1
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian dunia saat ini semakin dinamis dan cepat berubah mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan ditandai oleh semakin tajamnya tingkat persaingan antar perusahaan, antar industri, bahkan antar negara. Kemajuan teknologi dan globalisasi yang mencirikan kondisi ekonomi dunia saat ini dan masa depan mendorong proses percepatan perubahan yang signifikan di lingkungan bisnis dan industri. Salah satu ciri dari era globalisasi yang sedang kita hadapi adalah adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas diwarnai dengan semakin meningkatnya persaingan serta fluktuasi harga pasar yang membuat ketidakpastian dunia usaha semakin meningkat baik bagi perusahaan maupun negara yang terlibat dalam perdagangan antar negara. Dengan demikian, maka suatu perusahaan maupun negara dituntut untuk mampu mengembangkan agar mampu bersaing di dunia internasional. Perdagangan antar dua negara berbeda dengan perdagangan yang terjadi dalam satu negara yang hanya memakai satu mata uang, karena untuk perdagangan dua negara memakai dua mata uang yang berbeda. Adanya transaksi dengan mata uang yang berbeda dapat menimbulkan risiko keuangan bagi perusahaan akibat adanya perubahan kurs mata uang. Risiko tersebut dapat dihindari dengan melakukan transaksi tunai. Namun tidak semua transaksi yang terjadi pada perusahaan dapat dilakukan secara tunai, akibatnya akan timbul hutang dan piutang dalam mata uang asing. Sehingga apabila terjadi perubahan nilai tukar valuta asing, perusahaan akan mengalami kerugian atau keuntungan akibat perubahan tersebut. Risiko ini juga akan dihadapi oleh para importir maupun eksportir serta perusahaan-perusahaan yang bertransaksi atau mempunyai kewajiban dan aktiva dalam bentuk mata uang asing. Untuk itu terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perusahaanperusahaan termasuk di sektor publik yang sering kali atau kerap bertransaksi dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan nilai tukar dan suku bunga.
2
Diantaranya adalah perusahaan tersebut harus melakukan peramalan pergerakan kurs valuta asing, memonitor kinerja perusahaan terhadap risiko kerugian yang ditimbulkan oleh fluktuasi valuta asing, serta merancang strategi untuk menghindari kerugian dari risiko fluktuasi valuta asing. Untuk itu sangat penting artinya bagi perusahaan termasuk di sektor publik untuk menerapkan strategi lindung nilai (hedging ) untuk menghindari risiko kerugian akibat fluktuasi valuta asing. Salah satu penentu kebijakan hedging perusahaan adalah tingkat ekspor. Dari tingkat ekspor yang dilakukan oleh perusahaan kita dapat melihat tingkat keterlibatan bisnis internasional yang dilakukan oleh suatu perusahan. Dari laba yang dihasilkan melalui transaksi luar negeri tersebut maka apabila didenominasi dalam mata uang negara yang bersangkutan (dalam hal ini adalah Rupiah), maka jika dihubungkan dengan fluktuasi kurs maka akan terjadi perubahan. Perubahan akan bernilai positif jika mata uang negara asal mengalami depresiasi, sebaliknya apabila mata uang negara asal perusahaan mengalami apresiasi maka perusahaan akan mengalami kerugian. Jorion (1990) dan Allayanis (2001) menunjukkan bahwa depresiasi USD berhubungan positif dengan ekspor. Perubahan Kurs, Inflasi dan Ekspor Tahun 2005‐2011 80.00% 60.00% 40.00% 20.00%
‐60.00% ‐80.00% ‐100.00% ‐120.00% perubahan kurs
perubahan ekspor
perubahan inflasi
Sumber : Data diolah,2012 Gambar 1 Grafik perubahan kurs, ekspor dan inflasi di Indonesia tahun 2005-2011
Sep‐11
May‐11
Jan‐11
Sep‐10
May‐10
Jan‐10
Sep‐09
May‐09
Jan‐09
Sep‐08
May‐08
Jan‐08
Sep‐07
May‐07
Jan‐07
Sep‐06
May‐06
Jan‐06
Sep‐05
‐40.00%
May‐05
‐20.00%
Jan‐05
0.00%
3
Gambar 1 menunjukkan perbandingan pergerakan inflasi, ekspor dan fluktuasi nilai tukar USD terhadap rupiah. Pada Bulan September 2005, saat Rupiah terdepresiasi dan inflasi bergerak turun, ekspor justru mengalami kenaikan. Hal ini juga berulang pada Bulan Oktober 2008 bersamaan dengan terjadinya krisis finansial 2008. Akibat krisis keuangan ini para investor di bursa saham menarik dananya dan nilai tukar rupiah terhadap USD mencapai level Rp 12.000,00 per 1 USD. Namun sebaliknya pada Januari 2006 ketika rupiah terapresiasi dan inflasi merangkak naik, nilai pergerakan ekspor terlihat menurun. Perusahaan yang tidak melakukan ekspor, atau dapat dikatakan merupakan perusahaan domestik murni juga terkena dampak exposure. Lim dan Wang (2007) menyatakan bahwa perusahaan domestik murni akan terpengaruh fluktuasi kurs mata uang (terkena economic exposure). Kurs akan mempengaruhi daya saing dari produk-produk impor, serta permintaan terhadap ekspor dari perusahaan lokal. Zainal (2008) juga menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa volatilitas yang cenderung menurun pada periode penelitian ternyata telah diikuti dengan menurunnya volume ekspor dari komoditas primer dan sektor manufaktur. Konsep dan implementasi dari strategi hedging membutuhkan komitmen keuangan, fisik dan sumberdaya yang menimbulkan biaya bagi perusahaan. Menurut teori hedging perusahaan yang dikembangkan Smith and Stulz (1985), biaya ini dapat ditetapkan hanya jika terbentuk kondisi pasar modal tidak sempurna dimana hedging perusahaan dapat mengurangi eksposur dan menambah nilai perusahaan. Banyak penelitian menunjukkan dalam kondisi seperti apa dan bagaimana perusahaan menggunakan instrumen derivatif yang bertujuan untuk hedging. Pertanyaan kunci bagi pemegang saham bagaimanapun bukan pada efektifitas derivatif mata uang asing dalam mengontrol risiko nilai tukar, melainkan pada bagaimana hedging bisa meningkatkan nilai (value) perusahaan. Bukti yang telah dihasilkan menunjukkan bahwa pembentukkan nilai perusahaan tergantung pada bagaimana keputusan perusahaan untuk melakukan hedging terhadap nilai tukar. Teori Manajemen Risiko memberikan beberapa penjelasan mengenai penggunaan derivatif sebagai sarana hedging oleh perusahaan-perusahaan untuk mengurangi fluktuasi arus kas, laba maupun nilai perusahaan. Pada hakekatnya
