1
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelapa sawit (Guineensis elaeis jacq.) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak goreng, minyak industri, maupun bahan bakar nabati berupa biomasa dan biodiesel. Perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan yang sudah terdegradasi dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit menjadi primadona tanaman perkebunan dan menjadi sumber penghasil devisa non minyak dan gas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditas minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Gambar 1 menunjukkan perkembangan dan produksi kelapa sawit di Indonesia yang memperlihatkan bahwa perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia sangat baik. Komoditas kelapa sawit adalah penyumbang terbesar devisa sektor perkebunan dan penyerapan tenaga kerja terbesar di Indonesia sehingga perlu dipertahankan dan dikembangkan. Secara umum pengembangan agribisnis kelapa sawit masih mempunyai prospek yang baik, bila ditinjau dari prospek harga, ekspor dan pengembangan produk.
Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2012
Gambar 1 Perkembangan dan produksi kelapa sawit di Indonesia Perkebunan kelapa sawit saat ini tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia dan didominasi oleh dua kepulauan besar, Sumatra dan Kalimantan. Pada tahun 2012, Sumatra menjadi pengguna lahan 62.5% dari total lahan kelapa sawit nasional yaitu dengan total 5 913 585 hektar dan penyumbang produktivitas sebesar 73.6% dari total produksi nasional yaitu sebesar 17 317 295 ton. Sementara Kalimantan menjadi
2 pengolah lahan terbesar kedua yaitu 31% yaitu dengan 2 814 782 hektar dengan produktivitas 23.5% yaitu sebesar 5 520 207 ton. (Direktorat Jendral Perkebunan 2012). Tabel 1 Produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia No Wilayah Tahun 2008 2009 2010 Sumatra 13 745 15 159 156 16 445 142 1 566 Jawa 44 385 49 631 49 759 2 Kalimantan 3 114 243 3 518 634 4 853 001 3 Sulawesi 526 958 500 107 475 263 4 Bali – 5 Nusra Maluku 108 636 96 766 134 955 6 Papua INDONESIA 17 539 19 324 294 21 958 120 788 Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2012 Tabel 2 Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia No Wilayah Tahun 2008 2009 2010 Sumatra 5 029 822 5 415 371 5 641 367 1 Jawa 26 425 27 163 28 057 2 Kalimantan 2 070 167 2 537 015 2 462 207 3 4 Sulawesi 178 632 211 380 196 302 Bali – 5 Nusra Maluku – 58 801 57 398 57 462 6 Papua INDONESIA 7 363 847 8 248 328 8 385 394 Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2012
2011 16 994 805
2012 17 317 295
42 749 5 430 410 490 072 -
43 731 5 520 207 498 680 -
138.506
141 158
23 096 541
23 521 071
2011 5 867 176 25 687 2 782 929 257 955 -
2012 5 913 585 26 112 2 814 782 260 588 -
59 077
59 554
8 992 824
9 074 621
Dalam beberapa tahun ke depan pemerintah berencana untuk memperluas perkebunan kelapa sawit dengan target produksi pada tahun 2020 mencapai 52 juta ton per tahun. Alasan untuk memperluas perkebunan dan produksi kelapa sawit di Indonesia adalah karena prediksi peningkatan permintaan khususnya di pasar internasional atas minyak nabati dari kelapa sawit, yang bukan hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan industri pangan dan industri kosmetik seperti selama ini, namun telah meluas untuk kebutuhan energi (Direktorat Jendral Perkebunan 2012). Untuk memenuhi target produksi di atas, maka pemerintah dengan gencar melakukan pembukaan areal-areal perkebunan baru, termasuk di daerah yang selama ini belum ekstensif dalam menanam sawit seperti di Sulawesi dan Papua. Direncanakan pada tahun 2020 luasan kebun kelapa sawit kita dapat mencapai sekitar 20 juta hektar, sedangkan untuk lahan yang sudah berjalan akan dibekali dengan berbagai perkembangan inovasi melalui berbagai riset (Pahan 2010).
