1. Pendahuluan Pengaruh TIK terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran sangat besar. Sebab, TIK mampu meningkatkan kualitas mutu pendidikan. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka, tetapi juga dengan menggunakan media-media komunikasi [1]. Literasi (Literacy) adalah kemampuan seorang individu untuk membaca dan menulis yang ditandai dengan kemampuan memahami pernyataan singkat yang ada hubungannya dengan kehidupannya [2]. Dalam pembelajaran TIK siswa diharapkan dapat menguasai konsep perkembangan TIK pada bidang pendidikan khususnya pada materi teori pelajaran tersebut. Kemampuan yang akan dibentuk pada penelitian ini yaitu, siswa dapat mengolah data menggunakan perhitungan statistik, membuat tabel dan mengolah angka menggunakan rumus atau formula excel. Kompetensi dasar dapat membuat dokumen pengolah angka dengan tabel serta indikator yang akan dicapai yaitu menjelaskan formula dan menghitung dengan rumus excel. Pokok permasalahan yang ada di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa, dilihat dari hasil ulangan harian yang nilainya dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang memiliki rata-rata nilai dibawah 75. Siswa dinyatakan tuntas dalam pembelajaran jika nilai diatas KKM, yaitu 75. Dari 100% siswa, 60% belum mencapai KKM dan 40% sudah mencapai KKM. SMA N 1 Karanggede masih menerapkan pembelajaran dengan metode konvensional atau metode ceramah yang penyampaian materinya diuraikan oleh guru. Dari hasil pengamatan dan pengalaman pembelajaran secara langsung yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dan hasil wawancara sederhana serta observasi sederhana terhadap pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pembelajaran di SMA N 1 Karanggede menunjukan adanya permasalahan dalam pembelajaran. Dari masalah di sekolah tersebut ada beberapa faktor yang membuat hasil belajar menurun dikarenakan metode pembelajaran di sekolah yang kurang menarik siswa hanya berangkat, duduk, mendengarkan, dan mencatat apa yang guru sampaikan kebanyakan membuat siswa bosan, siswa cenderung tidak memperhatikan, dan sebagainya. Hal ini mempengaruhi kondisi siswa yang rata-rata belum memahami materi yang disampaikan oleh guru dikarenakan pemahaman dan pengalaman mereka kurang seperti kesulitan dalam membuat tabel sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama serta kendala yang lain ada beberapa komputer di lab yang rusak. Media yang dipakai masih menggunakan power point, dengan demikian peneliti ingin memberi sebuah pembelajaran dan media baru dengan memanfaatkan IT Literacy. Selain faktor diatas yang menjadi pemicu rendahnya nilai TIK dari wawancara guru dan siswa yaitu, menurut pengamatan guru, siswa cenderung belum bisa aktif dikarenakan dari TK sampai SMA pembelajaran memang menggunakan metode ceramah, siswa hanya datang, duduk, mendengarkan, dan mencatat apa yang guru sampaikan. Kebiasaan itu yang membuat siswa menjadi diam, dan pasif. Menurut siswa, di sekolah harus diberi pembelajaran
2
dan media yang menarik seperti menonton video atau belajar diluar kelas karena pengajaran guru hanya didalam kelas mendengarkan dan menulis setiap hari, itu membuat siswa mengalami kejenuhan dan membuat siswa mengantuk. Siswa berharap pembelajaran menjadi menarik dan tidak membosankan. Penelitian ini mengkaji penerapan metode jigsaw dengan memanfaatkan video sebagai media pembelajaran. Aplikasi yang digunakan adalah screen cast-O-Matic sebagai pembuatan video pembelajaran, dikarenakan mudah didapat, free, dapat digunakan secara offline dan mudah dipelajari. Video termasuk dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan demikian peneliti memilih menggunakan video sebagai media pembelajaran, dalam pembuatan materi guru mengemas dalam bentuk video tutorial dan membuatnya sendiri. Metode jigsaw sebagai metode untuk berdiskusi, Karena metode pembelajaran ini dalam penerapannya bersifat student centred. Guru juga berperan dalam