1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sumberdaya ekonomi yang strategis untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Makna strategis itu tercermin dari kondisi objektif kira-kira dua per tiga wilayah Indonesia adalah perairan laut yang terdiri dari laut pesisir, laut lepas, teluk, dan selat. Keseluruhannya adalah bagian dari perairan teritorial dengan luas sekitar 3,1 juta km 2. Selain itu, Indonesia juga memiliki hak pengelolaan dan pemanfaatan ikan di zona ekonomi eksklusif (ZEE), yaitu perairan yang berada 12 hingga 200 mil dari garis pantai titik titik terluar kepulauan Indonesia. Luas ZEE sekitar 2,7 juta km 2. Dengan demikian, Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya alam hayati dan non hayati di periran yang luasnya sekitar 5,8 juta km 2. Selain sumber daya perairan, Indonesia juga memiliki
17. 508 pulau yang menjadikan Indonesia sebagai
negara kepulauan yang besar di dunia (Nikijuluw 2002). Selanjutnya disebutkan juga bahwa sumberdaya perikanan laut di Indonesia masih cukup melimpah, data terakhir menunjukan bahwa potensi lestari sumberdaya laut yang besarnya 6,4 juta ton/tahun, baru dimanfaatkan sekitar 59,53%. Permintaan ikan dunia dari tahun ketahun menunjukan kecenderungan yang semakin meningkat sebagai akibat meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas hidup yang diikuti dengan perubahan pola makan masing-masing masyarakat. Peningkatan kualitas hidup menyebabkan bergesernya komposisi jenis makanan ke makanan sehat yang dicirikan dari rendahnya kandungan kolesterol dan tingginya kandungan protein sebagaimana terdapat pada ikan (Dirjen Perikanan Tangkap 2002). Komoditi hasil perikanan ini selain untuk konsumsi dalam negeri juga merupakan komoditi ekspor yang bernilai tinggi. Pada saat ini konsumsi ikan Indonesia diperkirakan sebesar 21,77 kg/tahun/kapita, sedangkan konsumsi dunia menurut FAO telah mencapai 27,5 kg/tahun/kapita, sehingga perlu upaya untuk peningkatan. Kondisi seperti ini akan mendorong pembangunan sektor perikanan
menjadi
lebih
besar,
ditambah
dengan
memanfaatkan
dan
menyatukan seluruh fungsi yang terkait dengan pembangunan, terutama dengan adanya sistem administrasi pembangunan yang lebih kondusif dan didukung program perencanaan serta pelaksanaan kegiatan yang semakin terarah dan efisien (Kamaluddin 2002).
1
2
Upaya yang dilakukan untuk pembangunan sektor perikanan adalah dengan cara menyediakan berbagai kemudahan untuk memberikan berbagai fasilitas yang menunjang keberhasilan usaha perikanan seperti kemudahan untuk mendapatkan sarana produksi/perbekalan ke laut, mendaratkan hasil tangkapan dan menjamin pemasarannya, sehingga menjamin kelancaran sejak mulai produksi sampai pemasarannya. Faktor utama untuk mendukung pengembangan usaha perikanan khususnya kegiatan penangkapan adalah dengan tersedianya prasarana penangkapan ikan berupa pelabuhan perikanan/pendaratan ikan (PP/PPI) sebagai tempat berlindung dan berlabuh bagi kapal-kapal perikanan, mengisi bahan perbekalan serta mendaratkan ikan hasil tangkapannya. Pada
hakekatnya
pelabuhan
perikanan
merupakan
kawasan
pengembangan industri perikanan. Pembangunan pelabuhan perikanan disuatu daerah merupakan embrio pembangunan perekonomian di suatu daerah (Manurung 1995). Urgensi pelabuhan perikanan dalam
kegiatan perikanan
cukup jelas, yakni sebagai tempat berlabuh kapal/perahu perikanan dan tempat melakukan kegiatan bongkar muat sarana produksi dan produksi. Fungsi pelabuhan perikanan sangat luas. Keberadaan pelabuhan perikanan dalam arti fisik, seperti kapasitas pelabuhan harus mampu mendorong kegiatan ekonomi lainnya sehingga pelabuhan perikanan menjadi kawasan pengembangan industri perikanan. Dengan diberlakukannya AFTA (Asean Free Trade Area), APEC (Asia Pacific Economic Council) 2010 dan WTO (World Trade Organization) pada 2020, merupakan cermin globalisasi tata ekonomi dunia (borderless economy). Guna mengantisipasinya, diperlukan peningkatan daya saing (competitiveness) serta penciptaan produk unggulan (comperative product). Komoditi perikanan juga dihadapkan pada suatu tantangan yang harus diantisipasi, karena dalam perdagangan internasional komoditi perikanan tidak hanya ditentukan oleh faktor penawaran dan permintaan tetapi banyak dipengaruhi
oleh
berbagai
perjanjian
konvensi
internasional.
