BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebagian besar pola perilaku manusia ditentukan oleh keadaan lingkungan sekitarnya. Selain pola perilaku, karakter manusia juga ditentukan oleh lingkungan. Lingkungan dapat menjadi sarana bagi manusia dalam memenuhi kebutuhannya seperti contohnya kebutuhan untuk tidur, bekerja, rekreasi, ibadah dan aktivitas – aktivitas lain yang membutuhkan wadah atau ruang atau lingkungan. Salah satu tujuan dasar membangun sebuah bangunan , ruang atau sistem infrastruktur adalah menyediakan sarana untuk manusia agar mereka dapat melakukan segala aktivitasnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka muncul lah pola perilaku penggunanya. Joyce Barker adalah seorang pelopor kajian psikologi ekologi yang meneliti dan mengembangkan penelitian tentang perilaku manusia. Joyce Barker menemukan bahwa pola perilaku yang unik dan spesifik terkait secara khusus dengan unsur – unsur fisik atau setting yang ada. Berdasarkan penilitian dan studi yang mereka lakukan, selanjutnya mereka mengembangkan metode behavior setting untuk mengkaji kaitan antara perilaku manusia dan sistem setting. Kata perilaku menunjukan manusia dalam aktivitasnya, berkaitan dengan semua aktivitas manusia secara fisik; berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya. Di sisi lain, desain arsitektur akan menghasilkan suatu bentuk fisik yang dilihat dan dapat disentuh. Karena itu, hasil desain arsitektur dapat menjadi salah satu fasilitator terjadinya perilaku sekaligus penghalang sebuah perilaku. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1 Mengapa system of setting dan system of activity berkaitan dengan behavior setting ?
BAB 2 PEMBAHASAAN 2.1 PENGERTIAN SETTING PERILAKU
Behavior Setting atau setting perilaku dapat di artikan secara sederhana sebagai suatu interaksi antara suatu kegiatan dengan tempat yang spesifik. Dengan definisi seperti itu maka, behavior setting mengandung unsur – unsur sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan, aktivitas atau perilaku dari sekelompok orang tersebut, tempat dimana kegiatan itu dilakukan serta waktu spesifik saat kegiatan tersebut dilaksanakan. Roger Barker dan Herbert Wright memakai istilah behavior setting untuk menjelaskan tentang kombinasi perilaku dan setting tertentu. Sebagai contoh, anak – anak yang sedang main di taman bermain. Pada kondisi tersebut maka anak – anak akan merencanakan serangkaian aktivitas bersama orang lain dan memunculkan beberapa pola perilaku yang didukung dengan objek pada taman bermain tersebut atau ruang dan pada waktu yang spesifik. Contoh lainnya dapat banyak dijumpai dikehidupan sehari – hari seperti di dalam suatu setting bank , ruang kelas , ruang tunggu angkutan umum , pasar kecil , sederet penjual kaki lima , dan masih banyak lainnya.
Gambar 2.1 : Kondisi anak – anak pada taman Gambar 2.2 : Kondisi anak – anak pada ruang bermain kelas Sumber : Sumber : http://www.scalestudy.co.uk/wpPada gambar 2.1 dan 2.2 diatas dapat terlihat jelas adanya perilaku yang berbeda dari http://www.nycgovparks.org/pagefiles/4/biennial20 content/uploads/2014/06/children-in02-2003_1x2x1.jpg anak – anak yang disebabkan oleh ruang atauschool.jpeg wadah aktivitas dan waktu yang berbeda.
