“ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING LOAN (NPL), INFLASI DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR), TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA)” (PADA BANK PERSERO PERIODE 2009 -2014)
Disusun oleh: Mukhammad Luthfi NIM 108081000003
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015M/1436H
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (Curriculum Vitae)
Data Pribadi Nama lengkap Panggilan Tempat&tanggal lahir Jenis Kelamin Agama Alamat
HP Status Email Pendidikan Formal 2008 – 2015 2005 – 2008 2002 – 2005 1996 – 2002 1995 – 1996
: Mukhammad Luthfi : Luthfi : Jakarta, 7 April 1990 : Laki-laki : Islam : Jl.Gudang air Gg.H Siin 2 Rt 006/002 No.33A Kel.Rambutan-Ciracas, Dki Jakarta Prov. Banten Kode Pos 13438 : 085695474085/081212754853 : Single :
[email protected] : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : SMA T Darul Amal Sukabumi : SMP T Darul Amal Sukabumi : SD Negeri 04 Kampung Rambutan : TK alkafi Jakarta Timur
Pendidikan Informal Seminar-seminar Language English Center (LEC) Sekolah Sepak Bola (SSB) Cirendeu
Pengalaman Organisasi 1. Koordinator Departemen Seni dan Budaya BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2010/2011. 2. Koordinator Ta’aruf Divisi Perlengkapan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2010/2011
v
Pengalaman Bekerja Magang sebagai SPB disebuah Perusahaan PT Djarum selama 3 Bulan (event Grand Opening) bertempat di Tangerang. Magang/KKN Sebagai Crew disebuah Perusahaan PT Kynia selama 1 Bulan bertempat di Bintaro jakarta Selatan.
Keahlian Komputer Olahraga
: Microsoft Office (Word, Excel, Power Point) : Sepak Bola, Futsal, Badminton, Renang
vi
ABSTRACT This research is performed on order to test the influence of the variable Third Party Funds (TPF), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL),Capital Adequacy Ratio (CAR), a n d Infalasi , toward Return On Asset (ROA). Methodology research as the sample used purposive sampling, The sample used in this study is the PT Bank PerseroTbk. from 2009 to 2014. Data analysis with multi liniear regression of ordinary least square and hypotheses test used t-statistic and F- statistic at level of significance 5%, a clasic assumption examination which consist of data normality test, multicolinearity test, heteroskedasticity test and autocorrelation test is also being done to test the hypotheses. During research period show as variabel and data research was normal distributed. Based on test, multicolinearity test, heterosskedasticity test and autocorrelation test classic assumption deviation has no founded, this indicate that the available data has fulfill the condition to use multi linear regression model. This result of research show that variable Inflation, did not influence ROA. Variable CAR and LDR positif influence toward ROA, Variable NPL negative influence toward ROA. Prediction capability from these four variable toward ROA is 75,% where the balance 25% is affected to other factor which was not to be entered to research model. Key Words : Return On Asset (ROA), Capital adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Inflasi dan Loan to Deposit Ratio (LDR)
vii
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh Capital Adequacy ratio (CAR) Loan to Deposit Ratio (LDR), NON Performing loan (NPL),Inflasi dan terhadap Return On Asset (ROA) Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Bank Persero Tbk. periode 20092015. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan persamaan kuadrat terkecil dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial serta F-statistik untuk menguji keberartian pengaruh secara bersama-sama dengan tingkat signifikansi 5%. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi tidak ditemukan variabel yang menyimpang dari asumsi klasik. Hal ini menunjukkan data yang tersedia telah memenuhi syarat menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Inflasi tidak menunjukkan pengaruh terhadap ROA. Variabel CAR, LDR, berpengaruh positif terhadap ROA, sedangkan variabel NPL berpengaruh negatif terhadap ROA. Kemampuan dari keempat variabel tersebut terhadap ROA dalam penelitian ini sebesar 75%, sedangkan sisanya 25% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian. Kata Kunci: Return On Asset (ROA), Capital Adequacy ratio, Non Performing Loan (NPL), Inflasi dan Loan Deposit Ratio (LDR).
viii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Inflasi tehadap Return On Asset (ROA) (PT. Bank Persero, Tbk 2009-2014). Adapun skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusun skripsi ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan kekurangan yang ditemui dalam skripsi ini. Penulis
juga
menyadari
bahwa
sejak
awal
penyusunan
hingga
terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril dan materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda tercinta Syaefuloh Nasir dan Ibunda tercinta Muhaimillah, yang senantiasa memberi banyak bantuan baik moril dan materil hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT
ix
memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada mereka dan semoga penulis dapat membahagiakan keduanya. Aamiin. 2.
Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku dosen pembimbing I dan Bapak Adhitya Ginanjar, SE., M.Si selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi.
3.
Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan FEB, Ibu Leis Suzanawaty, SE,M.Si selaku Wadek I FEB, Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku Wadek II FEB, dan Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Wadek III FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4.
Ibu Muniaty Aisyah, Dr., Ir., MM selaku Ketua Jurusan Manajemen, Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Manajemen dan Bapak.ali rahma,SE.,M.EC selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis, terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk berkarya.
5.
Segenap dosen pengajar yang telah mengajarkan ilmu, semoga amal baktinya dijadikan amalan sholeh. Aamiin.
6.
Staf tata usaha dan akademik FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Ibu Siska, Pak Ismet, Ibu Umi, Pak Alfred, Pak Sopyan, Pak Ali yang telah membantu penulis dalam mengurus kebutuhan administrasi dan lain-lain.
7.
Keluarga besar penulis yang senantiasa menanti kelulusan, terimakasih atas doa, semangat dan motivasi yang selalu diberikan. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
8.
Sahabat penulis yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis, serta selalu ada dalam keadaan susah dan senang. Semoga persahabatan kita
x
tidak akan pernah ada akhir. Aamiin. 9.
Kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, semoga mendapatkan sebaik-baiknya balasan dari Allah SWT.
Atas segala kontribusinya, penulis mendoakan semoga mendapat balasan dari Allah SWT dengan sebaik-baiknya balasan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari skripsi ini, akan tetapi semoga dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
Jakarta, 10 Mei 2015
Mukhammad Luthfi
xi
DAFTAR ISI COVER COVER DALAM LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..........................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .....................
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................
v
ABSTRACT ..................................................................................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ....................................................................................
ix
DAFTAR ISI................................................................................................... xii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang Penelitian ...........................................................
1
B. Perumusan Masalah ....................................................................
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 12 A. Landasan Teori ........................................................................... 12 1. Pengertian Bank ...................................................................... 12 2. Tugas dan Fungsi Bank ..........................................................
xii
3. Laporan Keuangan .................................................................. 13 4. Analisis Rasio Keuangan ........................................................ 16 5. Pengertian Profitabikitas Perbankan ....................................... 17 6. CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) ................................... 18 7. NON PERFORMING LOAN (NPL)………………………...
20
8. INFLASI . ............................................................................... 24 9. LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) ....................................... 36 B. Keterkaitan antara Variabel bebas dan Variabel Terikat............... 37 C. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 40 D. Kerangka Berpikir ......................................................................... 48 E. Hipotesis ........................................................................................ 50 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 52 A. Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 52 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 52 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 53 D. Metode Analisis Data .................................................................... 54 E. Operasional Variabel .................................................................... 65 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 69 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................. 69 1. Sejarah Perkembangan Perbankan di Indonesia ...................... 69 2. Bank Persero di Indonesia ......................................................... 70 B. Hasil Analisis dan Pembahasan .................................................... 78 1. Analisis Deskriptif .................................................................... 78 2. Pengujian Asumsi Klasik ..........................................................
xiii
8
a. Uji Normalitas……………….………………………… 80 b. Uji Multikolinieritas………………………..………….
83
c. Uji Heteroskedesitas……………………………..……. 84 d. Uji Autokolerasi……………………………………..… 87 3. Pengujian Hipotesis ................................................................... 91 a. Uji F……….………………………………………..…. 91 b. Uji t……….…………………………………………..
93
4. Koefisien Determinasi (R Square)…………………………..… 99 BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................ 102 A. Kesimpulan ................................................................................... 102 B. Implikasi ........................................................................................ 102 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 104 LAMPIRAN .................................................................................................... 107
xiv
DAFTAR TABEL
No 1.1 2.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13
Keterangan
Halaman
Rata-rata Nilai Variabel per tahun ..................................................... Hasil Penelitian Terdahulu .................................................................. Hasil Statistik Deskriptif ...................................................................... Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ........................................................... Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................... Hasil Uji Heterokedastisitas ................................................................. Hasil Uji Durbin Watson ...................................................................... Pengobatan Uji Durbin Watson .......................................................... Pengobatan Uji Durbin Watson .......................................................... Pengobatan Uji Durbin Watson .......................................................... Pengobatan Uji Durbin Watson .......................................................... Pengobatan Uji Durbin Watson .......................................................... Hasil Uji F .............................................................................................. Hasil Uji t ............................................................................................... Hasil Uji adjusted R square (R2adj) ......................................................
xv
4 43 78 83 84 86 87 88 89 90 90 91 92 93 100
DAFTAR GAMBAR
No 2.1 3.1 4.1 4.2 4.3
Keterangan
Halaman
Kerangka pemikiran ............................................................................. Posisi angka Durbin Watson ................................................................ Hasil uji normalitas dengan histogram ............................................... Hasil uji normalitas dengan grafik P-Plot .......................................... Hasil uji heteroskedastisitas dengan scatterplot .................................
xvi
49 60 81 82 85
DAFTAR LAMPIRAN
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Keterangan
Halaman
Data-data variabel penelitian dari tahun 2009-2014 ........................... 107 Deskriptif Statistik .................................................................................. 111 Model Regresi, Anova, dan Koefisien ................................................... 112 Hasil Uji Normalitas Data ...................................................................... 113 Hasil Uji Multikolinearitas dan Autokorelasi ...................................... 114 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 116
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian besar melibatkan jasa dari sektor perbankan. Hal tersebut dikarenakan sektor perbankan mengemban fungsi utama sebagai perantara keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan unit-unit ekonomi yang kekurangan dana. Melalui sebuah bank dapat dihimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan selanjutnya dari dana yang telah terhimpun tersebut, oleh bank disalurkan kembali dalam bentuk pemberian kredit kepada sektor bisnis atau pihak lain yang membutuhkan. Semakin berkembang kehidupan masyarakat dan transaksi-transaksi perekonomian suatu negara, maka akan membutuhkan pula peningkatan peran sektor perbankan melalui pengembangan produk-produk jasanya. (Hempel, 1994 dalam Bachruddin, 2006). Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
1
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bank adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, dan aktivitasnya pasti berhubungan dengan masalah keuangan. Krisis moneter yang berkepanjangan selama beberapa tahun ini telah berubah menjadi krisis ekonomi, yakni terpuruknya kegiatan ekonomi karena semakin banyaknya perusahaan yang tutup, perbankan yang dilikuidasi dan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang menganggur, mengingatkan bahwa betapa besar dampak ekonomi yang akan ditimbulkan apabila terjadi kegagalan usaha perbankan. Untuk itu perlu dilakukan serangkaian analisis yang sedemikian rupa sehingga kemungkinan kesulitan keuangan dan bahkan kegagalan usaha perbankan dapat dideteksi sedini mungkin. Rendahnya kualitas perbankan antara lain tercermin dari lemahnya kondisi internal sektor perbankan, lemahnya manajemen bank, moral Sumber Daya Manusia (SDM), serta belum efektifnya pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Kuantitas bank yang banyak menciptakan persaingan yang semakin ketat dan kinerja bank yang menjadi rendah karena ketidakmampuan bersaing di pasar, sehingga banyak bank yang sebenarnya kurang sehat atau bahkan tidak sehat secara financial. Secara sederhana dapat
2
dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsifungsinya dengan baik. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.Sehat tidaknya suatu perusahaan atau perbankan, dapat dilihat dari kinerja keuangan terutama kinerja profitabilitasnya dalam suatu perusahaan perbankan tersebut.Tingkat kinerja keuangan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu sumber utama indikatornya adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Laporan keuangan yang dihasilkan bank diharapkan dapat memberikan informasi tentang kinerja keuangan dan pertanggungjawaban manajemen bank kepada seluruh stakeholder bank (Achmad dan Kusuno, 2003). Penilaian terhadap kinerja suatu bank pada dasarnya dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan bank yang bersangkutan. Dari laporan keuangan tersebut dapat diperoleh adanya suatu informasi tentang posisi keuangan, aliran kas, dan informasi lain yang berkaitan dengan kinerja bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan sebagai dasar penilaian tingkat kinerja bank. Informasi mengenai kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak yang terkait, baik dari pihak bank sendiri, pihak luar bank (seperti kreditur, investor, dan nasabah), dan Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank.
3
Salah ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui Return On Asset (ROA). Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total aset (total aktiva). Semakin besar ROA akan menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Jika pihak bank dapat menjaga kinerjanya dengan baik, terutama tingkat profitabilitas yang tinggi serta dapat memenuhi ketentuan prudentialbanking dengan baik, maka kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder Jika pihak bank dapat menjaga kinerjanya dengan baik, terutama tingkat profitabilitas yang tinggi serta dapat memenuhi ketentuan prudentialbanking dengan baik, maka kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder. Berikut ini adalah rata-rata nilai perbandingan variabel penelitian per tahun yang mencakup ROA, CAR, NPL,INFLASI dan LDR periode 2009-2014 yang diambil dari data publikasi Bank Indonesia.
