1
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan. Subsektor perkebunan merupakan kontributor devisa tertinggi dalam neraca perdagangan sektor pertanian. Neraca perdagangan pertanian periode 2009-2013, menunjukkan bahwa subsektor perkebunan menyumbang 94.86 persen nilai ekspor dan 32.67 persen nilai impor dalam sektor pertanian, seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perkembangan nilai neraca perdagangan sektor pertanian tahun 2009 – 2013 Nilai Neraca Perdagangan (dalam ribuan US $) No 1
Sub Sektor
2009
4
2012
2013
Rata-Rata 2009-2013
321,261
477,708
584,861
162,866
187,292
346,798
Impor
2,737,862
3,893,840
7,023,936
8,270,809
7,479,917
5,881,273
Neraca
-2,416,601
-3,416,132
-6,439,075
-8,107,943
-7,292,625
-5,534,475
Hortikultura Ekspor
3
2011
Tanaman Pangan Ekspor
2
2010
379,739
390,740
491,304
472,876
422,502
431,432
Impor
1,077,463
1,292,988
1,686,131
1,754,980
1,529,430
1,468,198
Neraca
-697,724
-902,248
-1,194,827
-1,282,104
-1,106,928
-1,019,226
Ekspor
21,581,669
30,702,864
40,689,768
32,453,060
29,476,485
30,980,769
Impor
3,949,191
6,028,160
8,843,792
3,123,406
2,669,553
4,922,820
Neraca
17,632,478
24,674,704
31,845,976
29,329,654
26,806,932
25,870,703
Perkebunan
Peternakan Ekspor
754,913
951,662
1,599,071
578,308
609,668
898,724
Impor
2,132,800
2,768,339
3,044,801
2,856,958
3,173,501
2,795,280
Neraca
-1,377,887
-1,816,677
-1,445,730
-2,278,650
-2,563,833
-1,729,736
Sumber: Pusdatin (2014)
Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peranan cukup strategis bagi perekonomian di Indonesia. Perkebunan teh di Indonesia diperkirakan menyerap sekitar 320 000 pekerja dan menghidupi sekitar 1.3 juta jiwa, menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp 1.2 Trilyun, nilai total produksi sebesar Rp 2.1 Trilyun, dan menyumbang devisa bersih sekitar 110 juta dollar AS per tahun (Dewan Teh Indonesia 2013). Pada tahun 2012, sebanyak 46.42 persen teh Indonesia diekspor untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri (BPS 2015). Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor teh terbesar keenam dunia.
2
Indonesia pada tahun 2007 merupakan produsen teh terbesar ketujuh di dunia yang merupakan 3.76 persen produksi teh dunia. Namun, di tahun 2013 Indonesia turun menjadi peringkat kedelapan dunia dengan hanya menyumbang 2.77 persen produksi teh dunia. Hal ini terlihat pada Tabel 2 yang menunjukkan penurunan jumlah produksi teh nasional dari tahun 2007 sampai 2013. Salah satu faktor penyebab turunnya produksi teh nasional adalah maraknya konversi areal perkebunan teh menjadi areal tanam komoditas lain (Dewan Teh Indonesia 2013). Tabel 2 Perkembangan produksi teh di negara produsen teh Total Produksi Teh (ton)
Negara
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Argentina
76,000
80,142
71,715
92,417
92,892
82,813
105,000
Tiongkok
1,165,500
1,257,600
1,359,000
1,450,000
1,623,000
1,789,753
1,924,457
India
973,000
987,000
972,700
991,182
1,095,460
1,135,070
1,208,780
Indonesia
150,623
153,971
156,901
150,342
150,200
143,400
148,100
49,680
165,717
165,717
165,717
103,890
158,000
160,000
Kenya
369,600
345,800
314,198
399,006
377,912
369,400
432,400
Sri Lanka
305,220
318,700
290,000
331,400
327,500
330,000
340,230
Turki
206,160
198,046
198,601
235,000
221,600
225,000
212,400
Vietnam
164,000
173,500
185,700
198,466
206,600
216,900
214,300
Lainnya
545,671
552,015
572,292
592,539
572,151
584,632
599,856
Total 4,005,454 4,232,491 Sumber: FAOSTAT (2015)
4,286,824
4,606,069
4,771,205
5,034,968
5,345,523
Iran
