1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pangan menjadi salah satu industri terbesar di Indonesia dalam hal jumlah perusahaan dan nilai tambah. Dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, maka kebutuhan pangan juga semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk Indonesia untuk tahun 2010 sebesar 15.21% dengan persentase rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi makanan pada tahun 2009 mencapai 50.62% didominasi untuk makanan jadi sebesar 12.63% (BPS, 2010). Dengan meningkatnya kebutuhan pangan, maka peluang bagi industri-industri pangan untuk terus berkembang menjadi semakin besar. Dalam menjalankan kegiatan produksinya, industri pangan melakukan proses transformasi input produksi menjadi output produk pangan dalam suatu sistem yang dinamakan internal sistem produksi. Kegiatan industri ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan berdasarkan nilai tambah yang diperoleh dari kegiatan sistem produksi. Berdasarkan permintaan konsumen, manajer industri merencanakan dan mengendalikan kegiatan
produksi dengan memanfaatkan
input-input produksi. Dengan perencanaan dan pengendalian produksi yang baik proses transformasi dapat memberikan nilai tambah maksimum untuk mendukung keberlangsungan perusahaan pangan. Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (Production Planning and Inventory Control) atau umumnya disingkat PPIC menjadi salah satu kegiatan utama dalam suatu sistem produksi. Tujuan PPIC adalah perencanaan dan pengendalian input produksi pada suatu industri seefisien mungkin untuk menghasilkan output produksi yang sesuai dengan permintaan pasar. Sistem PPIC jangka menengah – pendek terdiri atas beberapa subsistem atau sub fungsi meliputi antara lain Manajemen Permintaan, Penjadwalan Induk Produksi, Perencanaan Kapasitas Kasar, Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku, Perencanaan Sumberdaya Distribusi dan Penjadwalan Perakitan Akhir (Fogarty, 1992). Model PPIC konvensional tidak mampu menyesuaikan secara fleksibel untuk mengantisipasi dan mengendalikan kompleksitas dan gangguan-gangguan
2
pada sistem produksi dalam industri pangan. Hal ini dinyatakan oleh Koh dan Saad (2003) dalam Nieuwenhuyse, et.al.(2005) yang mengulas mengenai perkembangan aplikasi sistem PPIC pada perusahaan agroindustri modern saat ini. Disampaikan bahwa perkembangan aplikasi sistem PPIC terbaru saat ini adalah dengan pemanfaatan sistem Enterprises Resources Planning (ERP), dimana PPIC merupakan modul ERP yang paling sering diterapkan. Saat ini model PPIC yang dikembangkan dalam ERP masih terdapat banyak kelemahan yang ditunjukkan dengan kurang baiknya performansi ERP dalam menghadapi ketidakpastian. Terkait dengan sistem produksi, ketidakpastian dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu ketidakpastian lingkungan dan ketidakpastian yang terkait dengan proses produksi (Ho 1989 dalam Mula, et.al., 2006). Ketidakpastian sistem produksi timbul dalam bentuk gangguan-gangguan sistem produksi. Adanya gangguan sistem produksi menyebabkan penyimpangan (variansi) antara perencanaan dengan kondisi aktual. Berikutnya, penyimpangan yang terjadi akan menyebabkan ketidakefisienan serta menghambat tercapainya target perusahaan sehingga menurunkan produktivitas pada industri. Ketersediaan input produksi industri pangan khususnya bahan baku agroindustri yang memiliki karakteristik perishable dan musiman dapat mengganggu sistem produksi industri pangan dalam menjalankan kegiatan produksinya. Karakteristik bahan baku yang perishable dan musiman akan mempengaruhi ketersediaan sistem produksi pangan untuk keberlangsungan dan kelancaran berproduksi. Interaksi antar input produksi yang terjadi selama proses produksi berlangsung juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan efisiensi produksi. Penurunan efisiensi produksi dalam kegiatan internal sistem produksi ini makin bertambah bila terjadi gangguan dengan adanya input produksi yang tidak berfungsi secara maksimal (misalnya terjadi kerusakan mesin, kesalahan operator produksi atau terputusnya aliran listrik). Kondisi ketersediaan input produksi dan kegiatan internal sistem produksi yang rawan gangguan, ditambah dengan adanya permintaan yang tidak pasti menjadi permasalahan bagi perusahaan pangan.
