10 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
PEMETAAN TITIK RAWAN LONGSOR DAN KARAKTERISTIK BIOGEOGRAFISNYA DI KAWASAN WISATA PUSUK Oleh: I Gde Dharma Atmaja Ni Putu Ety Lismaya Dewi Dosen dpk pada Universitas Nusa Tenggara Barat Abstract:Pusuk tourist area located in the administrative region of North Lombok, nowadays the conditions are a lot of environmental damage caused by illegal logging activities. This leads to the occurrence of landslides in the rainy season. The aim of this research was to determine the landslide prone points in the tourist area Pusuk North Lombok, knowing the geographical and ecological characteristics of the vulnerable points of landslides in the tourist area Pusuk. In this study, digitization of the landslide prone points will be generated the map of landslides distribution points in the Pusuk area, vegetation analysis was also performed in this study. Data were analyzed descriptively and shown as images, tables and graphs. The result of this study showed that the landslide-prone points in Tourism Regions Pusuk located in coordinates (9064525, 399 632) at an altitude of 297 m above sea level with steep slope more than 60% . the soil condition with thin surface layer of soil and vegetation cover types such as shrubs. Keywords:mapping, landslide, Pusuktourist area. PENDAHULUAN Degradasi lahan yang diakibatkan oleh bencana alam cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sehingga dampak negatif yang diakibatkan menjadi semakin besar. Salah satu bencana alam yang sering terjadi adalah tanah longsor. Longsor adalah suatu pergerakan massa tanah pada bidang kelerengan, dari elevasi rendah dalam suatu waktu (Yudianto, 2006). Menurut data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan di wilayah Nusa Tenggara Barat dapat mencapai 50 mm/hari yang berpotensi memicu tanah longsor dan banjir bandang terutama pada sungai yang menjadi muara aliran air hujan. Daerah rawan bencana longsor di Pulau Lombok adalah Sembalun dan Belanting (Lombok Timur), Pusuk (Lombok Utara) dan Sekotong (Lombok Barat). Kawasan wisata Pusuk merupakan kawasan wisata yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Lombok Utara dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Lombok Barat. Kawasan wisata ini memiliki daya tarik wisata berupa bentang alam yang indah (tebing dan lembah yang ditutupi tumbuhan kayu keras) dan satwa primata berupa monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan lutung (Trachipitecus auratus). Akan tetapi, akhir-akhir ini banyak terjadi kerusakan habitat diakibatkan oleh aktivitas penebangan liar hutan di sekitar kawasan wisata Pusuk. Hal ini menyebabkan terjadinya longsor pada musim penghujan. Akibat longsor yang sering terjadi, akses jalan ke kota Tanjung terhambat dan bahkan sering ditutup. Akibat yang _____________________________________________ Volume 9, No. 1, Februari 2015
paling fatal adalah wisatawan yang akan mengunjungi kawasan ini mengalihkan pilihannya ke lokasi yang lain. Kondisi ini menyebabkan pariwisata di daerah ini tidak berkembang dari waktu ke waktu. Selain mengurangi daya tarik wisata di kawasan wisata Pusuk sendiri, kerusakan akses jalan (longsor) di kawasan ini menghambat aktivitas pariwisata lainnya. Salah satu pariwisata yang terkenal dalam skala internasional di KLU adalah Gili Matra. Penanganan longsor yang lambat dan lemah di daerah ini sering menyebabkan permasalahan menjadi semakin berat. Berbagai upaya pemerintah daerah dalam mengatasi masalah ini antara lain dengan membuat tanggul-tanggul buatan di beberapa daerah yang sering longsor. Akan tetapi, fakta yang terjadi di lapangan adalah titik-titik longsor selalu bertambah dan sulit diprediksi titik-titik yang memiliki tingkat keparahan dan kerawanan longsor yang tinggi. Sampai saat ini data dan informasi mengenai titik-titik longsor tersebut belum pernah diidentifikasi dan dipetakan secara lengkap. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian untuk memetakan titik-titik rawan longsor di kawasan wisata Pusuk serta mengidentifikasi faktor-faktor penting dan utama yang mempengaruhi terjadinya longsor. Dengan mengetahui titik-titik rawan longsor dan karakteristik geografis dan ekologis akan dapat dilakukan pencegahan meluasnya daerah longsor di kawasan wisata Pusuk. Selain itu juga, dengan mengetahui faktor-faktor penting yang berpengaruh, pemerintah dapat melakukan http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah11
tindakan yang tepat, efektif dan efisien serta ramah lingkungan dalam melakukan penanganan longsor.
=
/ ln
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai September 2014 di Kawasan Wisata Pusuk Kabupaten Lombok Utara. 0 0 9 9 9 3
1 7 7 9 9 3
2 4 6 9 9 3
PETA TITIK SAMPLING PENELITIAN
N
1 0 7 4 6 0 9
Keterangan : : Batas Kecamatan : Batas Desa : Jalan
1 0 7 4 6 0 9
: Pertanian : Perkebunan : Kawasan Lindung : Data Titik Sampling Penelitian
Kec. Pemenang Kab. Lombok Utara
2 7 5 4 6 0 9
Kec. Tanjung Desa Pemenang Timur Desa Malaka
2 7 5 4 6 0 9
Desa Pemenang Bar at
Kec. Batu Layar
Pulau Lombok
40
0
40 Meters
Kab.Lombok U a tr a
Kab. Lombok B arat
(Kusmana, 1997) Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh di lapangan melalui dokumentasi dalam pengamatan langsung. Sedangkan data sekunder meliputi data fisiografis daerah penelitian, kemiringan lereng, penggunaan lahan, curah hujan dan data lainnya. Data diperoleh melalui kajian pustaka dari berbagai sumber. Proses pemetaan dikerjakan dengan software Arc View 3.2 untuk menyajikan informasi visual tentang sebaran titik-titik rawan longsor di Kawasan Wisata Pusuk, Kabupaten Lombok Utara serta surfer untuk pemetaan kontur di lokasi penelitian.
Kab. Lombok T imur
Matar am
Kab. LombokT en gah
0 0 9 9 9 3
1 7 7 9 9 3
2 4 6 9 9 3
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Parameter yang akan diamati dalam penelitian ini adalah parameter-parameter fisik faktor penyebab terjadinya tanah longsor serta titik-titik rawan longsor yang berada di Kawasan Wisata Pusuk. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif. Rancangan penelitian ini akan mendeskripsikan hal-hal yang terkait dengan Pemetaan Titik-Titik Rawan Longsor dan Karakteristik Biogeografisnya di Kawasan Wisata Pusuk, Kabupaten Lombok Utara.
a.
Hasil Penelitian Kegiatan penelitian pemetaan titik-titik rawan longsor dan kondisi biogeografis di Kawasan Wisata Pusuk tahap I dan tahap II telah dilaksanakan. Periode pengambilan data tahap I dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2014 dan tahap II dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2014. Pengambilan data yang telah dilakukan yaitu marking di beberapa titik rawan longsor yang ada di Kawasan Wisata Pusuk dengan menggunakan GPS (Gambar 2 dan Gambar 3).
1.
Marking dan Digitasi Kontur Titik-titik Rawan Longsor Untuk membuat peta sebaran daerah rawan longsor, dilakukan marking pada titik-titik yang akan diamati dengan menggunakan GPS. Data yang dihasilkan oleh GPS direpresentasikan dalam bentuk data vektor. Data ini kemudian akan di digitasi dengan menggunakan software Arc View sehingga akan menghasilkan peta titik-titik rawan longsor di Kawasan Wisata Pusuk, Kabupaten Lombok Utara. 2.
Analisis Vegetasi Analisis vegetasi dilakukan setelah kegiatan pengamatan selesai. Analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat dengan ukuran 10 m x 10 m untuk mengetahui kerapatan jenis dan keanekaragaman jenis flora. ℎ =
Gambar 2. Titik Rawan Longsor di Kawasan Wisata Pusuk
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 9, No. 1, Februari 2015
12 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787 muka tanah berada di ketinggian 289 m di atas permukaan laut. Elevasi tertinggi di titik A pada marking koordinat di titik (9064525, 399632), ketinggian muka tanah berada di ketinggian 297 m di atas permukaan laut. Adapun hasil dari olah data kontur di titik A ditampilkan pada Gambar 4 berikut.