pembelajaran sebagai fasilitator dan siswa ditekankan supaya dapat meningkatkan hasil belajar. Dengan menggunakan metode ini serta memanfaatkan video pembelajaran maka diharapkan siswa aktif belajar, dan memiliki semangat belajar yang tinggi sehingga hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK. Sebelumnya guru hanya ceramah didepan kelas dengan materi yang disampaikan menggunakan media power point, kali ini siswa dituntut untuk belajar mandiri dengan menggunakan sumber belajar menggunakan video pembelajaran yang guru berikan perkelompok, sehingga siswa belajar akan menjadi menarik dan menyenangkan dengan tujuan menciptakan pemahaman yang kuat bagi siswa. Hal-hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian latar belakang maka akan dilakukan penelitian tentang penerapan metode jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar di SMA N 1 Karanggede pada mata pelajaran TIK kelas XI. 2. Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur Azizah tahun 2013 dengan judul “Pengaruh metode pembelajaran jigsaw terhadap hasil belajar mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan di SMK Wongsorejo Gombong”. Dalam penelitiannya terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar peserta didik kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran jigsaw dengan peserta didik kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional pada mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan di SMK Wongsorejo Gombong. Terbukti dari hasil pembelajaran pada kelas kontrol yang nilai rata-rata kelasnya 62,17 di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang bernilai 70. Hasil pembelajaran pada kelas eksperimen yang diperoleh memuaskan karena nilai rata-rata kelasnya 76,53, di atas KKM yang bernilai 70. Pembelajaran yang menggunakan metode jigsaw terbukti efektif pada mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan di SMK Wongsorejo Gombong [3].
3
Penelitian lainnya dilakukan oleh Ratna Amalia tahun 2012 dengan judul “Penerapan model kooperatif tipe TTW (Think, Talk, Write) menggunakan multimedia video pembelajaran dalam pelajaran fisika SMA”. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 83,82 dan rata-rata hasil belajar kelas kontrol 74,24 berarti nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih besar dari pada rata-rata hasil belajar kelas kontrol[4]. Pembelajaran kooperatif merupakan pengajaran yang menuntut keaktifan siswa dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif siswa diharapkan mampu saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cooperative learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar yang lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar adalah agar peserta didik dapat belajar berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok [5]. Metode jigsaw, siswa dapat mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya. Dalam metode jigsaw, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 anggota. Setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah satu topik dari materi pelajaran mereka pada saat itu. Dari informasi yang diberikan pada setiap kelompok ini, masing-masing anggota harus mempelajari bagian-bagian yang berbeda dari informasi tersebut. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Metode ini memberi siswa lebih banyak waktu untuk berkomunikasi dan bertukar informasi dengan teman kelompoknya, guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari (4-6 orang) setiap anggota kelompok mempelajari topik yang sudah ditentukan. Dalam metode jigsaw siswa bekerja kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan dalam kelompok ahli. Setelah masing-masing anggota menjelaskan bagiannya kepada teman-teman satu kelompoknya, mereka mulai bersiap untuk diuji secara individu (biasanya dengan kuis) [6]. Secara umum media pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk berpikir. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal [7].
4
Video dalam penggunaannya sebagai peralatan pemain ulang(Play back) dari suatu program rekaman, terdiri dari minimal satu buah video tape recorder dan satu buah monitor. Berbagai jenis video dibuat dengan berbagai tujuan penggunaan. Ada yang untuk keperluan broadcast, untuk keperluan pengajaran/pendidikan, keperluan industri dan keperluan rumah tangga [8]. Video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video menggambarkan fungsi hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri, media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan[9]. Karakteristik media video pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan efektifitas penggunaanya, yaitu: video mampu memperbesar objek yang kecil, teknik editing objek yang dihasilkan dengan pengambilan gambar oleh kamera dapat diperbanyak, video mampu memanipulasi tampilan gambar, sesekali objek perlu diberikan manipulasi tertentu sesuai dengan tuntutan pesan yang ingin disampaikan, video mampu mempertahankan perhatian siswa/audience yang melihat, video mampu menampilkan objek gambar dan informasi yang paling baru, hangat dan aktual[10]. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah perubahan relatif permanen pada perilaku, pengetahuan dan kemampuan berfikir yang diperoleh karena pengalaman. Pengalaman tersebut dapat diperoleh dengan adanya interaksi antara seseorang dan lingkungannya [11]. Jadi ,dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh dari pengalaman dengan berinteraksi kepada seseorang dan lingkungannya. 3. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini menggunakan Quasi eksperimental design dan yang digunakan adalah Nonequivalen Control Group Design. Desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random [12].Berikut tabel prosedur penelitian. Tabel 1. Prosedur penelitian
GROUP EKSPERIMEN CONTROL
INDEPENDENT PRETEST VARIABLE Y1 Y3
X -
POSTTEST Y2 Y4
Keterangan : Y1 : Kemampuan kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan Y2 : Kemampuan kelas eksperimen sesudah diberi perlakuan Y3 : Kemampuan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan Y4 : Kemampuan kelas kontrol sesudah diberi perlakuan X : Perlakuan metode jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran
5
Penelitian dilakukan di SMA N 1 Karanggede, data diperoleh dari hasil pretest dan posttest kelas kontrol dan eksperimen, kelas IPS 3 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 29 orang dan kelas IPS 4 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 29 orang. Sebelum memberikan pretest dan posttest pada kedua kelas tersebut adalah uji instrumen. Pengujian validitas instrumen yaitu kegiatan menguji aplikasi instrumen yang sudah dibuat sebelum digunakan untuk mengumpulkan data yang sebenarnya. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi (Construct Validity). Reliabilitas instrumen adalah ketetapan alat evaluasi dalam mengukur. Dalam penelitian ini reliabilitas yang digunakan adalah Alpha Cronbach. Tingkat kesulitan merupakan suatu pernyataan tentang seberapa sulit atau seberapa mudah sebuah butir pernyataan bagi peserta uji dan daya beda adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah) [13]. Tahap pertama dari penelitian ini adalah tahap persiapan. Tahapan ini meliputi membuat surat ijin penelitian, menyiapkan instrumen penelitian, mengobservasi pembelajaran siswa didalam kelas, mengobservasi sarana dan prasarana di sekolah penelitian, menyiapkan media pembelajaran, menyiapkan lembar penilaian hasil belajar siswa. Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan penelitian, tahapan ini meliputi pemberian pretest, pemberian perlakuan dan pemberian posttest. Pemberian pretest pada kelas kontrol dan eksperimen dengan bobot soal yang sama, kemudian memberi perlakuan untuk kelas kontrol dikenai metode ceramah sedangkan kelas eksperimen dikenai metode jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran, tahap terakhir yaitu pemberian posttest pada kedua kelas kontrol dan eksperimen. Tahapan akhir adalah pengolahan analisis hasil pengumpulan data. Analisis data pada penelitian ini meliputi (1) Pemberian skor melalui tes. (2) Menghitung nilai pretest dan posttest dari kelas eksperimen dan kelompok dilakukan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelompok terdistribusi normal atau tidak. (4) Melakukan uji homogenitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah dari data masing-masing kelompok sampel mempunyai varians yang sama atau berbeda. (5) Uji kesamaan dua rata-rata. Dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat kesamaan antara rata-rata nilai antara kelas eksperimen dan kontrol. Dari perhitungan uji kesamaan dua rata-rata kita dapat membuat kesimpulan.
6
Tabel 2. Proses Pembelajaran Waktu
Kelas Eksperimen Apresepsi Salam pembuka,doa, absensi siswa. Eksplorasi
5 menit
Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan Elaborasi Guru membagi menjadi beberapa kelompok - Siswa dibagi menjadi 4-6 kelompok jigsaw dengan berhitung 1-6 siswa yang mendapat nomer 1 berkumpul dengan nomor 1 dan seterusnya. - Siswa berkumpul dalam kelompok ahli - Siswa berdiskusi tentang materi yang sudah ditentukan perkelompok mengenai materi MS-Excel. Kelompok 1 mendapat materi Formula berisi fungsi SUM, MIN, MAX, AVERAGE, COUNT. Kelompok 2 dengan materi Hlookup yaitu pembacaan tabel secara horizontal , Kelompok 3 dengan materi Vlookup yaitu pembacaan tabel secara vertikal, Kelompok 4 dengan materi IF ganda yaitu memilih salah satu dari dua nilai berdasar pengujian logika, Kelompok 5 dengan materi Date yaitu mengolah data tanggal dan waktu. - Setelah perkelompok siswa sudah menerima materinya, mereka berdiskusi dan memahami dengan materi yang ditampilkan dalam video pembelajaran. - Kemudian mereka kembali kekelompok masingmasing untuk menjelaskan dan mempraktekkan kepada teman-temannya, mereka saling bertukar informasi mengenai materi yang mereka dapat. Diskusi ini diakhiri dengan latihan soal dan dikerjakan secara berkelompok dan memberi penjelasan tentang halhal yang belum diketahui.
10 menit
20 menit
30 menit
20 menit
Konfirmasi Diskusi ini diakhiri dengan penugasan perkelompok Kegiatan Akhir Guru memberikan simpulan pertemuan hari ini. Minggu 3: Posttest
5 menit
4. Hasil Pembahasan Hasil penelitian ini meliputi: hasil pengamatan pembelajaran, pengujian validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan, daya beda, pengolahan hasil pretest dan posttest, uji normalitas, uji homogenitas, uji kesamaan rata-rata, dan pengujian hipotesis. Tahap pertama yaitu melakukan wawancara terhadap salah satu guru di SMA Negeri 1 Karanggede. Hasil wawancara yang dilakukan sebelum diterapkan metode jigsaw diperoleh informasi bahwa masalah yang terjadi 7
disekolah adalah siswa kurang memperhatikan dan pasif pada saat pembelajaran dan hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa bahwa pembelajaran dengan metode ceramah dan media yang digunakan kurang menarik siswa menjadi bosan dan mengantuk. Selanjutnya mengadakan analisis pretest dan posttest. Data yang diujikan dalam penelitian adalah hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes yang telah divalidasi dan reliable pada butir soal. Pretest dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa sebelum di beri treatment. Penelitian dilakukan terhadap dua kelas, yaitu kelas IPS 3 untuk kelas kontrol dengan jumlah 29 siswa dan kelas IPS 4 untuk kelas eksperimen dengan jumlah 29 siswa. Proses pembelajaran dengan metode jigsaw dimulai dengan guru membagi kelompok 4-6 orang siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan berhitung 1-5, siswa yang mendapat nomor 1 berkumpul dengan nomor 1, nomor 2 dengan 2 dan seterusnya yang disebut kelompok ahli. Kemudian mereka diberi topik yang berbeda dengan menampilkan video pembelajaran di masing-masing komputer mereka berkumpul dan kelompok 1 mendapat materi formula, kelompok 2 hlookup, kelompok 3 vlookup, kelompok 4 IF ,dan kelompok 5 date. Diskusi ini berlangsung selama 30 menit dan dalam kelompoknya siswa memahami materi yang ditampilkan dalam video pembelajaran, siswa kembali kekelompok semula/ kelompok awal kemudian mereka menjelaskan kepada temannya materi yang mereka dapat selama 20 menit. Siswa saling bertukar informasi dan berinteraksi, sebelumnya siswa terlihat pasif di kelas karena hanya duduk dan mendengarkan namun dengan adanya pembelajaran seperti ini siswa cenderung aktif mereka dapat melakukan diskusi dengan melihat tampilan video yang dapat diputar secara berulang-ulang dan dapat mendemonstrasikan kepada teman yang lain sehingga proses belajar mengajar yang sebelumnya terlihat pasif menjadi aktif, menarik dan menyenangkan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menerapkan metode jigsaw dan video pembelajaran diperoleh informasi bahwa selama pembelajaran berlangsung siswa aktif berdiskusi dikelas, saling berinteraksi dan bertukar pikiran, siswa bertanya hal-hal yang belum mereka ketahui, siswa mengetahui rumus apa saja yang mereka pelajari melalui video pembelajaran, pada saat di kelas siswa mengikuti pembelajaran dengan baik, banyak siswa kelas eksperimen yang mengikuti pembelajaran dan aktif berdiskusi dibandingkan kelas kontrol dengan metode ceramah yang beberapa tidak memperhatikan dan sibuk sendiri. Dengan adanya diskusi jigsaw dapat memberikan efek positif terhadap keaktifan siswa didalam kelas karena banyak yang bertanya, saling berinteraksi kepada teman lainnya dan antusias siswa meningkat, sedangkan pemanfaatan video pembelajaran ini memberikan pemahaman bagi siswa yang sebelumnya mereka membuka catatan namun dengan melihat video pemahaman mereka dapat mengingat apa yang mereka lihat. Hasil pembelajaran dikelas adalah hasil diskusi siswa yaitu soal latihan yang diberikan perkelompok untuk mengetahui pemahaman siswa setelah diberi treatment. Jadi, dengan pemberian soal tersebut siswa tidak hanya paham pada saat praktek di lab tetapi juga pada saat mengerjakan soal teori/non praktek. Di akhir pembelajaran dilakukan tanya jawab kepada siswa kelas
