1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi beternak babi di Indonesia kebanyakan berasal dari negaranegara sub tropis yang sering kali membutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi. Teknologi beternak babi yang sesuai dengan situasi dan kondisi petani peternak didaerah pedesaan masih perlu digali dan dikembangkan lagi sehingga menjadi suatu teknologi beternak babi yang tangguh dan merakyat. Teknologi beternak babi hendaknya mampu memenuhi syarat-syarat : mudah artinya tidak membutuhkan pendidikan khusus, murah, terjangkau oleh kebanyakan petani peternak, sesuai dengan sifatnya sebagai usaha sampingan, artinya tidak menyita waktu dan tenaga petani, memiliki daya dukung terhadap usahatani tanaman, dan tidak mencemari lingkungan. Dalam mengembangkan peternakan, harus diingat dampak negatifnya terhadap lingkungan hidup. Oleh karena itu, perlu dipikirkan perencanaan terpadu yang disamping mengoptimalkan produksi dan benefit, juga melibatkan pengendalian limbah dan pencegahan pencemaran. Pendayagunaan limbah peternakan untuk menunjang usahatani tanaman, bermakna pula sebagai upaya mengurangi pencemaran. Ternak babi sebagai penghasil kotoran yang dapat diproses lanjut untuk menghasilkan biogas, merupakan salah satu alternatif untuk menanggulangi masalah kelangkaan energi saat ini. Hasil akhir dari proses pembuatan biogas yaitu lumpur keluaran biogas (sludge), dapat digunakan sebagai pupuk organik tanaman pangan. Usaha pemeliharaan ternak dengan biaya yang murah dan tata cara bertani dengan menggunakan pupuk yang tepat akan meningkatkan nilai kotoran menjadi limbah organik yang bermanfaat. Isu tentang pertanian yang berkelanjutan dan konservasi lingkungan semakin berkembang selama dekade terakhir ini. Pertanian berkelanjutan dititikberatkan pada produksi optimum dan lestari, bukan pada produksi maksimum. Oleh karena itu, pengurangan ketergantungan pertanian terhadap pupuk kimia dan pestisida memberikan kontribusi terhadap berjalannya pertanian berkelanjutan . Salah satu alternatif yaitu pemanfaatan pupuk organik. Pupuk organik memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk
2
organik seperti pupuk dari kotoran ternak selain menjadi sumber hara bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan didalam tanah dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman (Simamora et al. 2006; Badan Litbang Pertanian 2000). Menurut Hartoko (1988) permasalahan peternakan babi rakyat yang diusahakan dengan tujuan mendukung usahatani tanaman masih belum banyak diungkapkan oleh para ahli di Indonesia. Sementara, desa-desa di daerah Minahasa (Sulawesi Utara) penduduknya masih memelihara ternak babi dipinggir kali atau sungai, di belakang bahkan di depan rumah, sehingga cara tersebut mengakibatkan pencemaran lingkungan. Tujuan pemeliharaan masih terbatas pada fungsi ternak sebagai penghasil daging dan bukan sebagai penghasil gas bio dan pupuk. Menurut Sabrani mementingkan
nilai
et
al.
kegunaan
(1981) petani ternak tradisional ternak
bagi
pemenuhan
lebih
kebutuhan
rumahtangganya. Tujuan beternak babi di Minahasa adalah sebagai tabungan keluarga yang sewaktu-waktu dapat dijual, selain itu untuk pemenuhan gizi protein hewani pada hari-hari raya, pesta pernikahan dan selamatan. Pada umumnya masyarakat di Desa Sumarayar yang mempunyai ternak juga memiliki lahan pertanian tanaman pangan, tetapi belum memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk tanaman pangan, dan penghasil gas bio sebagai sumber energi. Pemerintah daerah Sulawesi Utara mempunyai kekhawatiran dengan kenaikan harga bahan bakar minyak saat ini, dimana masyarakat mulai beralih dari bahan bakar minyak ke kayu bakar sehingga banyak terjadi pemotongan pohon secara liar, yang tentu akan mengancam kelestarian lingkungan. Saat ini di Minahasa, pemerintah telah membagikan kompor dan tabung gas elpiji seberat tiga kg per keluarga, untuk menggantikan bahan bakar minyak, tetapi kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Masyarakat belum mau untuk menggunakan kompor dan tabung tersebut, karena takut akan dampak negatif dari gas elpiji seperti yang sering diberitakan, sehingga kepala desa berusaha untuk mencari solusi pembuatan instalasi biogas, tetapi kendalanya pada biaya dan teknologi pembuatannya.