Dalam
mengantisipasi pemberlakuan GATT (General Agreement Tariff and Trade); dimasa mendatang akan terjadi tata perdagangan dunia baru seperti penurunan hambatan-hambatan tarif, sehingga perdagangan bebas akan menuntut penghapusan subsidi dan proteksi. Sebagai konsekuensinya akan menjadi ancaman karena peserta pasar yang memperoleh keuntungan dari kuota ekspor
3
bilateral, secara bertahap harus menghadapi kenyataan bersaing secara terbuka dalam merebut pasar suatu negara, akibatnya akan timbul persaingan dalam perdagangan internasional yang semakin ketat (Eriyatno dan Winarno 1999). Tantangan perdagangan komoditi perikanan era globalisasi yang terkait dengan perjanjian internasional dapat dikelompokkan kedalam 3 bagian : (1) Perjanjian internasional yang bermuara menjaga kelestarian sumber daya perikanan seperti United Nations Convention on Law of the Sea (UNCLOS) dan Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF). Sedangkan yang bersifat regional ditujukan untuk species ikan tertentu seperti International Convention for the Conservation of Atlantic Tuna (ICCAT) (2) Perjanjian internasional yang bermuara lingkungan hidup khususnya Convention on International Trade of Endangered Species (CITES) dimana isi perjanjiannya menyatakan bahwa beberapa jenis ikan atau fauna laut dan air tawar dibatasi pemasarannya karena populasinya semakin menurun. (3) Perjanjian internasional tentang perdagangan yaitu perjanjian World Trade Organization (WTO).
Perjanjian ini mempunyai implikasi yang
sangat besar terhadap perdagangan global komoditi perikanan. Tantangan lain dalam pengembangan industri perikanan adalah pada kemampuan memanfaatkan peluang dan potensi sumberdaya alam perikanan yang dimiliki sebagai penyedia bahan baku industri (industri berbasis sumberdaya alam). Oleh karena itu industri perikanan akan mempunyai keunggulan komperatif apabila mampu memanfaatkan sumberdaya yang mempunyai nilai tambah, dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi, harga produknya bersaing, serta memiliki sumberdaya manusia yang potensial, artinya untuk menghasilkan produk yang memiliki daya saing tinggi diperlukan kekuatan internal didalam industri agar dapat menghasilkan produk bermutu sesuai dengan selera konsumen (Gardjito1996). Selain memiliki keunggulan komperatif industri perikanan masih harus dihadapkan pada tantangan untuk memiliki keunggulan kompetitif. Industri perikanan dikatakan memiliki keunggulan kompetitif apabila dapat melakukan peningkatan efisiensi. Peningkatan efisiensi bagi industri perikanan terutama di negara berkembang mutlak diperlukan dan harus dilakukan oleh berbagai pihak yang terkait terutama dari internal industri perikanan; karena kegagalan
4
meningkatkan efisiensi akan berakibat kegagalan dalam persaingan usaha baik nasional maupun internasional. Upaya untuk dapat meningkatkan efisiensi adalah melalui pemilihan teknologi yang sesuai dengan kemampuan dan ketersediaan sumberdaya manusia. Pemilihan teknologi di negara maju selalu dikaitkan dengan ketersediaan dan kemampuan sumberdaya manusia. Selain teknologi, upaya efisiensi dalam industri perikanan adalah kemudahan mendapatkan bahan baku dan harga bahan baku relatif murah. Memasuki era globalisasi dalam memperoleh bahan baku yang murah, industri perikanan akan mengimpor bahan baku dari luar negeri (Putro 2001). Menghadapi persaingan yang sedemikian ketat tantangan berikutnya dari industri perikanan selain upaya efisiensi, industri perikanan akan dihadapkan pada upaya untuk dapat memberikan kepuasan kepada konsumen, karena konsumen akan menuntut jaminan persyaratan mutu produk yang tinggi. Kepuasan konsumen disini adalah tingkat perasaan seseorang yang dihasilkan dari membandingkan tampilan produk secara nyata (Gardjito 1996). Industri perikanan juga akan dihadapkan pada berbagai hambatan seperti ditolaknya produk ekspor hasil perikanan oleh beberapa negara tujuan ekspor seperti
