13
BAB II KEJENUHAN BELAJAR MATA PELAJARAN SKI A. KEJENUHAN BELAJAR
1. Pengertian Kejenuhan Belajar. a. Pengertian Kejenuhan. Setiap manusia pasti akan mengalami kejenuhan. Kejenuhan terjadi di sela-sela masa giat yang dialami. Hal ini serupa dengan mesin kendaraan yang terus dipacu, lama kelamaan mesin itu menjadi panas dan perlu didinginkan untuk sementara sampai temperaturnya normal kembali. Suatu ketika, kita merasa bersemangat ketika menekuni sesuatu. Begitu bersemangat sehingga kita melupakan banyak hal. Namun masa-masa giat itu tidak bertahan lama. Sesudah itu muncul masa malas, lesu dan jemu.Inilah masa ketika ketekunan kita sampai dititik jenuh. Saat itu ketekunan ada di garis ambang batas, ia tidak mungkin dinaikan lebih tinggi. Setelah beberapa lama masa jenuh ini berjalan, tak lama kemudian muncul kembali kegairahan untuk menekuni kesibukan seperti semula. Demikian seterusnya, rasa giat dan jenuh, silih berganti datang satu pihak menyusul yang lainnya. Demikian juga yang terjadi pada siswa, sering kita menemukan beberapa siswa yang mengalami hambatan belajar.Ia sulit meraih prestasi dasar di sekolah, padahal telah mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh. Bahkan ditambah dengan pelajaran tambahan di rumah, tetapi hasilnya tetap kurang memuaskan.Sehingga siswa terkesan lambat melakukan tugas, yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Mereka tampak malas, mudah putus asa, acuh tak acuh, jenuh dan bosan. Terkadang disertai sifat menentang orang tua, guru, atau siapa saja yang yang mengarahkan mereka untuk belajar. Mereka juga sering menunjukkan sikap pemurung, mudah tersinggung. Bahkan tak jarang dari mereka yang bersikap menyimpang seperti membolos, melalaikan tugas dan mogok untuk belajar.1
1
Eka Dianti Usman, "Murid Sulit Belajar", htp//www.depdikbud.co.id, hlm.1
14
Berikut ini akan dipaparkan pengertian kejenuhan menurut para ahli : a) Menurut Abu Abdirrahman Al-Qawiy bahwa kejenuhan adalah tekanan sangat mendalam yang sudah sampai titik jenuh.2Siapapun yang merasa jenuh, ia akan berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari tekanan itu. b) Menurut Muhibbin Syah, jenuh juga dapat berarti jemu dan bosan dimana sistem akalnya tidak dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru. Sedangkan secara harfiah jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak memuat apapun.3 c) Menurut Sayyid Muhammad Nuh, Jenuh atau futur ialah suatu penyakit hati (rohani) yang efek minimalnya timbulnya rasa malas, lamban dan sikap santai dalam melakukan sesuatu amaliyah yang sebelumnya pernah dilakukan dengan penuh semangat dan menggebu-gebu serta efek maksimalnya terputus sama sekali dari kegiatan amaliyah tersebet.4 d) Dalam hadits juga disebutkan mengenai kejenuhan. Hadits ini bukan saja relevan, namun juga menunjukan bukti ketinggian ajaran Islam. Rasulullah SAW, berbicara tentang kejenuhan dan memberikan rambu-rambu yang lurus.
ﺒ ِﺩ ﻋ ﻥ ﻋ ﺙ ﹸﺤﺩ ﻴ ﺍﺎ ِﻫﺩﻤﺠ ﺕ ﻌ ﹸ ﺴ ِﻤ ﻥ ﻴ ﺼ ﺤ ﺭﻨِﻲ ﺒ ﺨ ﺒ ﹸﺔ َﺃ ﹾ ﻌ ﺸ ﺩ ﹶﺜﻨﹶﺎ ﹸ ﺤ ﺡ ﻭ ﺭ ﺩ ﹶﺜﻨﹶﺎ ﺤ ﺭ ﹲﺓ ﺸ ِ ل ٍ ﻤ ﻋ ﻡ ِﻟ ﹸﻜلﱢ ﺴﱠﻠ ﻭ ِﻴﻪ ﹶﻠﻪ ﻋ ﺼﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠ ل ﺍﻟﱠﻠ ِﻪ ُ ﻭﺭﺴ ل َ ل ﻗﹶﺎ َ ﻤﺭٍﻭ ﻗﹶﺎ ﻋ ﻥ ِ ﺒ ﺍﻟﱠﻠ ِﻪ ِﻴﺭ ﻏ ﺕ ِﺇﻟﹶﻰ ﹶ ﻥ ﻜﹶﺎ ﹶﻨ ﹾ ﻤ ﻭ ﺩ َﺃ ﹾﻓﹶﻠﺢ ﺴ ﱠﻨﺘِﻲ ﹶﻓ ﹶﻘ ﻪ ِﺇﻟﹶﻰ ﺭ ﹸﺘ ﺕ ﹶﻓ ﹾﺘ ﻥ ﻜﹶﺎ ﹶﻨ ﹾ ﻤ ﺭ ﹲﺓ ﹶﻓ ﺭ ٍﺓ ﹶﻓ ﹾﺘ ﺸ ِ ل ﻭِﻟ ﹸﻜ ﱢ 5
() رواﻩ اﻟﺒﻴﻬﻘﻲ
.ﻫﻠﹶﻙ ﺩ ﹶﻓ ﹶﻘﹶﺫﻟِﻙ
Menceritakan pada kami Rauh, menceritakan pada kami Su`bah, mengabarkan kepadaku Husoin, aku mendengar dari mujahid dari Abdillah bin Amr berkata: Rasulullah SAW. Bersabda: Sesungguhnya setiap amal itu ada masa giatnya dan setiap giat itu ada masa jenuhnya (futur), maka barang siapa yang jenuhnya membawa kearah sunnah, maka dia mendapat petunjuk. Namun barang siapa yang jenuhnya membawa ke selain itu (selain sunnah Nabi SAW), maka dia binasa. (HR. Al-Baihaqi).
2
Abu Abdirrahman Al-Qawi, Mengatasi Kejenuhan, (Jakarta : Khalifa, 2004)cet.1, hlm. 1 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), cet.2 hlm. 161 4 Sayyid Muhammad Nuh, Penyebab Gagalnya Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), cet.5, hlm. 15 5 Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad bin Hambal, (Kairo, Dar Al-Fikr, Jilid II), hlm. 210 3
15
Hadits tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap kegiatan atau aktivitas yang kita lakukan pasti ada masa giat dan masa jenuhnya. Begitu juga dengan belajar yang giat, terus menerus dan berulang-ulang tanpa mengalami perubahan tentunya akan membuat seorang siswa menjadi malas, bosan, tertekan, jemu, lemah dan sebagainya. Dalam ayat-ayat Al-Qur’an tidak ditemukan secara tegas ayat yang mengkaji tentang kejenuhan, namun perilaku kejenuhan manusia bisa ditemukan seperti contoh sikap isti’jal orang kafir yaitu yang minta disegerakan adzab, orang kafir bersikap sombong lalu menghina para Nabi dengan menuntut mereka agar membuktikan adzab yang diancamkan. Hal ini tersirat dalam surat Al Baqarah ayat 61.