Perkembangan total ekspor teh (teh hijau dan teh hitam) dari tahun 2008 hingga 2012 mengalami kecenderungan menurun, pada tahun 2013 mengalami kenaikan, namun pada tahun 2014 mengalami penurunan. Selama periode tahun 2008-2014 teh Indonesia yang diekspor sebagian besar dalam bentuk teh hitam meskipun perkembangannnya dalam kurun waktu tersebut berfluktuasi. Pada tahun 2014 volume ekspor teh hitam mencapai 54 263 ton atau 81.72 persen terhadap total volume ekspor teh dengan nilai ekspor sebesar US$ 97 089 juta. Perkembangan ekspor teh hijau pada tahun 2008 hingga tahun 2014 berfluktuasi. Kondisi ini seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3 Perkembangan ekspor teh Indonesia tahun 2008 – 2014 Teh Hijau
Teh Hitam
Jumlah
Tahun
Volume (Ton)
Nilai (000 US$)
Volume (Ton)
Nilai (000 US$)
Volume (Ton)
Nilai (000 US$)
Pertumbuhan Volume (%)
2008
12,058
33,815
84,151
125,144
96,210
158,959
15.00
2009
11,055
29,729
81,249
141,899
92,304
171,628
-4.06
2010
11,403
34,781
75,698
143,768
87,101
178,549
-5.64
2011
9,525
3,315
65,925
132,402
75,450
166,717
-13.38
2012
11,607
36,767
58,464
119,974
70,071
156,741
-7.13
2013
12,138
38,062
58,703
119,438
70,842
157,501
1.10
37,495
54,263
97,089
66,399
134,584
-6.69
2014 12,135 Sumber: BPS (2015)
3
Perkembangan impor teh hijau pada tujuh tahun terakhir (tahun 2008-2014) cenderung fluktuasi dengan titik terendah di tahun 2010 sebanyak 1 135 ton saja, namun untuk impor teh hitam cenderung mengalami kenaikan kecuali pada tahun 2014 yang mengalami penurunan drastis. Pada tahun 2014 volume impor teh hijau sebesar 1 861 ton atau 12.69 persen terhadap total volume impor teh, dengan nilai impor sebesar US$ 3 962 juta, sedangkan untuk teh hitam volume impornya mencapai 12 801 ton atau 87.31 persen dengan nilai impor sebesar US$ 20 468 juta. Hal ini terlihat pada Tabel 4. Tabel 4 Perkembangan impor teh Indonesia tahun 2008 – 2014 Teh Hijau
Teh Hitam
Jumlah
Pertumbuhan Volume (%)
Tahun
Volume (Ton)
Nilai (000 US$)
Volume (Ton)
Nilai (000 US$)
Volume (Ton)
Nilai (000 US$)
2008
2,323
3,111
4,302
8,879
6,625
11,990
-23.18
2009
2,196
2,836
4,972
9,701
7,169
12,537
8.21
2010
1,135
2,000
9,735
16,550
10,870
18,551
51.63
2011
4,432
5,984
15,379
21,334
19,812
27,318
82.26
2012
7,374
9,414
17,023
23,836
24,397
33,250
23.14
2013
5,191
7,776
15,389
21,567
20,580
29,343
-15.65
3,962
12,801
20,468
14,662
24,430
-40.36
2014 1,861 Sumber: BPS (2015)
Seiiring dengan peningkatan impor teh yang berpotensi mengurangi perolehan devisa negara, maka perlu dilakukan penelitian untuk menjawab bagaimana daya saing teh Indonesia di pasar internasional, faktor-faktor penentu daya saing dan bagaimana strategi yang tepat untuk meningkatkan daya saing tersebut.
Perumusan Masalah Tanaman teh memiliki prospek yang baik dikembangkan di Indonesia iklim serta cuaca Indonesia yang cocok untuk budidaya teh. Namun sayangnya produksi teh Indonesia cenderung mengalami penurunan dari tahun 2007 sebanyak 155 437 ton dan pada tahun 2013 menjadi 145 855 ton. Salah satu penyebab kondisi ini adalah penurunan luas lahan perkebunan teh. Pada tahun 2007, luas perkebunan teh adalah 138 483 hektar, namun pada tahun 2013 turun menjadi 122 494 hektar. Perkebunan teh di Indonesia terbagi atas tiga jenis pengusahaan yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta. Pada tahun 2013, proporsi penguasaan perkebunan teh Indonesia adalah 45.79 persen perkebunan rakyat, 30.75 persen perkebunan besar negara, dan 23.46 persen perkebunan besar swasta. Namun, jika dilihat dari persentase produksi teh Indonesia, perkebunan rakyat hanya menyumbang 35.47 persen, perkebunan besar negara sebanyak 38.20 persen dan perkebunan besar swasta sebanyak 26.33 persen. Hal ini seperti ditunjukkan pada Tabel 5.