Eropa dan Amerika, sebagai akibat mutu produk tidak terjamin dan
memenuhi persyaratan, karena diduga tercemar logam berat. Posisi penawaran harga produk yang lemah karena harga ditentukan oleh negara tujuan ekspor yaitu Jepang dan Amerika, Uni Eropa dan Korea. Untuk mengantisipasi gejala ini industri perikanan harus dikembangkan dan pemikiran pengembangan melalui agroindustri, karena industri perikanan membutuhkan ketersediaan bahan baku berkembang tanpa dukungan kegiatan perikanan yang menghasilkan bahan baku primer (ikan). Untuk penyediaan bahan baku primer harus didukung oleh sarana (alat tangkap dan kapal) maupun infrastruktur berupa pelabuhan perikanan yang dilakukan secara bersamaan dan harmonis (Wahyuni 2002). Kesempatan berkembang industri perikanan masih terbuka sangat luas di Indonesia dan dapat berhasil apabila mampu memanfaatkan peluang potensi resources yang dimiliki. Berdasarkan berbagai pertimbangan di atas, sangat beralasan industri perikanan dikembangkan, antara lain karena: (1) Indonesia memiliki sumberdaya laut sebagai bahan baku industri berupa ikan dengan potensi sekitar 6,7 juta ton per tahun dan baru dimanfaatkan
5
58,5%.
Secara
faktual
kondisi
industri
perikanan
masih
belum
sepenuhnya memanfaatkan potensi tersebut, sehingga perlu melakukan terobosan guna meningkatkan nilai tambah produk agar mampu bersaing dipasaran dunia. (2) Jumlah penduduk Indonesia lebih dari 200 juta jiwa merupakan potensi tenaga kerja dan konsumen potensial (3) Penambahan jumlah penduduk dunia dan perubahan pola makan dari red meat menjadi white meat mendorong industri perikanan mampu menyediakan makanan ikan yang berkualitas dengan harga kompetitif. Untuk menjawab segenap tantangan dan menghadapi berbagai hambatan diatas; strategi kebijakan pemerintah untuk mendukung kemampuan industri perikanan menurut Putro (2002) adalah : (1) Membangun prasarana berupa pelabuhan perikanan samudera yang tidak lain adalah untuk memberi pelayanan dalam pengembangan industri perikanan (2) Menghilangkan birokrasi yang dapat menghambat kinerja industri (3) Mengembangkan dan mendorong organisasi nelayan agar nelayan tradisional mampu meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan usahanya guna memanfaatkan sumberdaya perikanan guna mensuplai kebutuhan bahan baku industri (4) Menyediakan modal investasi dan modal kerja kepada industri perikanan agar mampu meningkatkan kualitas produk dengan harga yang kompetitif untuk memenangkan persaingan pasar. PPS Nizam Zachman (PPSNZ) Jakarta merupakan pelabuhan perikanan terbesar dibandingkan pelabuhan perikanan yang lain di Indonesia. Jumlah dan keberadaan industri perikanan yang ada di PPSNZ Jakarta sudah bertaraf internasional serta mempunyai produk hasil industri yang mampu bersaing di pasar internasional. PPSNZ Jakarta dibangun dengan maksud untuk menjembatani hubungan antara masyarakat perikanan atau nelayan dengan konsumen, dalam hal ini untuk menyelamatkan nelayan dari tengkulak demi kesejahteraannya, dan untuk pengawasan dinas. Orientasi pengelolaan PPSNZ Jakarta tidak semata-mata pada bisnis (komersil), tetapi juga pada public service dengan menyediakan sarana dan prasarana perikanan yang dapat dimanfaatkan oleh konsumen. Tujuan pembangunan PPSNZ Jakarta adalah; (1) meningkatkan kemampuan