ﺝ ﹶﻟﻨﹶﺎ ﺨ ِﺭ ﻴ ﹾ ﻙ ﺒ ﺭ ﻉ ﹶﻟﻨﹶﺎ ﺩ ﺤ ٍﺩ ﻓﹶﺎ ِ ﺍﺎ ٍﻡ ﻭﻁﻌ ﹶﹶﻠﻰﺭ ﻋ ﺼ ِﺒ ﻰ ﻟﹶﻥ ﱠﻨﻭﺴﻴﻤ ﻡ ﻭِﺇ ﹾﺫ ﹸﻗ ﹾﻠ ﹸﺘ ل َ ﺎ ﻗﹶﺎﺼِﻠﻬ ﺒ ﻭ ﺎﺴﻬ ِ ﺩ ﻋ ﻭ ﺎﻭﻓﹸﻭ ِﻤﻬ ﺎﻭ ِﻗﺜﱠﺂ ِﺌﻬ ﺎﺒ ﹾﻘِﻠﻬ ﺽ ﻤِﻥ ﺭ ﻷ َﺕ ﺍ ﺎ ﺘﹸﻨ ِﺒ ﹸِﻤﻤ ﺎﻥ ﹶﻟﻜﹸﻡ ﻤ ﺭﹰﺍ ﹶﻓِﺈﻫ ِﺒﻁﹸﻭ ﹾﺍ ِﻤﺼ ﺭ ﺍ ﻴ ﺨ ﻭ ﹶ ﻫ ﺩﻨﹶﻰ ﺒِﺎﱠﻟﺫِﻱ ﻭ َﺃ ﻫ ﻥ ﺍﱠﻟﺫِﻱ ﺒ ِﺩﻟﹸﻭ ﺴ ﹶﺘ َﺃ ﹶﺘ ﻥ ﺍﻟﱠﻠ ِﻪ ﹶﺫﻟِﻙ ﻤ ٍﺏﻭ ﹾﺍ ﺒِ ﹶﻐﻀ ﺂ ُﺅﻭﺒ ﺴ ﹶﻜ ﹶﻨ ﹸﺔ ﺍ ﹾﻟﻤﻡ ﺍﻟ ﱢﺫﱠﻟ ﹸﺔ ﻭ ِﻴﻬ ﹶﻠﺕ ﻋ ﺒ ﹾ ﻀ ِﺭ ﻭ ﻡ ﺴَﺄ ﹾﻟ ﹸﺘ ﺎ ِﺒﻤﻕ ﹶﺫﻟِﻙ ﺤﱢ ﻴﺭِ ﺍ ﹾﻟ ﻥ ﺒِ ﹶﻐ ﻴﻥ ﺍﻟ ﱠﻨ ِﺒﻴ ﻴ ﹾﻘ ﹸﺘﻠﹸﻭ ﻭ ﺕ ﺍﻟﱠﻠ ِﻪ ِ ﺎﻥ ﺒِﺂﻴ ﻭﻴ ﹾﻜ ﹸﻔﺭ ﻡ ﻜﹶﺎﻨﹸﻭ ﹾﺍ ﻬ ِﺒَﺄ ﱠﻨ (61 : ﻥ )ﺍﻟﺒﻘﺭﺓ ﻭﻌ ﹶﺘﺩ ﻴ ﻭﻜﹶﺎﻨﹸﻭ ﹾﺍ ﻭ ﹾﺍﻋﺼ Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, “ Hai Musa, kami tidak sabar hanya dengan satu macam makanan saja, maka mohonlah untuk kami ke pada Tuhanmu agar Dia mengeluarkan untuk kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang ‘adasnya, dan bawang merahnya.” Musa berkata, “ maukah kamu mengambil sesuatu yang lebih rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu kesuatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta.” Dan ditimpakan kepada mereka kenistaan dan kehinaan serta meraka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh Nabi-nabi tanpa kebenaran. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan adalah mereka melampaui batas. 6
6
Departemen Agama RI, Al- Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta : Sari Agung, 1999) hlm. 16
16
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa siapapun yang merasa jenuh, jemu, bosan, dia akan berusha sekuat tenaga melepaskan diri dari tekanan itu.7 b. Pengertian Belajar Apabila kita mendengar kata belajar, mungkin fikiran kita terbayang adanya siswa yang serius, mendengarkan dan memperhatikan guru yang sedang memberikan pertanyaan yang ada di dalam kelas, atau seseorang siswa yang membaca buku. Akan tetapi yang lebih luas bukanlah demikian, karena aktivitas belajar bukan hanya untuk siswa saja dan terbatas ruang kelas. Pengertian yang umum itu tidak dibatasi kapan saja, dimana saja dan dari siapa saja. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiata yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang di alami oleh siswa sebagai anak didik.8 Berikut ini akan dipaparkan pengertian belajar menurut beberapa ahli: a) Elizabeth B. Harlock, learning is development that comes from exercice and effort.9 Belajar adalah suatu perkembangan setelah adanya proses (latihan) dan usaha (belajar). b) Clifford T. Morgan mengemukakan bahwa learning is any relatively permanent change in behavior that is result of past experience.10 Belajar adalah segala perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku yang merupakan hasil dari pengalaman masa lalu. c) Menurut Agus Hardjana, belajar adalah kegiatan untuk mendapat pengetahuan, pemahaman tentang sesuatu hal, atau penguasaan kecakapan dalam suatu hal atau bidang hidup tertentu lewat usaha pengajaran dan pengalaman.11
7
Raymond J. Wlodkowski dan Judith H. Jaynes, Motivasi belajar, (Jakarta: Cerdas Pusaka, 2004), cet.1, hlm. 127-130 8 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991) cet.1, hlm. 118 9 Elizabeth B. Harlock, Chiid Development, (Tokyo: MC Graw-Hill Cogatushe, 1978). hlm. 28 10 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York : MC Graw-Hill, 1971), hlm. 87 11 Agus Hardjana, Kiat Sukses Studi di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Kanisius, 1994 ), cet.1, hlm. 81
17
d) Menurut Ali, belajar adalah proses perubahan prilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan.12 e) Menurut shohih Abdul Aziz, belajar adalah:
ٍـﺎ ﺒِ ﹶﻘﺔﺭ ٍﺓ ﺴ ﺒ ﺨ ِ ﻋﻠﹶﻰ ﺭُﺃ ﻁ ﻴ ﹾ ِﱢﻠﻡﻤ ﹶﺘﻌ ﻥ ﺍ ﹾﻟ ِ ﻫ ﻲ ِﺫ ﺭ ِﻓ ﻴ ﻭ ﹶﺘ ﹾﻐﻴِـ ﻫ ﻡ ﻌﱡﻠ ﻥ ﺍﻟﺘﱠـ ﹶﺍ .ﺍـﺩـ ِﺩ ﻴﺍ ﺠﻴﺭ ـﺎ ﹶﺘﻐِﻴِـﻴﻬ ﺙ ِﻓ ــ ِﺩ ﹸﻴﺤ ﹶﻓ Belajar adalah perubahan di dalam diri siswa berdasarkan penyalinan masa lalu, sehingga terciptanya perubahan yang baru. 13 Dari definisi yang telah dikemukakan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang antara lain mempunyai ciri-ciri yaitu: a). Menghasilkan perubahan pada individu yang belajar. b). Perubahan itu terjadi karena usha yang disengaja dan perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan karena pengalaman baru yang berlaku dalam waktu relatif lama dan tetap. Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan secara sengaja yaitu usaha melalui latihan dan pengalaman, sehingga timbul kecakapan baru dalam dirinya. Kecakapan baru sebagai pola tingkah laku manusia itu sendiri dari beberapa aspek yang meliputi pengentahuan, pengertian, sikap, keterampilan, kebiasaan, emosi, budi pekerti dan apresiasi. Kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental seseorang saat mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sangat sehingga mengakibatkan timbulnya rasa lesu tidak bersemangat atau hidup tidak bergairah untuk melakukan aktivitas belajar.14 Sedangkan pengertian kejenuhan belajar menurut Robert adalah rentang waktu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil.15 Jadi maksud kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental siswa dalam rentang waktu tertentu malas, lelah, bosan, lesu, tidak bersemangat, tidak berghairah untuk melakukan aktivitas belajar. 12
Muhammad ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Sinar Baru AlGinsindo, 2000 ) cet.10, hlm. 14 13 Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Mudjid, Al-Tarbiyah wa Turuqu Al-Tadris (Mesir: Darul Ma`arif, 1979) Juz I, hlm. 169 14 Thursen Hakim, Belajar Secra Efektif, ( Jakarta: Puspa Swara, 2004 ), cet. 4, hlm. 62 15 Muhibbin syah, op cit., hlm. 162
18
2. Jenis-jenis Kejenuhan Satu langkah penting yang sangat dibutuhkan ketika kita mulai berusaha mengatasi masalah kejenuhan, yaitu mengenali jenis-jenih kejenuhan. Secara umum ada tiga jenis kejenuhan yaitu kejenuhan positif, kejenuhan wajar dan kejenuhan negatif. a. Kejenuhan Positif Kejenuhan positif adalah kejenuhan terhadap segala sesuatu yang buruk, baik berupa penyimpangan perilaku, perbuatan dosa, tindak kezhaliman, kesesatan, hingga keyakinan bathil, contoh kejenuhan positif: misalnya seorang bosan berhura-hura, bosan menipu, bosan berbuat dosa dan lain-lain.16 Kejenuhan positif tidak perlu dilawan, atau di carikan kiat-kiat tertentu untuk memusnahkannya. Akan tetapi, kejenuhan seperti ini harus terus ditumbuh kembangkan. b. Kejenuhan wajar. Kejenuhan wajar merupakan kejenuhan yang sangat lumrah terjadi. Setiap orang melakukan kesibukan berulang-ulang pasti akan mengalami kejenuhan. Kejenuhan wajar sering kita jumpai dalam aktifitas belajar, berkerja, berumah tangga, bergaul dan lain-lain.17 Dari pengertian diatas jelas bahwa kejenuhan wajar pasti akan dialami setiap orang, karena kejenuhan tidak bisa dihapuskan dan sudah menyatu dengan kodrat hidup manusia. c. Kejenuhan Negatif Kejenuhan negatif adalah kejenuhan yang berat, merusak kehidupan dan bisa memicu munculnya keburukan-keburukan lain yang lebih serius. Kejenuhan negatif, misalnya kejenuhan akibat kegagalan, kesempitan hidup, penganiyayaan, sakit hati, juga hidup kacau dan lain-lain.18 Kejenuhan negatif merupakan bahaya bagi kehidupan manusia karena pengaruhnya sangat buruk.
16
Abu Abdirrahman Al-Qawiy, op cit., hlm. 133 Ibid., hlm. 135 18 Ibid., hlm. 136 17
19
3. Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar. Kejenuhan adalah suatu proses bertahap yang merusak fisik, emosi dan psikis, ini disebabkan oleh stresor (penyebab stres) yang potensial dari dalam diri orang itu sendiri maupun dari pihak luar dirinya.19 Kejenuhan problematika hidup, apalagi jika kadar kejenuhan melebihi ambang kewajaran. Tidak ada jalan lain yang ditempuh, selain mengatasi kejenuhan itu dengan sebaik-baik cara. Untuk tujuan itu kita perlu memahami sebab-sebab timbulnya kejenuhan. Dengan memahami sebab-sebab ini kita akan memperoleh beberpa manfaat penting antara lain : 1) Kita memiliki pengetahuan untuk memahami gejala-gejala yang terjadi dalam kehidupan. 2) Kita bisa menhindari kejenuhan yang merugikan. 3) Kita bisa menyusun strategi yang tepat untuk mengatasai kejenuhan ketika ia datang melanda. 4) Kita akan memiliki kemunkinan besikap yang lebih bijaksana.20 Dalam bukunya Abu Abdirrahman Al-Qowiy disebutkan, sebab-sebab yang menimbulkan kejenuhan : a) b) c) d) e) f) g) h)
Kesibukan monoton. Prestasi mandeg. Lemah minat. Penolakan hati nurani. Kegagalan berusaha. Penghargaan nihil. Ketegangan panjang. Perlakuan buruk.21 Untuk lebih jelasnya maka akan penulis paparkan satu persatu :