Variabel ROA CAR NPL INFLASI LDR
2009 2,72 13,81 3,46 -0,33 62,15
Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Variabel per tahun (%) 2010 2011 2012 2013 3,08 3,6 3,8 3,87 15,36 15,03 14,57 15,97 2,8 2,55 2,21 3,844 0,92 0,57 0,54 0,6983 71,88 74,16 75,57 79,87
4
2014 3,69 17,44 4,79 0,53 87,78
Tabel 1.1 diatas menujukan bahwa ROA pada tahun 2009-2010 mengalami peningkatan sebesar 0,36% dari 2,72% menjadi 3,08%. Sedangkan, pada tahun 2010-2011 ROA mengalami peningkatan sebesar 0,52% dari 3,08% menjadi 3,6%. Kemudian pada tahun 2011-2012 ROA kembali mengalami peningkatan sebesar 0,2% dari 3,6% menjadi 3,8% dan pada tahun 2012-2013 ROA juga mengalami peningkatan sebesar 0,07% dari 3,8% menjadi 3,87%.sedangkan ROA pada tahun 2013-2014 mengalami peningkatan sebesar 0,07% dari 3,87% menjadi 3,69% Hal ini menunjukan bahwa tingkat profitabilitas yang diperoleh Bank Persero cenderung meningkat dari tahun ke tahun hanya di tahun 2009-2014 ROA mengalami peningkatan. Tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa CAR pada tahun 2009-2010terjadi penurunan sebesar 1,55% dari 13,81% menjadi 15,36%. Kemudian pada tahun 2010-2011 CAR juga kembali mengalami penurunan namun tidak sebesar tahun sebelumnya yakni sebesar 0,33% dari 15,36% menjadi 15,03%. Tetapi pada tahun 2011-2012 CAR mengalami peningkatan sebesar 0,46% dari 15,03% menjadi 14,57%. Kemudian pada tahun 2012-2013 CAR kembali mengalami peningkatan sebesar 1,4% dari 14,57% menjadi 15,97% tetapi pada tahun 2013-2014 CAR mengalami peningkatan sebesar 1,47 dari 15,97 menjadi 17,44 Hal ini menunjukan bahwa variabel CAR mengalami perubahan secara fluktuatif setiap tahunnya. Namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA karena ROA Bank Persero cenderung naik setiap tahunnya.
5
Pada tabel 1.1 di atasNPL pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan sebesar 0,66% dari 3,46% menjadi 2,8%. NPL pada tahun 2010-2011 mengalami peningkatan sebesar 0,25% dari 2,8% menjadi 2,55%. Pada tahun 2011-2012 NPL kembali meningkat sebesar 0,34% dari 2,55% menjadi 2,21%. pada tahun 20122013 sebesar 1,634 dari 2,21% menjadi 3,844.pada tahun 2013-2014 sebesar 0,946% dari 3,844 menjadi 4,79 Dari data di atas dapat dilihat perubahan nilai NPL yang cenderung meningkat setiap tahunnya, hanya pada tahun 2010-2011 saja NPL mengalami penurunan. Namun ROA mengalami peningkatan dari tahun 2009-2013. Selain dari pengaruh rasio-rasio dalam bank itu sendiri, ada kemungkinan profitabilitas perbankan dapat dipengaruhi oleh kondisi dari luar rasio keuangan bank itu sendiri seperti Inflasi. Pada tabel 1.1 di atas inflasi pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan sebesar 0,59% dari 0,33% menjadi 0,92%. inflasi pada tahun 2010-2011 mengalami peningkatan sebesar 0,35% dari 0,92% menjadi 0,57%. Pada tahun 2011-2012 inflasi kembali meningkat sebesar 0,03% dari 0,57% menjadi 0,54%. Dari data di atas dapat dilihat perubahan nilai inflasi yang cenderung meningkat setiap tahunnya, hanya pada tahun 2012-2013 saja inflasi mengalami penurunan sebesar 0,3383% dari 0,54% menjadi 0,6983%.pada tahun 2013-2014 sebesar 0,1783 dari o,6983 menjadi 0,52.
6
Setelah itu hal salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang dijumpai di hampir suatu negara di dunia adalah inflasi. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. (Boediono:2001:161). Jika laju inflasitinggi tidak terkendali maka dapat mengganggu upaya perbankan dalam pengerahan dana masyarakat, karena tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan tingkat suku bunga riil menjadi menurun. Fakta demikian akan mengurangi hasrat masyarakat untuk menabung sehingga pertumbuhan dana perbankan yang bersumber dari masyarakat akan menurun. Begitu juga dengan penyaluran dana dapat menurun sehinnga mengurangi pendapatan perbankan yang berdamapak pada profitabilitas bank itu sendiri. Dapat ditambahkan, laju inflasi yang sangat tinggi (hyperinflation) akan menimbulkan ketidakpastian dalam berusaha sehingga akan menggangu kegiatan operasional perbankan seperti pembuatan anggaran belanja dan perencanaan kredit yang akan mempengaruhi keadaan keuangan bank-bank(Aulia Pohan, 2008:54). Pada tabel 1.1 di atas LDR pada tahun 2009-2010 mengalami peningkatan sebesar 9,38% dari 62,15% menjadi 71,88%. LDR pada tahun 2010-2011 jugamengalami peningkatan sebesar 2,28% dari 71,88% menjadi 74,16%. Pada tahun 2011-2012 LDR masih mengalami peningkatan sebesar 1,41% dari 74,16% menjadi 75,57%.Pada tahun 2012-2013 LDR kembali meningkat sebesar 4,3% dari 75,57% menjadi 79,87%.pada tahun 2013-2014 sebesar 7,91% dari 79,87% menjadi 87,78% Dilihat dari rasio LDR yang terus meningkat dari tahun ke tahun
7
namun masih berkisar pada angka 62,15%- 79,87% pada periode tahun 20092014. Data di atas menggambarkan bahwa LDR bank persero masih dibawah harapan Bank Indonesia, dimana seharusnya angka loan to deposit ratio (LDR) berada di sekitar 85%-110%. Disamping itu, Penelitian ini juga memberikan manfaat yang paling dominan terhadap Bank Persero, diharapkan dengan hasil yang didapat dari penenelitian ini manajemen Bank Persero mampu menjalankan fungsinya sebagai intermediasi dan mampu mengevaluasi hasil operasi perusahaan dalam mengambil keputusan sehubungan dengan intermediasi bank. Berdasarkan fenomena yang terjadi maka Penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh CapitalAdequacyRatio (CAR), NonPerformingLoan (NPL), Inflasi, Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA) Bank Persero Periode 2009 – 2014. B. Perumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
diatas
menengenai
pengaruh
CapitalAdequacyRatio (CAR), NonPerformingLoan (NPL), Inflasi, Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA) padaBank Persero maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. a. Apakah terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial terhadap Return On Assets (ROA) pada Bank Persero?
8
b. Apakah terdapat pengaruh Non Performing Loan (NPL) secara parsial terhadap Return On Assets (ROA) pada Bank Persero? c. Apakah terdapat pengaruh Inflasi secara parsial terhadap Return On Assets (ROA) pada Bank Persero? d. Apakah tedapat pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA) pada Bank Persero? 2. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), NonPerformingLoan (NPL), Inflasi, Loan to Deposit Ratio (LDR) secara simultan terhadap Return On Assets (ROA) pada Bank Persero? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.Tujuan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk Menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Inflasi dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA) Bank Persero. b. Untuk Menganalisis variabel Independent Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Inflasi dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA) yang paling dominan mempengaruhi Return On Assets (ROA) pada Bank Persero.
9
2.Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Penulis Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis tentang bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Inflasi dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA) pada Bank Persero. b. Bagi Akademisi Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi bagi peneliti sendiri maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang pengaruh CapitalA dequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Inflasi dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA). c. Bagi Perbankan Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi manajemen perbankan sebagai bahan acuan dalam menjalankan fungsinya sebagai intermediasi operasi
perusahaan
dan
membantu
mengevaluasi
hasil
dalam mengambil keputusan sehubungan dengan
intermediasi bank.
10
d. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan dasar ataupun acuan penelitian sejenis yang diharapkan dapat berguna bagi pengembangan penelitian selanjutnya dalam bidang perbankan dimasa yang akan datang.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Bank Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.(Kasmir, 2003:11). Dari pengertian diatas, dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara mengenai bank tidak lepas dari masalah keuangan. Bank adalah lembaga keuangan yang menerima dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit. (Frederic S. Mishkin, 2008:9). Pengertian menurut UU. 7 Tahun 1992, tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU NO. 10 Tahun 1998 adalah: a.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
12
b.
Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7/1992 tentang Perbankan).
c.
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan hal itu (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7/1992 tentang Perbankan).
2. Tugas dan Fungsi Bank Pada dasarnya tugas pokok bank menurut UU No.19 tahun 1998 adalah membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan memelihara stabilitas nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan fungsi bank pada umumnya (Siamat, 2005:276) : a.
Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi.
b.
Menciptakan uang.
c.
Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat.
d.
Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.
3. Laporan keuangan Laporan Keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang
13
merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan, berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001, bank wajib menyusun danmenyajikan laporan keuangan dalam bentuk dan cakupan yang tediri dari (Siamat, 2005) : a.
Laporan Tahunan dan Laporan keuangan Tahunan Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu bank dalam kurun waktu satu tahun. Laporan Keuangan Tahunan adalah Laporan keuangan akhir tahun bank yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan wajib diaudit oleh Akuntan public. Laporan Keuangan Tahunan adalah: 1) Neraca, menggambarkan posisi keuangan dari sati kesatuan usaha yang merupakan keseimbangan antara aktiva, utang, dan modal pada suatu tanggal tertentu. 2) Laporan laba rugi merupakan ikhtisar dari seluruh pendapatan dan beban dari satu kesatuan usaha untuk satu periode tertentu. 3) Laporan perubahan equitas adalah laporan perubahan modal dari satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu yang meliputi laba komprehensif, investasi dan distribusi dari dan kepada pemilik.
14
4) laporan arus kas berisi rincian seluruh penerimaan dan pengeluaran kas baik yang berasal dari aktivitas operasional, investasi, dan pendanaan dari satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu. b.
Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan dipublikasikan setiaptriwulan.
c.
Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan laporan bulanan bank umum yang disampaikan kepada Bank Indonesia dan dipublikasikan setiap bulan.
d.
Laporan Keuangan Konsolidasi Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau memiliki anak perusahan, wajib menyusun laporan keuangan konsolodasi berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan yang berlaku serta menyampaikan laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia. Tujuan laporan keuangan, menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan” (IAI,2002), adalah sebagai berikut: 1) Laporan keuangan menyajikan informasi tentang posisi keuangan (aktiva, utang, dan modal pemilik) pada suatu saat tertentu. 2) Laporan keuangan menyajikan informasi kinerja (prestasi) perusahaan.
15
3) Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan posisi keuangan perusahaan. 4) Laporan keuangan mengungkapkan informasi keuangan yang penting dan relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan. 4. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan adalah metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu ataupun secara kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir, 2002:64). Rasio keuangan menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dalam laporan keuangan, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan
angka
rasio
pembanding
yang
digunakan
sebagai
standar
(Munawir,1990:64). Dengan
menggunakan
analisa
rasio
dimungkinkan
untuk
dapat
menentukan tingkat kinerja suatu bank dan kesehatannya dengan menggunakan perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas suatu bank. Perhitungan rasio untuk menilai posisi kinerja suatu bank, akan memberikan gambaran yang jelas tentang baik dan buruknya operasional suatu bank, yang dilihat dari posisi keuangannya dalam neraca dan laba rugi.
16
5. Pengertian Profitabilitas Perbankan Menurut Slamet Riyadi (2006:32), Profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal (Modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total assets yang dimiliki bank pada periode tertentu. Agar perhitungan rasio mendekati pada kondisi yang sebenarnya (real), maka posisi modal atau assets dihitung secara rata-rata selama periode tersebut. Profitabilitas adalah ukuran spesifik dari performance sebuah bank, dimana ia merupakan tujuan dari manajemen perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang saham, optimalisasi dari berbagai tingkat return, dan meminimalisir risiko yang ada (Hasan, 2003:16). Tujuan analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan (Kuncoro, 2002:36). Kinerja keuangan perusahaan dari sisi manajemen, mengharapkan laba bersih sebelum pajak (earning before tax) yang tinggi karena semakin tinggi laba perusahaan semakin flexible perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan, sehingga EBT perusahaan akan meningkat bila kinerja keuangan perusahaan meningkat. Analisis rasio profitabilitas ini menggunakan ROA. Return on Asset merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset.Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja keuangan yangsemakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila Return on Asset meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat,sehingga dampak akhirnya
17
adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998). Perhitungan ROA terdiri dari : a.
Menghitung Earning Before Tax (EBT) laba perusahaan (bank) sebelum dikurangi pajak.
b.
Menghitung keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh bank yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:
6. Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (Menurut ketentuan Bank Indonesia, Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai nilai minimal sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003).