3
Menurut Krajewski (2002), kegagalan satu atau beberapa subsistem akan mengakibatkan gagalnya sistem, berikutnya, ketidakandalan subsistem juga akan mempengaruhi keandalan sistem keseluruhan. Untuk menjalankan fungsi PPIC secara efektif, dibutuhkan pemanfaatan model keputusan yang handal pada setiap subsistem PPIC. Pemanfaatan model keputusan yang handal akan menurunkan terjadinya
penyimpangan-penyimpangan
sehingga
dapat
meningkatkan
performansi sistem PPIC secara keseluruhan. Terkait dengan permasalahan yang terjadi pada industri pangan, beberapa masalah penting telah teridentifikasi. Berikut ini adalah masalah yang dapat menurunkan fungsi PPIC dan membutuhkan adanya pengembangan model PPIC pada industri pangan : a. Pemasok Industri Pangan. Jumlah dan ragam bahan baku yang dibutuhkan menyebabkan banyaknya vendor yang harus dikelola. b. Permintaan Industri Pangan. Angka penjualan yang besar berdasarkan order dari berbagai saluran distribusi baik yang bersifat reguler (Reguler Outlet) berdasarkan sistem konsinyasi maupun fixed order berdasarkan sistem putus jual, menyebabkan permintaan (demand) perlu dikelola dengan baik. c. Karakteristik Bahan Baku Agroindustri. Karakteristik musiman dan rawan gangguan karena sangat tergantung pada faktor alam menyebabkan input produksi sangat bervariasi dalam kualitas dan cenderung ketersediaannya tak tentu. Karakteristik perishable (memiliki keterbatasan umur simpan) dan bulky menyebabkan perlunya kegiatan pengendalian persediaan bahan baku serta pengendalian persediaan produk jadi. Hal tersebut mendukung adanya kebutuhan kegiatan perencanaan dan pengendalian input-input produksi yang dapat melakukan optimasi persediaan bahan baku yang mempertimbangkan ukuran lot pemesanan bahan baku serta membutuhkan persediaan pengaman bahan baku. d. Karakteristik Produk Jadi Industri Pangan. Karakteristik produk jadi yang perishable mendukung strategi perusahaan pangan untuk meminimasi persediaan produk jadi namun tetap dapat memenuhi permintaan pelanggan. e. Karakteristik Sistem Produksi Industri Pangan. Kegiatan operasional produksi yang memiliki aliran produksi kontinyu menyebabkan adanya
4
kebutuhan ketersediaan input sistem produksi yang terus menerus. Hal ini amat penting mengingat bila kegiatan produksi terhenti, maka akan menyebabkan kerugian ekonomis yang cukup besar bagi industri. f. Adanya ketidakpastian menyebabkan terjadinya gangguan supply, demand dan internal sistem produksi industri pangan yang berikutnya akan menyebabkan timbulnya variansi (penyimpangan) antara perencanaan produksi yang dengan kondisi aktual. PPIC yang saat ini diterapkan pada industri pangan tidak didukung oleh model keputusan yang handal yang dapat meminimasi penyimpangan yang terjadi serta belum mampu mengendalikan gangguan sistem produksi yang terjadi. Dibutuhkan suatu sistem cerdas yang dapat mendukung kegiatan PPIC dalam rangka mengantisipasi dan mengendalikan gangguan pasokan dan permintaan, juga gangguan operasional sistem produksi. Sistem cerdas pendukung kegiatan PPIC diharapkan memiliki atribut yang menunjukkan karakteristik level tinggi Sistem Informasi Pendukung Keputusan Intelijen (Intelligent Decision Support System / IDSS) yang berhasil, yakni : 1) memiliki kemampuan interaktif, 2) mampu mendeteksi adanya kejadian dan perubahan, 3) memiliki kemampuan representatif dan memudahkan dalam berkomunikasi secara efektif, 4) dapat mendeteksi kesalahan yang dilakukan pengguna, 5) dapat mengekstraksi informasi yang berguna dari sejumlah besar data juga menangani outlier-outlier yang muncul mengingat sifat ambiguitas dari sumber data, serta 6) memiliki kemampuan prediktif yang bersifat taktis ataupun strategis (Jain, 2010). Sistem Pendukung Keputusan PPIC yang cerdas ini diharapkan dapat mendukung
kegiatan-kegiatan
perusahaan
untuk
menentukan
keputusan-
keputusan perencanaan produksi dan pengendalian persediaan yang sifatnya taktis ataupun operasional. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah merancang model Intelijen PPIC Adaptif Industri Pangan yang dapat meminimasi penyimpangan yang terjadi serta mengendalikan gangguan pada sistem produksi industri pangan.
Luaran
5
penelitian ini menghasilkan perangkat lunak Sistem Pendukung Keputusan Intelijen PPIC Adaptif Industri Pangan yang dinamakan SPK IPRADIPA. Sistem ini menjalankan fungsi perencanaan produksi dan pengendalian persediaan yang mampu beradaptasi terhadap gangguan sistem produksi pada industri pangan. Kebaruan dari penelitian ini adalah hasil rancang bangun model pengendalian gangguan yang diintegrasikan dengan model Intelijen PPIC sehingga melengkapi kemampuan PPIC menjadi intelijen dan adaptif dalam menghadapi gangguan sistem produksi pada industri pangan. Rancang bangun model Intelijen PPIC Adaptif dalam SPK IPRADIPA ini diharapkan dapat mendukung peningkatan produktivitas industri pangan. 1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1.
Industri pangan yang akan menjadi sampel penelitian untuk kebutuhan model PPIC Adaptif adalah industri makanan berbasis tepung terigu, khususnya industri roti.
2.
Model PPIC Adaptif yang dimaksud adalah model PPIC yang dapat melakukan penyesuaian nilai persediaan pengaman bahan baku dan nilai persediaan pengaman produk jadi secara periodic berdasarkan gangguan sistem produksi yang terjadi.
3.
Output rancang bangun sistem adalah berupa prototipe sistem yang akan memanfaatkan kasus pada salah satu perusahaan penghasil roti.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat,
baik
untuk
pengembangan ilmu maupun aplikasinya pada industri. Sebagai pengembangan ilmu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dalam penelitian lanjutan mengenai model PPIC pada karakteristik industri yang berbeda. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai rujukan bagi pengembangan agroindustri lainnya.