Perilaku yang terjadi pada gambar 2.1 adalah anak – anak bermain dengan riang gembira di taman bermain sedangkan pada gambar 2.2 adalah anak – anak belajar dengan antusias di ruang kelas. Istilah Behavior Setting atau setting perilaku ini pertama kali dikemukakan oleh Joyce Barker. Joyce Barker adalah seorang pelopor kajian psikologi ekologi yang meneliti dan mengembangkan penelitian tentang perilaku manusia. Joyce Barker menemukan bahwa pola perilaku yang unik dan spesifik terkait secara khusus dengan unsur – unsur fisik atau setting yang ada. Berdasarkan penilitian dan studi yang mereka lakukan, selanjutnya mereka mengembangkan metode behavior setting untuk mengkaji kaitan antara perilaku manusia dan sistem setting. Behavior Setting adalah kombinasi yang stabil dan tetap antaraaktivitas dan ruang yang memiliki ciri antara lain:
1. Aktivitas yang berulang – ulang Di dalam behavior setting terdapat suatu aktivitas yang berulang, berupa suatu pola prilaku (standing pattern of behavior) Yang memiliki satu atau lebih pola perilaku ektraindividual. Istilah ekstraindividual menunjukkan fakta operasional bahwa sebuah setting tidak bergantung hanya pada sebuah seorang manusia atau objek. Misalnya seperti contoh sebuah tempat yaitu pada pertamina. Setiap harinya selalu saja ada banyak orang yang datang dengan tujuan mengisi bensin, pertamax, solar ataupun minyak tanah.Walaupun ada satu orang yang membatalkan niatnya ke pertamina tersebut tetapi selalu saja ada orang lain yang datang. Jadi di pertamina tersebut terjadi aktivitas yang tetap tanpa pengaruh dari orang yangmembatalkan niatnya ke pertamina tadi. Dengan pengertian bahwa pola aktivitas selalu tetap, dan tidak dipengaruhi oleh seorang manusia/objek. Demikian pula dengan objek dan lokasi biasanya tidak ada objek atau lokasi yang sedemikian pentingnya dalam setting sehingga tidak tergantikan. 2. Adanya layout khusus lingkungan Behavior setting berkombinasi dengan lingkungan (circumjacent milieu) yang berkaitan dengan pola prilaku. Setiap behavior setting berbeda dengan setting lainnya, menurut waktu dan ruang. Seseorang hanya bisa menjadi bagian dalam sebuah behavior setting apabila dia masuk dalam setting tertentu pada waktu dan tempat yang tepat. Seperti contoh, orang yang berada pada pertamina pada waktu tertentu berada pada behavior setting dipertamina tersebut. Sedangkan orang yang membatalkan untuk pergi ke pertamina tadi tidak terlibat dalam behavior setting dipertamina. 3. Adanya hubungan yang harmonis/cocok antara aktivitas dan ruang. Behavior setting membentuk suatu hubungan yang synomorpy. Synomorpy berarti struktur yang sama antara aktivitas dan ruang.Batas-batas ruang sebuah setting tidak ditentukan secara sembarangan tetapi merupakan sesuatu yang harus selaras dengan prilaku ektraindividual dalam setting. Bagian ini merupakan bagian yang terpenting bagi arsitek dalam perancangan lingkungan karena bagian inilah yang menjadi dasar perancangan oleh seorang perancang. 4. Periode/waktu yang spesifik Behavior Setting dilakukan pada periode waktu tertentu. Seperti pada contoh sebelumnya, seseorang yang membatalkan rencananya untuk pergi membeli bensin atau minyak ke pertamina memang dapat menimbulkan
perbedaan dalam hal berfungsinya suatu setting, akan tetapi yang dilakukannya tidak akan menghalangi terjadinya behavior setting pada pertamina tersebut. Dengan demikian dapat diartikan bahwa suatu tatanan fisik tertentu bias jadi bagian dari behavior setting apabila aktivitas yang terjadi berbeda – beda dan pada waktu yang berbeda pula. Melalui definisi ini terlihat bahwa setiap kriteria menunjukan atribut tertentu dalam sebuah setting. 2.2 SISTEM SETTING & SISTEM AKTIVITAS Dalam banyak kajian arsitektur lingkungan dan perilaku, istilah behavior setting dijabarkan dalam dua istilah yakni system of setting dan system of activity, dimana ketertarikan antara keduanya membentuk satu behavior setting. 2.2.1 SISTEM SETTING System of setting atau sistem tempat atau ruang diartikan sebagai rangkaian unsur – unsur fisik yang memiliki hubungan tertentu dan terkait hingga dapat dipakai untuk suatu kegiatan tertentu. Contoh dari system of setting adalah ruang yang dimanfatkan untuk ruang untuk pameran, ruang terbuka atau trotoar yang ditata untuk pejalan kaki.