Gambar 3. Marking titik-titik rawan longsor di Kawasan Wisata Pusuk 1.
Jenis Vegetasi Selain itu juga dilakukan pengamatan kerapatan vegetasi dan keanekaragaman jenis vegetasi yang ada di titik-titik yang diamati. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ditemukan beberapa jenis vegetasi yang ada pada titik-titik yang diamati. Hasil analisis vegetasi di titik A menunjukkan bahwa ada 4 (empat) spesies tumbuhan yang ada yaitu kumbi, gamal, dadap hutan dan kelicung. Hasil perhitungan densitas relatif menunjukkan bahwa tumbuhan senggapur mendominasi vegetasi yang ada di titik A (40%), diikuti oleh tumbuhan gamal (33,33%), kemudian dadap hutan dan kelicung (13,33%). Di titik B juga ada 4 (empat) spesies tumbuhan yaitu kumbi, fikus, kelicung dan satu spesies yang belum teridentifikasi. Tumbuhan fikus berdasarkan hasil perhitungan densitas relatif mendominasi vegetasi yang ada di titik B (26,67%), diikuti oleh kumbi dan spesies 1 (13,33%), dan kelicung (6,67%). Sementara di titik C ada 6 spesies yang ada yaitu kumbi, kelicung, dadap hutan, dan 3 spesies lain yang belum diidentifikasi. Kumbi dan spesies 2 mendominasi vegetasi yang ada di titik C (20%), diikuti kelicung (13,33%), kemudian dadap hutan, spesies 1 dan spesies 3 (66,67%). 2.
Keadaan Kontur Daerah Penelitian Berdasarkan hasil marking titik dan olah data menggunakan program surfer didapatkan hasil sebagai berikut: a) Titik A Elevasi terendah di titik A pada marking di koordinat (9064496,399622), ketinggian _____________________________________________ Volume 9, No. 1, Februari 2015
Gambar 4. Peta Kontur di Titik A b)
Di titik B Elevasi terendah di titik B pada marking di koordinat (9064671, 399804), ketinggian muka tanah berada di ketinggian 274 m di atas permukaan laut. Elevasi tertinggi di titik B pada marking koordinat di titik (9064690, 399724), ketinggian muka tanah berada di ketinggian 278 m di atas permukaan laut. Adapun hasil dari olah data kontur di titik B ditampilkan pada Gambar 5 berikut.
Gambar 5. Peta Kontur di Titik B c)
Di titik C Elevasi terendah di titik C pada marking di koordinat (9064652, 399883), ketinggian muka tanah berada di ketinggian 246 m di atas permukaan laut. Elevasi tertinggi di titik C pada marking koordinat di titik (9064673, 399884), ketinggian muka tanah berada di ketinggian 250 m di atas permukaan laut. Adapun hasil dari olah data
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 kontur di titik C ditampilkan pada Gambar 6 berikut.
Media Bina Ilmiah13 adalah tergolong rendah yaitu 20%. Kondisi kemiringan lereng yang datar dan didominasi oleh pohon-pohon besar walaupun dengan indeks kerapatan rendah menyebabkan jarang terjadi longsor. Secara keseluruhan di Kawasan Wisata Pusuk yang memiliki intensitas curah hujan yang tinggi, tanah longsor terjadi pada daerah dengan kemiringan lereng terjal dengan tutupan lahan yang minim dan didominasi oleh tumbuhan semak. Sedangkan pada daerah dengan kemiringan yang agak curam dan lereng datar serta didominasi oleh pohon-pohon besar, tanah longsor jarang terjadi karena perakaran dari pohon-pohon mampu berfungsi sebagai pengikat tanah. PENUTUP
Gambar 6. Peta Kontur di Titik C b.
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa di titik A kemiringan lerengnya terjal berbatu dengan kemiringan di atas 60% dengan kondisi lapisan permukaan tanah yang tipis. Elevasi terendah di titik A berada di ketinggian 289 m di atas permukaan laut dan elevasi tertinggi berada di ketinggian 297 m di atas permukaan laut. Tipe perakaran dominan yang ada di titik A adalah tipe perakaran tunggang dimana spesies yang mendominasi adalah tumbuhan senggapur dengan densitas relatif 40%. Kemiringan lereng yang terjal dan jenis tumbuhan yang berupa semak menyebabkan di titik A rawan terjadi longsor. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Mutia dan Firdaus di tahun 2011 yang menyatakan bahwa daerah yang sangat rawan longsor berada di daerah perbukitan dengan kemiringan lereng agak terjal yakni 25-40% dan kemiringan ˃40%. Kondisi kemiringan lereng di titik B agak curam berbukit dengan kemiringan 30%. Elevasi tertinggi berada di ketinggian 278 m di atas permukaan laut, sedangkan elevasi terendah 274 m di atas permukaan laut. Spesies yang mendominasi di titik B adalah tumbuhan Ficus dengan tipe perakaran tunggang. Kondisi lapisan permukaan tanahnya relatif baik dan didominasi oleh pohonpohon besar sehingga di titik B tidak terjadi longsor. Di titik C kondisi kemiringan lerengnya adalah lereng datar dengan kemiringan lereng kurang dari 8%. Elevasi terendah di titik C berada di ketinggian 246 m di atas permukaan laut dan elevasi tertinggi berada di ketinggian 250 m di atas permukaan laut. Tumbuhan yang mendominasi adalah kumbi dengan tipe perakaran tunggang. Kerapatan vegetasi yang mendominasi di titik ini
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Titik rawan longsor di Kawasan Wisata Pusuk berada di koordinat (9064525, 399632) dengan ketinggian muka tanah berada di ketinggian 297 m di atas permukaan laut. 2. Titik rawan longsor di Kawasan Wisata Pusuk memiliki kemiringan lereng terjal berbatu dengan kemiringan di atas 60% dengan kondisi lapisan permukaan tanah yang tipis dan jenis tumbuhan yang berupa semak. DAFTAR PUSTAKA Asdak, Chay. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Bowles, JE.,1989. Sifat-sifat Fisik & Geoteknis Tanah, Erlangga, Jakarta, 562 hal. Dinata, IWHI et al. 2013. Pemetaan Daerah Rawan Bencana Longsor di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. http://ejournal.undiksha.ac.id. Diakses tanggal 30 Nopember 2013 pukul 10.00 WITA Gaol, ANL. 2010. Pemetaan Daerah Rawan Longsor Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara, Medan. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2008. Pengenalan Gerakan Tanah. http://www.esdm.go.id/publikasi/lainlain/ doc_download/489-pengenalan-gerakantanah.html . Diakses tanggal 27 nopember 2013 pukul 11.30 Kusmana, C. 1997. Metode Survei Vegetasi. PT. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 9, No. 1, Februari 2015
14 Media Bina Ilmiah Nandi,
2007. Longsor. Jurusan Geografi, FPIPS-UPI
ISSN No. 1978-3787 Pendidikan
Nuning Mutia, Firdaus.2011. Pemetaan Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kota Kendari. Jurnal Aplikasi Fisika Volume 7 Nomor 1 Februari 2011 Prahasta, E. 2005. Sistem Informasi Geografis. Edisi Revisi, Cetakan Kedua. CV. Informatika. Bandung. Priyono, K. D., Y. Priyana, dan Priyono. 2006. Analisis Tingkat Bahaya Longsor Tanah di Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara. Forum Geografi 20:175189. http://eprints.ums.ac.id/253/1/6._KUSW AJI_DWI_P.pdf [27 Nopember 2013]
_____________________________________________ Volume 9, No. 1, Februari 2015
Wahyunto, H. 2010. Kerawanan Longsor Lahan Pertanian. Balai Penelitian Tanah: Bogor. http://73fr37.blogspot.com/2011/12/pusuklombok-monkey-forest-your.html diakses tanggal 27 nopember 2013 pukul 11.30 http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456 789/59998/BAB%20II%20Tinjauan%20 Pustaka.pdf?sequence=3 diakses tanggal 30 nopember 2013 pukul 10.00 http://www.antarantb.com/print/23870/pu-benahiruas-jalan-mataram-tanjung-lintas-pusuk diakses tanggal 30 Nopember 2013 pukul 11.00
http://www.lpsdimataram.com