3
Berdasarkan hal tersebut diatas, pola integrasi ternak dengan tanaman pangan mampu menjamin keberlanjutan produktivitas lahan melalui kelestarian sumberdaya alam yang ada. Peran ternak dapat dimasukkan dalam bagian integral sistem usaha tani untuk saling mengisi dan bersinergi yang memberi hasil dan nilai tambah optimal (Dwiyanto dan Haryanto 2003). Ternak selain menghasilkan daging sebagai produk utama, juga menghasilkan hasil sampingan berupa feses dan urine yang sampai saat ini masih dianggap sebagai masalah, dengan inovasi sederhana dapat diubah menjadi sumber energi alternatif yaitu biogas dan pupuk yang bemutu. Integrasi ternak babi dengan tanaman ubi jalar mengacu pada konsep LEISA: ”Low External Input Sustainable Agriculture” (Reijntjes et al. 1992) merupakan alternatif yang perlu dicoba, upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal berupa tanaman pangan atau limbahnya sebagai pakan ternak, sementara kotoran ternak dapat diproses menjadi sumber energi (gasbio) dan pupuk organik yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga tidak ada limbah yang terbuang (Zero Waste). Dengan demikian integrasi ternak babi dengan tanaman ubi jalar yang berwawasan lingkungan, diharapkan dapat merupakan salah satu jalan keluar dalam upaya mempertahankan pertanian yang berkelanjutan di Minahasa (Sulawesi Utara), sekaligus mempertimbangkan aspek-aspek ramah lingkungan, secara sosial budaya diterima masyarakat dan secara ekonomi layak. 1.2 Tujuan Penelitian Mendapatkan informasi dari petani/peternak tentang bagaimana tatacara pemeliharaan ternak babi yang mereka lakukan. Mengembangkan pola integrasi yang aplikatif yang mampu meningkatkan produksi dan efisiensi usaha. Menganalisis efisiensi produksi dan keterlibatan petani/peternak dalam pola integrasi ternak babi dan tanaman ubi jalar.
4
Keterpaduan Ternak Babi dan Tanaman Ubi Jalar
Karakteristik Peternak Babi - Tujuan beternak - Manajemen pemeliharaan
Tujuan
Peningkatan kesejahteraan
Ternak Babi
Zero waste
Feses dan urine
Pengolahan limbah
Rumah Tangga
Bio Gas Sludge/pupuk organik Brangkasan
Ubi Jalar Pasar
Gambar 1 Kerangka pemikiran pola integrasi ternak babi dengan tanaman ubi jalar berwawasan lingkungan di Minahasa.
5
1.3 Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian sistem integrasi ternak babi dengan tanaman ubi jalar diharapkan : Membantu mengatasi dan menanggulangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah ternak babi Menanggulangi kelangkaan bahan bakar Mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah Mendukung ketahanan pangan melalui penyediaan pangan yang berkualitas dan bergizi 1.4 Kebaruan Kebaruan pada penelitian ini yaitu aplikasi pola integrasi ternak babi dengan tanaman ubi jalar disesuaikan dengan tipologi lokasi, ekologi, ekonomi, sosial budaya serta introduksi teknologi guna meningkatkan produksi dan produktivitas usaha tani.