6
armada penangkapan ikan samudera; (2) meningkatkan eksport hasil perikanan untuk menambah devisa negara dari sektor non migas; (3) menyediakan kawasan industri untuk kegiatan industri perikanan yang berorientasi kepada pemberian nilai tambah produksi perikanan. PPSNZ Jakarta dilengkapi berbagai fasilitas untuk mendukung industri perikanan yang dimulai pada PELITA III. Biaya pembangunan mendapat bantuan dana dari OECF (Jepang) dan dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Tahap I dimulai tahun 1980 dengan pengurukan (reklamasi) laut di teluk Jakarta seluas 60 ha. Tahap II dibangun fasilitas dasar berupa : penahan gelombang, dermaga, revetment, tempat pelelangan ikan, kawasan industri, jalan kompleks, kolam pelabuhan seluas 40 Ha dengan kedalaman -4 m sampai –7 m yang diperuntukkan kapal industri diatas 60 GT. Tahap III dibangun berbagai fasilitas slipway dan bengkel. Pada tahap IV dilakukan rehabilitasi dan pengembangan fasilitas jalan kawasan industri, gedung pertokoan, pusat pendaratan ikan tuna, perluasan
pusat
pemasaran
ikan,
rehabilitasi
tempat
pelelangan
ikan,
penambahan slipway, serta dilakukan perbaikan rencana induk pengembangan PPSNZ Jakarta. Pertumbuhan industri perikanan yang memanfaatkan PPSNZ Jakarta cukup pesat sejak dibangun tahun 1980 sampai 2004 rata-rata 7 industri perikanan per tahun sehingga saat ini mencapai jumlah 139 unit industri perikanan. Pertumbuhan industri perikanan yang begitu cepat ternyata kinerja industri perikanan masih belum mampu bersaing dipasar internasional bahkan daya saing diantara 75 Negara perikanan menurun dari posisi 44 menjadi posisi 67 sehingga tertinggal dengan Malaysia, Thailand,Philippina dan Vietnam (Putro 2001). Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan suatu kajian terpadu dan komprehensif tentang model industri perikanan yang berbasis di PPSNZ Jakarta memasuki era globalisasi. Adanya hubungan atau saling keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lain dalam sistemnya membuat persoalan dalam pengembangan industri tersebut semakin kompleks. Oleh karena itu, dalam pemecahannya
akan
dilakukan
dengan
pendekatan
Model
Persamaan
Struktural/Sruktural Equation Model (SEM). Model persamaan struktural (SEM) adalah sekumpulan teknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan. Hubungan rumit itu
7
dapat dibangun antara satu variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel independen. 1.2 Perumusan Masalah Pembangunan pelabuhan perikanan yang dilakukan sejak Pelita II didasarkan pada program yang mempunyai prospek jangka panjang sebagai konsekwensi logis dan realisasi dari segenap kebutuhan masyarakat nelayan oleh sebab itu secara prinsip pelabuhan perikanan merupakan ”public utility” yang kepentingan-kepentingannya menyangkut hajad orang banyak, disamping sebagai ”social overhead capital” untuk mendorong berkembangnya
usaha
perikanan baik penangkapan, pengolahan maupun pemasaran hasil-hasil perikanan. Sebagai
sebuah
infrastruktur
pembangunan
ekonomi,
pelabuhan