18
Modal bank terdiri dari dua komponen yaitu modal inti dan modal pelengkap.Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba ditahan. Sedangkan modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva produktif, modal pinjaman, dan pinjaman subordinasi. Kebutuhan modal minimum bank dihitung berdasarkan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) yang merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca dan ATMR aktiva administratif. ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko masing-masing aktiva. ATMR aktiva administratif diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan risiko. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kondisi sebuah bank (Tarmidzi Achmad, 2003). Jika nilai CAR tinggi berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono , 2002).Besarnya nilai CAR suatu bank dapat dihitung dengan rumus :
19
7. Non Performing Loan (NPL) Kredit macet merupakan bagian dari pengelolaan kredit bank, karena kredit bermasalah itu sendiri merupakan risiko yang dihadapi bisnis perbankan. Menurut Mudrajat Kuncoro (2002:462) “Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet adalah suatu keadaan dimana nasabah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang diperjanjikannya”. Sedangkan menurut Dendawijaya (2005) “kredit macet yaitu pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang diperjanjikannya”. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kredit macet adalah kredit yang sejak jatuh tempo tidak dapat dilunasi oleh debitur sebagaimana mestinya sesuai dengan perjanjian. Pengertian jatuh tempo tersebut sesuai dengan tingkat kolektibitas bank yang bersangkutan. Peningkatan Non Performing Loan (NPL) yang terjadi berpengaruh terhadap menurunnya likuiditas bagi sektor perbankan, karena tidak ada dana yang masuk baik berupa pembayaran pokok maupun bunga pinjaman dari kredit-kredit yang macet, sehingga bila hal ini dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap hilangnya pendapatan dari sektor kredit dan bank kehilangan kepercayaan dari masyarakat masyarakat karena tidak mampu mengelola dana nasabah dengan aman. Bank Indonesia menetapkan kriteria rasio NPL gross kurang dari 5%. Rasio
20
NPL sesuai dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dapat dihitung dengan rumus :
Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dengan demikian dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh bank. Tingkat kesehatan bank merupakan hal terpenting yang harus diusahakan oleh manjemen bank. Pengelola bank diharuskan memantau keadaan kualitas aktiva produktif yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatannya. Penilaian
terhadap
kualitas
aktiva
produktif
didasarkan
pada
tingkat kolektibilitas kreditnya. Maksud dari kolektabilitas kredit yaitu gambaran dari keadaan pembayaran utang pokok serta angsuran dan bunga pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat berharga atau penanaman lainnya. Penggolongan kolektibilitas aktiva produktif sampai sejauh ini hanya terbatas pada kredit yang diberikan. Ukuran utamanya
21
adalah ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan debitur baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan kredit yang bersangkutan (Syahyunan, 2002). Berdasarkan surat keputusan direksi bank Indonesia No. 30/267/KEP/DIR, Tanggal 27 Februari 1998 tentang kualitas produktif dan pembentukan cadangan, ditetapkan 5 Golongan kolektibilitas kredit
yaitu : Lancar, Dalam Perhatian
khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet dengan kriteria sebagai berikut : 1) Lancar (Pass) a. Kredit dengan angsuran pokok, dimana tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bunga atau cerukan karana penarikan kredit. b. Kredit dengan angsuran untuk KPR 1. Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok 2. Terdapat tunggakan angsuran pokok tetapi melampaui satu bulan c. Kredit tanpa angsuran atau kredit rekening koran, dimana kredit belum jatuh tempo, dan tidak terdapat tunggakan bunga. 2) Dalam perhatian khusus (Special Mention) a.
Terdapat tunggakan angsuran pokok, dan belum melampaui 3 bulan, baik kredit yang ditetapkan masa angsurannya bulanan.
22
b. Terdapat tunggakan bunga belum melampaui 3 bulan, bagi kredit yang masa angsurannya bulanan. c. Terdapat cerukan karena penarikan, tetapi jangka waktunya belum melampaui 15 hari kerja. d. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur . e. Dokumen pinjaman lemah. 3) Kurang lancar (Sub standar) a. Kredit dengan angsuran di luar KPR, terdapat tunggakan pokok yang : 1. Melampaui 1 bulan dan belum melampaui 2 bulan bagi kredit masa angsurannya kurang 1 bulan. 2. Melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi kredit yang masa angsurannya ditetapkan bulanan, dua bulanan, dan tiga bulanan. 3. Terdapat cerukan akibat penarikan yang jangka waktunya telah melampaui 15 hari kerja tetapi belum melampaui 30 hari kerja. b. Kredit dengan angsuran untuk KPR terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui 4 bulan tetapi belum melampaui 6 bulan. c. Kredit tanpa angsuran, terdapat tunggakan bunga yang melampaui 4 bulan belum melampaui 6 bulan.
23
4) Diragukan (Doubt Ful) 5) Macet (Loss) 8. Inflasi a. Pengertian inflasi Menurut Case and Fair(2007:63) inflasi adalah peningkatan tingkat harga secara keseluruhan. Terjadi ketika banyak harga meningkat secara serentak. Inflasi diukur dengan menghitung peningkatan harga rata-rata sejumlah besar barang selama beberapa periode waktu. Sedangkan menurut Nopirin (2000:174) Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu dengan persentase yang sama. kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi. Menurut Nopirin (2000:174) Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunkan utntuk mengukur inflasi antara lain: 1.) Indeks biaya hidup (consumer price index) Indeks biaya hidup mengukur biaya/pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup.an keseluruhan. Besarnya persentasse ini dapat berubah dari tahun ketahun.oleh
24
Angka penimbang biasaanya didasarkan atas besarnya persentase pengeluaran untuk barang tertentu terhadap pengeluaran keseluruuhan. Besarnya persentasse ini dapat berubah dari tahun ketahun. Oleh karena itu perlu direvisi apabila ternyata terdapat perubahan. Laju inflasi dapat dihitung dengan cara menghitung persentase kenaikan/penurunan indeks harga ini tahun ketahun (atau dari bulan kebulan). 2.) Indeks harga perdagangan besar ( wholesale price index) Inedeks perdagangan besar menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi massuk dalam perhitungan indeks harga. Biasanya perubahan indeks harga dan sejalan/searah dengan indeks biaya hidup 3.) GNP deflator GNP deflator adalah sejenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua indeks diatas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam perhitungan GNP, jai lebih banyak jumlahnya bila dibandingkan dengan dua indeks diatas. GNP deflator diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan GNP riil (atas dasar harga konstan).
25
b. Jenis inflasi Menurut Nopirin (2000:176) jenis inflasi dapat dibedakan berdasarkan : 1. Inflasi menurut sifatnya Menurut sifatnya inflasi dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu: a. Inflasi merayap (creeping inflation) Biasanya creeping inflationditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10%. Kenaikan harga berjalan secra lambat, dengan persentse yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama. b. Inflasi menengah (galloping inflation) Galloping inflationditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan kdangkala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai siat akselerasi. Artinya, harga-harga minggu/bulan ini lebih inggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap perekonomian lebih besar dari pada inflasi yang merayap (galloping inflation) c. Inflasi tinggi (hyper inflation) Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secra akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerntah mengalami
26
defisit anggaran belanja (misalkan ditimbulkan karenaa adanya perang) yang dibelanjai/ditutup dengan mencetak uang. 2. Inflasi menurut sebabnya Sebelum kebijaksanaan untuk mengatasi inflasi diambil, perlu telebih dahulu diketahui faktro-faktor yang menyebabkan inflasi. Menurut teori kuantitas sebab utama timbulnya inflasi adalah kelebihan permintaan yang disebabkan karena penambahan jumlah uang beredar. a. Demand-pull inflation Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keaadaan hampir mendekati kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping menaikan harga dapat juga menaikan hasil produksi
(output).
Apabila
kesempatan
kerja
penuh
(full-
employment)telah tercapai; penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan menaikan harga saja (sering disebut dengan inflasi murni). Apabila kenaikan permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada di atas/melebihi GNP pada kesemptan kerja penuh maka akan terdapat aanya „inflationary gap”. Infltionary gap inilah yang dapat menimbulkan inflasi.
27
b. Cost-push Inflation Berbeda
dengan
demand
full
inflation,
Cost-push
Inflationbiasanya ditanai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan alam penawaaran total (agregate supply)sebab akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produkdapat timbul karena beberapa faktor diantarnya : a) Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menunut kenaikan upah. b) Suatu
industri
yang
sifatnya
monopolistis,
manajer
dapat
menggunakan kekuasaanya di pasar untuk menentukan harga (yang lebih tinggi). c) Kenaikan harga bahan baku industri. Salah satu contoh yang tak asing lagi adalah krisis minyak yang terjadi pada tahun 1972-1973 yang mengakibatkan terjadinya kenaikan harga minak. Biaya produksi naik, akibatnya timbul stagflasi, akni inflasi yang disertai dengan stagnasi. c. Faktor-faktor penyebab inflasi Masalah kenaikan harga-harga yang berlaku di berbagai negara diakibatkan oleh bnyak faktor. Dinegara-negar inustri pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalh berikut : ( Sadono Sukirno, 2011:14)
28
a. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaanperusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa. Keiningan untuk mendapatkan barang yan mereka butuhkan akan mendorong para konsumen meminta barang barang itu pada harga yang lebih tinggi. Sebaliknya, para pengusaaha akan mencoba menahan barangnya dan hanya menjual kepada pembeli-pembeli yang bersedia membayar paa harga yang lebih tinggi, kedua-dua kecenrungan ini akan meyebabkan kenaikan harga-harga. b. Pekerja-pekerja diberbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah. Apabila para pengusaaha mulai menghadapi kesukaran dalam mencari tambahan pekerja untuk menambah produksinya, pekerja-pekerja yang ada akan terdorong untuk menuntut kenaikan upah. Apabila tuntutan kenaikan upah berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan biaya produksi dari berbagi barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Kenaikan biayan produksi tersbut akan mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan harga-harga barang mereka. Disamping itu inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari kenaikan harga-harga barang yang diimpor, penambahan penawaaan uang yang berlebihan tanpa iikuti oleh pertambahan produksi dan penawaran barang, dan kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggung jawab.
29
d. Efek inflasi Menurut Nopirin (2000:181-183) Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapaan, alokasi faktor produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan: equity effect, sedangkan efek terhadap alokasi faktor produksi, dan produk nasional masing-masing disebut dengan efficiency dan output effects. 1. Efek tehadap pendapatan (equity effect) Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan ada pula yang diuntungkandengan adanya inflasi. Seorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp500.000,00 pertahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp50.000,00. Demikian juga orang yang menumpuk kekayaan dalam bentuk uang kas akan menderita kerugian adanya inflasi. Contoh lain, yang dirugikan karena adanya inflasi adalah barang/pihak yang memberikan pinjaman uang dengan bunga lebih rendah dari laju inflassi. Misalnya, dia memberi pinjaman Rp10.000,00 dengan bunga pertahun. Apabila laju inflasi sebesar 15% per tahun, maka sebenarnya nilai riil pinjamannya akan menjai lebih
30
rendah. Dengan demikain inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat. 2. Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect) Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahn ini dapat terjai melalui berbagai macam barang yang kemudain dapat mendorong terjainya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Deengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan mengubah pada alokasi faktor produksi yang sudah ada.ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien. 3. Efek terhadap Output (Output Effects) Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya alam keadaan inflassi biasaanya kenaikan haga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tingggi (hyper inflation)dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output.dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya
31
produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung anatara inflassi dengan output. Inflassi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output. e. Indikator Inflasi Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004:164) ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui inflasi selama satu periode tertentu yaitu: a. Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menunjukan tingkat harga barang dan jasa harus dibeli konsumen dalam suatu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung hargaharga barang dan jasautama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot (weighted)berdasarkan tingkat keutamaanya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling besar. Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan memperhitungkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, perhitungan IHK dilakukan dengan melihat perkembangan regional, yaitu dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama ibukota propinsi di Indonesia.
32
Inflasi =
x 100%
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index) Jika inflasi melihat dari sisi konsumen, maka Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen (producer price index). IHPB menunjukan tingkat harga yang diterima produsen berbagai tingkat produksi. Prinsip menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan IHK
Inflasi =
x 100%
c. Indeks Harga Implisist (GDP Deflator) Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju inflasi yang terbatas. Sebab jika dilihat dari metode perhitungannya, kedua indikator tersebut hanya melengkapi beberapa puluh kota saja. Sama halnya dengan dua indikator sebelumnya, perhitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung perubahan angka indeks. Inflasi =
x 100%
f. Cara mengatasi inflasi Ada beberapa cara untuk mengatasi inflasi yaitu : Nopirin (2000:184) 1) Kebijaksnaaan moneter
33
Sasaran kebijaksnaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M). salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposit). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, pertama apabila seseorang memasukan uang kas ke bank dalam bentuk giro. Kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Deposito yang timbul dengan cara kedua sifatnya lebih inflatordaripada cara pertama. Sebab cara pertama hanyalah pengalihan bentuk saja dari uang kas ke uang giral. Bank sentral dapat mengatur uang giral ini melalui penetapan cadangan minimu. Untuk menkan laju inflassi cadangan minimum ini dinaikan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil. Disamping cara ini, bank sentral dapat menggunakan apa yang disebut denga tingkat diskonto (discount rate). discount rate adalah tingkat diskonto untuk pinjaman yang diberikan oleh bank sentral pada bank umum. Pinjaman ini biasanya berujud tambahnya cadangan bank umum yang ada pada bank central. discount rateini bagi bank umum merupakan biaya untuk pinjaman yang diberikan oleh bank sentral. Apabila tingkat diskonto dinaikan oleh bank sentral maka gairah bank umum untuk meminjam makin kecil sehingga caangan yang ada pada bank sentral juga mengecil. Akibatnya, kemampuan bank umum memberikan pinjaman pada masyarkat makin kecil sehingga jumlah uang berdar turun dan inflasi dapat dicegah.
