Bab. IV. ANALISIS GERAK PADA JEJER I ADEGAN KEDHATON ’PATHET NEM’ (Menggunakan pendekatan hasil disertasi Primadi) 4.1. Sajian data dan analisis lengkapnya (tabulasi pembacaan/analisis terhadap gerakgerak) dari adegan yang dikaji. Data disajikan dalam bentuk tabulasi dengan pembagian sebagai berikut: Kolom jejer, kolom sequence, kolom jumlah adegan transkripsi, kolom ‘stop motion’ perdetik, kolom seleksi stop motion, kolom gambar yang ditampilkan, kolom deskripsi sequence, kolom kisah sequence, kolom tipologi tokoh, kolom bahasa rupa Primadi detail, kolom teori Roger Long, kolom detail analisis gerak di adegan (kiri), kolom detail analisis gerak di adegan (kanan). Terdapat 70 pilihan gambar gerak ‘stop motion’, berarti terdapat 70 lajur dengan penjelasan pada masing-masing kolomnya.
Jejer yang dianalisis adalah jejer I (satu), ’Pathet Nem’ adegan Kedhaton. Pada naskah transkripsi bergambar, adegan Kedhaton menceritakan kemarahan Baladewa pada Gathotkaca yang kemudian dilerai oleh Prabu Kresna, berada di sequence ke-11 (sebelas). Jumlah gambar dari adegan yang disusun pada naskah transkripsi bergambar di sequence ke-11 ini, terdapat angka 19, artinya tersusun 19 (sembilan belas) gambar adegan. Sedangkan dari hasil seleksi data ’stop motion’ diperoleh 70 gambar adegan yang digunakan untuk pendataan pada tabel pembacaan analisis yang disajikan pada kolom ’seleksi stop motion’.
Pada kolom ’stop motion per-detik’ terdapat beberapa lajur yang menggunakan tanda panah menurun (
) merupakan tanda adanya lompatan beberapa file gambar yang
sama, sehingga hanya dipilih gambar dari file awal dan file terakhir dari urutan gambar ’gerak’ tersebut. Misalnya: pada lajur gambar yang ke 24 kolom ’stop motion per-detik’ terdapat kode 00.24
00.26
161
Berarti, terdapat satu gambar gerak yang terlewati, yakni gambar gerak yang muncul pada detik ke 00.25, yang tidak perlu dicantumkan pada tabel, karena adanya pengulangan gambar.
Pada gambar-gambar ’stop motion’ yang terdapat pada tabulasi secara keseluruhan berjumlah 45 menit, 01 detik, dengan rincian pada masing-masing lajur dari setiap gambar yang ditampilkan. Gambar-gambar yang terpilih hasil seleksi ’stop motion’ berjumlah 70 gambar dengan masing-masing nomer file yang terdapat pada masingmasing lajur dari gambar tersebut.
Pada tiap-tiap lajur dari gambar-gambar hasil seleksi ’stop motion’ sequence ke-11 ini, terdapat deskripsi pada masing-masing gambarnya. Pada kolom berikutnya, masingmasing gambar tersebut diceritakan masing-masing kisahnya dengan bantuan narasi dari naskah transkripsi bergambar yang sudah disiapkan sebelumnya. Karena yang diamati adalah ’gerak-gerak’ dari para tokoh yang terdapat pada sequence ke-11 ini, maka diperlukan tipologi dari para tokohnya. Melalui bantuan dari berbagai rujukan kaji pustaka tentang wayang kulit purwa, akhirnya dapat diperoleh bahan-bahan untuk menyusun deskripsi masing-masing tipologi tokohnya.