8
eksperimen mengenai diskusi yang dilakukan dari beberapa siswa menanggapi bahwa pembelajaran dengan metode jigsaw dengan melihat video lebih menarik dan menyenangkan, siswa antusias pada saat pembelajaran, banyak yang mengikuti pelajaran dengan baik, siswa saling berinteraksi dengan temannya. Menurut guru dan tanya jawab dengan siswa pada kelas kontrol setelah pembelajaran masih terlihat pasif sebagian siswa tidak memperhatikan pembelajaran di kelas, antusias kurang, dan tidak terdapat perubahan dari pembelajaran yang sebelumnya yaitu siswa ramai sendiri, banyak yang melamun, mengantuk dan sibuk sendiri. Tahap terakhir adalah pemberian posttest terhadap dua kelas untuk mengukur kemampuan siswa setelah diterapkan metode jigsaw dengan video pembelajaran pada kelas eksperimen dan metode ceramah kepada kelas kontrol. Metode jigsaw dengan video pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa di kelas. Aktifitas belajar siswa dalam kelas diamati ketika pembelajaran sedang berlangsung. Terbukti dari hasil observasi yang dilakukan tentang keaktifan dikelas berdasarkan indikator dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 3. Hasil Observasi keaktifan siswa di kelas
NO
Aktivitas Belajar Siswa
Peran serta siswa dalam belajar kelompok 85 Menjelaskan kepada temanya 87 Bertanya kepada guru 83 Bertanya kepada teman 97 Pemahaman siswa terhadap materi 96 Ketertarikan siswa terhadap video 90 pembelajaran Memperhatikan video pembelajaran 7. Total Presentase 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Presentase Kelas 100 % 92 % 79 % 82 % 94 % 80 % 83 % 87%
Tabel 3 menunjukan hasil observasi keaktifan siswa selama pembelajaran di kelas. Penerapan metode jigsaw dengan video pembelajaran memperoleh jumlah presentase 87%. Aktifitas siswa meliputi peran siswa dalam berkelompok 100%, menjelaskan pada temannya 92%, bertanya pada guru 79%, bertanya pada teman 82%, pemahaman terhadap materi 94%, ketertarikam siswa terhadap video 80%, mengomentari video 83%. Total presentase tersebut dengan jumlah 87% masuk dalam kategori baik. Video tutorial adalah video yang dapat diproduksi untuk menjelaskan secara detail suatu proses tertentu dan cara latihan guna memudahkan tugas para guru/dosen, yang digunakan adalah jenis linear karena video ini tidak dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat digunakan oleh pengguna dan berjalan secara berurutan. Hasil implementasi video pembelajaran, yang digunakan dalam pembuatan video ini adalah tutorial dengan durasi 5-7 menit. video mampu mempertahankan perhatian siswa, hasil penelitian ini menunjukan siswa bisa bertahan lebih lama sampai video selesai dibandingkan mereka mendengarkan guru berbicara tanpa melihat prosesnya. Melalui video 9
siswa mampu memahami pesan pembelajaran, video yang dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain, bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti oleh siswa, teks yang digunakan jelas huruf dan tulisanya, warna tulisan dan gambar kontras. Gambar 1. Diagram Pengukuran Aktivitas Belajar Siswa
Axis Title
Presentase Kelas 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0%
Peran Menj Berta Berta serta elaska nya nya siswa n kepad kepad dalam kepad a a bela… a… guru tem… 1.
Presentase Kelas 100%
Pema Ketert Mem hama arikan perha n siswa tikan siswa terha video terh… dap… pem…
2.