34
Instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasar terbuka (jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembnagn jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih mudah. 2) Kebijaksanaan fiskal Kebijakan fiskal ,enyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerinah serta perpajakan yang secra langsung dapat mempengaruhi harga. Inflasi dapat icegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan. 3) Kebijaksanaan yang berkaitan dengan output Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah outputini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuksehinnga impor barang cenerung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga. 4) Kebijaksnaan Penentuan Harga dan Indexing Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan paa indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/upah juga dinaikan
35
9. Loan to Deposit Ratio ( LDR ) LDR adalah rasio antar seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi (Kasmir, 2004).Dendawijaya(2003) dalam bukunya Manajemen Perbankan mendefinisikan Loan to DepositRatio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bankdengan dana yang diterima oleh bank. Likuiditas bagi suatu bank berarti bahwa bank tersebut memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajibannya (Siamat, 2005). Loan
to
Deposit
Ratio
(LDR)
dijadikan
variabel
independen
yangmempengaruhi ROA didasarkan didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio LDR digunakan untukmengukur kemampuan bank tersebut apakah mampu membayar hutanghutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan. Menurut peraturan Bank Indonesia, besarnya LDR adalah 110%. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Kasmir, 2004) :
36
B. Keterkaitan antar Variabel Bebasdengan Variabel Terikat 1. Pengaruh CAR Terhadap ROA Modal Bank harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian sebagai akibat pergerakan aktiva bank sebagai financial intermediary, sedangkan pergerakan pasiva ke arah aktiva akan menimbulkan berbagai resiko, dan peningkatan peranan aktiva bank sebagai penghasil keuntungan harus dijaga. Besarnya modal suatu bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank (Sinungan, 2000). CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko dengan kecukupan modal yang dimilikinya (Dendawijaya, 2003). Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Atau dengan kata lain, maka semakin tinggi kecukupan modalnya untuk menanggung risiko kredit macetnya, sehingga kinerja bank semakin baik, dan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan yang berujung pada meningkatnya laba (ROA). Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Restiyana (2010) dan Diana Puspitasari (2009) yang menyatakan bahwa rasio CAR memilikipengaruh positifdansignifikan terhadap ROA.
37
2. Pengaruh NPL Terhadap ROA Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Darmawan, 2004). NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank (Ali,2004). Akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit (Sentausa, 2009). 3. Pengaruh Inflasi Terhadap ROA Jika laju inflasi tinggi tidak terkendali maka dapat mengganggu upaya perbankan dalam pengerahan dana masyarakat, karena tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan tingkat suku bunga riil menjadi menurun. Dapat ditambahkan, laju inflasi yang sangat tinggi (hyperinflation)
akan menimbulkan ketidakpastian
dalam berusaha sehingga akan menggangu kegiatan operasional perbankan seperti pembuatan anggaran belanja dan perencanaan kredit yang akan mempengaruhi keadaan keuangan bank-bank (Aulia Pohan, 2008:54).
38
4. Pengaruh LDR Terhadap ROA LDR merupakan ukuran likuiditas yang mengukur besarnya dana yang ditempatkan dalam bentuk kredit yang berasal dari dana yang dikumpulkan oleh bank (terutama masyarakat). Apabila hasil pengukuran jauh berada diatas target dan limitnya, berarti tidak tertutup kemungkinan bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya akan menimbulkan tekanan pada pendapatan bank (Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Semakin tinggi rasio LDR, memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Dengan adanya likuiditas yang rendah, maka akan menghasilkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar (Ahmad Faisol, 2007). Hal ini sesuai dengan penelitian Restiyana (2010) dan Diana Puspitasari (2009) bahwa LDR memiliki pengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas.
39
C. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian terdahulu yang relevan dan menjadi landasan dalam penelitian ini antara lain: Budi Ponco (2008) Melakukan penelitian dengan judul Analisis CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR terhadap ROA periode 2004 – 2007 . Variabel yang digunakan adalah CAR, NPL, BOPO, NIM, LDR, dan ROA. Dalam penelitiannya tersebut variabel CAR, NIM, dan LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikanterhadap ROA. NPL memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Variabel BOPO mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan. Neni Supriyanti melakukan penelitian dengan judul Analisis pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap Kinerja Keuangan PT. Bank Mandiri Tbk berdasarkan Rasio Keuangan (periode 2003-2007). Variabel yang digunakan adalah inflasi, sukubunga BI, ROA, ROE dan NIM. Dalam penelitiannya tersebut variabel inflasi dan suku bunga BI memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Nesrine Ayadi and Younes Boujelbene (2012) melakukan penelitian dengan judul The Determinants of the Profitability ofthe Tunisian Deposit Banks (study kasus pada : twelve commercial banks in Tunisia period 1995 to 2005). Variabel yang digunakan adalah LOAN, LIQ, EQAS, SIZE, CONC, ASSGDP, MACPASS, MACGDP, GDPGGR, Inflasi dan ROA. Dalam penelitian tersebut variabel EQAS, SIZE dan MACGDP memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan ASSGDP dan MACPASS memiliki pengaruh negative dan signifikan
40
terhadap ROA. Kemudian BLOAN dan CONC memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA.Sedangkan GDPGGR dan Inflasi memiliki pengaruh negative dan tidak sinifikan terhadap ROA. Restiyana melakukan penelitian dengan judul Analisis pengaruh CAR, NPL, BOPO, LDR dan NIM terhadap Profitabilitas Perbankan (study kasus pada : Bank Umum di Indonesia periode 2006-2010). Variabel yang digunakan adalah CAR, NPL, BOPO, LDR, NIM dan ROA. Dalam penelitian tersebut varibel CAR, LDR dan NIM memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan variabel NPL dan BOPO memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Diana Puspitasari (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR dan Suku Bunga SBI terhadap ROA (studi kasus pada : Bank Devisa periode 2003-2007). Variabel yang digunakan adalah CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, Suku Bunga SBI dan ROA. Dalam penelitian tersebut variabel PDN memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Sedangkan Suku Bunga SBI tidak menunjukkan pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA. Variabel CAR, NIM, dan LDR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, sedangkan variabel NPL dan BOPO berpengaruh negative dan signifkan terhadap ROA. Maharani Ika Lestari (2007) melakukan penelitian dengan judul Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (studi kasus pada : Bank Devisa dan Bank Non Devisa periode 2002-2006). Variabel yang digunakan adalah inflasi, nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap US Dollar, suku bunga SBI, ROA, ROE dan LDR. Dalam penelitian tersebut variabel inflasi, nilai tukar (kurs)
41
Rupiah terhadap US Dollar dan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap rasio ROA,ROE dan LDR.
42
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu N
Data dan Penulis
NO 1.
Model
Judul
Kesimpulan Variabel
Analisis
Adiyah Randy
Pengaruh CAR,
Capital
Regresi
Bahwah Variabel CAR dan
(2014)
NPL, LDR, NIM
Aduquancy
Linear
LDR berpengaruh positif
dan BOPO
Ratio
Berganda
tetapi tidak signifikan
terhadap
(CAR)
terhadap ROA serta
profitabilitas
(X1), Non
variabel NPL memiliki
perbankan (studi
Performing
pengaruh negatif tidak
kasus pada bank
Loan (NPL)
signifikan terhadap
umum yang
(X2), Loan
ROA,sementara variabel
listed di bursa
to Deposit
BOPO berpengaruh negatif
efek Indonesia
Ratio
dan signifikan terhadap
tahun 2014)
(LDR)
ROA dan NIM memiliki
(X3), Net
pengaruh positif dan
Interest
signifikan terhadap ROA
Margin
.Kemampuan prediksi dari
(NIM) (X4),
kelima variabel independen
dan BOPO
terhadap ROA.
(X5)
43
tehadap Return on Asset (ROA) (Y1) 2.
Nasrine Ayadi
The
BLOAN
variabel EQAS, SIZE dan
and Younes
Determinants of
(X1), LIQ
MACGDP memiliki
Boujelbene
the Profitability
(X2), EQAS
pengaruh positif dan
(2012)
of the Tunisian
(X3), SIZE
signifikan terhadap ROA.
Deposit Banks
(X4),
Sedangkan ASSGDP dan
CONC
MACPASS memiliki
(X5),
pengaruh negative dan
ASSGDP
signifikan terhadap ROA.
(X6),
Kemudian BLOAN dan
MACPASS
CONC memiliki pengaruh
(X7),
positif dan tidak signifikan
MACGDP
terhadap ROA. Sedangkan
(X8),
GDPGGR dan Inflasi
GDPGGR
memiliki pengaruh negative
(X9), Inflasi
dan tidak sinifikan terhadap
(X10) dan
ROA.
ROA (Y).
44
3.
4.
Restiyana
Analisis
CAR (X1),
Regresi
varibel CAR, LDR dan NIM
(2011)
pengaruh CAR,
NPL (X2),
Linear
memiliki pengaruh positif
NPL, BOPO,
BOPO
Berganda
dan signifikan terhadap
LDR dan NIM
(X3), LDR
ROA. Sedangkan variabel
terhadap
(X4), NIM
NPL dan BOPO memiliki
Profitabilitas
(X5) dan
pengaruh negative dan
Perbankan
ROA (Y).
signifikan terhadap ROA.
Diana
Analisis
CAR (X1),
Ordinary
variabel PDN memiliki
Puspitasari
pengaruh CAR,
NPL (X2),
Least
pengaruh negative dan tidak
(2009)
NPL, PDN,
PDN (X3),
Square
signifikan terhadap ROA.
NIM, BOPO,
NIM (X4) ,
Sedangkan Suku Bunga SBI
LDR dan Suku
BOPO
tidak menunjukkan
Bunga SBI
(X5), LDR
pengaruh positif dan tidak
terhadap ROA
(X6), Suku
signifikan terhadap ROA.
Bunga SBI
Variabel CAR, NIM, dan
(X7) dan
LDR memiliki pengaruh
ROA (Y).
positif dan signifikan terhadap ROA, sedangkan variabel NPL dan BOPO berpengaruh negative dan
45
signifkan terhadap ROA.
5.
Budi Ponco
Analisis CAR,
CAR (X1),
Regresi
variabel CAR, NIM, dan
(2008)
NPL, BOPO,
NPL (X2),
Linear
LDR memiliki pengaruh
NIM, dan LDR
BOPO(X3),
Berganda
yang positif dan signifikan
terhadap ROA
NIM (X4),
terhadap ROA. NPL
LDR (X5),
memiliki pengaruh yang
danROA(Y)
negatif dan tidak signifikan
.
terhadap ROA. Variabel BOPO mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan.
6.
Neni
Analisis
Inflasi (X1),
Regresi
variabel inflasi dan suku
Supriyanti
pengaruh Inflasi
suku bunga
Linear
bunga BI memiliki
(2008)
dan Suku Bunga
BI(X2),
Berganda
pengaruh negatif dan tidak
BI terhadap
ROA(Y1),
Kinerja
ROE(Y2)
Keuangan PT.
dan
Bank Mandiri
NIM(Y3).
46
signifikan terhadap ROA.
Tbk berdasarkan Rasio Keuangan
7.
Maharani Ika
Kinerja Bank
Inflasi
Uji Beda
variabel inflasi, nilai tukar
Lestari (2007)
Devisa dan Bank
(X1), nilai
Dua Rata-
(kurs) Rupiah terhadap US
Non Devisa dan
tukar (kurs)
rata
Dollar dan suku bunga SBI
Faktor-faktor
Rupiah
yang
terhadap US
Mempengaruhin
Dollar (X2),
ya
suku bunga SBI (X3), ROA(Y1), ROE(Y2) dan LDR(Y3)
Sumber: Berbagai penelitian terdahulu
47
danRegresi tidak berpengaruh signifikan Linear Berganda.
terhadap rasio ROA,ROE dan LDR
D. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan keduanya (Abdul Hamid, 2010:15). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
48
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Bank Indonesia Laporan Keuangan Publikasi Bank PERSERO
Independen :
Dependen : Y : ROA
X1 : CAR X2 : NPL X3 : LDR X4 : Inflasi
Uji Regresi Berganda
Uji Asumsi Klasik: a. b. c. d.
Normalitas Multikolinearitas Heteroskedastisitas Autokorelasi
e. Autok orelasi 1. Uji Hipotesis: a. Uji F b. Uji t
2. Adjusted R Square (R2adj)
Kesimpulan dan Impliksasi
49
E. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dapat dibedakan dalam hipotesis deskriptif, hipotesisargumentatif, hipotesis kerja, dan hipotesis statistik atau hipotesis nol. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis statistik atau hipotesis nol yang bertujuan untuk memeriksa ketidakbenaran sebuah dalil atau teori yang selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah (Abdul Hamid, 2010:16). Adapun alasan dalam menggunakan hipotesis ini karena penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan alat-alat statistik, karakteristik ini sama dengan yang dimiliki hipotesis statistik yang juga menggunakan alat-alat analisis dalam membuktikan dugaan objek-objek yang diteliti. Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis di bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya, adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Ha1 : Terdapat pengaruh antara capital adequacy ratio (CAR) secara
parsial
terhadap return on asset (ROA). Ha2 : Terdapat pengaruh antara non performing loan (NPL) secara parsial terhadap return on asset (ROA). Ha3 :Terdapat pengaruh antara inflasi secara parsial terhadap return on asset (ROA).
50
Ha4 :Terdapat pengaruh antara loan to deposit ratio (LDR) secara parsial terhadap return on asset (ROA). 2.Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Inflasi, Loan to Deposit Ratio (LDR) secara simultan berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA).
51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terfokus pada capital adequacy ratio (CAR), non performing loan (NPL), inflasi dan loan to deposite ratio(LDR), terhadap return on assets (ROA) dan terdaftar di Bank Indonesia (BI). Periode yang diteliti dari tahun 2009 sampai tahun 2014. Data yang diambil merupakan data bulanan. Sedangkan jenis data yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series). B. Metode Penentuan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:115). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:116). Sedangkan Objek dalam penelitian ini adalah Bank Umum Milik Pemerintah atau Bank Persero. Adapun teknik atau metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel berdasarkan kemudahan (Convenience Sampling). Convenience Sampling berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif (Abdul Hamid,
52
2010:18).Metode ini dipilih karena peneliti mengambil data yang mudah dan cepat didapat yaitu publikasi Bank Indonesia dalam website-nya. C. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk data yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah Oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi (Muhamad, 2008:102). Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time series) dengan skala bulanan (monthly) yang diambil dari rasio keuangan bank persero yang terdiri dari rasio ROA, CAR,dan LDR pada website www.bi.go.id. Disamping itu diperoleh data bulanan historis Inflasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada website www.bps.co.id. dengan rentang waktu Januari 2009 sampai Desember 2014. 2. Studi kepustakaan (Library Research) Untuk dapat memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan, maka penulis melakukan studi kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan jurnal, buku, artikel, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
53
3. Pengamatan Langsung (Field Research) Pengumpulan data dan keterangan seperti laporan keuangan dan data lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Diperoleh dari Bank Indonesia. Pencarian data dilakukan dengan membuka website resmi Bank Indonesia www.bi.go.id yang mempublikasikan laporan keuangan dan penelitian pendukung yang diperlukan untuk penelitian ini, serta website resmi Badan Pusat Statistik (BPS) www.bps.co.id. D. Metode Analisis Data Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh antara capital adequacy ratio (CAR), non performing loan (NPL), inflasi dan loan to deposite ratio (LDR), terhadap return on assets (ROA). Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer (software) SPSS versi 19.0 dan Microsoft Excel 2010. Berikut adalah metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini: 1. Statistik Deskriptif Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian dimaksudkan untuk memberikan
penjelasan
yang
memudahkan
peneliti
dalam
menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data serta penyajiannya yang biasanya disajikan dalam bentuk tabulasi baik secara grafik dan atau numerik. Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data
54
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan minimum (Ghozali, 2011:19). 2. Pengujian Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan dasar dari teknis analisis regresi. Dalam penggunaan regresi linear rentan dengan beberapa permasalahan yang sering timbul, sehingga akan menyebabkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan menjadi kurang akurat. Oleh karena itu dilakukan pengujian sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normal. Menurut Singgih (2012:230), tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, error yang dihasilkan mempunyai distribusi normal atau tidak. Maksud data distribusi normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah (Singgih, 2012:233): a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model tidak memenuhi asumsi normalitas.
55
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah sebagai berikut: 1) Histogram Jika histogram standardized regression residual membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal. 2) Normal Probability Plot (Normal P-P Plot) Menurut Ghazali (2005:161), metode yang lebih handal adalah dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. 3) Metode Kolmogorov-Smirnov Uji normalitas menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan fungsi distribusi kumulatif.Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika K hitung < K tabel atau nilai Sig. > alpha (Suliyanto, 2011:75).
56
b. Multikolinearitas Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinieritas tidak dapat dihindari. Menurut Santoso (2012:234), tujuan uji multikolinearitas adalah menguji apakah pada sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinearitas (Multiko). Imam Ghozali (2011) mengukur multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).Tolerance mengukur variabilitas variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance< 0.10 atau sama dengan VIF > 10. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian multikolinieritas adalah: a) H0: VIF > 10, terdapat multikolinieritas b) Ha: VIF < 10, tidak terdapat multikolinieritas c. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah menurut Nachrowi dan Usman (2006:109). Untuk mengetahui apakah suatu data bersifat heteroskedastisitas atau tidak, maka perlu pengujian.Dalam
57
penelitian ini, peneliti menggunakan uji heteroskedastisitas dengan analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah sebagai berikut: 1) Metode Grafik dengan Scatterplot Pengujian heteroskedastisitas untuk penelitian ini menggunakan grafik
scatterplot.
Dasar
pengambilan
keputusan
dalam
uji
heteroskedastisitas (Singgih, 2012:240): a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas. b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. Salah satu kelemahan pengujian secara grafis adalah tidak jarang kita ragu terhadap pola yang ditunjukkan grafik.Oleh karena itu, untuk memperkuat penulis melakukan pengujian heteroskedastisitas dengan metode metodeGlejser untuk mendukung bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. 2) Metode Glejser Uji heteroskedastisitas dengan metode Glejser dilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya.Jika tedilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai
58
mutlak residualnya.Jika terdapat pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap nilai mutlak residualnya maka dalam model terdapat masalah heteroskedastisitas. Gejala heteroskedastisitas ditujukan oleh koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolute residualnya.Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (Sig. > α), maka dapat disimpulkan model tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas apabila t hitung < t tabel. ( Suliyanto, 2011:102) d.Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section). Salah satu penyebab munculnya masalah autokorelasi adalah adanya kelembaman (inertia) artinya kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan (interdependence) pada data observasi periode sebelumnya dan periode sekarang (Suliyanto, 2011:125).
59
Untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan uji statistik Durbin– Watson (DW test) (Ghozali,2005:95). DurbinWatson test dilakukan dengan membuat hipotesis: Ho: tidak ada autokorelasi (r =0) Ha: ada auto korelasi (r≠0) Untuk
mengambil
keputusan
ada
tidaknya
otokorelasi,
ada
pertimbangan yang harus dipatuhi, antara lain: a. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi. b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah (dl) maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif. c. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisisen autokorelasi < 0, berarti terjadia utokorelasi negatif. d. Bila nilai DW terletak antara (du) dan (dl) atau DW terletak antara (4du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Posisiangka Durbin-Watson dapat diperjelas pada gambar 3.1 Positive autocorelation 0 dl
No
No-auto
Decision du
corelation 4-du
60
Nodecision
Negative Autocorrelation
2
4-dl
4
3. Pengujian Hipotesis Dari perhitungan dengan SPSS 19 akan diperoleh keterangan atau hasil mengenai Uji F, koefisien determinan (R2) dan Uji T untuk menjawab perumusan masalah penelitian. Berikut ini keterangan yang berkenaan dengan hal tersebut yaitu sebagai berikut : 1) Uji F (Uji Simultan) Uji-F Menurut Nachrowi & Hardius (2006:17) Uji-F digunakan untuk menguji koefisien bersama-sama, sehingga nilai dari koefisien regresi tersebut dapat diketahui secara bersama. Menurut Suliyanto (2011:55), Uji F hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji ketepatan model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori tidak cocok atau not fit. Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig< 0,05 atau 5 %). Jika nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi < 0.05 maka H1 diterima.
61
Selain itu, dapat juga dilihat dari nilai F hitung dan F tabel. Jika Fhitung> Ftabel maka variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikatnya di mana Ftabel dengan derajat bebas, df: α, (K-1), (n-K). n = jumlah pengamatan, k = jumlah variabel (Suliyanto, 2011:62). 2) Uji t Menurut Nachrowi & Hardius (2006 : 18) setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu, dengan menggunakan suatu uji yang dikenal dengan sebutan Uji-t. Menurut Santoso (2012:225) Uji t digunakan untuk menguji signifikasi konstanta dan setiap variabel independen. Menurut Suliyanto (2011:55), nilai t hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial (per variabel) terhadap terikatnya. Apakah variabel tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel terikatnya atau tidak. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0.05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011).
62
4. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai R square berada diantara 0 – 1, semakin dekat nilai R square dengan 1 maka garis regresi yang digambarkan menjelaskan 100% variasi dalam Y. Sebaliknya, jika nilai R square sama dengan 0 atau mendekatinya maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y. Menurut Suliyanto (2011:55), koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya. Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan(R2adj) berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi
63
yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model. 5. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel dependen dengan variabel independen. Tujuan regresi berganda adalah memprediksi besar variabel tergantung (dependent variable) menggunakan data dari dua atau lebih variabel bebas (independent variable) yang sudah diketahui besarnya. Bila hanya ada satu variabel dependen dan satu independen, disebut analisis regresi sederhana. Sedangkan apabila terdapat beberapa variabel independen, analisisnya disebut dengan analisis regresi berganda (Winarno, 2009:41). Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda karena menggunakan empat variabel bebas yaitu capital adequacy ratio (CAR), non performing loan (NPL), inflasi dan loan to deposite ratio(LDR)serta satu variabel terikat yaitu return on assets(ROA). maka persamaan regresinya adalah sebagai berikut: YReturn On assets= β0 + β1CARt + β2NPLt + β₃Inflasit +β₄LDR t + e Keterangan: Y
= Return On Assets
β0
= Intercept
β1NPLt
= Tingkat Capital Adequacy Ratio
64
β2CARt
= Tingkat Non Performing Loan
β3ROAt
= Tingkat Inflasi
β₄SBIt
= Tingkat Loan to Deposite Ratio
e
= Tingkat kesalahan atau gangguan
E. Operasional Variabel Penelitian Operasional variabel merupakan definisi dari serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan (Abdul Hamid, 2010:20). Pengertian operasional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati (di observasi) dari definisi operasional tersebut dapat ditentukan alat pengambilan data yang cocok dipergunakan. Definisi dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Dependen (Variabel Terikat) Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah : Return On Asset (Y) Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA) yang merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja keuangan yangsemakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila Return on Asset meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat,sehingga
65
dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998). Data diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) pada laporan kegiatan kinerja Bank Persero periode januari 2009 sampai desember 2014 yang dipublikasi oleh Bank Indonesia. Data dalam bentuk satuan persen (%). 2. Variabel Independen (Variabel Bebas) Variabel independen adalah variabel yang secara bebas berpengaruh terhadap variabel dependen, dalam penelitian ini variabel independen terdiri dari 4 variabel yaitu: 1) Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan variabel bebas pertama (X1) dalam penelitian ini. CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (Menurut ketentuan Bank Indonesia, Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai nilai minimal sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003). Data diperoleh dari Statistik
66
Perbankan Indonesia (SPI) pada laporan kegiatan kinerja Bank Persero periode januari 2009 sampai desember 2014 yang dipublikasi oleh Bank Indonesia. Data dalam bentuk satuan persen (%). 2) Non Performing loan (NPL) Non Performing Loan (NPL) merupakan variabel bebas kedua (X2) rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengcover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Darmawan, 2004). NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank (Ali, 2004). Akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis.Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit.Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit (Sentausa, 2009). 3)
Inflasi Inflasi merupakan variabel bebas ketiga (X3) dalam penelitian ini. Menurut Case and Fair (2007:63) inflasi adalah peningkatan tingkat harga secara keseluruhan. Terjadi ketika banyak harga meningkat secara serentak.Inflasi diukur dengan menghitung peningkatan harga rata-rata sejumlah besar barang selama beberapa periode waktu. Data yag diperoleh dari Badan Pusat Statitik (BPS), periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2014 berupa persentase (%).
67
4) Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan variabel bebas keempat (X4) dalam penelitian ini dimana LDR adalah rasio antar seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi (Kasmir, 2004). Menurut peraturan Bank Indonesia, besarnya LDR adalah antara 85% - 110%. Data diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) pada laporan kegiatan kinerja Bank Persero periode januari 2009 sampai desember 2014 yang dipublikasi oleh Bank Indonesia. Data dalam bentuk satuan persen (%).