a) Kesibukan monoton. Kemonotonan sering kali merupakan salah satu sebab kebosanan. Melakukan hal yang sama secara berulang-ulang tanpa beberapa perubahan juga dapat membuat jenuh.22 Sebab paling umum dibalik timbulnya rasa jenuh adalah kesibukan yang monoton. Seseorang yang mengerjakan sesuatu
19
Armand T. Fabella, Anda Sanggup Mangatasi Stres, (tt.p : Ofset, 1993), hlm. 117 Abu Abdirrahman Al-Qawiy, op. cit., hlm. 79 21 Ibid, hlm.80-106 22 Raymond J. Wlodkowski dan Judith, op. cit, hlm.127-130 20
20
berulang, dengan proses sama, suasana yang sama, hasil sama, dalam kurun waktu yang lama. Misalnya seorang siswa yang diajar oleh gurunya dengan menggunakan metode yang tidak tersebut
menggunakan
metode
bervariasi, setiap pertemuan gurunya ceramah,
mencatat,
merangkum,
menerangkan saja tanpa diselini dengan metode yang lain maka hal tersebut juga bisa menimbulkan kejenuhan. Dalam hadits juga disebutkan menurut Imam Abi Abdillah Muhammad :
ﻤﻨﹾﺼﻭ ﺭ ﻋﻥ ﺭ ﻴﺩ ﺜﹶـﻨﺎ ﺠّ ﺤ: ﺒ ﹶﺔ ﻗﺎ لﺸﻴ ﻥ ﺃﺒﻲ ﹶ ﻥﺒ ﺩ ﺜﹶـﻨﺎ ﻋﺸﻤﺎّ ﺤ ل ﺱ ﻓِﻲ ﻜـ ﱢ ﺭ ﺍﻟﻨﺎ ﻴ ﹶﺫ ﻜﱢ ﺩ ﺍﷲ ﻜﺎ ﻥ ﻋﺒ: ﺭٍﻋﻥ ﺃَﺒـﻲ ﻭﺍ ﺌـل ﻗﺎ ل ﺭ ﹶﺫﻜﱠـﺕ ﹶﺍ ﱠﻨﻙ ﺩ ﹸ ِﺩ ﻴﺎ ﺍﹶﺒﺎ ﻋﺒﺩ ﺍﻟﺭ ﺤﻤﻥ ﹶﻟﻭ: ل ﻗﺎل ﻟﻪ ﺭﺠ،ٍﺨﻤِـﻴﺱ ﹶ ﺘﹶﻨﺎ ﻜـ ﱠ ﻥ ﻩ ﺃ ﺭ ﻥ َﺃ ﹾﻜ ﻙ َﺃ ﻥ ﹶﺫ ِﻟ ـ ﹶﻨﻌِـﻨِﻲ ِﻤﻴﻤ ﻪ ﺃَﻤﺎ ِﺇﻨﱠ: ﻗﺎل.ﻭ ٍﻡل ﻴ (ﻲ )ﺹ ﻥ ﺍﻟﻨﺒ ﻭ ﻋِﻅ ِﺔ ﻜﻡ ﻜﺎ ﻤ ﻡ ﺒﺎ ﻟـ ﻭ ﹸﻟـ ﹸﻜ ﺨ ﻭ ِﺇﻨﱢﻲ َﺃ ﹶﺘ ﹶ،ُﺃﻤِـﱠﻠ ﹸﻜﻡ
َ ﻴ ( ) ﺭﻭﺍﻩ ﺒﺨﺎﺭﻱ.ﻤﺔِﻋـﻠـﻴـﻨﹶﺎ ـﺎﺨﺎ ﹶﻓ ﹶﺔ ﺍﻟـﺴﻭ ﻟﹸﻨﺎ ﺒﻬﺎ ﻤ ـ ﹶﺘﺨﹶـ Usman binAbi Syaibah menceritakan kepada kami, ia berkata: menceritakan kepada kami Jarir dari Mansyur dari Abi Wa'il ra, dia berkata : "adalah Abdullah (bin Umar) ra. Suka mengajar manusia setiap hari kamis." kemudian ada seorang berkata kepadanya "wahai Abu Abdurrahman (Sapaan akrab Abdullah), aku sungguh-sungguh suka jika anda mengajar kami setiap hari." Maka Abdullah berkata : "tidak ada yang menghalangi ku melakukan hal itu, kecuali aku khawatir kalian menjadi bosan. Sesungguhnya aku mengajarkan ilmu kepada kalian seperti Nabi SAW. Dulu mengajarkan hal itu kepada kami, (beliau) khawatir kami menjadi bosan. 23 ( HR. Bukhari). b) Prestasi mandeg. Sebab selanjutnya yang kerap memicu kejenuhan adalah kemandegan prestasi. Siswa yang terus menerus belajar dengan giat secara konsisten tidak kenal lelah pantang menyerah. Namun setelah sekian lama belajar tidak mengalami perubahan yang diharapkan. Maka kndisi seperti ini berpotensi melahirkan kejenuhan, bahkan rasa prustasi.
23
Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail, Sohih Bukhari, (Bairut Lebanon: Darul Kutub al-Alamiah, 1992) Juz I, hlm. 31
21
c) Lemah minat. Kejenuhan juga akan muncul ketika seseorang menekuni yang tidak diinginkan. Demikian pula dengan siswa yang sejak awal tidak menyukai atau tidak minat pada mata pelajaran tertentu ia akan selalu merasa jenuh dan bosan terhadap mata pelajaran tersebut. d) Penolakan hati nurani. Penyebab selanjutnya adalah tinggal atau berkecimpung di sebuah lingkungan yang tidak sesuai dengan hati nurani. Demikian pula dengan seorang siswa, kalau tempat sekolahnya karena dipilih oleh orang tua tidak sesuai dengan kehendaknya maka ia akan merasa jenuh dan malas untuk sekolah. e) Kegagalan beruntun. Penyebab lain kejenuhan adalah kegagalan yang beruntun. Seorang siswa yang pernah mengalami kegagalan dalam meraih prestasi di sekolah pdahal ia telah belajar dan berusaha tetapi gagal. Maka siswa tersebut pasti mengalami kejenuhan. f) Penghargaan nihil. Sebab lain yang memicu kejenuhan adalah penghargaan kecil terhadap penghargaan prestasi pengorbanan yang telah dilakukan.Didunia belajar, betapa banyak kita saksikan pelajar-pelajar yang kecewa terhadap guru atau lembaga penyelenggara pendidikan. g) Ketegangan panjang. Sebab selanjutnya yang menimbulkan kejenuhan adalah ketegangan yang berkepanjangan Ketegangan dalam hidup kadang perlu, setidaknya agr hidup ini tidak terasa datar atau monoton. Tetapi ketegangan yang terusmenerus bisa menimbulkan kejenuhan besar. h) Perlakuan buruk. Sebab lain yang kerap kali menimbulkan kejenuhan adalah perlakuan buruk. Hal tersebut juga bisa terjadi pada siswa yang mendapat perlakuan buruk dari gurunya pada salah satu bidang studi, tentunya siswa tersebut akan merasa jenuh, bosen dan males terhadap mata pelajaran itu.