4
perusahaan beroperasi di pasar yang tak sempurna, dan teori manajemen risiko yang telah berkembang sampai saat ini menggunakan ketidaksempurnaan pasar untuk menerangkan motif perusahaan melakukan hedging. Ketidak sempurnaan pasar yang disebutkan dalam literatur seperti Smith dan Stulz (1985), DeMarzo dan Duffie (1995), Breeden dan Viswanathan (1996), dan Culp (2001) antara lain adalah : pajak penghasilan korporasi, biaya-biaya transaksi, termasuk biaya kepailitan dan biaya keagenan, serta asimetri informasi. Penelitian Suriawinata (2004) menemukan bukti bahwa kebijakan hedging yang dilakukan perusahaan merupakan value enhancing activity atau aktivitas untuk meningkatkan nilai perusahaan, dimana terbukti bahwa pasar memberikan nilai lebih terhadap perusahaan-perusahaan yang melaksanakan program hedging. Namun demikian, berdasarkan rekomendasi yang diberikan, keputusan untuk melakukan hedging saja kurang memadai, yang lebih penting lagi adalah menentukan jumlah nilai nosional instrumen derivatif valuta asing yang diperlukan untuk mengatasi eksposur valuta asing yang ada. 1.2. Perumusan Masalah Penelitian mengenai eksposur nilai tukar pada berbagai sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dilakukan oleh Kurniawati dan Anggraeni (2005). Penelitian ini menghasilkan 35 dari 164 perusahaan secara signifikan terkena eksposur ekonomi, semua variabel-variabel penelitian memiliki pengaruh signifikan terhadap eksposur ekonomi, firm size mempunyai pengaruh negatif terhadap eksposur ekonomi tetapi tidak signifikan, export ratio dan quick ratio secara parsial mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat eksposur ekonomi, debt to equity ratio secara parsial mempunyai pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap eksposur ekonomi, earning variability secara parsial berpengaruh negatif terhadap eksposur ekonomi, dan book to market value secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap eksposur ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara nilai perusahaan, fluktuasi nilai tukar, financial distress, underinvestment cost dan kebijakan hedging perusahaan. Hubungan ini teramat penting karena hedging terhadap fluktuasi nilai tukar telah menjadi standar internasional bagi perusahaan yang beroperasi dengan valuta asing dan telah terbukti bahwa hedging telah
5
berhasil mengurangi dan bahkan membatasi eksposur nilai tukar. Penelitian ini juga didorong oleh adanya kemungkinan bahwa penggunaan derivatif mata uang asing menjadi tidak efektif dan gagal mengurangi eksposur atau bahkan menjadi kontraproduktif sehingga justru meningkatkan eksposur dan merusak kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Return saham perusahaan secara signifikan terekspos oleh fluktuasi kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika? 2. Apakah economic exposure berpengaruh terhadap kebijakan hedging perusahaan? 3. Apakah financial distress berpengaruh terhadap kebijakan hedging perusahaan? 4. Apakah underinvestment cost berpengaruh terhadap kebijakan hedging perusahaan? 5. Apakah kebijakan hedging perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi apakah return saham perusahaan sektor primer dan sekunder di BEI secara signifikan terkena economic exposure? 2. Menganalisis faktor-faktor yang merefleksikan economic exposure serta pengaruhnya terhadap kebijakan hedging perusahaan sektor primer dan sekunder 3. Menganalisis hubungan antara financial distress dengan kebijakan hedging perusahaan sektor primer dan sekunder 4. Menganalisis hubungan antara underinvestment cost dengan kebijakan hedging perusahaan sektor primer dan sekunder 5. Menganalisis bagaimana kebijakan hedging perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan sektor primer dan sekunder pada BEI.
6
1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Membuktikan hubungan antara nilai perusahaan dengan kebijakan hedging perusahaan. 2. Memberikan acuan dalam
penelitian empiris mengenai hedging dan
pengaruhnya terhadap nilai perusahaan di Indonesia. 1.5. Batasan Penelitian Penulis memfokuskan rencana penelitiannya dengan memberikan batasan ruang lingkup pembahasannya sebagai berikut: 1. Objek penelitian meliputi perusahaan-perusahaan sektor primer dan sekunder yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan mempunyai laporan keuangan lengkap periode tahun 2007-2011. 2. Harga saham harian diambil dari harga penutupan saham perusahaan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 3. Standar pengelompokkan perusahaan sektor primer dan sekunder menyesuaikan standar yang ditetapkan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 4. Nilai tukar yang digunakan dalam penelitian hanya dalam satuan dollar Amerika Serikat (US$)