perikanan memiliki peranan penting sebagai penggerak roda ekonomi suatu kawasan. Pembangunan pelabuhan perikanan merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya mengurangi overhead cost industri perikanan. Melalui pelabuhan perikanan tersebut industri perikanan akan mendapat pelayanan dan kemudahan untuk berusaha sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing. Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang perikanan yang diubah menjadi Undang Undang no. 31 tahun 2004 fungsi pelabuhan perikanan adalah sebagai pusat pengembangan masyarakat perikanan, tempat berlabuh bagi kapal perikanan, pusat pendaratan ikan hasil tangkapan, pembinaan mutu hasil perikanan, pusat penanganan dan pengolahan hasil perikanan, pusat pemasaran dan distribusi hasil perikanan, pusat pelaksanaan
penyuluhan
dan
pengumpulan
data,
pusat
pengawasan
penangkapan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya ikan. Dikaitkan dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPS maka variabel pelayanan pelabuhan perikanan yang akan diteliti adalah 1) Pelayanan produksi (tambat labuh kapal) , 2) Pelayanan processing (air, es, cold storage); 3) Pelayanan pemasaran baik dalam dan luar negeri; 4) Pelayanan logistik kapal ikan; 5) Pelayanan fasilitas industri perikanan (air, listrik, telephone, kawasan industri, BBM) Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam menyongsong era globalisasi pembangunan perikanan terus dipacu di bidang penangkapan mulai dari pengembangan sarana produksi, pasca panen, pengolahan dan pemasaran yang didukung dengan prasarana penunjang yang disebut prasarana pelabuhan
8
perikanan (PP) atau pangkalan pendaratan ikan (PPI). Usaha perikanan di dalam kawasan pelabuhan perikanan akan menjadi kondusif, karena di kawasan tersebut tersedia fasilitas yang dibutuhkan oleh nelayan, pemakai jasa perikanan dan tercipta rasa aman dan gangguan alam sekitar. Pelabuhan perikanan sebagai salah satu sarana ekonomi dan sosial, yang diharapkan mampu mengembangkan pola usaha perikanan yang lebih maju (modern) dalam hal ini kinerja industri perikanan yang berbasis PPS. Namun demikian, pembangunan pelabuhan perikanan memerlukan anggaran yang
sangat
besar
baik
untuk
biaya
investasi
awal
maupun
untuk
pengoperasiannya, sehingga berdampak pada tingginya harga pokok penjualan dari barang dan jasa untuk melayani konsumen. Jika konsumen harus membeli barang dan jasa yang disediakan oleh PPS berakibat kinerja industri perikanan berbasis PPS masih belum mampu bersaing memasuki era globalisasi. Pada konteks ini, kewajiban pemerintah adalah harus menciptakan iklim usaha yang kondusif agar kegiatan ekonomi yang dilakukan dalam kawasan pelabuhan perikanan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi industri yang berbasis di PPS. Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan penelitian tentang ”Model Industri Perikanan Berbasis Pelabuhan Perikanan Samudera Memasuki Era Globalisasi : Kasus PPSNZ Jakarta” adalah sebagai berikut: (1)
Apakah ada pengaruh dari internal industri terhadap lingkungan industri perikanan dan kinerja industri perikanan ?.
(2)
Apakah ada pengaruh dari eksternal industri terhadap lingkungan industri perikanan dan kinerja industri perikanan ?
(1)
Apakah ada pengaruh dari lingkungan ekonomi terhadap lingkungan industri perikanan dan kinerja industri perikanan ?
(2)
Apakah ada hubungan dan pengaruh antara kebijakan pemerintah terhadap lingkungan industri perikanan ?
(3)
Apakah ada hubungan dan pengaruh kebijakan pemerintah terhadap tingkat pelayanan PPSNZ Jakarta?
(4)
Apakah ada pengaruh pelayanan PPSNZ Jakarta terhadap lingkungan industri perikanan ?
(5)
Apakah ada pengaruh kebijakan pemerintah terhadap kinerja industri perikanan ?