22
Banyak sebab yang melatarbelakangi timbulnya kejenuhan, sebabsebab iu berasal dari diri sendiri, dari kesibukan yang ditekuni, dari lingkungan pergaulan, suasana hidup masyarakat, alam sekitar bahkan dari pemikiran yang dianut.24 Kejenuhan merupakan pertanda ketidak seimbangan hidup,oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut perlu introspeksi diri dan melakukan penyesuaian diri.Menurut Spiro yang dikutip oleh Ratna Agustine, ada tiga penyebab utama kejenuhan : 1. Stres 2. Kelelahan. 3. Kejenuhan Emosi.25 Kejenuhan belajar, sebagaimana kejenuhan pada aktivitas-aktivitas lainnya, pada umumnya disebabkan suatu proses yang berlangsung secara monoton (tidak bervariasi) dan telah berlangsung sejak lama. Adapun faktorfaktor yang menjadi penyebab kejenuhan belajar sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Cara atau metode belajar yang tidak bervariasi. Belajar hanya di tempat tertentu. Suasana belajar yang tidak berubah-ubah. Kurang aktivitas rekreasi atau hiburan. Adanya ketegangan mental kuat dan berlarut-larut pada saat belajar.26 Kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai
pada batas kemampuan jasmaniahnya, karena bosan (boring) dan kelelahan (fatigue). Namun, penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan. Keletihan siswa dapat dikatagorikan menjadi tiga macam, yaitu: 1). Keletihan indra siswa. 2). Keletihan fisik siswa. 3). Keletihan mental siswa.27
24
Ibid Ratna Agustine, "Menghalau Kejenuhan Bekerja", 32/1/14/ 26 Thursan Hakim, op cit., hlm. 63-65 27 Muhibbin syah, op. cit., hlm. 163 25
23
Keletihan mental pada siswa merupakan faktor utama penyebab munculnya kejenuhan belajar, oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab keletihan siswa, yaitu: a). Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri. b). Karena kecemasan siswa terhadap standar atau patokan keberhasialan di bidang-bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut sedang merasa bosan mempelajari bidang-bidang studi. c). Karena siswa berada ditengah-tengah situasi kompetitif yang lelah menuntut lebih banyak karya intelek yang berat. d). Karena siswa mempunyai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnaya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia buat sendiri. Dalam keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Agar kita dapat mencapai keberhasilan belajar yang maksimal, tentu saja kita harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi belajar tersebut. Secara garis besar faktor-faktor mempengaruhi belajar itu dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.28 Sedangkan Aminudin Rasyad, menyebutnya dengan nama faktor indogen dan faktor exogen 29 a. Faktor Internal Faktor internal aalah faktor yang ada dalam individu yang belajar. Faktor tesebut dapat di golongkan menjadi dua golongan yaitu faktor-faktor fisiologis dan faktor- faktor Psikologis.30 1) Faktor-faktor fisiologis. Kondisi jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas
28
Thursan Hakim, op. cit., hlm.11 Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran,( Jakarta : Uhamka Press, 2003) Cet. 4, hlm. 103 30 Sumadi, Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995), Cet.7, hlm. 249 29
24
ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang di pelajarinya pun kurang atau tidak terbekas.31 2) Faktor-faktor psikologis. Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah; intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, motif, kematangan dan kelelahan.32 b. Faktor Eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar induvidu.33 Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompakkan menjadi beberapa faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat dan waktu. 1) Faktor keluarga. Siswa yang belajar akan meenerima pengaruh dari keluarga berupa : cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. 2) Faktor sekolah. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup : metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan mahasiswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. 3) Faktor Masyarakat. Masyarakat merupakan faktor eksteren yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat.34 4) Faktor waktu. Waktu memang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Sebenarnya yang sering menjadi masalah bagi siswa bukan ada atau tidaknya waktu, 31
Muhibbin syah, op. cit., hlm.131 Slamato, op. cit., hlm. 55 33 Ibid, hlm. 60 34 Ibid, hlm. 60-70 32
25
melaikan bisa atau tidaknya mengatur waktu yang tersedia untuk belajar.35 4. Cara mengatasi kejenuhan belajar. Menurut Paryati Sudirman cara mengatasi kejenuhan adalah dengan membuat suasana baru, misalnya dengan memperbaharui suasana kamar, mengubah posisi perabot kamar untuk menimbulkan nuansa baru dan memberikan kesegaran, mengadakan rekreasi untuk mengendorkan syaraf-syaraf yang tegang, tertawa.36 Selain itu ada beberapa strategi untuk mengatasi kejenuhan diantaranya adalah: 1. Ambilah inisiatif. 2. Berganti karir. 3. Kembali belajar.37 4. Memanfaatkan keahlian dalam bidang lain. 5. Meciptakan keseimbangan.38 Kejenuhan, sebagai suatu stres yang sangat negatif adalah sebuah masalah didalam. Hal itu terjadi didalam diri orang itu sendiri. Karena itu menjadi urusannya sendiri untuk mencegah atau melawan kejenuhan. Langkahlangkah dapat diambil untuk mengurangi adanya kejenuhan bukan berpengkal pada sifat-sifat permanen orang, melainkan pada faktor-faktor sosial dan situasional, spesifik yang dapat diubah. Strategi-strategi yang digunakan untuk mengatasi kejenuhan menurut Armand T. Fabella adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g.
Tingkatkan mawas diri. Pelajarilah pengetahuan dan keterampilan baru. Santai. Kembangkan minat-minat baru. Gerak badan secara teratur. Kembangkan ketrampilan mengatur waktu. Kembangkan dan tumbuhkan rasa humor.39 35
Thursan Hakim, op. cit., hlm. 20 Paryati Sudarman, Belajar Efektif di Perguruan Tinggi, (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2004) cet. 1, hlm. 116 37 Rieka Harahap, Sukses dan Prestasi, (Jakarta : Mitra Utama, 2003) cet. 16, hlm. 66-67 38 Sigit Maryanto, Sukses dan Prestasi, (Jakarta: Mitra Utama, t.th) hlm. 34-35 39 Armand T. Fabella, op. cit., hlm. 119-122 36
26
Sedangkan menurut Abdurrahman Alqawiy, langkah-langkah praktis yang bisa ditempuh untuk mengatasi kejenuhan adalah: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Istirahat sejenak. Ubah suasana sekitar. Pelihara kebersihan dan kerapian. Cari kesibukan lain. Komsumsi buah segar. Mandi air dingin. Lakukan tindakan pemijitan. Curhat kepada orang lain. Carilah hiburan sehat.40 Berikut ini ada beberapa metode yang membuat belajar siswa lebih
stimulus, antara lain: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Berikan keberagaman dalam belajar. Hubungan pembelajaran dengan ketrampilan siswa. Gunakan kemampuan tak terduga dalam menjaga lingkungan pembelajaran. Gunakan metode dan muatan pengajaran baru dan tidak biasa pada siswa. Beri siswa pertanyaan dan tugas-tugas yang membuat mereka berfikir diluar kepala.41 Sudahkah murud-murid aktif berpartisipasi dalam pelajaran. Memberikan pengaruh baik yang konsisten. Menciptakan pengalaman belajar yang memiliki akibat atau hasil yang wajar. Menggunakan teknik-teknik belajar bersama. Mendorong murid-murid untuk memilih dalam situasi belajar. Memberikan pelajarang yang menantang.42 Menurut Thursan Hakim, usaha-usaha untuk mencegah dan mengatasi
kejenuhan adalah sebagai berikut: 1). Belajar dengan cara atau metode yang bervariasi. 2). Mengadakan perubahan fisik di ruang belajar. 3). Menciptakan situasi baru diruang belajar. 4). Melakukan aktivitas rekreasi dan hiburan. 5). Hindarkan adanya ketegangan mental saat belajar.43 Menurut Muhibbin Syah, keletihan mental yang menyebabkan munculnya kejenuhan belajar itu lazimnya dapat diatasi dengan menggunakan kiat-kiat antara lain : a. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak. 40
Abu Abdirrahman Al-Qawiy, op cit, hlm. 140-155 Raymond J. Wlodkowski dan Judith H. Jaynes, op cit, hlm 147-149 42 Raymond J. Wlodkowski dan Judith H. Jaynes, Hasrat untuk Belajar (Membantu Anakanak Termotifasi dan Mencintai Belajar), (Yogyakarta : Pusaka Pelajar, 2004), cet.1, hlm. 159-165. 43 Thursan Hakim, op cit, hlm. 66-69 41
27
b. Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dan hari-hari belajar yang lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat. c. Pengubahan dan penataan kembali lingkungan belajar. d. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari sebelumnya. e. Siswa harus berbuat nyata dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.44 Sedangkan menurut Randall MC. Cutcheon, ada beberapa cara mengatasi rasa bosan atau kejenuhan belajar adalah : 1. 2. 3. 4. 5.