Kemudian pada tiap-tiap lajur juga dideskripsikan berdasarkan bahasa rupa Primadi secara detail dengan mendahulukan deskripsi posisi tokoh kiri ditambah ’gerak’ dan posisi kanan ditambah ’gerak’. Lalu pada tiap adegan gambar masih dapat dipecah lagi menjadi ’Tata Ungkapan Luar’1 (TUL) 1, TUL 2, TUL 3, TUL 4, karena pada tiap gambar masih dapat diungkap tata ungkapan luarnya. Setelah pendeskripsian dengan bahasa rupa Primadi, lalu dideskripsikan berdasarkan teori Roger Long. Pada teori Roger Long dideskripsikan posisi para tokoh-tokohnya melalui bahasa tubuh tertentu dengan
1
Tata Ungkapan Luar (TUL) adalah bagaimana mambuat perbedaan antara TUD di satu gambar dengan TUD pada gambar berikutnya (biasanya terdapat pada gambar-gambar yang dirangkai misalnya: relief, komik, film, dan sejenisnya), agar rangkaian gambar tersebut dapat diceritakan secara bersambungan. Untuk film biasanya TUL yang satu dengan TUL yang berikut peralihannya dibantu oleh teknik peralihan Teknik Peralihan (TP) seperti cut, dissolve, insert, fade, wipe, dan sebagainya. TUD adalah tata ungkapan yang dapat menyatakan keadaan ruang suatu gambar. Ruang juga bisa dalam arti dimensi, jarak antar wimba, maupun suatu tempat (lokasi).
162
menggunakan istilah-istilah pedalangan yang biasa digunakan pada pewayangan gaya Yogyakarta.
Akhirnya masing-masing deskripsi kolom-kolom tersebut digunakan sebagai bahanbahan untuk menganalisis secara detail gerak pada adegan dari masing-masing posisi tokoh sebelah kiri dan posisi tokoh sebelah kanan dalam ’jagad’ pewayangan dari sequence ke-11 lakon ’Parta Krama’ tersebut, untuk kepentingan penelitian ini. Untuk itu dapat di lihat sajian tabulasi dari lakon ’Parta Krama’ tersebut.
- Tabulasi lakon ’Parta Krama’ jejer I, pathet nem adegan ’Kedhaton Dwarawati’ sequence ke-11, gambar ke-1 sampai dengan ke-70.
163
4.2. Rumusan hasil analisis Jejer I “Pathet Nem” sequence ke-11, adegan Kedhaton Dwarawati.
Foto 4.1. : Kresna Repro: Ensiklopedi Wayang Indonesia (Jilid 3/k,l,m,n,p;1999: 778)
Tokoh prabu Kresna pada tabel, adalah raja dari kerajaan Dwarawati, yang menerima tamu prabu Baladewa dari kerajaan Mandura (Mandaraka), juga sebagai kakak kandungnya. Dalam adegan kedhaton Dwarawati, prabu Kresna dengan prabu Baladewa dan para tamu yang lain, selain Samba, dan patih Udawa, juga raden Gathotkaca yang mewakili kerajaan Ngastina terjadi pertemuan dan dialog. Tapi pada kesempatan dialog tersebut, Prabu Baladewa marah pada Gathotkaca dan mengusirnya, karena merasa lebih berkuasa. Prabu Kresna segera dapat mencegah, dan meminta Baladewa untuk lebih sabar dalam situasi demikian.
Hasil analisis pertama: Kiri: alus (TUL 1, 2, 3, 4: Alih obyek bergerak & alih waktu). Kresna: (pertama dari kiri) Raja, tuan rumah. Berkarakter cerdas dan pembaca situasi yang tepat, organisatoris perang.
182
Hasil analisis ke dua: 1. Bayangan bergetar, (tidak bergerak maju atau mundur) 2. Masih bergetar 3. Masih bergetar 4. Masih bergetar 5. Masih bergetar 6. Masih bergetar 7. Masih bergetar 8. Masih bergetar 9. Masih bergetar 10. Bergerak mundur 11. Mulai bergerak maju (wangsul majeng) 12. Bergerak maju (wangsul ngajeng) 13. Bergerak lebih cepat (mlayu banter) 14. Mlayu banter 15. Mlayu banter 16. Mlayu banter 17. Bergerak berputar 18. Bergerak berputar 19. Bergerak berputar 20. Bergerak berputar 21. Bergerak berputar 22. Bergerak berputar 23. Bergerak berputar 24. Bergerak berputar 25. Bergerak berputar 26. Bergerak berputar 27. Berputar menghadap lawan (ngajengaken) 28. Menabrak, mendekap lawan, saling tarik dorong (nubruk, nyikep, cangkletcengkah)
183