3.
4.
5.
6.
7.
92%
79%
82%
94%
80%
83%
Data yang diujikan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Pengukuran hasil belajar menggunakan instrumen penelitian berupa tes yang telah divalidasi dan reliabel pada setiap butir soalnya. Menentukan valid atau tidaknya butir soal adalah membandingkan rhitung dengan rtabel. Dengan jumlah responden 28 dan taraf signifikansi=5% maka 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =0, 388. Berdasarkan hasil dari 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 tiap butir soal jika dibandingkan dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka butir soal yang valid adalah jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , yaitu pada butir soal ke 1, 4, 6, 9, 10, 13, 14, 16, 17, 20, 24, 25, 26, 29, 30 dan butir soal yang tidak valid adalah jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , , yaitu pada butir soal nomor 2, 3, 5, 7, 8, 11, 12, 15, 18, 19, 21, 22, 23, 27, dan 28. Setelah melakukan uji validitas, maka dilakukan uji reliabilitas guna untuk mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program penghitungan, dengan jumlah data (n) = 28, maka didapat 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sebesar 0,388. Oleh karena nilai r = 0,565 > r tabel = 0,388 maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut reliabel. Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas dilakukan pengujian tingkat kesukaran soal dan daya pembeda.Berdasarkan hasil uji coba dengan salah satu program penghitungan, maka didapatkan hasil tingkat kesukaran soal. Pengkajian tingkat kesukaran soal guna untuk mengetahui tingkat kesukaran soal-soal. Penghitungan tersebut menghasilkan informasi berupa jumlah soal yang tergolong sukar, sedang, dan mudah. Dalam penghitungan ini didapatkan ada 16 soal tergolong mudah, dan 15 soal tergolong sedang. Setelah melakukan uji tingkat kesukaran soal dilakukan uji instrumen yang terakhir yaitu uji daya pembeda. Dari hasil uji instrumen daya pembeda ini didapati dengan kategori baik terdapat 2 soal, dengan kategori cukup terdapat 13 soal, dalam kategori jelek terdapat 12 soal, dan dalam kategori sangat jelak terdapat 3 soal. 10
Data pretest diperoleh dari tes tertulis dengan soal pilihan ganda sebanyak 15 soal untuk mengukur kemampuan siswa sebelum menerima pembelajaran atau treatment. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan data, maka didapat statistik deskriptif data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut: Tabel 4. Deskriptif data Pretest N
Minimum
Maximum
Sum
Mean
Kontrol
29
5,30
8,60
195,60
6,7448
Eksperimen
29
5,30
8,60
191,80
6,6138
Dilihat dari tabel diatas terdapat perbedaan nilai rata-rata kelas eksperimen dan kontrol, yaitu 6,6138 untuk kelas eksperimen dan 6,7448 untuk kelas kontrol. Nilai terendah dan nilai tertinggi memiliki hasil yang sama, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama memiliki nilai terendah 5,3 dan nilai tertinggi 8,6. Pemberian soal posttest dilakukan setelah pemberian perlakuan dengan tujuan dapat mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan diberi treatment dan tanpa treatment. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan data, maka didapat statistik deskriptif data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:
Kontrol
Tabel 5. Deskriptif data Posttest Minimum Maximum Sum 29 6,00 8,60 206,40
Eksperimen
29
N
7,30
9,30
235,80
Mean 7,1172 8,1310
Dilihat dari tabel diatas bahwa rata-rata nilai posttest kelas ekperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, yaitu 8,1310 untuk kelas eksperimen dan 7,1172 untuk kelas kontrol. Berdasarkan tabel itu pula menunjukkan bahwa nilai terendah dan nilai tertinggi dari masing-masing kelas, yaitu nilai terendah 7,3 dan nilai tertinggi 9,3 untuk kelas eksperimen dan nilai terendah 6,0 dan nilai tertinggi 8,6 untuk kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak normal antara kelas kontrol dan eksperimen. Pengujian ini dilakukan dengan statistik uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan aplikasi program perhitungan. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah. Tabel 6. Uji Normalitas Pretest Hasil Peng ujian N Normal Parameters
Mean
Hasil Belajar Pretes (eksperimen) 29 6,6138
11
Hasil Belajar Pretes(kontrol) 29 6,7448
0,856 0,457
Nilai | Ft-Fs| terbesar Asymp. Sig (2-Tailed) Test distribution is Normal
1,026 0,243
Kriteria pengujian jika nilai | Ft – Fs | terbesar kurang dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima dan H1 ditolak.Jika nilai | Ft – Fs | terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan perhitungan uji normalitas pretest eksperimen menunjukan bahwa nilai | Ft – Fs | terbesar yang bernilai 0,856 dan Asymp.Sig(2-Tailed) bernilai 0,457. Pengujian nilai Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal karena nilai |Ft – Fs | terbesar 0,856 > dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov 0,246 dan nilai Asymp.Sig(2-Tailed) 0,457 > 0,05. Uji Homogenitas untuk mengetahui kesamaan varians antara skor pretest. Pada uji homogenitas kelas pretest diperoleh signifikasi 0,598, dengan membandingkan nilai ∝ = 0,05 maka nilai signifikasi atau probabilitas 0,598 > 0,05 maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama(homogen). Dengan melihat data normalitas yang berdistribusi normal dan data homogenitas yang diketahui homogen, sehingga untuk pengujian kesamaan rata-rata nilai pretest dari kelas kontrol dan eksperimen dengan menggunakan uji parametrik, yaitu uji t dengan statistik Independent Sample T-Test. Uji-t (Independent Sample T-Test) dilakukan dengan bantuan program penghitungan, dengan taraf signifikansi 5%. Teknik analisis uji-t pretest bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada tahap awal sebelum dilakukan perlakuan. Ringkasan hasil perhitungan uji-t pretest dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 7. Uji Kesamaan Dua Rata-rata pretest
Kelas Eksperimen Kontrol
Df
P
∝
thitung
ttabel
56
0,579
0,05
-0,559
2,052
Dari hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung sebesar -0,559. Setelah dikonsultasikan dengan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan df 56 sebesar 2,052 ternyata thitung lebih kecil dari ttabel (-0,559< 2,052) yang berarti H0 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis data posstest sama dengan perhitungan data pretest. Langkah awal adalah uji normalitas nilai posttest dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak normal antara kelas kontrol dan eksperimen. Pengujian ini dilakukan dengan statistik uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan aplikasi perhitungan. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah.
12
Tabel 8. Uji Normalitas posttest Hasil Pengujian
N Mean Normal Parameters Nilai | Ft-Fs| terbesar Asymp. Sig (2-Tailed) Test distribution is Normal
Hasil Belajar Postest (eksperimen) 29 8,1310
Hasil Belajar Postest(kontrol)
1,065 0,206
1,110
29 7,1172
0,170
Kriteria pengujian jika nilai | Ft – Fs | terbesar kurang dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Jika nilai | Ft – Fs | terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan perhitungan uji normalitas posttest eksperimen menunjukkan bahwa nilai | Ft – Fs | terbesar yang bernilai 1,065 dan Asymp.Sig(2-Tailed) bernilai 0,206. Pengujian nilai Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal karena nilai |Ft – Fs | terbesar 1,065 > dari nilai tabel Kolmogorof-Smirnov 0,246 dan nilai Asymp.Sig(2-Tailed) 0,206 > 0,05. Uji Homogenitas untuk mengetahui kesamaan varians antara skor pretest. Pada uji homogenitas kelas pretest diperoleh signifikasi 0,416, dengan membandingkan nilai ∝ = 0,05 maka nilai signifikasi atau probabilitas 0,416> 0,05 maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama(homogen). Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data dari hasil posttest dapat dilihat bahwa skor posttest kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal sehingga untuk menguji perbedaan dua rerata posttest digunakan uji statistik parametrik uji- t. Uji-t (Independent Samples T Test menggunakan equal variances assumed) dengan taraf signifikansi 5%. Rumusan hipotesis yang akan diuji: H0 : Penerapan metode belajar jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran sama dengan penggunaan metode belajar konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa. H1 : Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode jigsaw dengan video pembelajaran lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ceramah atau konvensional. Hipotesis Statistik: H0 : μx2 = μy2 H1 : μx2 > μy2 Kriteria Uji Hipotesis Satu Pihak: Independent Sample T Test 1. Jika thitung > ttabel , maka H0 ditolak, H1 diterima. 2. Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima, H1 ditolak. Berdasarkan Signifikansi 3. Jika P > ∝ (0.05), maka H0 diterima, H1 ditolak.