3
Sa’id (2009) menjelaskan bahwa sebuah perusahaan kelapa sawit akan dapat berkembang dengan manfaat teknologi yang tepat. Terjadinya peningkatan riset pada kelapa sawit didorong oleh adanya keinginan bahwa Indonesia akan tetap menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Namun hal ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh teknologi, banyak kegiatan riset di industri kelapa sawit. PT Cakra Multi Sawit Mandiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang budidaya kelapa sawit yang ikut beromba menciptakan berbagai inovasi teknologi guna membawa perusahaan ke arah yang lebih baik. Dari sekian banyak perusahaan kelapa sawit di Indonesia. Dalam usaha pengembangannya pemeliharaan kelapa sawit sejak dini sangat diperhatikan, PT Cakra Multi Sawit Mandiri mencoba berinovasi untuk memodifikasi capit udang untuk proses kastrasi. Terdapat empat tahap yang harus dilakukan dalam pengolahan buah kelapa sawit hingga siap untuk dijual, yaitu mulai dari pembibitan, pemeliharaan tanaman, pemanenan dan pengolahan. Banyak cara yang perlu diperhatikan dalam masa pemeliharaan tanaman, salah satunya adalah saat kastrasi. Pengertian Kastrasi adalah suatu tindakan membuang semua bunga, buah muda dari pohon kelapa sawit yang berumur ≥ 1 tahun setelah ditanam. Kastrasi berfungsi agar tanaman dapat lebih menghasilkan ke pertumbuhan vegetatif (penguatan batang yang lebih besar). Kastrasi dilakukan selama enam bulan ( satu semester ) dengan rotasi satu bulan dua-tiga kali dan norma 2-3 HK / ha (Sunarko 2007). Kastrasi dilakukan dengan menggunakan alat khusus yang disebut Capit Udang atau Cap Stand, dapat dibuat dari dodos panen yang berukuran lebih kecil tiga inchi dan diberi pengait agar mudah mengambil bunga / buah tanpa merusak pelepah yang ada. Pada bagian kepala alat ini terbuat dari besi sedangkan pada bagian lengan terbuat dari kayu. Alat capit udang pada umumnya berbentuk statis, karena dalam pengoprasiannya memiliki gerak tersendiri. Gerakan yang dimaksud adalah pergerakan alat saat bekerja seperti membuka menutup, memutar dan sebagainya. Kerja alat sangat tergantung pada keahlian dan tenaga yang dipunyai seorang pekerja pada setiap perusahaan. Hal utama yang mendasari modifikasi pembuatan alat capit udang adalah meminimalisir kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para pekerja. Pekerja mengalami kesulitan dalam memasukan capit ke dalam bunga kelapa sawit, sehingga waktu pengerjaannya lebih lama dan membutuhkan gaya yang lebih besar. Oleh karena itu perlu adanya modifikasi capit udang sehingga alat menjadi lebih efisien. Selain itu pembuatan alat dilakukan secara masal dan akan dijual di pasaran dalam rangka mendapatkan keuntungan dan membantu menetaskan permasalahan. Alat capit udang memiliki peluang yang baik dalam proses kastrasi, hal ini dapat dilihat dari banyaknya perusahaan diluar pulau Jawa yang tidak menggunakan capit udang dalam proses kastrasinya. Capit udang modifikasi yang dihasilkan oleh PT Cakra Multi Sawit Mandiri memiliki sedikit pesaing diantaranya adalah capit udang buatan Malaysia. Dibutuhkan studi untuk mengetahui apakah capit udang modifikasi PT Cakra Multi Sawit Mandiri sudah sesuai dengan keinginan konsumen, memiliki mutu yang baik dan efisien dibandingkan dengan capit udang dari perusahaan pesaing. Diketahui terdapat konsep yang menjelaskan hubungan antara efisiensi produksi dengan penilaian konsumen adalah Manajemen Mutu Total/Total Quality Management (TQM). Konsep TQM merupakan sebuah alat analisis yang dapat memformulasikan hubungan antara manajemen perusahaan, sistem, karyawan serta konsumen/pengguna sebagai sasaran akhir produk, yaitu dengan menciptakan iklim perbaikan secara terus menerus melalui pemanfaatan teknik statistik guna pengambilan keputusan. Salah satu alat dalam pelaksanaan TQM adalah QFD (Quality Function Deployment). QFD (Quality Function
4 Deployment) telah terbukti sebagai suatu metode yang memiliki dampak positif bagi perusahaan yang meneliti keinginan pelanggannya dan merupakan alat serta teknik yang bebas dalam mempelajari data spesifik yang dikumpulkan dari pelanggan. Dengan metode tersebut, perusahaan dapat melakukan pendekatan kompeherensif dan sistematik untuk memastikan produknya memenuhi keinginan pelanggan. Dengan penerapan manajemen produksi dan mutu, maka perusahaan dapat menentukan strategi yang tepat untuk menjawab permintaan pasar, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Hal ini akan mendorong perusahaan untuk terus berkembang dan mempunyai daya saing yang baik untuk memenangkan pasar. Dalam proses pengembangan sebuah produk, dibutuhkan berbagai inovasi yang mendukung terbentuknya teknologi baru sehingga teknologi dan inovasi menjadi komponen pembangun.
