1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kemiskinan
di
Indonesia
merupakan
masalah
pokok
nasional
yang
penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 penduduk miskin tercatat 37,2 juta jiwa. Sekitar 63,4 persen dari jumlah tersebut berada di pedesaan dengan mata pencaharian utama disektor pertanian dan 80 persen berada diusaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersamam dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat ditumbuh kembangkan sehingga mereka bukan menjadi obyek melainkan sebagai subyek dalam upaya penanggulangan kemiskinan (Anonim 2009a). Program Pemberdayaan 10.000 desa yang digulirkan Menteri Pertanian pada tahun 2008 di Karawang, yaitu Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan strategi untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan, sekaligus mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar sub sektor. PUAP merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri (Anonim 2009b). Salah satu kegiatan dari PNPM-M di Departemen Pertanian dilakukan melalui kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program PUAP ini tidak sama dengan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), sebagai ilustrasi kalau BLT
dengan memberikan ikannya, PUAP atau BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) memberikan kailnya sekaligus memberitahukan bagaimana caranya memancing. Tujuan digulirkannya Program PUAP ini adalah untuk menumbuh kembangkan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah, melalui koordinasi Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) sebagai organisasi petani. Meningkatkan fungsi Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dan akses pasar. Meningkatkan kinerja program-program Departemen Pertanian yang telah ada sebelumnya utamanya dalam memfasilitasi akses permodalan petani untuk mendukung usaha agribisnis perdesaan dan serta mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan. Program PUAP telah direncanakan mulai TA. 2007 dan dilaksanakan mulai pada tahun anggaran 2008 dengan sasaran 11.000 desa atau Gapoktan penerima BLM–PUAP namun dalam pelaksanaannya yang dapat selesaikan sebesar 10.542 Gapoktan. Program PUAP tepat sasaran maka diharapkan program ini bisa membantu pengembangan usaha agribisnis pada desa miskin atau tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa serta berkembangnya PUAP sebagai lembaga yang dimiliki dan dikelola oleh petani. PUAP juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga petani miskin, petani/peternak (pemilik tanah atau penggarap) skala kecil, buruh tani dan berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman. Dalam penyelenggaraan Program PUAP, Departemen Pertanian telah mengalokasikan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari APBN sebagai dana stimulan untuk Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan produktif Budidaya (On farm) seperti tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan Petunjuk Verifikasi Dokumen PUAP Tahun 2009 perkebunan, serta kegiatan Off farm (non budidaya) yang terkait dengan komoditas pertanian yaitu industri rumah tangga pertanian, pemasaran hasil pertanian (bakulan, dll) dan usaha lain berbasis pertanian. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) merupakan sasaran kelembagaan tani pelaksana PUAP sebagai penyalur modal usaha agribisnis bagi petani atau peternakan (Anonim 2009b).
Tujuan Program Usaha Agribisnis Pedesaan adalah : 1. Menumbuhkembangkan usaha agribisnis untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan 2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis perdesaan utamanya pengurus Gapoktan, penyuluh dan penyelia mitra tani Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis 3. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan Pengembangan kelembagaan merupakan salah satu komponen pokok dalam keseluruhan rancangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) tahun 2005-2025. Selama ini pendekatan kelembagaan juga telah menjadi komponen pokok dalam pembangunan pertanian dan perdesaan. Namun, kelembagaan petani cenderung hanya diposisikan sebagai alat untuk mengimplementasikan proyek belaka, belum sebagai upaya untuk pemberdayaan yang lebih mendasar. Ke depan, agar dapat berperan sebagai aset komunitas masyarakat desa yang partisipatif, maka pengembangan kelembagaan harus dirancang sebagai upaya untuk peningkatan kapasitas masyarakat itu sendiri sehingga menjadi mandiri. Pembentukan dan pengembangan Gapoktan yang akan dibentuk di setiap desa, juga harus menggunakan basis social capital setempat dengan prinsip kemandirian lokal, yang dicapai melalui prinsip keotonomian dan pemberdayaan.
Pola Dasar PUAP Diklat 1. Kepemimpinan 2. Kewirausahaan 3. Manajemen Bantuan langsung masyarakat (BLM) Komite Pengarah
Penyelia Mitra
GAPOKTAN
Pendamping
POKTAN
USAHA PRODUKTIF PETANI Gambar 1.1 Pola Dasar PUAP
Dalam pelaksanaan pembangunan pertanian, sebagian pelaku atau petani menghadapi kendala dalam pemodalan, baik modal yang dari sendiri maupun akses dari lembaga pemodalan yang ada. Dalam mengatasi keterbatasan modal petani tersebut, pemerintah melalui dana APBN mengambil inisiatif untuk memberikan bantuan modal dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kelompok tani/GAPOKTAN. Pola BLM telah dimulai sejak tahun 2000 dan berlanjut sampai dengan tahun 2008 melalui program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Untuk penyempurnaan program PUAP diperlukan evaluasi terhadap program sebelumnya. Desa PUAP ditetapkan oleh Menteri Pertanian dengan memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Bupati/Walikota, aspirasi masyarakat, dan usulan unit kerja lingkup Departemen Pertanian. Program PUAP tahun 2008 dapat direalisasikan di 33 provinsi, 389 kabupaten, 3.065 kecamatan, dan 10.542 desa. Dana BLM-PUAP disalurkan di masing-masing desa pada satu Gapoktan yang telah ditetapkan. Jumlah Gapoktan penerima dana BLM-PUAP tahun 2008 lebih kecil dari yang direncanakan yaitu 11.000 Gapoktan. Hal ini antara lain disebabkan :
1. Kesalahan beberapa Gapoktan dalam menyusun Rencana Usaha Bersama (RUB) 2. Beberapa kabupaten/kota mengundurkan diri karena belum mampu menangani program ini. 3. Kesalahan administrasi seperti nomer rekening bank dan nama pengurus Gapoktan. 4. Tidak mampu menyelesaikan masalah administrasi sesuai waktu yang ditetapkan (Anonim, 2007). PUAP sudah dijalakan selama tiga tahun, untuk itu perlu diketahui bagaimana pelaksanaannya dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam menjalankan PUAP.
1.2
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, tujuan penelitian ini adalah
untuk memperoleh gambaran tentang : 1. Mengetahui pelaksanaan program PUAP di desa Tengaran 2. Mengetahui faktor-faktor keberhasilan PUAP( dilihat dari Kepemimpinan, Motivasi, Manajemen Usaha Tani, dan Pendampingan)
1.3
Batasan Masalah Mengingat waktu, tenaga dan biaya yang terbatas, maka penelitian ini perlu
dibatasi permasalahannya. Dalam hal ini sebagi subyek penelitian dan sekaligus satuan analisa adalah para anggota GAPOKTAN Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Ruang lingkup penelitian ini hanya ditinjau dari faktor-faktor keberhasilan pelaksanaan PUAP dilihat dari kepemimpinan, motivasi, manajemen usaha tani, dan pendampingan. Petani adalah anggota kelompok tani berhasil dan kelompok tani yang kurang berhasil yang berdomisili di daerah penelitian dan sedang menjalankan program PUAP.