Pertanyaan tak berarti. Ngelantur. Perdebatan sandiwara. Jangan membolos. Duduk di bangku depan.45 Dari cara-cara mengatasi kejenuhan tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa apapun masalahnya pasti ada jalan keluarnya. Demikian pula dengan kejenuhan kalau orang yang mengalaminya itu mau berusaha dan menghindar serta mengambil beberapa cara tersebut, niscaya akan hilang rasa kejenuhan yang muncul. 5. Dampak Buruk Kejenuhan. Dampak-dampak buruk yang ditimbulkan oleh kejenuhan, antara lain : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Sebagai penyakit Produktifitas menurun. Rencana gagal. Hasil tidak matang. Orientasi berubah. Muncul sikap usil. Sikap antipati. Mencari pelarian. Menyuburkan perilaku hipokrit. Memicu kezhaliman. Menimbulkan frustasi.46 Dari dampak-dampak kejenuhan tersebut dapat penukis simpulkan
bahwa ketika jenuh melanda , siapapun akan merasa tertekan. Jika semula siswa belajar penuh semangat dan tekun, namun ketika rasa kejenuhan itu datang,
44
Muhibbin syah, op cit., hlm.163-169 Randall McCutcheon, Sekolah... ya, Nggak Masalah: Ide-ide Cerdas untuk Kamu yang Bosan, Frustasi, dan Bete di Sekolah, (Bandung: Kaifa, 2004) cet.1, hlm. 27-32 46 Abu Abdirrahman Al-Qowiy, op.cit, hlm. 39-56 45
28
mendadak semngatnya melemah, tubuh terasa lunglai, hilang gairah dan keceriaan. 6. Tanda-tanda dan Gejala-gejala Kejenuhan Belajar. Kejenuhan belajar juga mempunyai tanda-tanda atau gejala-gekala yang sering dialami yaitu timbulnya rasa enggan, malas, lesu dan tidak bergairah untuk belajar.47 Sedangkan menurut Armand T. Fabella tanda-tanda kejenuhan pribadi dapat didedakan menjadi dua yaitu secara fisik dan secara kejiwaan dan perilaku: a. Secara Fisik : 1). 2). 3). 4). 5). 6). 7).
Letih Merasa badan makin lemah Sering sakit kepala. Gangguan pecernaan. Sukar tidur. Nafas pendek. Berat badan naik atau turun.
b. Secara kejiwaan dan perilaku. 1). 2). 3). 4). 5). 6).
Kerja makin keras tetapi prestasi makin menurun. Merasa bosan dan merasa bingung. Semangat rendah. Merasa tidak nyaman. Mempunyai perasaan sia-sia. Sukar membuat keputusan.48 Dari tanda-tanda dan gejala-gejala kejenuhan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa kejenuhan itu muncul dari dalam diri orang itu sendiri dengan pengaruh faktor dari luar seperti lingkungan sekitar.
B. MATA PELAJARAN SKI . 1. Pengertian SKI SKI adalah singkatan dari Sejarah kebudayaan Islam. Sejarah adalah asal usul, silsilah atau kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.49 Kebudayaan adalah pikiran, akal budi, adat istiadat.50 Sedangkan Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, berpedoman pada kitab
47
Thursan Hakim, op. cit. hlm.62 Armand T. Fabella, op. cit., hlm. 115 49 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm.1011 50 Ibid., hlm.169 48
29
suci Al-Qur"an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT51. SKI merupakan mata pelajaran sejarah yang ada di sekolah-sekolah madrasah, seperti Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. 52 Sejarah Islam (At-Tarikh Al-Islami) adalah suatu disiplin keilmuan yang membahas aktualisasi konsep dan pemikiran yang diketengahkan Islam lewat Nabi Muhammad. Berangkat dari pembatasan ini, sejarah Islam dapat mencakup berbagai aspek kehidupan kaum muslimin baik politik, keagamaan, sosial, budaya maupun keilmuan. Sebab sejarah Islam merefleksikan praktek pengalaman dan kejadian diantara orang Islam ia bisa saja memberikan gambaran yang berbeda tentang berbagai ide dan konsep yang dikemukakan sumber ajaran al-Qur`an dan Nabi. Hal ini tentunya unik bagi sejarah Islam. 53 Ada dua sebab pokok yang mempengaruhi pembiasan pengalaman kemanusiaan muslim dalam menerapkan ajaran agama: 1. pemahaman sumber ajaran selalu mengandung berbagai interpretasi. 2. latar belakang individu dan kelumpak penganut suatu agama yang berbeda-beda mewarnai pola pendekatan dan aktualisasi ajaran Dengan mengingat interaksi yang terus mnerus antara manusia dan ajaran serta upaya aproksimasi manusia terhadap ajaran yang tidak selalu uniform dan setingkat dengannya, maka pemakaian kata Islam dalam sejarah Islam dapat dipahami dan dipertahankan. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah bahan kajian mengenai peristiwa-peristiwa penting dan produk peradaban Islam yang memungkinkan terjadinya pengenalan , penghayatan dan transformasi nilai pada peserta didik atau ajaran dan semangat Islam sebagai rahmat bagi manusiasemesta alam. Nilai-nilai luhur dari semangat ajaran Islam yang
dipetik dengan
mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam, inilah yang harus ditumbuh kembangkan sehingga menjadi pola hidup dan sikap untuk senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat, bangsa, negara dan agama. 54
51 52
hlm. iii
53
Ibid.,hlm. 444 Murodi, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam MTs Kelas 1, (Semarang : Toha Putra, 1994),
Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan , 1992), hlm. 849 Departemen Agama RI, Garis-garis Besar Progam Pengajaran (GBPP) Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta :Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 1997), hlm. 1 54
30
2. Fungsi SKI Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam berfungsi: a. Pengenalan peristiwa-peristiwa penting dari sejarah Islam. b. Pengenalan produk-produk peradaban Islam serta tokoh-tokoh pelopornya. c. Pengembangan rasa kebangsaan, penghargaan, terhadap kepahlawanan, kepeloporan, semangat keilmuan dan kreativitas para tokoh pendahulu. d. Penanaman nilai bagi tumbuh dan berkembangnya sikap kepahlawan, kepeloporan, keilmuan dan kreativitas, pengabdian serta peningkatan rasa cinta tanah air dan bangsa.55 3. Tujuan SKI Tujuan dari penulisan matapelajaran SKI adalah untuk memberikan informasi yang penting bagi generasi muda.atau pelajar Islam tentang Islam dan sejarahnya, Demi untuk keimanan dan kesadaran keagamaan serta kesadaran kesejahteraan kepada mereka. Selain itu SKI juga bertujuan untuk menumbuh kembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami peristiwa sejarah dan produk peradaban Islam, menghargai para tokoh pelaku sejarah dan pencipta peradaban itu yang membawa kemajuan dan kejayaan Islam, sehingga tertanam dalam nilai-nilai kepahlawanan, kepeloporan dan kreativitas serta menyiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan menengah. Jadi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran SKI yang berisi sejarah-sejarah Islam pada zaman dahulu dapat diketahui dan perlu dilestarikan keberadaannya supaya tetap jaya. Meskipun sejarah dan kebudayaan yang banyak sekali itu susah untuk di hafal, akan tetapi tidak mengapa yang penting generasi muda Islam tahu bahwa zaman dahulu Islam juga pernah jaya oleh para pembesar-pembesar Islam. 4. Ruang lingkup SKI Ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah meliputi: 1. Dakwah Islam periode Makkah, mengungkap : a. Langkah kebijakan dakwah. b. Hambatan, tekanan, rayuan, siksaan, fitrah, boikot, dan ancaman. c. Kontak dengan luar Makkah. 55
Ibid.
31
2. Islam periode Madinah, mengungkap : a. Membangun pusat pemerintahan, multi ras, multi-budaya dan multikepercayaan. b. Peperangan sebelum Fathul Makkah. c. Perjuangan Aqabah. d. Fathul Makkah e. Haji wada. 3. Khulafaur Rasyidin, mengungkap : a. Peran mereka masa hayat Rosul. b. Kemajuan-kemajuannya. c. Peta wilayah. 4. Bani Abbas, mengungkap : a. Beberapa kholifah ternama. b. Kemajuan-kemajuannya. c. Peta wilayah. 5. Islam di Andalusia. a. Sejara masuknya dan berkembangnya kekuasaan Islam. b. Awal perluasan wilayah. c. Bani Umayah II di Andalusia. d. Amir yang terkenal. e. Peta wilayah. 6. Tiga kerajaaan besar, mengungkap : a. Kerajaan Safawi di Persia. b. Kerajaan Mogul. c. Kerajaan Turki Usmani. 7. Awal penyiaran Islam di Afrika, Eropa dan Asia. 8. Peran
umat
Islam
dalam
memperjuangkan
kemerdekaan,
mengisi
kemerdekaan dan pembangunan.56 5. Rambu-rambu SKI. 1. Dalam pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Di Madrasqh Tsanawiyah dapat digunakan pendekatan berikut secra bervariasi : 56
Ibid, hlm. 2-3
32
a. Pendekatan emosional yaitu usaha menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam menghayati. Menghargai, mengagumi serta meneladani nilainilai dari semangat ajaran Islam. b. Pendekatan asas manfaat, yaitu usaha dan dorongan agar peserta didik mampu memetik manfaat dari pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam menentukan pilihan pengembangan kepeloporan, kepahlawanan, keilmuan dan kreativitas. c. Pendeketan rasional, yaitu usaha pembelajaran dengan mengedepankan aspek rasio dalam memahami peristiwa sejarah dan peradaban. d. Pendekatan keteladan, yaitu usaha menanamkan nilai-nilai melalui teladan, contoh prilaku positif para guru. 2. Program dan alokasi waktu a. Program belajar di MTs merupakan kesatuan dari jenjang pendidkan dasar, sehingga merupakan kelanjutan dari MI 6 tahun dengan penggalan waktu kelas dan catur wulan, di MTs 3 tahun dengan penggalan waktu kelas dan juga catur wulan. b. Dalam struktur program, Sejarah Kebudayaan Islam memperoleh alokasi waktu 1 jam pelajaran perminggu pada setiap cawu dari kelas I, II, dan III. Pada setiap pokok bahasan tidak dicantumkan jumlah alokasi waktu agar guru dapat mengaturnya lebih luwes, namun untuk setiap cawu, alokasi waktu itu tertera sebagai jam belajar efektif. Demikianlah jam belajar efektif SKI di MTs adalah sebagai berikut : i). Untuk setiap cawu pertama dan kedua pada semua kelas 12 jam pelajaran, a 45 menit. ii). Untuk cawu ketiga pada kelas I dan kelas II 10 jam pelajaran, a 45 menit. 3. Pembelajaran Sesuai dangan fungsi dan tujuan pembelajaran sejarah kebudayaan Islam diharapkan para guru memanfaatkan : a. Penggunaan metode bercerita. b. Menggunakan metode bermain peran, sosiodrama dan simulasi. c. Penggunaan metode tanya jawab.
