir. Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Rosemata Sampurna, 2010. Kosasih, E dan Horniatri E. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Putra Setia, 2003. Kridalaksana, Harimurti, E. Kamus Lingustik. Jakarta: Gramedia, 1984. Kunandar. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembang Profesi Keguruan. Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Kundharu. Saddhono. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung: CV. Karya Putra Darwati, 2012. Kuntarto, Niknik M. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010. Kusuma, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. PT Indeks, 2012. Mahmud, H, MSI. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: CV PustakaSetia, 2011. Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif. Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2012. Mintowati. Membaca. Jakarta: Dit. PLP, 2012. Mulyasa, E. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Rahim, Farida. Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Sanjaya. Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Prenamedia Group. 2006. Subanandar, Sunarti. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia, 1998. Suhana, Cucu dan Hanafiah. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung. PT Refika Aditama. 2010. Sujarweni, Wiratna, V dan Endrayanto Poly. Statistika Untuk Pendidikan, Cetakan Pertama. Yogyakarta. GRAHA ILMU. 2012 Soedarsono. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT Gramedia, 1984. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011. Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA. CV Pustaka Setia, 2011. Sumandira. AS. Haris. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011. Tarigan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 2008. Tampubolon, DP. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa, 1986. Yusuf, Muri, A. Statistik Pendidikan. Padang. Angkasa Raya Padang 1987.
1
Lampiran 27 PROSES KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI KELAS
1
2
2
3
3
4
KEGIATAN SAAT MENGERJAKAN LATIHAN
4
5
5
6
PROSES KEGIATAN MENGAJAR
6
7
7
8
8
9
9
BIOGRAFI PENULIS Nama Lengkap Arini Rachmawati Azizah, biasa di panggil Arien. Ia lahir di Surabaya, 25 November 1989, 26 tahun lalu. Saat ini ia telah bekerja di salah satu Perusahaan ternama di Jakarta. Anak pertama dari 3 bersaudara, memiliki satu adik perempuan, bernama Maya Marcelina Azizah, dan adik laki-laki bernama M. Wildan Uwais AlQorni. Arien dibesarkan dari keluarga sederhana tetapi penuh dengan kehangatan dan kasih sayang. Ayahnya yang bernama M.Makinuddin MZ, bekerja sebagai karyawan swasta di salah satu Perusahaan Jasa ternama di Jakarta selama 23 tahun, sedangkan Ibunya bernama Lilik In Pujirahayu bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Mereka sekeluarga singgah dan mengadu nasib di Jakarta pada tahun 1995. Tidak segelintir orang mengatakan bahwa berlomba-lombah lah untuk tetap bertahan hidup di Jakarta, jika tak sanggup tinggal di Ibu Kota yang penuh dengan kekerasan hidup, silahkan kembali pada daerah asalmu lahir. Jenjang Pendidikan Arien berawal dari sekolah TK Dharma Bhakti di tahun 1995, lanjut kembali di SD Negeri 2 Depok di tahun 1996, lanjut lagi sekolah di SMP Negeri 1 Depok di tahun 2002, setelah itu lanjut ke MA. Al-Awwabin Depok tahun 2005, dan kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah di UIN Syarief Hidayatullah pada tahun 2008 kemudian memilih Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Satu prinsip yang masih jadi panutannya ialah “Setiap orang berhak meraih kesuksesan. Tapi jangan pernah menyerah ketika ujian kehidupan menerpamu, tetaplah tenang dan yakin kelak kamu akan menjadi orang besar”.