4
Tabel 5 Perkembangan luas lahan dan produksi teh Indonesia tahun 2007-2013 Status Pengusahaan
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Luas Lahan (ha) Perkebunan Rakyat
60,947
60,539
57,126
56,465
55,983
56,258
56,091
Perkebunan Negara
41,688
44,743
38,706
38,295
37,640
37,202
37,672
Perkebunan Swasta
35,848
34,135
28,224
28,036
28,835
28,148
28,731
Total Lahan (ha)
138,483
139,417
124,056
122,797
122,458
121,607
122,494
Produksi (ton) Perkebunan Rakyat
38,937
38,593
45,239
50,947
51,507
51,741
51,737
Perkebunan Negara
81,250
81,494
71,565
68,017
61,110
57,146
55,715
Perkebunan Swasta
35,250
33,194
35,785
32,048
33,986
34,526
38,404
Total Produksi (ton) Sumber: BPS (2015)
155,437
153,282
152,588
151,012
146,603
143,413
145,855
Faktor lain yang menyebabkan produksi teh Indonesia cenderung mengalami penurunan adalah rendahnya tingkat produktivitas perkebunan teh Indonesia dibandingkan negara lain. Pada tahun 2013, produktivitas perkebunan teh Indonesia hanya sebesar 1 210.0 kg/ha dan hanya menempati peringkat 33 dunia dalam hal tingkat produktivitas perkebunan teh. Peringkat pertama ditempati oleh Malaysia dengan tingkat produktivitas sebesar 6 778.7 kg/ha, kedua Iran sebesar 6 530.6 kg/ha, ketiga Bolivia sebesar 5 207.2 kg/ha, keempat Burundi sebesar 4,578.2 kg/ha dan kelima Ecuador sebesar 3 750.0 kg/ha. Kelima negera ini bukan merupakan sepuluh besar produsen dunia. Argentina yang merupakan produsen teh terbesar kesembilan pun memiliki tingkat produktivitas sebesar 2 763.2 kg/ha dan hanya menempati peringkat kesembilan dalam hal produktivitas perkebunan teh. Hal ini seperti ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6 Tingkat produktivitas perkebunan teh pada negara eksportir teh Produktivitas Perkebunan Teh (Kg/Ha) No
Negara
Ranking Dunia Tahun 2013
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
1,900.0
2,054.9
1,927.8
2,379.7
2,610.8
2,631.6
2,763.2
9 13
1
Argentina
2
Kenya
2,477.4
2,192.8
1,984.9
2,320.9
2,011.7
1,938.1
2,177.2
3
India
1,716.0
1,706.3
1,680.0
1,711.9
1,611.2
1,652.9
2,143.3
14
4
Vietnam
1,527.0
1,594.7
1,667.0
1,753.2
1,806.0
1,870.4
1,761.6
22
5
Sri Lanka
1,434.8
1,435.8
1,306.5
1,493.0
1,475.4
1,486.7
1,532.8
26
6
Indonesia
1,126.3
1,205.6
1,270.4
1,206.9
1,218.2
1,225.3
1,210.0
33
7 Tiongkok 938.4 Sumber: FAOSTAT (2015)
980.1
1,040.6
1,032.0
1,082.1
1,133.3
1,099.7
36
Penurunan luas lahan dan rendahnya tingkat produktivitas teh Indonesia menyebabkan produksi teh Indonesia hanya menempati posisi enam besar dunia. Pada tahun 2013, sebanyak 48.57 persen produksi teh Indonesia atau sebesar 70 842 ton teh Indonesia dieskpor dengan rincian 12 138 ton teh hijau dan 58 703 ton merah. Ekspor teh Indonesia cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2000,
5
Indonesia menempati peringkat kelima eksportir teh dunia. Namun pada tahun 2012, Indonesia menempati peringkat tujuh dunia. Kondisi ini seperti terlihat pada Gambar 1. 450,000
JUMLAH EKSPOR TEH (TON)
400,000 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
TAHUN Sri Lanka
China
Kenya
India
Indonesia
Viet Nam
Argentina
Sumber: FAOSTAT (2015)
Gambar 1 Perkembangan jumlah ekspor teh dunia tahun 2000 – 2012 Harga rata-rata tahunan teh Indonesia dari tahun 2003 hingga tahun 2012 terus meningkat. Namun harga teh Indonesia pada tahun 2011 hanya menempati peringkat kelima pada negara eksportir utama teh dunia yakni sebesar 2,237 US$/ton. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas teh Indonesia yang diekspor masih kalah dibandingkan dengan teh dari Sri Lanka, Tiongkok, Kenya, dan India. Sri Lanka yang merupakan produsen teh terbesar keempat dunia menghasilkan teh dengan kualitas terbaik sehingga dihargai 4,407 US$/ton. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Perkembangan harga rata-rata tahunan teh di beberapa negara dunia No
Negara
2003
2004
2005
Harga Teh (US$/Ton) 2006 2007 2008 2009
2010
2011
2012
1
Sri Lanka
2,264
2,451
2,613
2,467
2,865
3,954
4,073
4,365
4,600
4,407
2
Tiongkok
1,413
1,559
1,690
1,908
2,086
2,298
2,327
2,592
2,992
3,324
3
Kenya
1,639
1,631
1,629
2,035
1,867
2,357
2,696
2,790
2,799
2,714
4
India
1,913
2,162
2,342
2,247
2,426
2,905
2,864
2,962
2,688
3,046
5
Indonesia
1,087
1,177
1,188
1,411
1,513
1,652
1,859
2,050
2,210
2,237
6
Vietnam
930
1,102
1,052
1,148
1,407
1,338
1,465
1,524
1,531
597
669
705
738
820
1,039
1,102
1,215
1,364
996 7 Argentina 578 Sumber: FAOSTAT (2015)
6
Saat ini produsen teh dunia pun berusaha menghasilkan teh dengan kualitas prima, sehingga persaingan pun semakin ketat. Setiap negara harus memiliki spesialisasi dan juga kemampuan untuk dapat bersaing memperebutkan pasar yang ada. Melihat kondisi ini perlu dilakukan pengkajian daya saing serta menentukan prioritas strategi yang tepat untuk meningkatkan daya saing teh Indonesia di pasar internasional. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana keunggulan komparatif teh Indonesia di pasar internasional? 2. Bagaimana keunggulan kompetitif teh Indonesia di pasar internasional? 3. Apa yang menjadi prioritas perbaikan dalam mendukung peningkatan daya saing teh Indonesia? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis keunggulan komparatif teh Indonesia di pasar internasional. 2. Menganalisis keunggulan kompetitif teh Indonesia di pasar internasional 3. Merumuskan prioritas perbaikan yang dapat mendukung peningkatan daya saing teh Indonesia Manfaat Penelitian Penelitian tentang daya saing teh Indonesia di pasar internasional ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Para pengambil keputusan dan para pelaku ekonomi dalam sektor perkebunan khususnya komoditi teh sebagai upaya untuk merekomendasikan konsep pengembangan daya saing komoditi teh dalam menghadapi pasar internasional. 2. Masyarakat akademik, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk meneliti lebih lanjut mengenai kondisi daya saing teh di Indonesia. 3. Pemerintah dan pihak-pihak yang berkepentingan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan dalam menetapkan kebijakankebijakan yang mendukung peningkatan daya saing teh Indonesia. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada beberapa hal: 1. Komoditi teh yang dimaksud didasarkan pada data United Nations Commodity Trade Statistics (UNCOMTRADE) dengan kode HS 090210, HS 090220, HS 090230 dan HS 090240. Pemilihan kode HS tersebut didasarkan pada perbedaan negara tujuan ekspor dari masing-masing kode HS. 2. Pada penelitian ini menggunakan pembanding negara Tiongkok, India, Kenya, Sri Lanka, Turki, dan Argentina. Pemilihan negara-negara tersebut karena merupakan negara produsen terbesar yang juga merupakan eksportir teh terbesar di dunia. 3. Batasan periode analisis penelitian dari tahun 2000 sampai 2014 karena keterbatasan ketersediaan data dari negara-negara produsen teh di dunia.