33
d. Latihan pembiasaan melakukan kliping, pajangan dan sekali waktu baik pula diselenggarakan pameran. e. Cerdas cermat di kelas, lomba merangkum isi bahan pelajaran dan lomba menulis. f. Pengaitan (korelasi) dan penguatan (konfirmasi) bahan, baik mata pelajaran agama, maupun dengan mata pelajaran umum. g. Perlu merekam hasil-hasil pendidikan agama yang telah dilakukan oleh pihak keluarga dan masyarakat agar dapat diketahui kondisi setiap murid, kemudian menyempurnakan dan meningkatkan sesuai tuntutan kurikulum. h. Usaha mengoptimalkan pencapaian tujuan dengan pengembangan segenap ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor). 4. Evaluasi a. Penilaian terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam perlu disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan. Oleh karena itu, bentuk dan
teknik
penilaiannya
harus
mengukur
segenap
ranah
yang
dikembangkan. b. Untuk mengatur tanah kognitif dapat digunakan tes essay dan tes objektif. Untuk mengukur ranah efektif dapat dilakukan secara non tes, seperti : wawancara, angket, skala penilaian dan observasi. Untuk mengukur ranah psikomotor dapat digunakan tes perbuatan (praktek) dengan dilengkapi lembar pengamatan. c. Monitoring dan bimbingan terhadap efektifitas proses belajar perlu dilakukan secara berkelanjutan secara perorangan (oleh masing-masing guru mata pelajaran) dan juga secara bersama dengan guru lainnya sehingga yercapai belajar yang efektif dan bermakna. 5. Buku Pelajaran. Buku pelajaran SKI yang digunakan : a. Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam (Madrasah Tsanawiyah) untuk kelas 1, 2 dan 3. b. Departemen Agama RI, Sejarah Kebudayaan Islam (Madrasah Tsanawiyah) untuk kelas 1, 2 dan 3. 6. Program Pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
34
Kelas: 1 Tujuan : a) Siswa mengetahui dan memahami isi ajaran Islam yang mula-mula disampaikan Nabi Muhammad SAW, Perkembangan Islam periode mekah dan Madinah, menghayati tekanan dan penderitaan Nabi, para sahabat dan keluarganya, menghargai dan mengagumi kebijaksanaan Nabi dalam menetapkan langkah-langkah penyiaran Islam. b) Siswa menghargai dan mengagumi kepribadian, pengorbanan dan kepeloporan para sahabat dalam mendampingi dan Nabi menyiarkan Islam, mengetahui dan menghargai prosespengangkatan mereka menjadi kholifah, serta peninggalan-peninggalan utama mereka. Kelas: 2 Tujuan : a) Siswa memahami keadaan dan kemajuan peradaban umat Islam pada zaman kekuasaan Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah dan tiga kerajaan besar. b) Siswa memahami dan mengagumi perkembangan dan kemajuan Islam dan Andalusia. Kelas: 3 Tujuan : a) Siswa mengetahui perkembangan kekuasaan independen dari tiga kerajaan besar dan menghargai kemajuan-kemajuannya. b) Siswa memahami awal perkembangan Islam di Afrik, Eropa dan Rusia serta mengaguminya. c) Siswa memahami, menghargai dan mengagumi terhadap umat Islam dalam memperjuangkan kemerdekaan, mengisi kemerdekaan dan pembangunan Indonesia.
C. KEJENUHAN BELAJAR MATA PELAJARAN SKI Sejarah Kebudayaan Islam termasuk rumpun ilmu-ilmu keIslaman.Namun perhatian kaum Muslimin terhadap sejarah tidak sebesar perhatian terhadap fiqih, hadits, tafsir, tasawuf, atau ilmu-ilmu keIslaman lainnya. Di pesantren misalnya, sejarah hampir tidak mendapat perhatian. Oleh sebab itu bukanlah suatu yang
35
mengherankan, jika ada sementara pendapat bahwa kesadaran kaum Muslimin terhadap sejarah perkembangan agama yang sangat rendah. Padahal sejarah itu merupakan pergumulan kaum Muslimin dalam mewujudkan nilai-nilai normatif ajaran Islam ke dalam realitas kehidupan sosial sejak masa Nabi hingga sekarang. Pergumulan itu akan terus berlanjut sepanjang kaum Muslimin berupaya mewujudkan ajaran agamanya. Sebab itu jika kita ingin mempelajari Islam secara mendalam, maka sejarah harus kita pelajari secara mendalam pula. Sejarah dengan rendahnya perhatian kaum Muslimin terhadap sejarah, bidang studi sejarah baik sejarah nasional maupun Sejarah Kebudayaan Islam, termasuk salah satu bidang yang kurang diminati oleh siswa pada tingkat menengah, baik di Madrasah Aliyah maupun Menengah Umum. Ada beberapa faktor yang menjadi sebab rendahnya apresiasi siswa terhadap rendahnya bidang studi ini : 1. Rendahnya wawasan pengetahuan guru bidang studi sejarah terhadap materi sejarah, lebih-lebih Sejarah Kebudayaan Islam. Akibatnya meskipun guru itu memiliki kemampuan mengajar dengan baik, tetapi karena wawasannya sangat dangkal,
sehingga
ia
tidak
dapat
memperkaya,
mengembangkan
dan
menghubungkan materi sejarah dengan persoalan aktual yang dihadapi para siswa baik yang berhubungan dengan masalah sosial keagamaan maupun sosial budaya. Bidang studi sejarah jadi menjemukan atau menjenuhkan, karena hanya menghafal tahun-tahun kejadian di masa lalu. 2. Bahan bacaan guru dan siswa tentan sejarah masih sangat terbatas. Pada umumnya baik guru maupun siswa hanya membaca buku paket yang ditentukan oleh pemerintah. Para guru dengan dana pengembangan intelektual yang sangat terbatas, tidak sempat membaca bahan-bahan pustaka tambahan, baik buku, biografi, ensiklopedi, jurnal ilmiah, majalah, koran, maupun sumber-sumber bacaan lainnya yang sangat diperlukan untuk mmeperluas wawasan sejarah. Kelangkaan bacaan bemutu ini lebih-lebih sangat dirasakan oleh para guru yang tinggal di daerah, sebab sudah menjadi rahasia umum bahwa penyebaran informasi ilmiah masih terbatas di kota-kota besar. Perpustakaan keliling memang sudah masuk kedesa-desa, namun jumlahnya masih terbatas. 3. masih banyak guru budang studi sejarah yang bukan ahlinya, mereka tidak sempat menekuni studi bidang sejarah lebih-lebih kalau harus membaca buku-
36
buku sejarah didalam bahasa Arab atau Inggris yang tidak pada tempat mereka bertugas.57 Dari berbagai pengalaman yang penulis alami dapatlah ditarik kesimpulan bahwa kejenuhan bersifat menghilangkan kecenderungan. Misalnya seorang siswa yang pada mulanya rajin belajar Sejarah Kebudayaan Islam , dapat menjadi malas belajar karena dihinggapi kejenuhan. Juga perlu disadari bahwa kejenuhan itu dapat pula menghilangkan suaru kecenderungan yang negatif.Misalnya dengan kemalasan belajar, pada suatu waktu mungkin saja seseorang siswa merasa jenuh dengan kebiasaan malasnya, sehingga hal ini akan menimbulkan motivasi pada dirinya untuk rajin belajar. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kejenuhan dalam bidang apa pun termasuk kejenuhan belajar terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan hilang secara alamiah karena kejenuhan itu sendiri. Persoalannya adalah sulit untuk mengetahui berapa lama suatu kejenuhan akan hilang dengan sendirinya. Karena itu, selama siswa dihinggapi kejenuhan belajar, jalan pertama untuk mengatasinya adalah dengan cara memaksakan diri untuk belajar. Kejenuhan akan hilang dengan lebih cepat bila seorang siswa dapat menemukan motif-motif baru dalam belajar. Motif tersebut berupa keinginan keinginan yang sangat besar untuk lulus dalam ujian akhir yang mau tidak mau memang harus dihadapi.
57
Soekama Karya, Ensiklopedi Mini Sejarah kebudayaan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996), hlm. v-vi