68
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Perkembangan Perbankan di Indonesia Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh perkembangan internal dunia perbankan, juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia perbankan, seperti sektor riil dalam perekonomian, politik, hukum dan sosial. Perkembangan faktor-faktor internal dan eksternal perbankan tersebut menyebabkan kondisi perkembangan perbankan di Indonesia secara umum dapat dikelompokkan dalam empat periode. Masingmasing periode mempunyai ciri-ciri khusus yang tidak dapat disamakan dengan periode lainnya. Serangkaian paket-paket deregulasi di sektor riil dan moneter yang di mulai sejak tahun 1980-an serta terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an adalah dua peristiwa utama yang telah menyebabkan empat periode kondisi perbankan di Indonesia sampai dengan saat ini (Triandaru, 2009:73). Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 telah menyederhanakan sistem perbankan dengan menghilangkan perbedaaan fungsi-fungsi operasional bank secara struktural sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun
69
1967 yang telah membedakan fungsi bank umum, bank pembangunan, bank tabungan, bank koperasi dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), termasuk fungsifungsi bank-bank pemerintah yang masing-masing didirikan dengan undangundang. Dengan dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1992, sistem perbankan hanya mengenal dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan BPR. Kedua jenis bank tersebut berdasarkan undang-undang dapat melakukan perbankan konvensional (conventional banking) dan perbankan syariah (syariah complaint bank) (Dahlan Siamat, 2005:34). 1. Bank Persero di Indonesia Bank persero atau yang lebih sering dikenal dengan Bank BUMN adalah bank umum yang secara mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Pada awalnya Bank Persero didirikan dengan Undang-undang tersendiri dimana pembagian tugas untuk masing-masing bank berbeda-beda. Namun dalam kegiatan operasionalnya Bank Persero tetap tunduk pada Undang-undang tentang perbankan. Bank Persero yang sebelumnya berjumlah 7 bank diperkecil jumlahnya menjadi hanya 4 bank. Langkah ini dilakukan sebagai akibat dari restrukturisasi yang dilakukan oleh pemerintah di awal dekade 2000-an sebagai dampak terjadinya krisis perbankan. Kebijakan pemerintah terhadap Bank Persero dilakukan dengan menggabungkanBank Bumi Daya, Bank Pembangunan Indonesia, Bank Dagang Negara dan Bank Ekspor Impor Indonesia yang
70
dilebur menjadi Bank Mandiri. Sementara Bank Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia 46 dan Bank Rakyat Indonesia tetap terus beroperasi seperti sebelumnya. Bank Ekspor Impor Indonesia berubah menjadi Bank Ekspor Indonesia yang kemudian tidak lagi beroperasi sebagai bank dan berubah fungsi menjadi lembaga pembiayaan ekspor. Komposisi kepemilikan Bank Persero juga ikut mengalami perubahan, dimana saham Bank Persero tidak lagi sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah. Beberapa Bank Persero telah menjadi bank publik melalui penjualan sebagian sahamnya melalui pasar modal antara lain: Bank BNI, Bank Mandiri, dan Bank BRI. Berikut ini adalah profil singkat dari 4 Bank Persero di Indonesia, yaitu: a.
Bank Mandiri Bank Mandiri didirikan pada 2 oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu: Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia yang dilebur menjadi Bank Mandiri. Masingmasing dari keempat legacybanks memainkan peran yang tidak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.
71
Setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara menyeluruh. Pada saat itu bank Mandiri menutup 194 kantor cabang yang paling berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari jumlah gabungan 26.600 karyawan menjadi 17.620 karyawan. Semenjak didirikan kinerja Bank Mandiri terus meningkat, hal ini dapat terlihat dari laba yang terus meningkat dari Rp 1,18 Triliun di tahun 2000 hingga mencapai Rp 5,3 triliun di tahun 2004. Selain itu, Bank Mandiri juga mencatat prestasi penting dengan melakukan penawaran saham perdana pada 14 juli 2003 sebsar 20% atau ekuivalen dengan 4 Miliar lembar saham. Proses transformasi yang telah dijalankan oleh Bank Mandiri sejak tahun 2005-2010 secara konsisten berhasil meningkatkan kinerja bank Mandiri, tercermin dari peningkatan berbagai parameter finansial. Kredit bermasalah turun signifikan, tercermin dari rasio NPL net konsolidasi yang turun dari sebesar 15,43% di tahun 2005 menjadi 0,62% di tahun 2010. Selain itu laba bersih Bank Mandiri yang juga tumbuh sangat signifikan dari Rp 0,6 triliun di tahun 2005 menjadi Rp 9,2 Triliun di tahun 2010. Bank Mandiri juga berhasil mencatat sejarah dalam peningkatan kualitas layanan. Selama empat tahun berturut-turut pada tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010, Bank Mandiri berhasil menempati posisi sebagai
72
service leader perbankan nasional berdasarkan survey Marketing Research Indonesia (MRI) dengan menempati urutan pertama pelayanan prima. Selain itu, Bank Mandiri juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak dalam hal penerapan Good Corporate Governance. Salah satu upaya untuk mewujudkan visi transformasi lanjutan, Bank Mandiri melakukan penawaran umum terbatas (right issue) pada awal tahun 2011 dalam rangka meningkatkan struktur permodalan. Pada kuartal III tahun 2011 permodalan Bank Mandiri telah mencapai Rp 59,7 Triliun sehingga menjadi bank pertama di Indonesia yang meraih predikat sebagai Bank Internasional sesuai dengan criteria Arsitektur Perbankan Indonesia. Pada periode ini, mandiri dapat menegaskan diri sebagai lembaga keuangan di Indonesia dengan asset terbesar mencapai Rp 501,9 Triliun, penyalur kredit terbesar mencapai Rp 297,5 Triliun, serta penghimpun dana masyarakat terbesar mencapai Rp 376,4 Triliun. Kualitas kredit Bank Mandiri juga dapat terjaga dengan baik yaitu sebesar 2,56% untuk NPL gross dan 0, 66% untuk NPL netto. Bank Mandiri pada kuartal III tahun 2011 memperkerjakan 27.305 karyawan dengan 1.526 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan 7 kantor cabang/perwakilan/anak perusahaan di luar negeri.
73
b. Bank Rakyat Indonesia Bank Rakyat Indonesia adalah salah satu bank milik pemerintah yang tergolong besar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia didirikan di Purwokerto, Jawa tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp En Spaarbank Der Inlandssche Hoofden yang artinya adalah Bank Bantuan dan Simpanan Milki Kaum Priyayi purwokerto. Suatu lemabaga keuangan yang melayani orang-orang kebangsaan Indonesia (Pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 desember 1895 yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Berdasarkan Undang-Undang No.14 tahun 1967 tentang UndangUndang Pokok Perbankan dan Undang-Undang No.13 tahun 1968 tentang Undang-Undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang No.21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum. Sejak 1 Agustus 1992 berdasrkan Undang-Undang Perbankan No.7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilkian BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, pemerintah
74
Indonesia memeutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan public dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Yang masih digunakan sampai saat ini. Sejak didirikan tahun 1895 sampai sekarng ini Bank Rakyat Indonesia
tetap
konsisten
memfokuskan
pada
pelayanan
kepada
masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha
kecil. Hal
ini
antara
lain tercermin
pada
perkembangan penyaluran kredit usaha kecil (KUK) pada tahun 1994 sebesar Rp 6.419,8 Milyar yang meningkat menjadi Rp 8.231,1 Milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp 20.466 Milyar. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 kantor pusat BRI, 12 kantor wilayah, 12 kantor Inspeksi/SPI, 170 kantor cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 NewYork Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 kantor perwakilan hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 kantor Mobil Bank, 193 P.Point, 3.705 BRI unit dan 357 pos pelayanan desa. c.
Bank Negara Indonesia Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan dimilki oleh
75
pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia. Pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional. Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari pemerintah Belanda sebagi Bank Sentral pada tahun 1949. Pemerintah membatasi peranan bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955 status BNI diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional. Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitass perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai BNI 46.
76
Status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan sosial budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus menerus. d. Bank Tabungan Negara Pada tahun 1897 dengan pendirian perseroan yang didirikan dengan nama “Postspaar Bank”. Pada masa pendudukan jepang di Indonesia kegiatan bank ini dibekukan dan digantikan dengan Tyokin Kyoku. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, bank ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi kantor tabungan pos. Lalu pada tahun 1950 namanya diubah menjadi Bank Tabungan Pos (Undang-Undang darurat tahun 1950). Pada tahun 1963 nama Bank Tabungan Pos diubah menjadi Bank Tabungan Negara atau BTN sesuai dengan Perpu No.4 tahun 1963 dan Undang-Undang No.4 tahun 1964. Pada tahun 1968 BTN menjadi bank milik Negara sesuai degan Undang-Undang No.20 tahun 1968. Tahun 1989 Bank BTN beroperasi sebagai bank umum dan mulai menerbitkan obligasi. Tahun 1992 status
77
hukum Bank Tabungan Negara menjadi perusahaan perseroan dan 2 tahun setelahnya Bank Tabungan Negara mendapat izin sebagai bank devisa. B. Hasil Analisis dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Statistik Deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi), nilai maksimum dan minimum. Berikut adalah hasil statistik deskriptif penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.1: Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N ROA CAR NPL INFLASI LDR Valid N (listwise)
72 72 72 72 72 72
Minimum
Maximum
.0257 .1277 .0221 .0241 .6955
.0423 .1861 .0584 .0917 .8984
Mean .034025 .158497 .036571 .055106 .808854
Std. Deviation .0042878 .0148067 .0087360 .0179227 .0562446
Sumber: Data diolah
Dari tabel 4.1 di atas, dapat dilihat nilai N=72 merupakan banyaknya data sampel (data bulanan selama 6 tahun). Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa variabel terikat (dependent) return on asset memiliki nilai minimum 0,0257 pada bulan September 2009 maksimumnya 0,0423pada bulan Februari 2012. Nilai rata-rata (mean) return on assetsebesar 0,034025 dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) sebesar 0,0042878.
78
Variabel bebas capital adequacy ratiomemiliki nilai minimum 0,1277 pada bulan November tahun 2009 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 0,1861 pada bulan Januari 2013. Nilai rata-rata (mean) capital adequacy ratio sebesar 0,158497 dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) sebesar 0,0148067. Variabel bebas Non performing loanmemiliki nilai minimum 0,0221 pada bulan Desember tahun2012 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 0,0584 pada bulan Sebtember 2014. Nilai rata-rata (mean) non performing loansebesar 0,036571dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) sebesar 0,0087360. Variabel bebas Inflasi memiliki nilai minimum 0,0241
pada bulan
Januari 2010 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 0,0917 pada bulan Agustus 2012. Nilai rata-rata (mean) Inflasi sebesar 0,055106 dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) sebesar 0,0170227. Variabel bebas Loan to deposit ratio memiliki nilai minimum 0,6955 pada bulan Desember 2009 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 0,8984 pada bulan Januari 2014. Nilai rata-rata (mean)Loan to deposit ratiosebesar 0,808854 dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya(standar deviasi) sebesar 0,0562446.
79
2. Pengujian Asumsi Klasik Suatu model dinyatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai sifat-sifat best linear estimator (BLUE).Disamping itu, suatu model dikatakan cukup baik dan dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari serangkaian ekonometrik yang melandasinya. Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang ada agar dapat menentukan model analisis yang paling tepat digunakan. Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang ada agar dapat menentukan model analisis yang paling tepat digunakan. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari Uji normal P Plot untuk menguji normalitas data secara statistik, Uji Multikolinearitas dengan menggunakan korelasi parsial, Uji Autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson statistik, serta Uji heteroskedastisitas dengan melihat hasil olah data berupa Scatterplot. Dalam penelitian ini, data-data yang telah diperoleh adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel-variabel capital adequacy ratio, non performing loan, loan to deposit ratio dan inflasi terhadap return on asset. a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normal. Maksud data distribusi normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal.Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual
80
yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak.Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov. Berikut adalah hasil dari uji ini: c. Analisa Grafik Histogram Gambar 4.1
Sumber: Data diolah Berdasarkan gambar diatas histogramRegression Residual membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
81
2.Analisa Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot) Gambar 4.2 Grafik P-P Plot
Sumber: Data diolah Berdasarkan grafik diatas, titik-titik mengikuti atau merapat ke garis diagonal maka data dalam penelitian ini normal atau berdistribusi normal.
82
3). Uji Kolmogorov-Smirnov Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N
72
Normal Parameters
a
Mean
.0000000
Std. Deviation
.97142265
Most Extreme
Absolute
.066
Differences
Positive
.051
Negative
-.066
Kolmogorov-Smirnov Z
.562
Asymp. Sig. (2-tailed)
.910
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 4.2 di atas, maka dapat disimpulkan data dalam penelitian ini berdistribusi normal dilihat dari nilai Sig. > α atau 0,910> 0,05. b. Uji Multikolinearitas Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk saling
berkorelasi,
pada
praktiknya
multikolinearitas
tidak
dapat
dihindari.Mengukur multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Korelasi Partial.Ujiini
dilakukan
dengan
membandingkan
determinasi (
) keseluruhan dengan nilai koefisen korelasi parsial semua
variabel bebasnya.Jika nilai koefisien determinasi
83
antara
koefisien
lebih besar dari nilai
koefisien korelasi semua variabel bebasnya maka model tersebut tidak mengandung gejala multikolinier. Berikut adalah hasil dari uji Multikolinearitas pada tabel 4.3:
Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) CAR NPL INFLASI LDR
.584
1.712
.926
1.080
.761
1.315
.624
1.604
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Hasil output SPSS Berdasarkan tabel 4.3 diatas, nilai Tolerance variabel bebas CAR = 0,584, NPL = 0,926, Inflasi = 0,761 dan LDR =0,624. Sedangkan nilai VIF variable CAR =1,712, NPL = 1,080, Inflasi =1,315 dan LDR =1,604. Dapat disimpulkan bahwa model regresi dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas karena nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Untuk mengetahui apakah suatu data bersifat heteroskedastisitas atau tidak, maka perlu 84
pengujian. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan metode analisis grafik Scatterplot danmetode Park. Berikut adalah hasil dari metode yang dilakukan: 1. Metode Analisis Grafik Scatterplot Berikut adalah tampilan scatterplot pada gambar 4.3 di bawah ini: Gambar 4.3
Sumber: Data diolah Berdasarkan tampilan Scatterplot pada gambar 4.3 di atas maka dapat disimpulkan bahwa plot menyebar secara acak diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual. Oleh karena itu pada model regresi yang dibentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
85
2. Metode Glejser Uji Glejser jika dilihat berdasarkan hasil SPSS, maka yang kita lihat adalah hasil sig.dari ouputt jika sig. > 5%, berarti H0 tidak dapat ditolak
berarti
tidak
terjadi
heteroskedastisitas
atau
homoskedastisitas. Dari hasil pengolahan data, informasi yang dipeoleh dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4 Uji Heteroskedastisitas Metode Glejser Coefficients
a
Standardize d Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1
B
(Constant)
Std. Error -.002
.002
CAR
.046
.013
NPL
-.024
INFLASI LDR
Beta
T
Sig.
-1.050
.297
.495
3.476
.114
.018
-.156
-.1379
.173
-.021
.010
-.272
-2.184
.221
-.002
.003
-.065
-.473
.638
a. Dependent Variable: ABRESID
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dari empat variabel independent (CAR,NPL,INFLASI,LDR) diperoleh hasil nilai Sig. > 5%. Karena nilai Sig. > 5% maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas dan hasil uji dapat dilanjutkan.
86
d. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section). Salah satu penyebab munculnya masalah
otokorelasi
kemungkinan
besar
adalah akan
adanya
kelembaman
mengandung
saling
(inertia)
artinya
ketergantungan
(interdependence) pada data observasi periode sebelumnya dan periode sekarang. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah otokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW). Berikut adalah hasil uji Autokorelasi dengan metode Durbin Watson (DW) pada tabel 4.5 di bawah ini: Tabel 4.5 Uji Durbin Watson (DW) b
Model Summary Model
Durbin-Watson
1
.890
a. Predictors: (Constant), CAR, LDR, NPL,NPL, Inflasi b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data diolah Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 0,890. Jika dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan jumlah observasi (n)=72 dan jumlah variabel independen 4 (k=4) diperoleh nilai tabel dl (lower)=1,502 dan du (upper)=1,736. Oleh karena itu nilai
87
DW=0,890 berada dibawah dl=1,502, maka dapat disimpulkan terjadi autokorelasi positif. Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standar error dan nilai tstatistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai ρ yang dapat diestimasi dengan beberapa cara seperti di bawah ini:
1. Nilai ρ diestimasi dengan Durbin-Watson d
2. Nilai ρ diestimasi dengan Theil-Nagar d (
)
(
)
3. The Cohrane-Orcutt two-step Procedures Tabel 4.6 Pengobatan Uji Durbin Watson (DW) Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1u
m
S
B
Std. Error
(Constant)
.001
.021
Ut_1
.538
.103
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber : Hasil Output SPSS
88
Coefficients Beta
T
.531
Sig. .068
.946
5.211
.000
Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai ρ pada iterasi pertama sebesar 0,538 (yaitu koefisien variabel Ut_1). Tabel 4.7 Pengobatan Uji Durbin Watson (DW)
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
-2.723
.286
pLnCAR_1
.474
.106
pLnNPL_1
-.234
pLnINFLASI_1 pLnLDR_1
Coefficients Beta
T
Sig.
-9.506
.000
.346
4.482
.000
.034
-.444
-6.910
.000
-.006
.008
-.048
-.770
.444
1.197
.147
.633
8.133
.000
a. Dependent Variable: pLnROA_1
Sumber : Hasil output SPSS Berdasarkan hasil output SPSS memberikan nilai β*2 sebesar 0,474, nilai β*3 sebesar -0,234, nilai β*4 sebesar -0,006 dan nilai β*5 sebesar 1,197 , sedangkan nilai β*1=β1(1-ρ)=(0.001)*(1-0,538)=0,00046
89
Tabel 4.8 Pengobatan Uji Durbin Watson (DW) Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.041
.026
LagUt
.938
.040
Coefficients Beta
t
.943
Sig.
1.617
.110
23.602
.000
a. Dependent Variable: Ut
Sumber : Hasil output SPSS Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai ρ = 0,938 pada iterasi kedua. Berdasarkan pada perhitungan di atas diperoleh nilai ρ menurut berbagai metode seperti terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.9 Pengobatan Uji Durbin Watson (DW) Metode Durbin-Watson d Theil-Nagar d Cochrane-Orcutt Step 1 Cochrane-Orcutt Step 2
Nilai ρ 0,555 0,55981 0,538 0,938
Sumber: Hasil output SPSS Ketiga metode ternyata menghasilkan nilai ρ yang hampir sama. Untuk itu penulis memilih metode Cohrane-Orcutt Step 2 untuk mentranformasikan persamaan regresi.
90
Tabel 4.10 Pengobatan Uji Durbin Watson (DW) b
Model Summary Model
Durbin-Watson
1
2.001
a. Predictors: (Constant), lnLDR@, lnCAR@, lnINFLASI@, lnNPL@ b. Dependent Variable: lnROA@
Sumber : Hasil outpus SPSS Membandingkan transformasi
dan
hasil
hasil
regresi
regresi
persamaan
setelah
asli
transformasi
sebelum ternyata
ada dapat
dibandingkan . Pada persamaan asli nilai Durbin-Watson sebesar 0,890 dan terjadi autokorelasi positif, sedngkan pada tabel 4.10 menunjukkkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 2,001 dengan nilai n=72 dan k=4 maka diperoleh: Nilai dl=1,502 dan 4-dl=2,498 Nilai du=1,736 dan 4-du=2,264 Hasil perhitungan pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai DW-test beada pada daerah antara du dan 4-du, 1,736< 2,001< 2,264 maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala autokorelasi baik secara positif maupun negatif. 3. Pengujian Hipotesis a. Uji F Uji Fhitungdigunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji ketepatan model
91
(goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori tidak cocok atau not fit. Adapun cara pengujian dalam uji F ini,yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig< 0,05 atau 5 %). Jika nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi < 0.05 maka H1 diterima. Berikut adalah tabel ANOVA pada tabel 4.6 di bawah ini: Tabel 4.11 Hasil Uji F b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
.001
4
.000
Residual
.000
67
.000
Total
.001
71
F 54.172
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), INFLASI, CAR, NPL,NPL, LDR b. Dependent Variable: ROA
Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 4.6 di atas nilai Fhitung diperoleh 54,172 dengan tingkat signifikansi 0,000, karena tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak atau H1diterima. Dapat disimpulkan bahwa capital adequacy ratio,loan to deposit ratio, non performing loan dan inflasi berpengaruh simultan terhadap return on asset.
92
b. Uji t Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masingmasing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0.05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut adalah hasil pengujian hipotesis dengan uji t pada tabel 4.7 di bawah ini: Tabel 4.12 Hasil Uji t Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
Std. Error -.012
.004
CAR
.101
.022
NPL
-.193
INFLASI LDR
Coefficients Beta
T
Sig.
-3.192
.002
.350
4.509
.000
.030
-.393
-6.379
.000
-.007
.016
-.030
-.422
.660
.047
.006
.612
8.135
.000
a. Dependent Variable: ROA
.
93
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, maka diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:
Y = -0.012 + 0.101 CAR - 0.193 NPL-0.007 INLASI + 0.047 LDR
Dimana : Y
= Return on asset (dalam persentase)
X1 = Capital adequacy ratio (dalam persentase) X2 = Non Performing Loan (dalam persentase) X3 = Inflasi (dalam persentase) X4 = Loan to deposit ratio (dalam persentase) Adapun interpretasi penulisan terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Berdasarkan pada persamaan regresi di atas,apabila X1, X2, X3, X4 bernilai 0,maka niali Y adalah -0,012 maksudnya dalah jika bank PERSERO (sampel yang di ambil) tidak melalukan opersional perbankan selama tahun penelitian dapat dikatakan bahwa dalam periode 2009-2014 jumlah Return On Asset berjumlah sebesar 0,012% 2) Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan Return on Asset (ROA) Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, CAR (X1) =0,101 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% CAR (X1) akan
94
menyebabkan meningkatkan nilai ROA (Y) sebesar 0,101% berdasarkan nilai nilai t hitung dan t tabel dapat simpulkan bahwa capital adequacy ratio berpengaruh signifikan terhadap return on asset. CAR adalah untuk mengukur kecukupan modal yang di miliki bank untuk menunjang aktifitas aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit atau aktifa produktif yang beresiko .jika nilai CAR tinggi (Menurut ketentuan Bank Indonesia, Captal Adequacy Ratio (CAR) mempunyai nilai minimal sebesar 8% berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003). Hasil
temuan
ini
mendukung
hasil
penelitian
dari
Werdaningtyas (2002), Desfian (2003), dan Mahardian (2008) yang menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
95
3) Pengaruh Non Performing Loan (NPL) dengan Return On Asset (ROA) Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, NPL (X3)= -0,193 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% NPL (X3) akan menyebabkan turunnya nilai ROA (Y) sebesar 0,193%. Berdasarkan nilai signifikansi dan nilai t hitung dan t tabel diatas dapat disimpulkan bahwa NPL berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar Non Performing Loan (NPL) maka Return On Asset (ROA) yang diperoleh akan semakin kecil. Peningkatan Non Performing Loan (NPL) akan mempengaruhi profitabilitas bank, karena semakin tinggi Non Performing Loan (NPL) maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank. Non Performing Loan (NPL) yang rendah mengindikasikan kinerja keuangan bank semakin baik.
96
Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari Mawardi (2005) yang menunjukkan bahwa Non
Performing Loan (NPL)
berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA). 4) Pengaruh Loan Deposit Ratio (LDR) dengan Return On Asset (ROA) Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, LDR (X2) = 0,047 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% LDR (X2) akan menyebabkan meningkatnya nilai ROA (Y) sebesar 0,047%. Berdasarkan nilai signifikansi dan nilai t hitung dan t tabel diatas dapat disimpulkan bahwa loan deposit ratio berpengaruh signifikan terhadap return on asset. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika
kemampuan
bank dalam menyalurkan kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka semakin tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank dan juga akan meningkatkan laba bank yang bersangkutan, dengan kata lain kenaikan Loan to Deposit Ratio (LDR) akan meningkatkan Return On Asset (ROA), sehingga kinerja keuangan bank akan semakin baik (dengan asumsi bank tersebut mampu
menyalurkan
kredit
dengan
efektif
sehingga jumlah
kreditmacetnya akan kecil). Penelitian yang dilakukan oleh Restiyana
97
(2011) dan
Suroso (2010) yang menunjukkan bahwa LDR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 1) Uji t terhadap variabel capital adequacy ratio Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel capital adequacy ratio secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = 4,509 dan t tabelsebesar 1,671 (df (n – k) 72 – 4 = 68, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (4,509 > 1,671). Maka Ho ditolak atau menerima H1 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel capital adequacy ratio berpengaruh signifikan terhadap return on asset. 2) Uji t terhadap variabel non performing loan Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel non performing loan secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai -t hitung X2 = -6,379 dan- t tabel sebesar -1,671 (df (n – k) 72 – 4 = 68, α = 0,05), sehingga -t hitung < -t tabel (-6,379 < -1,671). Maka Ho ditolak atau menerima H1 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel non performing loan berpengaruh signifikan terhadap return on asset. 3) Uji t terhadap variabel inflasi Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel inflasi secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih besar dari α
98
(0,660 > 0,05). Sedangkan nilai -t hitung X3 = -0,422 dan -t tabel sebesar -1,671 (df (n – k) 72 – 4 = 68, α = 0,05), sehingga -t hitung > -t tabel ( 0,422 > -1,671). Maka Ho diterima atau menolak H1 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap return on asset. 4) Uji t terhadap variabel loan deposit ratio Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel loan deposit ratio secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = 8,135 dan t tabel sebesar 1,671 (df (n – k) 72 – 4 = 68, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (8,135 > 1,671). Maka Ho ditolak atau menerima H1 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel loan deposit ratio berpengaruh signifikan terhadap return on asset. c. Uji Adjusted R Square (R2adj) Koefisien determinasi atau R square (R2) merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan
variasi
perubahan
pada
variabel
terikatnya.Koefisien
determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan
99
nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model. Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini: Tabel 4.13 Uji Adjusted R Square (R2adj) b
Model Summary
Std. Error of the Model
R
1
.874
R Square a
Adjusted R Square
.764
.750
Estimate .0021451
a. Predictors: (Constant), CAR, LDR, NPL, INFLASI b. Dependent Variable: ROA
Sumber: Data diolah Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,750 atau sebesar 75%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruhcapital adequacy ratio, loan to deposit ratio, non performing loan, dan inflasiterhadap return on asset adalah 75%, sedangkan sisanya sebesar 25% (100% - 75%) dipengaruhi oleh variabel-
100
variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini seperti dana pihak ketiga, kredit, non performing financing, PDB, tingkat pengangguran, kurs dan lainnya. Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar 0,874 atau sebesar 87,4% yang menandakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah kuat karena memiliki nilai lebih dari 0,5 (R > 0,5) atau 0,874 > 0,5.
101
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh capital adequacy ratio, non performing loan, inflasi dan loan to deposit ratio terhadap return on asset menggunakan data time series oleh PT. Bank Persero pada tahun 2009-2014. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda, dari pembahasan yang telah diuraikan di atas berdasarkan data yang penulis peroleh dari penelitian sebagaimana yang telah dibahas dalam skripsi ini maka, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan analisis regresi berganda ditemukan bahwa variabel capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap return on assets (ROA), sedangkan non performing loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap return on assets (ROA), dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap return on assets (ROA). B. IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka terdapat beberapa implikasi yang perlu memperoleh penekanan. Hasil penelitian ini merupakan informasi yang perlu dipertimbangkan oleh bank umum, akademis dan nasabah. Peneliti menyarankan untuk diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
102
1. Bagi Perbankan Dengan adanya temuan bahwa capital adequacy ratio, non performing loan dan loan to deposit ratio berpengaruh terhadap return on assets, sedangkan inflasi tidak berpengaruh terhadap return on assets dengan tingkat kontribusi yang berbeda-beda. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk evaluasi perkembangan sistem perbankan konvensional khususnya Bank Persero serta sebagai bahan awal kajian dalam menentukan metode kebijakanmoneter. Penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang akan menambah wawasan dan pengetahuan bagi nasabah bank. Sehingga dapat dijadikan pedoman sebagai pengambilan keputusan dalam berinvestasi yang dapat memberikan tingkat keuntungan yang sesuai dengan harapan investor 2. Bagi Akademisi Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan pengetahuan, khususnya tentang return on asset. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah variabel dari faktor internal maupun eksternal bank, misalnya: dana pihak ketiga, kredit, non performing financing, PDB, tingkat pengangguran, kurs dan lainnya. Selain itu juga bisa dengan menambah instrumen profitabilitas seperti return on equity.
103
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, imam. ”Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 19”.5 edition badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. 2011 Hamid, Abdul. ”buku Pedoman penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta, Jakarta, 2010 Hasibuan, Drs.H.Malayu S.P.,2007, Dasar-Dasar Perbangkan, PT Bumi Akasara, Jakarta. Hermawan Darmawi. “Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial”. PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2006. Kasmir.”Dasar-Dasar Perbankan”.1 edition . Cet 2. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003 Kasmir. 2008.” Bank &Lembaga Keuangan Lainnya”.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Kuncoro, Mudrajad,”Manajemen Perbankan “.Yogyakarta.”, BPFE, 2002. Lukman, Dendawijaya.”manajemen bank “. Ghalia Indonesia, Bogor, 2005 Malayu, Hasibuan . “Dasar- Dasar Perbankan “ .Bumi Aksara. Jakarta. 2008 Mankiw, Gregory. “Teori Makro Ekonomi “. 5 edition. Erlangga. Jakarta. 2003 Martono , “Bank dan Lembaga Keuangan Bank”. Ekonisia, 2010 Mishkin, Frederic. “The Economics of Money, Banking and Financial Markets”, Eighth Edition , Colombia university. 2007. Mishkin, Frederic.’Ekonomi Uang, Perbankan edition,salemba Empat,jakarta, 2008
dan
Pasar
keuangan”.8
Nachrowi, dan hardius Usman. “Pendekatan Populer dan praktis Ekonometrika untuk analisis ekonomi dan keuangan “.Fakultas ekonomi Universitas indonesia . Jakarta. 2006
104
Prayudi, Arditya.”Pengaruh Capital Adequecy Ratio (CAR) , Non Performing Loan (NPL), BOPO, Return on Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR)”. 2010 Puspopranoto, Sawaldjo.”keuangan perbangkan dan Pasar Keuangan :Konsep ,teori ,dan Realita “. Pustaka LP3ES Indonesia .Jakarta. 2004. Riyadi, Selamet. ”Banking Assets and liability Management”. 3 edition ,lembaga Penerbit FEUI , Jakarta , 2006. Santoso, singgih. “Aplikasi SPSS pada statistik Parametrik“, Elex media Komputindo. Jakarta. 2012. Siamat, dahlan .” Manajemen lembaga Keuangan :kebijakan moneter dan Perbankan “.5 edition .Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia .Jakarta .2005. Sudarmanto, Gunawan ,” Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS “ .graha Ilmu .Yogyakarta. 2005. Suliyanto,” Ekonometrika Terapan :Teori & Aplikasi dengan SPSS “. Andi , yogyakarta. 2011. Akbar, Masithah dan Ida Mentayani. “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Intermediasi Studi pada Bank Umum Swasta Kalimantan Selatan”. Jurnal, Manajemen dan Akuntansi Vol. 11 No. 2. 2010. Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas, 2005, Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Perioda 2000-2002, Jurnal Akuntansi dan Keuangan,Vol.7,No.2. Dendawijaya, Lukman. 2005. “Manajemen Perbankan”. Jakarta: PenerbitGhalia Indonesia. Dwi Astuti, Febri.“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Deposito Pada Bank-Bank Umum Pemerintah di Indonesia”, Skripsi IPB, Bogor, 2006. Ferdian, Ilham Reza. 2008.” SBI, Instrumen Moneter atau Instrumen Investasi”. Republika.Senin 21 Juli 2008. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”. 5th edition, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
105
Sunyanto, Danang .”Praktik SPSS untuk kasus “.Nuha Medika ,Yogyakarta ,2011. Undang-Undang RI nomor 7 Tahun 1992. Undang-Undang Perbangkan no.10 tahun 1998. Veithal rivai dan Andria permata Veithal .”Credit management handbook :teori ,konsep ,,prosedur dan aplikasi panduan prktis mahasiswa ,bankir,, dan nasabah .”.Ed1-2,PT Raja Gafindo Persada ,Jakarta ,2007. www.bi.go.id
106
Lampiran 1 : Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2009-2014 DATA BANK PERSERO Tahun
Bulan
ROA
CAR
NPL
INFLASI
LDR
1
2.89
15.7
4.3
-0.0700
71.45
2
2.92
15.62
4.53
0.2100
73.06
3
2.74
15.53
4.97
0.2200
73.4
4
2.63
14.85
5.03
-0.3100
73.68
5
2.6
14.57
5.13
0.0400
74.5
6
2.68
14.21
4.66
0.1100
74.79
7
2.64
13.81
4.81
0.4500
75.64
8
2.64
13.51
4.8
0.5600
75.64
9
2.57
13.27
4.36
1.0500
74.64
10
2.67
13.11
4.49
0.1900
79.95
11
2.63
12.77
4.28
-0.0300
73.68
12
2.72
13.81
3.46
-0.3300
69.55
1
2.9
15.67
3.19
0.8400
70.08
2
2.77
15.62
3.26
0.3000
73.38
3
3.05
15.1
3.07
-0.1400
73.75
4
2.95
14.46
3.14
0.1500
74.97
5
2.87
14.17
3.36
0.2900
76.53
6
2.96
14.19
3.01
0.9700
75.63
7
3.03
13.8
3.01
1.5700
77.63
8
3
13.45
3.09
0.7600
79.18
9
3.02
14.04
2.97
0.4400
78.23
2009
2010
107
10
3.06
14.27
3.16
0.0600
77.99
11
3.13
14.89
3.71
0.6000
77.89
12
3.08
15.36
2.8
0.9200
71.54
1
3.32
16.33
3.2
0.8900
74.3
2
3.67
17.93
3.28
0.1300
77.88
3
3.82
17.47
3.14
-0.3200
77.67
4
3.76
17.56
3.21
-0.3100
79.83
5
3.59
16.96
3.52
0.1200
80.47
6
3.8
16.43
3.3
0.5500
81.79
7
3.56
17.16
3.37
0.6700
81.83
8
3.56
16.87
3.39
0.9300
84.19
9
3.72
15.6
3.18
0.2700
83.18
10
3.67
16.54
3.21
-0.1200
80.95
11
3.6
15.33
2.99
0.3400
81.51
12
3.6
15.03
2.55
0.5700
74.75
1
3.76
16.21
2.96
0.7600
76.58
2
4.23
16.46
2.85
0.0500
79.9
3
3.67
16.07
2.73
0.0700
81.16
4
3.59
15.37
2.79
0.2100
82.48
5
3.58
15.6
2.74
0.0700
80.91
6
3.67
14.82
2.61
0.6200
81.51
7
3.64
14.53
2.66
0.7000
82.18
8
3.64
14.66
2.63
0.9500
82.88
9
3.71
14.85
2.48
0.0100
83.84
2011
2012
108
10
3.74
14.46
2.69
0.1600
83.72
11
3.82
14.62
2.42
0.0700
82.71
12
3.8
14.59
2.21
0.5400
79.84
1
3.49
18.61
2.966
0.0000
81.84
2
3.4
18.47
2.824
0.0000
84.21
3
3.74
18.25
2.929
0.0000
85.54
4
3.63
17.24
2.975
0.0000
84.73
5
3.62
17.51
3.175
0.0000
85.9
6
3.7
16.61
4.05
0.0000
86.99
7
3.69
16.41
4
0.0000
88.06
8
3.68
16.35
4.088
0.0000
87.48
9
3.71
16.17
4.143
0.0000
88.72
10
3.74
16.4
4.193
0.0000
88.07
11
3.74
16.7
3.913
0.0000
89.29
12
3.87
15.91
3.844
0.0000
86.7
1
3.54
18.6
4.21
0.685
89.84
2
3.43
17.98
4.255
0.6458
89.64
3
3.82
17.84
4.37
0.61
89.64
4
3.81
17.27
4.359
0.6041
88.98
5
3.67
16.91
4.708
0.61
88.53
6
3.74
16.81
5.09
0.5583
88.46
7
3.67
16.9
4.771
0.3775
88.75
8
3.67
17.58
5.832
0.3325
87.73
9
3.74
17.31
5.84
0.3775
86.45
2013
2014
109
10
3.71
17.48
4.737
0.4025
85.97
11
3.75
17.56
4.946
0.5191
85.66
12
3.75
17.08
4.375
0.6966
83.73
Sumber: Laporan Keuangan Publikasi Bank Indonesia
110
Lampiran 2 : Tabel Deskriptif Statistik Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ROA
72
.0257
.0423
.034025
.0042878
CAR
72
.1277
.1861
.158497
.0148067
NPL
72
.0221
.0584
.036571
.0087360
INFLASI
72
.0241
.0917
.055106
.0179227
LDR
72
.6955
.8984
.808854
.0562446
Valid N (listwise)
72
111
Lampiran 3: Tabel Model Regresi, Anova dan Koefisien b
Model Summary
Model
R
1
.874
R Square a
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
.764
.750
.0021451
a. Predictors: (Constant), CAR, LDR, NPL, INFLASI b. Dependent Variable: ROA ANOVAb Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
.001
4
.000
Residual
.000
67
.000
Total
.001
71
F
Sig.
54.172
.000
T
Sig.
a
a. Predictors: (Constant), INFLASI, CAR, NPL,NPL, LDR b. Dependent Variable: ROA Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
a
Standardized Coefficients
Std. Error -.012
.004
CAR
.101
.022
LDR
.047
.006
NPL
-.193
INFLASI
-.007
Beta
-3.192
.002
.350
4.509
.000
.612
8.135
.000
.030
-.393
-6.379
.000
.016
-.030
-.422
.660
a. Dependent Variable: ROA
112
Lampiran 4: Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N a Normal Parameters
72 .0000000 .97142265 .066 .051 -.066 .562 .910
Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
113
Lampiran 5: Uji Multikolinieritas dan Autokorelasi Uji Tolerance dan VIF Coefficients
a
Collinearity Statistics Model
Tolerance
1
VIF
(Constant) CAR
.584
1.712
NPL
.926
1.080
INFLASI
.761
1.315
LDR
.624
1.604
a. Dependent Variable: ROA
Uji D-W b
Model Summary Model
Durbin-Watson
1
.890
a. Predictors: (Constant), CAR, LDR, NPL,NPL, Inflasi b. Dependent Variable: ROA
Pengobatan Uji D-W Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.001
.021
Ut_1
.538
.103
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
114
Standardized Coefficients Beta
T
.531
Sig. .068
.946
5.211
.000
Coefficients
a
Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
Beta
-2.723
.286
pLnCAR_1
.474
.106
pLnNPL_1
-.234
.034
pLnINFLASI_1
-.006
.008
pLnLDR_1
1.197
.147
T
Sig.
-9.506
.000
.346
4.482
.000
-.444
-6.910
.000
-.048
-.770
.444
.633
8.133
.000
a. Dependent Variable: pLnROA_1 Coefficients
a
Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.041
.026
LagUt
.938
.040
Beta
T
.943
Sig.
1.617
.110
23.602
.000
a. Dependent Variable: Ut
Metode Durbin-Watson d Theil-Nagar d Cochrane-Orcutt Step 1 Cochrane-Orcutt Step 2
Nilai ρ 0,555 0,55981 0,538 0,938
Model Summaryb Model
Durbin-Watson
1
2.001
a. Predictors: (Constant), ln LDR@, lnCAR@, lnINFLASI@, lnLDR@ b. Dependent Variable: lnROA@
115
Lampiran 6: Uji Heteroskedastisitas
Coefficients
a
Standardize d Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1
(Constant)
B
Std. Error
Beta
-.002
.002
CAR
.046
.013
NPL
-.024
INFLASI LDR
T
Sig.
-1.050
.297
.495
3.476
.114
.018
-.156
-.1379
.173
-.021
.010
-.272
-2.184
.221
-.002
.003
-.065
-.473
.638
a. Dependent Variable: ABRESID
116