13
4. Jika P < ∝ (0.05), maka H0 ditolak, H1 diterima. Hasil uji perbedaan dua rata-rata dari skor posttest dapat dilihat pada tabel dibawah. Tabel 9 Uji perbedaan rata-rata posttest
Kelas Eksperimen Kontrol
Df
P
56
0,000
∝ 0,05
thitung
ttabel
5,457 2,052
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa signifikansi (P) adalah 0,000. Karena signifikansi P (0.000) < ∝ (0.05), atau thitung adalah 5,457 karena thitung (5,457) > ttabel (2,052), maka keputusan uji nilai Sig. < α atau thitung > ttabel maka keputusannya adalah H0 ditolak dengan kata lain H1 diterima. Dari hasil penghitungan diperoleh thitung (th) sebesar 5,457. Setelah dikonsultasikan dengan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan df 56 sebesar 2,052 ternyata thitung lebih besar dari ttabel (5,457> 2,052) sehingga H0 ditolak, yaitu penerapan metode belajar jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran sama dengan penggunaan metode belajar konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian hasil akhir penelitian H1 diterima, yaitu hasil belajar siswa yang diajar dengan metode jigsaw dengan video pembelajaran lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ceramah atau konvensional. Metode pembelajaran yang menggunakan jigsaw dapat meningkatkan rata-rata nilai lebih tinggi dibanding yang tidak menggunakan sehingga kelas kontrol yang tetap menggunakan metode konvensional tidak mengalami perubahan rata-rata nilai sedangkan pada kelas eksperimen yang menggunakan metode jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran mengalami perubahan rata-rata nilai yang signifikan. 5. Penutup Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran lebih tinggi dari pada penggunaan metode ceramah atau konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMA N 1 Karanggede pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer. Hal ini ditunjukkan oleh uji hipotesis posttest ternormalisasi dan homogen. Hasil uji hipotesis posttest dengan Uji t adalah P (0.000) < ∝(0.05), sehingga 𝐻𝑜 ditolak, yaitu penerapan metode belajar jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran sama dengan penggunaan metode belajar konvensional dalam meningkatkan hasil belajar dan H1 diterima, yaitu rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode jigsaw dengan video pembelajaran lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah atau konvensional. Dengan demikian menghasilkan kesimpulan bahwa metode belajar jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran lebih tinggi daripada penggunaan metode belajar konvensional. Dari hasil penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Perlunya metode pembelajaran jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran diterapkan dalam proses belajar sebagai bentuk variasi
14
2.
pembelajaran sehingga peserta didik dapat lebih bersemangat dan aktif dalam pembelajaran serta sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Keefektifan metode jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siwa diharapkan dapat memacu pengembangan dan penelitian lebih lanjut.
6. Daftar Pustaka [1]Rosenberg. 2001. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan. Jogjakarta: Diva Press [2]Iriantara, Yosal. 2009. Literasi Media. Bandung : Penerbit Simbiosa Rekatama Media [3]Azizah, Nur. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan di SMK Wongorejo Gombong. Universitas Negeri Yogyakarta [4]Amalia, Ratna. 2012. Penerapan model kooperatif tipe TTW (Think, Talk, Write) menggunakan multimedia video pembelajaran dalam pelajaran fisika SMA. Universitas Jember [5]Robert E. Slavin. 2010. Cooperativ Learning. Bandung : Nusa Media. [6]Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [7]Gerlach, V.G. dan Ely, D.P. 1971. Teaching and Media. A Systematic Approach. Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc. [8]Sadiman, Arief.2007. Media Pendidikan.Jakarta : Penerbit PT.RajaGrafindo Persada [9]Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers [10]Riyana, Cheppy. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Universitas Pendidikan Indonesia. [11]Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta [12]Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2012. [13]Nurcahyanto,Guntur. 1956. Ebook Instrumen Penelitian. Jurnal
15