Rumusan Masalah Dewasa ini persaingan bisnis sifatnya sangat dinamis. Banyak peluang yang dapat diambil dari adanya persaingan tersebut, namun hal tersebut tidaklah mudah jika hanya mengandalkan satu aspek saja. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan suatu alat bentuk modifikasi dari alat yang dapat digunakan untuk menangkap peluang bisnis yang ada. PT Cakra Multi Sawit Mandiri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang budidaya dan pengembangan kelapa sawit. Awal mula berdirinya perusahaan hanya bergerak pada bidang budidaya kelapa sawit, namun saat ini karena portofolio bisnis perusahaan induk ingin memfokuskan bisnisnya sesuai dengan core competencenya, sehingga perusahaan mulai menambahkan lini bisnis usahanya, dari bidang pembudidayaan menjadi pusat penelitian dan pengembangan. Capit udang yang umum digunakan di perkebunan sawit Indonesia umumnya masih memiliki berbagai keterbatasan seperti pekerja lebih banyak membuang waktu, mengeluarkan banyak tenaga dan berisiko melukai anggota tubuh khususnya bagian tangan. Perkembangannya capit udang di Indonesia masih tergolong langka, hal tersebut disebabkan karena perusahaan lain tidak terlalu memperdulikan proses kastrasi, padahal di sisi lain kastrasi adalah salah satu hal yang wajib untuk diperhatikan. Terdapat banyak contoh hal yang salah yang tidak diketahui dalam proses pengkastrasian oleh para pekerja perusahaan yaitu seperti mengoyak kulit pohon, mematahkan pelepah muda, melewatkan pusingan proses pengkastrasian dan tidak bersihnya proses pencabutan bunga yang akan mengakibatkan timbulnya bunga matahari. Sejauh ini, perusahaan sudah berhasil memodifikasi alat pada capit udang yang berfungsi untuk proses kastrasi atau mencabut bunga muda. Alat modifikasi Capit udang yang dihasilkan oleh PT Cakra Multi Sawit Mandiri merupakan alternatif dari belum sempurnanya kinerja alat yang umum dalam proses kastrasi. Capit udang modifikasi ini memiliki beberapa kelebihan dari capit udang sebelumnya. Bentuk alat dapat dilihat pada lampiran 9 sampai dengan lampiran 18. Berdasarkan data yang didapat pengerjaan mencabut bunga menggunakan capit udang modifikasi membutuhkan rata-rata waktu/bunga = 13.5 detik, waktu/pohon = 93.5 detik dibandingkan dengan menggunakan capit udang umum yang membutuhkan rata-rata waktu/bunga = 20 detik dan waktu/pohon = 143 detik. Spesifikasi lengkap dari
5
kedua jenis capit udang dapat dilihat pada gambaran umum perusahaan. PT Cakra Multi Sawit Mandiri membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengembangan yang dibutuhkan untuk keberlanjutan capit udang yang akan diproduksi dan dijual di pasaran. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apa sajakah atribut House of Quality yang terdapat pada capit udang modifikasi PT Cakra Multi Sawit Mandiri ? 2. Bagaimana nilai hasil perbandingan capit udang modifikasi PT Cakra Multi Sawit Mandiri dengan perusahaan lain ? 3. Apa sajakah analisis mutu capit udang modifikasi PT Cakra Multi Sawit Mandiri ?
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, dapat disusun tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi dan menganalisis atribut House of Quality pada capit udang modifikasi PT Cakra Multi Sawit Mandiri. 2. Membandingkan nilai hasil capit udang modifikasi PT Cakra Multi Sawit Mandiri dengan perusahaan pesaing. 3. Menganalisis mutu yang dapat dikembangkan pada capit udang modifikasi PT Cakra Multi Sawit Mandiri.
Manfaat Penelitian Terdapat dua manfaat yang didapatkan dari penelitian ilmiah ini, yaitu sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan : a. Mengetahui faktor-faktor yang harus dikembangkan lebih lanjut dan diutamakan dalam pengembangan alat kastrasi capit udang. 2. Bagi penulis : a. Meningkatkan kompetensi penulis dalam menganalisis sebuah permasalahan b. Mengetahui dan mempelajari faktor-faktor penting terkait pengembangan dalam suatu perusahaan.
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB