1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasonal. Indonesia terus melakukan upaya meningkatkan sektor pertanian untuk menghasilkan produk yang bermutu. Kemajuan sektor non minyak khususnya sektor pertanian membutuhkan banyak pengembangan perekonomian yang berorientasi ekspor. Akses pasar yang masih luas memberikan keuntungan dari skala ekonomi. Indonesia dapat menghasilkan pendapatan lebih besar, memperoleh keterampilan baru, teknolgi baru dan teknik pemasaran baru (Bhasin dan Venkataramany, 2010). Sektor pertanian terutama produk hortikultura merupakan salah satu sektor yang terus dipacu agar mampu bersaing di pasar internasional. Produk hortikultura yang banyak diminati konsumen mancanegara adalah kedelai edamame, yang merupakan produk khas Jember. Pambudi (2013) menyebutkan bahwa edamame merupakan sejenis kedelai yang berasal dari jepang dan memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan kacang kedelai biasa. Arti nama dari edamame (eda : cabang dan mame : kacang) atau dapat disebut juga sebagai buah yang tumbuh di bagian cabang. Edamame memiliki phytic acid lebih tinggi sehingga memiliki tekstur lebih halus dan lebih mudah dimasak. Produk ini memiliki keunggulan dalam hal ukuran dan kandungan protein dibandingkan kedelai lokal.Perbedaan yang utama terletak pada ukurannya yang relatif lebih besar yaitu lebih dari 30 gram per 100 biji. Warna kulit polongnya bervariasi dari hijau, kuning atau hitam. PT Mitra Tani 27 merupakan perusahaan yang memiliki legalistas untuk mengekspor edamame ke Jepang. Negara ini menerapkan pengendalian mutu yang ketat terhadap produk edamame. Persyaratan yang diminta oleh pasar Jepang yaitu produk yang dihasilkan harus memenuhi standar sanitasi dan higienis sesuai Hazard Analytical Critical Control Point (HACCP) sebagai pijakan standar keamanan pangan.Critical Control Point (CCP) merupakan titik pengendalian untuk mencegah atau menghilangkan potensi bahaya terhadap keamanan pangan atau menguranginya hingga ke tingkat yang dapat diterima. Afrianto (2008) menyatakan pendekatan penting dalam pengawasan mutu sesuai dengan HACCP yaitu (1) Food safety/keamanan pangan yaitu aspek-aspek dalam proses produksi yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit atau bahkan kematian. Masalah ini umumnya dihubungkan dengan masalah biologi (patogen, kontaminasi, ketahanan, virus, jamur dan protozoa), kimia (logam berat, pestisida, asam, mineral, produk-produk yang bocor dari mesin, residu obat-obatan hewan dan pestisida) dan fisik (serpihan logam dari mesin, benda-benda asing seperti pasir, kerikil atau potongan kayu dan rambut). (2) Wholesomeness/kebersihan merupakan karakteristik-karakteristik produk atau proses dalam kaitannya dengan kontaminasi produk atau fasilitas sanitasi dan hygiene. (3) Economic Fraud/pemalsuan adalah tindakan-tindakan yang illegal atau penyelewengan yang dapat merugikan pembeli. Tindakan ini diantaranya pemalsuan bahan baku, penggunaan bahan tambahan yang berlebihan, berat tidak sesuai dengan label,
2
overglazing dan jumlah komponen yang kurang seperti yang tertera dalam kemasan. Syarat mutu umum kedelai berdasarkan SNI 01-3922-1995 adalah (1) bebas hama penyakit; (2) bebas bau busuk, bau asam, bau apek, dan bau asing lainnya; (3) bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida; dan (4) memiliki suhu normal (BPPI, 2010). Kriteria standard quality yang diminta Jepang memiliki ciri jumlah polong maksimal 170 biji per 500 gram, berisi 3 polong per biji, warna hijau seragam, aroma khas edamame, ukuran polong relatif seragam, kadar gula ±9ºbrix, mikroba <1x105 TPC (Total Plate Count), residu klorin maksimal 10ppm, tidak terdapat polong biji satu, tidak cacat yang disebabkan oleh hama/penyakit dan mekanis, bersih dari kotoran dan tidak terdapat kerusakan fisik (PT Mitra Tani 27 Jember, 2010). Standard quality edamame beku yang ditetapkan oleh PT Mitra Tani 27 Jember telah berhasil menembus pasar Jepang 80% dan memenuhi pasar lokal 20%. Jepang mengimpor edamame dari berbagai negara di ASEAN untuk mampu memenuhi kebutuhan pangan dapat dilihatpada Gambar 1. 35.000
Jumlah (ton)
30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 Tahun
2004 Cina
2005 2006 Taiwan
2007 2008 Thailand
2009 2010 2011 Indonesia (MT27)
2012 2013 Vietnam
Sumber : PT Mitra Tani 27 Jember (2013)