9
(6)
Apakah ada pengaruh lingkungan industri perikanan terhadap kinerja industri perikanan ?
(7)
Apakah ada hubungan dan pengaruh antara pelayanan PPSNZ Jakarta terhadap kinerja industri perikanan ?
(8)
Apakah ada hubungan dan pengaruh antara kebijakan pemerintah terhadap daya saing global industri perikanan ?
(9)
Apakah ada hubungan dan pengaruh kinerja industri perikanan terhadap daya saing global industri perikanan ?
(10) Apakah ada hubungan dan pengaruh lingkungan industri perikanan terhadap daya saing global industri perikanan ? (11) Apakah ada pengaruh tingkat pelayanan PPSNZ Jakarta terhadap daya saing global industri perikanan ? (12) Bagaimana membangun variabel yang optimal untuk meningkatkan kinerja industri perikanan berbasis PPS? (13) Bagaimana merumuskan strategi pengembangan industri perikanan berbasis PPSNZ Jakarta memasuki era globalisasi? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan
identifikasi
dan
perumusan
masalah
di
atas
dapat
dikemukakan tujuan penelitian ini, yakni : 1.3.1 Tujuan umum Membangun model industri perikanan berbasis PPSNZ Jakarta memasuki era globalisasi. 1.3.2 Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja industri perikanan dan mengidentifikasi variabel-variabel yang berpengaruh dari setiap faktor-faktor tersebut, untuk itu dilakukan tahapan-tahapan analisis terhadap: (1) Pengaruh internal industri (II) terhadap lingkungan industri perikanan (LIP) (2) Pengaruh eksternal industri (EI) terhadap lingkungan perikanan (LIP)
industri
10
(3) Pengaruh lingkungan ekonomi (LE) terhadap lingkungan industri perikanan (LIP) (4) Pengaruh kebijakan pemerintah (KB) terhadap
lingkungan industri
perikanan (LIP) (5) Pengaruh kebijakan pemerintah (KB) terhadap pelayanan PPSNZ Jakarta (PEL) (6) Pengaruh
kinerja
pelayanan
PPSNZ
Jakarta
(PEL)
terhadap
lingkungan industri perikanan (LIP) (7) Pengaruh kebijakan pemerintah (KB) terhadap kinerja industri perikanan (KIP) (8) Pengaruh lingkungan industri perikanan (LIP) terhadap kinerja industri perikanan (KIP) (9) Pengaruh pelayanan PPSNZ Jakarta (PEL) terhadap kinerja industri perikanan (KIP) (10) Menganalisis dan membahas pengaruh kebijakan pemerintah (KB) terhadap daya saing global industri perikanan (DSG) (11) Pengaruh kinerja industri perikanan (KIP) terhadap daya saing global industri perikanan (DSG). (12) Pengaruh lingkungan industri perikanan (LIP) terhadap daya saing global industri perikanan (DSG) (13) Pengaruh pelayanan PPSNZ Jakarta (PEL) terhadap daya saing global industri perikanan (DSG) (2) Merumuskan strategi pengembangan industri perikanan berbasis PPSNZ Jakarta memasuki era globalisasi 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian tentang analisis model pengembangan industri perikanan berbasis PPSNZ Jakarta memasuki era globalisasi ini akan menganalisis dan membahas hubungan serta pengaruh kebijakan, pelayanan PPSNZ Jakarta, kinerja industri perikanan, lingkungan industri perikanan, dan daya saing industri dalam
menghadapi
era
globalisasi.
Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
memberikan manfaat pada : (1) Pemahaman
tentang
variabel-variabel
yang
mempengaruhi
industri
perikanan dan daya saing produk perikanan memasuki era globalisasi. (2) Perumusan kebijakan dan langkah strategis guna meningkatkan kinerja dan memperkuat daya saing industri perikanan.