29. Nyikep, cangklet-cengkah 30. Nyikep, cangklet-cengkah 31. Nyikep, cangklet-cengkah 32. Nyikep, cangklet-cengkah 33. Melonggarkan pelukan, lawan mulai tenang dan siap berdialog 34. Melonggarkan pelukan 35. Melonggarkan pelukan 36. Melonggarkan pelukan 37. Melonggarkan pelukan 38. Melonggarkan pelukan 39. Melonggarkan pelukan 40. Mulai bergerak berdiri, kondisi lebih tenang 41. Berdiri menghadap lawan untuk berdialog (ngajengaken) 42. Ngajengaken 43. Ngajengaken 44. Ngajengaken 45. Ngajengaken 46. Ngajengaken 47. Ngajengaken 48. Ngajengaken 49. Ngajengaken 50. Ngajengaken 51. Ngajengaken 52. Ngajengaken 53. Ngajengaken 54. Ngajengaken 55. Ngajengaken 56. Bergerak pindah posisi 57. Bergerak pindah posisi 58. Bergerak pindah posisi 59. Bergerak maju (wangsul majeng)
184
60. Wangsul majeng 61. Wangsul majeng 62. Bergerak berputar 63. Bergerak berputar 64. Bergerak berputar 65. Bergerak berputar 66. Bergerak berputar 67. Berputar membelakangi lawan (mengker) 68. Mengker 69. Mengker 70. Kembali ke posisi semula
Gambar 4.2. Baladewa Repro: Ensiklopedi Wayang Indonesia (Jilid 1/a,b;1999: 778)
Tokoh prabu Baladewa, dalam tabel tersebut, adalah raja dari kerajaan Mandura (Mandaraka) yang sekaligus juga kakak kandungnya prabu Kresna. Dalam adegan kedhaton Dwarawati, prabu Baladewa pada kesempatan dialog dengan prabu Kresna, Samba, patih Udawa dan Gathotkaca, tiba-tiba marah pada Gathotkaca dan mengusirnya, 185
karena merasa lebih berkuasa. Prabu Kresna segera dapat mencegahnya dan meminta Baladewa untuk lebih sabar menghadapi situasi demikian
Analisis pertama Kiri: gagah (TUL 1, 2, 3, 4: alih obyek bergerak & alih waktu) Baladewa: (pertama dari kiri) Raja, tamu, kakak tuan rumah Berkarakter mudah marah, mudah tersinggung, setia pada keluarga.
Analisis ke dua 1. Bayangan membesar (bergerak), posisi tangan bersiap melakukan sesuatu tindakan (mathentheng). 2. Bergerak ke depan (wangsul majeng) 3. Bergerak maju lebih cepat (wangsuk majeng, mlayu) 4. Wangsul majeng, mlayu. 5. Bayangan bergradasi (siap berputar) 6. Bayangan memipih (berputar) 7. Bayangan memipih dan menuju gunungan (berputar di balik gunungan). 8. Gunungan kiri dan kanan sebagai istana (ruang istana) 9. Di ruang istana (dalam) menunggu tindakan selanjutnya 10. Bayangan muncul siap menyerang 11. Bergerak maju tapi mundur lagi 12. Bayangan menghilang 13. Bayangan menghilang 14. Bayangan menghilang 15. Bayangan mulai bergerak maju (wangsul majeng) lagi. 16. Wangsul majeng, bayangan membesar 17. Wangsul majeng 18. Wangsul majeng 19. Wangsul majeng 20. Wangsul majeng 21. Wangsul majeng
186
22. Wangsul majeng 23. Bergerak cepat (mlayu) 24. Mlayu 25. Mlayu 26. Bergerak lebih cepat mlayu banter 27. Dipeluk erat lawan (nyikep) gerakan untuk menyerang tertahan (cangkletcengkah) 28. Nyikep, cangklet-cengkah 29. Nyikep, cangklet-cengkah 30. Nyikep, cangklet-cengkah 31. Nyikep, cangklet-cengkah 32. Nyikep, cangklet-cengkah 33. Nyikep melonggar, tangan bergerak ke pinggul (mathentheng) siap berdialog. Emosi mulai tenang 34. Nyikep melonggar 35. Nyikep melonggar 36. Nyikep melonggar 37. Nyikep melonggar 38. Nyikep melonggar 39. Nyikep melonggar 40. Nyikep melonggar 41. Posisi berhadapan dengan lawan (ngajengaken) untuk berdialog 42. Ngajengaken 43. Ngajengaken 44. Ngajengaken 45. Ngajengaken 46. Ngajengaken 47. Ngajengaken 48. Ngajengaken 49. Ngajengaken 50. Ngajengaken
187
51. Ngajengaken 52. Ngajengaken 53. Ngajengaken 54. Ngajengaken 55. Ngajengaken 56. Bergerak pindah posisi 57. Bergerak pindah posisi 58. Bergerak pindah posisi 59. Bergerak duduk bersimpuh (makidhupuh) 60. Makidhupuh 61. Makidhupuh 62. Makidhupuh dan bergerak mundur 63. Makidhupuh dan bergerak mundur 64. Makidhupuh dan bergerak mundur 65. Makidhupuh dan bergerak mundur 66. Makidhupuh dan bergerak mundur 67. Makidhupuh dan bergerak mundur 68. Bergerak maju (wangsul majeng) 69. Wangsul majeng 70. Kembali ke posisi semula.
188
Gambar 4.3. Setyaki Repro: Ensiklopedi Wayang Indonesia (Jilid 4/r,s; 1999: 1207)
Tokoh Setyaki pada tabel, adalah tamu (saudara sepupu prabu Kresna) yang dipanggil prabu Kresna untuk membicarakan perkawinan Arjuna dengan Dewi Sembadra. Dalam adegan kedhaton Dwarawati, Setyaki sebagai tamu, berdialog dengan prabu Kresna, prabu Baladewa, patih Udawa dan Gathotkaca. Pada saat terjadi kemarahan prabu Baladewa terhadap Gathotkaca dan dapat dicegah prabu Kresna, Setyaki dalam posisi duduknya diam tidak berbicara ataupun bergerak samasekali.
Analisis pertama Kanan: gagah (TUL 1, 2, 3, 4: Alih obyek bergerak & alih waktu). Setyaki: (pertama dari kanan). Sepupu Prabu Kresna, datang di panggil oleh Kresna. Karakternya jujur dan serba adil, berbicara singkat dan tegas. Pada saat ini diam dan tenang.
Analisis ke dua 1. Posisi duduk dengan tangan bertumpu di pangkuan (angapurancang). 2. Gambar ke-1 sampai gambar yang ke-70, tidak ada perubahan gerak. Selama adegan ini, Setyaki duduk tenang dengan tangan di pangkuan (angapurancang)
189
Gambar 4.4. Gathotkaca Repro: Ensiklopedi Wayang Indonesia (Jilid 2/c,d,e,f,g,h,I,j; 1999:565)
Tokoh Gathotkaca pada tabel, adalah tamu yang mewakili pihak Begawan Abiyasa dan Pandawa. Dalam adegan kedhaton Dwarawati, Gathotkaca sebagai tamu, berdialog dengan prabu Kresna, prabu Baladewa, patih Udawa dan Setyaki untuk membicarakan kelanjutan acara perkawinan Arjuna dan Dewi Sembadra. Pada saat terjadi kemarahan prabu Baladewa terhadap Gathotkaca dan dapat dicegah prabu Kresna, Gathotkaca dalam posisi duduknya diam tidak berbicara ataupun bergerak samasekali, hanya pada adegan gambar ke-49 sampai gambar ke-51 (dalam waktu 3 detik), Gathotkaca mengangkat tangannya ke dada untuk menyatakan sikap.
Analisis pertama Kanan: gagah (TUL 1, 2, 3, 4: Alih obyek bergerak & alih waktu). Gathotkaca: (ke dua dari kanan). Anak dari Werkudara (salah satu dari lima Pandawa), sebagai tamu mewakili Pandawa. Berkarakter tegas, setia dan berjiwa patriot.
190
Analisis ke dua 1. Posisi dalam keadaan duduk dengan tangan lurus ke bawah (anjujur). Dari gambar ke-1 sampai gambar ke-48, tidak ada perubahan gerak. Selama adegan ini duduk tenang dengan posisi tangan lurus ke bawah (anjujur). Pada gambar, 49. Posisi tetap duduk, salah satu tangan terangkat ke dada. 50. Posisi tetap duduk, salah satu tangan terangkat ke dada. 51. Posisi tetap duduk, salah satu tangan terangkat ke dada. 52. Gambar ke-52 sampai gambar ke-70, Kembali dalam keadaan duduk dengan tangan lurus ke bawah (anjujur). Tidak ada perubahan gerak lagi.
191