2.1.1.1 : Setting Ruang untuk Pameran Sumber : http://www.gemadesa.com/wpcontent/uploads/2014/03/pameran-seni-dan-budayajakarta.jpg?194890
2.1.1.2 : Setting untuk pedestrian , dan jalur sepeda Sumber: http://www.costacaleta.co.uk/development/imag es/sheraton-hotel.jpg
Pada gambar diatas jelas terlihat setting yang berbeda untuk kegiatan atau aktivitas yang berbeda. Pada gambar 2.1.1.1 ruangan tersebut di setting menjadi ruangan yang dengan banyak stand – stand terbuka yang bertujuan untuk memamerkan suatu barang. Setting ini bias terjadi karena aktivitas yang berlangsung adalah kegiatan memamerkan barang kepada pengunjung. Sedangkan pada gambar 2.1.1.2 trotoar pada ruang terbuka tersebut di setting menjadi 2 bagian yaitu untuk pejalan kaki dan jalur sepeda dengan tanda putih ditengah sebagai pemisah antara jalur pejalan dan jalur sepeda. 2.2.2 SISTEM AKTIVITAS Sementara itu system of activity
atau sistem kegiatan diartikan sebagai suatu
rangkaian perilaku yang secara sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa orang. Sebagai contoh adalah kegiatan atau aktivitas pramusaji yang bertugas sebagai pelayana dalam sebuah restoran. Kegiatan atau aktivitas pramusaji ini sudah diatur dan dilakukan berulang – ulang secara sengaja, yaitu melayani pemesanan (table service) , dan melayani pembayaran (counter service). 2.3 HUBUNGAN ANTARA SETTING DAN PERILAKU MANUSIA. Setting / Latar adalah tempat waktu ataupun suasana terjadinya peristiwa yang dialami oleh manusia. Sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya aktivitas manusia. Tempat yang dimaksud merupakan suatu wadah manusia untuk melalukan berbagai aktivitas dalam kehidupannya sehari – hari. (Abram, 1981:175). Macam – macam latar atau setting seperti berikut ; 1. Setting Tempat Setting tempat menggambarkan lokasi terjadinya suatu aktivitas atau kegiatan seseorang atau sekumpulan kelompok manusia. 2. Setting Waktu Setting Waktu menggambarkan kapan suatu aktivitas atau kegiatan itu terjadi. 3. Setting Emosional Setting Emosional bagaimana suasana yang tercipta dan ingin diciptakan pada saat aktivitas atau kegiatan itu berlangsung. Perilaku manusia adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri yang di pengaruhi oleh sikap,emosi , nilai dan etika. Perilaku manusia sangat banyak dan berbeda sesuai dengan aktivitas atau kegiatan manusia itu sendiri , setting tempat , dan waktu. Kegiatan ini seperti berjalan, membuang sampah , menangis dan masih banyak kegiatan yang mencerminkan perilaku manusia. Hubungan antara setting dan perilaku manusia sangatlah berkaitan. Tanpa adanya setting maka manusia tidak akan bisa melakukan aktivitasnya, karena dari berbagai aktivitas
tersebut akan terjadi perilaku manusia begitu juga sebaliknya. Tanpa adanya perilaku manusia maka berarti tidak ada kegiatan yang dilakukan, begitu pula dengan setting atau tempat sebagai wadah aktivitas.
Gambar 2.3.1 : Diagram Hubungan Antara Setting dan Perilaku Manusia yang saling berkaitan Sumber : Dokumen Pribadi
Setting juga mempengaruhi perilaku manusia sendiri. Setting
yang baik akan
menimbulkan perilaku manusia yang baik. Sebagai contoh setting, pada tempat – tempat umum seperti di taman untuk menciptakan suasana yang nyaman , indah dan bersih maka taman tersebut di tata dengan indah dan rapi, serta diberi fasilitas berupa tempat sampah sepeti gambar 2.3.2. Pada gambar 2.3.2 terlihat jelas setting suasana yang bersih dan nyaman. Setting ini akan menimbulkan emosi yang baik bagi manusia itu sendiri. Perilaku manusia ini contohnya seperti, keinginan untuk menjaga taman tersebut agar tetap terlihat rapi , indah , nyaman dan bersih. Fasilitas yang baik seperti tempat sampah juga akan menimbulkan perilaku manusia yang baik pada setting tersebut. Tempat sampah itu secara langsung akan membuat kebiasaan kepada manusia untuk membuang sampah pada tempatnya.
Gambar 2.3.2 : Foto taman kota yang rapi dan bersih.
Gambar 2.3.3 : Foto taman kota yang kotor dan buruk
Sumber : http://s3.amazonaws.com/sfb111/story_xlimage_2 010_11_R307_Bryant_Park_garbage_bins_win_p rize.jpg
Sumber :
http://nykography.weebly.com/uploads/1/1/0/ 4/11041387/2305917_orig.jpg
Sedangkan pada gambar 2.3.3 adalah setting taman yang buruk dan menimbulkan perilaku manusia yang buruk pula. Rumput – rumput yang dibiarkan menjalar dengan liar memperburuk setting tempat tersebut. Fasilitas tempat sampah pada di gambar adalah contoh fasilitas yang buruk. Tempat sampah yang terlihat tidak menggambarkan fasilitas untuk membuang sampah dan tidak mengajak manusia untuk membuang sampah pada tempatnya. Setting yang buruk seperti sampah yang berserakan akan menimbulkan kebiasaan manusia yang buruk. Karena taman yang sudah kotor perilaku manusia yang muncul adalah perilaku yang negative seperti, manusia tidak akan dating atau menjauhi taman tersebut, ikut membuang sampah sembarangan, serta tidak mau menjaga kebersihan pada setting tersebut. BAB 3 KESIMPULAN