11
(3) Penajaman perencanaan dan strategi pembangunan
kelautan dan
perikanan khususnya pelayanan pelabuhan perikanan samudera dalam mendukung industri perikanan. (4) Sebagai dasar pengembangan penelitian di bidang teknologi kelautan dan perikanan, khususnya aspek perencanaan industri perikanan dan pelabuhan perikanan. (5) Pengusaha industri perikanan dalam menanamkan investasi sebagai upaya mengembangkan usahanya guna mengantisipasi era globalisasi. (6) Pengambil kebijakan untuk meramalkan kinerja industri perikanan dalam mengantisipasi persaingan pasar bebas. (7) Pemerintah melalui Departemen Kelautan dan Perikanan untuk digunakan sebagai pedoman dalam mengambil kebijakan dalam pembangunan prasarana berupa pelabuhan perikanan guna mendukung dan membina industri perikanan. 1.5 Keterbatasan Penelitian Model pengembangan industri perikanan berbasis PPSNZ Jakarta memasuki era globalisasi difokuskan terutama pada industri perikanan yang berorientasi eksport. Dengan segenap fasilitas dan pelayanan sebagai lingkungan industri. Lokasi penelitian di PPSNZ Jakarta terletak di Muara Baru Jakarta Utara. Analisis ini beorientasi pada peningkatan kinerja industri perikanan yang berdaya saing dan berbasis pelabuhan perikanan samudera untuk menghadapi pasar global. Kendala dan keterbatasan pada penelitian ini adalah : (1) Keterbatasan data dan informasi dari industri perikanan karena belum tentu semua sampel yang diambil akan memberikan data dan informasi secara transparan sehingga harus dilakukan pengujian (2) Jumlah sampel yang dipersyaratkan dalam perangkat lunak yang akan digunakan kemungkinan belum dapat mencukupi, sehingga akan dilakukan konfirmasi dan penyesuaian data yang diperoleh. (3) Penelitian model industri perikanan berbasis PPS memasuki era globalisasi akan dibatasi pada analisis pengaruh : -
Lingkungan industri perikanan yang terdiri dari variabel penelitian internal industri, lingkungan ekonomi, ekternal industri
12
-
Kebijakan pemerintah untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya industri perikanan, dengan variabel penelitian kebijakan pemerintah yang sudah diberlakukan dan pengaruhnya terhadap industri perikanan
-
Pelayanan PPSNZ Jakarta sebagai penyedia fasilitas sesuai kebutuhan industri perikanan
-
Kinerja industri perikanan dengan variabel penelitian a) kinerja keuangan yaitu : laba/rugi, ROI, ROE, b) kinerja pemasaran yaitu: volume penjualan, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan pelanggan, kemampuan diversifikasi produk, mutu produk, kemampuan harga bersaing dan c) kinerja sumberdaya manusia yaitu : penyerapan tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, persaingan antar perusahaan.
-
Daya saing industri perikanan dengan variabel produk 1) harga 2) quality; 3) delivery 4) beberapa variabel daya saing lainnya.
Karena keadaan yang akan datang selalu berubah-ubah, maka harus dipertimbangkan ketidak pastian variabel yang mempengaruhi perencanaan peramalan; karena tidak mungkin mengkuantifikasi pengaruh perencanaan secara lengkap dan sempurna; walaupun perlu diuji tingkat risiko (Gittinger 1982). (4) Obyek penelitian adalah industri perikanan yang ada didalam kawasan PPSNZ Jakarta yang merupakan salah satu pelabuhan perikanan terbesar dibandingkan dengan 4 (empat) pelabuhan perikanan samudera lainnya yang ada di Indonesia. Kondisi lingkungan industri perikanan yang ada didalam kawasan tidak dapat disamakan dengan industri yang ada diluar kawasan pelabuhan perikanan samudera. (5) Pada penelitian ini tidak sepenuhnya faktor-faktor yang diteliti dapat dikendalikan, tetapi di dalam pelaksanaannya akan menggali dan mengkaji informasi sehingga kendala yang dihadapi adalah mengkuantifikasi dari pada informasi tersebut. Akibatnya dapat saja terjadi penilaiannya tidak sepenuhnya sesuai dengan fakta dilapangan. Hal ini dicoba dieliminasi dengan cara penyesuaian melalui asumsi-asumsi.