Gambar 1 Data impor edamame beku Jepang Data menunjukkan bahwa Cina merupakan negara yang paling besar mengekspor edamame ke Jepang.Indonesia berada pada urutan ke empat setelah Taiwan dan Thailand. Vietnam berada pada urutan terakhir setelah Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi pasar yang masih terbuka luas untuk mengekspor komoditas edamame ke Jepang tetapi masih belum mampu meningkatkan kualitas secara optimal. Farisi (2006) menjelaskan prioritas terbesar dalam memperbaiki manajemen kualitas yang belum optimal, dimulai dengan fokus pada komitmen perusahaan terhadap kualitas. Indonesia harus mampu bersaing baik dalam kualitas maupun kuantitas. Peningkatkan kualitas maupun kuantitas memerlukan pengembangan teknologi, penambahan kapasitas produksi dan penerapan pengendalian mutu. Marimin et al., (2010) menjelaskan kriteria kinerja operasional terdiri dari waktu pengiriman, kualitas dan kuantitas. Budi et al., (2009) menjelaskan kekurangan jumlah dan kualitas bahan baku sangat
3
berpengaruh pada kuantitas dan kualitas produk agroindustri yang dihasilkan dan berpengaruh terhadap kapasitas produksi yang ditargetkan. Nuryani et al., (2007) menjelaskan kontinuitas mutu produk sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan luar negeri terhadap mutu produk. Produsen dapat semaksimal mungkin memenuhi keinginan negara importir demi menjaga pasar dan kontinuitas usaha agar mampu memberikan devisa bagi negara. Peningkatan kualitas edamame yang diekspor merupakan suatu langkah agar dapat bersaing dengan negara lain yang menghasilkan produk sejenis. Martynova (2011) Komponen utama persaingan kompetitif adalah kualitas produk, tingkat kepuasan konsumen, karakteristik produk dan biaya faktor ekonomi. Kualitas produk berkembang dinamis sesuai dengan kondisi teknis perusahaan, metode manajerial dan kebutuhan konsumen yang dibutuhkan untuk meningkatkan pengendalian kualitas.Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka perlu dilakukan penelitian tentang strategi peningkatan kualitas produk edamame beku untuk pasar internasional melalui penerapan manajemen kualitas total. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, terdapat beberapa permasalahan yang terangkum dalam rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan standar kualitas produk edamame beku PT Mitra Tani 27 Jember? 2. Apakah atribut kunci yang diharapkan konsumen dalam peningkatan kualitas edamame beku? 3. Apakah strategi yang dapat dirumuskan dalam peningkatan kualitas edamame beku PT Mitra Tani 27 Jember? 4. Apakah prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam peningkatan kualitas produk edamame beku PT Mitra Tani 27 Jember? Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, terdapat beberapa tujuan yang terangkum sebagai berikut: 1. Menganalisis penerapan standar kualitas produk edamame beku PT Mitra Tani 27 Jember 2. Mengidentifikasi atribut kunci yang diharapkan konsumen dalam peningkatan kualitas edamame beku 3. Merumuskan strategi yang tepat dalam peningkatan kualitas produk edamame beku PT Mitra Tani 27 Jember 4. Menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam peningkatan kualitas produk edamame beku PT Mitra Tani 27 Jember
4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa didapatkan dari penelitian ini antara lain : 1. Penelitian ini diharapkan mampu memecahkan masalah kualitas dan memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan disiplin ilmu yang dipelajari 2. Bagi peneliti, sebagai dasar rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya. 3. Bagi perusahaan, menjadi masukan khususnya bagi PT. Mitra Tani 27 Jember dalam menentukan kebijakan peningkatan kualitas produk edamame beku untuk pasar internasional. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Mitra Tani 27 Jember.Lingkup produk hanya pada edamame beku yang dihasilkan oleh PT Mitra Tani 27 Jember untuk penjualan ekspor. Aspek yang akan dikaji dititikberatkan pada perumusan strategi peningkatan kualitas produk edamame beku untuk pasar internasional, sedangkan implementasi strategi tidak diikutsertakan dalam tesis ini.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Kajian Teoritis
Edamame Samsu (2001) menjelaskan bahwa tanaman edamame merupakan jenis tanaman semusim yang memiliki bentuk semak rendah, tegak, berdaun lebat. Tinggi tanaman edamame berkisar antara 30 sampai dengan 50 cm. Jenis tanaman edamame yang pernah dikembangkan di Indonesia yaitu jenis Ocumani, Tsuronoko, Tsurumidori, Taiso, dan Ryokkoh. Edamame yang memiliki nama latin Glycinemax (L) Merrill atau yang biasa disebut sebagai kedelai Jepang. PT Mitra Tani 27 Jember menghasilkan edamame melalui tahapan sebagai berikut: a. Penanaman Proses penanaman sampai produksi dilakukan secara intensif. Pemberian pupuk dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada usia 10 hari, 20-23 hari, dan terakhir pada usia 45 hari. Edamame tidak dapat kekurangan ataupun kelebihan air. Penyiraman dilakukan 4-5 hari sekali dan batas maksimal genangan airnya 15 sentimeter. Edamame siap untuk dipanen setelah masa tanam 57-65 hari. Sarana produksi pertanian yang digunakan untuk proses produksi tidak disiapkan oleh pihak PT Mitra Tani 27 Jember. Petani menyiapkan sendiri segala sarana produksi pertanian.
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB