1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG KAJIAN Al-Qur’an adalah kitab suci yang merupakan kumpulan firmanfirman Allah (kalam Tuhan) yang turun kepada Nabi Muhammad s.a.w. Di antara tujuan utama diturunkan al-Qur’an adalah untuk menjadi pedoman manusia kepada akidah yang benar. Tujuan itu tidak dapat berjalan dengan sempurna kecuali dengan menegakkan dalil-dalil dan memberikan hujjah-hujjah yang banyak dan beragam, dengan tujuan agar akal pikiran dipuaskan dengan apa yang disampaikan dan membatalkan apa yang bertentangan dan berlawanan dengannya. Tujuan itu dapat dicapai karena al-Qur’an datang dengan berbagai dalil dan bukti yang tidak dapat ditemukan pada kitab suci samawi atau bukan samawi. Tidak ada satu permasalahan akidah yang terdapat di dalam al-Qur’an kecuali diterangkan dengan dalildalil sehingga akal pikiran dapat menerima dengan logika dan memuaskan. Di dalam al-Qur’an tidak ada satu pun ajaran yang salah dalam membatalkan alasan-alasannya kecuali pembatalan dengan bukti yang kukuh dan jelas, dan tidak ada satu pun jalan yang membuktikan kebenaran akidah kecuali al-Qur’an dalam menetapkan asas yang benar dan diterima serta wajib diikuti. Apabila membandingkan hujjah-hujjah yang dibuat oleh pemikirpemikir Islam dengan al-Qur’an niscaya hujjah al-Qur’an itu tidak dapat dibandingkan keagungannya dengan hasil pemikiran manusia dari segi keindahan penyampaian dan kefasihan pengungkapan. Kadangkala orang yang belum mendalami al-Qur’an bertanya: “Adakah hujjah-hujjah di dalam al-Qur’an itu berdebat dan membentangkan alasan-alasan hingga memudahkan bagi pembacanya untuk mengambil kesimpulan dan sampai kepada tujuan yang diinginkan?,” maka dijawab: “Benar, bahwa al-Qur’an tidak menggunakan metodologi yang dimaksudkan oleh para
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Mutakallimin, karena ia adalah kitab suci yang diturunkan dengan bahasa Arab yang cukup jelas kepada Rasul dan umat berbahasa Arab. Kebiasaan Arab dalam fasahah dan uslub khutbahnya menggunakan uslub irsal/penjelasan panjang bukan ijaz/singkat, maka al-Qur’an pun turun dengan uslub irsal ini. Walaupun demikian, ia tetap membentangkan hujjah dan menuntun manusia kepada letakletak dalil akidah tanpa dirasakan oleh pembaca.”1 Di dalam al-Qur’an ditemukan dalil-dalil tauhid, ma’ad dan nubuwwat dalam pembentangan yang cukup jelas dan tidak memerlukan kepada proses pemikiran yang menyusahkan. AlQur’an telah membangun dirinya sendiri sehingga akal pikiran dapat dengan mudah mencerna hujjah yang dimaksudkan tanpa susah payah. Seorang ulama berkata: “Bahwa ayat-ayat yang membentangkan tentang hukum syarak kurang dari enam ratus ayat, selebihnya membahas tentang tauhid, nubuwwat, menolak pada penyembahan berhala dan kemusyrikan.”2 Abd al-Halim Mahmud menambahkan: “Sedangkan Nabi Muhammad dalam kesibukannya dalam membuktikan tauhid, nubuwwat dan ma’ad sudah cukup jelas hingga tidak perlu untuk diperpanjangkan.3“ Ditambahkannya, dari ucapan al-Razi yang penuh hikmah: “Saya telah merenungi jalan-jalan yang dilalui oleh Mutakallimin dan minhaj-minhaj falsafiyah, maka saya tidak melihatnya bahwa perkara itu dari penyakit penasaran, dan kehausan dari kepuasan. Saya telah memilih jalan-jalan kalamiyah dan minhaj-minhaj falsafiyah, maka saya tidak menemukan faedah yang lebih dari apa yang saya dapatkan di dalam al-Qur’an alKarim.”4 Dengan demikian, al-Qur’an adalah kitab suci yang sangat sistematik menurut keinginan Tuhan.5 Keadaan al-Qur’an dengan 1 Walau pun menurut ulama Tafsir al-Qur’an lebih cenderung kepada ijaz dan sewaktuwaktu irsal, tapi dibandingkan dengan metodologi Mutakallimin, seperti “muqaddimatain dan natijah,” maka ditemukan al-Qur’an lebih irsal. Lihat Dr. Salah Abd al-‘Alim Ibrahim (1989), fi al-Aqidah al-Islamiyah, Kairo: Dar al-Tiba‘ah alMuhammadiyah, h. 74. 2 Ibid., h. 75. 3 Dr. Abd al-Halim Mahmud (1989), al-Tafkir al-Falsafi fi al-Islam, c. 2. Kairo: Dar alMa‘arif, h. 103. 4 Dr. Abd al-Halim Mahmud (1988), Qadiyah al-Tasawwuf: al-Munqiz min al-Dalal, c.3. Kairo: Dar al-Ma‘arif, h. 96-97. 5 Shaikh Muhammad al-Ghazali (t.t.), Nahwa Tafsir Mawdu‘i li Suwar al-Qur’an al-Karim, Kairo: Dar al-Shuruq, h. 3.
2
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
menggunakan uslub irsal sebagaimana yang disebut di atas pada dasarnya tidak mengurangkan nilai al-Qur’an, sebaliknya di sanalah letak keunikan sekaligus keistimewaan al-Qur’an, sebab dengan keadaan seperti itu al-Qur’an menjadi objek kajian yang tidak kering-keringnya dalam pemikiran Islam, sehingga ia tetap aktual sejak diturunkannya empat belas abad yang silam. Lebih lanjut Mahmud meletakkan al-Qur’an sebagai sumber dari pemikiran Islam. Al-Qur’an walaupun ia sebagai kitab suci, wahyu dari langit dan bukan buah dari hasil pemikiran manusia, tapi ia adalah asas utama yang lahir darinya mazhab dan aliran pemikiran. Bila kajian pemikiran Islam meninggalkan al-Qur’an dan Nabi Muhammad s.a.w. maka pemikiran Islam kehilangan jati diri. 1 Permasalahan kajian yang menarik terkait erat di dunia pada saat ini, di antaranya adalah Indonesia, Malaysia dan dunia Islam bahwa compassion, rahmat dan kasih merupakan salah satu konsep agama di dunia. Contohnya, Budha dengan ‘karuna’ bahasa lain dari rahmat merupakan jantung ajaran Budha. Rahmat atau kasih adalah untuk semua kehidupan, manusia dan non-manusia, merupakan pusat ajaran Jain.2 Dalam berbagai ajaran Hindu, compassion atau rahmat disebut ‘daya’, dan bersama dengan amal dan pengendalian diri, adalah salah satu dari tiga pusat tujuan hidup.3 Dalam ajaran Yahudi, Tuhan adalah kasih dan sebagai Bapa kasih, maka kasih Rahmana menjadi tujuan untuk mengungkapkan kata-Nya. Kasih dan sayang untuk satu dalam penderitaan, membuat keinginan untuk meringankan.4 Kristian dari Alkitab, Perjanjian Baru, Kedua Epistle ke Korintus hanyalah satu tempat di mana Tuhan yang diucapkan sebagai “Bapa yang penuh belas kasihan” dan “Allah sumber segala penghiburan.”5 Kehidupan Yesus untuk Kristian inti dari pesan yang sangat kasih, dengan disalibnya di tiang salib supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya.6 Bila agama-agama di dunia 1 Mahmud (1989), Tafkir, op.cit., h. 5 2 Colin Spencer (2002), Vegetarianism, New York: Thunder's Mouth Press, h. 342. 3 http://[www.dummies.com/WileyCDA/ DummiesArticle/ id-977.html] Exploring Religious Ethics in Daily Life, Tanggal 5 Mei 2009. Konsep kasih dalam Hindu adalah ahimsa, iaitu tidak boleh membunuh secara biadab, tetapi untuk kehidupan pembunuhan dilakukan kepada binatang berbisa (nyamuk) . 4 http://www.jewishencyclopedia.com /view.jsp?artid= 699&letter =C& search= compassion, 5 Mei 2009. 5 Alkitab (2006), Perjanjian Baru, Korintus II 1:3, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, h. 216. 6 Alkitab, Perjanjian Baru, Roma 6:6, op.cit., h. 187.
3
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
dunia dan Islam berasaskan pada kasih dan rahmat, apakah perbedaan antara rahmat Allah dalam al-Qur’an menurut perspektif pemikiran Islam dengan rahmat Allah dalam kitab-kitab samawi terutama Alkitab menurut perspektif Kristian? Lebih mendalam lagi, dalam isu Internasional, (1) apakah Islam sebagai agama rahmat atau agama zalim? Apakah Tuhan mereka dalam hal ini “Allah” adalah Tuhan yang rahmat atau zalim? Perkara itu berdasarkan pada kenyataan kezaliman dalam bentuk keganasan yang dilakukan muslim, dan musibah yang diturunkanNya seperti gempa, banjir dan tsunami. Tuduhan itu bertambah kuat dengan adanya al-Asma’ al-Husna yang berkesan bertentangan dengan rahmat, seperti: al-Jabbar, al-Qahhar dan al-Muntaqim; (2) atau neraka bagi kaum kafir dan konsep takdir; (3) atau siksa-Nya kepada Firaun di dunia, dan kutukan-Nya kepada Bani Israel; (4) atau ajaran ibadah yang lebih ketat dibandingkan dengan agamaagama lain, halal dan haram dalam muamalat, dan dihalalkan poligami, talak cerai; peraturan potong tangan bagi pelaku pencuri, qisas, jihad dan memerangi setiap taghut. Puncaknya, mata dunia melihat bahwa Allah tidak rahmat.
1.2 PERSOALAN KAJIAN Memberi perhatian terhadap aliran sesat, liberalisme dan pendapat-pendapat yang merusakkan citra Islam seperti di atas adalah perlu, tapi menjadikan al-Qur’an sebagai sumber pemikiran Islam perlu lebih dikukuhkan, dan sesuai dengan tajuk penelitian ini, maka penulis mencoba untuk mengkaji sejauh mana konsep Rahmat Allah S.W.T di dalam al-Qur’an: suatu analisis dari perspektif pemikiran Islam. Untuk mendapatkan jawaban yang tuntas dari permasalahan pokok tersebut, maka ia perlu diperluaskan dalam bentuk persoalan kajian sebagai berikut: Apakah makna-makna yang dapat dirumuskan dari pengertian rahmat dan Asma’ al-Husna-Nya dalam al-Qur’an, sama ada istilah tersebut secara langsung ataupun tidak langsung bahkan yang berkesan bertentangan sekalipun? Bagaimanakah konsep rahmat Allah menurut al-Qur’an yang terkait erat dengan sistem yang ditetapkan-Nya di dunia dan di akhirat (surga dan neraka), serta kaitannya dengan konsep kehidupan?
4
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Apakah pengaruh rahmat Allah dalam al-Qur’an terhadap alam semesta: makhluk secara umum dan manusia secara khusus, terutamanya kepada makhluk yang paling dirahmati-Nya, yaitu nabi-nabi dan makhluk yang bermusuhan dengan-Nya? Apakah pengaruh rahmat Allah dalam al-Qur’an terkait erat dengan peraturan Tuhan yang disyariatkan-Nya, seperti: ibadah, muamalat, perkawinan, jenayah dan jihad?
1.3. OBJEKTIF KAJIAN Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut, maka objektif khusus penelitian ini adalah: 1. Mengkaji konsep rahmat dan bagaimana ia dilihat dalam alAsma’ al-Husna. 2. Mengkaji rahmat Allah terhadap al-Qur’an dan sistem yang ditetapkan-Nya di dunia dan di akhirat, serta kaitannya dengan konsep kehidupan. 3. Menganalisis rahmat Allah dan hubungannya dengan makhluk, yaitu manusia secara umum, dan nabi-nabi secara khusus, bahkan musuh. 4. Mengkaji sejauh mana konsep rahmat Allah dalam peraturan Tuhan yang disyariatkan-Nya, dimulai dari ibadah, muamalat dan berlanjutan sehingga kepada perkawinan, jenayah serta jihad.
1.4. HURAIAN ISTILAH Konsep yang dimaksudkan dalam proposal penelitian ini bertolak dari salah satu pengertian konsep yaitu pendapat yang terbentuk dalam pikiran mengenai sesuatu, tanggapan, gagasan dan ide. Konsep demokrasi tidak berarti kebebasan yang tidak terbatas. Atau artinya rancangan. Seperti rencana, surat, surat dan lain-lain, atau draf surat dan lain-lain. Konsep yang dipakai dalam tulisan ini mengacu pada rumusan pertama, yaitu pendapat yang terbentuk dalam pikiran mengenai sesuatu, tanggapan, gagasan dan ide.1 Rahmat dalam bahasa Inggris artinya compassion dan menurut bahasa Melayu artinya kasih. Compassion adalah belas kasih atas
1 Hj. Noresah bt. Baharom (2006), Kamus Bahasa Melayu, e. 4. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, h. 816.
5
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
penderitaan orang lain, yang memberikan rasa yang aktif menimbulkan keinginan untuk meringankan penderitaan lain.1 Compassion lebih kuat dari empati. Maksud dengan rahmat dalam kajian ini adalah kasih sayang Allah yang terdapat dalam al-Qur’an, seperti Asma’-Nya: al-Rahman dan al-Rahim, al-Ra’uf, al-Wadud dan Mahabbah, atau seperti af’al-Nya kepada hamba yang berasaskan rahmat, atau seperti peraturan yang dikekalkan-Nya yang bersumber pada rahmat. Dengan demikian, konsep rahmat yang dimaksudkan adalah gambaran yang bersifat umum mengenai rahmat Allah dalam al-Qur’an. Pengertian antara Islam dengan pemikiran Islam berbeda. Islam adalah agama Allah yang diturunkan kepada Nabi akhir zaman, sumbernya adalah al-Qur’an dan Hadis, sedangkan pemikiran Islam adalah olah akal pikiran yang dilakukan muslimin dalam memahami apa yang terkandung di dalam al-Qur’an dan Hadis. Di dalam Islam tidak mungkin terjadi perbedaan dan pertentangan, sementara pemikiran Islam terkadang terjadi di dalamnya perbedaan sesuai dengan ijtihad para mujtahid dalam jangkauan akal pikiran mereka.2 Pemikiran Islam yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pemikiran Islam yang berkembang pada masa pertama dengan tidak melupakan perkembangan yang ada pada masa kedua. Ini karena pemikiran Islam terdiri dari dua masa. Pertama, ditemukannya sistem yang utuh dari keyakinan yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah. Kedua, timbulnya sesuatu yang baharu. 3 Suatu yang baharu di sini adalah hasil ijtihad, sama ada pemikiran itu hasil dari aliran ilmu kalam4 atau dari ijtihad para pemikir alQur’an.5
1 A P Cowie, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, 4th edition, England: Oxford University Press, h. 235. 2 Dr. ‘Abd al-‘Aziz Saif al-Nasr (1983) Falsafah ‘Ilm al-Kalam fi al-Sifat al-Ilahiyah Manhajan wa Tatbiqan, Kairo: Matba‘ah al-Jablawi, h. 8. 3 Abd al-Rahman bin Muhammad Ibn Khaldun (1995), Muqaddimah Ibn Khaldun, Bairut: Dar al-Jail, h. 513. 4 Al-Nasr, op.cit., h. 8. 5 Penulis menyebutkan pemikir al-Qur’an sebagai bahagian hasil dari pemikiran Islam, kerana tidak semua pemikir al-Qur’an adalah mufasir, tapi semua mufasir adalah pemikir Islam, kerana di dalam tafsir terdapat aturan dan syarat khusus untuk menjadi seorang mufasir.
6
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
1.5. RUANG DAN BATASAN KAJIAN Kajian ini adalah kajian pemikiran Islam yang bersumber dari al-Qur’an sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Kajian ini bukanlah kajian tafsir, walaupun menggunakan metodologi tafsir tematik. Al-Ghazali lebih jelas membedakan antara pemikiran Islam dengan tafsir dengan subjudul “memahami al-Qur’an dan menafsirkannya secara akal pikiran tanpa nukilan” dengan kesimpulan bahwa perkara di atas adalah boleh dengan empat hujjah. (1) Tafsir nabi terbatas; (2) sahabat berbeda tafsir; (3) doa Nabi kepada Ibn Abbas agar pandai mentakwil; (4) ahli ilmi boleh beristinbat.1 Dia berkata: “Allah membolehkan setiap individu untuk beristinbat dari al-Qur’an sejauh kemampuan pemahamannya dan had akal pikirannya.” Larangan hanya timbul dalam dua perkara: (1) mentakwilkan al-Qur’an sesuai hawa nafsu untuk membenarkan tujuan.2 (2) Menafsirkan berdasarkan lahir bahasa Arab tanpa melihat dalil sam’i.3 Di kalangan fuqaha’ (ahli-ahli hukum Islam) pembicaraan rahmat tentu saja dikaitkan dengan maqasid shari’ah. Mereka membuat kategori mengenai aktivitas apa saja yang menurut hukum Islam yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Masalah yang dikemukakan di atas tidak menjadi objek kajian ini. Tulisan ini akan memfokuskan perhatian pada al-Qur’an, yang menetapkan peraturan Islam dalam bingkai “rahmat”, terlepas dari paham-paham yang terdapat dalam aliran mazhab fikih. Dengan perkataan lain, kajian ini pada prinsipnya akan mengkaji bagaimana al-Qur’an membicarakan tentang Rahmat Allah, atau Tuhan berbicara tentang diri-Nya sendiri. Begitu juga dengan hadis-hadis yang juga membicarakan tentang Rahmat Allah dan Ilmu Kalam yang membahas tentang ketuhanan, serta perbandingan agama, maka secara prinsip studi ini tidak akan mengkajinya secara khusus, akan tetapi karena hadis pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari al-Qur’an, dan ilmu kalam sebagian dari pemikiran Islam, serta ilmu perbandingan agama, maka dalam hal-hal tertentu hadis-hadis dan ilmu kalam serta ilmu perbandingan agama yang dimaksudkan itu akan 1 Abu Hamid al-Ghazali (1987), Ihya’ Ulum al-Din, j. 1, Kairo: Dar al-Rayyan, h. 341. 2 Lihat Surah Ali ‘Imran (3); 7. 3 Al-Ghazali (1987), op.cit., h. 343.
7
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
dijadikan sebagai bahan perbandingan ataupun pelengkap perbahasan demi memperoleh hasil kajian yang lebih utuh dan komparatif.
1.6. KAJIAN-KAJIAN LEPAS Di antara penulisan yang pernah menyentuh terkaitan masalah ini di antaranya ialah buku Rawdah al-Na’im fi Ma’rifah al-Rahman alRahim, karya Sayidah Hanan Fathi yang diterjemahkan menjadi “Ensiklopedia ar-Rahman ar-Rahim,” Sahara, Jakarta, 2006. Buku ini membahaskan tentang sifat Rahman dan Rahim menurut al-Qur’an dan Hadis. Sementara penulis akan mengkaji konsep Rahmat Allah dalam al-Qur’an dari sudut pemikiran Islam yang akan memfokuskan kepada pemikiran Islam. Rahmat Allah. li al-’Alamin, Salla Allah ‘Alaihi wa Sallam, Muhammad Husayn ‘Abd Allah, Maktabah al-Adab, Kairo, 1990. Dalam buku ini mengkaji tentang rahmat Allah yang diberikan kepada alam menerusi Nabi Muhammad s.a.w.. Buku ini sangat membantu dalam kajian penelitian ini, dalam perkara melihat rahmat Allah pada diri Nabi Muhammad s.a.w. dan disebarluaskan kepada alam. Buku ini berbeda dengan kajian yang dilakukan dalam penelitian ini, karena penelitian ini mengkaji tentang konsep Rahmat Allah dalam al-Qur’an, sementara buku ini mengkaji Rahmat-Nya dalam diri Nabi Muhammad s.a.w. yang tertuang pada hadis dan akhlaknya yang mulia. Membumikan Rahmat Allah, Sebuah Refleksi untuk Kebangkitan Negeri, Yusuf Mansur, Zikrul Hakim, Jakarta, 2007. Buku ini sesuai dengan tajuknya mengkaji tentang cara menghayati rahmat Allah di Indonesia, agar menjadi negara yang bangkit dan berjaya. Buku ini berbeda dengan pengkajian yang dilakukan oleh penelitian ini, karena buku ini bersifat cara yang ditempuh untuk mewujudkan rahmat-Nya di Indonesia, sementara penelitian ini berisikan tentang rahmat-Nya di dalam al-Qur’an yang ditinjau dari pemikiran Islam. Al-Iman wa al-Hayah, Dr. Yusuf al-Qaradawi, Maktabah Wahbah, Kairo, 1990. Buku tersebut menerangkan tentang iman dan kehidupan dilihat dari berbagai dimensi. Di bagian buku tersebut terdapat konsep rahmat dalam Islam dan kaitannya dengan iman dan kehidupan. Namun, buku tersebut tidak membahaskan secara tuntas terkaitan konsep rahmat Allah dalam al-Qur’an. Buku
8
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
tersebut mengandung banyak keunggulan iman kepada Allah dalam mengharungi kehidupan. Buku “Lautan Kasih Tuhan Menyelami Rahasia dan Hakikat 99 Nama Indah Tuhan,” M. Rahim Bawa Muhaiyaddeen. c. 2, Juli 2005, Risalah Gusti, Surabaya. Buku ini ditulis oleh seorang sufi yang berasal dari India di Philadelphia Amerika, dan buku ini lebih banyak mengandung maklumat tentang kajian tasawuf. Bahkan ada di antara kajiannya yang banyak menyimpang dari ajaran Islam. Sebagai contoh sederhana, dia mengatakan al-Qur’an berasal dari bahasa Tamil yang terdiri dari dua perkataan Guru dan An. Guru artinya pembimbing dan An artinya lelaki. Juga buku Allah fi al-Aqidah al-Islamiyah, Ahmad Bahjad, Ahram, Kairo, 1986. Di dalam buku ini, penulisnya membahaskan tentang “Rahmat Allah”, namun buku ini secara amnya membahaskan tentang sifat Allah, dan tidak khusus tentang rahmat-Nya saja. Pesan Maha Kasih dalam Kisah, H. Zainal Arifin, MA dan H. Abu Ezzat al-Mubarak, MA, Pustaka Jiwa Sdn. Bhd, Kuala Lumpur, 2008. Buku ini merupakan pesan Allah Yang Maha Pengasih kepada hamba-Nya melalui kisah yang termaktub di dalam al-Qur’an yang disadur dari tafsir al-Sha’rawi. Buku ini hanya berisikan kisah berdasarkan urutan surah dimulai dari al-Fatihah sampai dengan surah al-’Araf. Ia berbeda dengan tajuk yang dikaji pada penelitian ini dalam dua perkara. Pertama, penelitian ini mencoba mendalami rahmat Allah di dalam al-Qur’an secara keseluruhan, tidak terbatas hingga surah al-’Araf. Kedua, penelitian ini dilihat dari segi pemikiran Islam bukan dari segi kisah saja. Penulis berkesan dengan buku Konsep Kufur dalam al-Qur’an suatu Kajian Teologis dengan Pendekatan Tafsir Tematik, Dr. Harifuddin Cawidu, Bulan Bintang, Jakarta, 1991. Buku ini mencoba untuk mengkaji ketuhanan berdasarkan pada al-Qur’an sebagaimana yang dikaji dalam penelitian ini, hanya saja buku ini mengaji konsep kufur sementara penelitian ini mengkaji konsep rahmat Allah Buku ini sendiri merupakan penelitian Ph.D yang dibentangkan penulisnya pada UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Sepanjang pengetahuan penulis, selain dari buku di atas, masih belum ditemukan tulisan lainnya yang khusus membahaskan tentang “Konsep Rahmat Allah dalam al-Qur’an: Suatu Analisis dari Perspektif Pemikiran Islam.” Perbahasan tentang rahmat dalam bentuknya yang berserakan banyak ditemukan dalam kitab-kitab al9
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Asma’ al-Husna, ilmu kalam dan tafsir. Kitab-kitab al-Asma’ al-Husna sangat menyokong penelitian ini, tapi kitab-kitab ini hanya meluaskan rahmat dan sifat-sifat Allah lainnya secara umum, karena tujuan dari kitab-kitab itu ditulis ialah untuk mengungkapkan keagungan nama-nama-Nya yang berjumlah sembilan puluh sembilan. Adapun kitab-kitab ilmu kalam tidak menyebutkan konsep rahmat Allah dalam al-Qur’an secara khusus tapi menampilkan persoalan itu dalam bentuk konsep permasalahan kalam yang sangat bercorakkan aliran dan mazhab. Masalah rahmat dalam rangka menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang pada umumnya menggunakan metode tafsir tahlili hingga hasilnya sering kali bersifat parsial dan tidak utuh. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan ini akan berupaya mengungkap bagaimana konsep rahmat Allah dalam al-Qur’an dari perspektif pemikiran Islam. Untuk menghasilkan kajian yang lebih utuh dan komparatif akan dipilih pendekatan dan analisis tertentu seperti yang dijelaskan pada bagian metodologi di bawah.
1.7. METODOLOGI KAJIAN 1.7.1. Kajian Literatur Penelitian ini bercorak kajian dokumen, dalam arti semua sumber datanya berasal dari bahan-bahan yang tertulis yang terkaitan dengan tajuk yang dibahaskan. Oleh karena kajian ini terkaitan dengan al-Qur’an secara langsung, maka sumber pertama dan utamanya adalah al-Qur’an al-Karim, Mushaf al-Madinah alMunawwarah yang diterbitkan oleh percetakan al-Qur’an King Abdul Aziz di Jeddah, dengan terjemahan ke dalam Bahasa Malaysia merujuk kepada al-Qur’an terjemahan al-Rahman. Sumber-sumber lainnya adalah kitab-kitab tafsir yang dibatasi kepada beberapa kitab yang ditulis pemikir-pemikir Islam yang dianggap representatif yaitu: Tafsir al-Sha’rawi karangan Shaikh Muhammad Mutawalli al-Sha’rawi (m 1998 M) seorang pemikir kontemporar ijtimai’/sosial kemasyarakatan yang beraliran Ash’ari. Tafsir kontemporar lainnya ialah Safwah al-Tafasir oleh Dr. ‘Ali alSabuni dan Nahwa Tafsir Mawdui li Suwar al-Qur’an al-Karim oleh Muhammad al-Ghazali (m 1998 M). Tafsir al-Qur’an al-’Azim karangan Isma’il ibn Kathir al-Qurayshi (m 774 H) yang lebih
10
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
dikenali dengan Tafsir Ibn al-Kathir, yang menganut aliran salaf yang berasaskan pada athar atau riwayat. Al-Kashshaf ‘an Haqaiq alTanzil, karangan Mahmud bin ‘Umar al-Zamakhshari (m 538 H), sebagai tafsir Muktazilah yang banyak menggunakan logika (mantiq) dan banyak mengkaji dari segi keindahan bahasa dan nilai sastera. Al-Tafsir al-Kabir karangan Fakhr al-Din al-Razi (m 606 H), yang terkenal dengan tafsir kalami, yang berpahaman Ash’ari. Ditutup dengan al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, yang berpahaman Syiah, ditulis oleh al-’Allamah al-Sayyid Muhammad Husayn al-Tabatabai. Tafsir ini ditulis oleh ulama besar Syiah, meskipun demikian, perbahasan di dalamnya secara umum tidak memperlihatkan fanatisme Syiah yang serba eksklusif. Pendekatan yang digunakannya sangat menarik karena mengharmonikan antara pendekatan al-Qur’an dengan pendekatan filosofi, sosiologi dan bahasa.1 Penulis banyak mengeksplorasi dari Tafsir al-Sha’rawi, dan dalam menetapkan tafsir Mawdu’i penulis terkadang mengikut tafsir Mawdu’i/Tematik model Muhammad al-Ghazali di dalam Tafsir alGhazali, karena penulis berkesan saat menterjemahkan tafsir ini ke dalam bahasa Indonesia dan Malaysia. Demikianlah beberapa kitab tafsir yang menjadi sumber utama tulisan ini. Dengan menyebut kitab-kitab tersebut, tidaklah berarti bahwa kitab-kitab tafsir lainnya, Alkitab Kristian, buku-buku hadis, dan buku-buku aliran Pemikiran Islam diabaikan sama sekali. Kitabkitab ini tetap digunakan sebagai sumber rujukan, secara khusus dalam melengkapi dan lebih mempertajamkan analisis serta bahasan penelitian ini. Bagi memudahkan pencarian ayat-ayat al-Qur’an yang diperlukan dalam membahaskan tajuk-tajuk tertentu, maka buku Fath al-Rahman li Talib Ayat al-Qur’an yang ditulis oleh Fayd Allah alHasyni dan al-Mu’jam al-Mufahrath li Alfaz al-Qur’an al-Karim oleh Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi dijadikan sebagai pegangan. 1.7.2. Penganalisis Data Metode pendekatan dan analisis dilakukan melalui pendekatan pemikiran Islam. Pemikiran Islam dalam kajian al-Qur’an telah 1 Dr. Harifuddin Cawidu (1991), Konsep Kufur dalam al-Qur’an Suatu Kajian Teologis dengan Pendekatan Tafsir Tematik, Jakarta: Bulan Bintang, h. 20.
11
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
sampai pada penetapan satu disiplin ilmu yang disebut dengan ilmu tafsir. Dalam ilmu tafsir terdapat beberapa corak dan metode pentafsiran al-Qur’an seperti corak tahlili, ijmali, muqarin dan mawdu’i. Tafsir mawdu’i atau tafsir tematik menurut Muhammad alGhazali - sebagaimana yang telah tersebut di latar belakang- terbagi kepada dua bagian. Pertama, mawdu’i, ialah mengkaji satu surah secara keseluruhannya, dengan cara menyalin sehingga terlihat terang apa yang dipapar di awal dan di akhir serta keterkaitan antara keduanya, sehingga surah itu menjadi kukuh dan penuh sokongan, di mana yang awal menjadi pengantar bagi bagian surah yang akhir dan bagian surah yang akhir menjadi pengukuh bagi bagian yang awal. Kedua, tafsir mawdiy’i, mengkaji ayat atau beberapa ayat dengan memaparkan lafaz-lafaznya, atau tarkib/susunan bahasa atau hukum yang dapat dirujuk darinya.1 Definisi lain dari tafsir mawdu’i ialah tafsir tematik yang tema atau tajuknya ditentukan oleh manusia, lalu dicari jawaban alQur’an dengan jalan menghimpun seluruh ayat yang dimaksudkan, lalu menganalisis lewat ilmu-ilmu bantu yang relevan dengan masalah yang dikaji untuk kemudian melahirkan konsep yang utuh dari al-Qur’an tentang masalah tersebut.2 Kedua-dua pendekatan ini digunakan oleh penulis dalam mengkaji tajuk “Rahmat Allah” dalam al-Qur’an. Artinya, setelah dicari ayat yang mengisyaratkan rahmat -langsung atau pun tidak langsung atau bahkan bertentangan-, maka penulis terkadang mencoba menganalisis kaitan ayat sebelum dan sesudahnya, untuk memahami mengapa Tuhan meletakkan ayat ini di tengah ayat-ayat lain. Meskipun metode tafsir mawdu’i yang menjadi dasar pendekatan dalam kajian ini, namun dalam menganalisis masalah pendekatan lain pun tentu turut berperanan. Seperti metode perbandingan antara satu tafsir dengan tafsir yang lain, yang disebut dengan tafsir Muqarin. Sebagian tafsir hanya ditulis secara global atau Ijmali, agar kajian ini dapat dipahamkan secara menyeluruh dan berbanding. Di samping itu, perbandingan juga dilakukan antara al-Qur’an dengan Alkitab umat Kristian agar terlihat lebih jelas konsep rahmat yang dijunjung oleh al-Qur’an bila 1 Muhammad Al-Ghazali, op.cit., h. 5. 2 Dr. Harifuddin Cawidu, op.cit., h. 20. Lihat juga Muhammad Quraish Shihab (1996), Wawasan Al-Quran, Jakarta: Mizan, h. xii
12
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
dibandingkan dengan konsep rahmat menurut agama-agama dunia, terutama menurut Alkitab Kristian. Selain pendekatan tafsir tematik di atas, dalam mengkaji alQur’an pemikiran Islam dalam berijtihad dibantu oleh hadis sebagai sumber pemikiran Islam kedua. Pendekatan pemikiran Islam berikutnya adalah ijtihad atau pemahaman dari para mufasir dan pemikir, yang dalam hal ini dirujuk pada buku tafsir yang telah disebutkan terdahulu. Dalam kajian ini, akan dikaji sifat Tuhan yang berbentuk teori dan bagaimana jika dilihat dari penerapannya dalam bentuk praktik dan data peraturan yang dimilikinya. Maksud praktik di sini adalah perlakuan-Nya terhadap alam semesta terutama manusia. Sedangkan maksud data peraturan ialah syariat Islam yang ditetapkan-Nya, seperti: ibadah, muamalat, manakahat dan jenayah. Artinya, apakah semua ini (praktik dan data peraturan) mencerminkan Rahmat Allah? Berdasarkan kepada penguraian yang telah dinyatakan di atas, maka batasan kajian penelitian ini mencakupi konsep Rahmat Allah –dalam bingkai pengertian batasan kajian di atas- tentang permasalahan berikut: (i) pengertian dan nama-nama asas yang berbentuk teori tentang Tuhan Yang Maha Rahmat; (ii) Rahmat Allah dalam kajian teori terkait erat dengan konsep kehidupan di dunia dan di akhirat; (iii) Rahmat Allah dalam praktik kepada makhluk: manusia dan alam semesta, terutama nabi-nabi dan musuh; (iv) Rahmat Allah dalam data peraturan Islam. 1.7.3. Susunan Penulisan Keseluruhan kajian ini akan dituliskan dalam enam bab. Dimulai dari bab pertama, pendahuluan yang menjadi pengenalan awal kepada aspek-aspek penting yang menyangkut keseluruhan kandungan penelitian ini. Ia menguraikan teori dan kerangka penulisan. Bab kedua menguraikan makna-makna yang dapat dirumuskan dari pengertian makna dan konsep rahmat dan Asma’-Nya dalam alQur’an. Pada langkah ini penulis mencoba untuk mengkaji kebesaran Ilahi dengan nama-nama-Nya yang mulia atau al-Asma’ al-Husna sama ada ungkapan yang secara langsung atau tidak langsung menunjukkan sifat rahmat Allah atau ungkapan yang 13
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
berkesan bertentangan dengan sifat rahmat-Nya. Asma’ ini dijadikan kerangka teori dari rahmat Allah untuk menjelaskan lebih lanjut tentang kedalaman Rahmat Tuhan. Bab ketiga membentangkan tentang konsep rahmat Allah dalam teori kehidupan. Pada langkah ini, penulis akan menganalisis bagaimana al-Qur’an menerangkan rahmat-Nya di dalam kalam Tuhan (al-Qur’an), sistem yang ditetapkan-Nya di dunia dan di akhirat. Konsep rahmat Allah selanjutnya ditelusuri dalam pemahaman konsep-konsep dasar kehidupan manusia seperti takdir, cobaan, hidayah, taubat, baik-buruk, hidup dan mati serta hakikat rezeki. Bab keempat akan dibentangkan praktik dari rahmat Allah yang tertuang pada perlakuan-Nya terhadap makhluk: alam semesta dan manusia, terutama nabi pilihan: Nabi Muhammad s.a.w., Nabi Musa a.s., dan Nabi Isa a.s.. Pada tulisan ini juga diuraikan rahmat-Nya kepada para musuh. Seperti: Iblis dan syaitan, Firaun, Bani Israel, kaum kafir dan munafik. Bab lima kajian akan difokuskan pada data-data dari rahmat Allah yang dapat ditemukan dalam peraturan Islam. Contohnya dalam perkara ibadah, muamalat, perkawinan dan jenayah serta jihad. Terakhir bab keenam yang juga merupakan penutup, mengandung rangkuman kesimpulan dan saran dari pembahasan yang dikaji.
1.8. KEPENTINGAN KAJIAN Kajian ini merupakan kajian yang cukup penting, paling tidak karena dua kepentingan yang bermakna dalam perkara-perkara berikut: Muslim saling berbeda satu sama lain dalam melihat rahmat Allah. Sehingga ada di antara mereka menyebutkan bahwa bala dan bencana seperti Tsunami, gempa dan sebagainya adalah kezaliman Tuhan. Keperluan masyarakat Malaysia dan Indonesia yang memiliki budaya rahmat dengan membantu mereka dalam memahami rahmat Allah dan mengaplikasikannya serta tidak salah dalam menggunakan rahmat tidak pada tempatnya.
14
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
2. BENTUK-BENTUK PENGUNGKAPAN RAHMAT DALAM ASMÂ’-NYA
2.1. PENGENALAN Bab ini memfokuskan kepada bentuk-bentuk pengungkapan rahmat dalam nama-nama Allah yang mulia, yang terdiri dari tiga pasal. Pasal pertama mengkaji tentang ungkapan yang secara langsung menunjukkan sifat rahmat, seperti Asma’-Nya al-Husna: alRahman dan al-Rahim. Pasal kedua mengkaji tentang ungkapan yang secara tidak langsung menunjukkan sifat rahmat Tuhan, seperti: al-Rauf, alWadud, dan al-Mahabbah. dan al-’Adl. Pasal ketiga mengkaji tentang sebagian dari al-Asma’ al-Husna yang terlihat bertentangan dengan rahmat-Nya, seperti: al-Qahhar, al-Jabbar, al-Mutakabbir dan al-Muntaqim. Pengkajian ini dilakukan untuk mencari tahu apakah terdapat titik temu antara rahmat dengan sifat yang dilihat bertentangan ini.
15
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
2.2. UNGKAPAN YANG SECARA LANGSUNG MENUNJUKKAN RAHMAT
2.2.1. Allah dan Asmâ’-Nya Sebelum mengkaji lebih jauh tentang konsep rahmat, ada baiknya penulis menjelaskan tentang Allah dan Asma’-Nya. Allah ialah ya’lahuhu kullu shai wa ya’buduhu kullu khaliq, Zat yang dituhankan oleh segala sesuatu dan disembah oleh setiap makhluk.1 Allah adalah nama untuk zat yang ada dalam arti yang sebenarnya yang memiliki seluruh sifat-sifat Ilahiah, dan berperilaku dengan perilaku Rububiyah, yang khusus dengan wujud hakiki. Semua yang wujud/ada selain-Nya tidak layak untuk dinyatakan sebagai wujud secara zatnya.2 Allah adalah Tuhan yang disembah secara benar.3 Allah ialah lafaz Jalalah atau lafaz yang Maha Besar dan Maha Agung. Yaitu nama Zat Ilahi yang Maha Suci lagi Maha Mulia yang wajib ada selama-lamanya dan yang berhak memiliki alam ini, dan juga yang layak menerima pujian dan sanjungan.4 Perkataan “Allah” dalam al-Qur’an diulang sebanyak dua ribu enam ratus sembilan puluh tujuh (2.697) kali.5 Di dalam Alkitab versi Indonesia, perkataan “Allah” terdapat sebanyak tiga ribu tujuh ratus tujuh puluh tujuh (3.777) ayat. Dua ribu empat ratus empat puluh dua (2.442) terdapat di Perjanjian Lama dan seribu tiga ratus tiga puluh lima (1.335) ayat di dalam Perjanjian Baru.6 Perkataan
1 Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir al-Tabari (t.t), Jami‘ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Qur’an, Muhammad Shakir (Tahqiq), Kairo: Maktabah Ibn Taymiyah, h. 122. 2 Abu Hamid al-Ghazali, (1985), al-Maqsad al-Asna fi Sharh Asma’ Allah al-Husna, Kairo: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, h. 60. 3 Mahmud bin ‘Umar bin Muhammad al-Zamakhshari (2006), Tafsir al-Kashshaf, j. 1, Kairo: Dar al-Kutub al-“Ilmiyah, h. 16. 4 Said Haji Ibrahim (1995), Huraian Asma al-Husna Jalan Menuju Akidah Islam, Kuala Lumpur: Dar al-Ma‘rifah, h. 6. 5 2697 dengan perincian: Allahu 980, Allaha 592, Allahi 1125. Muhammad Fuad ‘Abd alBaqi (1981), al-Mu‘jam al-Mufahrath li Alfaz al-Quran al-Karim, Jakarta: Maktabah Dahlan, h. 52-96. 6 Alkitab elektronik 2.0.0 (1997), Terjemahan Baru Edisi 2, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
16
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
“Allah” juga digunakan dalam Alkitab versi Bahasa Arab,1 tetapi untuk bahasa Inggeris digunakan perkataan “God”.2 Menurut penulis, berasaskan al-Qur’an, selain muslim; musyrik dan Ahli Kitab juga menggunakan istilah “Allah” sebagai sebutan untuk “Tuhan” mereka,3 karena Al-Ilah/tuhan adalah nama bagi setiap yang disembah secara hak ataupun batil, kemudian “Allah/Tuhan” menjadi nama khusus bagi Tuhan yang hak disembah saja, dan tidak disebut bagi yang lain, ia nama khusus bagi Pencipta dan Pengatur Alam raya yang wajib wujud-Nya. “Allah” itu sendiri nama bukan sifat. Allah merupakan nama khusus karena itu tidak dikenal bentuk jamaknya,4 sedang Ilah adalah nama yang bersifat umum, yang dapat berbentuk jamak (plural) Alihah. Menurut al-Razi5 dan al-Ghazali6 bahwa lafaz “Allah” adalah nama Allah yang tidak memiliki perkataan kata terbitan. Sementara perkataan “Allah” menurut al-Zamakhsari, 7 Ibn al-Qayyim8 dan Ibn Ibn Manzur9 berasal dari perkataan al-Ilah, dihapuskan hamzah dan diganti dengan alif lam ta’rif. Alif dan lam yang dimasukkan pada perkataan Ilah berfungsi menunjukkan bahwa perkataan yang dimasukkan itu (perkataan Ilah) merupakan sesuatu yang telah dikenal dalam benak. Kedua-dua huruf tambahan itu menjadikan kata yang diletak menjadi makrifat. Selanjutnya dengan alasan mempermudah, hamzah yang berada antara dua lam yang dibaca (i) pada kata Al-Ilah tidak dibaca lagi sehingga berbunyi “Allah”. Menurut aliran yang berpendapat “Allah memiliki kata terbitan,” maka perkataan itu dapat diertikan ke dalam bahasa 1 Lihat al-Kitab al-Muqaddas, Dar al-Kitab al-Muqaddas fi al-Sharq al-Awsat, h. 3 2 Lihat Alkitab Elektronik 2.0.0., Alkitab King James version, Alkitab contemporery English version dan Alkitab Today’s English Version, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. 3 Lihat Surah al-Zumar (39): 3 dan 38. Lihat Shaikh Muhammad Mutawalli al-Sha’rawi (1991), Tafsir al-Sha‘rawi, j. 21, Kairo: Akhbar al-Yaum, h. 13145. 4 Ibn Manzur, (t.t), Lisan al-‘Arab, j. 1, ‘Abd Allah. ‘Ali al-Kabir (tahqiq), Kairo, Dar alMa‘arif, h. 115, lihat juga Abu al-Husayn Ahmad Ibn Faris ibn Zakaria, Mu‘jam Maqayis al-Lughah, j. 1, ‘Abd al-Salam Muhammad Harun (Tahqiq), Bairut: Dar al-Fikr, h. 127. 5 Muhammad bin Umar Fakhr al-Din al-Razi, Asrat al-Tanzil wa Anwar al-Ta’wil, j. 1, Teheran: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, h. 156. 6 Al-Ghazali (1985), op.cit., h. 60. 7 Mahmud bin ‘Umar bin Muhammad al-Zamakhshari (t.t.), Tafsir al-Kashshaf, j. 1, Kairo: Mustafa al-Babi al-Halabi, h. 36-37. 8 Muhammad bin Abu Bakr (1994), Badai ‘ al-Fawaid Ibnu Qayyim, Barut: Dar al-Khair, j. 1, h. 22. 9 Ibn Manzur, op.cit., j. 1, h. 114
17
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
dunia. Dalam bahasa Indonesia dan Malaysia, kedua-duanya (Allah dan Ilah) dapat diterjemahkan dengan tuhan, tetapi cara penulisannya dibedakan. sifat umum (Ilah) ditulis dengan huruf kecil “tuhan”, dan yang bermakna khusus (Allah) ditulis dengan huruf besar “Tuhan.” Sebagaimana dalam bahasa Inggeris menjadi “God” dan “god”. Menurut pendapat bahwa “Allah nama yang tidak memiliki kata terbitan,” maka ia tidak dapat diertikan, ia tetap menjadi “Allah”. Berdasarkan pada pendapat bahwa perkataan “Allah” untuk menunjukkan nama “Tuhan”, maka ditemukan Alkitab Kristian versi bahasa Indonesia dan Arab tetap menggunakan perkataan “Allah”, sedangkan Alkitab versi bahasa Inggeris menggunakan perkataan “God” sebagai ganti dari perkataan “Allah”. Sedangkan terjemahan makna al-Qur’an versi bahasa Indonesia dan Malaysia serta Inggeris sampai saat ini masih tetap menggunakan perkataan “Allah” bukan “Tuhan” atau “God”. Penulis lebih sependapat dengan pernyataan bahwa “Allah” nama yang tidak memiliki kata terbitan, dengan tidak menutup pemahaman untuk lebih mengetahui kata terbitan darinya sebagai khazanah yang dapat memperkaya keilmuan dan meneguhkan keimanan. Menurut kamus Ibn Manzur dan Ibn Faris, di antara makna dari perkataan “Ilah” yang darinya terbentuk perkataan “Allah”, berakar dari perkataan al-Ilah yang bermakna (1) Ma’bud/Yang Disembah,1 (2) berakar dari perkataan al-Ilah wilah yang bermakna mengharap. Yuwalluhuna ilahi artinya merintih dan mengharap kepada-Nya. (3) berakar dari perkataan al-Ilah yang bermakna ibadah atau penyembahan.2 Bahwa perkataan tersebut berakar dari perkataan “alaha” dalam arti mengherankan atau “menakjubkan” karena segala perbuatan/ciptaan-Nya menakjubkan atau karena bila dibahaskan hakikatnya akan mengherankan akibat ketidaktahuan makhluk tentang hakikat Zat Yang Maha Agung itu; atau perkataan “Allah” terambil dari akar perkataan “aliha ya’lahu” yang berarti “tenang”, karena hati menjadi tenang bersama-Nya, atau dalam arti
1 Lihat Surah al-Mu’minun (23): 91; Ibn Manzur, op.cit., j. 1, h. 114, Ibn Faris, op.cit., j. 1, 1, h. 127. 2 Lihat Surah al-A‘araf (7): 127 saat alihataka dibaca dengan ilahataka; Ibn Manzur, op.cit., j. 1, h. 115.
18
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
“menuju” dan “bermohon”, karena harapan seluruh makhluk tertuju kepada-Nya dan kepada-Nya jua makhluk bermohon.1 Memang setiap yang dipertuhankan pasti disembah, dan kepadanya tertuju harapan dan permohonan, lagi menakjubkan ciptaannya, tetapi apakah itu berarti bahwa perkataan “Ilah” dan juga “Allah” secara harfiah bermakna demikian? Apakah al-Qur’an menggunakannya untuk makna “yang disembah”? Para ulama yang mengertikan Ilah dengan “yang disembah” menegaskan bahwa Ilah adalah segala sesuatu yang disembah, sama ada penyembahan itu tidak dibenarkan oleh akidah Islam; seperti terhadap matahari, bintang, bulan, manusia atau berhala; maupun yang dibenarkan dan diperintahkan oleh Islam, yakni Zat yang wajib wujud-Nya yakni Allah. Karena itu, jika seorang muslim mengucapkan “la ilaha illa Allah” maka dia telah menafikan segala tuhan kecuali Tuhan yang nama-Nya, Allah,2 atau bahwa Ilah adalah “Pencipta, Pengatur, Penguasa alam raya, yang di dalam genggaman tangan-Nya segala sesuatu”.3 Dari segi makna, dapat dikemukakan bahwa perkataan Allah mencakupi segala sifat-sifat-Nya, bahkan Dialah yang menyandang sifat-sifat tersebut, karena itu jika dikatakan: “Ya Allah” maka semua nama-nama/sifat-sifat-Nya telah dicakup oleh perkataan tersebut. Di sisi lain, jika dikatakan: “Al-Rahim/Yang Maha Pengasih” maka sesungguhnya yang dimaksudkan adalah Allah, demikian juga jika dikatakan: “Al- Muntaqim/yang membalas kesalahan”, namun kandungan makna al-Rahim tidak mencakupi pembalasan-Nya, atau sifat-sifat-Nya yang lain. Itulah salah satu sebab mengapa dalam syahadat seseorang harus menggunakan perkataan “Allah” ketika mengucapkan Ashhadu an La Ilaha Illa Allah dan tidak dibenarkan mengganti perkataan “Allah” tersebut dengan nama-nama-Nya yang lain, seperti Ashhadu an La Ilaha illa al-Rahman al- Rahim.4 Selain “Allah” merupakan nama-Nya yang paling sempurna, al-Qahtani melihat bahwa terdapat nama besar Allah itu lainnya: Rabb dan
1 Ibn Manzur, op.cit., j. 1, h. 115. 2 Lihat Surah al-A’raf (7):127 yang dibaca ‘wayazaraka wa ilahataka’. Perkataan Ilahataka dalam bacaan ini adalah ganti dari perkataan Alihataka yang berarti sesembahan dan yang merupakan bacaan yang sah dan popular. Ibn Manzur, op.cit., j. 1, h. 115. 3 Lihat Surah al-Anbiya’ (21): 22. 4 Ibid.
19
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Rahman.1 Artinya, walaupun penulis membenarkan pernyataan Rahman bukan al-Muntaqim, tetapi penulis akan mengkaji di dalam penelitian ini bahwa di dalam nama al-Muntaqim terdapat sifat dan nama “rahmat”-Nya. Menurut Wajdi, al-Qur’an telah sampai pada pembuktian klimaks penelitian akan keberadaan Allah sebagai Tuhan. Kalau tiada Tuhan, siapa yang akan menciptakan langit dan bumi.2 Manusia secara fitrah dapat mengenal Tuhan.3 ... ( ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ÌÏÛ$sù A7x© «!$# ’Îûr& óΟßγè=ߙ①ôMs9$s% *
Berkata rasul-rasul mereka: “Apakah ada keraguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? ... Surah Ibrahim (14): 10. Tapi, adakah manusia mengenal hakikat zat Allah? Manusia tidak dapat mengenal hakikat Allah, karena tidak ada yang mengenal hakikat Allah kecuali Allah, sebagaimana tidak ada yang mengenal hakikat nabi kecuali nabi, dan tidak ada yang mengenal hakikat surga dan neraka kecuali setelah wafat dan masuk ke dalam surga atau neraka. Puncak dari orang yang mengenal Allah adalah ketidakmampuan mereka untuk mengenal hakikat Allah.4 ∩⊇⊇∪ çÅÁt7ø9$# ßìŠÏϑ¡¡9$# uθèδuρ ( Öï†x« ϵÎ=÷WÏϑx. }§øŠs9 4 ...
... Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat. Surah al-Shura (42): 11 Jika demikian ‘apa pun yang tergambar dalam benak atau imaginasi siapa pun tentang Allah, maka Allah tidak demikian’. Dengan membaca dan menyedari makna ayat ini, luluh semua gambaran yang dapat dijangkau oleh indera dan imaginasi manusia tentang zat Yang Maha Sempurna itu.5 1 Said ‘Ali ibn Wahf al-Qahtani (1409), Sharh Asma’ Allah al-Husna fi Dau’ al-Kitab alSunnah, al-Madinah al-Munawwarah: al-Idarah al-Buhuth al-‘Ilmiyah, h. 35. 2 Muhammad Farid Wajdi (1971), Dairat al-Ma‘arif al-Qarn al-‘Isrin, c. 3, Bairut: Dar alMa‘rifah, h. 485 3 Ibn Taymiyah (1995), Ma‘rifah Allah wa Tar iq al-Wusul Ilayhi, Mustafa Hilmi (tahqiq), Kairo: Jami‘ah al-Qahirah, h. 162. 4 Al-Ghazali (1985), op.cit., h. 50-53, Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab (2003), Menyingkap Tabir Ilahi, c. 5, Jakarta: Lentera Hati, h. xxvi. 5 Al-Ghazali (1985), op.cit., h. 53.
20
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Manusia juga tidak dapat mengenal hakikat sifat dan nama Allah kecuali dengan perumpamaan. Contohnya, kuasa Tuhan adalah sifat, selama hamba bertambah ilmu pengetahuan tentang perincian kuasa Tuhan di alam raya ini, maka pengetahuannya tentang kuasa Tuhan bertambah banyak. Ini karena buah menunjukkan pada pohon, tetapi karena maklumat itu tiada nihayah dan akhir, di samping ia berderajat, maka kita dapat mengenali tingkatan manusia di lautan makrifat Allah yang tiada bertepi itu.1 Walaupun penulis telah sampai pada titik “tidak ada yang dapat mengenal Allah kecuali Allah” namun pernyataan “saya tidak mengenal kecuali Allah” juga benar dan dapat diterima, karena tidak ada di alam yang wujud ini kecuali Allah dan segala perbuatan-Nya.2 Kedua-dua pernyataan ini benar, karena dua sudut pandang yang berbeda. Pertama, dilihat dari sudut pandang zat, sifat dan nama-Nya; kedua, dilihat dari wujud makhluk yang merupakan hasil dari ciptaan Allah, sama ada alam raya, manusia atau pun sejarah kehidupan.3 Rabb artinya yang memiliki dan menguasai. Rabb secara istilah adalah Penguasa segala makhluk, Dialah sebagai pemilik segala sesuatu yang diciptakan dan berkuasa atasnya, di mana makhluk tersebut tidak dapat keluar dari kepemilikan-Nya, dan siapa saja yang berada di langit dan bumi sebagai hamba-Nya, selalu dalam genggaman dan naungan-Nya, mereka semua berkumpul dalam sifat rububiyah Tuhan, dan bercerai-berai dengan sifat ilahiyah-Nya.4 Selain dari lafaz Allah, setiap nama menunjukkan suatu sifat Allah yang tertentu keadaan-Nya saja dan menjadi sifat bagi lafaz Jalalah atau lafaz “Allah”.5 Artinya, bagi Allah nama-nama (al-Asma’) Asma’) boleh banyak tetapi semuanya itu menunjukkan musamma yang satu, yaitu Allah. Apakah al-ism itu adalah al-musamma atau
1 Ibid., h. 53-55 2 Lihat surah al-Anfal (8); 17, Allah menafikan hamba melempar, tapi Dia (Allah) yang melempar. Al-Ghazali (1985), op.cit., h. 55. Allah S.W.T. disifat dengan wajib ada, sedangkan makhluk mungkin ada. 3 Quraish Shihab (2003), op.cit., h. xxviii. 4 Alawy bin Abd al-Qadir al-Segaf (2001), Mengungkap Kesempurnaan Sifat-Sifat Allah dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, Asep Saifullah FM, M.Ag (terj.), c. 3. Jakarta: Pustaka Azzam, h. 106. 5 Said Haji Ibrahim, op.cit., h. 6.
21
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
tidak. Yang pasti nama adalah jalan untuk memanggil, dan yang dipanggil adalah Allah.1 Perkataan al-asma’ adalah bentuk jamak dari perkataan al-ism yang biasa diterjemahkan dengan ‘nama’. Ia berakar dari perkataan al-sumuw yang berarti ketinggian, atau al-simah yang berarti tanda. Nama merupakan tanda bagi sesuatu, sekaligus harus dijunjung tinggi.2 Menariknya sifat Allah yang berjumlah sembilan puluh sembilan disebut dengan al-asma/nama-nama bukan sifat. Beda nama dan sifat adalah nama seperti Muhammad dan Abu Bakar, sedangkan sifat adalah apa yang disifatkan kepada manusia seperti panjang, pendek, kaya dan lain-lain.3 Berubahnya sifat menjadi nama karena sifat itu sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalam Zat Allah. Nama-nama Allah pada asalnya adalah sifat Allah.”4 Nama Allah yang terbaik atau al-Asma’ al-Husna itu boleh diterjemahkan ke dalam bahasa asing, seperti bahasa Farsi, Turki, India5 dan juga Melayu. Kata al-husna yang berarti terbaik. Ini mengisyaratkan bahwa sifat dan nama buruk tidak layak pada Zat-Nya. Tidak didapatkan kepada-Nya sama ada nama, perbuatan atau pun sifat, tapi kejahatan itu terjadi dalam maf’ul/objek-Nya.6 Muktazilah berpendapat bahwa Allah wajib menjaga kebaikan, bila ada di antara dua kebaikan, maka Dia wajib menjaga yang lebih baik, dengan mengutus nabi dan memberinya kitab suci. Sementara Ash’ari menyatakan Allah tidak diwajibkan dengan apa pun, dan Dia tetap adil dan tidak pernah dinyatakan zalim dan jahat.7 Dari aliran pemikiran ini, Muktazilah dan Ash’ariyah sepakat bahwa Allah memiliki nama-nama yang terbaik, walau pun mereka berbeda dalam memahami kejahatan yang terjadi di dunia ini. Salafi berkata itu terjadi pada objek penderita, sementara Muktazilah menyatakan itu terjadi karena manusia memiliki kuasa ikhtiar, adapun Ash’ari menyatakan itu terjadi karena manusia memiliki keterkaitan antara kuasa dengan yang dikuasai Allah kepadanya. Ini diucapkan Ash’ari agar terlihat jelas bahwa Allah Maha Kuasa, 1 Al-Razi, op.cit., j. 1, h. 110. 2 Al-Zamakhshari (2006), op.cit., j. 1, h. 15 3 Ibid, j. 1. h. 153. 4 Al-Sha’rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 14, h. 8809. 5 Al-Razi, op.cit., j. 1, h. 153. 6 Al-Qahtani, op.cit., h. 31. 7 Lihat tajuk “Baik dan Buruk” dalam penelitian ini.
22
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
sementara Muktazilah menyatakan perkara tersebut karena tidak ingin Allah dinyatakan sebagai sumber kejahatan.1 Pensifatan nama-nama Allah dengan perkataan yang berbentuk superlatif ini, menunjukkan bahwa nama-nama tersebut bukan saja baik, tetapi juga yang terbaik bila dibandingkan dengan makhluk yang paling baik. Namun perkataan yang digunakan saat disandang manusia tidak pernah akan sama dengan apa yang disandang oleh Allah. Allah menyebutkan diri-Nya al-Hayy/Maha Hidup2 dan Dia juga menyebutkan makhluk-Nya al-hayy/hidup3, Allah Rauf/Maha Belas Kasih dan Rahim/Maha Mengasihani4 dan Nabi Muhammad juga juga rauf/belas kasih dan rahim/mengasihani.5 Keduanya sama dalam lafaz tapi tercegah makhluk untuk menyerupai Khaliknya, yang merupakan ciri khusus dari Allah.6 Dia Rahim tapi berbeda dengan rahim Nabi Muhammad.7 Bagi Allah nama yang terbaik, maka pastilah sifat rahmat-Nya melebihi sifat rahmat makhluk, dalam kapasitas rahmat maupun substantifnya. Dia arham al-rahimin8 dan khair al-rahimin.9 Nama-nama Allah dan sifat-Nya khusus bagi-Nya. Persamaan nama tidak wajib persamaan dengan apa yang dinamakan.10 Nama-nama Allah telah disifatkan dengan “al-husna/terbaik” menjadi al-Asma’ al-Husna, di dalam al-Qur’an terdapat pada empat ayat. tβ÷ρt“ôfã‹y™ 4 ϵÍ×‾≈yϑó™r& þ’Îû šχρ߉Åsù=ムtÏ%©!$# (#ρâ‘sŒuρ ( $pκÍ5 çνθãã÷Š$$sù 4o_ó¡çtø:$# â!$oÿôœF{$# ¬!uρ ∩⊇∇⊃∪ tβθè=yϑ÷ètƒ (#θçΡ%x. $tΒ Allah mempunyai nama-nama yang terbaik (yang mulia), maka serulah (dan berdoalah) kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu, dan pulaukanlah orang-orang yang berpaling
1 Lebih jelas tentang baik dan buruk akan dikaji pada subbab “baik dan buruk” dalam penelitian ini. 2 Lihat Surah al-Baqarah (2): 255. 3 Lihat Surah al-Rum (30): 19. 4 Lihat Surah al-Baqarah (2): 143. 5 Lihat Surah al-Tawbah (9): 128. 6 Al-Qahtani, op.cit., h. 52. 7 Ibid., h. 54. 8 Lihat Surah al-‘Araf (7): 151, Yusuf (12): 64, 92, al-Anbiya’ (21): 83. 9 Lihat Surah al-Mu’minun (23): 109, 118. 10 Al-Qahtani, op.cit., h. 51.
23
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
dari kebenaran dalam masa menggunakan nama-nama-Nya. Mereka akan mendapat balasan mengenai apa yang mereka telah kerjakan. Surah al-’Araf (7): 180.1 Diriwayatkan dari Abu Hurayrah r.a. katanya: Nabi s.a.w. bersabda:
ﺮ ﺗﺐ ﺍﹾﻟ ﹺﻮ ﺤ ﻳ ﺮ ﺗﻪ ﹺﻭ ﻭﹺﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ ﻨ ﹶﺔﺠ ﹶﻞ ﺍﹾﻟﺩﺧ ﺎﻔ ﹶﻈﻬ ﺣ ﻦ ﻣ ﺎﺳﻤ ﻮ ﹶﻥ ﺍﺴﻌ ﺗﻭ ﻌ ﹲﺔ ﺴ ﺗ ﻪ ﱠﻠﻟ Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama. barang siapa yang mampu menghafalnya, niscaya dia akan masuk surga. Sesungguhnya Allah itu ganjil (esa pada zat, sifat dan perbuatan-Nya serta tiada sekutu bagi-Nya) dan Dia menyukai pada yang ganjil.2 Sembilan puluh sembilan nama hanya mithil/contoh bukan hasr/batasan. Nama Allah lebih dari sembilan puluh sembilan.3 Timbul pertanyaan apakah nama-nama Allah selain sembilan puluh sembilan itu dapat diketahui dengan akal pikiran atau hanya berhad apa yang dikatakan syariat? Ash’ari, Salafi dan Muktazilah dari aliran Baghdad berpendapat bahwa perkara itu hanya tawqif dan diketahui melalui izin syariat saja.4 Sedangkan Muktazilah aliran Basrah berpendapat nama-nama Allah boleh didapati melalui istilah dan qiyas.5 Nama-nama Allah yang berjumlah sembilan puluh sembilan itu dapat digolongkan kepada delapan golongan: Nama yang terkait erat dengan Zat-Nya berjumlah sembilan (9) nama, seperti: al-Wahid al-Ahad.6 Nama yang terkait erat dengan penciptaan berjumlah empat (4), seperti: al-Khaliq.7 Nama yang terkait erat dengan sifat 1 Lihat juga Surah al-Isra’ (17): 110, Surah Taha (20): 8., Surah al-Hashr (59): 24. 2 Muhammad ibn Ismail Abu ‘Abd Allah al-Bukhari (2000), al-Kutub al-Sittah: Sahih alBukhari, kitab ad-da‘awat, bab lillah miah ism, no. 6410, c. 3. Riyadh: Dar al-Salam, h. 539. Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj (2000), al-Kutub al-Sittah: Sahih Muslim, kitab al-Zikr, bab fi Asma’ Allah, no. 5-6, c. 3. Riyadh: Dar al-Salam, h. 1144. 3 Ahmad Sa‘ad al-Din ‘Ali al-Bisati (1988), Muqaranah bayna al-‘Aqidatain: alYahudiyah wa al-Islamiyah, Kairo: Dar al-Tiba‘ah al-Muhammadiyah, h. 17. 4 Abu al-Hasan ‘Ali bin Ismail al-Ash‘ari (t.t), Maqalat al-Islamiyyin wa ikhtilaf alMusallin, Helmut Ritr (tahqiq), Bairut: Dar al-Ihya’ al-Turath al-‘Arabi, j. 1, h. 525. 5 ‘Abd al-Qadir ibn Tahir ibn Muhammad al-Baghdadi (1928), Sharh Usul al-Din, Istanbul: Matba‘ah Istanbul, h. 115, al-Nasr, op.cit, h. 110-208. 6 Al-Haqq, al-Quddus, al-Samad, al-Ghani, al-Awwal, al-Akhir, al-Qayyum. 7 Al-Bari, al-Musawwir, al-Badi‘.
24
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
kasih dan rahmat berjumlah empat belas (14) nama. Nama yang terkait erat dengan keagungan berjumlah enam belas (16) nama, seperti: al-’Azim.1 Nama yang terkait erat dengan ilmu berjumlah sembilan (9) nama, seperti: al-’Alim.2 Nama yang terkait erat dengan kuasa berjumlah sepuluh (10) nama, seperti: al-Qadir.3 Nama yang tidak ada nas/teks tetapi ada af’al/perbuatan berjumlah dua puluh (20) nama.4 Nama yang diambil dari ma’ani berjumlah enam belas (16) nama. 5 Adapun nama-nama yang terkait erat dengan kasih dan rahmat adalah Rabb, al-Rahman, al-Rahim, al-Rauf, al-Wadud, al-Latif, al-Ghafur, al-Shakur, al-Mu’min, al-Bar, Rafi’ al-Darajat, al-Razzaq, al-Wahhab dan al-Wasi’.6 Dalam kajian nanti, penulis akan membagikannya kepada dua bagian dari nama-nama ini menjadi nama-nama yang secara langsung menunjukkan sifat rahmat yaitu al-Rahman, al-Rahim, dengan nama-nama yang secara tidak langsung menunjukkan sifat rahmat, seperti: al-Rauf, al-Wadud ditambah dengan al-Mahabbah dan al-’Adl. 2.2.2. Makna dan Konsep Rahmat Kajian pada tulisan ini akan banyak terfokus pada perkataan rahmat dan nama terbitannya seperti rahima, yarhamu, rahmat, rahman, rahim. Berdasarkan buku Fath al-Rahman perkataan rahmat berikut nama terbitannya di dalam al-Qur’an berjumlah tiga ratus dua puluh (320) ayat. Ini di luar perkataan al-Rahman dan al-Rahim yang terdapat pada seratus tiga belas (113) pemisah surah dalam alQur’an. Perkataan rahmat sendiri yang terdiri dari rahmatun, rahmati,
1 Al-‘Aziz, al-‘Ali, al-Muta‘al, al-Qawwi, al-Qahhar, al-Jabbar, al-Mutakabbir, al-Kabir al-Karim, al-Hamid, al-Majid, al-Matin, al-Zahir, dhu al-Jalal wa al-Ikram. 2 Al-Hakim, al-Sami‘, al-Khabir, al-Basir, al-Shahid, al-Raqib, al-Batin, dan al-Muhaimin. 3 Al-Wakil, al-Wali, al-Hafiz, al-Mulk, al-Malik, al-Fattah, al-Hasib, al-Muntaqim dan alMuqit. 4 Al-Qabit, al-Basit, al-Rafi‘, al-Muiz, al-Mudil, al-Mujib, al-Baith, al-Muhsi, al-Mubdi, alal-Mu‘id, al-Muhyi, al-Mumit, Malik al-Mulk, al-Jami‘, al-Mughni, al-Mu‘ti, al-Hadi, alBaqi, al-Warith. 5 Al-Nur, al-Sabur, al-Rashid, al-Muqsid, al-Wali, al-Jalil, al-‘Adl, al-Khafid, al-Waj id, alal-Muqaddim, al-Mu’akhkhir, al-Dar, al-Nafi‘. Al-Bisati, op.cit., h. 19-20. 6 Ibid, h. 20.
25
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
rahmata, al-rahmat, rahmati, rahmatahu, rahmatuka, rahmatuna berjumlah seratus tiga belas (113) kali.1 Ibn Manzur2 dan Ibn Faris3 berpendapat bahwa perkataan rahima artinya lunak dan lembut, hanya saja Ibn Faris menambah dengan belas kasih. Menurut penulis belas kasih bagian dari rahmat, tapi rahmat lebih dari belas kasih. Di dalam penelitian ini akan dikaji pesan Allah yang dilarang untuk menaruh belas kasih saat sebat kepada penzina, tapi tetap terdapat unsur rahmat di dalamnya, seperti “tidak sampai membunuh”. Terkadang hukum ditegakkan tanpa belas kasih, tapi tetap dalam had-had yang ditetapkan Allah secara rahmat.4 Rahmat juga sering diertikan dengan pengampunan. Menurut penulis rahmat terkait erat dengan pengampunan, pengampunan terjadi berkat rahmat Allah, tetapi rahmat lebih umum dari sekedar pengampunan. Rahmat adalah memberi yang terbaik berupa hidayah setelah seseorang diampunkan-Nya.5 Disebutkan janin ibu dengan perkataan al-rahim karena di janin itu ibu menyayangi dan mengasihani anaknya.6 Allah berfirman pada Hadis Qudsi:
ﻦﻭﻣ ﻪ ﺘﺻ ﹾﻠ ﻭ ﺎﺻﹶﻠﻬ ﻭ ﻦﻤِﻲ ﹶﻓﻤ ﺳ ﻦ ﺍ ﻣ ﺎﻤﺍﺳ ﺎﺖ ﹶﻟﻬ ﺷ ﹶﻘ ﹾﻘ ﻭ ﻢ ﺣ ﺮ ﺖ ﺍﻟ ﺧﹶﻠ ﹾﻘ ﻦﺣﻤ ﺎ ﺍﻟﺮﹶﺃﻧ ﻪﻌﺘ ﺎ ﹶﻗ ﹶﻄﻌﻬ ﹶﻗ ﹶﻄ Aku adalah Rahman, Kuishtiqaqkan rahim wanita dengan nama-Ku. Maka barang siapa yang menyambung tali silaturahim Aku akan menyambungkannya untuk dia. Dan orang yang memutuskannya tentu kecelakaan dan kemurkaan menantinya. 7 Pembahasan selanjutnya, apakah rahmat Allah itu hakiki atau majaz? Menurut al-Zamakhshari yang beraliran Muktazilah dan 1 Fayd Allah (2005), Fath al-Rahman li Talib Ayat al-Qur’an, Damsyik: Dar Ibn Kathir, h. 129-132. 2 Ibn Manzur (t.t.), Lisan al-‘Arab, j. 5, c. 3. Bairut: Dar Ihya’ al-Turath al-‘Arabi, h. 172. 3 Ibn Faris, op.cit., j. 2. h. 413. 4 Lihat “Rauf/Maha Belas Kasih” dalam penelitian ini. 5 Lihat “Rahim/Maha Mengasihani” dalam penelitian ini. 6 Ibn Faris, op.cit., j. 2, h. 413 7 Abu Dawud Sulayman ibn al-Ash‘ath ibn Ishaq al-Azdi (2000), al-Kutub al-Sittah: Sunan Abu Dawud, kitab Zakat, bab Silat al-Rahim, no. 1694, c. 3. Riyadh: Dar alSalam, h. 1349.
26
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Jahmiyah makna Allah disifatkan dengan rahmat adalah majaz atas nikmat Allah kepada hamba-Nya, karena (1) raja bila mengasihani rakyatnya dan menyayanginya maka dia akan memberikan nikmat dan kurnia,1 (2) tidak boleh menamakan Tuhan dengan nama yang disebutkan kepada makhluk, karena dapat menyebabkan tashbih perserupaan Tuhan dengan makhluk.2 Sunni dari Al-Ash’ari3 dan Salafi4 berpendapat bahwa nama Allah di antaranya rahmat adalah hakiki bukan majaz, karena ia datang dari al-Qur’an.5 Penulis berpendapat bahwa kedua pendapat di atas dapat disatukan, dalam arti bila rahmat itu diertikan dengan majaz berupa kenikmatan dunia dan akhirat yang harus disyukuri dan disebar luaskan, maka rahmat Allah berupa nikmat itu tidak dapat dihitung.6 Ini baru terkait dengan rahmat dalam arti nikmat secara majaz, maka bagaimana pula menghitung rahmat Allah di dunia dan di akhirat dalam arti kasih dan sayang-Nya secara hakiki. Rahmat-Nya begitu luas karena Dia adalah Rahman/Maha Pemurah dan Rahim/Maha Mengasihani.7 Untuk itu, ditemukan bahwa hidup tanpa rahmat Allah dalam arti kasih dan sayang-Nya adalah sangat merugikan, walaupun berlimpahan harta benda.8 Bahkan, tercegah dari musibah dan bahaya merupakan bentuk rahmat Tuhan yang besar bagi umat Islam. Allah berfirman:
ã—öθx(ø9$# uθèδ šÏ9≡sŒuρ 4 …çµtF÷Η¿qu‘ ô‰s)sù 7‹Í≥tΒöθtƒ ÏN$t↔ÍhŠ¡¡9$# È,s? tΒuρ 4 ÏN$t↔Íh‹¡¡9$# ãΝÎγÏ%uρ
∩∪ ÞΟŠÏàyèø9$# Peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan-kejahatan (yang dilakukannya); dan (sebenarnya) barang siapa yang Engkau pelihara pada hari itu dari terkena (balasan) kejahatankejahatan (yang dilakukannya) maka sesungguhnya Engkau telah mengurniakan rahmat kepadanya; dan yang demikian itulah kemenangan yang besar (nilainya). Surah al-Mu’min (40): 9. 1 Al-Zamakhshari, op.cit.,, j. 1, h. 45. 2 Ahmad Ibn Hanbal (1991), al-Masail wa al-Rasail fi al-Aqidah, Abd al-Ilah ibn Sulayman ibn Salim al-Ahmady, Rayad: Dar Tayyibah, h. 271. 3 Al-Ash‘ari, op.cit., j. 1, h. 184. 4 Ahmad Ibn Hanbal, op.cit., h. 271 5 Lihat al-‘Araf (7): 180 dan al-Isra’ (17): 110. 6 Lihat Surah al-Nahl (16): 18. 7 Lihat Surah al-Hadid (57): 28. 8 Lihat Surah al-A'raf (7): 149.
27
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Penulis melihat rahmat Allah hakiki atau majaz adalah perbedaan khilafiah yang furuk yang rahmat1 dalam bidang akidah2 akidah2 yang tidak harus menyebabkan muslim yang satu mengkufurkan muslim yang lain. Hujjah penulis adalah bahwa perbedaan ini dan perbedaan-perbedaan khilafiah furuk yang lain adalah (1) bagian ijtihad dan (2) pentafsiran ayat yang dibolehkan, (3) ia bagian dari khilafiah furuk yang tidak merusak asas akidah.3 Menurut al-Qaradawi, walaupun hadis “perbedaan umatku adalah rahmat” da’if/lemah, tapi ia disokong dengan hadis-hadis yang lain hingga dapat dijadikan hujjah, disokong dengan Surah Hud (11): 118-119. Dia juga membagi perbedaan ke dalam akidah dan fikih.4 Lebih jauh lagi, al-Imam al-Ghazali setelah mengkaji tentang Muktazilah dan Mushabbihah serta mazhab takwil, berpendapat bahwa semua itu dalam (1) lingkaran ijtihad, dan (2) muslimin jangan tergesa-gesa dalam mengkafirkan mereka, menghalalkan darah orang yang salat menghadap kiblat dan mengucapkan syahadat.(3) Kesalahan dalam takwil tidak menyebabkan kekufuran, kecuali terdapat dalil.5 Menurut penulis perbedaan di dalam akidah dan fikih dapat dibagi menjadi dua, rukun dan furuk. Artinya di dalam fikih pun ada rukun yang tidak boleh terjadi perbedaan di dalamnya, seperti salat subuh dua rakaat, begitu juga di dalam Akidah terdapat furuk yang dibolehkan terjadi perbedaan di dalamnya, seperti perbedaan apakah rahmat Allah itu hakiki atau majaz. Makna rahmat yang disandarkan kepada Allah menurut alQur’an dapat dibagi menjadi dua bagian. (1) dalam wujud sandaran objek kepada subjek, (2) dalam wujud sifat kepada pemilik sifat (Allah).6 Berkait rapat dengan sandaran objek kepada subjek makna
1 Lihat Dr. Yusuf al-Qaradawi cet. 5 (1994), al-Sahwah al-Islamiyah bayna al-Ikhtilaf alMashru‘ wa al-Tafarruq al-Madhmum, Kairo: Dar al-Sahwah, h. 70-74. 2 Lihat Dr. Yusuf al-Qaradawi cet. 5 (1994), Zahirah al-Ghuluw fi al-Takfir, Kairo: Dar alal-Tiba ‘ah wa al-Nashr al-Islamiyah, h. 83-101. 3 Seseorang dikatakan kafir bila (1) tidak bersyahadat, (2) tidak mengingkari asas agama. Al-Imam al-Ghazali (1972), al-Iqtisad fi al-‘Itiqad, Kairo: Maktabah al-Jundi, h. 209210, Lihat ibid, h. 44-46. 4 Al-Qaradawi (1994), al-Sahwah, op.cit., h. 81 5 Al-Ghazali (1972),op.cit., h. 208-209 6 ‘Abd al-‘Aziz al-Muhammad al-Salman c.2 (1979), al-Asilah wa al-Ajwibah al-Usuliyah Usuliyah ala al-‘Aqidah al-Wasatiyah, Riyad: Ma’had Imam al-Da‘wah, h. 129.
28
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
rahmat memiliki enam makna. Pertama, bermakna kenabian,1 seperti Nabi Saleh. Akan dikaji lebih lanjut pada “Rahmat Allah kepada Nabi-Nabi” dalam penelitian ini. Allah berfirman: ... ZπtΗôqy‘ çµ÷ΖÏΒ Í_8s?#uuρ ’În1§‘ ÏiΒ 7πoΨÉit/ 4’n?tã àMΖà2 βÎ) óΟçF÷ƒuu‘r& ÉΘöθs)≈tƒ tΑ$s%
Nabi Soleh berkata: “Wahai kaumku! Bagaimana pikiran kamu, jika aku berada dalam kebenaran yang berasaskan bukti yang nyata (mukjizat) dari Tuhanku, dan Ia pula mengurniakan rahmat (pangkat nabi) kepadaku sebagai pemberian dari-Nya... Surah Hud (11): 63. Kedua, surga. Akan dikaji lebih dalam pada kajian Sunnatullah di Hari Pembalasan. Surga itu sendiri lebih rahmat dari dunia, lihat judul “Rahmat Allah bagi Mukminin di Akhirat” dalam penelitian ini. Allah berfirman: 9≅ôÒsùuρ çµ÷ΖÏiΒ 7πuΗ÷qu‘ ’Îû öΝßγè=Åzô‰ã‹|¡sù ϵÎ/ (#θßϑ|ÁtFôã$#uρ «!$$Î/ (#θãΨtΒ#u šÏ%©!$# $¨Βr'sù
∩⊇∠∈∪ $VϑŠÉ)tGó¡•Β $WÛ≡uÅÀ ϵø‹s9Î) öΝÍκ‰Ï‰öκu‰uρ Oleh itu, orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (ajaran al-Qur’an) ini, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (yang khusus yaitu surga) dan limpah kurnia-Nya (yang tidak terkira), dan Allah akan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus (jalan agama Islam), yang membawa kepada-Nya. Surah al-Nisa’ (4): 175. Ketiga, makna rahmat di dalam al-Qur’an adalah kitab suci atau al-Qur’an itu sendiri atau surah al-Fatihah.2 Akan dikaji lebih dalam pada pembahasan tentang “Al-Qur’an dan al-Fatihah bukti Rahmat Allah” Allah berfirman:
āωÎ) tÏϑÎ=≈©à9$# ߉ƒÌ“tƒ Ÿωuρ tÏΖÏΒ÷σßϑù=Ïj9 ×πuΗ÷qu‘uρ Ö!$x(Ï© uθèδ $tΒ Èβ#uöà)ø9$# zÏΒ ãΑÍi”t∴çΡuρ
∩∇⊄∪ #Y‘$|¡yz Dan Kami turunkan dengan beransur-ansur dari al-Qur’an Ayat-ayat Suci yang menjadi obat penawar dan rahmat bagi 1 Jalal al-Din al-Mahalli dan Jalal al-Din al-Suyuti (1987), Tafsir al-Jalalayn, Kairo: Dar al-Rayan, h. 266. 2 Al-Razi, op.cit., j. 1, h. 117.
29
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
orang-orang yang beriman kepadanya; dan (sebaliknya) alQur’an tidak menambahkan orang-orang yang zalim (disebabkan keingkaran mereka) melainkan kerugian jua. Surah al-Isra’ (17): 82. Keempat, rahmat dalam al-Qur’an dapat diertikan dengan agama Islam. Akan dibahaskan tentang peraturan Islam adalah rahmat pada bab kelima dari penelitian ini. ∩∈∇∪ tβθãèyϑøgs† $£ϑÏiΒ ×öyz uθèδ (#θãmtø(u‹ù=sù y7Ï9≡x‹Î7sù ϵÏFuΗ÷qtÎ/uρ «!$# È≅ôÒx(Î/ ö≅è%
Katakanlah (wahai Muhammad) “Kedatangan al-Qur’an itu adalah semata-mata dengan limpah kurnia Allah dan rahmatNya, maka dengan isi kandungan al-Qur’an itulah hendaknya mereka bersukacita (bukan dengan yang lainnya), karena ia lebih baik dari apa yang mereka himpunkan dari segala benda dan perkara yang tidak kekal)”. Surah Yunus (10): 58. Menurut al-Sabuni, fadilah Allah pada ayat ini artinya al-Qur’an dan rahmat-Nya adalah Islam. Berbagialah dengan keduanya, sebab datang dari Allah. Al-Qur’an dan Islam lebih baik dari apa yang manusia himpunkan dari benda dunia yang tidak kekal.1 Kelima, perkataan rahmat dalam al-Qur’an juga berarti rezeki.2 Akan dikaji lebih jauh dalam asma Allah Razzaq dan konsep Rezeki. Allah berfirman: ∩⊄∇∪ #Y‘θÝ¡øŠ¨Β Zωöθs% öΝçλ°; ≅à)sù $yδθã_ös? y7Îi/¢‘ ÏiΒ 7πuΗ÷qu‘ u!$tóÏGö/$# ãΝåκ÷]tã £|ÊÌ÷èè? $¨ΒÎ)uρ
Jika engkau terpaksa berpaling tidak melayani mereka, karena menunggu rezeki dari Tuhan mu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka kata-kata yang menyenangkan hati. Surah al-Isra’ (17): 28. Keenam, rahmat dalam bentuk yang lebih khusus dan terkait erat dengan rezeki dunia yaitu, hujan,3 siang dan malam.4 Penjelasan tentang perkara ini dapat dilihat pada bab empat. Allah berfirman:
1 Muhammad ‘Ali al-Sabuni (1997), Safwah al-Tafasir, j. 1, Kairo: Dar al-Sabuni, h. 588. 2 Al-Mahalli, op.cit., h. 339. 3 Ibid., h. 438. 4 Lihat Surah al-Qasas (28): 73; Ibid., h. 476.
30
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
[!$tΒ Ï!$yϑ¡¡9$# zÏΒ $uΖø9t“Ρr&uρ 4 ϵÏGyϑômu‘ ô“y‰tƒ š÷t/ #Mô³ç0 yx≈tƒÌh9$# Ÿ≅y™ö‘r& ü“Ï%©!$# uθèδuρ
∩⊆∇∪ #Y‘θßγsÛ Dialah Tuhan yang mengantarkan angin sebagai berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya, dan Kami menurunkan dari langit: air yang bersih suci. Surah al-Furqan (25): 48
Keenam-enam rahmat ini terkait erat dengan kehidupan di dunia dan di akhirat. Yaitu dengan menurunkan (1) nabi, (2) agama Islam yang diredai-Nya, (3) al-Qur’an berupa petunjuk, (4) surga di akhirat, agar muslim dapat menggunakan (5) rezeki/rahmat-Nya di antaranya (6) hujan. Dari keenam-enam makna rahmat ini tercermin jelas rahmat yang disandarkan kepada Allah dalam wujud objek kepada subjek. Contohnya, rahmat surga dan Muhammad bagian dari rahmat Allah.1 Rahmat yang disandarkan kepada Allah bagian kedua adalah disandarkan sifat kepada pemilik sifat (Allah), yaitu rahmat dalam arti kasih dan sayang-Nya. Menurut al-Razi dari aliran Ash’ariyah, berdasarkan Allah S.W.T bersifat al-Rahman dan al-Rahim, ditambah lagi dengan dhu al-Rahmah/Pemilik Rahmat,2 Arham al-Rahimin,3 dan Khair al-Rahimin,4 maka rahmat tidak dimiliki kecuali oleh Allah. Berkat takdir Allah sebagian makhluk memiliki rahmat, itu merupakan rahmat, tapi rahmat Allah itu lebih sempurna dari rahmat makhluk-Nya. Allah adalah rahmat secara mutlak.5 Dia Tuhan Yang Maha Mengasihani dari segala yang lain yang mengasihani.6 Dia sangat mencintai orang-orang yang mengasihani sesama hamba-Nya.7 Ringkasnya, Allah adalah sumber, Pemberi dan Penahan rahmat. .ÏΒ …çµs9 Ÿ≅Å™öãΒ Ÿξsù ô7Å¡ôϑム$tΒuρ ( $yγs9 y7Å¡ôϑãΒ Ÿξsù 7πuΗ÷q§‘ ÏΒ Ä¨$¨Ψ=Ï9 ª!$# ËxtGø(tƒ $¨Β
∩⊄∪ ãΛÅ3ptø:$# Ⓝ͕yèø9$# uθèδuρ 4 Íνω÷èt/
1 Al-Salman, op.cit., h. 129. 2 Lihat Surah al-An‘am (6):133, 147, dan al-Kahfi (18):58. 3 Lihat Surah al-‘Araf (7):151, Yusuf (12):64, 92, al-Anbiya’ (21):83. 4 Lihat Surah al-Mu’minun (23):109, 118. 5 Al-Razi, op.cit., j. 1, h. 166 6 Lihat al-A’raf (7); 151, Yusuf (12): 64 dan 92, al-Anbiya’ (21): 83. 7 Prof. Dr. ‘Umar Sulaiman ‘Abd Allah al-Ashqar (2004), Asma’ Allah al-Husna, Jordan: Dar al-Nafais, h. 39.
31
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Apa jua jenis rahmat yang dibukakan oleh Allah kepada manusia, maka tidak ada sesuatu pun yang dapat menahannya; dan apa jua yang ditahan oleh Allah maka tidak ada sesuatu pun yang dapat melepaskannya sesudah itu. (Ingatlah) Dialah saja yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. Surah Fathir (35): 2.1 Kedua rahmat Allah dalam arti majaz berupa nikmat atau rahmat dalam arti hakiki berupa kasih sayang saling terkait dan ditemukan di dalam al-Qur’an. Contoh rahmat dalam arti majaz yaitu, Allah yang memberi rahmat dalam arti majaz berupa rezeki kehidupan manusia masing-masing, Dia telah menetapkan dan mentakdirkannya, dan tidak membuat setiap orang mendapatkan rezeki yang sama dengan orang lain. Tetapi sebagian mendapatkan rezeki lebih dari yang lain. Di antara mereka ada yang kuat, lemah, kaya, miskin, majikan pelayan, agar sebagian dapat menggunakan sebagian yang lain dalam memenuhi keperluan kehidupannya. Rahmat Allah maksudnya adalah Islam yang menghantar manusia kepada kejayaan lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.2 Allah telah memutuskan bahwa perbendaharaan rahmat itu hanya milik-Nya, bukan milik makhluk. Perbendaharaan rahmat adalah khairat al-dunya/kebaikan dunia semenjak dari zaman Nabi Adam a.s. sehingga hari kiamat. Semua perbendaharaan rahmat itu telah ada pada sisi Allah bi al-fi’il, ia akan terwujud saat diperlukan.3 ∩∪ É>$¨δuθø9$# Í“ƒÍ“yèø9$# y7În/u‘ ÏπuΗ÷qu‘ ßÉ!#t“yz ó/èφy‰ΨÏã ôΘr&
Adakah di sisi mereka perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Maha Kuasa, lagi Yang Maha Melimpah pemberian-Nya? Surah Shad (38): 9.4 Sementara rahmat-Nya dalam makna hakiki yaitu kasih sayangNya maka walaupun al-Qur’an telah menyebutkannya, sebagaimana penulis menyatakan bahwa manusia tidak dapat mengenal hakikat Allah, maka manusia tidak dapat juga mengenal hakikat bagaimana kasih dan sayang-Nya, karena (1) apa yang terbayang oleh manusia tentang Allah maka Dia bukan demikian, 1 Lihat juga Surah al-Ahzab (33): 17, Surah al-Zukhruf (43): 32. 2 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 3, h. 486. 3 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 14, h. 8772. 4 Lihat Surah al-Isra' (17): 100.
32
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
(2) karena kasih sayang sesuatu yang abstrak, yang tidak dapat diuraikan dengan pasti. Walau demikian perkaranya, bukan berarti manusia tidak dapat merasakan kasih dan sayang-Nya, karena kasih sayang Allah meliputi segala sesuatu, dan semuanya terjadi berkat kasih dan sayang-Nya, lebih jauh lagi Dia telah menetapkan kepada diri-Nya kasih dan sayang, sehingga manusia sangat memerlukan kasih dan sayang-Nya. Selain di dalam al-Qur’an di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ditemukan juga perkataan rahmat dan kasih, sebagaimana sebelumnya telah ditemukan di dalamnya perkataan “Allah” dan “Tuhan”. Contohnya, “Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala,”1 atau “rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.”2 Ini mengisyaratkan adanya kesamaan pesan rahmat Allah antara al-Qur’an, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Namun penelitian ini lebih jauh akan memaparkan perbedaan antara alQur’an dan Alkitab. Tepatnya perbedaan sudut pandang antara alQur’an dan Alkitab dalam memahami rahmat Allah itu sendiri, dan rahmat-Nya kepada nabi, Alkitab serta pada peraturan Tuhan. 2.2.3. Al-Rahmân/Maha Pemurah Perkataan al-Rahman dalam al-Qur’an berjumlah lima puluh tujuh (57) ayat.3 Rahman menurut ahli bahasa artinya Zat yang memiliki rahmat yang tiada tara. Al-Rahman bermakna al-Mazih li al’Ilal/menghilangkan hujjah saat Allah berkeinginan jin dan manusia 1 Dalam Perjanjian Lama, perkataan rahmat terdapat dalam 13 ayat. Alkitab, Perjanjian Lama, Mazmur 25:6, op.cit., h. 593. Tuhan adalah Pengasih disebutkan sebanyak 15 ayat. Keluaran 22:17; 34:6: Tawarikh II 30:9; Nehemia 9:17; 9:31; Mazmur 37:21; 86:15; 103:8; 111:4; 112:4; 116:5; 145:8; Yoel 2: 13; Yunus 4:2; Zakaria 12:10. Dalam Perjanjian Lama juga dipakai istilah rahim/janin ibu. Ditemukan sebanyak 12 ayat. Di antaranya Alkitab, Perjanjian Lama, Kejadian 25:22, op.cit., h. 25. 2 Alkitab, Perjanjian Baru, Lukas 1:50, op.cit., h. 68. Perkataan rahmat di dalam Perjanjian Baru terdapat sebanyak 21 ayat. Alkitab Elektronik 2.0.0; Ibn Manzur, op.cit., j. 5, h. 172. 3 Al-Fatihah (1):1,3, al-Baqarah (2):163, al-Ra‘ad (13):30, al-Isra’ (17):110, Maryam (19):18, 26, 44, 45, 58, 61, 69, 75, 78, 85, 87, 88, 91, 92, 93, 96, Thaha (20):5, 90, 108, 109, al-Anbiya (21):26, 36, 42, 112, al-Furqan (25):26, 59, 60, 60, 63, al-Shu‘ara (26):5, al-Naml (27):30, Yasin (36):11, 15, 23, 52, Fusilat (41):2, al-Zukhruf (43):17, 19, 20, 33, 36, 45, 81, Qaf (50):33, al-Rahman (55):1, al-Hashr (59):22, al-Mulk (67):3, 19, 20, 29, al-Naba’ (78):37, 38.
33
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
harus menyembah-Nya. Maknanya, ketika Dia berkehendak memerintahkan barang siapa saja untuk menyembah-Nya, maka Dia memperkenalkan cara-cara beribadah yang benar, Dia menciptakan untuk mereka pengetahuan dan perasaan, kekuatan dan anggota tubuh, Dia memberi kabar gembira dan duka, Dia memberi kesempatan, hingga tiada hujjah bagi orang yang berlaku maksiat.1 Rahman bermakna Allah Maha Pemurah, yaitu memberi bermacammacam nikmat dan rezeki kepada semua makhluk di alam dunia ini secara umum, sama ada orang yang beriman atau kafir.2 Menurut penulis definisi di atas kurang tepat, menurut alQur’an berasaskan perkataan Rahman yang ditemukan terutama pada surah Maryam.3 Rahman adalah sifat kasih sayang Allah dengan unsur dominan ketauhidan yang dilakukan karena Dia Pencipta dan Penguasa alam semesta, Pelindung, Penolong dan Maha Mengetahui. Sebagaimana lafaz “Allah” pada bab 2.2.1. dalam penelitian ini, pada lafaz Rahman pun timbul pertanyaan yang sama, apakah lafaz Rahman kata terbitan atau tidak? Al-Anbari berpendapat, tidak. Ia adalah nama khusus bagi Allah. Kalau ia berasal dari perkataan rahmat, ia akan memiliki sifat al-Marhum/yang dikasihani. Kedua, menurut al-Tabari, Rahman berasal dari perkataan rahmat. Dia mabni dalam bentuk mubalaghah. Maknanya dhu rahmah/pemilik rahmat yang tiada banding. Dia tidak terdapat dalam bentuk muthanna dan jama’, sebagaimana rahim yang ditathniyah dan jama’.4 Alasannya hadis Qudsi: “Ana Rahman.” yang telah dikutip di dalam penelitian ini.5 Al-Rahman berasal dari bahasa Arab atau bukan? Al-Anbari pendapat bahwa ia bukan berasal dari bahasa Arab, tapi berasal dari bahasa Ibrani.6 Al-Tabari berpendapat bahwa Rahman berasal dari bahasa Arab dan kata terbitan darinya. Alasan yang mengatakan 1 Abu Bakr bin al-Husain bin Ali al-Baihaqi (2002), al-Asma’ wa al-Sifat, Kairo: Dar alHadith, h. 64. 2 Said Haji Ibrahim, op.cit., h. 26. 3 Fayd Allah, op.cit., h. 131-132. 4 Al-Tabari (t.t), op.cit., j. 1, h. 126. Abu ‘Abd Allah Muhammad ibn Ahmad al-Ansari alQurtubi (1966), al-Jami‘ li Ahkam al-Qur’an, j. 1, Kairo: Muassasah al-Risalah, h. 159160. 5 Abu Dawud, no. 1694, h. 1349. Lihat ‘Makna dan Konsep Rahmat”. 6 Abu ‘Abd. Allah, Muhammad ibn Ahmad al-Ansari al-Qurtubi, (1995), al-Asna di Sharh Asma Allah al-Husna, Tanta: Dar al-Sahabah, h. 64. Lihat Perjanjian Lama yang menggunakan istilah rahmat pada penjelasan makna rahmat sebelum ini dan rahim pada penjelasan setelah ini.
34
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
berasal dari bahasa Ibrani karena bangsa Arab mengingkarinya. Tapi pernyataan ini dijawab bahwa mereka mengingkari nama Tuhan sebagai Rahman bukan karena tidak mengetahui, tetapi tidak mau mengakui nama Tuhan itu Rahman/Maha Pemurah.1 Al-Qurtubi dan al-Razi berpendapat bahwa al-Rahman nama khusus bagi Allah tidak bagi yang lain.2 Al-Rahman nama yang layak untuk disembah. Sementara al-Rahim disebutkan untuk Allah dan selain-Nya.3 Contohnya, Nabi Muhammad s.a.w. disifatkan dengan rahim/mengasihani,4 dan manusia disifatkan dengan sami’/melihat dan dan basir/mendengar.5 Jadi, dari nama-nama Allah ada yang boleh dinamakan kepada selain zat-Nya, dan ada juga yang tidak dinamakan selain kepada-Nya, seperti Allah dan Rahman.6 Di antara sifat yang menyebabkan Tuhan itu Rahman ialah: Pertama, Dia itu Wahid yang tidak ada sekutu pada zat dan sifatNya.7 Tauhid ini bukti rahmat paling maksimal dalam Asma-Nya. Ini akan dibahaskan dengan panjang lebar di penghujung pengkajian ini. Ringkasnya, rahmat Tuhan terlihat jelas dalam tauhid-Nya. ∩⊇∉⊂∪ ÞΟŠÏm§9$# ß≈yϑôm§9$# uθèδ āωÎ) tµ≈s9Î) Hω ( Ó‰Ïn≡uρ ×µ≈s9Î) ö/ä3ßγ≈s9Î)uρ Tuhan kamu ialah Tuhan yang Maha Esa; tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain dari Allah, yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Baqarah (2): 163 Ketika kaum kafir meminta sifat Tuhan Muhammad, maka dia pun menyebutkan ayat di atas. Ketika mereka meminta bukti dan kasih-Nya turunlah ayat berikutnya, yang menyatakan tentang rezeki-Nya.8 Kedua, Pencipta dan penguasa langit dan bumi. Allah berfirman:
1 Al-Tabari, op.cit., j. 1, h. 126. al-Hafidz ‘Imad al-Din Abu al-Fida’ Isma‘il Ibn Kathir (t.t), Tafsir al-Quran al-‘Azim, j. 1, Kairo: Dar al-Turath, h. 20. 2 Lihat Surah al-Isra’ (17): 110. 3 Al-Qurtubi, op.cit., j. 1, h. 163; al-Razi, op.cit., j. 1, h. 234. 4 Lihat Surah al-Taubah (9): 128. 5 Lihat Surah al-Insan (76): 2. 6 Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 21. 7 Al-Mahalli, op.cit, h. 29. 8 Lihat Surah al-Baqarah (2) 164, al-Mahalli, op.cit., h. 29.
35
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
4 ĸöyèø9$# ’n?tã 3“uθtGó™$# ¢ΟèO 5Θ$−ƒr& Ïπ−GÅ™ ’Îû $yϑßγuΖ÷t/ $tΒuρ uÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# t,n=y{ “Ï%©!$#
∩∈∪ #ZÎ6yz ϵÎ/ ö≅t↔ó¡sù ß≈yϑôm§9$# Tuhan yang menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya, dalam enam masa, kemudian Ia bersemayam di atas Arasy, Ialah Rahman (Tuhan Yang Maha Pemurah); maka bertanyalah akan hal itu kepada Yang Mengetahuinya. Surah al-Furqan (25): 59.1
Al-Rahman yang bersemayam di atas Arasy yang dengan kasih dan limpahan rahmat-Nya Dia menciptakan, dan dari-Nya segala sesuatu dimulai, dan kepada-Nya segala sesuatu kembali.2 Disebutkan Rahman bukan Rahim mengisyaratkan bahwa Rahman lebih umum dan luas jangkauannya dari Rahim. Rahman berlaku umum bagi semua makhluk, sementara Rahim khusus bagi mukmin saja.3 Lihat lebih lanjut pembahasan “Rahmat dalam surah alFatihah”. Ketiga, Pelindung siang dan malam. Tanyakan siapa yang menjaga dari Rahman atau dari azab Rahman bila ingin menurunkan azab.4 Tuhan yang Rahman itu menurunkan azab, artinya selamat dari azab itu bagian dari rahmat. ΟÎγÎn/u‘ Ìò2ÏŒ tã öΝèδ ö≅t/ 3 Ç≈uΗ÷q§9$# zÏΒ Í‘$yγ¨Ψ9$#uρ È≅øŠ©9$$Î/ Νà2àσn=õ3tƒ tΒ ö≅è%
∩⊆⊄∪ šχθàÊÌ÷è•Β Katakanlah (wahai Muhammad): “Siapakah yang dapat menjaga keselamatan kamu pada malam dan siang dari azab Tuhan yang bersifat Maha Kasih?” (Mereka tidak memikirkan yang demikian) bahkan mereka tetap berpaling ingkar dari pengajaran Tuhan mereka. Surah al-Anbiya’ (21): 42.
Keempat, Penolong. Hanya kepada Allah muslim meminta tolong. Itulah ikrar yang diucapkan dalam al-Fatihah. Pertolongan yang dipanjat hanya kepada Tuhan rahmat ini penting, karena 1 Lihat Surah al-Naba' (78): 37. 2 Al-‘Allamah al-Sayid Muhammad Husain al-Tabatabai (t.t.), al-Mizan fi Tafsir alQur’an, j. 15, Bairut: Maktabah al-Tijariyah, h. 233. 3 Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 21. 4 Al-Tabatabai, op.cit., j. 14, h. 290.
36
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
manusia selalu berubah, maka pintalah kepada Tuhan yang tidak pernah berubah.1 Nabi Muhammad berserah diri kepada Allah karena Dia Tuhannya dan Tuhan kaum musyrikin. Dia akan menetapkan hukum di antara makhluk-Nya. Dia Rahman yang tidak akan mensia-siakan setiap orang yang memohon kepada-Nya.2 Allah berfirman: ∩⊇⊇⊄∪ tβθà(ÅÁs? $tΒ 4’n?tã ãβ$yètGó¡ßϑø9$# ß≈oΗ÷q§9$# $uΖš/u‘uρ 3 Èd,ptø:$$Î/ /ä3÷n$# Éb>u‘ Ÿ≅≈s%
(Nabi Muhammad merayu dengan) berkata: “Wahai Tuhanku, hukumkanlah (di antara kami dengan mereka) dengan yang benar; dan Tuhan kami ialah Yang Melimpah-limpah rahmatNya yang dipohonkan pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu sifatkan itu”. Surah al-Anbiya’ (21): 112. Nabi Muhammad s.a.w. diminta Allah untuk berkata di hadapan kaum kafir: “Ya Allah, hukumlah di antara kami dengan orang-orang yang mendustakan-Mu dengan siksa atau kemenangan.” Terbukti, mereka akhirnya diazab dengan kekalahan di perang Badar, Uhud, Hunayn, Ahzab dan Khandaq. Tuhan kami yang Rahman Maha Penolong terhadap apa yang kalian sifatkan, Dia membantah tuduhan terhadap zat-Nya sebagai Tuhan yang memiliki anak, terhadap Nabi Muhammad s.a.w. sebagai sihir dan terhadap al-Qur’an sebagai syair pujangga.3 Kelima, Dia Maha Mengetahui. Rahman terlihat jelas dengan pengetahuan-Nya yang mencakup semua yang ada. Dia mengasihani manusia semua karena Dia mengetahui manusia semua. Allah berfirman: ∩⊄⊄∪ ÞΟŠÏm§9$# ß≈oΗ÷q§9$# uθèδ ( Íοy‰≈y㤱9$#uρ É=ø‹tóø9$# ÞΟÎ=≈tã ( uθèδ āωÎ) tµ≈s9Î) Iω “Ï%©!$# ª!$# uθèδ
Dialah Allah, yang tidak ada Tuhan melainkan Dia; Yang Mengetahui perkara yang ghaib dan yang nyata; Dialah Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Hashr (59): 22.4
1 Lihat Surah al-Furqan (25): 58. 2 Al-Tabatabai, op.cit., j. 14. h. 333. 3 Al-Mahalli, op.cit., h. 398. 4 Lihat juga Surah Maryam (19): 78.
37
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Dia Maha Mengetahui perkara yang ghaib ataupun yang nyata. Tidak ada yang tersembunyi dari-Nya di bumi dan di langit, mulia dan hina, besar dan kecil, hingga atom di dalam kegelapan. Dia memiliki rahmat yang luas untuk semua manusia. Dia Rahman di dunia dan di akhirat, Dia Rahim pada keduanya.1 Keenam, Rahman yang Maha Pencipta/ijad dan mengatur/tadbir bersemayam di Arasy. Al-Rahman mengatur segala sesuatu dengan keinginan-Nya.2 ∩∈∪ 3“uθtGó™$# ĸöyèø9$# ’n?tã ß≈oΗ÷q§9$#
Yaitu (Allah) Rahman, yang bersemayam di atas Arasy. Surah Thaha (20): 5. Bersemayam/istiwa’ adalah kinayah dalam perkara menguruskan semua urusan dan keluasan cakupan kepemilikanNya.3 Menurut alAsh’ari istawa sesuai dengan apa yang diucapkan Allah di dalam alQur’an tanpa mumarasah, istiqrar, tamakkun, hulul dan intiqal, Dia tidak dibawa oleh Arasy, tapi Arasy dan para pembawanya dibawa berdasarkan kuasa-Nya. Dia di atas Arasy, dan di atas segala sesuatu, walaupun Dia tinggi, Dia tetap saja dekat dengan hambaNya.4 Muktazilah dan Jahmiyah berpendapat bahwa makna istawa adalah menguasai dan memiliki serta meliputi. Menurut pendapat ini Allah berada di setiap tempat.5 Aliran pemikiran dalam Islam berbeda dalam memahami makna istawa, perkara ini berasaskan kepada pemahaman “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia”,6 yang menjadi asas dalam kajian ini, karena Arasy Allah meliputi makhluk-Nya, maka rahmat-Nya pun meliputi makhlukNya.7 Ketujuh, al-Rahman ini sangat akrab dengan salat atau doa. Memohon kepada Allah atau kepada Rahman sama saja. Kedua nama ini menunjukkan satu Zat.8
1 Ibn Kahtir, op.cit., j. 4, h. 343. 2 Al-Tabatabai, op.cit., j. 14, h. 121. 3 Ibid., j. 14, h. 121. 4 Abu al-Hasan ‘Ali bin Ismail al- Ash‘ari (1397), al-Ibanah ‘an Usul al-Diyanah, Kairo: Dar al-Ansar, h. 22. Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 142. 5 Al-Ash‘ari (1397), op.cit., h. 108. 6 Lihat Surah al-Shura (42): 11 yang telah dikutip pada “ Allah S.W.T. dan Asma-Nya.” 7 Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 21. Al-Qahtani, op.cit., h. 44. 8 Al-Tabatabai, op.cit., j. 13, h. 223.
38
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
öyγøgrB Ÿωuρ 4 4o_ó¡çtø:$# â!$yϑó™F{$# ã&s#sù (#θããô‰s? $¨Β $wƒr& ( z≈uΗ÷q§9$# (#θãã÷Š$# Íρr& ©!$# (#θãã÷Š$# È≅è%
∩⊇⊇⊃∪ Wξ‹Î6y™ y7Ï9≡sŒ t÷t/ ÆGtFö/$#uρ $pκÍ5 ôMÏù$sƒéB Ÿωuρ y7Ï?Ÿξ|ÁÎ/ Katakanlah (wahai Muhammad): “Serulah nama “Allah” atau nama “Rahman”, yang mana saja kamu serukan (dari keduadua nama itu adalah baik belaka); karena Allah mempunyai banyak nama-nama yang baik serta mulia”. Dan janganlah engkau nyaringkan bacaan doa atau salatmu, juga janganlah engkau perlahankannya, dan gunakanlah saja satu cara yang sederhana antara itu. Surah al-Isra’ (17): 110.
Dapat juga diertikan dengan katakan kepada kaum musyrik yang mengingkari sifat Rahman kepada Allah dan melarang menamakan Allah dengan Rahman bahwa tidak ada perbedaan dalam berdoa dengan nama Allah atau dengan nama Rahman, karena Dia memiliki nama-nama yang terbaik.1 Demikianlah alQur’an menerangkan dalil mengapa Allah disebut dengan Rahman, yang bila disimpulkan Dia Rahman karena (1) Dia Esa, (2) Pencipta, (3) Pelindung, (4) Penolong, (5) Maha Mengetahui, (6) Bersemayam dan (7) Pengkabul doa. Dalam Alkitab ditemukan konsep kasih dan rahmat sebagaimana di dalam al-Qur’an. “Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal.”2 Bedanya, dalam al-Qur’an Rahman sangat terkait erat dengan tauhid. Tauhid ini merupakan konsep Rahmat Allah Ini berbeda dengan doktrin “Tri tunggal dan Esa” dalam pentafsiran Kristian terhadap Alkitab. Di dalam Perjanjian Lama ajaran monoteisme atau tauhid merupakan ajaran utama, “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.”3 Sementara Nabi Isa menegaskan bahwa dia datang tidak menghapuskan Perjanjian Lama tapi datang untuk melengkapinya dengan
1 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 68. 2 Alkitab, Perjanjian Baru, Yudas 1:21, op.cit., h. 292. 3 Alkitab, Perjanjian Lama, Ulangan 6: 4-5, op.cit., h. 200 , lihat juga Keluaran 20: 22-4, Ulangan 5: 6-9.
39
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Perjanjian Baru.1 Bila dalam Perjanjian Lama tauhid dan tanzih merupakan ajaran utama, maka dalam Perjanjian Baru pun ditemukan pernyataan Allah itu satu. “Jawab Yesus: ‘Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.”2 Pada Alkitab tidak ditemukan perkataan “Tri tunggal atau Tiga Tuhan” dengan tegas, yang ada hanyalah pentafsiran pendeta terhadap Alkitab, setelah Konsili Nicea dan didefinisikan lebih lengkap dalam Kredo Athanasia.3 Tri tunggal ini adalah doktrin dasar agama Kristian mengenai tiga peribadi asas Tuhan. Peribadi tersebut adalah Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Tuhan Roh Kudus..4 Sebagian dari pemeluk Kristian ada yang menolak doktrin Tri tunggal, atau sekedar menganggapnya suatu hal yang tidak begitu penting. Seseorang atau satu komuniti yang berada pada posisi ini tidak menyebut diri mereka sebagai “Anti Tri tunggal”, namun bervariasi sesuai alasan mereka menolak Tri tunggal dan sesuai bagaimana mereka menguraikan Tuhan..5 Bila al-Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa rahmat Allah terfokus pada tauhid, maka ditemukan aliran pemikiran dalam Islam berbeda pendapat dalam memahami ranting permasalahan dari tauhid itu. Menurut Ahli Sunnah dan penganut al-Sifatiyah bahwa Allah itu Esa dalam zat-Nya dan tidak ada bagian darinya, Esa dalam sifat-Nya yang azali dan tidak ada yang dapat menandinginya, Esa dalam perbuatan-Nya dan tidak ada yang bersekutu di dalamnya. Menurut Muktazilah bahwa Allah itu Esa dalam zat, Dia tidak ada bagian dan tidak ada sifat bagi-Nya. Dia Esa dalam perbuatan-perbuatan-Nya tidak ada sekutu di dalamnya. 1 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Alkitab, Perjanjian Baru, Matius 5:17, op.cit., h. 4. 2 Alkitab, Perjanjian Baru, Markus 12:29, op.cit., h. 59, Yohanes 17:3-4, op.cit., h. 135. Lihat juga Yohanes 16:1-5, Matius 4:1-10; 10: 40-42, 3 Kredo yang memakai namanya berbunyi: “Kami menyembah satu Allah dalam Tri tunggal... sang Bapa adalah Allah, sang Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah; namun mereka bukan tiga allah, tetapi satu Allah.” Lihat Shaikh Muhammad Abu Zahrah (1987), Muhadarat fi al-Nashraniyah, Kairo: Dar al-Fikr al-‘Arabi, h. 125-140 4 Dr. Muhammad Ahmad Hijazi al-Saqa (1988), al-Munazarah al-Hadithah fi ‘Ilm Muqaranah al-Adyan: Bayna al-Shaykh Didat wa al-Qis Suagarat, Kairo: Maktabah Zahran, h. 192-198. 5 Abu Zahrah op.cit., h. 193-194.
40
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Tidak ada yang qadim selain zat-Nya, tidak ada pembagian dalam perbuatan-perbuatan-Nya. Mustahil dalam diri-Nya terdapat dua qadim, berkuasa di antara dua kekuasaan.1 Artinya, Ahli Sunnah berpendapat tauhid adalah keesaan dalam zat, sifat dan perbuatanNya, sementara Muktazilah berpendapat tauhid adalah tidak ada yang qadim selain dari zat-Nya. Walaupun aliran pemikiran Islam berbeda pendapat tentang farak dari pemahaman tauhid, namun mereka sepakat bahwa Allah itu Esa. Ini berdasarkan pada ditemukannya di dalam sumber pemikiran Islam (al-Qur’an) tentang ketegasan tauhid itu, bahkan ditemukan juga bahwa di dalam tauhid ditemukan rahmat-Nya. Berikut ini keterangannya. Merupakan rahmat Tuhan yang pertama bahwa semua makhluk -semulia apa pun dia- tetaplah hamba Rahman, bukan anak Tuhan. Allah berfirman: ∩⊂∪ #Y‰ö7tã Ç≈uΗ÷q§9$# ’ÎA#u HωÎ) ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ’Îû tΒ ‘≅à2 βÎ)
Tidak ada sesiapapun di langit dan di bumi melainkan ia akan datang kepada (Allah) Rahman sebagai hamba. Surah Maryam (19): 93. Tidak layak bagi Tuhan untuk mempunyai anak, berdasarkan keagungan-Nya, karena tidak ada yang sederajat dengan-Nya dari makhluk-makhluk-Nya. Karena semua makhluk adalah hamba bagi-Nya.2 Lebih jauh ditemukan di dalam al-Qur’an tuduhan-tuduhan yang terkait dengan rahmat dan tauhid. Pertama, tuduhan Rahman punya anak. Dalam surah Maryam ditegaskan bahwa Nabi Isa adalah hamba Allah dia dilahirkan oleh Maryam tanpa ayah. Ayat di bawah ini mengingkari tuduhan yang menyatakan Allah memiliki anak. Dia Maha Suci dari itu tuduhan itu.3 Ini adalah dusta yang paling menyakitkan, bagaimana anak dari jenis manusia seperti Isa yang makan, minum dan buang hajat dapat dikatakan anak Tuhan?4 Allah berfirman:
1 Muhammad bin ‘Abd al-Karim bin Abu Bakr Ahmad al-Shahrastani (1986), al-Milal wa al-Nihal, j. 1, Bairut: Dar al-Jail, h. 42. 2 Ibn Kathir, op.cit., j. 3. h. 139. 3 Ibid., j. 3. h. 138. 4 Shaikh Muhammad al-Ghazali (1989), ‘Aqidah al-Muslim, c. 2. Kairo: Dar al-Da‘wah, h. 60.
41
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
∩∇∇∪ #V$s!uρ ß≈oΗ÷q§9$# x‹sƒªB$# (#θä9$s%uρ Dan mereka yang kafir berkata: “(Allah) Rahman, mempunyai anak.” Surah Maryam (19): 88.1 Di dalam Alkitab dituliskan prinsip tajassud atau menubuhkan Tuhan atau tuhan berbentuk manusia dalam wujud anak, seperti pernyataan Yesus anak Tuhan. Sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.” 2 “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.” atau “Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.”3 Sementara Perjanjian Lama4 dan Perjanjian Baru menegaskan bahwa Allah itu berbeda dari segala zat, sifat dan amal manusia, Dia tidak dapat dilihat manusia.5 Bahkan Yohenes menafsirkan anakanak Allah dengan pentafsiran “orang-orang yang beriman kepadaNya.”6 Dalam aliran pemikiran Islam ditemukan dua pendapat tentang tajasud ini. (1) Tuhan itu tajassud, (2) Tuhan itu tanzih. Pendapat pertama dianuti oleh aliran Mushabbihah atau Mujassimah. Artinya kaum yang menyerupakan Tuhan dengan makhluk-Nya atau menubuhkan Tuhan, karena Tuhan terdiri dari jasad cahaya,7 wajah,8 tangan,1 duduk di atas Arasy.2 1 Lihat juga Surah al-Anbiya’ (21): 26. 2 Alkitab, Perjanjian Baru, Timotius I 3:16, op.cit., h. 252. 3 Matius 14:33, ibid., h. 19. Kisah Para Rasul 8:37, ibid., h. 153. 4 Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku. Alkitab, Perjanjian Lama, Yesaya, 46: 9, op.cit., h. 783. Lihat juga Ulangan 4: 12 dan 33: 26. 5 Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. Alkitab, Perjanjian Baru, Yohanes 1: 18, op.cit., h. 110 6 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, iaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. Alkitab, Perjanjian Baru, Yohanes 1: 12, op.cit., h. 110. 7 Lihat Surah al-Nur (24): 35. 8 Lihat Surah al-Rahman (55): 27.
42
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Pendapat ini bersumber kepada ditemukan ayat-ayat yang menyebutkan adanya anggota tubuh bagi Allah Pendapat ini di antaranya dianuti oleh Syiah Ghaliyah.3 Pendapat kedua terbagi kepada dua. (1) Aliran Muktazilah yang menyatakan semua ayat tashbih ditakwilkan.4 (2) Aliran yang mengingkari tashbih tapi menolak untuk ditakwilkan. Menurut minhaj Salaf, Allah itu jism/tubuh tapi tidak seperti ajsam/tubuh-tubuh manusia.5 Ash’ari berpendapat yad la ka al-yad dalam arti bukan anggota tubuh, bukan kuasa dan bukan nikmat. Ia di luar dari ketiga makna itu.6 Penulis tidak sependapat dengan Mujassimah, karena bertentangan dengan ayat al-Qur’an yang menyatakan Allah tidak ada yang menyerupai Dia dengan sesuatu pun. Penulis mendukung pendapat Tuhan itu tanzih. Walau kemudian Pemikiran Islam berbeda pentafsiran dari memahami ayat tashbih dan tanzih tersebut. Namun satu yang pasti dari sumber pemikiran Islam adalah bahwa Allah itu Ahad. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.7 Ahad berbeda artinya dengan wahid. Ahad artinya adalah Esa dan tidak terdiri dari bagian tubuh, wahid artinya tidak dua dan tiga. Yang bersifat Ahad hanya Allah. 8 Wahid dan Ahad ini merupakan konsep rahmat Allah dalam alQur’an yang asas yang membedakan dengan konsep kasih dalam Alkitab. Artinya, di samping Allah itu Wahid tidak tiga, Dia juga Ahad tidak menyerupai makhluk. Tuduhan kedua yang tidak kalah dengan yang pertama ialah tuduhan malaikat merupakan anak perempuan dari Rahman. Rahman tidak memerlukan anak. Sebab anak bukti ketergantungan. Manusia memerlukan anak sebagai penerus bagi dirinya. Manusia akan mati, tapi Allah tidak mati, Dia kekal dan abadi.9
1 Lihat Surah al-Fath (48): 10. 2 Lihat Surah al-Taha (20): 5. 3 Al-Shahrastani, op.cit., j. 1, h. 105. 4 Ibid., h. 45. 5 Ibid., h. 105. 6 Al-Ash‘ari (1397H), op.cit., h. 134. 7 Lihat surah al-Ikhlas (112): 1, 3-4. 8 Al-Razi, op.cit., j. 32, h. 178, al-Sha‘rawi, tafsir, op.cit., j. 1, h. 363. 9 Muhammad al-Ghazali (1989), op.cit., h. 60.
43
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Ü=tGõ3çGy™ 4 öΝßγs)ù=yz (#ρ߉Îγx©r& 4 $W≈tΡÎ) Ç≈uΗ÷q§9$# ߉≈t6Ïã öΝèδ tÏ%©!$# sπs3Í×‾≈n=yϑø9$# (#θè=yèy_uρ
∩⊇∪ tβθè=t↔ó¡ç„uρ öΝåκèEy‰≈yγx© Mereka pula menyifatkan malaikat -yang juga menjadi hambahamba Rahman- jenis perempuan. Adakah mereka menyaksikan kejadian malaikat itu? Akan dituliskan kata-kata mereka (yang dusta itu), dan mereka akan ditanya kelak (serta akan menerima balasannya). Surah al-Zukhruf (43): 19.
Pada ayat ini, terdapat empat kesalahan kaum musyrikin. (1) Mereka menjadikan Allah memiliki anak. (2) Tuduhan bahwa Dia lebih senang dengan anak perempuan. (3) Mereka menjadikan malaikat bagaikan anak perempuan-Nya. (4) Mereka menyembah malaikat tanpa hujjah dan izin dari-Nya.1 Kedua, menduakan Rahman akan menyusahkan manusia, karena setiap Tuhan memiliki keinginan berbeda. Allah berfirman: Ÿωuρ $\↔ø‹x© öΝßγçFyè≈x(x© Íh_tã Çøóè? āω 9hÛØÎ/ ß≈oΗ÷q§9$# Èβ÷ŠÌムβÎ) ºπyγÏ9#u ÿϵÏΡρߊ ÏΒ ä‹ÏƒªBr&u
È ρä‹É)Ζムβ Patutkah aku menyembah beberapa tuhan yang lain dari Allah? (Sudah tentu tidak patut, karena) jika Allah yang Maha Pemurah hendak menimpakan daku dengan sesuatu bahaya, mereka tidak dapat memberikan sebarang syafaat kepadaku, dan mereka juga tidak dapat menyelamatkan daku. Surah Ya Sin (36): 23.
Bagaimana mungkin manusia menjadikan selain Allah sebagai tuhan yang tidak dapat mendengar, memberi manfaat dan membantu hamba-Nya. Tentu ini tuhan yang sangat hina, di mana jikalau Dia berkehendak memudaratkan manusia maka tuhan-tuhan itu tidak dapat menyelamatkan dari azab-Nya. Bagaimana tidak, dia batu yang tidak mendengar, tidak memberi manfaat dan tidak pula dapat memberi syafaat, serta tidak pula dapat menyelamatkan.2 Dari kedua perkara di atas (1) semua makhluk adalah hamba bukan anak Tuhan [1], Isa bukan anak Tuhan, [2] malaikat pula bukan anak perempuan Tuhan, (2) menduakan Rahman akan 1 Ibn Kathir, op.cit., j. 4, h. 125. 2 Al-Sabuni, op.cit., j. 3, h. 10.
44
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
menyusahkan manusia, maka Pemikiran Islam yang bersumber kepada al-Qur’an sepakat bahwa sebagai Tuhan yang bersifat Rahman, Allah itu tidak memiliki anak dan tidak menyerupai makhluk, ini perbedaan yang mendasar antara rahmat Allah dalam al-Qur’an sesuai dengan pemikiran Islam dengan rahmat Tuhan dalam Alkitab menurut pemikiran Umat Kristian, yang mengakui Yesus anak Tuhan dan Dia menyerupai makhluk. Al-Ghazali menerangkan makna menyebar rahmat antara sesama manusia dengan mengasihani hamba-Nya yang lupa dengan cara menasihati mereka dengan cara santun tanpa kekerasan, melihat penjahat dengan mata rahmat, bukan mata benci, melihat setiap maksiat yang berlaku di alam ini bagaikan maksiat yang menimpa dirinya, maka dia berusaha menghilangkannya, sematamata karena rahmat kepada penjahat dan takut bila dia mendapat murka Tuhan.1 2.2.4. Al-Rahîm/Maha Mengasihani Al-Rahim bermakna Allah Maha Mengasihani, yaitu mengampuni dosa-dosa, khusus kepada orang-orang yang beriman saja di negeri akhirat kelak, dan memberi nikmat surga dan apa yang ada di dalam surga itu hanya kepada orang-orang yang beriman,2 atau Zat yang memberi pahala atas setiap amal, Dia tidak menghilangkan setiap orang yang berbuat pahala amalannya. Dia tidak membuang percuma dari setiap orang yang berusaha usahanya, Dia memberikan pahala berlipat ganda berkat rahmat dan fadilah-Nya.3 Perkataan al-Rahim dalam al-Qur’an terdapat pada seratus lima belas (115) kali.4 Di dalam al-Qur’an Rahim digandingkan dengan 1 Al-Ghazali (1985), op.cit., h. 62. 2 Said Haji Ibrahim, op.cit., h. 26. 3 Al-Baihaqi, op.cit., h. 65. 4 Al-Fatihah (1):1,3, al-Baqarah (2):37, 54, 128, 143, 160, 163, 173, 182, 192, 199, 218, 226, Ali Imran (3):31, 89, 129, al-Nisa (4):16, 23, 25, 29, 64 , 96, 100, 106, 110, 129, 152, al-Maidah (5):3, 34, 39, 74, 98, al-An‘am (6):54, 145, 165, al-‘Araf (7):153, 167, alAnfal (8):69, 70, al-Tawbah (9):5, 27, 91, 99, 102, 104, 117, 118, 128, Yunus (10):107, Hud (11):41, 90, Yusuf (12):53, 98, Ibrahim (14):36, al-Hijr (15):49, al-Nahl (16):7, 18, 47, 110, 115, 119, al-Isra (17):66, al-Hajj (22):65, al-Nur (24):5, 20, 22, 33, 62, al-Furqan (25):6, 70, al-Shua‘ra’ (26):9, 68, 104, 122, 140, 159, 175, 191, 217, al-Naml (27):11, 30, al-Qasas (28):16, al-Rum (30):5, al-Sajdah (32):6, al-Ahzab (33):5, 24, 43, 50, 59, 73,
45
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
bikum atau bi al-mu’minin tiga (3), dengan Rahman enam (6) kali, alRauf sepuluh (10) kali, al-’Aziz empat belas (14) kali, dan al-Ghafur tujuh puluh (70) serta al-Tawwab sembilan (9) kali. Sementara digandingkan dengan al-Rabb, al-Bar dan al-Wadud, masing-masing satu kali.1 Bila dilihat dari gandingan yang sembilan ini (1) bikum atau bi almu’minin (2) Rahman, (3) al-Rauf, (4) al-’Aziz, (5) al-Ghafur, (6) alTawwab,. (7) al-Rabb, (8) al-Bar (9) al-Wadud, maka penulis dapat menyimpulkannya pada empat kategori utama. Rahim terkait erat (1) dengan kasih sayang Allah, yang tercermin pada: Rahman, alRauf, dan al-Wadud, serta Rabb, (2) dengan Maha Perkasa, yang terlihat pada al-’Aziz, (3) dengan pengampunan, terlihat pada alGhafur dan al-Tawwab, (4) dengan seluruh manusia, terutama mukminin. Rahim terkait erat dengan kasih sayang Allah, yang tercermin pada: Rahman, al-Rauf, dan al-Wadud, serta Rabb, telah dikaji pada makna rahmat, dan perbedaannya dengan Rahman akan dikaji setelah pengkajian ini. Pada pengkajian ini akan dikaji Rahim terkait erat dengan Maha Perkasa, pengampunan, dan dengan seluruh manusia, terutama mukminin. Jika demikian pernyataan al-Qur’an tentang Rahim, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa definisi Rahim berasaskan alQur’an adalah sifat kasih sayang dengan unsur dominan keampunan yang dilakukan karena Dia Maha Perkasa. Pertama, Rahim diganding dengan al-Aziz terdapat pada empat belas (14) ayat, sebanyak (8) delapan kali disebut sebagai ayat penutup dalam kisah Nabi Musa, Nabi Ibrahim, Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Saleh, Nabi Luth, Nabi Shu’ayb.2 ∩∪ ãΛÏm§9$# Ⓝ͓yèø9$# uθßγs9 y7−/u‘ ¨βÎ)uρ
Sesungguhnya Tuhanmu (Wahai Muhammad) Dia lah saja Yang Maha Kuasa, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Shu’ara’ (26): 9 Saba’ (34):2, Yasin (36):5, 58, al-Zumar (39):53, Fusilat (41):2, 32, al-Sura (42):5, alDukhan (44):42, al-Ahqaf (46):8, al-Fath (48):14, al-Hujurat (49):5, 12, 14, al-Tur (52):28, al-Hadid (57):9, 28, al-Mujadalah (58):12, al-Hasr (59):10, 22, al-Mumtahanah (60):7, 12, al-Taghabun (64):14, al-Tahrim (66):1, al-Muzammil (73):20. 1 Al-Baqi, op.cit., h. 390-391. 2 Lihat Surah al-Shu‘ara’ (26): 9, 68, 104, 122, 140, 159, 175, 191. Lihat al-Baqi, op.cit., h. 319.
46
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Ayat-ayat ini mengisyaratkan bahwa (1) orang-orang yang beriman akan dirahmati, karena Dia Rahim/Maha Mengasihani, dan orang-orang yang tidak beriman, atau dalam penelitian ini disebut dengan orang-orang yang melawan akan disiksa karena Dia Aziz/Maha Perkasa; (2) atau orang-orang yang beriman akan dirahmati berkat ‘Aziz-Nya, dan orang-orang yang tidak beriman akan disiksa karena Dia ‘Aziz dan diterima taubat mereka karena Dia Rahim, (3) atau disiksa orang-orang tidak beriman merupakan sikap adil bagi diri mereka, dan rahmat bagi orang lain. Bila demikian adanya, maka Allah meminta kepada Nabi Muhammad dan umatnya untuk bertawakal kepada Dia yang ‘Aziz dan Rahim.1 Kedua, perkataan yang paling banyak terkait dengan Rahim adalah Ghafur yang berjumlah tujuh puluh (70) ayat.2 Ini mengisyaratkan bahwa Maha Pengampun atas dosa yang telah lalu dan Maha Mengasihani untuk meniti ulang di masa depan. ∩⊆∪ ÞΟŠÏm§9$# â‘θà(tóø9$# $tΡr& þ’ÎoΤr& ü“ÏŠ$t6Ïã ø⋅Ém
47
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Dari pendapat al-Sha’rawi ini terlihat perbedaan yang jelas antara Maha Pengampun dan Maha Mengasihani, Penulis dapat menggambarkan bahwa di dalam rahmat terdapat pengampunan, dan rahmat itu lebih luas dari sekedar pengampunan. Ketiga, Rahim-Nya berlaku kepada seluruh manusia, terutama mukminin. ∩⊆⊂∪ $VϑŠÏmu‘ tÏΖÏΒ÷σßϑø9$$Î/ tβ%Ÿ2uρ ...
... Dia sentiasa melimpah-limpah rahmat-Nya kepada orangorang yang beriman (di dunia dan di akhirat). Surah al-Ahzab (33): 43. Al-Sha’rawi,1 al-Qurtubi,2 Ibn Kathir, 3 dan al-Tabatabai 4 berpendapat bahwa Rahim Allah khusus bagi mukmin saja di akhirat, sementara kafir hanya mendapatkan rahman di dunia, karena Rahman di dunia berupa kebaikan yang disebarkan Allah menyeluruh kepada seluruh makhluk: mukmin dan kafir. Berasaskan pada asas (1) Maha Perkasa dan (2) Maha Pengampun, maka penulis melihat bahwa sifat Rahim juga berlaku umum, bagi muslim dan kafir, karena pengampunan Allah diberikan kepada kafir, munafik dan musyrik bila bertaubat,5 dan bila Rahim berupa hidayah –seperti pendapat al-Sha’rawi di atas, maka hidayah itu juga berlaku umum bagi muslim dan kafir.6 Taubat dan hidayah itu berlaku di dunia, begitu juga dengan RahimNya, juga berlaku di dunia. Lihat juga perbedaan pengkajian “Perbedaan Rahman dan Rahim” setelah pengkajian ini. Bila penulis bandingkan rahmat Allah dalam al-Qur’an dan dalam Alkitab, maka di dalam Alkitab Kristian digunakan istilah Rahim. Dari sini ini, sepintas terlihat kesamaan al-Qur’an dan Alkitab tentang Tuhan Rahim dan Ghafur.7 Berjalanlah Tuhan lewat dari depannya dan berseru: “Tuhan, Tuhan, Allah Rahim/Penyayang dan Rauf/Pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia1 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 19, h. 12070. 2 Al-Qurtubi. op.cit., j. 1, h. 161-162 3 Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 20. 4 Al-Tabatabai, op.cit., j. 1, h. 18-19. 5 Lihat konsep Taubat dalam penelitian ini, pada bab empat. 6 Lihat konsep hidayah dalam penelitian ini, pada bab empat. 7 Al-Bisati, op.cit., h. 25.
48
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Nya kepada beribu-ribu orang, Ghafir/yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman”.1 Menurut Alkitab, selain Allah itu bersifat Rahim, Dia juga Maha Pengampun. Namun umat Kristian melihat pengampunan Allah itu terjadi bila manusia meyakini penyaliban anak Tuhan. “Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa”2 Menurut analisis pemikiran Islam, rahim yang terkait erat dengan ampunan itu menjadi rahmat bila Dia memaafkan dosa hamba-Nya tanpa penyaliban, karena Dia Maha Penerima Taubat dan Maha Pengampun.3 Inilah rahmat. Adapun makna al-Rahim yang dapat dipraktikkan oleh hambaNya ialah tidak meninggalkan orang yang memerlukannya kecuali dibantu semampunya, tidak menterlantarkan orang miskin di sekitar atau di negerinya, kecuali diselesaikan kefakirannya. Sama ada dengan uang ataupun dengan kekuasaan yang dimilikinya, atau dengan sahabat yang dia punya. Bila itu tidak mampu dilakukannya, maka sekurang-kurangnya dia berdoa dan mengungkapkan rasa empati, dan menyayanginya hingga seakanakan dia mengambil bagian dari penderitaan orang itu.4 2.2.5. Perbedaan Rahman dan Rahim Apakah Rahman dan Rahim itu berbeda atau sama? Terdapat dua pendapat besar, (1) Rahman sama dengan Rahim, (2) Rahman berbeda dengan Rahim. Al-Tabari berpendapat, Rahman dan Rahim itu satu makna. Seperti nadman dan nadim yang berasal dari nadima/menyesal,5 keduanya tidak ada beda. Menurut beliau Rahman Rahman dan Rahim ini bukan penegasan, -seperti penegasan bina’ fa’lan dengan fa’il. Fa’lan adalah berlebihan dalam berbuat, seperti qhadban/sangat marah ditujukan kepada lelaki yang marahnya telah
1 Alkitab, Perjanjian Lama, Keluaran 34:5-7, h. 98, lihat juga al-Kitab al-Muqaddas, al‘Ahd al-Qadim, Khuruj 34: 5-7, op.cit., h. 143-144. 2 Alkitab, Perjanjian Baru, Matius 26:28, op.cit., h. 36. 3 Lebih jauh tentang taubat dan ampunan, lihat konsep Taubat. 4 Al-Ghazali (1985), op.cit., h. 62. 5 Al-Tabari, op.cit., j. 1, h. 126.
49
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
memuncak, sementara fa’il dapat bermakna fa’il/subjek atau maf’ul/objek- tapi keduanya adalah sifat.1 Pendapat kedua, Rahman berbeda dengan Rahim. Dari perspektif sebagian Pemikiran Islam perbedaan itu dapat disimpulkan kepada empat perbedaan: penamaan, objek, tempat dan keadaan. (1) Dalam penamaan, Rahman khusus untuk Allah dan Rahim umum untuk Allah dan makhluk, seperti disifatkan Nabi Muhammad dengan rahim. (2) Di dalam objek, Rahman lebih umum dari Rahim. Rahman umum bagi muslim dan kafir, sementara Rahim khusus bagi muslim saja. (3) Rahman terkait erat dengan rahmat-Nya di dunia dan di akhirat, Rahim hanyalah rahmat di akhirat saja.2 (4) Di dalam keadaan, Rahman bila diminta memberi, Rahim bila tidak diminta marah.3 Dapat disimpulkan bahwa Rahim merupakan tambahan dari sifat Rahman. Tepatnya, Rahim hanya diberikan secara khusus bagi mukmin di akhirat, karena mereka telah mentaati segala perintah-Nya di dunia. Lihat Bagan nomor 1 Menurut penulis keempat-empat perbedaan yang disebutkan aliran Pemikiran Islam yang hampir sepakat ini, tidak sepenuhnya sama dengan apa yang penulis pahami di dalam al-Qur’an. Bila penulis lihat Rahman dan Rahim di dalam al-Qur’an sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, maka (1) Rahman khusus bagi Allah karena Dia adalah Maha Esa, Rahim berlaku umum karena Rahim selalu terkait dengan pengampunan yang boleh dilakukan oleh manusia terutama nabi-nabi seperti Nabi Muhammad. Ini sekaligus menetapkan bahwa ada perbedaan antara Rahman dan Rahim. (2) Rahman yang Maha Esa itu memberikan rahmat-Nya secara umum kepada muslim dan kafir, Rahim-Nya walaupun diberikan khusus kepada muslim, tetapi tidak menutup kemungkinan diberikan juga kepada kafir, karena Rahim terkait dengan pengampunan, walaupun Allah lebih menerima taubat muslim, tetapi tidak pernah menutup pintu taubat kepada kafir, serta memberi mereka hidayah, sama ada sebelum bertaubat ataupun setelahnya. Bedanya, mereka mendapat hidayah umum sebelum bertaubat, dan hidayah khusus setelah bertaubat. Ini adalah wujud Rahim-Nya. (3) Rahman Allah berlaku di dunia dan di akhirat, dan Rahim-Nya tidak saja berlaku 1 Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 20. 2 Al-Qurtubi, op.cit., j. 1, h. 161-162; Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 20, al-Tabatabai, op.cit., j. 1, h. 18-19, al-Sha'rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 1, h. 49 3 Al-Qurtubi, op.cit., j. 1, h. 162, Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 20.
50
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
di akhirat tapi juga di dunia. Hujjah penulis, terletak pada bila pengampunan diberikan, apakah di dunia atau di akhirat? Bila pengampunan berlaku di dunia, dan demikian adanya menurut alQur’an, maka Rahim yang berganding dengan Ghafur itu juga terjadi di dunia, sebelum limpahan rahmat-Nya di akhirat. Penulis setuju bahwa rahmat Allah di akhirat khusus bagi mukmin, tetapi itu bukan bagian dari sifat Rahim-Nya, karena Rahim terkait erat dengan pengampunan. Lihat Bagan nomor 2 Menurut penulis pernyataan di atas dinyatakan berasaskan dari definisi Rahman dan Rahim yang ditulis di atas dan pendapat alGhazali bahwa rahmat Allah itu sempurna dan umum, sempurna karena Dia memberi kebaikan kepada orang-orang yang memerlukan, dan umum karena Dia memberikan kepada yang mustahak ataupun tidak, di dunia dan di akhirat.1 Ditambah dengan pendapat Ibn Manzur, kedalaman ungkapan Qurani menyebabkan Allah disifatkan dengan dua sifat yang sama tapi konotasi yang berbeda. Rahman khusus bagi Allah dan Rahim khusus bersifat umum: Allah dan manusia. Bila disebut Rahman dan Rahim, maka rahmat-Nya begitu luas, itu karena rahmat-Nya melebihi apa saja, dan Dia Tuhan Arhamu al-Rahimin/yang Maha Mengasihani dari segala yang lain yang mengasihani.2
1 Al-Ghazali (1985), op.cit., h. 61. 2 Ibn Manzur, op.cit., j. 5, h. 172.
51
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
1. Bagan Perbedaan Rahman dan Rahim menurut sebahagian pemikiran Islam
2. Bagan Perbedaan Rahman dan Rahim menurut penulis, didukung oleh Ibn Manzur dan al-Ghazali.
unsur dominan
TAUHID Rahman: Umum: Mukmin & Kafir di Dunia & Akhirat
Rahman: Umum: Mukmin & Kafir di Dunia & Akhirat
Rahim: Umum: Mukmin & Kafir di Dunia
Rahim: Khusus Mukmin di Akhirat
unsur dominan
AMPUNAN
Kenapa harus ada Rahim dan tidak dicukupkan saja dengan Rahman? Jawabannya, untuk menepis dugaan bahwa tidak ada yang disifatkan dengan Rahman dan Rahim selain Allah. Karena pada waktu itu bangsa Arab tidak mengenal Rahman kecuali Rahman al-Yamamah, atau mereka mengenal tapi tidak mengakuinya.1 öΝèδyŠ#y—uρ $tΡããΒù's? $yϑÏ9 ߉àfó¡nΣr& ß≈oΗ÷q§9$# $tΒuρ (#θä9$s% Ç≈uΗ÷q§=Ï9 (#ρ߉ß∨ó™$# ãΝßγs9 Ÿ≅ŠÏ% #sŒÎ)uρ ∩∉⊃∪ ) #Y‘θà(çΡ Apabila dikatakan kepada mereka (yang musyrik itu): “Sujudlah kamu kepada Rahman (Tuhan Yang Maha Pemurah)!” Mereka bertanya: “Siapakah Rahman itu? Patutkah kami sujud kepada apa saja yang engkau perintahkan kami?”
1 Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 21.
52
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Perintah yang demikian, menjadikan mereka bertambah liar ingkar. Surah al-Furqan (25): 60. Dari uraian ini jelas bahwa rahmat Allah tidak saja disebutkan dengan satu nama, tetapi dengan dua nama: Rahman dan Rahim. Di sebutkan dua nama ini untuk menegaskan betapa Tuhan umat Islam itu Maha Rahmat dan Maha Rahmat. Berasaskan analisis penulis dari al-Qur’an, penulis menetapkan definisi kedua-dua sifat itu sekaligus membantah definisi yang ditulis di awal penelitian ini. Rahman terkait erat dengan keesaan Allah dan Rahim terkait erat dengan pengampunan-Nya. Rahman adalah sifat kasih sayang Allah dengan unsur dominan ketauhidan yang dilakukan karena Dia Pencipta dan Penguasa alam semesta, Pelindung, Penolong dan Maha Mengetahui. Rahim adalah sifat kasih sayang dengan unsur dominan keampunan yang dilakukan karena Dia Maha Perkasa. Pemikiran Islam berbeda melihat apakah rahmat Allah itu hakiki atau majaz, dan perbedaan ini termasuk dalam khilafiah furuk yang rahmat. Selain dua nama ini ditemukan juga nama yang terkait tidak langsung dengan rahmat-Nya, tetapi bermakna sama, yaitu: al-Rauf, al-Wadud dan al-Mahabbah, serta al-’Adl.
53
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
2.3. UNGKAPAN YANG BERKAIT RAPAT DAN SECARA TIDAK LANGSUNG MENUNJUKKAN RAHMAT-NYA
2.3.1. Al-Raûf/Maha Belas Kasih Al-Rauf berasal dari raafa ra’fah. Secara bahasa ra’fah artinya adalah rahimau ashaddu rahmah atau mengasihaninya dengan penuh rahmat.1 Al-Rauf bermakna Allah melimpahkan belas kasih dan rahmat serta kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya.2 Lebih terperinci, definisi al-Rauf adalah Allah memberi kemudahan kepada hamba-Nya, karena Dia tidak membebani ibadah- kecuali dalam batasan kemampuan mereka, dari segi waktu, alasan dan kelemahan; bahkan apa yang dibebankan itu lebih sedikit dibandingkan dengan kemampuan yang ada, walau demikian Dia memperkuat kewajiban itu di saat hamba mampu, dan meringankan di saat hamba lemah dan tidak mampu, Dia menetapkan hukum bagi orang yang menetap apa yang tidak ditetapkannya kepada musafir, Dia menetapkan hukum bagi yang sihat apa yang tidak ditetapkan bagi yang sakit. Semua ini merupakan ra’fah dan rahmah.3 Dalam al-Qur’an ditemukan perkataan ra’afa berserta nama terbitannya berjumlah tiga belas (13) ayat. Perkataan al-Rauf sendiri berjumlah sebelas (11) ayat. Sembilan (9) ayat terkait erat dengan sifat al-Rahim, dan dua (2) ayat terkait dengan ‘ibad.4 Menurut alSha’rawi al-Rauf adalah sifat Allah dalam menghilangkan beban, atau belas kasih sebagai wujud keprihatinan; sedangkan al-Rahim adalah terwujudnya kedamaian atau kasih sayang.5 Secara jelas Allah menyatakan bahwa Dia amat belas-kasihan kepada hamba-hamba-Nya, sama ada kasihan saat seorang akan mendapati apa saja kebaikan dan kejahatan yang telah dikerjakannya. Allah berfirman: 1 Louis Ma’luf (1975), al-Munjid fi al-Lughah, c. 23, Beirut: Dar al-Mashriq, h. 243. 2 Said Haji Ibrahim, op.cit., h. 359. 3 Al-Bayhaqi, op.cit., h. 73. 4 Fayd Allah, op.cit., h. 123. 5 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 13, h. 7820.
54
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
∩⊂⊃∪ ÏŠ$t7Ïèø9$$Î/ 8∃ρâu‘ ª!$#uρ 3 …çµ|¡ø(tΡ ª!$# ãΝà2â‘Éj‹y⇔ãƒuρ 3 ... ... Allah perintahkan supaya kamu beringat-ingat terhadap kekuasaan diri-Nya (menyiksa kamu). Dan (ingatlah juga), Allah amat belas kasihan kepada hamba-hamba-Nya. Surah Ali ‘Imran (3): 30. Di antara pengaruh belas kasihan Allah dalam al-Qur’an kepada hamba-hamba-Nya, Pertama, Dia memberi peringatan kepada mereka tentang diri-Nya yang Maha Kuasa, Dia juga Maha Mengasihani makhluk-Nya dan mencintai mereka bila berjalan lurus pada agama-Nya yang benar dan mengikuti nabi pesuruh-Nya.1 Kedua, menerima pengorbanan diri manusia yang dilakukan karena mencari keredaan Allah.2 ∩⊄⊃∠∪ ÏŠ$t6Ïèø9$$Î/ 8∃ρâu‘ ª!$#uρ 3 «!$# ÉV$|Êó÷s∆ u!$tóÏGö/$# çµ|¡ø(tΡ “Ìô±o„ tΒ Ä¨$¨Ψ9$# š∅ÏΒuρ
Di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena mencari keredaan Allah semata-mata; dan Allah pula amat belas-kasihan akan hamba-hambanya. Surah al-Baqarah (2): 207. Ketiga, menerima taubat, karena Dia Maha Belas Kasihan kepada seluruh hamba-hamba-Nya dan Maha Mengasihani mereka, maka Dia menerima taubat orang yang bertaubat dalam kisah penyebaran fitnah keji dan membersihkan mereka dari tuntutan hudud.3 Allah berfirman: ∩⊄⊃∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ô∃ρâu‘ ©!$# ¨βr&uρ …çµçGuΗ÷qu‘uρ öΝà6ø‹n=tæ «!$# ã≅ôÒsù Ÿωöθs9uρ
Kalaulah tidak karena adanya limpah kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu, dan juga (kalaulah tidak karena) bahwa Allah amat melimpah belas kasihan-Nya, (tentulah kamu akan ditimpa azab dengan serta-merta). Surah al-Nur (24): 20. Keempat, ditahan siksa, karena Dia Rauf. Kalau Dia berkehendak niscaya diizinkan langit jatuh menimpa bumi sehingga binasa siapa saja yang ada di atasnya, tapi berkat kelembutan, rahmat dan kuasa-
1 Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 357-358. 2 Ibid., j. 1, h. 247. 3 Ibid., j. 3, h. 275.
55
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Nya, Dia menahan langit dengan izin-Nya, walaupun umat manusia tetap zalim.1 Kelima, Menurunkan rezeki. Walau pun mereka telah menuduh-Nya memiliki anak. Bahkan lebih dari itu, Dia tetap saja memberi rezeki kepada kalian dan menyihatkan kalian.2 Keenam, Menurunkan kitab suci dan mengutus rasul-rasul untuk menunjuki mereka dan melenyapkan syubhah dan menepis segala hujjah, saat Dia memerintahkan untuk beriman dan berinfak.3 Dari keenam-enam: (1) memberi peringatan kepada mereka tentang diri-Nya yang Maha Kuasa, (2) menerima pengorbanan diri manusia yang dilakukan karena mencari keredaan Allah S.W.T, (3) menerima taubat, (4) ditahan siksa, (5) menurunkan rezeki, (6) menurunkan kitab suci dan mengutus rasul-rasul untuk menunjuki mereka dan melenyapkan syubhah dan menepis segala hujjah, maka terlihat jelas sifat belas kasih-Nya. Bila Rahman terkait dengan tauhid dan Rahim dengan pengampunan, maka al-Rauf terkait dengan belas kasih tanpa batas, kepada seluruh manusia, terutama bagi ‘ibad/hamba yang beriman. Untuk itu, umat Islam diminta berdoa agar dihilangkan rasa dengki dan diminta memohonkan ampun untuk mereka.4 yξÏî $uΖÎ/θè=è% ’Îû ö≅yèøgrB Ÿωuρ Ç≈yϑƒM}$$Î/ $tΡθà)t7y™ šÏ%©!$# $oΨÏΡ≡uθ÷z\}uρ $oΨs9 öÏ(øî$# $uΖ−/u‘ ...
∩⊇⊃∪ îΛÏm§‘ Ô∃ρâu‘ y7¨ΡÎ) !$oΨ−/u‘ (#θãΖtΒ#u tÏ%©#Ïj9 ... “Wahai Tuhan Kami! Ampunkanlah dosa kami dan dosa saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam iman, dan janganlah Engkau jadikan dalam hati perasaan hasad dengki dan dendam terhadap orang-orang yang beriman. Wahai Tuhan kami! Sesungguhnya Engkau Amat Melimpah Belas Kasihan dan Rahmat-Mu”. Surah al-Hashar (59): 10. Selain untuk Allah, perkataan rauf juga digunakan untuk Nabi Muhammad s.a.w. Baginda s.a.w. ingin memberi hidayah kepada manusia agar tercapai manfaat duniawi dan ukhrawi bagi mereka.5 Allah berfirman:
1 Lihat al-Hajj (22): 65 dan al-Baqarah (2): 143, lihat Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 233. 2 Lihat Surah al-Nahl (16): 7 dan 47, lihat Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 562 dan 571. 3 Lihat Surah al-Hadid (57): 9, lihat Ibn Kathir, op.cit., j. 4, h. 306. 4 Ibid.., j. 4, h. 339. 5 Ibid. j. 2, h. 404.
56
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Νà6ø‹n=tæ ëȃÌym óΟšGÏΨtã $tΒ Ïµø‹n=tã ͕tã öΝà6Å¡à(Ρr& ôÏiΒ Ñ^θß™u‘ öΝà2u!%y` ô‰s)s9
∩⊇⊄∇∪ ÒΟŠÏm§‘ Ô∃ρâu‘ šÏΖÏΒ÷σßϑø9$$Î/ Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu sendiri (yaitu Nabi Muhammad s.a.w), yang menjadi sangat berat kepadanya sebarang kesusahan yang ditanggung oleh kamu, yang sangat tamak (inginkan) kebaikan bagi kamu, (dan) ia pula menumpahkan perasaan belas serta kasih sayangnya kepada orang-orang yang beriman. Surah al-Tawbah (9): 128.
Dikatakan Nabi Muhammad dengan rauf karena baginda mengajak manusia kepada apa saja yang menyelamatkan mereka dari siksa, dengan cara memberi peringatan akan bahaya dosa dan maksiat. Muhammad rahim karena baginda mengajarkan ilmu dan bekal hidup.1 Bila Allah telah menetapkan bagi diri-Nya ra’fah, tapi tidak berarti sifat ini boleh dipakai bila-bila masa dan di mana saja. Allah melarang setiap muslim untuk bersikap ra’fah/belas kasihan kepada pelaku zina, dengan menyimpan rasa kasihan dalam ketaatan kepada perintah Allah dalam melaksanakan hudud.2 ÈÏŠ ’Îû ×πsùù&u‘ $yϑÍκÍ5 /ä.õ‹è{ù's? Ÿωuρ ( ;οt$ù#y_ sπs^($ÏΒ $yϑåκ÷]ÏiΒ 7‰Ïn≡uρ ¨≅ä. (#ρà$Î#ô_$$sù ’ÎΤ#¨“9$#uρ èπu‹ÏΡ#¨“9$# ... «!$#
Perempuan yang berzina dan lelaki yang berzina, hendaklah kamu sebat tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali sebat; dan janganlah kamu dipengaruhi oleh perasaan belas kasihan terhadap keduanya dalam menjalankan hukum agama Allah... Surah al-Nur (24): 2. Walaupun tiada belas kasihan dalam pelaksanaan hudud dan ini merupakan bagian lain dari rahmat, tetap saja ditemukan “Rahmat Allah dalam Hudud” yang penjelasannya dapat dilihat pada bab kelima dalam penelitian ini.
1 Muhammad Jamal al-Din al-Qasimi (1994), Tafsir al-Qasimi Mahasin al-Ta’wil, j. 4, Bairut: Dar Ihya al-Turath al-‘Arabi., h. 231. 2 Ibid., j. 5, h. 249.
57
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
2.3.2. Al-Wadûd/Maha Mencintai Sifat rahmat yang tidak langsung selain al-Ra’uf adalah alWadud/Yang Maha Mencintai. Secara bahasa al-wudd artinya alhubb/cinta, lebih tepatnya al-hubb yakunu fi jami’i madakhil al-khayr. Artinya, cinta dalam mengumpulkan seluruh sumber kebaikan.1 Menurut Ibn Manzur, perkataan al-Wadud dalam al-Asma’ al-Husna artinya al-mahabbah li ‘ibadihi/ cinta kepada hamba-Nya. Perkataan alWadud dapat berasaskan pada dua wazan/timbangan. Pertama, wazan fa’ul dalam arti maf’ul, yang maksudnya, Allah mahbub atau mahbub fi qulubi auliyaihi. Artinya, Allah dicintai oleh para wali-Nya. Kedua, wazan fa’ul dalam arti fa’il, yang maksudnya, Allah yuhibbu ‘ibadahu al- salihin aw yardha ‘anhum. Artinya, Allah mencintai hamba-hambaNya yang soleh, atau Allah meredai mereka.2 Al-Wadud bermakna Allah amat menyayangi dan mengingini segala kebaikan untuk seluruh hamba-Nya dan Dia berbuat baik kepada mereka itu dalam segala perkara dan keadaan.3 Dalam al-Qur’an perkataan wadada berserta nama terbitannya berjumlah dua puluh tujuh (27) ayat. Perkataan Wadud sendiri berjumlah dua (2) ayat. Dari dua ayat ini satu terkait dengan Rahim dan yang lain dengan Ghafur. Rahim Wadud dan al-Ghafur al-Wadud.4 Sifat Wadud Tuhan tercermin melalui maghfirah dan taubat yang dikabulkan-Nya. Allah Maha Mengasihani dan Wadud bagi barang siapa yang bertaubat.5 ∩⊃∪ ׊ρߊuρ ÒΟŠÏmu‘ †În1u‘ ¨βÎ) 4 ϵø‹s9Î) (#þθç/θè? §ΝèO öΝà6−/u‘ (#ρãÏ(øótGó™$#uρ
Mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Mengasihani. Surah Hud (11): 90. Mohon keampunan dari kesalahan menyembah berhala dengan cara bertauhid, karena Dia Maha Rahmat bagi orang yang beristighfar dan Wadud atau Maha Mencintai.6 1 Ibn Manzur, op.cit., j. 10, h. 247. 2 Ibid., j. 10, h. 248 3 Said Haji Ibrahim, op.cit., h. 212. 4 Fayd Allah, op.cit., h. 336. 5 Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 457. 6 Al-Qasimi, op.cit., j. 5, h. 328.
58
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Bila al-Rauf terkaitan erat dengan belas kasihan yang diturunkan dalam wujud peringatan kepada mereka tentang diri-Nya yang Maha Kuasa, menerima pengorbanan, menerima taubat, menurunkan rezeki, menurunkan kitab suci dan mengutus rasulrasul, serta ditunda siksa; dan Rahim pengampunan atas dasar al’Aziz/Maha Perkasa, maka al-Wadud lebih kepada pengampunan, yang dibangunkan atas dasar cinta kasih. 2.3.3. Al-Mahabbah/Maha Kasih Perkataan al-mahabbah ism li al-hubb/nama bagi cinta, dan al-hubb berlawanan dengan al-bughd/benci.1 Perkataan al-Mahabbah adalah sifat fi’liyah ikhtiyariyah atau perbuatan yang bersifat ikhtiar bagi Allah. Ia adalah kelaziman kecintaan dan pengaruhnya, yaitu kehendak untuk memberikan pahala dan memuliakan orang yang dicintai oleh Allah yang Maha Suci.2 Artinya, bila ingin mendapat cinta Allah cintailah Zat-Nya. Di dalam al-Qur’an tidak ditemukan perkataan al-Muhibb atau al-Mahabbah, dan sebagian buku yang mengkaji al-Asma al-Husna tidak mencantumkan sifat al-Mahabbah sebagai bagian dari namanama-Nya. Bagi yang mencantumkan ia bagian dari nama-namaNya berhujjah bahwa al-Mahabbah merupakan perbuatan yang bersifat ikhtiar bagi Allah. Dari definisi ini, penulis menemukan perbedaan antara al-Wadud dan al-Mahabbah, bila al-Wadud lebih kepada pengampunan, yang dibangunkan atas dasar cinta kasih, maka al-Mahabbah lebih kepada kelaziman cinta dan pengaruhnya. Tepatnya, memberikan pahala dan memuliakan orang yang dicintai. Mencintai Allah adalah puncak dari maqam. Hanya yang layak dicintai adalah Allah Orang yang tidak mencintai Allah terjadi karena kebodohan pada dirinya. Cinta Nabi Muhammad s.a.w. adalah terpuji, karena ia sebagian dari cinta Allah3 Allah berfirman: Ö‘θà(xî ª!$#uρ 3 ö/ä3t/θçΡèŒ ö/ä3s9 öÏ(øótƒuρ ª!$# ãΝä3ö7Î6ósム‘ÏΡθãèÎ7¨?$$sù ©!$# tβθ™7Åsè? óΟçFΖä. βÎ) ö≅è% ∩⊂⊇∪ ÒΟ‹Ïm§‘
1 Ibn Manzur, op.cit., j. 3, h. 7. 2 Al-Segaf, op.cit., h. 73-74; al-Baihaqi, op.cit., h. 491. 3 Al-Ghazali (1987), op.cit., j. 4, h. 311 dan 318.
59
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika benar kamu mengasihani Allah maka ikutilah daku, niscaya Allah mengasihani kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu. (Ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah Ali ‘Imran (3): 31. Al-Bayhaqi (m 458 H.) menerangkan ayat ini dengan mengutip beberapa hadis di antaranya, sesungguhnya Allah jika mencintai seorang hamba maka Dia akan berkata kepada Jibril a.s.: “Aku mencintai Fulan, maka cintailah dia.” Maka Jibril pun berkata kepada penduduk langit: “Sesungguhnya Tuhan kalian mencintai Fulan, maka cintailah dia.” Maka penduduk langit pun mencintainya dan membuatnya diterima bagi penduduk bumi, bila benci pun demikian.1 Hal itu dilakukan dengan berbagai-bagai cara. Di antaranya, pertama, adalah terus menerus berbuat sabar. Allah berfirman: ∩⊇⊆∉∪ tÎÉ9≈¢Á9$# =Ïtä† ª!$#uρ... Allah sentiasa mengasihani orang-orang yang sabar. Surah Ali ‘Imran (3): 146. Ayat ini mencela kekalahan di perang Uhud saat muslimin meninggalkan perang ketika mendengar teriakan Nabi Muhammad s.a.w. terbunuh, “Wahai mukminin apakah kalau Muhammad wafat kamu menjadi murtad dan kembali kepada agama nenek moyang? Betapa banyak nabi telah terbunuh sementara sahabat-sahabatnya tidak pernah menyerah, mereka terus berjuang di jalan Allah. Itulah sabar, Allah mengasihani orang-orang yang sabar.2 Kedua, melakukan ihsan atau berbuat yang terbaik. Allah berfirman: ª!$#uρ 3 Ĩ$¨Ψ9$# Çtã tÏù$yèø9$#uρ xáø‹tóø9$# tÏϑÏà≈x6ø9$#uρ Ï!#§œØ9$#uρ Ï!#§œ£9$# ’Îû tβθà)Ï(ΖムtÏ%©!$#
∩⊇⊂⊆∪ šÏΖÅ¡ósßϑø9$# =Ïtä† Yaitu orang-orang yang mendermakan hartanya pada masa senang dan susah, dan orang-orang yang menahan kemarahannya, dan orang-orang yang memaafkan kesalahan
1 Al-Baihaqi, op.cit., h. 487-488. 2 Ibid., j. 1, h. 410.
60
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
orang. (Ingatlah), Allah mengasihani orang-orang yang berbuat perkara-perkara yang baik. Surah Ali ‘Imran (3): 134. Allah mengasihani orang yang berbuat baik. (1) Orang yang berinfak di saat susah dan senang, semangat dan lesu, sihat dan sakit, atau dalam keadaan bagaimana pun. (2) Bila ada yang membuatnya marah dia pun menahan dan tidak melampiaskan. (3) Memaafkannya, hingga tiada dendam dan sakit hati kepada seseorang.1 Al-Sha’rawi menambahkan ihsan adalah membalas yang buruk dengan yang baik. Karena ketahuilah bahwa orang yang menyakitimu telah membuat Allah mengasihanimu. Apa yang diterima saat disakiti lebih banyak dari apa yang diambil darimu.2 Rasulullah s.a.w bersabda: “Ihsan adalah
ﻙ ﺍﻳﺮ ﻪ ﻧﻩ ﹶﻓﹺﺈ ﺍﺗﺮ ﻚ ﹺﺇ ﹾﻥ ﹶﻻ ﻧﻩ ﹶﻓﹺﺈ ﺍﺗﺮ ﻧﻚﻪ ﹶﻛﹶﺄ ﺪ ﺍﻟﱠﻠ ﺒﻌ ﺗ ﹶﺃ ﹾﻥ Engkau hendaklah beribadat kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, sekiranya engkau tidak melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia sentiasa memerhatikanmu.3 Ketiga, tetap bertawakal dan menyerahkan segala usaha kepada Allah. Bila sudah bermusyawarah dalam satu perkara dan telah berazam/iktikad, bertawakallah kepada-Nya sesungguhnya Dia mengasihani orang yang bertawakal.4 Allah berfirman: ∩⊇∈∪ t,Î#Ïj.uθtGßϑø9$# =Ïtä† ©!$# ¨βÎ) ... ... Sesungguhnya Allah Mengasihani orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. Surah Ali ‘Imran (3): 159. Tawakal adalah pekerjaan hati. Tubuh bekerja dan hati bertawakal. Setelah seluruh anggota tubuh bekerja melaksanakan ‘azimah/ keinginan keras, maka bertawakallah. Bertawakal setelah semua sarana dan usaha dilakukan. Kembali kepada Zat yang Maha Kuasa inilah tawakal yang dikasihani Allah5 1 Ibid., j. 1, h. 406. 2 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 3, h. 1757. 3 Al-Bukhari, op.cit., kitab al-Iman, bab Sual Jibril ‘an Iman wa al-Islam wa al-Ihsan, no. 50, h. 6. 4 Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 421. 5 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 3, h. 1841.
61
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Keempat, bertaubat dari kesalahan yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak. Serta bersuci dari segala hadas. Di antaranya dengan menjaga wuduk. Allah berfirman: ∩⊄⊄⊄∪ šÌÎdγsÜtFßϑø9$# =Ïtä†uρ tÎ/≡§θ−G9$# =Ïtä† ©!$# ¨βÎ)... Sesungguhnya Allah mengasihani orang-orang yang banyak bertaubat, dan mengasihani orang-orang yang sentiasa menyucikan diri. Surah al-Baqarah (2): 222. Allah mengasihani orang yang banyak bertaubat dari dosa. Allah mengasihani orang yang sentiasa menyucikan diri dari kotoran ataupun penyakit, yaitu dari bercampur saat haid atau pun bukan pada tempatnya.1 Lihat juga konsep “Taubat” dari penelitian ini. Selain empat sifat di atas, Allah juga mencintai mukmin yang bersifat (1) lemah-lembut terhadap orang-orang yang beriman dan (2) berlaku tegas gagah terhadap orang-orang kafir,2 (3) mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah, (4) dan mereka tidak takut kepada celaan orang yang mencela,3 (5) serta Dia mengasihani orang-orang yang berperang untuk membela agamaNya, dalam barisan yang teratur rapi, seolah-olah mereka sebuah bangunan yang tersusun kukuh.4 Artinya, kecintaan Allah kepada hamba tidak saja hamba itu berbuat baik untuk diri, tapi lebih dari itu untuk masyarakat seperti berjuang dan berperang. Sahabat-sahabat nabi menggabungkan dua sifat, keras terhadap kaum kafir dan saling mengasihani antara sesama mereka.5 Mereka menunjukkan sikap keras atau tegas, dan dengan yang seagama sikap mengasihani. Itu karena Allah memerintahkan mereka untuk bersikap keras.6 Pada puncaknya mereka takut bersentuhan kain baju kaum kafir dan bersentuhan kulit dengan kulit. Sementara dengan orang yang beriman mereka bersalaman dan berpelukan.7
1 Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 260. 2 LIhat pemahaman yang benar dalam perlakuan tegah gagah terhadap kafir pada Rahmat Allah kepada Kafir. 3 Lihat surah al-Maidah (5):54. 4 Lihat surah al-Saf (61): 4. 5 Lihat Surah al-Fath (48): 29 dan Surah al-Maidah (5): 54. 6 Lihat Surah al-Tawbah (9): 73 dan al-Tahrim (66): 9. 7 Al-Sabuni, op.cit., j. 3, h. 228, al-Zamakhshari (2006), op.cit., j. 4, h. 338.
62
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Sedangkan al-Sha’rawi berpendapat, bersikap keras dilakukan kepada kaum kafir bila mereka menjadi musuh. “Kita membedakan antara dua perkara, dan perkara kekerasan yang dituntut dalam peperangan, dan saat damai maka yang diperlukan adalah kelembutan dan kasih sayang.”1 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Rahman terkait pada Tauhid, Rahim pada pengampunan atas dasar Maha Perkasa, al-Rauf pada belas kasihan, al-Wadud kepada pengampunan yang dibangunkan atas dasar cinta kasih, dan al-Mahabbah lebih kepada kelaziman cinta dan dengan memberikan pahala dan memuliakan orang yang dicintai-Nya. Dari kelima-lima nama ini, disimpulkan bahwa Allah Maha Rahmat, rahmat-Nya dibangunkan berasaskan tauhid dan pengampunan, sama ada pengampunan itu berasaskan Maha Perkasa, belas kasih, cinta kasih, serta pemberian pahala dan kemuliaan. Bila al-Qur’an dan Alkitab sepakat akan sifat dominan Allah adalah kasih sayang, namun al-Qur’an menegaskan Rahmat Allah dibangunkan berasaskan tauhid tanpa tri tunggal dan pengampunan tanpa penyaliban Berasaskan pada (1) nama-nama Allah disifatkan dengan alhusna’/terbaik,2 (2) penetapan Allah pada diri-Nya dengan sifat rahmat, (3) rahmat-Nya mengatasi kemurkaan-Nya,3 maka selain nama-nama yang terkait erat dengan kasih dan rahmat-Nya seperti: al-Latif, al-Ghafur, al-Shakur, al-Mu’min, al-Bar, Rafi’ al-Darajat, alRazzaq, al-Wahhab dan al-Wasi’, nama-nama yang terkait erat dengan Zat-Nya (9), dengan penciptaan-Nya (4), keagungan-Nya (10), tidak nada nama tetapi ada perbuatan (20), ma’ani (16), semuanya adalah husna atau terbaik, semuanya rahmat. Dari penjelasan ini ditetapkan selain tiga nama-nama yang terkait tidak langsung dengan rahmatNya di atas, ditemukan juga nama-nama lain yang juga terkait tidak langsung dengan rahmat-Nya, dan itu sangat banyak. Dari uraian di atas penulis dapat menarik satu kesimpulan bahwa nama-nama Allah yang terbaik terkait dengan rahmat-Nya dapat dikelaskan sebagai berikut: (1) Allah dan Rabb, (2) namanama yang terkait langsung dengan rahmat-Nya: Rahman dan Rahim, (2) nama-nama yang terkait tidak langsung, tapi begitu rapat dengan rahmat-Nya, diringkas menjadi nama-nama yang terkait erat 1 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 9, h. 5548. 2 Lihat tajuk “Allah dan Asma’-Nya” dalam penelitian ini 3 Lihat tajuk “Sistem yang ditetapkan-Nya” pada penelitian ini
63
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
dengan rahmat-Nya, di antara-Nya: al-Rauf, al-Wadud dan alMahabbah, (3) nama-nama lain yang juga terkait tidak langsung dengan rahmat-Nya, (4) nama-nama yang berkesan bertentangan dengan nama-nama rahmat-Nya.1 Untuk lebih mudah memahami nama-nama Allah yang terbaik terkait dengan rahmat-Nya berikut ini penulis gambarkan bagan dalam wujud piramid, karena nama yang berkesan bertentangan itu berujung pada rahmat-Nya secara tidak langsung. Bagan piramid nama-nama Allah yang terbaik terkait dengan rahmat-Nya
Allah /Rabb
Berkait langsung dengan Rahmat-Nya: Rahman dan Rahim Nama-nama berkait rapat dengan Rahmat-Nya: al-Rauf, al-Wadud dan alMahabbah
Nama-nama berkait tidak langsung dengan Rahmat-Nya, berjumlah 92 nama (99 – 7). Di antara-Nya: al-Adl, alRazzaq, al-Hadi, alTawwab dan al-Ghafur.
Nama-nama yang berkesan bertentangan dengan Rahmat-Nya, di antaranya: al-Qahhar, al-Jabbar, al-Mutakbbir, al-Muntaqim
Di antara nama-nama ini akan dikaji juga pada tajuk “Konsep Kehidupan”, seperti: al-Razzaq pada tajuk “Konsep Rezeki”, al-Hadi pada tajuk “Konsep Hidayah”, al-Tawwab dan al-Ghafur pada tajuk “Konsep Taubat.” Berikut ini penulis hanya menulis satu sifat yaitu 1 Tajuk ini akan dikaji pada pembahasan selepas ini.
64
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
al-’Adl, karena pada permasalahan kajian tertulis bahwa manusia selalu bertanya apakah Tuhan itu adil atau zalim? 2.3.4. Al-‘Adl/Maha Adil Dalam al-Qur’an, perkataan ‘adala berserta nama terbitannya berjumlah dua puluh lima (25) ayat.1 Selain ‘adl artinya ungkapan dari pertengahan suatu perkara, tidak berlebihan tidak pula terlalu kikir,2 dalam al-Qur’an adil dapat diertikan juga dengan fida’/tebusan3 atau menyamakan.4 Al-’Adl/Maha Adil bermakna Allah sangat-sangat adil pada semua hukuman-Nya. Keadilan-Nya pada hukum-hukum yang dikenakan dan dijatuhkan kepada hamba-Nya ialah supaya mereka itu hidup mengikuti peraturan syariat dan hukum-hukum-Nya untuk memastikan mereka itu memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.5 Allah mempunyai sifat adil dalam perbuatan-Nya, dan seluruh perbuatan-Nya berjalan sesuai dengan ukuran keadilan dan istiqamah, tidak ada yang cacat sama sekali di dalamnya, semuanya berputar di sekeliling keutamaan dan rahmat-Nya, di antara keadilan dan hikmat-Nya.6 Muktazilah7 berpendapat bahwa Allah sajalah yang Maha Adil. Dia tidak melakukan kezaliman, karena setiap perbuatan zalim hanya terdapat pada manusia. Setiap perbuatan Allah mengandung tujuan dan kebaikan. Dia tidak pernah melupakan kewajiban-Nya.8 Dia tidak menyiksa kanak-kanak kafir disebabkan dosa yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka.9 Al-Ash’ariyah berpendapat bahwa keadilan-Nya yang sebenarnya ialah Dia mempunyai kekuasaan mutlak untuk berbuat
1 Fayd Allah, op.cit., h. 212-213. 2 Al-Jurjani, op.cit., h. 150. 3 Lihat Surah al-Baqarah (2): 48, lihat al-Mahalli, op.cit., h. 10. 4 Lihat Surah al-An‘am (6): 1, lihat al-Jurjani, op.cit., h. 150. 5 Said Haji Ibrahim, op.cit., h. 122. 6 Al-Segaf, op.cit., h. 157-158. 7 Al-Qadi ‘Abd al-Jabbar (t.t), Sharh al-Usul al-Khams, Dr. ‘Abd al-Karim Utman (tahqiq), Kairo: Maktabah Wahbah, h. 132 8 Prof. Dr. Harun Nasution (1971), Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah, Analisa, Perbandingan, Jakarta: Yayasan Penerbitan Universitas Indonesia, h. 50. 9 Al-Qadi, op.cit., h. 132.
65
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
sekehendak-Nya.1 Tidak menjadi kesalahan bagi Allah sekiranya Dia memasukkan seluruh manusia ke dalam surga, begitu juga Dia tidak dikatakan zalim karena memasukkan seluruh manusia ke dalam neraka. Keadilan dan kezaliman tidak ada kaitannya dengan Allah, karena setiap perbuatan-Nya tidak pernah bertentangan dengan hukum atau undang-undang.2 Walaupun terdapat perbedaan antara Muktazilah dan Ash’ariyah dalam melihat keadilan Tuhan, Muktazilah berpendapat keadilan Tuhan menyebabkan Dia harus melakukan kewajiban dalam menjaga keadilan itu, sementara Ash’ariyah berpendapat keadilan Tuhan mutlak dan pasti dan tidak dapat diwajibkan kepada diri-Nya, namun kedua-dua aliran Pemikiran Islam ini sepakat dan satu pendapat bahwa Allah Maha Adil. Di sisi lain, perbedaan aliran Pemikiran ini merupakan ijtihad dalam khilafiah furuk yang tidak merusak akidah. Dari dua definisi di atas dan dua pendapat ini dapat disimpulkan, bahwa Allah selain adil dalam hukum syariat yang ditetapkan-Nya, Dia juga adil dalam perbuatan-Nya. Dia yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya merupakan sisi jawwad/pemurah-Nya, dan meletakkan kejadian itu pada tempatnya merupakan keadilan-Nya. Menciptakan tangan, kaki, mata, hidung, telinga adalah jawwad/pemurah. Meletakkan seluruh anggota tubuh pada tempatnya adalah adil. Kalau diletakkan mata di badan niscaya rusaklah peraturan dan fungsi anggota tubuh itu.3 Dari uraian ini terlihat keadilan-Nya merupakan merupakan rahmat bagi manusia. Allah menyuruh manusia berlaku adil dalam semua perkara dan perbuatan secara mutlak. Yaitu adil terhadap semua manusia termasuk musyrikin. Jangan rasa benci terhadap musyrik membuat muslim tidak berlaku adil, seperti: membunuh anak, atau membunuh perempuan mereka, atau melanggar janji dengan mereka.4 Sekali pun mereka menjadi seteru dan musuh hendaklah juga berlaku adil. Allah berfirman: ... ( 3“uθø)−G=Ï9 Ü>tø%r& uθèδ (#θä9ωôã$# 4 (#θä9ω÷ès? āωr& #’n?tã BΘöθs% ãβ$t↔oΨx© öΝà6¨ΖtΒÌôftƒ Ÿωuρ ( 1 Al-Shahrastani, op.cit., j. 1, h. 101. 2 Al-Ghazali (1972), op.cit.., h. 155. 3 Lihat Surah Fussilat (41): 53., lihat juga al-Ghazali (1985), op.cit., h. 90. 4 Al-Zamakhsari, op.cit., j. 1, h. 600
66
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
... Jangan sekali-kali kebencian kamu terhadap sesuatu kaum itu mendorong kamu kepada tidak melakukan keadilan. Hendaklah kamu berlaku adil (kepada barang siapa jua) karena sikap adil itu lebih hampir kepada takwa... Surah al-Maidah (5): 8. Keadilan merupakan suatu yang diidamkan oleh manusia. Untuk itu Allah memerintahkan agar segala sesuatu dibangunkan berasaskan keadilan. Dia berfirman: ... 4 ÉΑô‰yèø9$$Î/ (#θßϑä3øtrB βr& Ĩ$¨Ζ9$# t÷t/ ΟçFôϑs3ym #sŒÎ)uρ...
... apabila kamu menjalankan hukum di antara manusia, (Allah menyuruh) kamu menghukum dengan adil... Surah al-Nisa’ (4): 58. Keadilan di dalam diri yaitu dengan memelihara seluruh hudud/batasan syariat. Keadilan di dalam anggota tubuh yaitu dengan menggunakannya sesuai dengan izin syariat. Keadilan terhadap keluarga dan masyarakat yaitu dengan meletakkan sesuatu pada tempatnya. Bila tidak, maka perkara itu dinilai sebagai kezaliman. Menyakiti pesakit dengan memberi obat pahit adalah adil, karena meletakkan sesuatu pada tempatnya, tapi memberi senjata kepada orang yang berilmu (bukan buku) adalah zalim. Iman terhadap keadilan Tuhan yaitu keimanan yang memotong segala bentuk keingkaran dan penolakan baik zahir ataupun batin terhadap semua hukum syariat dan perbuatan-Nya.1 Dari uraian ini ditemukan bahwa Allah Maha Adil dalam hukum dan perbuatan-Nya, musibah seperti bencana, gempa dan Tsunami adalah bagian dari keadilan dan rahmat-Nya, karena Dia tidak pernah bersifat zalim. Walaupun Muktazilah dan Ash’ariyah berbeda dalam melihat keadilan Tuhan, namun kedua-dua aliran Pemikiran Islam ini sepakat dan satu pendapat bahwa Allah Maha Adil. Dari uraian ini ditemukan juga bahasa al-Qur’an meminta umat Islam untuk mewujudkan kasih sayang atau minimum bersikap adil, tidak saja kepada muslim yang taat, tetapi juga kepada mereka yang sesat, tidak saja kepada muslim tetapi juga kepada kafir dan musyrik dan munafik.2 1 Al-Ghazali (1985), op.cit., h. 91-92. 2 Lihat ‘rahmat Allah kepada kaum kafir dan musyrik” dan “rahmat Allah kepada Nabi Muhammad” di dalam penelitian ini.
67
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
68
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
2.4. UNGKAPAN YANG TERKESAN BERTENTANGAN DENGAN SIFAT RAHMAT ALLAH
2.4.1. Al-Qahhâr/Maha Perkasa Sebelum membahaskan tentang al-Qahir dan al-Qahhar, sebaiknya dijelaskan secara ringkas tentang sub judul di atas. Jika dirujuk dalam al-Asma al-Husna dibagi menjadi delapan bagian besar, di antaranya al-Jalal/Keagungan yang berjumlah enam belas (16) nama.1 Bila dilihat keenam belas nama ini ditemukan sifat keagungan dan pujian sehingga dapat diringkaskan dalam Jalal dan Ikram. Artinya, keberadaan jalal itu adalah mulia dan layak untuk dipuji. Ini sesuai dengan prinsip al-husna/terbaik dalam nama-namaNya. Al-Qahr secara bahasa menjinakkan, menundukkan untuk mencapai tujuan atau mencegah musuh mencapai tujuannya serta merendahkannya.2 Qahr adalah sifat zatiyah yang dimiliki Allah. Dia menyifatkan diri-Nya dengan al-Qahir dan al-Qahhar.3 Al-Qahir terdapat dua kali di dalam al-Qur’an.4 Ia bermakna bahwa Dia mengatur hamba-Nya sekehendak-Nya, terkadang perkara itu menyusahkan dan memberati hamba-Nya, membuatnya susah dan sedih, terkadang dicabut kehidupan atau sebagian anggota tubuh. Tidak seorang pun yang dapat menolak kehendak-Nya dan keluar dari takdir-Nya. Sedangkan al-Qahhar adalah sifat mubalaghah/superlatif, yang bermakna yang mengalahkan dan tidak terkalahkan. Dia yang mengalahkan para penguasa kejam terhadap hamba-Nya dengan memberikan mereka hukuman, atau mengalahkan semua makhluk dengan mematikan mereka.5
1 (1) Al-Azim, (2) al-‘Aziz, (3) al-‘Ali, (4) al-Muta‘al, (5) al-Qawwi, (6)al-Qahhar, (7)alJabbar, (8)al-Mutakabbir, (9)al-Kabir, (10)al-Karim, (11)al-Hamid, (12)al-Majid, (13)al-Matin, (14)al-Zahir, (15)dhu al-Jalal wa(16) al-Ikram. Lihat 2.2.1 Allah dan Asma’-Nya dalam penelitian ini. 2 Ibn Faris, op.cit., j. 5, h. 28. 3 Al-Segaf, op.cit., h. 181. 4 Lihat Surah al-An‘am (6): 18 dan 61, al-Baqi, op.cit., h. ... 5 Al-Bayhaqi, op.cit., h. 77. Ibn Manzur (t.t), op.cit., j. 42, h. 3764.
69
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Makna lain dari al-Qahhar adalah Allah menguasai sesuatu apa saja yang ada di alam ini serta memaksa segala makhluk mengikuti kehendak-Nya, tanpa dihalangi oleh kuasa-kuasa lain.1 Di dalam alQur’an sifat Allah al-Qahhar ditemukan sebanyak enam ayat.2 Semuanya berganding dengan al-Wahid, sehingga menjadi al-Wahid al-Qahhar. Allah berfirman: ∩⊂∪ â‘$£γs)ø9$# ߉Ïn≡uθø9$# ª!$# ÏΘr& îöyz šχθè%Ìhx(tG•Β Ò>$t/ö‘r&u ÇôfÅb¡9$# Ät<Ås9|Á≈tƒ
Wahai sahabatku berdua yang sepenjara, memuja dan menyembah berbilang-bilang tuhan yang bercerai-berai itukah yang lebih baik atau menyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa, lagi Maha Kuasa? Surah Yusuf (12): 39. Rahmat Allah yang pertama yaitu, di sana sifat penundukan dan penguasaan-Nya yang berulang dan bersinambungan itu ditonjolkan dalam rangka menjelaskan keesaan-Nya.3 Penulis telah menjelaskan bahwa keesaan Allah dibingkahi dengan sifat rahmatNya. Artinya, Dia bersifat al-Qahhar untuk menjelaskan keesaan-Nya agar Dia dengan mudah menyebarkan rahmat kepada semua makhluk. Dalam perkara ini Nabi Yusuf a.s. bertanya, sebagaimana ayat di atas, dan Jawaban darinya ialah Tuhan yang Berkuasa dan Esa itu tentu lebih baik. Rahmat Allah yang kedua yaitu, kekuasaan Allah terhadap makhluk-Nya di alam ini adalah secara mutlak meluas dan menyeluruh. Di antara kekuasaan-Nya adalah mengalahkan kekuasaan raja-raja besar seperti Firaun dan orang-orang yang takabur, seperti Qarun dan umat-umat terdahulu. Semua mereka hancur binasa.4 Dengan kekuasaan mutlak ini, Allah dapat berlaku adil, dan itu adalah rahmat bagi alam. 2.4.2. Al-Jabbâr/Maha Pemaksa Al-Jabbar dapat mempunyai tiga makna. Ketiga-tiga makna ini bila direnungi merupakan rahmat Allah kepada manusia. Pertama, 1 Al-Ghazali (1985), op.cit., h. 77, lihat juga Said Haji Ibrahim, op.cit., h. 75. 2 Iaitu pada Surah Yusuf (12): 39, al-Ra‘ad (13): 16, Sad (38): 65, al-Zumar (39): 4, Ibrahim (14): 48 dan Ghafir (40): 16. 3 Quraish Shihab, op.cit., h. 90-91. 4 Al-Ghazali (1985), op.cit., h. 77; Said Haji Ibrahim, op.cit., h. 77.
70
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Allah menjadikan kuat kelemahan orang-orang yang lemah dari hamba-hamba-Nya, dan karena itu pula dapat menguatkan dan menyatukan hati yang patah atau pecah, yang tunduk kepada kebesaran-Nya. Betapa banyak kurnia-Nya dari musibah, hingga memerintahkan untuk tabah dan sabar serta memberikan pahala yang lebih besar dari musibah itu? Hakikat al-jabr di sini adalah memperbaiki keadaan seorang hamba dengan menyelamatkannya dari kesempitan dan mencegah hal-hal yang dibenci,1 atau Allah berkuasa meluluskan segala kehendak-Nya, mencukupkan segala keperluan dan memperbaiki keadaan seluruh hamba-Nya.2 Kedua, Allah Maha Pemaksa menundukkan segala sesuatu karena kebesaran-Nya dan setiap makhluk tunduk pada keperkasaan-Nya dan kekuatan-Nya, Dia memaksa hamba-Nya supaya sejalan dengan apa yang dimaksudkan oleh hikmah dan kehendak-Nya, dan mereka tidak dapat lepas dari-Nya.3 Ketiga, Allah Maha Tinggi dengan zat-Nya, Dia di atas semua makhlukNya, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat menjauh dari-Nya dan luput dari perhatian-Nya.4 Sifat al-Jabbar bagi Allah hanya terdapat pada satu ayat dan terkait dengan Asma-Nya yang lain. Allah berfirman: ∩⊄⊂∪ šχθà2Îô³ç„ $£ϑtã «!$# z≈ysö6ß™ 4 çÉi9x6tGßϑø9$# â‘$¬6yfø9$# Ⓝ͓yèø9$# ...
...Yang Maha Kuasa; Yang Maha Kuat (menundukkan segalagalanya); Yang Melengkapi segala Kebesaran-Nya. Maha Suci Allah dari segala yang mereka sekutukan dengan-Nya. Surah al-Hashr (59): 23. Pada ayat 23 Surah al-Hashar setelah al-Jabbar ditemukan sifat alMutakabbir. Allah yang mempunyai kuasa secara mutlak. Setiap yang berkuasa di dunia ini tunduk kepada-Nya. Mereka tidak boleh menolak dan membantah kekuasaan-Nya yang meliputi seluruh alam.5
1 Al-Segaf, op.cit., h. 64. 2 Al-Ghazali (1985), op.cit., h. 71, lihat juga Said Haji Ibrahim, op.cit., h. 53. 3 Al-Segaf, op.cit., h. 64; al-Bayhaqi, op.cit., h. 43-44, Ibn Manzur (t.t.), op.cit., j. 7, h. 534. 4 Ibid., h. 64. 5 Said Haji Ibrahim, op.cit., h. 53.
71
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Rahmat Allah selanjutnya Dia melarang hamba-Nya bersifat mutakabbir dan jabbar, karena mengandung sifat anid/keras kepala1 dan mengandung sifat mutakabbir/angkuh.2 ∩⊂∈∪ 9‘$¬6y_ 9Éi9s3tFãΒ É=ù=s% Èe≅à2 4’n?tã ª!$# ßìt7ôÜtƒ šÏ9≡x‹x. š...4 ... Demikianlah Allah meteraikan atas hati tiap-tiap orang yang sombong takabur, lagi bermaharajalela pencerobohannya!” Surah Ghafir (40): 35. Allah akan menutup hati orang yang membantah mengenai maksud ayat-ayat Allah dengan tidak ada sebarang bukti yang sampai kepada mereka dari pihak yang diakui benarnya. Bantahan yang demikian besar kebenciannya dan kemurkaannya di sisi hukum Allah dan di sisi bawaan orang-orang yang beriman hingga tidak dapat menerima panduan-Nya dan kebenaran. Disebut hati dengan takabur dan jabarut karena hati pusat kedua-duanya, hati adalah pengatur tubuh.3 Allah yang bersifat al-Jabbar ini adalah sifat yang dipuji pada hak Allah dan suatu sifat yang keji pada diri makhluk. Mereka yang berkelakuan sombong takabur akan kecewa di dunia, dan di akhirat mendapat kerugian.4 Sebalik itu, ada juga al-jabar yang tidak tercela,5 tercela,5 atau kalaupun dirangkai dengan satu sifat buruk –bagi nabi- disusun dalam bentuk peniadaan.6 Menurut al-Ghazali, al-jabbar dapat diteladani oleh hamba dengan cara menutupi kekurangan diri-Nya, mendidik, mengasah dan mengasuh jiwanya, selanjutnya berusaha pula untuk membantu sesama sehingga mereka dapat bangkit dari kehancuran, bergembira setelah mengalami kesedihan, sehat setelah sakit dan mendekatkan diri kepada Allah7
1 Lihat Surah Hud (11): 19, Ibrahim (14): 15. 2 Lihat Surah Ghafir (40): 35. 3 Al-Sabuni, op.cit., j. 3, h. 102. 4 Said Haji Ibrahim, op.cit., h. 53. 5 Lihat Surah Qaf (50): 45, Qasas (28): 19 6 Lihat Maryam (19): 14-32. 7 Al-Ghazali (1985), op.cit., h. 71; Quraish Shihab, op.cit., h. 69.
72
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
2.4.3. Al-Mutakabbir/Maha Agung Para ahli bahasa berbeda pendapat tentang asal perkataan almutakabbir. Ada yang berkata bahwa ia berasal dari kibr/angkuh, ditambah dengan ta yang berfungsi sebagai takhasus/khusus bagi Allah. Kedua, berasal dari kibriya’, yang bermakna ‘izmah/keagungan, bukan berasal dari kibr/angkuh yang merupakan perbuatan tercela bagi hamba-Nya.1 Mutakabbir bermakna Allah sendiri saja yang bersifat keagungan dan kemegahan. Dia memandang semua makhluk yang ada di alam ini adalah hina, dan Dia memandang kebesaran dan keagungan itu, kecuali diri-Nya sendiri.2 Perlu dicatat bahwa sifat kibriya’ ini ditujukan kepada mereka yang angkuh, yang memandang serta memperlakukan selainnya hina dan rendah.3 Jika makhluk membesarkan diri atau angkuh adalah karena kebodohan dan kebohongan. Kebodohan karena tidak mengetahui kekurangan yang dirasainya pada dirinya sendiri, dan kebohongan karena dia telah membohongi dirinya sebelum orang lain. Bukankah takabur itu mengada-adakan kebesaran pada diri yang pada hakikatnya tidak pernah wujud.4 Sebagaimana ditemukan pada pembahasan sebelumnya bahwa Mutakabbir selalu dikaitkan rapat dengan Jabbar, maka di sisi lain penulis temukan sifat Allah yang senada dengan Mutakabbir yaitu Kabir bukan Akbar. Kenapa di dalam salat mukmin mengucap “Allah Akbar” bukan “Allah Kabir”? Karena urusan dunia itu bagi manusia adalah besar, tetapi salat menyembah Allah lebih besar lagi. Allah lebih besar dari segala sesuatu.5 Ketika muslim menyembah Allah yang Maha Besar dan bersifat Mutakabbir, maka perkara itu akan menenangkan hati-Nya dan menimbulkan rahmat, karena siapa dan apa yang terjadi adalah kecil dan hina, hingga dapat diatasi berkat Allah yang Maha Besar, dan ini adalah rahmat. Inilah contoh sifat Mutakabbir yang terpuji menurut al-Ghazali yang diringkaskan oleh
1 Al-Bayhaqi, op.cit., h. 90. 2 Al-Ghazali (1985), op.cit., h. 72, Said Haji Ibrahim, op.cit., h. 56-57, Quraish Shihab, op.cit., h. 71. 3 Quraish Shihab, op.cit., h. 71. 4 Ibid., h. 71. 5 Al-Bayhaqi, op.cit., h. 187.
73
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Quraish menjadi “memandang hina dan rendah semua syahwat dan perolehan yang dapat diraih juga oleh hewan.”1 2.4.4. Al-Muntaqim/Memiliki Ancaman Al-Muntaqim diambil dari akar kata yang terdiri dari hurufhuruf nun, qaf dan mim. Maknanya berkisar pada tidak menyetujui sesuatu karena ia aib dan buruk. Dari sini kemudian lahir makna menyiksa.2 Secara bahasa al-nuqm adalah balasan dengan siksaan atas apa yang telah diperbuat, atau kebencian yang sampai pada kemurkaan.3 Al-Muntaqim ialah menyiksa dengan pedih kepada taghut, setelah diberi peringatan dan penundaan. Penundaan ini lebih dahsyat dari bila dipercepatkan. Kalau dipercepatkan niscaya Taghut tidak hanyut dalam kemaksiatan dan pembalasannya pun tidak berat dan sakit.4 Rahmat Allah yang pertama ialah tidak ditemukan di dalam alQur’an perkataan muntaqim berbentuk tunggal, apalagi dalam bentuk superlatif atau Maha Pembalas. Perkataan yang ditemui hanya dalam bentuk jamak, muntaqimun, sebanyak tiga kali,5 kata kerja masa lalu, naqamu, sebanyak tujuh kali6 dan sekali kata kerja yang menunjukkan masa hadapan, yantaqimu.7 Kesemuanya merupakan berita ancaman yang akan Allah lakukan pada hari kiamat. Selain itu, ditemui empat ayat dengan istilah dhu alIntiqam/Pemilik Pembalasan.8 Penulis sepakat dengan Quraish bahwa penggunaan bentuk-bentuk jamak,9 tanpa adanya bentuk tunggal memberi kesan bahwa Allah enggan dan tidak suka menunjukkan diri-Nya sebagai Muntaqim. Penggunaan bentuk jamak ini mengisyaratkan bahwa pembalasan atau penyiksaan yang terjadi melibatkan bahkan dilakukan oleh selain-Nya, walau pun diakui1 Al-Ghazali (1985), op.cit., h. 72, Quraish Shihab, op.cit., h. 73. 2 Ibn Faris, op.cit., j. 5, h. 372, Quraish Shihab, op.cit., h. 357. 3 Ibn Manzur (t.t), op.cit., j. 50, h. 4531, al-Segaf, op.cit., h. 45-46. 4 Al-Ghazali (1985), op.cit., h. 124. 5 Lihat Surah al-Mu’minun (23): 22, Saba’ (34):41, al-Dukhan (44):16 6 Lihat Surah al-Tawbah (9):74, al-Buruj (85):8, al-‘Araf (7):136, Zukhruf (43): 25 dan 55, 55, a-Hijr (15):79, al-Rum (30):47 7 Lihat Surah al-A’raf (7):126 8 Lihat Surah Ali ‘Imran (3):4, Maidah (5):95, Ibrahim (14):47, al-Zumr (39):37, Al-Baqi, op.cit., h. 888. Quraish Shihab, op.cit., h. 358. 9 Lihat Surah al-Sajdah (32): 22, al-Zukhruf (43): 41 dan al-Dukhan (44): 16.
74
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Nya bahwa Dia Pemilik Pembalasan.1 Jika demikian, Allah alMuntaqim adalah Dia yang tidak menyetujui kejahatan, tidak menyenanginya serta membenci dan murka terhadap pelakunya yang telah berulang-ulang kali diperingatkan. Allah 2 mengancamnya, menugaskan pihak lain menyiksanya. ∩⊆∪ BΘ$s)ÏFΡ$# ρèŒ Ö“ƒÍ•tã ª!$#uρ 3 Ó‰ƒÏ‰x© Ò>#x‹tã óΟßγs9 «!$# ÏM≈tƒ$t↔Î/ (#ρãx(x. tÏ%©!$# ¨βÎ) 3 ...
...Sesungguhnya orang-orang yang kufur ingkar akan ayat-ayat keterangan Allah itu, bagi mereka azab siksa yang amat berat. (Ingatlah), Allah Maha Kuasa, lagi berhak membalas dengan azab siksa (kepada golongan yang bersalah). Surah Ali ‘Imran (3): 4.3 Allah Maha Kuasa atas setiap perkara dan tidak dapat dikalahkan. Dia Pembalas kesalahan terhadap orang yang melakukan maksiat,4 atau Dia memiliki al-’izzah/keperkasaan sehingga sehingga tidak ada yang dapat mencegah-Nya bila Dia berkehendak, dan tidak ada seorang pun yang dapat mengalahkanNya. Dia Memiliki dendam terhadap orang yang kufur kepadaNya.5 Rahmat Allah yang kedua ialah mengantarkan-Nya untuk dapat membatalkan wa’id/ancaman yang telah dijanjikan-Nya. Bukankah, yang tercela hanya membatalkan janji baik, sedangkan dalam banyak perkara membatalkan ancaman adalah terpuji? Demikianlah Allah yang samudra kasih-Nya tidak bertepi, walaupun ancaman dan siksa-Nya amat pedih.6 Rahmat Allah yang ketiga dari sifat balas kesalahan ialah bahwa pembalasan itu ditujukan kepada orang yang berdosa agar manusia tidak melakukan dosa, karena dosa akan menimbulkan kesengsaraan. Dari keempat-empat nama Allah yang berkesan bertantangan dengan Rahmat-Nya, setelah diuraikan di atas ternyata malah 1 Di dalam al-Qur’an ditemukan ayat-ayat yang berisikan tentang perkara-perkara yang mengandung kesan negatif, disingkirkan daripada sifat dan perbuatan Allah S.W.T. Contohnya, maghdub/orang-orang yang dimurkai (QS al-Fatihah (1): 7) tidak menunjukkan Allah S.W.T. tapi bersifat pasif. Quraish Shihab, op.cit., h. 358-359. 2 Ibid, h. 360. 3 Lihat juga Surah al-Maidah (6): 44; Ibrahim (14): 47 dan al-Zumar (39): 37. 4 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 184. 5 Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 48. 6 Quraish Shihab, op.cit., h. 362.
75
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
berisikan tentang rahmat, dan tiada kesan kezaliman atau anjuran teroris di dalamnya. Berdasarkan pernyataan ini, maka penulis menemukan dan menetapkan pada bagan nomor 3 yang lalu bahwa empat nama-nama yang berkesan bertentangan dengan rahmat-Nya sebenarnya adalah bagian dari rahmat Allah yang tidak langsung.
76
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
2.5. ANALISIS KAJIAN Dari pembentangan di atas, dapat disimpulkan bahwa Allah adalah nama Tuhan yang memiliki nama-nama terbaik. Di antara nama Allah yang sangat fundamental ialah rahmat. Dari pembentangan di atas terdapat dua nama rahmat Allah, satu dengan yang lain saling terkait. (1) Rahman/Maha Pemurah, (2) Rahim/Maha Mengasihani. Menurut al-Qur’an sebagai sumber pemikiran Islam, ditemukan dua makna umum terkait erat dengan rahmat Allah: hakiki atau majas. Makna majas atau makna disandarkan subjek kepada objek, terdapat enam makna. (1) Nabi, (2) Islam, (3) al-Qur’an, (4) surga di akhirat, (5) rezeki (6) lebih khusus lagi: hujan, siang dan malam. Adapun makna hakiki adalah kasih dan sayang-Nya. Manusia tidak dapat mengetahui hakikat makna kasih dan sayang Allah, sebagaimana mereka tidak dapat mengetahui hakikat Allah, tetapi mereka merasakan keberadaan dan rahmat-Nya itu, bahkan mereka sangat memerlukan keduanya dalam hidup di dunia dan di akhirat. Bila Rahman terkait pada tauhid, Rahim pada pengampunan atas dasar Maha Perkasa, maka di samping dua nama terbaik ini, ditemukan juga tiga makna yang rapat, walaupun terdapat perbedaan di dalamnya. (1) al-Rauf pada belas kasihan, (2) al-Wadud kepada pengampunan yang dibangunkan atas dasar cinta kasih, dan (3) al-Mahabbah lebih kepada kelaziman cinta dan dengan memberikan pahala dan memuliakan orang yang dicintai-Nya. Dari kelima-lima nama ini, disimpulkan bahwa Allah Maha Rahmat, rahmat-Nya dibangunkan berasaskan tauhid dan pengampunan, sama ada pengampunan itu berasaskan Maha Perkasa, belas kasih, atau cinta kasih, 1 serta pemberian pahala dan kemuliaan. Al-’Adl artinya Allah sangat adil pada semua hukum dan perbuatan-Nya. Ini dikenal supaya mereka mengikuti peraturan syariat untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Seluruh perbuatan-Nya berputar di sekeliling rahmat dan adil, dan keadilan itu sendiri adalah rahmat untuk memperoleh takwa dan kebahagiaan.
1 Akan dikaji lebih dalam pada bab empat dalam penelitian ini.
77
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Menurut pemikiran Islam, ungkapan yang dikesani bertentangan dengan sifat rahmat di antaranya al-Qahhar, al-Jabbar, al-Mutakabbir dan al-Muntaqim. Al-Qahhar menurut pemikiran Islam adalah Allah mengatur hamba-Nya sekehendak-Nya terkadang menyusahkan dan memberati, Dia mengalahkan dan tak terkalahkan. Di antara makna al-Qahhar adalah kekuasaan-Nya mengalahkan kekuasaan raja-raja besar dan orang-orang yang angkuh dan membesarkan diri, al-Jabbar adalah menjadikan kuat kelemahan orang yang lemah atau memudahkan segala sesuatu atau Zat yang Maha Tinggi, al-Mutakabbir bermakna Dia sendiri saja yang bersifat keagungan dan kemegahan, al-Muntaqim yang artinya menyiksa dengan pedih kepada taghut setelah diberi peringatan dan penundaan. Dari lima kelas nama-nama Allah: (1) Allah, (2) langsung, (3) rapat, (4) tidak langsung, dan (5) berkesan bertentangan, setelah dikaji berujung kepada rahmat. Dari kajian ini dapat juga disimpulkan bahwa rahmat Allah menurut al-Qur’an ialah kasih sayang Allah yang merupakan sifat utama dalam al-Asma’ al-Husna, setelah Allah dan Rabb. Bila dibandingkan antara rahmat Allah dalam al-Qur’an dengan rahmat Allah dalam Alkitab, maka penulis akan menemukan bahwa istilah rahmat Allah juga ditemukan di dalam Alkitab Perjanjian Baru dan Lama. Berdasarkan pembahasan pada bab dua ini, dapat diuraikan bahwa umat Kristiani juga menggunakan perkataan “Allah” untuk menunjukkan “Tuhan” dan perkataan “rahmat” untuk menunjukkan “kasih-Nya”. Namun menjadi berbeda antara konsep Rahmat Allah dalam al-Qur’an menurut perspektif pemikiran Islam dengan konsep kasih Allah dalam Alkitab. Dari pengkajian ini ditemukan dua perbedaan yang asasi, bahwa rahmat Allah dalam al-Qur’an berdiri di atas dua kaki: tauhid dan keampunan. Pertama, Tauhid yang terdiri dari Wahid dan Ahad ini merupakan konsep rahmat Allah dalam al-Qur’an yang asas yang membedakan dengan konsep kasih dalam Alkitab. Artinya, di samping Allah itu Wahid tidak tiga, Dia juga Ahad tidak menyerupai makhluk. Rahmat Allah dalam Alkitab ialah dengan mengakui dogma “Esa dan Tri tunggal” dan “Yesus anak Allah” Aliran pemikiran dalam Islam berbeda pendapat tentang definisi tauhid. Ahli Sunah berpendapat bahwa tauhid adalah 78
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
keesaan dalam zat, sifat dan perbuatan, sementara Muktazilah berpendapat tauhid adalah tidak ada yang qadim selain dari zat-Nya. Menurut penulis perbedaan ini merupakan khilafiah furuk, yang tidak mengeluarkan muslim dari keislaman mereka, karena mereka sepakat bahwa Allah itu Maha Esa dan harus diesakan. Lebih jauh penulis melihat bahwa di dalam al-Qur’an ditemukan bahwa alRahman itu adalah Maha Esa. Dapat juga diartikan bahwa Tuhan yang Maha Esa dan berkuasa itu bila diuraikan adalah Tuhan yang al-Rahman/Maha Pemurah dan al-Rahim/Maha Mengasihani. Perbedaan kedua yang begitu mendasar adalah bahwa dalam alQur’an, Rahim terkait erat dengan sifat ghafur-Nya. Telah dijelaskan bahwa keampunan dalam al-Qur’an terjadi karena Dia Maha Perkasa dan Maha Rahmat, sehingga menurut pemikiran Islam, tidak harus kesalahan manusia ditebus dengan meyakini “anak Allah disalib demi menebus kesalahan manusia.” Menurut Pemikiran Islam, Rahmat Allah itu lebih sempurna dari rahmat makhluk-Nya. Allah adalah rahmat secara mutlak. Dia Tuhan Yang Maha Mengasihani dari segala yang lain yang mengasihani. Dia sangat mencintai orang-orang yang mengasihani sesama hamba-Nya.
79
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
80
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
3. KONSEP RAHMAT DALAM KEHIDUPAN
3.1. PENGENALAN Bab ini akan mengkaji konsep rahmat dalam kehidupan. Ia terdiri dari lima pasal. Pasal pertama, pengenalan. Kedua, mengkaji rahmat Allah dalam al-Qur’an sebagai kitab suci yang mengandung petunjuk bagi umat manusia, di antaranya Surah al-Fatihah. Pasal ketiga, rahmat Allah dalam sistem-Nya di dunia. Pada pasal ini akan mengkaji tentang dua sistem-Nya: pertama, sistem yang baku, tercermin melalui sunnatullah pada alam ini. Kedua, sistem di luar kebiasaan, yang tercermin melalui mukjizat dan peristiwa luar biasa yang lainnya. Pasal keempat, rahmat Allah dalam sistem-Nya di akhirat. Pada pasal ini akan mengkaji tentang tiga hal, pertama, rahmat Allah sebelum surga dan neraka; kedua, rahmat Allah di surga dan neraka; ketiga, rahmat-Nya bagi mukminin. Pasal kelima, kajian yang berkaitan dengan konsep kehidupan, dimulai dari takdir, hakikat cobaan, hidayah, taubat, hakikat baik dan buruk, hakikat hidup dan mati dan ditutup dengan hakikat rezeki. Konsep dan hakikat ini dibahas untuk melihat sejauh mana rahmat Allah di dalamnya.
81
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
3.2. RAHMAT ALLAH TERHADAP AL-QUR’AN
3.2.1. AL-QUR’AN BUKTI RAHMAT ALLAH Satu kesalahan besar bila ada yang menyatakan bahwa alQur’an adalah pengaruh dari pemikiran Nabi Muhammad s.a.w. AlQur’an bukanlah pengaruh dari pemikiran Nabi Muhammad s.a.w.1 Keterkaitan antara al-Qur’an dengan rahmat Allah itu sangat kental dan menyatukan. Al-Qur’an itu adalah rahmat Allah, dan di antara makna rahmat itu adalah al-Qur’an. Ini sesuai dengan ungkapanNya dengan mengistilahkan al-Qur’an dengan “ayat Rahman atau ayat suci dari Tuhan Rahmat”. Selain itu, pada surah Maryam ditemui enam belas kali perkataan Rahman/Tuhan Pemurah dan empat kali disebutkan perkataan rahmat. Allah berfirman: ∩∈∇∪ ) $|‹Å3ç/uρ #Y‰£∨ß™ (#ρ”yz Ç≈uΗ÷q§9$# àM≈tƒ#u ÷ΛÏιø‹n=tæ 4’n?÷Gè? #sŒÎ) ... 4
Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat (Allah) Rahman, mereka segera sujud serta menangis. Surah Maryam (19): 58. Bila mendengar kalam Allah yang berisikan hujjah dan dalil, mereka sujud kepada-Nya sebagai tanda patuh dan syukur, karena mendapat nikmat.2 Disebutkan al-Qur’an sebagai ayat Rahman/Tuhan Maha Mengasihani, karena ia tidak diturunkan untuk menyusahkan manusia. Allah berfirman: ∩⊄∪ #’s+ô±tFÏ9 tβ#uöà)ø9$# y7ø‹n=tã $uΖø9t“Ρr& !$tΒ
Kami tidak menurunkan al-Qur’an kepada mu (wahai Muhammad) supaya engkau menanggung kesusahan. Surah Taha (20): 2. Allah tidak menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad s.a.w. untuk menyusahkan dirinya, tetapi Dia menurunkannya
1 Dr. Muhammad ‘Ali ‘Izza al-‘Arab al-Simahi (1985), Dirasat Hawla Darurah alNubuwwah li Muwajahati al-Wahyi li al-Shubuhat al-Mu’asir, Kairo: Maktabah alAzhar, h. 55. 2 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 127.
82
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
sebagai rahmat agar umat manusia bahagia.1 Ini merupakan kemuliaan dan kebaikan. Ia rahmat dan nur cahaya menuju jalan ke surga. Kaum Musyrik sempat menuduh al-Qur’an sebagai kitab suci yang menyusahkan mereka, maka turunlah ayat ini sebagai bantahan. Ini senada dengan ayat2 “Oleh itu bacalah mana-mana yang mudah kamu dapat membacanya dari al-Qur’an”3 Allah berfirman: ∩⊇∠∪ 9Ï.£‰•Β ÏΒ ö≅yγsù Ìø.Ïe%#Ï9 tβ#uöà)ø9$# $tΡ÷œ£o„ ô‰s)s9uρ “Demi sesungguhnya! Kami telah mudahkan al-Qur’an untuk menjadi peringatan dan pengajaran, maka adakah barang siapa yang mau mengambil peringatan dan pelajaran (darinya)?” Surah al-Qamar (54): 17. Dalam ayat yang lain, ditemui bahwa al-Qur’an berasal dari alRahman/Maha Pemurah dan al-Rahim/Maha Mengasihani. Allah berfirman: ∩⊄∪ ÉΟŠÏm§9$# Ç≈uΗ÷q§9$# zÏiΒ ×≅ƒÍ”∴s?
Turunnya Kitab ini dari Allah Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani. Surah Fussilat (41): 2. Al-Qur’an yang majid ini diturunkan dari Rahman dan Rahim, diturunkan Allah sebagai rahmat bagi seluruh hamba-Nya. Disebutkan dua nama ini sebagai isyarat bahwa ia turun sebagai nikmat yang paling besar hingga hari kiamat.4 Surah Fussilat dimulai dengan ayat ini bertujuan agar al-Qur’an menjadi petunjuk untuk menghindarkan diri dari sisi jahat dan amal yang buruk.5 Al-Qur’an itu rahmat, ditinjau dari beberapa sisi. Pertama, alQur’an itu rahmat karena mengandung pedoman dan petunjuk hingga menepis segala keraguan untuk mencapai kebenaran.6 Allah berfirman:
1 Al-Sabuni, op.cit., j. 2, h. 230. 2 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 141. 3 Lihat Surah al-Muzammil (73): 20. 4 Al-Sabuni, op.cit., j. 3, h. 115. 5 Muhammad al-Ghazali (t.t), op.cit., h. 369. 6 Al-Qasimi, op.cit., j. 5. h. 409.
83
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
“Y‰èδuρ Í‘ρ߉÷Á9$# ’Îû $yϑÏj9 Ö!$x(Ï©uρ öΝà6În/§‘ ÏiΒ ×πsàÏãöθ¨Β Νä3ø?u!$y_ ô‰s% â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'‾≈tƒ
∩∈∠∪ tÏΨÏΒ÷σßϑù=Ïj9 ×πuΗ÷qu‘uρ Wahai umat manusia! Sesungguhnya telah datang kepada kamu al-Qur’an yang menjadi nasihat pengajaran dari Tuhan kamu, dan yang menjadi penawar bagi penyakit-penyakit batin yang ada di dalam dada kamu, dan juga menjadi hidayah petunjuk untuk keselamatan, serta membawa rahmat bagi orang-orang yang beriman. Surah Yunus (10): 57.1 Al-Qur’an petunjuk bagi setiap hati mukmin dan rahmat bagi mereka dalam bermuamalah,2 atau al-Qur’an itu benar-benar petunjuk bagi setiap hati mukmin dan rahmat bagi mereka sebab terhindar dari siksa.3 Al-Qur’an adalah nasihat dari Pencipta manusia, penyembuh dari keraguan dan kebodohan, petunjuk dari kesesatan dan rahmat bagi mukmin.4 Al-Qur’an adalah obat jiwa bagi keraguan dan subhat, ia pembersih dari dosa dan keji, petunjuk yang mengantarkan manusia kepada hidayah dan rahmat Allah Semua ini untuk mukmin, orang yang jujur dan yakin kepada-Nya.5 Kedua, al-Qur’an itu rahmat karena mengandung kisah teladan yang patut dicontohi untuk mengarungi hidup ini. Ia bukan ceritacerita yang diada-adakan. Semua kisah kehidupan yang dikisahkan al-Qur’an benar adanya. Allah berfirman: Å6≈s9uρ 2”utIø(ム$ZVƒÏ‰tn tβ%x. $tΒ 3 É=≈t6ø9F{$# ’Í<'ρT[{ ×οuö9Ïã öΝÎηÅÁ|Ás% ’Îû šχ%x. ô‰s)s9
∩⊇⊇ ∪ tβθãΖÏΒ÷σム5Θöθs)Ïj9 ZπuΗ÷qu‘uρ “Y‰èδuρ &óx« Èe≅à2 Ÿ≅‹ÅÁø(s?uρ ϵ÷ƒy‰tƒ t÷t/ “Ï%©!$# t,ƒÏ‰óÁs? Demi sesungguhnya, kisah nabi-nabi itu mengandung pelajaran yang mendatangkan iktibar bagi orang-orang yang mempunyai akal pikiran. (Kisah nabi-nabi yang terkandung dalam al-Qur’an) bukanlah ia cerita-cerita yang diada-adakan, tetapi ia mengesahkan apa yang tersebut di dalam kitab-kitab agama yang terdahulu darinya, dan ia sebagai keterangan 1 Lihat juga Surah al-Naml (27): 77. 2 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 374. 3 Al-Sabuni, op.cit., j. 2, h. 418. 4 Ibid., j. 1, h. 588. 5 Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 421.
84
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
yang menjelaskan tiap-tiap sesuatu, serta menjadi hidayah petunjuk dan rahmat bagi kaum yang (mau) beriman. Surah Yusuf (12): 111. Ia mengesahkan apa yang terkandung dalam kitab suci sebelumnya, dari Taurat, Injil dan Zabur.1 Dalam kisah al-Qur’an tercatat kisah nabi-nabi dengan kaumnya, bagaimana Allah menyelamatkan mukminin dan membinasakan kaum kafir. AlQur’an bukan dongeng tanpa fakta, ia kitab suci yang berasal dari Allah yang tidak ada dusta. Di dalamnya terperinci perkara halal dan haram, yang dicintai dan yang dibenci. Oleh sebab itu, ia hidayah hati dari kesesatan kepada petunjuk dan mencapai rahmat dari Tuhan di dunia dan di akhirat.2 Ketiga, al-Qur’an itu rahmat karena diturunkan secara beransuransur. Pertama, beransur-ansur dari segi waktu. Mulai dari diturunkan ke Lawh Mahfuz, tidak diketahui bila dan bagaimana. Kemudian dari Lawh Mahfuz ke al-Sama’ al-Dunya, terakhir turun dari al-Sama’ al-Dunya kepada Nabi Muhammad di Gua Hira’ lima ayat pertama dari Surah Iqra.3 Kedua, beransur-ansur dari segi isi hukum. Seperti beransur-ansurnya pengharaman khamar.4 Umat Islam mengetahui bahwa Islam dibangunkan berasaskan akidah dan akhlak selama tiga belas tahun, baharu kemudian setelah hijrah di Madinah hukum syariat diturunkan. Itu pun didahulukan dengan perintah wajib dan larangan yang haram.5 Baharu terakhir sekali datang anjuran untuk melaksanakan yang sunat dan meninggalkan yang makruh.6 1 Muhammad ‘Ali bin Muhammad al-Shawkani (1995), Fath al-Qadir al-Jami‘ bayna Fanni al-Riwayah wa al-Dirayah min ‘Ilmi al-Tafsir, j. 3, Bairut: Dar al-Ma‘rifah, h. 77. 2 Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 498. 3 Ahmad al-Shahat (1986), Dirasat fi Ulum al-Qur’an, Kairo: al-Risalah, h. 37-38 dan 41. 4 Pertama, tentang faedah kurma dan anggur. Surah an-Nahl (16): 67. Kedua, manfaat dan bahaya. Surah al-Baqarah (2): 219. Ketiga, pelarangan minuman keras saat mendekati waktu solat. Surah al-Nisa' (4): 43. Terakhir pelarangan minuman keras bila dan di mana saja. Surah al-Maidah (5): 90-91. 5 Diriwayatkan dari Aishah r.a. yang pertama kali turun dari surah secara rinci di dalamnya dalamnya selalu dibahaskan tentang syurga dan neraka hingga selepas Islam kuat di dalam hatinya, Allah menurunkan halal dan haram. Al-Bukhari, op.cit., kitab Fadail alQur’an, bab Ta’lif al-Qur’an, no. 4993, h. 433. 6 Yang dimaksudkan dengan amar makruf secara wajib adalah memerintahkan yang wajib dan nahi mungkar yang wajib adalah melarang yang haram. Shaykh Ibrahim al-Bayjuri (1977), al-Mukhtar min Sharh al-Bayjuri ‘ala al-Jawharah, Kairo: al-Muassasah al-‘Arabiyah al-Hadithah, h. 247.
85
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Keempat, al-Qur’an itu rahmat karena menguraikan benang kusut yang dialami oleh kedua kitab suci sebelumnya. Allah berfirman: $YΒ$tΒÎ) #y›θãΒ Ü=≈tFÏ. Ï&Î#ö7s% ÏΒuρ çµ÷ΨÏiΒ Ó‰Ïδ$x© çνθè=÷Gtƒuρ ϵÎn/§‘ ÏiΒ 7πoΨÉit/ 4’n?tã tβ%x. yϑsùr&
...4 ºπyϑômu‘uρ
Jika demikian, adakah sama mereka itu dengan orang-orang yang keadaannya sentiasa berasaskan bukti yang terdapat dari (benda-benda yang diciptakan oleh) Tuhannya, dan diikuti oleh Kitab Suci al-Qur’an memberi kenyataan - sebagai saksi dari pihak Tuhan meneguhkan bukti yang tersebut; dan sebelum itu, kenyataan yang serupa diberi oleh Kitab Nabi Musa yang menjadi ikutan dan rahmat (kepada umatnya)?... Surah Hud (11): 17.
Al-Qur’an imam yang diikuti dalam mengarungi dunia dan panduan hukum syariat. Al-Qur’an adalah rahmat dan nikmat yang besar yang diberikan Allah. Al-Qur’an adalah bukti/shahid atas kitab suci Taurat, walaupun ia datang terakhir, karena ia lebih ‘araq/sempurna dalam pemaparan dari Taurat, atau Taurat menjadi shahid/saksi atas kebenaran al-Qur’an, karena ia memberi kabar gembira atas kedatangan Muhammad sebagai utusan Allah.1 Ia juga dapat menguraikan benang kusut dari apa yang dialami oleh para pemikir tentang hidup dan kehidupan ini. 5Θöθs)Ïj9 ZπuΗ÷qu‘uρ “Y‰èδuρ ϵŠÏù (#θà(n=tG÷z$# “Ï%©!$# ÞΟçλm; tÎit7çFÏ9 āωÎ) |=≈tGÅ3ø9$# y7ø‹n=tã $uΖø9t“Ρr& !$tΒuρ
∩∉⊆∪ šχθãΖÏΒ÷σムDan tiadalah Kami menurunkan al-Qur’an kepadamu (wahai Muhammad) melainkan supaya engkau menerangkan kepada mereka akan apa yang mereka berselisihkan padanya; dan supaya menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Surah al-Nahl (16): 64. Bila umat terdahulu selalu mendustakan rasul yang diutus Allah kepada mereka akibat godaan syaitan, maka diturunkannya al-Qur’an untuk menerangkan kepada manusia apa saja yang mereka perselisihkan. Al-Qur’an adalah pemutus di antara manusia 1 Al-Qanwaji, op.cit., j. 6, h. 158.
86
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
dari setiap perkara yang mereka perselisihkan. Dia petunjuk hati dan rahmat bagi orang yang berpegang teguh.1 Dari keempat-empat perkara di atas (pedoman, kisah teladan, beransur-ansur, menguraikan benang kusut) terlihat bagaimana alQur’an merupakan rahmat Allah kepada manusia. Sementara Alkitab bukanlah kalam Allah berdasarkan pada (1) di dalamnya terdapat kalam Allah,2 kalam Yesus3 dan sejarah yang ditulis penulis tentang Yesus,4 (2) ditemukan di dalamnya lima puluh ribu (50.000) kesalahan,5 penghapusan6 dan perubahan,7 serta (3) plagiat antara surat.8 Bila dianalisis al-Qur’an dan membandingkannya dengan Alkitab, maka ditemukan bahwa dalam Islam, ditemui perbedaan di antara kalam Allah yang terkandung dalam al-Qur’an, kalam Nabi Muhammad yang tertulis di dalam hadis, dan sejarah Nabi Muhammad yang termaktub di dalam sirah. Dalam Islam, al-Qur’an merupakan kalam Allah Aliran pemikiran dalam Islam berbeda pendapat tentang pengertian al-Qur’an sebagai kalam Tuhan. Pendapat itu dapat dikumpulkan menjadi empat. (1) apa yang ada di hadapan muslim saat ini adalah al-Qur’an. Ia adalah kalam Tuhan yang makhluk, bila dibaca maka ia adalah ‘arad, bila ditulis ia adalah jism. Dianuti oleh al-Mardariyyah (Mardar m.226 H) dari aliran 1 Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 574. 2 Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain. Alkitab, Perjanjian Lama, Yesaya 45:22, op.cit., h. 782. Lihat juga Yesaya 43:11. 3 27:46 Kira-kira jam tiga berserulah Jesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Alkitab, Perjanjian Baru, Matius 27: 46, op.cit., h. 39. Lihat juga Markus 12:29; 10:18. 4 Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Alkitab, Perjanjian Baru, Markus 11:13, op.cit, h. 57. 5 Ahmad Deedat (1989), Is the Bible God’s Ward?, c. 7, Durban: Islamic Propagation Centre International, h. 13. 6 Sebagaimana telah penulis tulis sebelumnya perkataan ‘Allah S.W.T.” dalam Alkitab berbahasa Inggris sama ada versi King James, atau Contemporery English atau versi Today’s English diganti dengan “God”. Lihat Alkitab Elektronik 2.0.0, Alkitab, Perjanjian Lama, Genesis 1:1. 7 Perubahan dalam bentuk pergantian, penambahan dan pengurangan. Rahmat Allah Khalil Rahman al-Hind (1991), Izhar al-Haq, Zahir: Maktabah al-Thaqafah al-Diniyah, h. 199311. 8 Bandingkan plagiat antara Raja-raja II 19 1-37, op.cit., h. 426-426 dengan Yesaya 37 138, op.cit., h. 768-770. Ahmad Deedat (1989), op.cit., h, h. 4-33.
87
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Muktazilah dan al-Najjariyah (Najjar m.230H) dari al-Jabariyah, serta Khawarij. (2) Al-Qur’an tidak Khalik tidak juga makhluk, dianuti oleh Hisham ibn Hakm. (3) Al-Qur’an adalah qadim dan apa yang ada di hadapan kita saat ini bukanlah kalam Tuhan. Hujjahnya, karena kalam Tuhan adalah satu. Perintah, larangan, berita, janji dan ancaman adalah dimensi-dimensi yang merujuk kepada kalam Tuhan yang satu, bukan kepada bilangan zat Tuhan. Ucapan dan lafaz yang turun atas lisan malaikat menuju para nabi adalah dalalat atas kalam Tuhan yang azali. Dalalat adalah makhluk dan muhdath, sedangkan madlul adalah qadim dan azali. Pendapat ini menurut alAsh’ari. (4) Apa yang dibaca saat ini adalah al-Qur’an kalam Allah yang diturunkan atas lisan Jibrail, ia tertulis di dalam mushaf, di Lawh Mahfuz, ia adalah qadim. Ini pendapat Salaf.1 Walaupun aliran pemikiran dalam Islam berbeda pendapat tentang definisi dari al-Qur’an sebagai kalam Tuhan, tapi semua aliran sepakat bahwa al-Qur’an kalam Tuhan, bukan kalam Nabi Muhammad. Berdasarkan al-Qur’an sebagai sumber pemikiran Islam bahwa ia telah menyatakan tentang dirinya sendiri sebagai kitab suci yang tidak ada keraguan di dalamnya dan petunjuk bagi orang yang beriman.2 Ia dijaga Allah dan dihafal umat Islam. Pemikir Islam kontemporer telah sampai pada kesimpulan bahwa terjemahan al-Qur’an bukanlah al-Qur’an. Ia adalah terjemahan makna al-Qur’an karena al-Qur’an tidak dapat diterjemahkan.3 Pemikir Islam kontemporer juga telah sampai pada kesimpulan bahwa dilarang menulis al-Qur’an dengan rasm imlai atau Latin, tetapi harus dengan rasm al-mushaf, dan telah dibuat panitia untuk mengawasi penerbitan al-Qur’an.4 Dari kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Tuhan yang bersumber dari Allah yang Maha Esa (walaupun aliran pemikiran Islam berbeda tentang definisi al-Qur’an sebagai kalam Tuhan) adalah rahmat terbesar bagi muslim, karena ia 1 Al-Shahrastani, op.cit., j. 1, h. 69, 89, 96, 106-107, lihat juga al-Asy’ari (t.t), op.cit., j. 1, h. 40, 124. 2 Lihat Surah al-Baqarah (2): 3. 3 Muhammad al-Ghazali (1992), Kayfa Nata‘amalu ma‘a al-Qur’an, Mansurah: Dar alWafa’, h. 187-191. Ini berbeza dengan Alkitab, di mana Umat Kristian berpendapat Alkitab terjemahan itu adalah Alkitab, kerana tidak ditemukan Alkitab dalam bahasa asli yang dijadikan sebagai sumber yang dibaca. 4 Dr. ‘Abd al-Hai al-Farmawi (1977), Rasm al-Mushaf bayna al-Muayyidin wa alMu‘aridin, Kairo: Maktabah al-Azhar, h. 210.
88
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
menyatakan dengan sendirinya secara tegas sebagai ayat-ayat yang rahmat dan diturunkan dari Rahman dan Rahim, di sisi lain ia datang dengan kemudahan bukan untuk menyusahkan. 3.2.2. Rahmat Allah dalam al-Fâtihah Bila memahami pasal di atas, maka sudah tentu rahmat Allah melimpah di seluruh surah dan ayat al-Qur’an. Berikut ini, penulis mengambil contoh rahmat-Nya dalam surah al-Fatihah. Al-Fatihah dikatakan dengan umm al-Qur’an karena isi al-Qur’an itu ada empat. Ketuhanan/uluhiyat, hari akhirat/ma’ad, kenabian/nubuwwat, penetapan qada dan qadar. Al-hamd lillah rabb al-’alamin al-rahman al-rahim menunjukkan uluhiyat, maliki yaum al-din menunjukkan ma’ad, iyyaka na’bud wa iyyaka nasta’in menafikan jabar dan takdir manusia dan menetapkan bahwa semuanya berkat qada dan takdir Allah. Ihdina al-sirat al-mustaqim sirat al-lazina an’amta ‘alaihim ghair al-maghdub ‘alihim wa la al-dallin menetapkan qada, qadar serta nubuwwat.1 Lebih jauh al-Razi menjelaskan bahwa alam semesta ini tidak tertib kecuali dengan takdir Allah Rabb al-’Alamin/alam semesta dan atom mengakui kesempurnaan rahmat, fadilah dan ihsan-Nya dengan berkata al-Rahman al-Rahim.2 Inilah dasar sistem alam menurut al-Qur’an yang termaktub secara ringkas di dalam umm alKitab al-Fatihah. Dalam surah yang dibaca, minimum tujuh belas kali sehari semalam ditemui sifat Rahmat Tuhan berulang sebanyak empat kali.3 Yaitu Rahman dan Rahim yang pertama terdapat pada bismillah dan kedua setelah alhamdulillah. Pada bismillah, kedua lafaz itu mengingatkan mukmin kepada rahmat Allah dan keampunan-Nya. Sehingga mukmin tidak malu dan gentar untuk minta bantuan dengan nama-Nya, sekalipun mukmin telah melakukan maksiat.4 Sedangkan perkataan murka /maghdub hanya satu kali, itu pun dalam bentuk nada mohon perlindungan agar muslimin terhindar dari sifat yang dimurkai Allah.
1 Al-Razi, op.cit., j. 1. h. 173. 2 Ibid. h. 187. 3 Prof. Dr. Yusuf al-Qardawi (1995), al-Iman wa al-Hayah, Kairo: Maktabah Wahbah, h. 282. 4 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 1, h. 48.
89
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Menurut al-Razi, lafaz “Allah” mengisyaratkan pada keperkasaan, kekuasaan dan keagungan. Ketika disambungkan dengan Rahman dan Rahim maka ia menunjukkan pada rahmatNya yang banyak dan sempurna dari keperkasaan-Nya.1 Lebih jauh al-Razi menyebutkan beberapa hikmat disebutkan tiga nama Allah, al-Rahman dan al-Rahim. Pertama, Allah bagi aliran yang telah mendahului mengerjakan kebaikan2, al-Rahman bagi orang yang muqtasid/menengah dan al-Rahim bagi orang yang menzalimi diri sendiri. Kedua, Allah yang memberi kepada orang-orang mulia/fudala’, al-Rahman yang memaafkan kesalahan para wali, al-Rahim yang memaafkan kesalahan orang awam.3 Perkataan al-Rahman dan al-Rahim pada bismillah sangat terkait erat dengan memulai pekerjaan dengan nama rahmat-Nya, maka perkataan al-Rahman dan al-Rahim setelah al-hamd, sangat erat kaitannya dengan puji Tuhan setelah selesai mengerjakan sesuatu.4 Menurut al-Qurtubi, al-Shawkani dan Ibn Kathir perkataan alRahman dan al-Rahim sangat terkait erat dengan targhib/sugesti, rabb al-’alamin sangat terkait erat dengan tarhib/ancaman. Maka terkumpullah raghbah dan rahbah agar manusia senang untuk melakukan ketaatan kepada-Nya.5 Berdasarkan perspektif pemikiran Islam di atas penulis dapat menyimpulkannya dengan bagan nomor 5. Menurut penulis menerusi bagan nomor 2 yang lepas, maka di sini ditemukan (1) pada bismillah, Allah terkait erat dengan Rahman, Rahman terkait erat dengan Rahim. (2) pada hamdalah, Allah terkait erat dengan Rahman, dan Rabb terkait erat dengan Rahim. Lihat bagan nomor 4
1 Al-Razi, op.cit., j. 1. h. 168. 2 Lihat Surah al-Waqi‘ah (56): 10. 3 Al-Razi, op.cit., j. 1, h. 171. 4 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 1, h. 52. 5 Al-Shawkani, j. 1, h. 27, lihat juga Surah al-Hijr (15): 49-50.
90
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
4. Bagan kaitan Allah, Rabb dengan Rahman dan Rahim menurut penulis
∩⊇∪ ÉΟŠÏm§9$# Ç≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉΟó¡Î0 ∩⊂∪ ÉΟŠÏm§9$# Ç≈uΗ÷q§9$# ∩⊄∪ šÏϑn=≈yèø9$# Å_Uu‘ ¬! ‰ôϑysø9$#
Artinya, Allah yang mengisyaratkan keperkasaan itu, adalah Tuhan rahmat yang memiliki unsur utama tauhid, Dia juga Rahim karena memiliki sifat rububiyah dengan unsur utama-Nya ampunan. Hujjahnya, semua pemikir Islam sepakat berasaskan penemuan di dalam al-Qur’an bahwa Rahman nama khusus bagi Allah, dan Rahim nama umum, berlaku bagi Allah dan Nabi Muhammad serta manusia. Manusia dapat melakukan tarbiyah (unsur Rahim), sementara manusia tidak dapat menjadi Allah yang Esa (unsur Rahman). Di antara unsur tarbiyah yang paling dominan adalah sifat memaafkan. Untuk lebih jelas kaitan Rabb, Allah dengan Rahman dan Rahim lihat bagan nomor 6. Bandingkan dengan bagan nomor 5 yang merupakan analisis dari perspektif pemikiran Islam, yang telah diuraikan sebelumnya.
5. Bagan Pemikiran Islam
6. Bagan menurut analisis penulis
!$# - kebaikan Targhib Tarhib Å_
Ç≈uΗ÷q§9$# - menengah ÉΟŠÏm§9$# - menzalimi diri
Allah - Rabb
Uu‘
Rahman - Rahim
91
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Sebagaimana yang telah dikaji pada tajuk “Allah dan AsmaNya”, yang menetapkan bahwa manusia semua berkumpul dalam sifat rububiyah Tuhan, dan bercerai berai dengan sifat ilahiyah-Nya, di sini penulis menetapkan bahwa semua manusia memerlukan rububiyah yang Rahim, di antaranya dalam wujud rezeki dan ampunan, tapi tidak semua manusia menyembah Allah yang Rahman. Merupakan kesempurnaan rahmat-Nya seakan-akan Dia berkata: “Ketahuilah kalau kedua orang tuamu mengetahui niscaya kedua-duanya memisahkan diri darimu, kalau istrimu mengetahui niscaya dia minta khulu’, kalau umat mengetahui niscaya umat akan lari jauh meninggalkanmu, kalau tetangga tahu niscaya mereka akan membakar rumahmu, dan Aku tahu semua itu, tapi Aku menutupnya demi kebaikanmu, agar kamu tahu bahwa Aku Tuhan yang Maha Pemurah/Karim.1
1 Al-Razi, op.cit., j. 1, h. 171.
92
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
3.3. RAHMAT ALLAH DALAM SISTEMNYA DI DUNIA
3.3.1 Sistem Yang Ditetapkannya Maksud sistem yang ditetapkan-Nya atau sunnatullah adalah hukum sebab dan akibat. Contohnya, barang siapa yang belajar maka dia akan mendapat ilmu, barang siapa yang bekerja maka dia akan mendapat hasil kerjanya. Sunnatullah ini berlaku bagi seluruh makhluk, muslim ataupun kafir. Dengan ini, manusia dapat menjalankan kehidupannya dengan baik di bumi ini untuk memakmurkan bumi,1 menjadi khalifah2 dan menyembah-Nya.3 Memakmurkan bumi dengan memberi kepada manusia kemampuan/qudrah dan adawat/alat agar memungkinkan bagi mereka untuk melaksanakan tugas. Manusia harus bekerja dan bersungguhsungguh. Tidak mencari penolong kecuali kepada Allah dan Dia adalah Tuhan yang tidak melupakan upah bagi orang yang berbuat baik.4 Inilah peraturan Allah di bumi ini. Peraturan-Nya tetap dan tidak ada perubahan dan penukaran. ∩∉⊄∪ WξƒÏ‰ö7s? «!$# Ïπ¨ΖÝ¡Ï9 y‰ÅgrB s9uρ ( ã≅ö6s% ÏΒ (#öθn=yz šÏ%©!$# †Îû «!$# sπ¨Ζß™
Yang demikian adalah menurut “Sunnatullah” (undangundang peraturan Allah) yang telah lalu; dan engkau tidak sekali-kali akan mendapati sebarang perubahan bagi “Sunnatullah” itu.. Surah al-Ahzab (33): 62. Selain sunnatullah yang terkait erat dengan peraturan alam, terdapat juga sunnatullah yang terkait erat dengan agama, dan itu lebih penting dan lebih berkekalan. Sunnatullah bagi munafik bila berkekalan dalam kemunafikan dan kekufuran serta tidak bertaubat menuju ahli iman, niscaya Allah akan mengalahkan mereka dan menyiksa mereka. Sunnatullah tetap dan tidak berubah.5 1 Lihat Surah Hud (11): 61. 2 Lihat Surah al-Baqarah (2): 30. 3 Lihat Surah al-Zariyat (51): 56. 4 Prof. Dr. Yusuf Qaradawi (1995), Dawr al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtisad al-Islami, Kairo: Maktabah Wahbah, h. 64. 5 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 519.
93
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Suatu yang pasti dalam sunnatullah pada alam ini bahwa Allah mewajibkan bagi diri-Nya rahmat. Allah berfirman: öΝä3¨Ζyèyϑôfu‹s9 4 sπyϑôm§9$# ϵšø(tΡ 4’n?tã |=tGx. 4 °! ≅è% ( ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ’Îû $¨Β yϑÏj9 ≅è%
∩⊇⊄∪ šχθãΖÏΒ÷σムŸω óΟßγsù öΝåκ|¦à(Ρr& (#ÿρçÅ£yz šÏ%©!$# 4 ϵŠÏù |=÷ƒu‘ Ÿω Ïπyϑ≈uŠÉ)ø9$# ÏΘöθtƒ 4’n<Î) Bertanyalah (wahai Muhammad): “Hak milik siapakah segala yang ada di langit dan di bumi?” Katakanlah: “(Semuanya itu) adalah milik Allah. Ia telah menetapkan atas diri-Nya memberi rahmat. Demi sesungguhnya Ia akan menghimpunkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada sebarang syak padanya”. Orang-orang yang merugikan diri sendiri (dengan mensiasiakan pengurniaan Allah), maka mereka (dengan sebab yang tersebut) tidak beriman. Surah al-An’am (6): 12.
Allah mengabarkan bahwa Dia pemilik langit dan bumi serta keduanya. Dia menetapkan kepada diri-Nya yang suci rahmat. Ditegaskan juga bahwa Dia akan mengumpulkan seluruh hambaNya pada hari kiamat kelak. Tetapi, orang yang rugi pada hari kiamat tidak akan mengharapkan akan wujudnya hari kebangkitan, dan tidak pula takut pada peristiwa yang akan menimpanya kelak.1 Ayat ini menjamin agar manusia jangan menduga bahwa Allah menghukum sebelum adanya perhitungan.2 Rahmat-Nya pada ayat di atas dikuatkan lagi dengan sabda Nabi Muhammad s.a.w.:
ﺐ ﻠﻐ ﺗ ﻲﻤﺘ ﺣ ﺭ ﺵ ﹺﺇ ﱠﻥ ﺮ ﹺ ﻌ ﻕ ﺍﹾﻟ ﻮ ﻩ ﹶﻓ ﺪ ﻨﻋ ﻬﻮ ﻪ ﹶﻓ ﺎﹺﺑﻛﺘ ﻲﺐ ﻓ ﺘﻖ ﹶﻛ ﺨ ﹾﻠ ﻪ ﺍﹾﻟ ﻖ ﺍﻟﱠﻠ ﺧﹶﻠ ﺎﹶﻟﻤ ﻀﺒﹺﻲ ﹶﻏ Sebaik saja Allah SWT menciptakan makhluk-Nya. Dia terus menulis dalam kitab yang berada di sisi-Nya di atas Arasy: Sesungguhnya rahmat-Ku mengatasi kemurkaan-Ku. 3 Bahkan dalam al-Qur’an, ketetapan rahmat-Nya ditegaskan sebanyak dua kali. Allah berfirman:
1 Ibid., j. 2, h. 125. 2 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 6, h. 3520. 3 Al-Bukhari, op.cit, kitab Bad’u al-Khalq, bab Huwa al-ladhi yabda’u al-Khalq, no. 3194, h. 258-259.
94
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
ϵšø(tΡ 4’n?tã öΝä3š/u‘ |=tGx. ( öΝä3ø‹n=tæ íΝ≈n=y™ ö≅à)sù $uΖÏG≈tƒ$t↔Î/ tβθãΖÏΒ÷σムšÏ%©!$# x8u!%y` #sŒÎ)uρ …çµ‾Ρr'sù yxn=ô¹r&uρ Íνω÷èt/ .ÏΒ z>$s? ¢ΟèO 7's#≈yγpg¿2 #Lþθß™ öΝä3ΨÏΒ Ÿ≅Ïϑtã ôtΒ …çµ‾Ρr& ( sπyϑôm§9$#
∩∈⊆∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θà(xî Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat keterangan Kami itu datang kepadamu (dengan tujuan hendak bertaubat dari dosa-dosa mereka), maka katakanlah: “Mudahmudahan kamu memperoleh selamat! Tuhan kamu telah menetapkan bagi diri-Nya untuk memberi rahmat (yang melimpah-limpah): bahwasanya barang siapa di antara kamu yang melakukan kejahatan dengan sebab kejahilannya, kemudian ia bertaubat sesudah itu, dan berusaha memperbaiki (amalannya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani”. Surah al-An’am (6): 54. Hormati mukmin dengan menjawab salam dan beri kabar gembira tentang rahmat Allah yang luas. Dia telah menetapkan pada diri-Nya yang mulia sifat rahmat sebagai kurnia, ihsan, anugerah dari-Nya. Bagi yang bersalah dan bertaubat ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Mengasihani.1 Selama Allah telah menetapkan pada diri-Nya rahmat, maka seakan-akan Dia melindungi mereka dari apa-apa yang akan dideritai akibat perbuatan orang lain.2 Di antara sunnatullah ialah barang siapa yang berkehendak melakukan rancangan yang jahat maka rancangan yang jahat itu tidak menimpa melainkan orang yang menjalankannya. Allah berfirman: ö≅yγsù 4 Ï&Î#÷δr'Î/ āωÎ) à⋅Äh÷¡¡9$# ãõ3yϑø9$# ß,‹Ïts† Ÿωuρ 4 ìÄh÷¡¡9$# tõ3tΒuρ ÇÚö‘F{$# ’Îû #Y‘$t6õ3ÏFó™$#
«!$# ÏM¨ΨÝ¡Ï9 y‰ÅgrB s9uρ ( WξƒÏ‰ö7s? «!$# ÏM¨ΨÝ¡Ï9 y‰ÅgrB n=sù 4 tÏ9¨ρF{$# |M¨Ψß™ āωÎ) šχρãÝàΖtƒ
∩⊆⊂∪ ¸ξƒÈθøtrB Sambil bersikap sombong takabur di bumi dan berusaha merancang rancangan-rancangan jahat (terhadap rasul itu), sedang rancangan yang jahat itu tidak menimpa melainkan 1 Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 135-136. 2 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 6, h. 3655.
95
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
orang yang menjalankannya. (Dengan keadaan yang demikian, maka) tidak ada yang mereka tunggu selain dari berlakunya kebinasaan menimpa mereka (sebagaimana yang telah menimpa) orang-orang kafir yang telah lalu. Karena engkau tidak sekali-kali akan mendapati sebarang perubahan bagi “Sunnatullah” (undang-undang peraturan Allah), dan engkau tidak sekali-kali akan mendapati sebarang penukaran bagi perjalanan “ Sunnatullah “ itu. Surah Fatir (35): 43. Orang yang kafir dan takabur untuk mengikuti ayat Allah serta berusaha merancang rancangan jahat terhadap jalan Allah, semua itu tidak akan menimpa melainkan orang yang melakukannya. Seksa-Nya bagi mereka yang mendustakan rasul dan menentang perintahnya tetap baku dan tidak berubah, karena engkau tidak sekali-kali akan mendapati sebarang penukaran bagi perjalanan Sunnatullah itu.1 ∩⊄⊂∪ WξƒÏ‰ö7s? «!$# Ïπ¨ΖÝ¡Ï9 y‰ÅgrB s9uρ ( ã≅ö6s% ÏΒ ôMn=yz ô‰s% ÉL©9$# «!$# sπ¨Ζß™
(Kekalahan orang-orang yang menentang Rasul Allah sudah tetap menurut) “Sunnatullah” (peraturan Allah) yang telah berlaku semenjak dahulu lagi; dan engkau tidak akan mendapati sebarang perubahan bagi cara dan peraturan Allah itu. Surah al-Fath (48): 23. Sunnatullah yang pertama yang ditetapkannya sejak dahulu kala adalah kekalahan kaum kafir dan kemenangan kaum mukminin.2 Sunnatullah bila bertemu aliran kufur dengan aliran iman, niscaya pertolongan Allah berada pada aliran iman dan kekalahan berada pada aliran kafir. Sebagaimana yang terjadi pada perang Badar, walaupun berjumlah sedikit berhadapan dengan kaum kafir yang berjumlah banyak.3 Sunnatullah yang kedua ialah kekalahan berlaku untuk mukmin yang melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya. Inilah yang berlaku pada saat perang Uhud, ketika kemenangan hampir diraih dan harta rampasan telah terlihat di pelupuk mata, maka timbul rasa ingin 1 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 562. 2 Al-Sabuni, op.cit., j. 3, h. 224. 3 Ibn Kathir, op.cit., j. 4, h. 192.
96
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
mengambil harta dan melanggar perintah Nabi Muhammad, dan pada saat itu berlakulah hukum alam. Allah berfirman: ... Ĩ$¨Ψ9$# t÷t/ $yγä9Íρ#y‰çΡ ãΠ$−ƒF{$# y7ù=Ï?uρ ... 4
... Demikian itulah keadaan hari-hari (dunia ini dengan peristiwa-peristiwa kemenangan atau kekalahan), kami gilirkan dia antara sesama manusia... Surah Ali ‘Imran (3): 140. Allah menerangkan sunnatullah secara umum, dengan mengatakan di antara manusia, bukan menggunakan redaksi antara mukmin dan kafir. Maksudnya, kemenangan akan menjadi piala bergilir di antara manusia, tapi jika yang bertarung muslim dengan kafir, maka kemenangan akhirnya pasti berada di pihak mukmin, berkat bantuan-Nya.1 Walaupun Dia begitu benci kepada kekufuran, namun tidak berarti Dia akan memberikan bantuan kepada muslim yang tidak berpegang kepada minhaj-Nya. Oleh karena itu, kafir dapat mengalahkan muslim yang tidak berpegang kepada minhaj ini. Jika, mukmin berpegang kepada minhaj, sudah pasti kemenangan berada di tangan mereka.2 Merupakan rahmat Allah di alam ini yang terletak pada namaNya Rahman dan Rahim ialah Dia menunda siksa hingga hari kiamat kelak. Allah berfirman: $¨ΒÎ) tβρ߉tãθム$tΒ (#÷ρr&u‘ #sŒÎ) #¨Lym 4 #ƒ‰tΒ ß≈oΗ÷q§9$# ã&s! ÷Šß‰ôϑu‹ù=sù Ï's#≈n=āÒ9$# ’Îû tβ%x. tΒ ö≅è% ∩∠∈∪ #Y‰Ζã_ ß#yèôÊr&uρ $ZΡ%s3¨Β @Ÿ° uθèδ ôtΒ šχθßϑn=÷èu‹|¡sù sπtã$¡¡9$# $¨ΒÎ)uρ z>#x‹yèø9$#
Katakanlah (wahai Muhammad): “Sesiapa yang berada di dalam kesesatan, maka biarlah Rahman/Tuhan Kasih melanjutkan baginya satu tempoh yang tertentu, hingga apabila mereka melihat apa yang dijanjikan kepada mereka, sama ada azab sengsara dunia ataupun azab kiamat, maka (pada saat itu) mereka akan mengetahui siapakah orangnya yang lebih buruk kedudukannya dan lebih lemah penyokongpenyokongnya.” Surah Maryam (19): 75.
1 Al-Sya‘rawi, op.cit., j. 3, h. 1780. 2 Ibid, j. 3, h. 1782.
97
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Oleh sebab itu, ditemui dalam al-Fatihah yawm al-din/hari agama, yang maksudnya hari muhasabah/perhitungan dan jaza’/pembalasan.1 Artinya, hutang makhluk dengan Allah akan dibayar pada hari kebangkitan. Apa yang diperoleh di dunia ini merupakan bonus ataupun cobaan. Untuk itu, manusia diharapkan untuk tidak kufur atas rahmat yang terbatas ini. Allah berfirman: ZπyϑÍ←!$s% sπtã$¡¡9$# ÷àßr& !$tΒuρ ’Í< #x‹≈yδ £s9θà)uŠs9 çµ÷G¡¡tΒ u!#§ŸÑ ω÷èt/ .ÏΒ $¨ΨÏiΒ ZπtΗôqy‘ çµ≈oΨø%sŒr& ÷È⌡s9uρ
(#θè=Ïϑtã $yϑÎ/ (#ρãx(x. tÏ%©!$# ¨sÎm6t⊥ãΨn=sù 4 4o_ó¡ßsù=s9 …çνy‰ΨÏã ’Í< ¨βÎ) þ’În1u‘ 4’n<Î) àM÷èÅ_•‘ È⌡s9uρ
∩∈⊃∪ 7á‹Î=xî A>#x‹tã ôÏiΒ Νßγ¨Ψs)ƒÉ‹ãΖs9uρ Demi sesungguhnya! Jika Kami beri dia merasai sesuatu rahmat dari Kami sesudah ia ditimpa sesuatu kesusahan, berkatalah ia (dengan sikap tidak bersyukur): “Ini ialah hak ku (hasil usaha ku semata-mata), dan aku tidak fikir bahwa hari kiamat akan berlaku; dan kalaulah aku dikembalikan kepada Tuhan ku (sekalipun), sudah tentu aku akan memperoleh kebaikan di sisi-Nya (seperti kesenangan ku sekarang ini)!” Maka demi sesungguhnya! Kami akan memberi tahu kepada orang-orang yang kufur ingkar itu akan keburukan apa yang mereka telah kerjakan, dan Kami akan beri mereka merasai azab siksa yang seberat-beratnya. Surah Fussilat (41): 50. Allah menegaskan Dia pasti memberi mereka rahmat dengan menciptakan mereka sesuai hakikat dan memberi amaran sesuai fitrah, tapi tetap saja sebagian dari mereka menyeleweng.2 AlSha’rawi menambahkan pemahaman betapa luas rahmat Tuhan dengan mengatakan, bahwa Dia berikan kepada barang siapa saja, baik yang menyembah-Nya ataupun tidak. Selama Allah menciptakan manusia di bumi, maka Dia menjamin rezeki masingmasing tanpa harus melihat latar belakang makhluknya, beriman atau tidak.3 Ini adalah rahmat bagi mukmin dalam wujud pendidikan.
1 Dr. Muhammad al-Darraz (t.t.), al-Din Dirasah Mumahhadah, Kairo: Dar al-Qalam, h. 7. 2 Al-Tabatabai, op.cit., j. 13, h. 43. 3 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j.1, h. 583.
98
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Bentuk yang lain dari sunnatullah adalah Allah, melindungi mukmin sejati yang sabar saat musibah, dan beramal soleh saat berjaya.1 Allah berfirman:
A>#x‹tã ôÏΒ tÍÏ(≈s3ø9$# çÅgä† yϑsù $oΨuΗ¿qu‘ ÷ρr& zÉë¨Β tΒuρ ª!$# zÍ_s3n=÷δr& ÷βÎ) óΟçF÷ƒuu‘r& ö≅è%
∩⊄∇∪ 5ΟŠÏ9r& Tanyalah (wahai Muhammad, kepada mereka): “Bagaimana pikiran kamu, jika Allah binasakan daku dan orang-orang yang bersama-sama denganku (sebagaimana yang kamu harap-harapkan), atau Ia memberi rahmat kepada kami (sehingga kami dapat mengalahkan kamu), - maka siapakah yang dapat melindungi orang-orang yang kafir dari azab siksa yang tidak terperi sakitnya?”. Surah al-Mulk (67): 28.
Surah al-Mulk ayat 28 ini merupakan perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk menjawab keinginan kaum musyrik yang menginginkan kematian Nabi dan para pengikutnya atau diberi Allah bagi mereka (Nabi dan pengikutnya) rahmat berupa penundaan ajal, maka siapa yang dapat menyelamatkan kafir dari azab-Nya. Apakah berhala dapat menyelamatkan mereka?2 3.3.2. Sistem di luar kebiasaan Pada pembahasan sebelumnya, penulis telah mengkaji tentang kejadian berasaskan sunnatullah yang berlaku berkat izin Allah. Pada pembahasan ini, penulis akan mengkaji secara panjang lebar bagaimana kejadian luar biasa atau ‘inayah Allah yang dapat berlaku atas izin-Nya. Matlamat itu semua untuk menyatakan bahwa sunnatullah dan ‘inayah Allah terjadi karena Dia Musabbib/Pencipta sebab. Sistem sunnatullah dan ‘inayah Allah merupakan pengaruh positif akan adanya rahmat Allah. Ç‘ósßϑs9 šÏ9≡sŒ ¨βÎ) 4 !$pκÌEöθtΒ y‰÷èt/ uÚö‘F{$# Ç‘øtä† y#ø‹Ÿ2 «!$# ÏMuΗ÷qu‘ Ì≈rO#u #’n<Î) öÝàΡ$$sù
∩∈⊃∪ փωs% &óx« Èe≅ä. 4’n?tã uθèδuρ ( 4’tAöθyϑø9$#
1 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 55. 2 Al-Sabuni, op.cit., j. 3. h. 421.
99
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Maka lihatlah olehmu kepada kesan-kesan rahmat Allah, bagaimana Ia menghidupkan bumi sesudah matinya (dengan tanaman-tanaman yang menghijau subur). Sesungguhnya Allah yang demikian kekuasaan-Nya, sudah tentu berkuasa menghidupkan orang-orang yang telah mati. (Ingatlah) Ia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Surah al-Rum (30): 50. Di antara sistem di luar kebiasaan adalah mukjizat, irhas, karamah, sihir dan istidraj. Mukjizat berasal dari perkataan al-’ajzu yang secara bahasa artinya al- du’f/lemah,1 lawan dari alqudrah/berkuasa. Hakikat ‘ijaz ialah menetapkan al-i’jz/kelemahan, kemudian ia disanadkan kepada segala sesuatu yang menyebabkan kelemahan, yaitu perbuatan di luar kebiasaan dan ia dijadikan nama baginya, yaitu mu’jiz kemudian ditambah dengan ta yang memindahkan dari sifat menjadi ism, atau ta itu menunjukkan mubalaghah/bersangatan seperti ‘alim menjadi ‘allamah.2 Perkataan al’ajz menjadi ta’rif bagi menunjukkan suatu keadaan kekurangan atau tidak mampu melakukan sesuatu perkara, sebagai lawan kepada perkataan kekuatan berdasarkan kepada beberapa dalil al-Qur’an.3 Menurut istilah ialah kejadian yang luar biasa yang berlaku pada diri nabi. Tujuannya untuk membuktikan bahwa pembawanya adalah seorang rasul yang diutus oleh Allah4 Menurut al-Taftazani, ia adalah perkara yang di luar kebiasaan terkait erat dengan tentangan yang tidak dapat dilawan, atau perkara yang dimaksudkan darinya kejujuran barang siapa yang mengaku dirinya nabi.5 Berdasarkan pada Surah al-Baqarah (2): 260, Nabi Ibrahim a.s. sebagai salah seorang manusia pada asasnya tidak mampu untuk menghidupkan, tetapi Allah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana memberikan kepadanya perintah untuk menyeru burung-burung yang mati terpenggal itu agar datang kepadanya secara berjalan dengan segera. Inilah beda antara kekuasaan mutlak milik Allah dan 1 Ibn Manzur, op.cit., j. 2, h. 690. 2 Muhyi al-Din al-Safi (1982), al-Nubuwat wa al-Samiyat min Mabahith ‘Ilm al-Kalam, Kairo: Dar al-Tiba‘ah al-Muhammadiyah, h. 25. 3 Prof. Madya Dr. Wan Zailan Kamaruddin (2005), Siapa itu Nabi-Nabi, Kuala Lumpur: PTS Publication, h. 164. 4 Ibid. 5 Sa‘ad al-Din al-Taftazani (1989), Sharh al-Maqasid, j. 5, Kairo: ‘Alam al-Kutub, h. 11.
100
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
kekuasaan nisbi. Kudrat nisbi/relatif yang dimiliki manusia tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain yang tidak memilikinya, namun kudrat Wajib al-Wujud dapat diberikan kepada siapa yang tidak memilikinya hingga akhirnya dia berkuasa.1 Allah memberikan mukjizat kepada Nabi Isa a.s. yang sama dengan Nabi Ibrahim yaitu menghidupkan orang yang sudah mati.2 Segala keistimewaan Isa ibn Maryam tak akan dapat berlaku kecuali dengan izin-Nya, bukan kemampuan Isa membuat bentuk burung dari tanah kemudian ketika ditiupnya menjadi burung, menyembuhkan orang yang buta dan sopak serta menghidupkan orang mati, seluruhnya baru dapat berlaku setelah izin-Nya?3 Mukjizat nabi-nabi di atas terkait erat dengan mukjizat hissiyah. Yaitu mukjizat yang dapat dikesan menggunakan pancaindera manusia. Selain berbentuk hissi mukjizat dapat juga dikategorikan dengan bentuk ‘aql/akal, iatu al-Qur’an.4 Al-Qur’an adalah kitab suci mu’jiz/mukjizat, ia menentang semua penentang untuk membuat satu surah sepertinya, karena kitab suci ini keagungannya di luar batas kebiasaan manusia. Al-Qur’an mukjizat ditinjau dari dua perkara. Pertama, seluruh mukjizat berkekalan berkat informasi yang didapati dan bersumber dari al-Qur’an. Kedua, al-Qur’an itu sendiri adalah hakikat mukjizat. Sebagaimana mukjizat terjadi pada segala sesuatu yang bersifat tabi’ah/kebendaan, maka perkara itu juga dapat berlaku pada al-Qur’an.5 Al-Qur’an adalah mukjizat yang bersumber dari kalam Allah alnafsi. Al-Qur’an yang mukjizat ini mengandung surah dan ayat, ia adalah hadith/baharu, sedangkan kalam Allah adalah qadim. Untuk menggabungkannya al-Ghazali berpendapat bahwa al-Qur’an adalah lafaz mushtarak yang menunjukkan kepada dua arah. Apa yang disifatkan muslimin bahwa al-Qur’an adalah qadim, seperti alQur’an adalah kalam Allah ghayr makhluq/bukan makhluk, maksudnya ialah al-maqru’/yang dibaca. Bila terkait dengan mukjizat yang terdiri dari surah dan ayat, ada awal dan akhir maka ia adalah
1 Shaikh Muhammad Mutawalli Sha'rawi (2004), Tafsir Sha'rawi, Zainal Arifin, MA dkk. (terj.) j. 2, Medan: Duta Azhar, h. 67. 2 Lihat Surah Ali 'Imran (3): 49. 3 Al-Sha‘rawi (2004), op.cit., j. 2, h. 68. 4 Wan Zailan Kamaruddin, op.cit., h. 180-181. 5 Al-Tabatabai, op.cit., j. 1, h. 59.
101
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
ungkapan yang menunjukkan kepada sifat yang hadith, yaitu qiraah/bacaan.1 Mukjizat itu sendiri adalah takrim/kemuliaan dan tafdil/pemberian dari Allah kepada nabi-nabi, bukan kewajiban Allah yang harus diberikan kepada mereka. Muktazilah berpendapat mukjizat wajib diberikan Allah kepada nabi sebagaimana risalah demi terwujudnya salah dan aslah.2 Dijawab bahwa Allah tidak diwajibkan sedikit pun oleh satu makhluk pun.3 Selain mukjizat, terdapat beberapa istilah yang diberikan kepada perkara-perkara luar biasa yang bertentangan dengan keadaan semula jadi dan mempunyai ciri-ciri yang hampir menyamai mukjizat. Antara perkara-perkara itu ialah karamah, irhas, sihir, dan istidraj. Perkataan al-karamah dalam bentuk perkataan nama terbitan berasal dari perkataan kurama yang berarti kemuliaan.4 Karamah adalah peristiwa luar biasa terjadi pada hamba yang soleh sebagai kebiasaan akibat mengikuti nabi yang mendapat syariat dengan akidah yang benar dan amal soleh, baik diketahui atau pun tidak. Karamah boleh terjadi,5 contohnya kejadian yang luar biasa yang berlaku pada diri Maryam. ßø⌠$# |¤ŠÏã ßxŠÅ¡yϑø9$# çµßϑó™$# çµ÷ΖÏiΒ 7πyϑÎ=s3Î/ Ï8çÅe³u;ム©!$# ¨βÎ) ãΝtƒöyϑ≈tƒ èπs3Í×‾≈n=yϑø9$# ÏMs9$s% øŒÎ)
...zΝtƒötΒ
(Ingatlah) ketika malaikat berkata: “Wahai Maryam! Bahwasanya Allah memberikan kabar yang mengembirakanmu, dengan (mengurniakan seorang anak yang engkau akan kandungkan semata-mata dengan) Kalimah dari Allah, nama anak itu: al-Masih, Isa Ibn Maryam ... Surah Ali ‘Imran (3): 45.
Peristiwa luar biasa yang dialami Maryam berlaku berasaskan pada pemilihan yang Allah lakukan jauh hari sebelumnya. Dia telah memilih keluarga Imran, dari keluarga ini lahirlah wanita luar biasa. Maryam mendapat kemuliaan saat dipilih-Nya sebanyak dua kali. Dipilih karena dia suci dan disucikan, dipilih karena dia mendapat 1 Dr. Muhammad ‘Izz al-‘Arab al-Simahi (1987), al-Sifat al-Thubutuyah: Mawqif al-Imam al-Ghazali Minha, ‘Ard wa Tahlil, Kairo: Dar al-Tiba‘ah al-Muhammadiyah, h. 124-125. 2Al-Qadi, op.cit., h. 568. 3 Al-Bayjuri, op.cit. h. 158. 4 Wan Zailan Kamarudin, op.cit., h. 173-174. 5 Bayjuri, op.cit., h. 185.
102
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
kesempatan yang tidak pernah dilakukan wanita di dunia ini. Yaitu melahirkan anak tanpa suami. Ini terlihat jelas dengan anaknya yang dinamakan dengan Isa anak Maryam.1 Kejadian luar biasa yang mengejutkan ini diungkapkan Allah dengan kabar gembira bukan kabar duka. Di sisi lain, anak yang lahir ini akan menjadi orang terkemuka di dunia dan di akhirat. Lebih dari itu, dia juga dekat dengan-Nya dan dapat pula mendekatkan ibunda Maryam dengannya. Tentu saja ini kabar gembira yang tertuang dalam bingkai rahmat-Nya kepada orang yang dipilih-Nya. Tentang kisah Maryam akan dikaji pada bab tiga dari penelitian ini. Menurut Ibn Manzur, al-irhas berasal dari segi bahasa membawa pengertian al-ithbat/menetapkan. Pada asalnya, ia bermaksud asa atau persediaan kepada sesuatu pembinaan. Dari segi istilah ialah pengertian kejadian-kejadian yang menyalahi keadaan semula jadi bagi membuktikan perutusan seseorang sebelum ia dilantik menjadi nabi dan ia kelihatan seolah-olah sebagai asa ke arah persediaannya menjadi seorang nabi.2 Irhas adalah bukti rahmat Allah kepada nabi. Matlamatnya, sebagai persiapan menuju derajat kenabian. Perkataan sihir menurut bahasa adalah amalan yang mendekatkan seseorang kepada syaitan dan dibantu olehnya. Sihir menarik perhatian mata kasar sehingga disangka sebagai suatu perkara yang memang benar-benar berlaku sedangkan pada hakikatnya ia adalah sebaliknya.3 Menurut Ibn Khaldun, sihir adalah ilmu tentang tata cara bagaimana mempersiapkan kemampuan jiwa manusia dalam mempengaruhi pada alam ‘anasir tanpa dibantu oleh Penghuni langit. 4 Sihir adalah perkara yang luar biasa dengan cara melakukan perbuatan-perbuatan tertentu dengan cara belajar, untuk menolong jiwa yang jahat dan dapat dilawan.5 Ilmu ini dikecam oleh syariat, karena berbahaya, dan musyrik karena disyaratkan untuk mencapainya menghadap kepada selain Allah, seperti bintang dan lain-lain.6 Sihir boleh terjadi secara akal,
1 Al-Sha‘rawi (2004), op.cit., j. 2, h. 327. 2 Wan Zailan Kamarudin, op.cit., h. 177. 3 Ibid., h. 173-174. 4 Ibn Khaldun, op.cit., h. 544. 5 Al-Taftazani, op.cit., j. 5, h. 79. 6 Ibn Khaldun, op.cit., h. 544.
103
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
sebagaimana karamah dan mukjizat. Ia diakui keberadaannya oleh al-Qur’an.1 Allah berfirman:
... tósÅb¡9$# }¨$¨Ψ9$# tβθßϑÏk=yèム(#ρãx(x. šÏÜ≈u‹¤±9$# £Å3≈s9uρ...
... Akan tetapi puak-puak syaitan itulah yang kafir (dengan amalan sihirnya); karena merekalah yang mengajarkan manusia ilmu sihir ... Surah al-Baqarah (2): 102. Al-istidraj termasuk dalam perkara-perkara luar biasa. Al-istidraj adalah perkara -perkara luar biasa yang berlaku kepada orang-orang yang tidak mentaati Tuhan.2 Bila muslim dapat menerima mukjizat, karamah, irhas sebagai rahmat Allah bagi nabi-nabi, wali dan orang soleh, bagaimana pula dengan sihir dan istidraj dapat disebut sebagai bagian dari rahmat-Nya? Jawabannya, betapa banyak musibah dan cobaan membuat manusia menjadi lebih dekat kepada Allah dan merasai makna dari kewujudan Tuhan sebagai Zat yang Maha Kuasa dan Maha Rahmat. Nabi Muhammad, Aishah dan Ibnu Umar pernah terkena sihir. Tapi Allah melindungi Nabi Muhammad dari sihir,3 dan umat Islam diminta untuk tetap berlindung kepada Allah dengan membaca Ma’uzatayni dan surah al-Ikhlas sebelum tidur.4 Berdasarkan uraian di atas ditemukan bahwa sistem yang ditetapkan-Nya di dunia berdasarkan rahmat, karena Dia telah menetapkan perkara itu bagi diri-Nya, rahmat-Nya mengatasi kemurkaan-Nya, rahmat-Nya berlaku umum, terutama bagi mukmin. Di dalam sistem di luar kebiasaan ditemukan ‘inayah Allah berupa mukjizat, irhas, karamah yang merupakan rahmat-Nya; adapun sihir dan istidraj adalah rahmat-Nya dari sisi yang lain.
1 Al-Taftazani, op.cit. j. 5. h. 79. 2 Wan Zailan Kamarudin, op.cit., h. 173-174. 3 Lihat Surah al-Maidah (5): 67. 4 Dr. Ahmad Nawfal (2003), al-Tafsir al-Manhaji, j. 10, Kairo: Dar al-Minhal, h. 198.
104
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
3.4. RAHMAT ALLAH DALAM SISTEMNYA DI AKHIRAT
3.4.1. Rahmat Allah Sebelum Surga dan Neraka Hari akhirat adalah hari kiamat yaitu hari pertama mahshar sampai waktu tiada batas. Al-Jahmiyah berpendapat hingga masuknya penduduk surga ke dalam surga, dan penduduk neraka ke dalam neraka.1 Dikatakan hari akhir atau akhirat karena ia akhir dari hari dunia.2 Dikatakan hari kiamat karena manusia qiyam/bangkit dari kubur atau qiyam/tegak hujjah bagi atau atas mereka.3 Dalam aliran pemikiran Islam, terdapat perkara-perkara hari akhirat yang perlu dipaparkan. Di antaranya, menghidupkan yang telah mati, pertanyaan, nikmat dan azab di alam kubur, buku amal, timbangan dan jambatan. Semua ini adalah wujud dari keadilan bagi manusia dan wujud dari rahmat bagi muslim. Allah sendiri telah menyatakan adanya kebangkitan di dalam ayat suci al-Qur’an, karena Dia Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.4 Di antaranya: ... ϵø‹n=tã Üχuθ÷δr& uθèδuρ …çν߉‹Ïèム¢ΟèO t,ù=y⇐ø9$# (#äτy‰ö7tƒ “Ï%©!$# uθèδuρ Dialah yang memulakan kejadian sekalian makhluk, kemudian Ia mengembalikannya (hidup semula sesudah mereka mati), sedang perlaksanaan yang demikian amatlah mudah bagiNya... Surah al-Rum (30): 27. Menurut akal, mengembalikan yang telah tiada adalah jaiz/boleh bagi Allah. Karena segala sesuatu itu bersifat mungkin, kecuali ada yang menyebabkannya wajib atau melarang.5 Tubuh yang dibangkitkan itu adalah tubuh itu sendiri/’ain bukan mithil/serupa
1 Al-Shahrastani, op.cit., j. 1, h. 87, al-Bayjuri, op.cit. h. 211. 2 Dikatakan dunia dengan dunya/rendah, kerana dunia lebih rendah daripada akhirat. AlRazi, op.cit., j. 2, h.36; al-Tabari, op.cit., j. 1, h. 245, al-Qurtubi, op.cit., j. 1, h. 276. 3 Al-Bayjuri, op.cit. h. 211. 4 Ibid., j. 5. h. 82. 5 Al-Taftazani, op.cit., j. 5. h. 82.
105
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
dengannya.1 Manusia melihat hari kebangkitan dalam lima pendapat: (1) tidak mengakui hari kebangkitan, seperti pendapat para dahriyin; (2) tawaquf/abstain seperti pendapat Galinus. (3) Yang dibangkitkan adalah rohani saja, pendapat para ahli falsafah; (4) yang dibangkitkan jasmani saja, kaum muslimin. (5) Yang dibangkitkan jasmani dan rohani, muslimin pentahqiq. 2 Kebangkitan itu sendiri terkait erat dengan rahmat. 3 Allah berfirman: ∩∠∪ íΟŠÎ=tæ @,ù=yz Èe≅ä3Î/ uθèδuρ ( ;ο§tΒ tΑ¨ρr& !$yδr't±Σr& ü“Ï%©!$# $pκÍ‹ósムö≅è%
Katakanlah: “Tulang-tulang yang hancur itu akan dihidupkan oleh Tuhan yang telah menciptakannya pada awal mula wujudnya; dan Ia Maha Mengetahui akan segala keadaan makhluk-makhluk (yang diciptakan-Nya). Surah Yasin (36): 79. Hashar itu sendiri merupakan rahmat Allah Dia berfirman: ∩∇∈∪ #Y‰øùuρ Ç≈uΗ÷q§9$# ’n<Î) tÉ)−Gßϑø9$# çà³øtwΥ tΠöθtƒ
(Ingatlah) hari Kami himpunkan orang-orang yang bertakwa untuk menghadap (Allah) Rahman, dengan berpasukanpasukan. Surah Maryam (19): 85. Pertanyaan di alam kubur yang dilakukan oleh malaikat Munkar dan Nakir dilakukan kepada semua manusia: mukmin, munafik dan kaum kafir. Ibn ‘Abd al-Bar berpendapat bahwa orang kafir tidak ditanya.4 Tapi yang pasti pertanyaan di alam kubur adalah benar adanya, ditambah lagi dengan adanya azab di dalamnya bagi kaum kafir dan pelaku maksiat dan adanya kenikmatan bagi mukmin. Di dalamnya ada bentuk kehidupan, di mana manusia dapat merasakan sakit dan nikmat. 5 Yang disiksa adalah jasad dan roh, menurut al-Tabari yang disiksa hanya badan. Ini diberikan bagi kaum kafir, munafik dan mukmin yang bermaksiat. Kaum munafik dan kafir akan mendapat siksa kubur 1 Al-Bayjuri, op.cit., h. 204. 2 Al-Taftazani, op.cit., j. 5. h. 88. 3 Lihat juga Surah Yasin (36): 51, Surah al-Qiyamah (75): 3 dan Surah Qaf (50): 44. 4 Al-Bayjuri, op.cit., h. 200. 5 Al-Taftazani, op.cit., h. 111-113.
106
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
selamanya, sementara mukmin disesuaikan dengan dosa, atau bahkan dapat dihapus dan dikurangi berkat doa. Nikmat kubur bagi mukmin di antaranya dengan diluaskan kuburan atau terdapat kebun surga di dalamnya dan bersinar terang.1 Perkara ini berdasarkan hujjah yang terdapat di dalam al-Qur’an. Allah berfirman: ÏiΒ 8lρãäz 4’n<Î) ö≅yγsù $oΨÎ/θçΡä‹Î/ $oΨøùutIôã$$sù È÷tFt⊥øO$# $uΖtG÷u‹ômr&uρ È÷tFt⊥øO$# $oΨ−FtΒr& !$uΖ−/u‘ (#θä9$s%
∩⊇⊇∪ 9≅ŠÎ6y™ Mereka diuraikan kepada bahang api neraka pada waktu pagi dan petang (semasa mereka berada dalam alam Barzakh); dan pada hari berlakunya kiamat (diperintahkan kepada malaikat): “Masukkanlah Firaun dan pengikut-pengikutnya ke dalam azab siksa api neraka yang seberat-beratnya!” Surah Ghafir (40):11. 2 Hisab, sirat, mizan perincian keadaan surga dan neraka adalah mumkin/mungkin dan telah disampaikan oleh Nabi Muhammad s.a.w., maka ia wajib untuk diimani.3 Hisab berasal dari perkataan al’adad/menghitung.4 Menurut istilah ialah manusia berhenti di hadapan Allah untuk menghitung amal baik dan buruk, perkataan dan perbuatan secara terperinci setelah menerima buku catatan amal, mukmin ataupun kafir, manusia ataupun jin, kecuali orangorang yang dikecualikan Allah.5 Rahmat Allah yang paling minimum terkait dengan hisab adalah mukmin masuk ke dalam surga tanpa hisab, dan murka Allah yang paling minimum adalah kafir masuk ke dalam neraka tanpa hisab.6 Menurut penulis, perkara ini bagaikan masuknya seseorang mahasiswa ke dalam satu universitas bertaraf Internasional tanpa ujian adalah kebaikan dan rahmat dari pihak universiti yang paling minimum, sedangkan rahmatnya yang lebih besar dari itu adalah kemudahan yang disediakan untuknya seperti biasiswa sepanjang mengikuti kuliah. Pernyataan al-Bayjuri tentang rahmat Allah masuknya mukmin ke surga tanpa hisab sebagai rahmat minimum, 1 Al-Bayjuri, op.cit., h. 202. 2 Lihat juga Surah Ali ‘Imran (3): 169-170, Ghafir (40):11dan Surah Nuh (71): 25. 3 Al-Ash‘ari (1937), op.cit., h. 28, al-Taftazani, op.cit., h. 117. 4 Al-Manzur (tahqiq), op.cit., j. 9, h. 865. 5 Al-Bayjuri, op.cit., h. 207. 6 Ibid., h. 207
107
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
merupakan satu gambaran dari kebenaran sabda Nabi bahwa rahmat-Nya di akhirat amat banyak, sebanyak sembilan puluh sembilan dari keseluruhan peratus rahmat yang dimiliki-Nya. Sedangkan “murka Allah yang paling minimum adalah kafir masuk ke dalam neraka tanpa hisab” menurut pendapat penulis adalah bagaikan penjahat yang masuk penjara tanpa proses hukum, ini merupakan murka yang paling minimum, sedangkan murka yang besar adalah siksaan yang menyakitkan yang didapati oleh penjahat di dalam penjara. Hisab itu dihitungnya amal manusia. Al-Razi berkata bahwa Allah yang Maha Mengetahui telah menciptakan di dalam hati manusia ilmu asas untuk menimbang amal dari pahala dan dosa, atau berdiri di hadapan Allah dan Dia memberi buku di dalamnya tercatat amal baik dan buruk. Dia berkata: “Ini perbuatan burukmu dan Aku maafkan. Ini perbuatan baik mu, Aku lipat gandakan.” Ini adalah ucapan rahmat dari Allah1 Saat orang kafir mengingkarinya, seluruh anggota tubuh akan menjadi saksi. Keadaan orang yang dihisab berbeda-beda, ada yang dalam keadaan mudah, susah, terang-terangan, sembunyisembunyi, dimalukan, dimuliakan dan adil. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa berbeda-beda martabat kesempurnaan dan memalukan yang tercela. Dengannya terdapat peluang untuk berbuat baik dan mencegah diri dari keburukan.2 Dengan rahmat-Nya, Dia menghitung dengan cepat dan Maha Pengampun. Allah berfirman: ∩⊇∉∈∪ 7ΛÏm§‘ Ö‘θà(tós9 …çµ‾ΡÎ)uρ É>$s)Ïèø9$# ßìƒÎ| y7−/u‘ ¨βÎ) ...
... Sesungguhnya Tuhanmu amatlah cepat azab siksa-Nya, dan sesungguhnya Ia Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-An’am (6): 1653 Kedatangan azab pada hari kiamat disifatkan dengan cepat walaupun kiamat itu belum tahu bila datangnya, karena janji Allah pasti tanpa keraguan di dalamnya.1 1 Muhammad bin ‘Umar Fakhr al-Din al-Razi (1981), al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih alGhayb, c. 1, Kairo, Dar al-Fikr, j. 5, h. 206; al-Bayjuri, op.cit., , h. 207. 2 Ibid., h. 207 dan 208. 3 Lihat juga Surah al-A'raf (7): 167, Surah Ali ‘Imran (3): 19 dan 199, al-Baqarah (2): 202, dan al-Maidah (5): 4 serta Surah al-Naba’ (78): 38.
108
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
4 Ü>tø%r& uθèδ ÷ρr& Ì|Át6ø9$# Ëxôϑn=x. āωÎ) Ïπtã$¡¡9$# ãøΒr& !$tΒuρ 4 ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# Ü=ø‹xî ¬!uρ
∩∠∠∪ փωs% &óx« Èe≅à2 4’n?tã ©!$# āχÎ) (Ingatlah), Allah jualah yang mengetahui segala rahasia langit dan bumi; tiadalah hal kedatangan hari kiamat itu melainkan seperti sekelip mata, atau ia lebih cepat lagi; sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Surah al-Nahl (16): 77
Allah memberi semangat bagi muslimin bahwa Dia Maha Pengampun bagi orang yang menjadikan-Nya Pelindung dan Maha Rahmat bagi seluruh makhluk-Nya.2 Apa yang dihisab itu tercatat di buku catatan amal. Kewujudan buku catatan itu benar adanya menurut al-Qur’an, Sunnah dan ijmak. Maksudnya adalah apa yang ditulis oleh Malaikat dari apaapa yang dilakukan hamba di dunia. Mukmin yang taat akan menerima buku amal dari kanan; kaum kafir dari kiri atau belakang, sementara mukmin fasik dari kanan atau kiri atau tidak tentu.3 Buku catatan adalah satu kemaslahatan bagi mukallaf dari malaikat,4 alZamakhsari berpendapat bahwa Allah memiliki kitab yang berisikan tentang amal orang-orang yang berlumba dalam kebaikan atau muqtasid, Dia tidak pernah menzalimi hak seseorang pun dan Dia tidak menempatkan seseorang tidak pada derajatnya.5 Ini merupakan rahmat karena setiap amal tidak ada yang terlupakan dan sia-sia, semuanya tercatat dan tidak ada kezaliman. ∩∉⊄∪ tβθçΗs>ôàムŸω óΟèδuρ 4 Èd,ptø:$$Î/ ß,ÏÜΖtƒ Ò=≈tGÏ. $oΨ÷ƒt$s!uρ ( $yγyèó™ãρ āωÎ) $²¡ø(tΡ ß#Ïk=s3çΡ Ÿωuρ
Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran6, dan mereka tidak dianiaya. Surah al-Mu’minun (23) 62.7 1 Al-Razi (1981), op.cit., j. 5, h. 207. 2 Al-Qanwaji, op.cit., j. 4, h. 295. 3 Al-Bayjuri, op.cit., h. 212. 4 Al-Razi (1981), op.cit., j. 23, h. 110. 5 Al-Zamakhsari (2006), op.cit., j. 3, h. 188. 6 Maksudnya: kitab tempat malaikat-malaikat menuliskan perbuatan-perbuatan seseorang, biarpun buruk atau baik, yang akan dibacakan di hari kiamat. Lihat surah al-Jathiyah (45): 29. 7 Lihat juga Surah al-Jathiyah (45): 29 dan al-Kahfi (18): 49.
109
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Timbangan, sebagaimana setiap manusia menerima buku catatan amal adalah wajib secara sam’i, begitu juga dengan timbangan. Berat dan ringan timbangan seperti di dunia atau yang berat naik dan yang ringan turun, hujjahnya: Allah berfirman: ∩∇∪ tβθßsÎ=ø(ßϑø9$# ãΝèδ šÍ×‾≈s9'ρé'sù …çµãΖƒÎ—≡uθtΒ ôMn=à)rO yϑsù 4 ‘,ysø9$# >‹Í×tΒöθtƒ ãβø—uθø9$#uρ
Dan timbangan amal pada hari itu adalah benar; maka barang siapa yang berat timbangan amalnya (yang baik), maka mereka itulah orang-orang yang berjaya. Surah al-A’raf (7): 8.1 Nabi, malaikat dan manusia yang masuk ke dalam surga tanpa hisab tidak akan mengikuti proses timbangan, sebagaimana mereka juga tidak memiliki buku amal.2 Ini adalah rahmat Allah bagi hamba-hamba pilihan. Timbangan berlaku bagi mukmin karena ada amal baik dan buruk. Sementara bagi kafir karena tidak ada yang baik dan kekal di neraka maka tidak perlu ditimbang, atau tetap ditimbang tetapi semuanya kufur. Al-Ghazali membagikan manusia di hadapan mizan kepada tiga puak: (1) yang tidak memiliki kebaikan sama sekali, (2) yang tidak memiliki kejahatan sama sekali, dan (3) yang memiliki kejahatan dan kebaikan.3 Yang ditimbang “buku amal” atau “amal” itu sendiri atau tidak ada timbangan karena amal bukan benda? Al-Dahhak dan al-’Amash berpendapat, amal tidak dapat ditimbang karena bukan benda. Maksud ditimbang di sini adalah perumpamaan tentang keadilannya,4 pendapat ini juga dianuti oleh Muktazilah. Ash’ari berpendapat yang ditimbang adalah amal kebaikan dan keburukan.5 keburukan.5 Ibnu Umar berkata yang ditimbang adalah buku yang berisikan amal. Mujahid berpendapat yang ditimbang adalah amal yang berbentuk cahaya kebaikan atau kegelapan kejahatan.6 1 Lihat juga Surah al-Anbiya’ (21): 47. 2 Penulis berpendapat bahwa nabi, malaikat dan manusia pilihan selain mendapat rahmat minimun seperti masuk syurga tanpa hisab, tanpa proses timbangan, tentunya mereka mendapat rahmat yang lebih besar lagi dari itu, iaitu masuk ke dalam syurga dengan menikmati segala kemudahannya, bagaikan mahasiswa yang masuk universiti taraf antarabangsa. 3 Al-Ghazali (1987), op.cit., j. 4, h. 553. 4 Al-Qurtubi, op.cit., j. 9, h. 156. Pendapat ini dianut juga oleh Muktazilah, al-Qadi, op.cit., op.cit., h. 735 5 Al-Ash‘ari (t.t), op.cit., h. 472. 6 Al-Qurtubi, op.cit., j. 9, h. 156; al-Bayjuri, op.cit., h. 216.
110
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Walaupun aliran pemikiran dalam Islam berbeda pendapat tentang bagaimana amal ditimbang, menurut al-Qur’an timbangan adalah rahmat-Nya kepada manusia, karena semua perkara yang telah dilakukan manusia dari amal baik dan buruk menjadi adil dan jelas, serta tidak meraba-raba. Sirat artinya adalah al-tariq al-wadih/jalan yang jelas. Menurut istilah adalah titi atau jalan yang terbentang di atas api neraka jahanam, melalui di atasnya orang-orang terdahulu hingga terakhir1 termasuk orang kafir. Menurut Hulaymi, orang kafir tidak melalui jambatan karena mereka langsung masuk neraka.2 Muktazilah membantah adanya jambatan ini karena ia merupakan siksaan.3 Dijawab: Tidak, ini hanya jalan menuju surga. Allah dapat saja memudahkan orang jalan sehingga berjalan bagaikan petir dan kilat.4 Hujjah akan kewujudan jambatan ialah firman-Nya: ∩∠⊇∪ $wŠÅÒø)¨Β $Vϑ÷Fym y7În/u‘ 4’n?tã tβ%x. 4 $yδߊ͑#uρ āωÎ) óΟä3ΖÏiΒ βÎ)uρ
Tiada seorang pun di antara kamu melainkan akan sampai kepadanya; (yang demikian) adalah satu perkara yang mesti (berlaku) yang telah ditetapkan oleh Tuhanmu. Surah Maryam (19): 71. Sirat merupakan rahmat Allah karena dengan melaluinya akan terlihat neraka, dan pada saat itu dia merasa telah dijauhkan dari neraka maka dia akan bersyukur dan berjaya. Allah berfirman: ... 3 y—$sù ô‰s)sù sπ¨Ψyfø9$# Ÿ≅Åz÷Šé&uρ Í‘$¨Ψ9$# Çtã yyÌ“ômã— yϑsù ( ...
... Ketika itu barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga maka sesungguhnya ia telah berjaya... Surah Ali ‘Imran (3): 185.
3.4.2. Rahmat Allah di Surga Dan Neraka Rahmat-Nya yang pertama adalah bahwa surga adalah dar althawab/kampung pahala. Neraka adalah dar al-’adhab/kampung siksa ditetapkan berdasarkan al-Qur’an, sunnah dan ijmak. Kedua1 Ibid., j. 5 h. 119; Al-Bayjuri, op.cit., h. 217. al-Ghazali (1987), op.cit., h. 557. 2 Al-Bayjuri, op.cit., h. 217. 3 Al-Qadi, op.cit., h. 738 4 Al-Taftazani, op.cit., j. 5, h. 117 dan 119.
111
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
duanya telah ada dan telah diciptakan Allah sejak dahulu.1 Di antara dalilnya: neraka yang u’iddat/telah disediakan untuk orang-orang kafir,2 atau, surga yang bidangnya seluas segala langit dan bumi, yang u’iddat/telah disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.3 Perkara ini berbeda pandangan dengan Hishamiyah (m. 226) dari aliran Muktazilah yang menyatakan bahwa surga dan neraka tidak dan belum ada sekarang ini.4 Surga dan neraka adalah makhluk, karena keduanya u’iddat/telah disediakan. Tapi ketahuilah seluruh kenikmatan surga dari tempat tinggal yang mengalir sungai di bawahnya, makanan ataupun pasangan hidup telah diuraikan Allah bahwa ketakutan manusia akan berakhirnya nikmat itu sendiri telah dihapus dengan sebutan wa hum fiha khalidun/mereka kekal di dalamnya. Ini bukti akan kesempurnaan nikmat dan kebahagiaan.5 Surga dan neraka walau pun telah diciptakan tetapi tetap saja manusia tidak tahu di mana kewujudaan keduanya. Berdasarkan alQur’an6 maka ulama tafsir seperti Ibn Kathir dan al-Sabuni7 berpendapat surga berada di atas langit ketujuh di bawah Arasy, neraka berada di bawah bumi ketujuh. Menurut penulis yang sependapat dengan Al-Taftazani dan al-Bayjuri bahwa sebaiknya kita menyerahkan perkara itu kepada Allah.8 Neraka itu berjumlah tujuh, Jahanam (mukmin ‘ahs), Latha (Yahudi), Hutamah (Kristian), Sair (Sabiah), Saqr (Majusi), Jahim (Penyembah Patung), Hawiyah (Munafik). Surga juga berjumlah tujuh yaitu: Firdaus, ‘Adn, Khuld, Naim, Ma’wa, Dar al-Salam, Dar al-Jalal.9 Kedua, bila setiap nikmat Allah patut disyukuri, begitu juga Penguasa hari kiamat harus lebih banyak disyukuri. Hari pembalasan ialah hari untuk membedakan yang baik dan buruk, taat dan maksiat, mengikut dan melanggar. Semua itu tidak akan terlihat jelas kecuali pada hari pembalasan.10 1 Al-Bayjuri, op.cit., h. 220. 2 Lihat Surah al-Baqarah (2): 24 3 Lihat Surah Ali ‘Imran (3): 133 dan Surah al-Shu‘ara’ (26): 90-91. 4 Al-Shahrastani, op.cit., j. 1, h. 72; al-Taftazani, op.cit., j. 5, h. 107. 5 Al-Razi, op.cit., j. 2, h.126. 6 Lihat surah al-Najm (53):14-15. 7 Ibn Kathir, op.cit., j. 4, h. 253, al-Sabuni, op.cit., j. 3, h. 274. 8 Al-Taftazani, op.cit., j. 5, h. 107, al-Bayjuri, op.cit., h. 220. 9 Al-Bayjuri, op.cit., h. 221. 10 Al-Razi, op.cit., j. 1, h. 236
112
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Seandainya tidak ada hari perhitungan, sesuai dengan keadilan Allah, selamatlah orang-orang yang telah berbuat kejahatan tanpa mendapat balasan terhadap kejahatannya. Sebaliknya, sengsaralah orang-orang yang patuh terhadap perintah Allah, karena tidak mendapatkan balasan atas kepatuhannya. Tapi karena hari kiamat itu ada dan pasti, serta Allah yang menguasainya, maka yang patuh diberikan ganjaran yang mulia, sedangkan yang tidak patuh diberikan ganjaran yang hina. Hari kiamat ini adalah rahmat dan patut untuk disyukuri, karena ia boleh memberikan keseimbangan bagi makhluk-Nya dalam kehidupan di dunia ini.1 Kembalinya tampuk kekuasaan kepada Allah pada hari kiamat merupakan wujud dari rahmat-Nya kepada manusia.2 ∩⊄∉∪ #ZÅ¡tã tÍÏ(≈s3ø9$# ’n?tã $Βöθtƒ tβ%Ÿ2uρ 4 Ç≈uΗ÷q§=Ï9 ‘,ysø9$# >‹Í≥tΒöθtƒ à7ù=ßϑø9$#
Kerajaan yang hak3 pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu), satu hari penuh kesukaran bagi orang-orang kafir. Surah al-Furqan (25): 26. Ketiga, dengan adanya surga dan neraka, manusia akan berakhlak mulia dan ia yakin bahwa yang dilakukannya itu akan mendapat pahala di sisi Allah Manusia yang berakhlak mulia ini akan mendatangkan ramai manfaat bagi orang lain. Karena manusia di sekelilingnya dapat mengambil manfaat tersebut, seperti: membela kebenaran dan keadilan, jujur dan menepati janji. Sedangkan manusia yang jahat, yang menyengsarakan orang lain, akan dibalas Allah dengan ganjaran yang setimpal di akhirat. Oleh karena itu Penguasa hari kiamat adalah mizan/penyeimbang dalam hidup dan kehidupan.4 Ini adalah wujud rahmat Allah. Keempat, wujud rahmat-Nya yang tidak dapat dimungkiri ialah bahwa Dia memberi pahala/ganjaran setiap amal yang dilakukan muslim pada hari pembalasan.
1 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 1, h. 68. 2 Ibid., j. 17, h. 10422. 3 Yang dimaksudkan dengan kerajaan yang hak ialah kekuasaan yang mutlak yang tak dapat disertai oleh suatu apa pun juga. 4 Al-Sha’rawi (1991), tafsir, op.cit., j. 1, h. 68.
113
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
öΝÎγ‹Ï?÷σムt∃ôθy™ y7Í×‾≈s9'ρé& öΝåκ÷]ÏiΒ 7‰tnr& t÷t/ (#θè%Ìhx(ムóΟs9uρ Ï&Î#ß™â‘uρ «!$$Î/ (#θãΨtΒ#u tÏ%©!$#uρ
∩⊇∈⊄∪ $VϑŠÏm§‘ #Y‘θà(xî ª!$# tβ%x.uρ 3 öΝèδu‘θã_é& Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasulNya dan mereka pula tidak membeda-bedakan (imannya terhadap) seseorang pun di antara Rasul-rasul itu, (maka) mereka yang demikian, Allah akan memberi mereka pahala mereka. (Ingatlah) adalah Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Nisa’ (4): 152.
Menurut Muktazilah, seorang hamba mampu untuk melakukan perbuatan baik dan buruk, bila telah melakukan ketaatan maka dia berhak untuk menerima pahala.1 Ash’ari berpendapat pemberian pahala merupakan fadilah/pemberian dan dijatuhkannya hukuman itu adalah adil, karena menempatkan sesuatu pada tempatnya. Tidak ada kewajiban bagi Allah kecuali dalam makna bahwa Dia telah berjanji dan Dia tidak pernah mengingkari janji. Alasannya, secara umum Dia tidak memperoleh apa pun dari ketaatan hamba dan tidak mendapatkan kemudaratan dari kemaksiatan, tidak ada yang wajib bagi-Nya untuk memberi pahala bagi yang taat dan dosa bagi yang melakukan maksiat.2 Dia tidak boleh ditanya tentang apa yang Dia lakukan, sedang merekalah yang akan ditanya kelak.3 Ketaatan walau sebanyak apa pun tidak dapat mensyukuri satu nikmat pun.4 Merupakan satu keadilan di akhirat bila Allah menyiksa setiap makhluk yang derhaka kepada Rahman/Tuhan Rahmat. Dia berfirman: ∩∉∪ $|‹ÏGÏã Ç≈uΗ÷q§9$# ’n?tã ‘‰x©r& öΝåκš‰r& >πyè‹Ï© Èe≅ä. ÏΒ ∅tãÍ”∴oΨs9 §ΝèO Sesudah itu, sesungguhnya Kami akan cabut dari tiap-tiap golongan, mana-mana orang yang sangat derhaka kepada (Allah) Rahman, di antara mereka. Surah Maryam (19): 69. Kelima, merupakan bentuk rahmat di akhirat ialah neraka bagi kafir dan pelaku maksiat. Allah berfirman: 1 Al-Shahrastani, op.cit., j. 1, h. 45. 2 Ibid., j. 1, h. 102, lihat juga al-Bayjuri, op.cit., h. 126. 3 Lihat Surah al-Anbiya’ (21): 23. 4 Al-Taftazani, op.cit., j. 5. h. 125.
114
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Ïπ¨ΨÉfø9$# zÏΒ zΟ¨Ψyγy_ ¨βV|øΒV{ y7În/u‘ èπyϑÎ=x. ôM£ϑs?uρ 3 óΟßγs)n=yz y7Ï9≡s%Î!uρ 4 y7•/u‘ zΜÏm§‘ tΒ āωÎ)
∩⊇⊇∪ tÏèuΗødr& Ĩ$¨Ζ9$#uρ Tetapi orang-orang yang telah diberi rahmat oleh Tuhan mu, (mereka bersatu di dalam agama Allah); dan untuk (perselisihan dan rahmat) itulah Allah menjadikan manusia. Dengan yang demikian sempurnalah janji Tuhan mu: “Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka jahanam dengan sekalian jin dan manusia (yang berdosa)”. Surah Hud (11): 119.
Keenam, tidak mendapatkan rahmat bagi pelaku kejahatan di akhirat merupakan bentuk rahmat dari sudut lain, yaitu agar tidak bertambah jahat dan zalim. ∩∠∈∪ tβθßγyϑ÷ètƒ öΝÎγÏΖ≈uŠøóèÛ ’Îû (#θ’fn=©9 9hàÑ ÏiΒ ΝÎγÎ/ $tΒ $uΖø(t±x.uρ öΝßγ≈oΨ÷Η¿qu‘ öθs9uρ *
Sekiranya Kami menaruh rahmat/belas kasihan kepada mereka serta Kami hapuskan kesusahan yang menimpa mereka, niscaya mereka akan tetap terus meraba-raba dalam kesesatan mereka yang melampaui batas itu. Surah al-Mu’minun (23): 75.1 3.4.3. Rahmat Allah Bagi Mukmin di Akhirat Pada pengkajian ini, penulis akan menguraikan bentuk-bentuk rahmat Allah bagi mukmin di akhirat, setelah itu akan dikaji apakah rahmat-Nya yang khusus di akhirat terkait erat dengan Rahim sebagaimana perspektif pemikir Islam atau tidak. Rahmat Allah bagi mukmin. Pertama, rahmat Allah yang hakiki terdapat di akhirat, di akhirat rahmat-Nya berisikan sembilan puluh sembilan rahmat, sementara di dunia rahmat-Nya sangat terbatas.2 Rasulullah s.a.w bersabda:
ﺰﺀًﺍ ﺟ ﺽ ﺭ ﹺ ﻲ ﺍ َﻷﺰ ﹶﻝ ﻓ ﻧﻭﹶﺃ ﲔ ﻌ ﺴ ﺗﻭ ﻌ ﹰﺔ ﺴ ﺗ ﻩ ﺪ ﻨﻋ ﻚ ﺴ ﻣ ﺰ ٍﺀ ﹶﻓﹶﺄ ﺟ ﺎﹶﺋ ﹶﺔﻤ ﹶﺔ ﻣ ﺣ ﺮ ﻪ ﺍﻟ ﻌ ﹶﻞ ﺍﻟﱠﻠ ﺟ ﻴ ﹶﺔﺸ ﺧ ﺎﺪﻫ ﻭﹶﻟ ﻦ ﻋ ﺎﺮﻫ ﻓﺎﺑ ﹸﺔ ﺣﺍﻊ ﺍﻟﺪ ﺮﹶﻓ ﺗ ﻰﺣﺘ ﻖ ﺋﻼ ﺨﹶ ﻢ ﺍﹾﻟ ﺣ ﺍﺘﺮﺗ ﺰ ِﺀ ﺠ ﻚ ﺍﹾﻟ ﻟ ﹶﺫﻤﻦ ﺍ ﹶﻓﺣﺪ ﺍﻭ ﻪ ﺒﻴﺗﺼ ﹶﺃ ﹾﻥ 1 Lihat juga Surah al-Insan (76): 31. 2 Lihat Surah Ya Sin (36): 44
115
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Allah menjadikan rahmat sebanyak seratus bagian. Dia menahan di sisi-Nya sebanyak sembilan puluh sembilan dan diturunkan ke bumi hanya satu bagian. Dari satu bagian inilah seluruh makhluk saling kasih mengasihi antara satu sama lain sehinggakan binatang mengangkat kaki dari anaknya takut terpijak atau menyakiti anaknya.1 Rahmat Allah yang terluas bahwa setiap mukmin pasti masuk surga.2
ﺧ ﹶﻞ ﺩ ﻴﺌﹰﺎﺷ ﻪ ﻙ ﺑﹺﺎﻟﱠﻠ ﺸ ﹺﺮ ﻳ ﻚ ﻻ ﺘﻣ ﻦ ﹸﺃ ﻣ ﺎﺕﻦ ﻣ ﻣ ﻪ ﻧﺮﻧﹺﻲ ﹶﺃ ﺸ ﺒﻼﻡ ﹶﻓﻪ ﺍﻟﺴ ﻴﻋﹶﻠ ﺮﹺﻳ ﹸﻞﺎﻧﹺﻲ ﹺﺟﺒﹶﺃﺗ ﻕ ﺮ ﺳ ﻭﹺﺇ ﹾﻥ ﻰﺯﻧ ﻭﹺﺇ ﹾﻥ ﻕ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺮ ﺳ ﻭﹺﺇ ﹾﻥ ﻰﻧﻭﹺﺇ ﹾﻥ ﺯ ﺖ ﻨ ﹶﺔ ﹸﻗ ﹾﻠﺠ ﺍﹾﻟ Jibril a.s telah mendatangi aku lalu memberitahu berita gembira, yaitu barang siapa yang mati di kalangan umatku dalam keadaan tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu, niscaya dia akan dimasukkan ke dalam surga. Abu Zar bertanya: Walaupun dia berzina dan mencuri? Rasulullah bersabda: Walaupun dia berzina dan mencuri.3 Di antara pentafsiran al-Razi tentang ‘ibadahu bi al-ghayb adalah mukmin yang beriman kepada yang ghaib dan menyembah Allah secara rahasia. Karena munafik menyembah-Nya secara nyata saja.4 ∩∉⊇∪ $|‹Ï?ù'tΒ …çν߉ôãuρ tβ%x. …çµ‾ΡÎ) 4 Í=ø‹tóø9$$Î/ …çνyŠ$t7Ïã ß≈oΗ÷q§9$# y‰tãuρ ÉL©9$# Aβô‰tã ÏM≈¨Ζy_
(Yaitu) surga ‘Adn yang telah dijanjikan oleh (Allah) Rahman kepada hamba-hamba-Nya disebabkan kepercayaan mereka akan perkara-perkara yang ghaib; sesungguhnya Tuhan itu, janji-Nya tetap berlaku. Surah Maryam (19): 61. Berdasarkan firman Allah dalam al-Qur’an5 al-Ash’ari berpendapat bahwa penghuni surga kekal di surga. Sementara 1 Al-Bukhari, op.cit, kitab al-Adab, bab Ja‘ala Allah al-Rahmah fi Miah Juz’, no. 6000, h. 508. 2 Al-Ghazali (1987), op.cit., j. 4, h. 579. 3 Al-Bukhari, op.cit., kitab al-Janaiz, bab Man Kana akhiru Kalamihi, no. 1237, h. 96-97. 4 Al-Razi, op.cit., j. 21 h. 237. 5 Terdapat empat puluh empat kali perkataan khalidina/kekal, untuk penghuni syurga sebanyak dua puluh enam kali, dan penghuni neraka sebanyak tujuh belas kali, serta satu kali dalam bentuk godaan Iblis kepada Adam. Perkataan khalidina ditambah dengan abada/selama-lamanya sebanyak sebelas kali kali. Al-Baqi, op.cit., h. 301 dan 3.
116
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
kaum kafir secara umum kekal di dalam neraka.1 Apakah bayi kafir masuk surga atau neraka? Ash’ariyah berpendapat bayi kafir karena kekafiran ayahnya akan masuk neraka,2 Muktazilah berpendapat bahwa bayi kafir berada di manzilah bayna manzilatayn atau menjadi khadam di surga.3 Berdasarkan hadis Nabi Muhammad s.a.w. penulis berpendapat hanya Allah Yang Maha Mengetahui di mana bayi kafir itu akan Dia tempatkan, karena semua bayi terlahir berdasarkan fitrah. Fitrah diertikan dengan Islam.4 Kedua, rahmat Allah bagi mukmin ialah dari sistem hitung yang ditetapkannya, setiap niat baik mendapatkan satu pahala, bila dilakukan menjadi sepuluh kali ganda, tujuh puluh kali ganda sampai dengan tujuh ratus kali ganda bahkan lebih tanpa batas, bergantung kepada keikhlasan dan niat baik.5 Rasulullah s.a.w. bersabda:
ﺎ َﺀ ﺍﷲﺎﺷﻒ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﻣ ﻌ ﺿ ﺔ ﺎﹶﺋﻌﻤ ﺒﺳ ﺎ ﹺﺇﻟﹶﻰﻟﻬﻣﺜﹶﺎ ﺸ ﹺﺮ ﹶﺃ ﻌ ﻨ ﹸﺔ ﹺﺑﺴ ﳊ ﺍ ﹶﻋﻒ ﺎﻳﻀ ﻡﺑ ﹺﻦ ﺁﺩﻤ ﹴﻞ ﺍ ﻋ ﹸﻛ ﱡﻞ Setiap amal anak Adam dilipat gandakan, satu kebaikan mendapat sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali ganda, hingga berlipat ganda sesuka Allah.6 Bila berniat berbuat jahat dan tidak dilakukan mendapatkan satu kebaikan, bila dilakukan mendapat satu kejahatan. Rasulullah s.a.w bersabda
ﺔ ﻨـﺤﺴ ﻢ ﹺﺑ ﻫ ﻭﹺﺇﺫﹶﺍ ﻴﹶﺌ ﹰﺔﺳ ﺎﻮﻫﺘﺒﺎ ﻓﹶﺎ ﹾﻛﻤﹶﻠﻬ ﻋ ﻪ ﹶﻓﹺﺈ ﹾﻥ ﻴﻋﹶﻠ ﺎﻮﻫﺘﺒﺗ ﹾﻜ ﺔ ﻓﹶﻼ ﻴﹶﺌﺴ ﻱ ﺑﹺﺒﺪﻋ ﻢ ﻫ ﹺﺇﺫﹶﺍ ﺍﺸﺮ ﻋ ﺎﺒﻮﻫﺘﺎ ﻓﹶﺎ ﹾﻛﻤﹶﻠﻬ ﻋ ﻨ ﹰﺔ ﹶﻓﹺﺈ ﹾﻥﺴ ﺣ ﺎﻮﻫﺘﺒﺎ ﻓﹶﺎ ﹾﻛﻤ ﹾﻠﻬ ﻌ ﻳ ﻢ ﹶﻓﹶﻠ Allah berfirman kepada Malaikat pencatat amalan: Apabila hamba-Ku berniat ingin melakukan kejahatan, maka jangan lagi kamu menulisnya sebagai amalan kejahatan. Apabila dia melakukannya barulah kamu menulisnya sebagai satu amalan kejahatan. Jika hamba-Ku berniat ingin melakukan kebaikan, tetapi dia tidak lagi melakukannya, maka catatkanlah sebagai
1 Al-Ash‘ari (1397), op.cit., h. 229. 2 Ibid., h. 193. 3 Al-Qadi, op.cit., h. 697; al-Taftazani, op.cit., j. 5, h. 131. 4 Imam Malik, op.cit, kitab Janaiz, bab 16, h. 241. 5 Al-Bayjuri, op.cit., h. 209. 6 Muslim, op.cit., kitab al-Siyam, bab Fadlu al-Siyam, no 164, h. 862
117
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
satu amalan kebaikan. Jika dia melakukannya catatkanlah kebaikan itu sepuluh kali ganda. 1
maka
Hadis di atas tidak bertentangan dengan keadilan Tuhan, karena setiap orang menanggung amalan masing-masing. Ini karena tidak seorang pun yang dapat menghambat pemberian Tuhan bila Dia berkehendak untuk memberi. 4... 3“t÷zé& u‘ø—Íρ ×οu‘Η#uρ â‘Ì“s? Ÿωuρ 4 $pκön=tæ āωÎ) C§ø(tΡ ‘≅à2 Ü=Å¡õ3s? Ÿωuρ ...
...Tiadalah (kejahatan) yang diusahakan oleh tiap-tiap seorang melainkan orang itulah saja yang menanggung dosanya; dan seseorang yang boleh memikul tidak akan memikul dosa perbuatan orang lain (bahkan dosa usahanya saja)... Surah al-An’am (6): 164. Bahkan, umat yang amalan baik dan buruknya sama berat, mereka yang dikenali dengan istilah penduduk A’raf, setelah proses penduduk surga semua masuk ke surga dan neraka masuk neraka, mereka pun diperkenankan untuk masuk ke dalam surga.2 AlZahabi mencontohkan penduduk A’raf ini dengan seorang mujahid yang mati syahid tapi derhaka kepada orang tua.3 Ketiga, rahmat Allah bagi mukmin ialah adanya syafaat di hari akhirat. Selain nabi, para syuhada, ulama, orang soleh, wali Allah, malaikat juga dapat memberi syafaat. Sementara yang diberi syafaat adalah muslim yang melakukan dosa termasuk dosa besar selain murtad atau kafir.4 Allah berfirman: ∩⊇⊃∪ Zωöθs% …çµs9 zÅÌu‘uρ ß≈oΗ÷q§9$# ã&s! tβÏŒr& ôtΒ āωÎ) èπyè≈x(¤±9$# ßìx(Ζs? āω 7‹Í×tΒöθtƒ
Pada hari itu, tidak berfaedah syafaat (dari dan kepada sesiapapun) kecuali dari orang yang diizinkan oleh Allah yang melimpah-limpah rahmat-Nya, dan kepada orang yang diredai perkataannya. Surah Thaha (20): 109.
1 Al-Bukhari, op.cit., kitab Iman no 40, Muslim, op.cit., kitab Iman no 183. 2 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 7, h. 4152. 3 Imam Abu ‘Abd Allah Muhammad Sams al-Din al- Zahabi (1989), al-Kabair, Kairo: Dar al-Irsad. h. 35. 4 Al-Bayjuri, op.cit. h. 228. Al-Ghazali (1987), op.cit., j. 4, h. 559.
118
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Man berarti fa’il/pemberi atau maf’ul/penerima syafaat.1 Syafaat dapat diberikan karena syafaat merupakan buah ikatan janji dengan Rahman/Tuhan kasih. ∩∇∠∪ #Y‰ôγtã Ç≈uΗ÷q§9$# y‰ΖÏã x‹sƒªB$# ÇtΒ āωÎ) sπyè≈x(¤±9$# tβθä3Î=ôϑtƒ āω Mereka tidak berhak mendapat dan memberi syafaat, kecuali orang yang telah mengikat perjanjian (dengan iman dan amal yang soleh) di sisi Allah yang melimpah-limpah rahmat-Nya!. Surah Maryam (19): 87. Syafaat menurut bahasa artinya wasilah/sarana wa altalab/permintaan. Menurut istilah ialah permohonan baik dari orang lain untuk orang lain. Syafaat raja ialah ampunan darinya. Allah memberi syafaat bagi orang yang mengakui tiada Tuhan selain Allah dan menetapkan rasul yang diutus kepada mereka. Nabi Muhammad pemberi syafaat dan syafaatnya pasti diterima dan dia adalah pemberi syafaat nomor satu. Syafaat Nabi Muhammad ini di antaranya (1) masuknya kaum ke surga tanpa hisab; (2) tidak masuk neraka orang yang layak masuk neraka; (3) keluar setiap orang yang bertauhid dari neraka atau (4) naik derajat di dalam surga. 2 Syafaat adalah wujud rahmat Allah. Muktazilah mengingkari syafaat karena tidak adil.3 Menurut penulis syafaat terkait erat dengan rahmat dan kasih-Nya bukan keadilan-Nya. Keempat, ucapan selamat. Rahmat Allah di surga tidak saja ditemukan mukminin dalam bentuk berlimpah ruahnya harta dan kenikmatan, tapi ucapan salam di surga juga merupakan rahmat yang diperlukan bagi jiwa yang damai. Untuk itu, Allah mengucapkan salam bagi penduduk surga secara langsung atau melalui perantara, sebagai wujud penghormatan.4 Allah berfirman: ∩∈∇∪ 5ΟŠÏm§‘ 5b>§‘ ÏiΒ Zωöθs% ÖΝ≈n=y™
(Mereka juga memperoleh ) ucapan salam sejahtera dari Tuhan Yang Maha Mengasihani. Surah Ya Sin (36) 58.
1 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 2, h. 554. 2 Al-Bayjuri, op.cit. h. 227-228. 3 Al-Qadi, op.cit., h. 688; al-Bayjuri, op.cit, h. 227-228. 4 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 3, h. 327.
119
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Kelima, limpahan pemberian. Setelah masuk surga pemberian dalam bentuk rahmat pun mengalir tiada henti di surga. Allah berfirman: ∩⊂⊄∪ 8ΛÏm§‘ 9‘θà(xî ôÏiΒ Zωâ“çΡ (Pemberian-pemberian yang serba mewah itu) sebagai sambutan penghormatan dari Allah Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani!” Surah Fussilat (41): 32. Aliran nikmat yang tiada henti ini tidak dapat digambarkan oleh manusia. Bukti kebenaran perkara itu terkandung di dalam alQur’an ayat: ∩⊇∠∪ tβθè=yϑ÷ètƒ (#θçΡ%x. $yϑÎ/ L!#t“y_ &ãôãr& Íο§è% ÏiΒ Μçλm; u’Å∀÷zé& !$¨Β Ó§ø(tΡ ãΝn=÷ès? Ÿξsù
Tiada seorang pun yang mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu pelbagai nikmat yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka lakukan. Surah al-Sajdah (32):17. Dari Nabi s.a.w: Allah berfirman:
ﺸ ﹴﺮ ﺑ ﺐ ﻋﻠﹶﻰ ﹶﻗ ﹾﻠ ﹺ ﺮ ﺧ ﹶﻄ ﻻﺖ ﻭ ﻌ ﻤ ﺳ ﻻ ﹸﺃ ﹸﺫ ﹲﻥﺕ ﻭ ﺭﹶﺃ ﻦ ﻴﻋ ﺎ ﻻﲔ ﻣ ﺤ ﻟﺎﻱ ﺍﻟﺼ ﺩ ﺎﻌﺒ ﻟ ﺕ ﺩ ﺪ ﻋ ﹶﺃ
Aku telah sediakan untuk hamba-Ku yang soleh, sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata atau didengari oleh telinga dan tidak pernah terlintas di hati manusia.1 Keenam, bertemu Allah. Rahmat tertinggi ialah bertemu dengan Allah.2
ÿϵÎn/u‘ ÍοyŠ$t7ÏèÎ/ õ8Îô³ç„ Ÿωuρ $[sÎ=≈|¹ WξuΚtã ö≅yϑ÷èu‹ù=sù ϵÎn/u‘ u!$s)Ï9 (#θã_ötƒ tβ%x. yϑsù ( ...
∩⊇⊇⊃∪ #J‰tnr& Oleh itu, barang siapa yang percaya dan berharap akan pertemuan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang soleh dan janganlah ia menyekutukan sesiapapun dalam ibadatnya kepada Tuhannya”. Surah al-Kahfi (18): 110.
1 Muslim, op.cit., kitab al-Jannah wa Na‘imuha, bab Sifah al-Jannah, no. 2824-3, h. 1169. 2 Al-Ghazali, op.cit., j. 4. h. 557.
120
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Pertemuan dengan Allah lebih indah dari sekedar menuju surga sebagai bukti balasan kasih. Sudah seharusnya mukmin lebih mencintai Pencipta nikmat dari nikmat itu sendiri. Rasulullah s.a.w. bersabda:
ﻟﻘﹶﺎﺀَﻩ ﻩ ﺍﷲ ﻟﻘﹶﺎ َﺀ ﺍﷲ ﹶﻛ ﹺﺮ ﻩ ﻦ ﹶﻛ ﹺﺮ ﻣ ﻭ ﻘﹶﺎﺀَﻩﺐ ﺍﷲ ﻟ ﺣ ﻟﻘﹶﺎ َﺀ ﺍﷲ ﹶﺃ ﺐ ﺣ ﻦ ﹶﺃ ﻣ Sesiapa yang suka bertemu Allah, maka Allah juga suka bertemu dengannya. Begitu juga barang siapa yang tidak suka bertemu Allah, niscaya Allah juga tidak suka bertemu dengannya.1 Selama Dia meminta mukmin untuk tidak menyekutukan-Nya dengan ahad/seseorang, maka surga yang hakiki itu adalah Ahad/Tuhan Yang Maha Esa.2 Allah sebagai Tuhan Maha Pemurah berjanji dalam kitab sucinya al-Qur’an, dan janji itu pasti terlaksana. Lebih dari itu, mukmin yang muhsin lebih menginginkan reda dan rahmat-Nya dari surga itu sendiri. Untuk itu, dalam al-Qur’an tujuan amal yang paling tinggi adalah bertemu dengan-Nya.3 Aliran pemikiran dalam Islam berbeda pendapat tentang boleh atau tidak Allah dilihat di akhirat. Perkara ini merujuk pada adanya ayat yang menyatakan bahwa Allah tidak menyerupai satu makhluk pun dan pada tempat yang lain ditemukan ayat yang menyatakan merupakan nikmat surga di akhirat adalah bertemu dengan Allah Perbedaan ini melahirkan tiga pendapat utama. (1) tidak dapat dilihat (2) dapat dilihat tapi tidak dengan mata, (3) dapat dilihat dengan mata. Pendapat pertama dianuti oleh Muktazilah. Aliran ini berpendapat bahwa Allah tidak dapat dilihat oleh sembarang penglihatan. Disebabkan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.4 Dia tidak menduduki ruang dan tempat.5 Pendapat kedua dianuti oleh Syiah. Al-Tibrisi (m.584 H) berpendapat bahwa mukmin boleh melihat Allah tetapi tidak secara idrak,6 sebaliknya melihat dengan mata hati.7
1 Muslim, op.cit., kitab al-Zikr, bab Man ahabba liqaa Allah, no 14, h. 1145. 2 Al-Sha‘rawi (2004), op.cit., j. 2, h. 229. 3 Lihat Surah al-Kahfi (18): 110 yang baharu saja dikutip di atas. 4 Lihat Surah al-Shura (42): 11. 5 Al-Qadi, op.cit,. h. 248-253. 6 Lihat Surah al-An‘am (6): 103. 7 Abu ‘Ali al-Fadil bin al-Hasan Al-Tabarsi (1479), Majma al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an, Bairut: Dar Ihya al-Thurath al-‘Arabi, j. 7, h. 199.
121
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Pendapat ketiga dianuti oleh Ash’ariyah. Menurut aliran ini Allah dapat dilihat di dunia dan di akhirat, karena Dia ada, setiap yang ada boleh dilihat. Tetapi di dunia melihat Allah tidak dapat terjadi, namun perkara ini berlaku di akhirat secara syariat berdasarkan al-Qur’an, sunah dan ijmak.1 ∩⊄⊂∪ ×οtÏß$tΡ $pκÍh5u‘ 4’n<Î) ∩⊄⊄∪îοuÅÑ$‾Ρ 7‹Í×tΒöθtƒ ×νθã_ãρ
Pada hari akhirat itu, muka (orang-orang yang beriman) berseri-seri; Melihat kepada Tuhannya. Surah al-Qiyamah (75): 22-23. Melihat di akhirat terjadi bila kayf/tanpa keadaan dan tanpa peristiwa tertentu seperti jihah dan tahayyuz. Caranya, Allah memberi kekuatan kepada makhluk-Nya tanpa harus disyaratkan bertatapan fokus juga tanpa jihah dan tahayyuz.2 Penjelasnya ialah apabila manusia yang lemah daya pandangnya, dapat memohon kepada doktor untuk memberinya kaca mata obat, dan kalau ia datang kepada doktor yang lebih berpengalaman, maka mata manusia dapat dibedah yang menyebabkannya dapat semula melihat tanpa menggunakan kaca mata, maka bagaimana pula tentang kekuasaan Allah yang tidak terbatas untuk menciptakan mata yang dapat melihat Tuhannya.3 Walaupun aliran Pemikiran Islam berbeda pendapat tentang melihat Allah di akhirat, menurut penulis perkara ini terpulang pada hakikat akhirat tidak ada yang tahu sebelum manusia masuk ke dalamnya. Ketujuh, masuk surga berkat rahmat Allah Di sisi lain Rasulullah mengisahkan bahwa seseorang tidak akan mungkin masuk surga kalau hanya berpegang teguh amal ibadahnya saja. Seorang akan masuk surga berkat rahmat Allah. Rasulullah s.a.w. bersabda:
ﻮ ﹶﻝ ﺳ ﺭ ﺎﺖ ﻳ ﻧﻰ ﹶﺃﺣﺘ : ﻗﹶﺎ ﹶﻝ.ﻪ ﺘﻤ ﺣ ﺮ ﻩ ﺍﷲ ﹺﺑ ﺪ ﻤ ﻐ ﺘﻳ ﻪ ﹺﺇ ﹶﻻ ﺃﻥ ﻠﻤ ﻌ ﹶﺔ ﹺﺑﳉﻨ ﺪﻛﹸﻢ ﺍ ﹶ ﺣ ﺧ ﹸﻞ ﹶﺃ ﺪ ﻳ ﹶﻻ .ﺎﻰ ﹶﺃﻧﺣﺘ :ﺍﷲِ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ Seseorang tidak masuk surga, hanya karena semata-mata amal ibadahnya, kecuali bila rahmat Allah dilimpahkan kepadanya.
1 Al-Ash‘ari (1397), op.cit. j.1, h. 55-61; al-Taftazani, op.cit., j. 5. h. 134 2 Al-Taftazani, op.cit., j. 5. h. 135. 3 Al-Sha‘rawi, Tafsir, op.cit., j. 1, h. 347.
122
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Sahabat berkata: “Termasuk engkau juga ya Rasulullah?” beliau menjawab: “Ya, saya juga” 1 Aliran pemikiran Islam berbeda pendapat apakah seseorang masuk surga karena amal atau karena rahmat Allah? Berdasarkan pada hadis di atas seseorang masuk surga karena rahmat Allah. Muktazilah melihat bahwa seseorang masuk surga berdasarkan kepada amal yang telah mereka lakukan2. Pendapat ini berasaskan pada: “...Mereka diseru: “Itulah surga yang diberikan kamu mewarisinya dengan sebab apa yang kamu telah kerjakan”.3 Menurut penulis, mukminin masuk ke dalam surga lebih karena kasih atau rahmat Allah. Sebanyak apa pun ibadah yang dilakukan, dia tidak dapat membalas satu nikmat pun. Dalam menghitung satu nikmat saja manusia tidak dapat melakukannya, apalagi untuk membalasnya. āχÎ) 3 !$yδθÝÁøtéB Ÿω «!$# |Myϑ÷èÏΡ (#ρ‘‰ãès? βÎ)uρ 4 çνθßϑçGø9r'y™ $tΒ Èe≅à2 ÏiΒ Νä39s?#uuρ
∩⊂⊆∪ Ö‘$¤(Ÿ2 ×Πθè=sàs9 z≈|¡ΣM}$# Jika kamu menghitung nikmat Allah niscaya lemahlah kamu menentukan bilangannya. Sesungguhnya manusia (yang ingkar) sangat suka menempatkan sesuatu pada bukan tempatnya lagi sangat tidak menghargai nikmat Tuhannya. Surah Ibrahim (14): 34. Allah memberikan sebagian dari seluruh rezeki yang manusia pinta demi kemaslahatan manusia itu sendiri, dan Dia memberi seluruh apa yang diperlukan manusia tanpa diminta oleh mereka. Jika dihitung semua itu niscaya manusia tidak akan mampu dan tidak akan sampai pada titik akhir. Ini bila dihitung secara global. Bila dihitung secara terperinci pasti lebih tidak mampu dan tidak diketahui kecuali oleh Allah4 Kalau menghitung saja sudah tidak dapat dilakukan apalagi untuk membayar dan melunasinya. Inilah maksud di balik sabda Nabi di atas, bahwa masuk surga lebih karena rahmat bukan amal. 1 Al-Bukhari, op.cit., kitab al-Mardha, bab Tamanna al-Maridhu al-Mawt, no 5673, h. 486. 2 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 2, h. 80. 3 Lihat Surah al-‘Araf (7): 43. 4 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 2, h. 379.
123
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Penulis melihat bahwa perbedaan yang terjadi di antara aliran pemikiran Islam bila dalam memahami teks yang terlihat berbeda maka perkara ini disebut bagian dari khilafiah furuk, walaupun ia terkait dengan perkara akidah, dan menurut al-Ghazali, al-Ash’ari dan al-Qaradawi dalam melihat perbedaan furuk1 pun harus dilihat bahwa itu adalah rahmat. Caranya, bekerjasama dalam perihal yang disepakati, dan bertoleransi dalam perihal berbedaan, serta menahan diri terhadap orang yang mengucap “Tiada Tuhan selain Allah.”2 Dari rahmat Allah khusus bagi mukmin di akhirat, penulis menemukan tujuh bentuk rahmat. (1) Rahmat hakiki di akhirat, (2) hisab yang dilakukan berasaskan rahmat, (3) syafaat, (4) ucapan selamat, (5) limpahan pemberian, (6) bertemu Allah, (7) masuk surga berkat rahmat bukan sekedar amal. Rahmat Allah khusus bagi mukmin di akhirat menurut penulis bukan semata merupakan efek dari sifat Rahim Allah. Rahmat-Nya bagi mukmin di akhirat terkait erat dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya. Seorang masuk surga karena beriman kepada Allah yang Rahman (Esa) dan yang Rahim (yang Maha Pengampun).
1 Lihat pada bab satu, tentang khilafiah furuk dalam akidah itu rahmat. 2 Al-Qaradawi (1994), op.cit., h. 12.
124
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
3.5. RAHMAT ALLAH DALAM KONSEP KEHIDUPAN Tuhan Penguasa/Rabb sekalian alam itu bersifat al-Rahman dan alRahim.1 Sifat al-Rahman dan al-Rahim ini diuraikan oleh Nabi Ibrahim a.s. dengan: “Allah Tuhan sekalian alam itu ialah Tuhan yang menciptakan daku dari tiada kepada ada, maka Dia lah yang memimpin dan memberi petunjuk kepadaku, dan Tuhan yang Dia lah jua memberiku makan dan memberi minum, dan apabila aku sakit, maka Dia lah yang menyembuhkan penyakitku, dan Dialah yang mematikan daku, kemudian Dia menghidupkan daku, dan Dialah yang aku harap-harapkan supaya mengampunkan dosaku pada hari kiamat.2 Dari pembentangan Nabi Ibrahim a.s. ini konsep rahmat Allah dapat dipahami dalam beberapa perkara. Pertama, konsep takdir yang berpahaman dari “Dia Maha Menciptakan.” Kedua, konsep hidayah yang ditemukan dari “Dia Maha Memberi Petunjuk.” Ketiga, konsep rezeki yang diambil dari “Maha Pemberi Rezeki.” Keempat, konsep baik dan buruk yang tergambar dari “sihat dan sakit.” Kelima, konsep taubat yang diambil dari “Dia Maha Pengampun.” Berikut ini penjelasan dari konsep-konsep tersebut: 3.5.1 Konsep Takdir Takdir berasal dari perkataan qadara qadar. Al-Raghib berpendapat qudrah dari segi bahasa bermaksud kuat dan berupaya.3 Ibn Faris berpendapat qudrah memberi pengertian menghantar kehendak.4 Muhammad Abduh berpendapat keluarnya seluruh mumkinat/sesuatu yang mungkin dari tidak ada menjadi ada secara satu persatu sesuai dengan ketetapan qada’ pada zaman azali. 5 Menurut istilah ialah Allah Maha Kuat, Dia Qadir berarti Dia 1 Lihat Surah al-Fatihah (1): 2-3. 2 Lihat Surah al-Shu‘ara’ (26): 77-82. 3 Abu al-Qasim al-Husayn bin Muhammad Rahib al-Isfahani (1961), al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, j. 2, Muhammad Sayid Kaylani (tahqiq), Kairo: al-Mustafa al-Babi al-Halabi., h. 394. 4 Ibn Faris, op.cit., j. 5, h. 62. 5 Shaikh Muhammad Abduh (1965), Risalah al-Tawhid, Kairo: Matba‘ah Muhammad ‘Ali Subay h, h. 30.
125
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
berkuasa melakukan sesuatu dengan kehendak-Nya. Di samping itu, Dia juga berkuasa untuk membatalkan sesuatu sekiranya Dia tidak menghendaki-Nya.1 Dia berkuasa untuk melakukan dan menghentikan kehendak-Nya,2 Al-Dhabidi (m.1205) menambah pengertian tersebut kepada kebesaran Allah semata-mata.3 Dari tiga pendapat ini dapat disimpulkan qudrah secara bahasa ialah sifat kebesaran Allah atau sifat yang dipengaruhi oleh kekuatan atau kehendak.4 Berdasarkan Alkitab dalam Perjanjian Lama yang pernah dirujuk tentang kisah Tuhan bertelingkah dengan Nabi Yakub a.s. dengan kemenangan di pihak Yakub terlihat bahwa Allah itu bersifat lemah dan tidak kuasa sepenuhnya. Dalam Perjanjian Baru, akibat dari dogma “Tri tunggal” maka kekuasaan Tuhan akan berbagi. Berdasarkan definisi di atas dan menurut al-Qur’an sebagai sumber Pemikiran Islam ditemukan bahwa Allah Maha Kuasa, kekuasaan Tuhan selain diungkapkan dengan sifat al-qudrah dan Qadir, juga disebutkan dengan sifat al-’Aziz/Maha Perkasa. Aliran Pemikiran Islam berbeda pendapat terkait antara kuasa Tuhan dengan perbuatan hamba. Perbedaan ini bersumber dari ditemuinya ayat-ayat yang menunjukkan bahwa segala sesuatu di alam ini terjadi berkat kuasa Allah, di antaranya perbuatan manusia, di sisi lain ditemukan ayat-ayat yang menetapkan bahwa manusia menikmati kebebasan berbuat. Pendapat ini dapat disimpulkan kepada empat pendapat. Pertama, qadariyah, yaitu pendapat yang menyatakan Tuhan Maha Kuasa, tetapi mereka menolak bila perbuatan baik dan buruk manusia itu terjadi berkat qadar Tuhan. Pendapat ini dianuti oleh Ma’bad al-Juhni, Ghaylan al-Damshqi, dan Yunus al-Aswari, kemudian dianuti oleh Muktazilah. Menurut aliran ini, manusia yang mampu untuk melakukan perbuatannya secara khusus.5 Mazhab Muktazilah yang membagikan dua perbuatan manusia
1 Al-Raghib, op.cit., j. 2, h. 64. 2 Ibn Faris, op.cit., j. 5, h. 62. 3 Zabidi, al-Sayid Muhammad al-Murtada (t.t), Taj al-‘Arus, j. 3, Binghazi: Dar Libya, h. 483 4 Ahmad Zuhdi Ismail (2006), Imam Ja’far al-Sadiq: Pemikirannya tentang Konsep Ketuhanan, Kuala Lumpur: Penerbit Universiti Malaya, h. 46; al-Simahi, op.cit., h. 13. 5 Al-Shahrastani, op.cit., j. 1, h. 45, al-Qadi, op.cit., h. 155 dan 548.
126
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
kepada ithtirariyah dan ikhtiyariyah. Pada ikhtiyariyah terjadi dengan kuasa hamba.1 Kedua, jabariyah, manusia tidak memiliki kekuasaan atas apa pun, dan tidak disifatkan dengan mampu. Dia terpaksa dalam perbuatannya, tidak memiliki kekuasaan dan kehendak dan pilihan. Allah telah menciptakan di dalam dirinya perbuatan-perbuatan sebagaimana Dia menciptakan perkara itu di dalam benda-benda.2 Ketiga, kasab, yaitu menetapkan takdir yang baharu pengaruh dari perbuatan.3 Perbuatan hamba terjadi berkat kuasa Allah dan hamba, perkaitan kuasa-Nya dengan perbuatan hamba berbeda karena perkaitan kuasa hamba pada perbuatannya, perkaitan kuasaNya dalam perbuatan hamba dalam bentuk ijad/pengadaan dan ikhtira’, sementara perkaitan kuasa hamba dalam perbuatannya dalam bentuk kasab dan muqaranah/ keterkaitan.4 Keempat, istislam. Yaitu yakin dan beriman bahwa takdir baik dan buruk berasal dari Allah, Ini merupakan pendapat Salaf. Istislam ini bukan jabr, bukan ikhtiyar bukan pula kasab. Bila mengikuti hadis Nabi dan para sahabat maka semua akan terarah kepada keyakinan bahwa tidak terjadi di alam ini kecuali berkat kehendak dan takdir Allah mereka pun istislam/menyerahkan sepenuhnya urusan mereka kepada-Nya, dengan keimanan bahwa apa yang dikehendaki-Nya pasti telah terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak terjadi. 5
Berbeda aliran pemikiran dalam Islam melihat perkaitan takdir Allah dengan kemampuan manusia menetapkan pernyataan di awal bahwa manusia tidak mengetahui hakikat Allah, selanjutnya manusia juga tidak mengetahui hakikat qudrah atau kekuasaanNya. Bahkan menurut Quraish bahwa al-Qur’an tidak menyebutkan beriman kepada takdir sebagai rukun iman yang keenam. Karena itu agaknya dapat diketahui jika sementara mereka hanya menyebutkan dua atau tiga hal pokok saja. Yaitu beriman kepada Allah dan hari akhirat atau ditambah dengan malaikat. Ini tidak berarti yang dituntut hanya dua atau tiga pokok saja, tapi bersama
1 Al-Qadi, op.cit., h. 326. 2 Al-Shahrastani, op.cit., j. 1, h. 87, al-Bayjuri, op.cit., h. 123. 3 Ibid., j. 1, h. 85; al-Nasr, op.cit., h. 24. 4 Al-Ash‘ari (t.t), op.cit., h. 539, al-Simahi, op.cit., h. 31-35. 5 Mahmud (1989), op.cit.,, h. 95-96.
127
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
kedua atau ketiganya adalah iman kepada rasul, kitab suci dan takdir.1 Peristiwa yang menimpa manusia terdiri dari tiga pelaku. Pertama, peristiwa yang menimpa manusia yang dia tidak memiliki campur tangan dan ikhtiar di dalamnya. Ini merupakan takdir dari Allah, seperti hidup mati, sihat sakit, susah senang, tidak ada campur tangan manusia di dalamnya,2 kecuali berdoa.3 Kedua, peristiwa yang menimpa manusia dari orang selainnya, seperti datang seseorang dan memukul, atau menolaknya hingga jatuh. Ketiga, peristiwa yang menimpa manusia karena pilihan atau ikhtiar diri sendiri. Dalam perkara inilah manusia memiliki ikhtiar.4 Manusia adalah makhluk yang memiliki ikhtiar, dan ikhtiar yang dimilikinya sangat terbatas.5 Bukti dari keterbatasan ikhtiar manusia, bahwa dia tidak dapat memilih dari rahim siapa dia akan lahir. Allah berfirman: ∩∉∪ ÞΟŠÅ3ysø9$# Ⓝ͕yèø9$# uθèδ āωÎ) tµ≈s9Î) Iω 4 â!$t±o„ y#ø‹x. ÏΘ%tnö‘F{$# ’Îû óΟà2â‘Èhθ|Áム“Ï%©!$# uθèδ Dialah yang membentuk rupa kamu dalam rahim (ibu kamu) sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. Surah Ali Imran (3): 6. Allah yang membentuk rupa sesuai dengan mashiah/kehendakNya yang memberi perubahan-perubahan bentuk dari nutfah, ‘alaqah, mudghah, lelaki, perempuan, baik atau buruk.6 Manusia juga tidak dapat memilih bila dan di mana dia akan mati, dan tidak pula dapat mencegah kematian bila tiba ajalnya.7
1 Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, (1996), Wawasan Al-Quran, Jakarta: Mizan, h. 6667. 2 Al-Ash‘ari (t.t), op.cit., h. 548, Muhammad al-Ghazali (1989), op.cit., h. 110. 3 Nabi Muhammad s.a.w bersabda: “Tidak ada yang menolak qada kecuali doa, dan tidak ada yang memanjangkan umur kecuali amal kebajikan.” Al-Tirmidzi, op.cit., kitab alQadr, bab ma jaa la yaruddu al-qadr illa al-du‘a, no. 2139, h. 1855. 4 Shaikh Muhammad Mutawalli al-Sha'rawi (1990), al-Khayr wa al-Sharr, Kairo: Akhbar al-Yawm, h. 62. 5 Shaikh Muhammad Mutawalli al-Sha'rawi (1989), al-Qada’ wa al-Qadr, Kairo: Akhbar al-Yawm, h. 26 – 27. 6 Al-Alusi, op.cit., j. 3, h. 127. 7 Lihat Surah al-‘Araf (7): 34., lihat juga Al-Sha'rawi (1989), op.cit., h. 27-36.
128
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Tidak dapat meminta kepada anggota tubuh, seperti jantung untuk berhenti bergerak, darah berhenti mengalir.1 Manusia tidak memiliki ikhtiar kecuali pada apa yang dilakukannya. Menariknya Allah juga menutup hakikat roh yang dengannya jasad dapat berikhtiar.2 Apa yang dilakukan manusia juga memiliki batas. Manusia tidak dapat menjamin bahwa dia dapat melakukan sesuatu hari ini, karena masa adalah milik Tuhan, untuk itu digalakkan mengucap “Insha Allah” bila berjanji.3 Manusia tidak dapat mengembalikan masa yang telah berlalu. Pekerjaan yang manusia lakukan tidak dapat berlaku kecuali dengan izin-Nya, kaki tidak dapat berjalan kecuali setelah Allah memberi kekuatan untuk berjalan, tangan tidak dapat bergerak kecuali Dia beri kekuatan untuk bergerak.4 Kekuasaan manusia dalam berikhtiar hanya dalam mengarahkan kekuatan yang diciptakan Allah dalam diri manusia untuk kebaikan atau keburukan. Kaki bergerak berkat kekuatan yang diberikan-Nya pada diri manusia, dan manusia hanya mengarahkan kaki itu untuk berjalan ke masjid atau ke tempat maksiat.5 Jadi, manusia memiliki ikhtiar dalam melaksanakan minhaj saja. Minhaj ini berguna untuk perhitungan di akhirat kelak. Tujuan dari ikhtiar ini agar manusia dapat menghadap kepada-Nya dalam suka cita, bukan dalam keterpaksaan.6 Allah Maha Kuasa, Dia dapat mencabut ikhtiar taklif dalam diri manusia, seperti yang dilakukannya kepada Abu Lahab, pakcik Nabi Muhammad s.a.w. Allah memberi hidayah petunjuk kepada barang siapa yang dikehendaki-Nya7 setelah manusia memilih petunjuk umum atau meninggalkannya. Allah berfirman: ∩⊆∪ ÞΟ‹Å3ysø9$# Ⓝ͓yèø9$# uθèδuρ 4 â!$t±o„ tΒ “ωôγtƒuρ â!$t±o„ tΒ ª!$# ‘≅ÅÒãŠsù ... (
... Maka Allah menyesatkan barang siapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturan-Nya), juga memberi hidayah petunjuk kepada barang siapa yang dikehendaki-Nya
1 Ibid, h. 43 – 54. 2 Surah al-Isra’ (17): 85. 3 Lihat Surah al-Kahfi (18): 23-24. 4 Al-Sha'rawi (1989), op.cit., h. 64 dan 66. 5 Ibid., h. 68. 6 Ibid., h. 70 dan 13. 7 Al-Razi, op.cit., j. 32, h. 171; al-Sha'rawi (1989), op.cit., h. 76.
129
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
(menurut undang-undang peraturan-Nya); dan Dialah jua Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. Surah Ibrahim (14): 4. Walaupun aliran pemikiran dalam Islam berbeda pendapat tentang kaitan perbuatan baik dan buruk manusia terkaitan dengan kuasa Tuhan, dari penpaparan di atas dapat penulis simpulkan, bahwa perbuatan manusia itu sangat terbatas, bila Allah berkehendak, maka Dia dapat mencabut ikhtiar taklif pada manusia. Lebih jauh lagi, kajian selanjutnya akan menghantar bahwa takdir merupakan wujud dari rahmat Allah. Pertama, Allah telah menetapkan pada diri-Nya rahmat dan menerangkan bahwa rahmat-Nya meliputi segala sesuatu. Kedua, sebaik saja Allah SWT menciptakan makhluk-Nya. Dia terus menulis dalam kitab yang berada di sisi-Nya di atas Arasy: Sesungguhnya rahmat-Ku mengatasi kemurkaan-Ku.1 Artinya, ketetapan, kekuasaan dan keinginan Allah selalu berdasarkan rahmat-Nya. Al-Ghazali memaparkannya dengan arti bahwa murkaNya adalah kehendak-Nya untuk kejahatan, dan terjadi kejahatan itu menurut kehendak-Nya, dan rahmat-Nya merupakan kehendakNya untuk kebaikan, dan terjadi kebaikan itu menurut kehendakNya. Tapi kehendak untuk kebaikan karena kebaikan itu sendiri, sedangkan kehendak untuk kejahatan bukan karena kejahatan itu sendiri, tapi karena di dalam kejahatan itu terdapat kebaikan. Contohnya, seorang doktor yang memotong tangan pesakit yang telah membusuk adalah satu kejahatan, tapi sebenarnya di dalamnya terdapat kebaikan, yaitu kesembuhan bagi seluruh badan. 2
Ketiga, di antara makna qudrah adalah kuat di samping berbuat sesuai dengan kehendak. Di antara sifat kuat Allah adalah al’Aziz/Yang Maha Perkasa. Di dalam al-Qur’an ditemukan perkataan al-’Aziz dikaitkan dengan al-Rahim sebanyak delapan kali. ∩∉∇∪ ÞΟ‹Ïm§9$# Ⓝ͓yèø9$# uθçλm; y7−/u‘ ¨βÎ)uρ
1 Al-Bukhari, op.cit, kitab Bad’u al-Khalq, bab Huwa al-ladhi yabda’u al-Khalq, no. 3194, h. 258-259. Lihat juga penjelasan Surah al-An'am (6): 12 dan 54 dalam penelitian ini “Sistem yang Ditetapkan-Nya.” 2 Al-Ghazali (1985), op.cit., h. 62-63.
130
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Surah al-Shu’ara’ (26): 68. Artinya, Allah Maha Berkuasa untuk membalas kejahatan dengan menurunkan siksa dengan segera, tetapi Dia menundanya hingga di akhirat karena Dia Maha Mengasihani, tujuannya agar ramai manusia beriman.1 Sesungguhnya Allah benar-benar Dialah yang Maha Perkasa dengan membalas kesalahan musuh-musuhNya dan Maha Penyayang kepada wali-wali-Nya.2 Keempat, karena Allah telah menetapkan untuk diri-Nya rahmat, maka orang yang dapat masuk ke dalam rahmat-Nya terlaksana karena Dia menghendaki. $¹/#x‹tã óΟßγ÷ΨÏΒ (#ρãx(x. šÏ%©!$# $uΖö/¤‹yès9 (#θè=−ƒt“s? öθs9 4 â!$t±o„ tΒ ÏµÏFuΗ÷qu‘ ’Îû ª!$# Ÿ≅Åzô‰ã‹Ïj9 ( ...
$¸ϑŠÏ9r& ...Allah hendak memasukkan barang siapa yang dikehendakiNya ke dalam rahmat-Nya. Kalaulah mereka (penduduk Mekah - yang beriman dan yang musyrik) itu perpisahan (di antara satu aliran dengan yang lain), tentulah Kami menyiksa orang-orang yang kafir dari mereka dengan siksa (di dunia) yang tidak terperi sakitnya. Surah al-Fath (48): 25.
Rahmat Allah tiada batas, maksiat hamba terbatas. Maksiat seluruh makhluk fana’/binasa di dalam lautan rahmat Allah, karena Dia Rahman dan Rahim.3 Walaupun aliran pemikiran berbeda pendapat tentang takdir dan perbuatan manusia, dan perbedaan pendapat ulama adalah rahmat, di sudut lain berdasarkan penjelasan al-Qur’an di atas, terutama pada Surah al-Fath (48): 25, penulis berkesimpulan saat Dia menetapkan takdir dalam bingkai rahmat, dan manusia mendapat rahmat berkat kehendak dan kekuasaan-Nya. Oleh sebab itu, bila manusia berbaik sangka terhadap takdir Allah tentu dia akan berbagia, walaupun takdir itu berupa cobaan. Berasaskan pada uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa takdir bagian dari rahmat-Nya, dengan empat dasar. (1) 1 Al-Razi (1981), op.cit., j. 24. h. 153. 2 Al-Zamakhshari (2006), op.cit., j. 3, h. 308. 3 Al-Razi, op.cit., j. 1. h. 236.
131
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
rahmat-Nya meliputi segala sesuatu. Kata “sesuatu” termasuk takdir-Nya. (2) Rahmat-Nya mengatasi kemurkaan-Nya. (3) Walau Dia Maha Perkasa, tetapi Dia tetap Rahim. (4) Kuasa Allah itu terbaik, karena Dia menghendaki semua makhluk masuk Surga dan beriman. 3.5.2 Konsep Cobaan Cobaan merupakan bagian dari takdir Allah dan bila Allah adalah Tuhan Yang Maha Rahmat, mengapa ada cobaan seperti orang yang ditimpa bencana, mengalami kemiskinan dan penyakit tiada berkesembuhan? Untuk menjawab pertanyaan ini sebaiknya diuraikan terlebih dahulu tentang definisi cobaan, cobaan dan kuasa Allah serta rahmat di sebalik cobaan tersebut. Perkataan cobaan dalam bahasa Arab dapat diertikan dengan bala’ dan fitnah. Perkataan ini sendiri sudah dijadikan bagian dari bahasa Melayu. Perkataan bala’ menurut bahasa artinya ikhtibar atau imtihan/ujian.1 Sedangkan perkataan fitnah secara istilah ialah apa yang terlihat dari keadaan manusia sama ada dia baik atau buruk. Dikatakan emas difitnah/diuji bila dibakar hingga diketahui apakah ia murni atau palsu/tiruan.2 Allah berfirman: ∩⊂∈∪ tβθãèy_öè? $uΖøŠs9Î)uρ ( ZπuΖ÷FÏù Îösƒø:$#uρ Îh¤³9$$Î/ Νä.θè=ö7tΡuρ 3 ÏNöθyϑø9$# èπs)Í←!#sŒ <§ø(tΡ ‘≅ä.
Tiap-tiap diri akan merasai mati, dan Kami menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cobaan; dan kepada Kamilah kamu semua akan dikembalikan. Surah al-Anbiya’ (21): 35. Dalam konsep cobaan ada tiga perkara penting yang perlu untuk dikaji terkait erat dengan kuasa Allah Pertama, cobaan itu berasal dari Allah Sebagai Tuhan Dia boleh memberi taklif yang tidak mampu untuk dilaksanakan oleh manusia, sementara Muktazilah berpendapat bahwa Dia tidak boleh memberi taklif di luar batas kemampuan manusia, karena perkara itu tidak bermanfaat, dan Dia jauh dari memerintahkan yang tidak bermanfaat.3 Dijawab bahwa memerintahkan yang tidak dapat 1 Ibn Manzur, op.cit., j. 1, h. 264. 2 Al-Jurjani, op.cit., h. 167. 3 Lihat Surah al-Baqarah (2): 286, al-Qadi, op.cit., h. 509.
132
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
dilaksanakan oleh mukalaf bukanlah tidak ada faedahnya. Faedahnya ada yaitu kepatuhan terhadap perintah-Nya seperti perintah penyembelihan Nabi Ibrahim a.s. kepada anaknya Nabi Ismail a.s.1 Cobaan dan ujian itu tidaklah buruk dan tidak juga baik, ia bagai alat/pisau yang bila dihadapi dengan sabar akan mendatangkan rasa bahagia. Allah berfirman: 3 ÏN≡tyϑ¨W9$#uρ ħà(ΡF{$#uρ ÉΑ≡uθøΒF{$# zÏiΒ <Èø)tΡuρ Æíθàfø9$#uρ Å∃öθsƒø:$# zÏiΒ &óy´Î/ Νä3‾Ρuθè=ö7oΨs9uρ ãΝèδ šÍ×‾≈s9'ρé&uρ ( ×πyϑômu‘uρ öΝÎγÎn/§‘ ÏiΒ ÔN≡uθn=|¹ öΝÍκön=tæ y7Í×‾≈s9'ρé& ... ∩⊇∈∈∪ šÎÉ9≈¢Á9$# ÌÏe±o0uρ
t ρ߉tGôγßϑø9$# β Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan, dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. ... mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. Surah al-Baqarah (2): 155 dan 157 Maknanya, Allah akan menguji dengan musibah untuk menilai apakah manusia dapat bersabar dan dengan nikmat untuk menilai apakah manusia dapat bersyukur. Sabar dan syukur adalah kebaikan bagi mukmin. Ujian disebut dengan ibtila’ karena Allah Maha Mengetahui atas apa yang akan terjadi dari perbuatan hamba sebelum manusia lahir,2 persis seperti suasana ujian. Ujian membuat Nabi Ibrahim a.s. bersabar hingga mendapatkan rahmat-Nya yang tertinggi yaitu kenabian dan imam.3 Dari definisi cobaan di awal dan penjelasan di atas penulis dapat membedakan antara cobaan dan siksaan. Musibah yang menimpa satu kota, seperti Tsunami di Banda Aceh, dapat menjadi cobaan dan siksaan. Ia akan menjadi cobaan bagi orang yang beriman, dan akan menjadi siksaan bagi orang yang tidak beriman, sebagai 1 Abu Hamid al-Ghazali (1972), al-Iqtisad fi al-‘Itiqad, Kairo: Maktabah al-Jundi, h. 150151. 2 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 2, h. 572. 3 Lihat Surah al-Baqarah (2): 124.
133
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
prolog, sebelum menerima siksaan di akhirat kelak. Cobaan bagi mukmin bila dihadapi dengan sabar adalah baik dan rahmat.. Kedua, di samping Allah boleh memberi taklif kepada hambaNya apa yang tidak mampu mereka lakukan, Dia juga Maha Kuasa untuk menyiksa makhluk-Nya dan tidak wajib baginya untuk memberi balasan dengan pahala. Contohnya, Dia dapat saja membuat manusia menjadi gila, dan tidak wajib bagi Dia memberinya pahala, dan perkara itu bukan pula satu bentuk kezaliman. Karena Dia tidak dapat diwajibkan oleh makhluk dan Dia tidak pernah melakukan kezaliman terhadap hamba.1 Menurut Muktazilah sesuai dengan konsep keadilan, Allah tidak berbuat kecuali yang baik dan menjaga kemaslahatan hamba.2 Walaupun terjadinya kegilaan tidak harus menyalahkan Allah dan tidak wajib bagi-Nya memberi pahala, tetapi tetap saja di sana ditemukan rahmat-Nya. Seperti, Dia telah memberikan kepada orang gila kebaikan di dunia dan di akhirat. Di dunia, Dia menetapkan di hati orang yang berakal rasa kasih sayang, hingga tidak akan menyakitinya, walaupun si gila menyakiti mereka. Di akhirat, Dia akan memasukkannya ke dalam surga.3 Ketiga, bila Allah memberi taklif/beban kepada hamba kemudian hamba melaksanakan taklif itu, maka tidak wajib bagi-Nya untuk memberi pahala kepada hamba itu. Bila Dia berkehendak maka Dia boleh memberinya pahala, bila Dia berkehendak Dia boleh memberinya hukuman. Dia tidak peduli apakah seluruh orang kafir diampuni dan seluruh mukminin disiksa. Perkara itu tidaklah mustahil pada diri-Nya, dan tidak pula bertentangan dengan sifat ketuhanan. Kecuali bila dikatakan bahwa perkara itu bertentangan dengan janji-Nya dan Dia tidak pernah mengingkari janji.4 Di samping Allah tidak pernah ingkar janji, seorang yang ditimpa cobaan mendapatkan rahmat dalam empat perkara. Pertama, mengangkat derajat. Buktinya para nabi sering mendapat cobaan. Al-Bukhari menulis hal ini dalam bab
ﻣﺜﹶﻞ ﻣﺜﹶﻞ ﻓﹶﺎ َﻷ ﻢ ﺍ َﻷ ﺎﺀ ﹸﺛﻧﹺﺒﻴﻼ ًﺀ ﺍ َﻷ ﺑ ﹶ ﺱ ﺎ ﹺﺪ ﺍﻟﻨ ﺷ ﹶﺃ
1 Al-Ghazali (1972), op.cit., h. 153. 2 Al-Shahrastani, op.cit., j. 1, h. 45. 3 Al-Sha‘rawi (1990), op.cit., h. 88. 4 Al-Ghazali (1972), op.cit., h. 153.
134
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Bahwa yang paling ramai mendapatkan cobaan adalah para nabi, kemudian para wali, dan orang yang mendekatinya dan orang yang mendekatinya.1 Kedua, menghapus kesalahan. Rasulullah s.a.w. bersabda:
ﻴﹶﺌ ﹲﺔﺧﻄ ﺎﻪ ﹺﺑﻬ ﻨﻋ ﺖ ﻴﺤ ﻣ ﻭ ﺟ ﹲﺔ ﺭ ﺩ ﺎﻪ ﹺﺑﻬ ﺖ ﹶﻟ ﺒﺘﺎ ﺇﹺﻻ ﹸﻛﻮﹶﻗﻬ ﺎ ﹶﻓﻮ ﹶﻛ ﹰﺔ ﹶﻓﻤ ﺷ ﻙ ﺎﻳﺸ ﻠ ﹴﻢﺴ ﻣ ﻦ ﻣ ﺎﻣ
Saban orang muslim yang tersusuk duri atau lebih dari itu misalnya, maka karenanya dicatatkan satu derajat dan dihapuskan darinya satu kesalahan. 2 Ketiga, sebagai peringatan agar kembali ke jalan Allah. Bila dilihat dari tiga perkara ini maka ujian dan cobaan itu adalah suatu perkara yang baik. ...4 $uΖ9s9öθtΒ uθèδ $uΖs9 ª!$# |=tFŸ2 $tΒ āωÎ) !$uΖu;‹ÅÁム©9 ≅è%
Katakanlah (wahai Muhammad): “Tidak sekali-kali akan menimpa kami sesuatu pun melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dia lah Pelindung yang menyelamatkan kami, ... Surah al-Tawbah (9): 51. Menurut al-Sha’rawi perkataan lana/bagi kami mengisyaratkan bahwa cobaan itu pasti baik bagi muslimin. Sebab bila itu buruk maka ia berbunyi ‘alayna/atas kami dan menimpa serta menyusahkan kami.3 Keempat, rahmat tertinggi, yaitu Allah dekat dengannya. Untuk itu, umat Islam bila sakit mengharapkan ditumbuhkan rasa kesabaran dari-Nya, dengan tetap berusaha untuk berubat. Karena musibah dan cobaan yang menimpa hamba membuat Allah berada di dekatnya. Allah berkata dalam hadis Qudsi:
ﻱـﺪﻋﺒ ﺖ ﹶﺃ ﱠﻥ ﻤ ﻠﻌ ﲔ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃﹶﻓ ﺎ ﹶﳌﺏ ﺍﻟﻌ ﺭ ﻧﺖﻭﹶﺃ ﻙ ﺩ ﻮ ﻋ ﻒ ﹶﺃ ﻴﻭ ﹶﻛ ﺪﻧﹺﻲ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻌ ﺗ ﻢ ﺖ ﹶﻓﹶﻠ ﺿ ﻣ ﹺﺮ ﻩ ﺪ ﻨﻋ ﺗﻨﹺﻰﺪ ﺟ ﻮ ﻪ ﹶﻟ ﺗﺪ ﻋ ْ ﺖ ﻟﹶﻮ ﻤ ﻠﻌ ﺽ ﹶﺃﹶﻓ ﻣ ﹺﺮ ﹸﻓﻼﹶﻥ “Wahai Fulan Aku sakit tapi kamu tidak menjenguk ku?” Hamba berkata: “Bagaimana aku menjenguk-Mu sedangkan 1 Al-Bukhari, op.cit., kitab al-Marda, bab Ashaddu al-Nas balaan, no. 5648, h. 484. 2 Muslim, op.cit., kitab al-Birr wa al-Silah wa al-Adab, bab Thawab al-Mu’min fima Yusibuhu min Mard, no. 46 s/d 48, h. 1128. 3 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 19, h. 11661.
135
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Engkau Tuhan semesta alam.” Allah berkata: “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa hamba-Ku si Fulan sakit, apakah kamu tidak tahu bila kamu menjenguknya niscaya kamu menemui Aku berada di sisinya.”1 Al-Sa’adah al-Quswa/kebahagiaan tertinggi adalah keadaan dari ketinggian zati dan keagungan roh, lebih dari hanya ucapan lidah semata. Di antara ciri-cirinya, ialah terlepas rasa sakit pada hidup ini, sebagaimana yang dialami oleh masyarakat awam. Dia tidak peduli dengan apa yang dideritai atau apa yang didapati. Karena dia telah mendapatkan ketenangan jiwa dan kelazatan reda.2 Lebih jauh al-Razi menerangkan bahwa peristiwa di alam ini terdiri dari dua bagian. Pertama, apa yang disangka rahmat padahal azab. Kedua, apa yang disangka azab padahal rahmat. Orang tua yang membiarkan anaknya tidak belajar terlihat rahmat, pada hakikatnya azab. Sebaliknya orang tua yang memaksa anaknya untuk belajar dilihat teroris padahal hakikatnya rahmat. Begitu juga setiap cobaan dan sengsara di alam ini secara zahir azab, pada hakikatnya adalah rahmat.3 Dari pendapat al-Ghazali tentang perkaitan takdir dengan rahmat-Nya dan pernyataan al-Razi di atas, penulis dapat menegaskan bahwa bukan saja di dalam cobaan terdapat rahmat, tapi di dalam siksaan yang diberikan Allah di dunia kepada orang yang tidak beriman juga merupakan rahmat.4 Dari cobaan, manusia dapat mengambil pelajaran agar dapat mengharungi hidup ini lebih hati-hati, Allah juga memberi hidayah, agar hidup ini memiliki arti dan makna. 3.5.3 Konsep Hidayah Secara bahasa, hidayah artinya rambu yang menghantar manusia kepada tujuan yang diinginkan.5 Hidayah atau petunjuk 1 Muslim, op.cit., kitab al-Birr wa al-Silah wa al-Adab, bab Fadhl ‘Iyadah al-Marid, no. 2569-43, h. 1128.. 2 Taha ‘Abd al-Salam Khudair (1991), al-Sa‘adah al-Quswa fi Falsafah Ibn Maskawayh wa Turuq Tahsiliha, Kairo: Matba‘ah al-Fajr al-Jadid, h. 189-191. 3 Al-Razi, op.cit., j. 1. h. 233-234. 4 Lebih jauh tentang perkaran ini lihat ‘Rahmat Allah kepada kaum kafir’ dalam penelitian ini. 5 Al-Jurjani, op.cit., h. 251.
136
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
adalah minhaj yang menghantar manusia kepada tujuan. Petunjuk dan rahmat adalah satu yang memiliki dua hujung berbeda. Petunjuk bila diikuti akan sampai kepada destinasi rahmat.1 Hidayah atau petunjuk yang menuju jalan lurus penuh nikmat dan rahmat adalah menolak segala sesuatu selain mencapai reda Allah Semuanya, hati, pikiran, ingatan tertuju hanya kepada-Nya. Contohnya, bila Dia menyuruh untuk menyembelih anak, dia taat seperti Nabi Ibrahim a.s.; bila dijadikan sembelihan, dia taat seperti Nabi Ismail a.s.; bila diperintahkan untuk terjun ke laut, dia taat seperti Nabi Yunus a.s.; bila disuruh belajar dengan yang lebih pintar, dia taat seperti Nabi Musa a.s. di hadapan Nabi Khidir a.s.. Maksud “tunjuk kami jalan yang lurus” adalah meneladani nabinabi dalam kesabaran dan keteguhan saat dicoba. Bila itu terasa sulit, ketahuilah bahwa agama bila terasa sempit akan melapangkan. Ayat ihdina ini sendiri mengarahkan kepada agama yang penuh nikmat /an’amta dan mudah.2 Ditinjau dari pemahaman Ash’ariyah yang mengatakan Allah berkuasa untuk menyesatkan dan memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki dengan menggunakan alasan, Allah berkuasa mutlak terhadap makhluk ciptaan-Nya. Lebih dari itu al-Ash’ari (m.330 H) sendiri menegaskan Dia berbuat sesuatu mengikuti kehendak-kehandak-Nya, maka apabila kekufuran dan kesesatan yang dikehendaki wajiblah Allah melakukannya.3 ∩⊄∉∪ tÉ)Å¡≈x(ø9$# āωÎ) ÿϵÎ/ ‘≅ÅÒム$tΒuρ 4 #ZÏWx. ϵÎ/ “ωôγtƒuρ #ZÏVŸ2 ϵÎ/ ‘≅ÅÒム¢ ...
... Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah,4 dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. Surah al-Baqarah (2): 265
1 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 7, h. 4371. 2 Al-Razi, op.cit., j. 1, h. 256. 3 Al-Ash‘ari (1397), op.cit., h. 190-195. 4 Disesatkan Allah bererti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. Dalam ayat ini, kerana mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, maka mereka itu menjadi sesat. 5 Lihat juga Surah al-Kahfi (18): 17.
137
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Muktazilah berkata: “Orang yang bertakwa dengan segala sifatsifatnya maka wajib bagi Allah untuk menyayangi mereka dan berbuat baik untuk mereka, dengan memberi mereka hidayah dan menganugerahkan kebahagiaan.”1 Orang kafir yang membuat diri mereka menjadi kufur dan sesat, disebabkan mereka lupa terhadap perintah Allah dan mengingkarinya. Menurut mereka, Allah tidak bersifat adil seandainya kehendak Allah melibatkan perbuatan kufur dan maksiat.2 Dari dua aliran Pemikiran Islam ini dapat disimpulkan bahwa dari sisi kekuasaan Allah, maka Dia tidak mungkin diwajibkan oleh hamba-Nya, namun di sisi lain Allah telah berbuat yang terbaik untuk umat-Nya sesuai dengan nama-nama dan sifat-sifat Dia yang terbaik, di antaranya al-Hadi/Maha Pemberi Petunjuk.3 Dengan demikian, Muktazilah dan Ash’ariyah sepakat bahwa Allah telah memberi petunjuk kepada semua manusia, hanya manusia itu sendiri saja yang tidak mengambil dan mengikutinya, namun Muktazilah melihat bahwa pemberian itu bersifat wajib bagi Allah, sementara Ash’ariyah melihat dari sudut kekuasaan Allah yang mutlak, hingga tidak mungkin dipengaruhi oleh manusia. Penulis mencoba menggabungkan kedua pendapat aliran pemikiran Islam ini dengan mengambil pendapat Muktazilah yang membagikan petunjuk itu kepada dua bagian, dilalah dan ma’unah. Dilalah petunjuk umum yang diberikan Allah kepada siapa saja (muslim dan kafir).4 Bila manusia memilih jalan iman –seperti pendapat Muktazilah (manusia yang memilih)- maka Allah memberikan kepadanya hidayah kedua yaitu hidayah ma’unah. Hidayah ini adalah pertolongan dari Allah kepada manusia sehingga dia bertambah takwa dan cinta kepada agama ini.5 Timbul persoalan mengapa tidak semua manusia diberi hidayah ma’unah agar menganut Islam? Itu karena Allah ingin hamba-Nya memuja-Nya dengan suka cita bukan terpaksa. Dia sangat mampu untuk memaksa manusia sebagaimana yang telah dilakukan-Nya terhadap seluruh makhluk di bumi ini kecuali manusia. Langit,
1 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 1, h. 139. 2 Ibid, j. 1, h. 160. 3 Lihat Surah al-Furqan (25): 31. 4 Lihat Surah Fussilat (41): 17; al-Ash‘ari (t.t), op.cit., h. 260, Al-Qurtubi, op.cit., j. 1, h. 247. 5 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 1, h. 85.
138
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
bumi, matahari, bulan, hewan, tumbuh-tumbuhan semuanya patuh dan tunduk kepada Allah serta bertasbih kepada-Nya.1 Persoalan lain yang lebih berkesan adalah apakah kekufuran orang kafir karena kehendak Allah atau karena kehendak manusia? Bila merujuk pada pendapat Muktazilah maka itu terpulang kepada manusia, sementara Ash’ariyah berpendapat Allah Maha Kuasa membuat orang kafir menjadi kufur, sebagaimana Abu Lahab.2 Penulis melihat bahwa Dia Maha Kuasa dan Maha Perkasa (sebagaimana pendapat Ash’ariyah), tapi Dia juga Maha Penyayang dan Pemurah (sehingga memberi hidayah kepada semua, dan menambahkan hidayah ma’unah khusus kepada mukmin).3 Dari pemahaman ini jelas sekali bahwa Allah Maha Mengasihani hamba-Nya. Tidak mungkin Dia menurunkan makhluk-Nya yang dicintai tanpa bekal hidayah untuk mencintaiNya. Sekarang tinggal manusia sebagai makhluk, apakah memilih jalan yang lurus atau jalan yang berliku!? Bila memilih jalan berliku yang salah, namun hendak kembali kepada Tuhan, Dia masih membuka jalan keluar yang baik, itulah taubat. 3.5.4 Konsep Taubat Taubat secara bahasa artinya al-ruju’ ‘an dhanb/kembali menyesal dari dosa. Menurut istilah ialah al-ruju’ ‘an al-af’al al-mazmumah ila almamduhah maknanya kembali dari perbuatan tercela kepada perbuatan terpuji,4 atau al-nadm ‘ala al-ma’siyah li kawniha ma’siyah artinya penyesalan atas maksiat karena ia adalah maksiat.5 Sedangkan menurut al-Muhasabi ialah al-nadm ‘ala ma mada, wa al’azm ‘ala ‘adam al-’audah, wa al-iqla’ ‘an al-zamb, artinya penyesalan atas yang telah berlaku, beriktikad untuk tidak mengulangi dan menjauhi dosa.6 Menurut al-Sha’rawi, ghafara terkait erat dengan dhanb/dosa yang terjadi antara hamba dengan Allah,7 sedangkan 1 Lihat al-Sha‘rawi (1989), Qadr, op.cit., h. 83. 2 Lihat Surah al-Masad (111): 1-5. 3 Lihat Surah al-Shu‘ara’ (26): 9, 68, 104, 122, 140, 159, 175, 191. 4 Al-Jurjani, op.cit., h. 74. 5 Al-Taftazani, op.cit. j. 5, h. 162. 6 Al-Harith bin Asad al-Muhasabi (1977), al-Tawbah, Kairo: Dar al-‘Itisam. h. 51. 7 Al-Ghazali (1987), op.cit., j. 4, h. 17.
139
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
sayyi’ah/kesalahan terjadi antara hamba dengan hamba, yang mana manusia memohon agar Dia dapat kafara/menutupinya.1 Dalam bahasan ini, penulis juga menemukan perkataan ‘afa yang artinya menghapus. ‘Afuww menghapus kesalahan. Banyaknya ungkapan perkataan diterimanya taubat dan maaf mengisyaratkan rahmatNya yang begitu besar kepada hamba-Nya. Konsep taubat ini terkait rapat dengan konsep hidayah di atas. Artinya, orang yang terlambat memilih hidayah masih diberikan kesempatan untuk kembali ke jalan yang lurus bila dan di mana saja. Apabila seseorang cepat mengetahui kesalahan, maka diharapkan dia cepat bertaubat.2 Taubat akan diterima selama sebelum detikdetik akhir ajal menjemput, atau sebelum ghargarah.3 Ada tiga proses taubat yang diperlakukan Allah kepada diriNya sebagai wujud rahmat-Nya. Pertama, bahwa Dia telah menyatakan diri-Nya sebagai pengampun. Kedua, adanya manusia yang berbuat salah dan mohon ampun, “dengan rasa penyesalan saat bertaubat dan berazam untuk tidak ingin mengulanginya lagi.”4 lagi.”4 ∩⊇⊇⊃∪ $VϑŠÏm§‘ #Y‘θà(xî ©!$# ωÉftƒ ©!$# ÌÏ(øótGó¡o„ ¢ΟèO …çµ|¡ø(tΡ öΝÎ=ôàtƒ ÷ρr& #¹þθß™ ö≅yϑ÷ètƒ tΒuρ
Sesiapa yang melakukan kejahatan atau menganiaya dirinya sendiri (dengan melakukan maksiat) kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia akan mendapati Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Nisa’ (4): 110.5 Ketiga, setelah mohon ampun maka Allah pun menerima taubat tersebut. ∩∉∪ $¸ϑ‹Ïm§‘ #Y‘θà(xî ª!$# tβ%x.uρ 4 ZπuΗ÷qu‘uρ ZοtÏ(øótΒuρ çµ÷ΖÏiΒ ;M≈y_u‘yŠ
Yaitu beberapa derajat kelebihan dari-Nya, dan keampunan serta rahmat belas kasihan. (Ingatlah) adalah Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Nisa’ (4): 96.
1 Lihat Surah Ali Imran (3): 193, al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 4, h. 1963. 2 Lihat Surah al-Nisa’ (4): 17. 3 Lihat Surah al-Nisa’ (4): 18; al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 266. 4 Al-Qadi, op.cit., h. 791. 5 Lihat Surah al-Qasas (28): 16.
140
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Lebih jauh lagi tentang rahmat Allah dalam konsep taubat ialah pertama, luasnya rahmat Allah selalu dikaitkan dengan taubat agar manusia selalu optimis dalam hidup ini.1 Untuk itu sering ditemukan perkataan taubat terkait erat dengan perkataan rahim, seperti al-Tawwab al-Rahim. Ini mengisyaratkan Allah yang Maha Mengasihani itu Maha Penerima taubat hamba-Nya, atau taubat adalah bukti rahmat Allah Dia berfirman: uθèδ ©!$# āχr&uρ ÏM≈s%y‰¢Á9$# ä‹è{ù'tƒuρ ÍνÏŠ$t7Ïã ôtã sπt/öθ−G9$# ã≅t7ø)tƒ uθèδ ©!$# ¨βr& (#þθãΚn=÷ètƒ óΟs9r&
∩⊇⊃⊆∪ ÞΟŠÏm§9$# Ü>#§θ−G9$# Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah Dia lah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya, dan juga menerima sedekah-sedekah (dan zakat serta membalasnya), dan bahwa sesungguhnya Allah Dia lah Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani? Surah al-Tawbah (9): 104. Selain Maha Penerima Taubat, Allah juga Maha Pengampun. ∩⊄∠∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θà(xî ª!$#uρ 3 â!$t±o„ tΒ 4’n?tã šÏ9≡sŒ ω÷èt/ .ÏΒ ª!$# Ü>θçGtƒ ¢ΟèO
Kemudian Allah menerima taubat orang-orang yang dikehendaki (dengan memberi taufik untuk memeluk Islam), sesudah (orang-orang kafir itu ditimpakan dengan azab); (Ingatlah) Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Tawbah (9): 27. Contohnya, orang kafir yang diazab Allah dengan kekalahan perang, ditawan lalu sebagian dari mereka bertaubat, dengan membaiat Rasulullah.2 Taubat sering diperintahkan dengan cara berbuat baik, dan setelah dosa dilakukan. Ö‘θà(tós9 $yδω÷èt/ .ÏΒ y7−/u‘ ¨βÎ) (#þθãΖtΒ#uuρ $yδω÷èt/ .ÏΒ (#θç/$s? ¢ΟèO ÏN$t↔Íh‹¡¡9$# (#θè=ÏΗxå tÏ%©!$#uρ
∩⊇∈⊂∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Dan orang-orang yang melakukan kejahatan kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan beriman, (maka) sesungguhnya
1 Al-Ghazali (1987), op.cit., j. 4, h. 578. 2 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 2, h. 183.
141
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Tuhanmu sesudah Mengasihani.
itu
Maha
Pengampun,
lagi
Maha
Surah al-A’raf (7): 153. Kedua, Allah tidak ingin hamba-Nya larut dalam penyesalan dan putus asa. ãÏ(øótƒ ©!$# ¨βÎ) 4 «!$# ÏπuΗ÷q§‘ ÏΒ (#θäÜuΖø)s? Ÿω öΝÎγÅ¡à(Ρr& #’n?tã (#θèùuór& tÏ%©!$# y“ÏŠ$t7Ïè≈tƒ ö≅è% *
∩∈⊂∪ ãΛÏm§9$# â‘θà(tóø9$# uθèδ …çµ‾ΡÎ) 4 $è‹ÏΗsd z>θçΡ—%!$# Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosadosa1 semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Surah al-Zumar (39): 53
Murjiah berpendapat diampuni dosa besar sebagai wujud kurnia dari Allah, atau kewajiban-Nya. Abu al-Hudhayl berpendapat bahwa dosa kecil diampuni selama menjauhi dosa besar sebagai wujud kurnia dari Allah, Menurut Jubai dari Muktazilah diampuninya sebagai hak manusia dan kewajiban Allah, bahkan melakukan dosa besar menjatuhkan pahala iman dan menumbuhkan hukuman akibat dosa kecil.2 Menurut penulis, ia terkait dengan konsep rahmat Allah dan berdasarkan pada pendapat aliran pemikiran dalam Islam bahwa segala bentuk dosa (kecil dan besar) tetap diterima kalau bertaubat, untuk itu ditemukan taubat pelaku dosa besar, seperti: hubungan sesama jenis3, pembunuh, pelaku zina dan pencuri. Timbul pertanyaan selanjutnya, bagaimana kalau pelaku dosa besar tidak bertaubat? Jawabannya terserah kepada Allah. Tidak dapat dipastikan apakah dapat dimaafkan, agar tidak mempermainkan dosa, tidak juga dapat dipastikan bahwa dia mendapat hukuman, karena Allah dapat saja memaafkan dosa, dalam bentuk tidak kekal di dalam neraka. Boleh jadi juga mereka masuk surga tanpa melalui neraka dalam bentuk maaf keseluruhannya.4 1 Dalam hubungan ini lihat Surah al-Nisa’ (4): 48. 2 Al-Ash‘ari (t.t), op.cit., h. 150, 267, 270 3 Lihat Surah al-Nisa' (4): 16. 4 Al-Bayjuri, op.cit., h. 229-230.
142
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Ketiga, bila kemudian terulang, maka diperintahkan untuk bertaubat lagi. Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:
ﻲ َﺀ ﺍﻟﻠﱠﻴﻞ ﺴ ِ ﻣ ﺏ ﻮ ﺘﻴﻟ ﺎ ﹺﺭﻨﻬﻩ ﺑﹺﺎﻟ ﺪ ﻳ ﺢ ﺘﻳﻔﹾﻭ ﺎﺭﻨﻬﻲ َﺀ ﺍﻟ ﺴ ِ ﻣ ﺏ ﻮ ﺘﻴﻟ ﻴ ﹺﻞﻩ ﺑﹺﺎﻟﱠﻠ ﺪ ﻳ ﺢ ﺘﻳ ﹾﻔ ﺍﷲ Allah membuka tangan-Nya di malam hari untuk menerima taubat kesalahan di siang hari, dan Allah membuka tanganNya di siang hari untuk menerima taubat kesalahan di malam hari.1 Nabi s.a.w bersabda tentang apa yang baginda terima dari Allah perkataannya:
ـﺎﻧﺒﻱ ﹶﺫـﺪﻋﺒ ﺐ ﻧﺎﻟﹶﻰ ﹶﺃ ﹾﺫﺗﻌﻭ ﻙ ﺭ ﺎﺗﺒ ﻧﺒﹺﻲ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝﻲ ﹶﺫﺮ ﻟ ﻔ ﻢ ﺍ ﹾﻏ ﻬ ﺎ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟﱠﻠﻧﺒﺪ ﺫﹶ ﺒﻋ ﺐ ﻧﹶﺃ ﹾﺫ ـﻲﺮ ﻟ ﻔ ﺏ ﺍ ﹾﻏ ﺭ ﻱ ﺐ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃ ﻧﺩ ﹶﻓﹶﺄ ﹾﺫ ﺎ ﻋﺐ ﹸﺛﻢ ﻧ ﹺﺧ ﹸﺬ ﺑﹺﺎﻟ ﱠﺬ ﻳ ﹾﺄﻭ ﺐ ﻧﺮ ﺍﻟ ﱠﺬ ﻔ ﻐ ﻳ ﺎﺭﺑ ﻪ ﻢ ﹶﺃ ﱠﻥ ﹶﻟ ﻠﻌ ﹶﻓ ﺖ ﺷﹾﺌ ﺎﻤ ﹾﻞ ﻣ ﻋ ﺔ ﺍ ﻌ ﺍﹺﺑﺔ ﹶﺃ ﹺﻭ ﺍﻟﺮ ﻟﹶﺜﻲ ﺍﻟﺜﱠﺎﺩﺭﹺﻱ ﹶﺃﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻓ ﻋﻠﹶﻰ ﻟﹶﺎ ﹶﺃ ﺪ ﺍﹾﻟﹶﺄ ﺒﻋ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ...ﻧﺒﹺﻲﹶﺫ Seorang hamba Allah melakukan dosa, lalu berdoa: “Wahai tuhan ku! Ampunkanlah dosa ku.” Allah berfirman: “HambaKu telah melakukan dosa, tetapi dia tahu bahwa dia mempunyai Tuhan yang akan mengampunkan dosa atau menghukumnya karena melakukan dosa.” Kemudian hamba Allah tersebut kembali melakukan dosa, lalu berdoa: “Wahai Tuhan ku! Ampunkanlah dosa ku...” Hamba tersebut berkata: “Aku tidak tahu sehingga kali ketiga atau keempat aku meminta keampunan,” tetapi Allah SWT tetap berfirman: “Buatlah sesuka hati mu.”2 Keempat, Allah memberi arahan kepada kaum kafir dan musyrik serta munafik untuk bertaubat dengan cara masuk ke dalam agama Islam dan tidak menyekutukan-Nya, Dia akan menerima taubat mereka. ôMŸÒtΒ ô‰s)sù (#ρߊθãètƒ βÎ)uρ y#n=y™ ô‰s% $¨Β Οßγs9 öx(øóム(#θßγtG⊥tƒ βÎ) (#ÿρãx(Ÿ2 zƒÏ%©#Ïj9 ≅è%
∩⊂∇∪ šÏ9¨ρF{$# àM¨Ψß™ Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu3: “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni 1 Muslim, op.cit., kitab al-Tawbah, bab Qubul al-Tawbah min al-Dhunub, no. 31, h. 1156. 2 Muslim, op.cit., kitab Tawbah, bab Qubul al-tawbah, no. 30, h. 1156. 3 Iaitu Abu Sufyan dan sahabat-sahabatnya.
143
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi.1 Sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu “. Surah al-Anfal (8): 38 «!$$Î/ õ8Îô³ç„ tΒuρ 4 â!$t±o„ yϑÏ9 y7Ï9≡sŒ tβρߊ $tΒ ãÏ(øótƒuρ ϵÎ/ x8uô³ç„ βr& ãÏ(øótƒ Ÿω ©!$# ¨βÎ)
∩⊆∇∪ $¸ϑŠÏàtã $¸ϑøOÎ) #“utIøù$# ωs)sù Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa syirik mempersekutukan-Nya (dengan sesuatu apa jua), dan akan mengampunkan dosa yang lain dari itu bagi barang siapa yang dikehendaki-Nya (menurut aturan Syariat-Nya). barang siapa yang mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain), maka sesungguhnya ia telah melakukan kesalahan yang besar. Surah al-Nisa’ (4): 48.
Adapun maksud ayat 48 di atas adalah bahwa kemusyrikan tidak dapat diampuni pada saat musyrikin meninggal dalam keadaan syirik. Bila seorang musyrik minta ampun sebelum mati, dengan cara mentauhidkan Allah, maka Dia akan mengampuninya. Karena jalan menuju rahmat Allah adalah tauhid.2 Dalilnya, musyrik Mekah yang minta ampun dan masuk Islam setelah Fath Mekah, Allah pun mengampuni.3 Bedanya dengan dosa muslimin lainnya, terkadang dosa kecil itu dapat dihapus walaupun tidak dengan minta ampun. Seperti dengan berbuat baik, atau melakukan salat. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a perkataannya:
ﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻚ ﹶﻟ ﻟﺮ ﹶﺫ ﻢ ﹶﻓ ﹶﺬ ﹶﻛ ﺳﱠﻠ ﻭ ﻪ ﻴﻋﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠ ﻲ ﻨﹺﺒﻰ ﺍﻟﺒﹶﻠ ﹰﺔ ﹶﻓﹶﺄﺗﺓ ﹸﻗ ﺮﹶﺃ ﻣ ﻣ ﹺﻦ ﺍ ﺏ ﺎﻼ ﹶﺃﺻﺭﺟ ﹶﺃ ﱠﻥ t÷Ïδõ‹ãƒ ÏM≈uΖ|¡ptø:$# ¨βÎ) 4 È≅øŠ©9$# zÏiΒ $Z(s9ã—uρ Í‘$pκ¨]9$# Ç’nûtsÛ nο4θn=¢Á9$# ÉΟÏ%r&uρ)
ﺖ ﺰﻟﹶــــ ﻨﹶﻓ
ﻪ ﻮ ﹶﻝ ﺍﻟﱠﻠﺭﺳ ﺎﻩ ﻳ ﺬ ﻫ ﻲ ﻟﺟ ﹸﻞ ﹶﺃ ﺮ ∪⊆⊇⊇∩( ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟšÌÏ.≡©%#Ï9 3“tø.ÏŒ y7Ï9≡sŒ 4 ÏN$t↔ÍhŠ¡¡9$# ﻲﻣﺘ ﻦ ﹸﺃ ﻣ ﺎﻤ ﹶﻞ ﹺﺑﻬ ﻋ ﻦ ﻤ ﻟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ
Seorang lelaki telah mencium seorang perempuan, lalu lelaki tersebut datang berjumpa Nabi s.a.w dan memberitahu kepada 1 Maksudnya: jika mereka kafir dan kembali memerangi Nabi. 2 Ahmad Bahjat (1986), Allah fi al-Aqidah al-Islamiyyah, c.3. Kairo: Markaz al-Ahram, h. 151. 3 Lihat Surah al-Nashr.
144
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
baginda perihal tersebut. Baginda bersabda: Lalu diturunkan ayat Yang bermaksud: Dirikanlah salat wahai Muhammad (engkau dan umat mu) pada waktu pagi, petang dan sebagian dari waktu malam. Sesungguhnya amalan kebajikan khususnya salat akan menghapuskan kejahatan. Perintah Allah tersebut adalah merupakan peringatan bagi orang yang sentiasa mengingati Allah. Abdullah berkata: Lelaki tersebut bertanya: Adakah ayat ini diturunkan untuk ku wahai Rasulullah? Baginda bersabda: Untuk barang siapa saja dari kalangan umat ku yang melakukannya. 1 Satu catatan penting, walaupun berdasarkan pada ayat di bawah ini bahwa ampunan dan siksaan Allah diberikan kepada siapa yang disukai, karena Dia pemilik dan penguasa langit dan bumi, tetapi tetap saja Dia mendahulukan rahmat dari murka,2 dan sangat senang melihat hamba-Nya minta ampun.3 ª!$# šχ%Ÿ2uρ 4 â!$t±o„ tΒ Ü>Éj‹yèãƒuρ â!$t±o„ yϑÏ9 ãÏ(øótƒ 4 ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# à7ù=ãΒ ¬!uρ
∩⊇⊆∪ $VϑŠÏm§‘ #Y‘θà(xî (Ingatlah juga bahwa) kuasa pemerintahan langit dan bumi adalah hak kepunyaan Allah, Ia berkuasa mengampunkan barang siapa yang dikehendaki-Nya, dan Ia juga berkuasa menyiksa barang siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Fath (48): 14. Dalam al-Qur’an perkataan al-Qaffur dan al-Gaffar selalu digandingkan dengan al-’Aziz, ini menjelaskan bahwa Allah memaafkan bukan karena Dia lemah, tetapi Maha Perkasa dan Maha Pengasih.4 Dia dapat saja menyiksa hamba-hamba-Nya, tetapi Dia tetap saja membuka pintu taubat bagi hamba-hamba-Nya, karena Dia Maha Rahmat. Puncak rahmat Allah yang terkait erat dengan konsep kehidupan adalah konsep taubat. Taubat merupakan rahmat dikaji berasaskan pada empat perkara. (1) menimbulkan optimis, (2)
1 Al-Bukhari, op.cit., kitab Mawaqit al-Salah, bab al-Salah Kaffarah, no. 526, h. 44. 2 Lihat hadis inna rahmati sabaqat ghadabi pada penelitian ini. 3 Lihat Surah al-Zumar (39): 7. 4 Lihat Surah al-Sad (38): 66, al-Zumar (39): 5, al-Mu’min (40): 42
145
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
menjauhkan putus asa, (3) taubat lagi bila terulang, (4) taubat kafir, musyrik dan munafik tetap diterima. Konsep taubat ini juga merupakan sebagian dari kasih Allah menurut Alkitab Kristian. Pemikiran Kristian menyatakan bahwa pengampunan ini harus mengakui penyaliban. Di dalam Alkitab taubat atau penebusan dosa dilakukan dengan mengakui penyaliban Yesus. “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!”1 “Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.”2 Sifat Allah yang Maha Perkasa dan Mengasihani ini dalam alQur’an menurut perspektif pemikiran Islam adalah kata kunci, sehingga Dia menjadi begitu Maha Pengampun, tanpa harus meminta tolong kepada yang lain, walaupun itu anak-Nya. “Rahmat Allah tidak harus dengan cara menyalib anak-Nya di tiang salib. Apa lagi perkara itu dilakukan untuk menebus dosa yang bukan dilakukan anak. Itu bukan rahmat tapi kezaliman.”3 Bertaubat dengan pengakuan atas darah perjanjian dan bersedia dibaptis atas nama Yesus Kristus. “Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” 4 Jawab Petrus kepada mereka: “Bertaubatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima kurnia Roh Kudus.5 Mengakui darah pengampunan dan penyaliban Yesus Kristus bukanlah konsep rahmat Allah menurut al-Qur’an yang berasaskan pada kasih dan kelembutan. Bila ketuhanan Yesus Kristus telah diuraikan pada analisis bab kedua, bahwa rahmat Allah itu tertumpu pada tauhid. Sementara untuk menganalisis tentang darah 1 Alkitab, Perjanjian Baru, Galatia 3:13, op.cit., h. 228-229. 2 Alkitab, Perjanjian Baru, Roma 6:6, op.cit., h. 187. 3 Ibrahim Khalil Ahmad (1989), al-Ghufran bayna al-Islam wa al-Masihiyyah, Kairo: Dar al-Mannar. h. 60. 4 Alkitab, Perjanjian Baru, Matius 26:28; Ibrani 9:22; Afesus 1:7, lihat Ahmad Deedat (1988), Crucifixion or Crucifiction, c. 3, Durban: Islamic Propagation Centre International, h. 3. 5 Alkitab, Perjanjian Baru, Kisah Para Rasul 2: 38, Lihat juga Kisah Para Rasul 5:31; 10:43; 13: 38; 26:18; Lukas 1:77; 24:47;; Kolose 1:14;
146
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
pengampunan akan dikaji pada “Rahmat Allah kepada Nabi Isa a.s.”. Dalam al-Qur’an diuraikan bahwa Allah amat mencintai orang-orang yang bertaubat. Konsep taubat dalam al-Qur’an tidak saja sekedar kembali menuju Allah dan meninggalkan dosa, tapi juga dilanjutkan dengan Rahim/Maha Mengasihani. Artinya, selain diterima taubat, Dia memberi rahmat agar terlindung dan tercegah dari dosa. 3.5.5. Hakikat Baik Buruk Dalam hakikat baik dan buruk ini akan dikaji tentang Allah yang Maha Rahmat sebagai sumber kebaikan, Islam itu baik, akhirat itu baik dan bagaimana melihat kebaikan di dunia ini. Untuk lebih mudahnya, dikaji terlebih dahulu makna baik dan buruk. Khayr atau baik menurut bahasa ialah kebalikan dari sharr/buruk. Ia adalah alfadilah min kulli shai’/keutamaan dari segala sesuatu.1 Sharr atau buruk ialah ungkapan tentang sesuatu yang tidak sesuai dengan tabiat aslinya.2 Selain perkataan khayr dan sharr, juga ditemukan hasanah dan sayyiah. Sayyiah ialah apa yang dicela pelakunya secara syariat, baik dosa kecil ataupun dosa besar. Disebut sayyiah karena pelakunya akan sa’a/sakit saat melihat amalnya di akhirat. Hasanah adalah perbuatan baik yang dilipat gandakan karena kurnia dan rahmatNya bukan sebagai suatu kewajiban dari-Nya. Hasanah apa yang dipuji pelakunya secara syariat. Perbuatan baik akan tercermin pada raut wajah yang baik saat melihat Allah di akhirat.3 Setelah membahaskan makna baik dan buruk, berikut ini akan diuraikan seputar baik dan buruk. Pertama, sejauh mana pengertian Allah yang Maha Rahmat sebagai sumber kebaikan dan keburukan. Menurut pendapat Ahli Sunnah bahwa Dia boleh atas-Nya untuk menciptakan yang baik dan buruk. Berbeda dengan Muktazilah yang berkata: “Manusia berbuat untuk dirinya sendiri perbuatanperbuatan ikhtiar yang baik dan yang buruk.” Keduanya sepakat bahwa Allah yang Maha Rahmat berkehendak untuk berbuat baik, dan berbeda pendapat, apakah Dia berkehendak untuk berbuat 1 Ibn Manzur, op.cit., j. 1, h. 926. 2 Al-Jurjani, op.cit., h. 130. 3 Al-Bayjuri, op.cit., h. 208.
147
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
buruk? Muktazilah berpendapat Dia tidak mungkin berbuat buruk dan jahat.1 Dia berkehendak baik pada zat-Nya dan tidak berkehendak buruk pada zat-Nya.2 Menurut Ahli Sunnah, yang hasan/baik apa yang baik menurut syariat, yang buruk adalah apa yang buruk menurut syariat. Tertulis bahwa tidak ada yang buruk sedikit pun dari Allah, hanya saja tersembunyi dari manusia sisi baiknya.3 Menurut Ahli Sunnah, baik buruk itu adalah berdasarkan syariat,4 sedangkan menurut Muktazilah berdasarkan akal pikiran.5 Kedua-duanya sepakat bahwa baik buruk dalam arti sifat sempurna dan kurang seperti ilmu dan bodoh, atau sesuai dengan tujuan atau tidak seperti keadilan dan kezaliman. Artinya semua yang layak dipuji oleh akal dan kebiasaan atau dicela, maka semua itu diketahui melalui akal pikiran, baik tertulis di dalam syariat atau tidak. Yang menjadi perbedaan di sini adalah baik dan buruk menurut Allah, apakah yang dilakukan-Nya itu dapat dinilai baik atau buruk, menurut Ahli Sunnah, tidak, sebab semua yang diperintahkan-Nya adalah baik dan dilarang-Nya adalah buruk.6 Kedua, kalau Allah yang Maha Rahmat sumber kebaikan, pertanyaan selanjutnya wajibkah Dia menjaga kebaikan itu? Menurut Muktazilah wajib dan menurut Ahli Sunnah tidak wajib. Ahli Sunnah berpendapat Allah boleh saja berbuat setiap perbuatan yang mungkin dan meninggalkannya. Muktazilah berpendapat Allah wajib memilih salah/yang baik bila berbanding dengan fasad/rusak, seperti iman dan kufur. Bila yang satu baik dan ada yang aslah/lebih baik, maka Dia harus memilih yang aslah/lebih baik.7 Menurut Ash’ari menjaga salah dan aslah tidak wajib bagi Allah secara syariat dan bertentangan secara akal.8 Ketiga, baik dalam pandangan manusia belum tentu merupakan kebaikan hakiki. Contohnya, menenggelamkan sampan yang 1 Al-Qadi, op.cit., h. 611. 2 Al-Shahrastani, op.cit., j. 1, h. 45. 3 Al-Bayjuri, op.cit., h. 130. Lihat penjelasan al-Ghazali sebelumnya tentang keburukan yang merupakan kebaikan di sisi yang lain dalam penelitian ini pada bab “Konsep Takdir” 4 Al-Shahrastani, op.cit., j. 1, h. 42 dan 45. 5 Al-Qadi, op.cit., h. 611. 6 Al-Taftazani, op.cit., j. 4, h. 282. 7 Al-Qadi, op.cit., h. 250 8 Al-Shahrashtani, op.cit., j. 1, h. 42 dan 45 lihat juga al-Bayjuri, op.cit., h. 127.
148
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
dilakukan Khidir adalah buruk menurut Nabi Musa a.s., tapi baik menurut Nabi Khidir a.s., karena sampan itu selamat dari perampasan.1 Ini bukti bahwa manusia tidak mampu menilai sesuatu itu baik atau buruk bila terkait dengan perintah Allah. Boleh jadi suatu peristiwa itu musibah menurut manusia tapi baik bagi dirinya dalam pandangan Allah.2 3 öΝä3©9 @Ÿ° uθèδuρ $\↔ø‹x© (#θ™6Åsè? βr& #|¤tãuρ ( öΝà6©9 ×öyz uθèδuρ $\↔ø‹x© (#θèδtõ3s? βr& #|¤tãuρ ...
∩⊄⊇∉∪ šχθßϑn=÷ès? Ÿω óΟçFΡr&uρ ãΝn=÷ètƒ ª!$#uρ ...Boleh jadi kamu benci kepada sesuatu padahal ia baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu suka kepada sesuatu padahal ia buruk bagi kamu. (Ingatlah), Allah jualah yang mengetahui (semuanya itu), sedang kamu tidak mengetahuinya. Surah al-Baqarah (2): 216. Takdir yang menimpa manusia tidak dapat manusia nilai sebagai suatu keburukan, walau pun secara zahirnya buruk, tapi itu merupakan sesuatu kebaikan. Dihina dan diturunkan dari kekuasaan adalah buruk menurut kaca mata manusia, tapi bila dia mengkaji diri dan menerima takdir, maka di tangan Allah segala kebaikan. tΒ –“Ïèè?uρ â!$t±n@ £ϑÏΒ šù=ßϑø9$# äíÍ”∴s?uρ â!$t±n@ tΒ šù=ßϑø9$# ’ÎA÷σè? Å7ù=ßϑø9$# y7Î=≈tΒ ¢Οßγ‾=9$# È≅è%
∩⊄∉∪ փωs% &óx« Èe≅ä. 4’n?tã y7¨ΡÎ) ( çöy‚ø9$# x8ωuŠÎ/ ( â!$t±n@ tΒ ‘ΑÉ‹è?uρ â!$t±n@ Katakanlah (wahai Muhammad): “Wahai Tuhan yang mempunyai kuasa pemerintahan! Engkaulah yang memberi kuasa pemerintahan kepada barang siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkaulah yang mencabut kuasa pemerintahan dari barang siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah juga yang memuliakan barang siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkaulah yang menghina barang siapa yang Engkau kehendaki. Dalam kekuasaan Engkaulah saja adanya segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiaptiap sesuatu. Surah Ali ‘Imran (3): 26.
1 Lihat Surah al-Kahfi (18): 79. 2 Al-Sha'rawi (1990), Khayr, op.cit., h. 64.
149
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Dalam kekuasaan Engkau sajalah adanya segala kebaikan. Diangkat menjadi penguasa di pemerintahan adalah baik, dan dicabut juga baik. Karena mungkin saja kalau tidak dicabut, dosanya bertambah banyak dan lain-lain.1 Keempat, merupakan rahmat Allah bahwa Dia menetapkan segala sesuatu bila dijalankan sesuai dengan minhaj-Nya adalah baik, bila keluar dari minhaj-Nya adalah buruk. Harta bila digunakan untuk membantu fakir miskin adalah baik, bila digunakan untuk merusak adalah buruk.2 Islam itu baik dan kufur itu buruk.3 Puncak kejahatan dan keburukan ialah kekafiran. Itu karena tidak ada dosa melebihi kufur. Itu karena kekafiran telah membuat pelakunya tercampak dari rahmat-Nya, dan dinilai sebagai hewan yang paling jahat.4 ∩∈∈∪ tβθãΖÏΒ÷σムŸω ôΜßγsù (#ρãx(x. tÏ%©!$# «!$# y‰ΨÏã Éb>!#uρ£‰9$# §Ÿ° ¨βÎ)
Sesungguhnya sejahat-jahat (makhluk) yang melata di sisi (hukum dan ketetapan) Allah ialah orang-orang yang kafir (yang degil dengan kekufurannya). Sebab itu mereka tidak (mau) beriman. Surah al-Anfal (8): 55. Kezaliman itu ada tiga, kezaliman yang tidak diampuni, yaitu syirik;5 kezaliman yang diampuni, kezaliman diri sendiri terhadap Tuhan; dan kezaliman yang harus diselesaikan antara sesama manusia, sehingga dilunaskan. Semua dosa, semoga Allah ampuni kecuali lelaki mati dalam keadaan kafir atau membunuh mukmin secara sengaja tanpa alasan.6 Kelima, sejauh mana harta, kesihatan dan anak dinilai baik? Islam melihat harta, kesihatan dan anak adalah baik7 dan cobaan. 8 1 Ibid., h. 65-66. 2 Ibid., h. 61. 3 Al-Bayjuri, op.cit., h. 131. 4 Al-Sha‘rawi (1990), op.cit., h. 105. 5 Kemusyrikan dan kufuran tidak diampuni bila musyrik dan kafir mati dalam keadaan syirik dan kufur, tapi bila musyrik atau kafir bertaubat, maka taubatnya tetap diterima. Lihat rahmat Allah S.W.T. kepada musyrik dan kaum kafir dalam penelitian ini. 6 Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 509. 7 Lihat Surah al-‘Adiyat (100): 8, al-Khayr di sini ertinya adalah harta. Disebutkan harta dengan al-khayr, kerana harta itu baik menurut al-Qur’an. Al-Qaradawi (1995), Dawr, op.cit., h. 89. 8 Lihat al-Anfal (8): 28.
150
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Harta, kesihatan dan anak bukanlah tujuan hidup, ia adalah jalan menuju reda Allah. Banyak harta bukan tanda Allah memuliakannya, dan sedikit harta bukan pula bertanda Allah membenci seseorang. Umur yang panjang bukan merupakan kebaikan dan umur yang pendek bukan pula keburukan.1 ∩⊆∠∪ íΟ‹Ïm§‘ Ô∃ρâts9 öΝä3−/u‘ ¨βÎ*sù 7∃•θsƒrB 4’n?tã óΟèδx‹äzù'tƒ ÷ρr&
Atau Ia membinasakan mereka (dan harta benda mereka) sedikit demi sedikit? Karena sesungguhnya Tuhan kamu Amat melimpah belas kasihan dan rahmat-Nya. Surah an-Nahl (16): 47. Allah dapat mengurangi kesihatan tubuh, jumlah harta dan buah hingga akhirnya binasa. Walau demikian Allah masih menyayangi manusia dengan tidak segera menurunkan azab.2 Bahkan kalau diteliti lebih dalam ketiadaan harta dan musibah yang menimpa manusia silih berganti, bila dihayati secara positif ia adalah bentuk lain dari rahim/kasih yang tidak kalah agungnya. Allah berfirman: ¨Š!#u‘ Ÿξsù 9ösƒ¿2 x8÷ŠÌムχÎ)uρ ( uθèδ āωÎ) ÿ…ã&s! y#Ï©%Ÿ2 Ÿξsù 9hÛØÎ/ ª!$# y7ó¡|¡ôϑtƒ βÎ)uρ
∩⊇⊃∠∪ ÞΟŠÏm§9$# â‘θà(tóø9$# uθèδuρ 4 ÍνÏŠ$t6Ïã ôÏΒ â!$t±o„ tΒ ÏµÎ/ Ü=ŠÅÁム4 Ï&Î#ôÒx(Ï9 Jika Allah mengenakan engkau dengan sesuatu yang membahayakan, maka tiada sesiapapun yang akan dapat menghapuskannya melainkan Dia; dan jika Ia menghendaki engkau memperoleh sesuatu kebaikan, maka tiada barang siapa pun yang akan dapat menghalangi limpah kurnia-Nya. Allah melimpahkan kurnia-Nya itu kepada barang siapa yang dikendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya, dan Dia lah yang Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani. Surah Yunus (10): 107.
Allah yang memberi mudarat dan manfaat. Bila seseorang terkena bahaya dan dia tidak mampu melenyapkannya berserahlah kepada-Nya bukan kepada benda, begitu juga halnya dengan kebaikan.3
1 Lihat Surah al-Fajr (89): 15-20. Al-Sha'rawi (1990), op.cit., h. 43. 2 Al-Qasimi, op.cit., j. 4, h. 523. 3 Ibid., j. 4, h. 258. 151
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Dari pembahasan rahmat Allah tentang baik buruk, timbul persoalan mengapa orang kafir itu murah rezeki dan banyak harta? Jawabannya agar mereka bertambah dosa dan kufur. Allah berfirman: $u‹÷Ρ‘‰9$# Íο4θuŠysø9$# ’Îû $pκÍ5 Νåκu5Éj‹yèã‹Ï9 ª!$# ߉ƒÌム$yϑ‾ΡÎ) 4 öΝèδ߉≈s9÷ρr& Iωuρ óΟßγä9≡uθøΒr& y7ö7Éf÷èè? Ÿξsù
∩∈∈∪ tβρãÏ(≈x. öΝèδuρ öΝåκߦà(Ρr& t,yδ÷“s?uρ Oleh itu, janganlah engkau tertarik hati kepada harta benda dan kanak-kanak mereka, (karena) sesungguhnya Allah hanya hendak menyiksa mereka dengan harta benda dan kanakkanak itu dalam kehidupan dunia, dan hendak menjadikan nyawa mereka tercabut sedang mereka berkeadaan kafir (untuk mendapat azab akhirat pula). Surah at-Tawbah (9): 55. Jangan tertipu atas apa yang mereka terima dari perhiasan dunia, karena Allah memberi kepada mereka sebagai azab. Caranya, dengan memaksa mereka untuk menderma padahal hati mereka menolak, atau harta itu punah, atau mendatangkan musibah, atau mereka mengumpulkannya dengan kerja keras dan setelah mendapatnya terbuang begitu saja, atau harta itu mendatangkan kesusahan dalam mendidik anak.1 Harta dan anak bukan bukti reda Allah pada mereka. Orang yang melihat harta dan anak bila dijadikan timbangan kebaikan, maka dia telah menyebabkan dirinya berada dalam ketakutan bila keduanya hilang darinya. Ini akhirnya akan menyiksa diri dan menjadi suatu malapetaka atau keburukan yang menyiksa. Jadi harta dan anak bagi kafir akhirnya merupakan azab yang selalu menyiksa di dunia dan di akhirat.2 Mereka terlihat menikmati hidup, tapi sebenarnya mereka sengsara.3 Allah berfirman: $Y6yδsŒ Ä⇓ö‘F{$# âö≅ÏiΒ ΝÏδωymr& ôÏΒ Ÿ≅t6ø)ムn=sù Ö‘$¤(ä. öΝèδuρ (#θè?$tΒuρ (#ρãx(x. tÏ%©!$# ¨βÎ)
∩⊇∪ tÎÅÇ≈‾Ρ ÏiΒ Νßγs9 $tΒuρ ÒΟŠÏ9r& ë>#x‹tã óΟßγs9 y7Í×‾≈s9'ρé& 3 ÿϵÎ/ 3“y‰tGøù$# Èθs9uρ Sesungguhnya orang-orang yang kafir, lalu mati sedang mereka tetap kafir, maka tidak sekali-kali akan diterima dari 1 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 2, h. 196. 2 Al-Sha'rawi (1990), op.cit., h. 70-71. 3 Ibid., h. 72.
152
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
seseorang di antara mereka: emas sepenuh bumi, walaupun ia menebus dirinya dengan (emas yang sebanyak) itu. Mereka itu akan mendapat azab siksa yang tidak terperi sakitnya, dan mereka pula tidak akan memperoleh seorang penolong pun. Surah Ali ‘Imran (3): 91. Keenam, apakah dunia diciptakan Tuhan yang Maha Rahmat penuh dengan keburukan? Tidak, sebenarnya dunia ini penuh dengan kebaikan, manusialah yang merusak kebaikan itu. Di dunia ini Allah telah menjamin rezeki manusia, namun karena ketamakan, maka sebagian negara kaya membuang makanan ke laut demi menjaga kestabilan harga barang dibandingkan diberikan kepada penduduk yang kekurangan makanan.1 Allah telah menurunkan semua rezeki halal, namun karena sesuatu perkara manusia menghalalkan ini dan mengharamkan ini.2 ª!!#u ö≅è% Wξ≈n=ymuρ $YΒ#tym çµ÷ΖÏiΒ ΟçFù=yèyfsù 5−ø—Íh‘ ∅ÏiΒ Νä3s9 ª!$# tΑt“Ρr& !$¨Β ΟçF÷ƒuu‘r& ö≅è%
∩∈∪ šχρçtIø(s? «!$# ’n?tã ôΘr& ( öΝä3s9 šχÏŒr& Katakanlah (kepada kaum yang mengada-adakan sesuatu hukum): “Sudah kah kamu nampak baik-buruknya sesuatu yang diturunkan Allah untuk manfaat kamu itu sehingga dapat kamu jadikan sebagian darinya haram, dan sebagian lagi halal?” Katakanlah lagi (kepada mereka): “Adakah Allah izinkan bagi kamu berbuat demikian, atau kamu hanya mengada-adakan secara dusta terhadap Allah?” Surah Yunus (10): 59. Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan enam perkara. (1) Allah sumber kebaikan dan keburukan, tapi Dia berkehendak baik pada zat-Nya dan tidak berkehendak buruk pada zat-Nya. (2) Dia tidak wajib menjaga kebaikan. (3) Baik yang hakiki itu menurut Allah bukan menurut manusia. (4) Syariat Islam itu baik. (5) Pada dasarnya: harta, sihat dan anak itu baik, tapi ia bukan bukti reda Allah. (6) Pada dasarnya dunia dan segala isinya baik. Keenamenam perspektif ini membuat muslim tidak saja harus mengejar akhirat, tapi tetap menginginkan dunia yang baik.
1 Al-Sha'rawi (1990), op.cit., h. 74. 2 Al-Zamakhshari, op.cit, j. 2, h. 242.
153
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
3.5.6. Hakikat Hidup Dan Mati Sebagai rahmat Allah yang pertama bahwa Dia telah menyatakan semua makhluk ciptaan Allah adalah hidup. Itu karena hidup tidak saja tercermin lewat gerak dan rasa, tapi kehidupan yang hakiki adalah peranan suatu makhluk itu di dunia ini. Manusia hidup karena dia bergerak, berjalan dan berbicara. Hewan hidup karena dia bergerak dan merasa. Tumbuhan hidup karena dia bernafas. Benda juga hidup karena dia berperanan aktif membantu tumbuhan, hewan dan manusia, bahkan benda itu tumbuh dan berkembang, seperti batu karang di laut.1 Allah berfirman: â/õ3çtø:$# ã&s! 4 …çµyγô_uρ āωÎ) î7Ï9$yδ >óx« ‘≅ä. 4 uθèδ āωÎ) tµ≈s9Î) Iω ¢ tyz#u $γ≈s9Î) «!$# yìtΒ äíô‰s? Ÿωuρ
∩∇∇∪ tβθãèy_öè? ϵø‹s9Î)uρ Janganlah engkau menyembah tuhan yang lain bersama-sama Allah. Tiada Tuhan melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu akan binasa melainkan Zat Allah. Bagi-Nyalah kuasa memutuskan segala hukum, dan kepada-Nyalah kamu semua dikembalikan (untuk dihitung amal masing-masing dan menerima balasan). Surah al-Qasas (28): 88. Selama segala sesuatu itu punah/mati maka sebelumnya dia itu hidup. Termasuk dalam perkataan “sesuatu” adalah benda.2 Bahkan benda dapat menangis. ∩⊄∪ zƒÌsàΖãΒ (#θçΡ%x. $tΒuρ ÞÚö‘F{$#uρ â!$yϑ¡¡9$# ãΝÍκön=tã ôMs3t/ $yϑsù Mereka (ketika dibinasakan) itu tidak ditangisi oleh langit dan bumi (atau penduduk keduanya) dan mereka pula tidak diberi tempoh lagi. Surah al-Dukhan (44): 29. Walaupun al-Zamakhsari berpendapat bahwa maksud ayat di atas adalah penduduk langit yaitu malaikat, dan penduduk bumi yaitu mukmin,3 namun al-Sha’rawi menyatakan bahwa tidaklah salah bila dimaksudkan dengan langit dan bumi adalah langit dan
1 Shaykh Muhammad Mutawalli al-Sha'rawi, (1991), al-Hayah wa al-Mawt, Kairo: Akhbar al-Yawm., h. 26. 2 Ibid., h. 28. 3 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 3, h. 211.
154
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
bumi itu sendiri dapat menangis, sebagaimana makhluk hidup lainnya.1 Dari sini diketahui benda juga dapat tertawa dan marah. Satu yang pasti benda seperti langit dan bumi selalu bertasbih dan taat kepada perintah Allah. !$tGs9$s% $\δöx. ÷ρr& %æöθsÛ $u‹ÏKø^$# ÇÚö‘F|Ï9uρ $oλm; tΑ$s)sù ×β%s{ߊ }‘Éδuρ Ï!$uΚ¡¡9$# ’n<Î) #“uθtGó™$# §ΝèO
∩⊇⊇∪ tÏèÍ←!$sÛ $oΨ÷s?r& Kemudian Ia menunjukkan kehendak-Nya ke arah (bahanbahan) langit sedang langit itu masih berupa asap; lalu Ia berfirman kepadanya dan kepada bumi: “Turutlah kamu berdua akan perintah-Ku, sama ada dengan sukarela atau dengan paksa!” Keduanya menjawab: “Kami berdua sedia menurut - patuh dengan sukarela” Surah Fussilat (41): 11.
Dalam al-Qur’an dapat ditemui semut berbicara2 dan Hud hud mengetahui sesuatu.3 Kedua, hidup dan mati diciptakan Tuhan sebagai rahmat dan cobaan. ∩⊄∪ â‘θà(tóø9$# Ⓝ͕yèø9$# uθèδuρ 4 WξuΚtã ß|¡ômr& ö/ä3•ƒr& öΝä.uθè=ö7u‹Ï9 nο4θu‹ptø:$#uρ |Nöθyϑø9$# t,n=y{ “Ï%©!$# Dialah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) - untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu: siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya; dan Ia Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi orang-orang yang bertaubat). Surah al-Mulk (67): 2. Manusia hidup berkat takdir dan rahmat Tuhan, perkara itu karena telah ditemukan banyak peristiwa di mana seorang lelaki berhubungan dengan wanita tapi tidak menghasilkan anak, kecuali dengan izin Allah dan kuasa-Nya yang mutlak. Itu karena di balik sebab akibat ada Tuhan yang menciptakan sebab itu berlaku atau tidak.4
1 Al-Sha'rawi (1991), al-Hayah, op.cit., h. 47. 2 Lihat Surah al-Naml (27): 18. 3 Lihat Surah an-Naml (27): 22-24, al-Sha'rawi (1991), al-Hayah, op.cit., h. 36-37. 4 Ibid., h. 11.
155
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Ketiga, bila jauh ke belakang maka manusia akan sampai pada satu kesimpulan bahwa hakikat hidup sebenarnya adalah di akhirat.1 Karena ia berlanjutan, kekal dan abadi, tidak ada kematian di dalamnya. Seakan-akan zat akhirat itu adalah kehidupan.2 öθs9 4 ãβ#uθu‹ptø:$# }‘Îγs9 nοtÅzFψ$# u‘#¤$!$# āχÎ)uρ 4 Ò=Ïès9uρ ×θôγs9 āωÎ) !$u‹÷Ρ‘$!$# äο4θu‹ysø9$# ÍνÉ‹≈yδ $tΒuρ
∩∉⊆∪ šχθßϑn=ôètƒ (#θçΡ$Ÿ2 (Ingatlah bahwa) kehidupan dunia ini (meliputi segala kesenangan dan kemewahannya, jika dinilai dengan kehidupan akhirat) tidak lain hanyalah ibarat hiburan dan permainan; dan sesungguhnya negeri akhirat itu ialah kehidupan yang sebenar-benarnya; kalaulah mereka mengetahui (hakikat ini tentulah mereka tidak akan melupakan hari akhirat). Surah al-’Ankabut (29): 64.
Adapun tentang kematian, ada tiga perkara penting terkait erat dengan rahmat-Nya. Pertama, manusia tidak mengetahui bila dia akan mati. Allah berfirman:
“Í‘ô‰s? $tΒuρ ( ÏΘ%tnö‘F{$# ’Îû $tΒ ÞΟn=÷ètƒuρ y]ø‹tóø9$# Ú^Íi”t∴ãƒuρ Ïπtã$¡¡9$# ãΝù=Ïæ …çνy‰ΨÏã ©!$# ¨βÎ)
íΟŠÎ=tæ ©!$# ¨βÎ) 4 ßNθßϑs? <Úö‘r& Äd“r'Î/ 6§ø(tΡ “Í‘ô‰s? $tΒuρ ( #Y‰xî Ü=Å¡ò6s? #sŒ$¨Β Ó§ø(tΡ
∩⊂⊆∪ 7Î6yz Sesungguhnya di sisi Allah pengetahuan yang tepat tentang hari kiamat. Dialah jua yang menurunkan hujan, dan yang mengetahui dengan sebenar-benarnya tentang apa yang ada dalam rahim (ibu yang mengandung). Tiada seseorang pun yang betul mengetahui apa yang akan diusahakannya esok (sama ada baik atau jahat); dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi negeri manakah ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Amat Meliputi pengetahuan-Nya. Surah Luqman (31): 34.
Disembunyikannya waktu kematian seseorang memiliki hikmat dan rahmat yang besar. Yaitu, agar manusia merasakan kematian 1 Ibid., h. 46. 2 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 3, h. 211. 156
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
setiap saat, sehingga dia melakukan perbuatan baik sesegera dan sebanyak mungkin, atau dia tidak akan melaksanakan maksiat, takut saat melakukannya dia tidak sempat bertaubat kepada Allah, hingga mati dalam keadaan dosa. Jadi, disembunyikan masa kematian bukti akan dipermaklumkannya, hingga manusia selalu siap sedia.1 Ini adalah rahmat. Kedua, tidak ada sebab kematian kecuali ajal.2 Ini menjadi rahmat, hingga setiap orang tidak menyalahkan orang lain bila tertimpa kematian. Contohnya, jangan yakini bahwa penyakit menyebabkan seseorang mati, atau peluru yang menembus jantung menyebabkan kematian. Buktinya, hanya dengan meminum satu tablet obat aspirin manusia dapat sembuh dari penyakit. Itu karena ajalnya untuk mati belum tiba. Sementara seseorang berubat ke rumah sakit dan dikelilingi puluhan doktor pakar di bidang masingmasing akhirnya mati juga. Itu karena ajalnya sudah tiba. Artinya, kematian adalah takdir Tuhan. Takdir Tuhan tidak dapat dicegah oleh siapa pun. Allah berfirman: óΟßγè=y_r& u!%y` #sŒÎ) 4 î≅y_r& >π¨Βé& Èe≅ä3Ï9 3 ª!$# u!$x© $tΒ āωÎ) $èø(tΡ Ÿωuρ #uŸÑ Ťø(uΖÏ9 à7Î=øΒr& Hω ≅è%
∩⊆∪ tβθãΒωø)tFó¡o„ Ÿωuρ ( Zπtã$y™ tβρãÏ‚ø↔tFó¡tƒ Ÿξsù Katakanlah (wahai Muhammad): “Aku tidak berkuasa menolak mudarat dan tidak juga berkuasa mendatangkan manfaat bagi diriku kecuali apa yang dikehendaki Allah. Bagi tiap-tiap umat ada tempoh yang ditetapkan; maka apabila tempohnya, tidak dapat mereka melambatkannya sesaat pun, dan tidak dapat mereka menyegerakannya”. Surah Yunus (10): 49.
Seseorang bila sudah ajalnya untuk mati maka dia dapat saja mati tanpa ada sebab sedikit pun. Untuk itu sebaiknya katakan kepada setiap yang mati: “Dia mati karena ajalnya sudah tiba.” 3 Ketiga, mati tidak terjadi kecuali dari Pemberi kehidupan.4 Bila ini keyakinan manusia terhadap kematian, maka begitu juga dengan kebaikan dan bencana semuanya itu adalah berpuncak dari sisi Allah. Manusia juga akan berkata saat belum dapat rezeki: “Ini 1 Al-Sha'rawi (1991), al-Hayah, op.cit., h. 62. 2 Al-Ash‘ari (1397), op.cit., h. 203-204 3 Lihat Surah al-Nisa' (4): 78, lihat juga al-Sha'rawi (1991), al-Hayah, op.cit., h. 63. 4 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 19, h. 11965.
157
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
belum menjadi takdirku untuk menerima rezeki.” Bila mendapatkannya, manusia pun dengan penuh optimis berkata: “Ini semua fadilah dan rahmat dari Tuhanku, untuk mengujiku, bersyukur atau tambah kufur.” Dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa merupakan rahmat Allah tentang kehidupan, (1) semua makhluk ciptaan-Nya hidup, (2) hidup merupakan cobaan dan rahmat, (3) hidup yang hakiki ada di akhirat; rahmat-Nya tentang kematian ialah (1) manusia tiada mengetahui bila dan di mana dia akan mati, (2) kematian karena ajal telah tiba dan (3) mati bersumber dari Allah. 3.5.7. Hakikat Rezeki Di antara konsep yang menyentuh rahmat Allah adalah pemahaman manusia tentang rezeki. Artinya, bila Tuhan itu Maha Mengasihani, maka Dia Maha Pemberi Rezeki. Dalam al-Qur’an, perkataan razaqa berikut dengan nama terbitannya seperti, al-rizq dan al-raziq berjumlah seratus dua puluh (120) ayat. Perkataan alRazzaq artinya Maha Pemberi Rezeki dalam al-Qur’an hanya terdapat pada satu ayat, dan khayr al-Raziqin terdapat pada lima ayat.1 Allah berfirman: ∩∈∇∪ ßÏGyϑø9$# Íο§θà)ø9$# ρèŒ ä−#¨—§9$# uθèδ ©!$# ¨βÎ)
Sesungguhnya Allah Dialah saja Yang Memberi rezeki (kepada sekalian makhluk-Nya, dan Dialah saja) Yang Mempunyai Kekuasaan yang tidak terhingga, lagi Yang Maha Kuat Kukuh kekuasaan-Nya. Surah al-Zariyat (51): 58. Al-Razzaq mengisyaratkan bahwa Allah yang menjamin rezeki seluruh makhluk. Al-Sabuni berpendapat, digunakan damir munfasil yaitu huwa/Dia untuk menepis rasa waswas dalam diri makhluk soal rezeki, agar kuat sandaran mereka kepada Allah, karena Dia memiliki kuasa yang sangat kuat.2 Untuk itu hendaklah manusia menyibukkan dirinya dengan Allah, agar terpenuhi keperluan hidup. Allah berfirman di dalam Hadis Qudsi 1 Fayd Allah, op.cit., h. 133-134. 2 Al-Sabuni, op.cit., j. 3, h. 259.
158
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
ﺪ ﺳ ﻢ ﹶﺃ ﻭﹶﻟ ﻼ ﻐ ﹰ ﺷ ﻙ ﺭ ﺪ ﺻ ﺕ ﻸ ْ ﻣ ﻞﺗ ﹾﻔﻌ ﹺﺇ ﱠﻻ ﻭ،ﻲﻏﻨ ﻙ ﺭ ﺪ ﺻ ﻸ ُ ﻣ ﻲ ﹶﺃﺩﺗ ﺎﻌﺒ ﻟ ﻍ ﺮ ﹾ ﺗ ﹶﻔ ﻡﻦ ﺁﺩ ﺑﺎﺍﻳ ﻙﹶﻓ ﹾﻘﺮ Wahai anak Adam, khususkan dirimu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya akan Aku buat hatimu kaya. Kalau engkau tidak melakukannya, maka Aku penuhi dadamu dengan kesibukan dan kefakiranmu tidak akan teratasi. 1 Hal ini tidak terlepas dari berusaha (berikhtiar) kemudian berdoa kepada Allah agar mendapatkan rezeki yang baik lagi halal.2 Al-Razzaq adalah wujud rahmat Tuhan. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:
ﻪ ﻌﻠﹸـﻮ ﹶﻥ ﻟﹶـ ﺠ ﻳﻭ ﺍﻪ ﹺﻧﺪ ﻌﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﹶﻟ ﺠ ﻳ ﻢ ﻬ ﻧﺎﻟﹶﻰ ﹺﺇﺗﻌ ﻪ ﻦ ﺍﻟﱠﻠ ﻣ ﻪ ﻌ ﻤ ﺴ ﻳ ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃﺫﹰﻯ ﺮ ﺒﺻ ﺪ ﹶﺃ ﺣ ﺎ ﹶﺃﻣ ﻢ ﻴ ﹺﻬﻌﻄ ﻳﻭ ﻢ ﻴ ﹺﻬﺎﻓﻳﻌﻭ ﻢ ﻬ ﺯﹸﻗ ﺮ ﻳ ﻚ ﻟﻊ ﹶﺫ ﻣ ﻮ ﻫ ﻭ ﺍﻭﹶﻟﺪ Tiada seorang pun yang dapat bersabar menghadapi dugaan kesakitan sebagaimana yang baginda dengar dari Allah. Mereka menyekutukan-Nya serta beranggapan Dia mempunyai anak. Namun begitu, Allah tetap memberi rezeki, melindungi mereka dan memperkenankan permintaan mereka. 3 Bila ada yang merasa bahwa makhluk telah memberinya rezeki, dia pun harus tahu, pemberian makhluk itu terbatas, sementara Allah adalah sebaik-baik Pemberi rezeki. ∩⊇⊇⊆∪ tÏ%Η≡§9$# çöyz |MΡr&uρ $oΨø%ã—ö‘$#uρ ... ...dan kurniakanlah rezeki kepada kami, karena Engkau jualah sebaik-baik Pemberi rezeki. Surah al-Maidah (5): 114.4 Ya Allah berilah rezeki dari-Mu yang lazat, tanpa beban dan tanpa kesusahan untuk mendapatkannya, karena Engkau sebaik-
1 Abu ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa ibn Surah ibn Musa al-Tirmizi (2000), al-Kutub al-Sittah: Jami‘al-Tirmizi, c. 3. Riyadh: Dar al-Salam, Jami‘, abwab Sifat al-Qiyamah, bab Ibtalayna bi al-darra’, no. 2466, h. 1900. 2 Muhammad Ali Hasan (2000), op.cit., h. 102. 3 Al-Bukhari, op.cit., kitab Tawhid, bab Inna Allah huwa al-Razzaq, no. 7378, h. 614. 4 Lihat juga Surah al-Hajj :58, Mu’minun (23): 73, Saba’ (34): 39, Jumu’ah (62): 11.
159
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
baik Pemberi rezeki,1 atau Allah sebaik-baik Pemberi rezeki, karena Dia memberi rezeki tanpa batas, di antaranya adalah nikmat surga.2 Para pemikir Islam berbeda pendapat tentang makna rezeki, Di antara mereka ada yang berpendapat rezeki adalah al-hadhdhu/bagian yang diperoleh, atau apa yang dipakai dan dimakan, atau apa yang dimiliki, namun yang lebih tepat rezeki segala sesuatu yang mungkin dimanfaatkan oleh manusia3, sama ada halal ataupun haram,4 sama ada lahir (makanan) ataupun batin (ilmu). Setiap yang dimanfaatkan adalah rezeki, dan setiap yang tidak dimanfaatkan – walaupun itu milik sendiri- bukanlah rezeki, tapi itu rezeki orang lain.5 Penjelasan dari definisi di atas ialah pertama, rezeki itu dari Allah Dia memberi kepada seluruh manusia udara untuk dihirup, air untuk diminum, tumbuhan dan tanaman serta hewan sebagai sumber daya alam. Bila dirujuk dan diruntun maka sampailah manusia kepada satu kesimpulan bahwa seluruh rezeki itu baik besar ataupun kecil bersumber dari Allah yang Maha Rahmat. Allah berfirman: ∩⊂⊇∪ $VϑƒÌŸ2 $]%ø—Í‘ $oλm; $tΡô‰tGôãr&uρ È÷s?§tΒ $yδtô_r& !$yγÏ?÷σœΡ... ... Kami akan beri kepadanya pahala amalnya itu dua kali ganda, dan Kami sediakan baginya limpah rizq/rezeki yang karim/mulia. Surah al-Ahzab (33): 31. Rezeki disebut dengan Karim/ Maha Mulia karena Karim itu adalah Allah yang Maha Pemberi rezeki. Rezeki dunia tercipta berkat sebab dan usaha. Sebab datang rezeki boleh dari orang tua, keluarga, atau pun upah. Perantara rezeki ini disebut dengan karam/mulia. Sedangkan di akhirat rezeki datang tanpa sebab, maka Allah dan surga disebut dengan Karim/ Maha Mulia.6 Kedua, adakah kaitan rezeki dengan usaha? Ada perbedaan antara pendapatan dan rezeki, tidak semua yang didapatkan manusia mencerminkan rezekinya, karena boleh jadi di dalam 1 Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 116. 2 Al-Sabuni, op.cit., j. 2, h. 296. 3 Al-Razi, op.cit., j. 2, h. 30. 4 Al-Ash‘ari (1397), op.cit., h. 206, al-Ghazali (1972), op.cit., h. 190. 5 Al-Bayjuri, op.cit., h. 232-234. 6 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 19, h. 12017.
160
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
pendapatan seorang suami terdapat juga di dalamnya rezeki istri dan anak-anaknya serta rezeki orang lain yang tidak dia ketahui. Setiap orang akan mendapatkan rezekinya tanpa berkurang sedikit pun.1 Allah berfirman: 4 ÍνÌøΒr& àGÎ=≈t/ ©!$# ¨βÎ) 4 ÿ…çµç7ó¡ym uθßγsù «!$# ’n?tã ö≅©.uθtGtƒ tΒuρ 4 Ü=Å¡tFøts† Ÿω ß]ø‹ym ôÏΒ çµø%ã—ötƒuρ
∩⊂∪ #Y‘ô‰s% &óx« Èe≅ä3Ï9 ª!$# Ÿ≅yèy_ ô‰s% Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya. (Ingatlah), barang siapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya (untuk menolong dan menyelamatkannya). Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang dikehendaki-Nya. Allah telah pun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu. Surah al-Talaq (65): 3. Untuk itu, mukmin diminta untuk menjaga hubungan baiknya dengan Tuhan Maha Rahmat. Rasulullah s.a.w. bersabda:
ﻭﹺﺇﺫﹶﺍ ،ـﻚﺎﻫﺗﺠ ﻩ ﺪ ﺠ ﺗ ﹺ ﷲ َ ﻆﺍ ﺣ ﹶﻔ ﺍ ، ﹶﻔ ﹰﻈﻚﻳﺤ ﷲ َ ﻆﺍ ﺣ ﹶﻔ ﺍ ﺎﺕﻠﻤﻚ ﹶﻛ ﻤ ﻌﱠﻠ ﻣ ﺎ ﹸﻏﻼﹶﻡ ﺇﹺﱐﻳ ﻋﻠﹶﻲ ﹶﺃ ﹾﻥ ﺖ ﻌ ﻤ ﺘﺟ ﻮ ﺍ ﺱ ﹶﻟ ﺎﻢ ﹶﺃ ﱠﻥ ﺍﻟﻨ ﻋﹶﻠ ﺍ ﻭ،ﻦ ﺑﹺﺎﷲ ﻌ ﺘﺳ ﺖ ﻓﹶﺎ ﻨﻌ ﺘﺳ ﻭﹺﺇﺫﹶﺍ ﺍ ،َﺳﹶﺄ ﹺﻝ ﺍﷲ ﺖ ﻓﹶﺎ ﺳﹶﺄﹾﻟ ﻙ ﺮ ـﻳﻀ ﻢ ﻙ ﹶﻟ ﻀﺮﻋﻠﹶﻲ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻳ ﺖ ﻌ ﻤ ﺘﺟ ﻮ ﺍ ﻚ ﻭ ﹶﻟ ﻪ ﺍﷲ ﹶﻟ ﺒﺘﺊ ﹶﻛ ﻴﺸ ﻚ ﹺﺇ ﱠﻻ ﹺﺑ ﻌ ﻨ ﹶﻔﻳ ﻢ ﻚ ﹶﻟ ﻌ ﻨ ﹶﻔﻳ ﻒﺼﺤ ﺖ ﺍﻟ ﺟ ﱠﻔ ﻭ ﺖ ﺍ َﻷ ﹾﻗﻼﹶﻡ ﻌ ﻓﺭ ﻭ ﻚ ﻪ ﺍﷲ ﹶﻟ ﺒﺘﺊ ﹶﻛ ﻴﺸ ﹺﺇ ﱠﻻ ﹺﺑ Wahai anak, maukah kamu saya ajarkan beberapa pesan: jagalah Allah, niscaya Allah akan menjaga mu; jagalah Allah niscaya Allah bersamamu; bila ingin meminta mintalah kepada Allah, bila menginginkan pertolongan mintalah kepada Allah. Ketahuilah bahwa seluruh manusia bila berkumpul ingin memberi pertolongan kepadamu, maka pertolongan itu tidak akan berlaku kecuali hal itu telah ditulis Allah dan bila seluruh manusia berkumpul ingin memberi mudarat kepadamu, maka mudarat itu tidak akan berlaku kecuali hal itu telah ditulis Allah, telah diangkat pena dan telah kering lembaran. 2
1 Ibid., h. 4. 2 Al-Tirmidhi, op.cit., abwab Sifat al-Qiyamah, bab 59, no. 2516, h. 1904, Ibn Kathir, op.cit., j. 4, h. 380.
161
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Kalau serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya dijadikan ukuran, untuk apa bekerja? Ini persoalan salah, karena Rasulullah menggalakkan muslimin untuk bekerja. Rasulullah s.a.w. bersabda:
ﻪ ﺍ ﹶﻟﻮﺭ ﻐ ﹸﻔ ﻣ ﺕ ﺎﻩ ﺑ ﺪ ﻳ ﻤ ﹺﻞ ﻋ ﻦ ﻣ ﻰ ﻛﹶﺎ ﹰﻻﻣﺴ ﻦ ﹶﺃ ﻣ Barang siapa pada petang harinya dapat makan dari hasil kerja tangannya maka malamnya dia mendapat ampunan.”1 Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya menenangkan hati mukmin bahwa dia memiliki Tuhan yang apabila segala sebab akibat tidak dapat memberi maka Allah akan memberinya tanpa sadar. Kalau tidak, bagaimana kedudukan orang yang tidak sanggup bekerja untuk mencari rezeki di dunia ini? Dengan Islam ia akan tenang karena Allah memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya.2 Bila berlaku malapetaka di suatu daerah, seperti Tsunami atau gempa bumi maka manusia tidak putus asa, karena di sana ada Tuhan yang Maha Mengasihani yang memberi rezeki tanpa diduga, maka datanglah bantuan dari negara lain tanpa diduga. Inilah satu makna dari memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya bahwa di dalamnya terdapat unsur Rahmat Tuhan.3 Ketiga, rezeki itu yang dimanfaatkan atau segala sesuatu yang diperoleh? Muktazilah berpendapat bahwa rezeki adalah apa yang didapati,4 sementara Ahli Sunnah berpendapat rezeki adalah apa yang dimanfaatkan secara fi’il/nyata.5 Tidak semua yang kamu dapat adalah rezekimu. Karena di sana ada beda antara yang kamu dapat dengan rezeki. Karena boleh jadi harta haram itu hasil pendapatan kamu tapi bukan rezekimu. Artinya kamu mendapatkannya tapi tidak memanfaatkannya. Itu karena rezeki adalah sesuatu yang dimanfaatkan. Artinya, orang yang memperoleh rezeki haram sebagai hasil adalah bukan rezeki dalam arti sebenarnya yang dapat dimanfaatkan. Jadi, orang yang 1 Abu al-Qasim Sulayman bin Ahmad al-Tabrani (1415H), al-Mu’jam al-Awsat, no. 7520, Kairo: Dar al-Haramayn, j. 7, h. 289. 2 Shaikh Muhammad Mutawalli Al-Sha'rawi (1990), al-Rizq, Kairo: Akhbar al-Yaum, h. 70. 3 Ibid., h. 71. 4 Al-Qadi, op.cit., h. 784; al-Bayjuri, op,cit., h. 233. 5 Ibid., h. 232.
162
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
mengambil rezeki secara haram tidak akan menambah rezeki kecuali bertambah kemaksiatan. Rezeki manusia tetap sedangkan hasil haram yang diperoleh tidak dapat dimanfaatkan bahkan hanya menambah dosa. Fahamilah bahwa rezeki tidak akan bertambah dengan mengambil harta haram.1 Keempat, rezeki halal itu rahmat dan rezeki haram itu tidak menambah rezeki kecuali azab. Apakah Allah menurunkan rezeki halal dan haram atau rezeki itu hanya yang halal saja? Muktazilah menafikan penghasilan haram itu sebagai rezeki dari Allah. Yang buruk/qabih tidak boleh disandarkan kepada Allah. Disandarkan rezeki kepada Allah mengisyaratkan bahwa rezeki itu hanya yang halal semata.2 Ahli sunnah membantah, rezeki yang ditentukan Allah berupa rezeki halal dan haram.3 Timbul persoalan: “Bila rezeki haram juga takdir dari Tuhan mengapa manusia dihisab bila mengambil rezeki haram?” Jawabannya: Allah telah menjamin rezeki manusia, bila perkara ini diyakini manusia, niscaya dia tidak akan mengambil dari yang haram selamanya. Itu karena dia yakin bahwa rezekinya pasti sampai kepadanya. Hanya saja dia diharap untuk bersabar. Bila cobaan menerpa, dia diharap untuk berpegang teguh pada iman. Bila kedua perkara ini dipegang (sabar dan iman) niscaya semua rezekinya halal.4 Allah berfirman: ∩⊇∠∈∪ tÏΖÏΒ÷σ•Β ΛäΖä. βÎ) Èβθèù%s{uρ öΝèδθèù$y‚s? Ÿξsù …çνu!$uŠÏ9÷ρr& ß∃Èhθsƒä† ß≈sÜø‹¤±9$# ãΝä3Ï9≡sŒ $yϑ‾ΡÎ)
Sesungguhnya (pembawa berita) yang demikian itu ialah syaitan yang (bertujuan) menakut-nakutkan (kamu terhadap) pengikut-pengikutnya (kaum kafir musyrik). Oleh itu, janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu (jangan cuaikan perintah-Ku), jika betul kamu orang-orang yang beriman. Surah Ali ‘Imran (3): 175. Makna syaitan adalah Iblis, atau sifat manusia yang menyerupai syaitan dalam menakut-nakutkan,5 atau syaitan membisikkan 1 Al-Sha'rawi (1990), al-Rizq, op.cit., h. 90. 2 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 1, h. 132; al-Qadi, op.cit., h. 784 3 Al-Bayjuri, op.cit., h. 233-234. 4 Al-Sha'rawi (1990), al-Rizq, op.cit., h. 87-88 5 Shihab al-Din al-Sayid Mahmud al-Alusi (1993), Ruh al-Ma‘ani fi Tafsir al-Qur’an alAzim wa al-Sab‘u al-Ma‘ani, j. 3, Bairut: Dar al-Fikr, h. 202.
163
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
bahwa dia memiliki kuasa dan kemampuan. Bila dia menggoda dan membisikkan bertakwalah dan kembalilah kepada Allah, Dia akan mencukupkan dan menolong.1 Selama manusia yakin rezeki datangnya dari Allah tanpa ada keraguan sedikit pun, maka dia berarti tidak membuka pintu bagi syaitan dan terjaminlah rezekinya.2 Allah berfirman: !$tΒ Ÿ≅÷WÏiΒ A,yss9 …çµ‾ΡÎ) ÇÚö‘F{$#uρ Ï!$uΚ¡¡9$# ∩⊄⊄∪ Éb>u‘uθsù tβρ߉tãθè? $tΒuρ ö/ä3è%ø—Í‘ Ï!$uΚ¡¡9$# ’Îûuρ
∩⊄⊂∪ tβθà)ÏÜΖs? öΝä3‾Ρr& Di langit pula terdapat (sebab-sebab) rezeki kamu, dan juga terdapat apa yang telah (ditakdirkan dan) dijanjikan kepada kamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya (apa yang tersebut) itu tetap benar, (tidak patut diragu-ragukan) sebagaimana (tidak sepatutnya diragukan) benarnya kamu dapat berkata-kata. Surah al-Zariyat (51): 22-23. Mudarat berupa penyakit dan kemiskinan, dan manfaat berupa kesihatan dan kekayaan tidak wujud kecuali berkat kehendak Allah3 Kelima, selain rezeki material atau rezeki rububiyah/Tuhan yang bersifat halal dan haram, Allah menurunkan rezeki uluhiyah/Allah. Rezeki rububiyah/Tuhan Rahman yang bersifat materi yang diberikannya kepada seluruh manusia baik muslim ataupun bukan muslim. Dia memberi rezeki kepada seluruh manusia tanpa melihat latar belakang agama karena semua manusia adalah makhluk ciptaan-Nya, maka Dia menjamin rezeki mereka seluruhnya. Rezeki uluhiyah/Allah dari Rahim berupa norma yang hanya diberikan kepada muslimin saja.4 Rezeki uluhiyah ini tidak saja berlaku di dunia, tapi ia berkelanjutan hingga akhirat. Puncak rezeki itu adalah keredaan Allah. Rasulullah s.a.w. bersabda
ﻲﺮ ﻓ ﻴﺨ ﺍﹾﻟﻚ ﻭ ﻳﺪ ﻌ ﺳ ﻭ ﺎﺑﻨﺭ ﻚ ﻴﺒﻘﹸﻮﻟﹸﻮ ﹶﻥ ﹶﻟﺔ ﹶﻓﻴ ﻨﺠ ﻫ ﹶﻞ ﺍﹾﻟ ﺎ ﹶﺃﺔ ﻳ ﻨﺠ ﻫ ﹺﻞ ﺍﹾﻟ ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ َﻷ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹺﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠﻪ ﻂ ﻌ ﺗ ﻢ ﺎ ﹶﻟﺎ ﻣﺘﻨﻴﻋ ﹶﻄ ﺪ ﹶﺃ ﻭﹶﻗ ﺏ ﺭ ﺎﻰ ﻳﺿﻧﺮ ﺎ ﻻﺎ ﹶﻟﻨﻭﻣ ﻴﻘﹸﻮﻟﹸﻮ ﹶﻥﻢ ﹶﻓ ﺘﻴﺭﺿ ﻫ ﹾﻞ ﻴﻘﹸﻮ ﹸﻝﻚ ﹶﻓ ﻳﺪ ﻳ 1 Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 432. 2 Al-Sha'rawi (1990), al-Rizq, op.cit., h. 6. 3 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 2. h. 240. 4 Al-Sha‘rawi (1990), al-Rizq, op.cit., h. 8.
164
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
ﻲ ٍﺀ ـﻱ ﺷ ﻭﹶﺃ ﺏ ﺭ ـﺎﻴﻘﹸﻮﻟﹸﻮ ﹶﻥ ﻳﻚ ﹶﻓ ﻟﻦ ﹶﺫ ﻀ ﹶﻞ ﻣ ﻢ ﹶﺃ ﹾﻓ ﻴ ﹸﻜﻋﻄ ﻴﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﺃﹶﻻ ﹸﺃﻚ ﹶﻓ ﻘ ﺧ ﹾﻠ ﻦ ﻣ ﺍﺣﺪ ﹶﺃ ﺍﺑﺪﻩ ﹶﺃ ﺪ ﻌ ﺑ ﻢ ﻴ ﹸﻜﻋﹶﻠ ﻂ ﺨﹸ ﺳ ﺍﻧﹺﻲ ﻓﹶﻼ ﹶﺃﺿﻮ ﻢ ﹺﺭ ﻴ ﹸﻜﻋﹶﻠ ﺣ ﱡﻞ ﻴﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﹸﺃﻚ ﹶﻓ ﻟﻦ ﹶﺫ ﻣ ﻀ ﹸﻞ ﹶﺃ ﹾﻓ Allah berfirman kepada penghuni surga: Wahai penghuni surga! Mereka menjawab: Ya Tuhan kami! Segala kebahagiaan dan kebaikan ada di tangan Mu. Dia berfirman: Adakah kamu semua telah reda? Mereka menjawab: “Mengapa kami tidak reda wahai Tuhan, sedangkan Engkau telah berikan kepada kami sesuatu yang Engkau tidak berikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu.” Allah berfirman lagi: “Mahu kah kamu, Aku berikan sesuatu yang lebih baik dari itu?” Mereka berkata: “Wahai Tuhan! Apakah yang lebih baik dari itu?” Allah berfirman: “Aku haruskan kepada kamu keredaan Ku dan Aku tidak akan murka lagi kepada kamu untuk selamalamanya.”1 Keenam, selain dari dua pembagian rezeki di atas, ditemukan juga dua bentuk rezeki lain, yaitu rezeki pasif dan aktif. Rezeki aktif adalah rezeki yang dimanfaatkan secara nyata, sedangkan rezeki pasif adalah pencegahan pengeluaran yang banyak. Sebagai contoh orang yang mendapatkan rezeki aktif adalah gaji bulanan yang diperolehnya dari hasil kerjanya. Sedangkan rezeki pasif, keberkatan yang berlaku dari pengeluaran bulanan yang dilakukannya.2 Rezeki pasif yang berkat ini merupakan rahmat Allah kepada manusia di samping rezeki aktif. Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa rezeki yang merupakan rahmat Allah dapat dipahami dalam wujud (1) ia bersumber dari Allah, (2) rezeki bukan hasil kerja manusia, (3) rezeki segala sesuatu yang dimanfaatkan bukan yang diperoleh, (4) rezeki halal itu rahmat, rezeki haram itu tidak menambah rezeki kecuali azab, (5) selain rezeki rububiyah ada juga rezeki uluhiyah, (6) rezeki aktif dan pasif.
1 Muslim, op.cit., kitab al-Jannah wa Na‘imuha, bab Ihlal al-Ridwan ‘ala Ahli al-Jannah, no. 30, h. 1156. 2 Al-Sha'rawi (1990), al-Rizq, op.cit., h. 53.
165
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
3. 6. ANALISIS KAJIAN Konsep rahmat Allah dalam teori kehidupan dapat dilihat pada empat perkara. (1) al-Qur’an; (2 dan 3), sistemnya di dunia dan di akhirat; (4) konsep kehidupan. Penjelasannya sebagai berikut. Pertama, dari kajian di atas dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Tuhan yang bersumber dari Allah yang Maha Esa dan Rahmat, walaupun aliran pemikiran Islam berbeda tentang alQur’an itu qadim atau hadith, tetapi semua sepakat bahwa al-Qur’an adalah rahmat terbesar bagi muslim, karena ia menyatakan dengan sendirinya secara tegas sebagai ayat-ayat yang rahmat dan diturunkan dari Rahman dan Rahim, di sisi lain ia datang dengan kemudahan bukan untuk menyusahkan. Minimal ada empat perkara yang menjadi bukti rahmat Allah: (1) pedoman, (2) kisah teladan, (3) beransur-ansur, (4) menguraikan benang kusut, bahkan al-Fatihah yang merupakan umm al-Qur’an mengandung empat kali perkataan rahmat. Dari penguraian bab tiga ini dapat disimpulkan bahwa (1) pada bismillah, Allah terkait erat dengan Rahman, Rahman terkait erat dengan Rahim. (2) pada hamdalah, Allah terkait erat dengan Rahman, dan Rabb terkait erat dengan Rahim Kedua, Allah telah menetapkan pada sistem yang berlaku di dunia dan di akhirat berasaskan rahmat. Sistem-Nya di dunia menetapkan bahwa kejahatan akan menimpa pelaku kejahatan itu sendiri, kekalahan akan menimpa kaum kafir dan kemenangan bagi muslimin. Bila muslim melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya, maka mereka juga dapat mengalami kekalahan. Di antara rahmat Allah dalam sunnatullah bahwa Dia menunda siksaan hingga hari kiamat. Ketiga, rahmat Allah dalam sistem di luar kebiasaan tergambar jelas melalui mukjizat, irhas dan karamah. Mukjizat adalah kejadian yang luar biasa yang berlaku pada diri nabi untuk membuktikan bahwa yang membawanya adalah seorang rasul yang diutus oleh Allah Selain hissi, mukjizat juga berbentuk akal pikiran. Mukjizat itu sendiri adalah kemuliaan dan pemberian dari Allah kepada nabi sebagai wujud rahmat-Nya. Begitu juga dengan karamah yang artinya adalah peristiwa luar biasa terjadi pada kaum yang soleh adalah rahmat bagi orang yang mendapatkannya. Irhas adalah 166
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
persediaan kepada sesuatu pemberian bagi membuktikan perutusan seorang sebelum dia dilantik menjadi nabi. Irhas adalah rahmat Allah sebagai persiapan menuju derajat kenabian. Selain tiga peristiwa luar biasa di atas, ditemukan juga peristiwa luar biasa yang lain menurut pemikiran Islam, yaitu: sihir dan istidraj. Walaupun keduanya adalah musibah dan cobaan tapi keduanya dapat membuat manusia menjadi lebih dekat kepada Allah Dari sisi ini, terlihat bahwa ia juga sebagian dari rahmat. Di dalam al-Qur’an yang merupakan sumber utama pemikiran Islam ditemukan bahwa hari kiamat adalah rahmat yang perlu disyukuri. Rahmat-Nya terlihat jelas di akhirat bagi mukminin dengan turun rahmat-Nya yang banyak yang digambarkan dengan 99:1. Konsep rahmat Allah dan sistem-Nya di akhirat dapat dibagikan kepada tiga bagian. Pertama, sebelum surga dan neraka. Nikmat kubur bagi mukmin adalah rahmat dan azab kubur sebagai wujud keadilan-Nya. Hashar/mengumpulkan itu rahmat karena dengannya manusia dapat menghadap kepada Rahman. Di dalam hisab terdapat rahmat, minimum semua yang dilakukan tidak ada yang terlewat, semua diperhitungkan. Rahmat Allah dalam hisab ketika perbuatan buruk dimaafkan dan perbuatan baik dilipat gandakan, bahkan di antara mereka masuk ke dalam surga tanpa proses hisab dan timbangan. Timbangan berlaku bagi mukmin karena ada amal baik dan buruk. Matlamat dari timbangan adalah semua amal begitu jelas ditimbang dan tidak meraba-raba. Sirat adalah jambatan yang terbentang di atas api neraka. Ia menjadi rahmat, karena tidak masuk neraka yang pernah dilihat pada saat melewati sirat adalah berjaya, bila masuk surga maka ini merupakan berjaya kedua. Kedua, dalam pemikiran Islam yang bersumber pada al-Qur’an ditemukan adanya rahmat Allah di surga dan neraka. Di antaranya, surga dan neraka itu ada dan sudah disiapkan, adanya surga dan neraka menyelamatkan manusia dari pada hukum rimba, dan dengannya manusia berakhlak mulia. Ketiga, rahmat Allah bagi mukmin di akhirat sangat banyak. Di antaranya, akhirat adalah tempat rahmat yang sebenarnya dibandingkan di dunia, sistem hisab berasaskan rahmat 1:10 s/d 700, adanya syafaat, ucapan selamat, limpahan pemberian, bertemu Allah S.W.T, bahkan muslim masuk surga berlaku berkat rahmatNya. 167
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Keempat, konsep rahmat Allah dalam teori kehidupan dapat dilihat pada konsep takdir, cobaan, hidayah, taubat, hakikat baik buruk, hidup dan mati serta rezeki. Rahmat-Nya dalam iman kepada qadar ialah dengan membuat mukmin reda terhadap takdirNya. Walaupun aliran pemikiran berbeda pendapat tentang takdir dan perbuatan manusia, dan perbedaan pendapat ulama adalah rahmat, di sudut lain berdasarkan penjelasan al-Quran di atas, terutama pada Surah al-Fath (48): 25, penulis membuat kesimpulan bahwa saat Dia menetapkan takdir dalam bingkai rahmat, dan manusia mendapat rahmat berkat kehendak dan kekuasaan-Nya. Rahmat-Nya dalam cobaan adalah mengangkat derajat, menghapus kesalahan, peringatan untuk kembali ke jalan-Nya dan dekat dengan-Nya. Rahmat-Nya dalam hidayah adalah jalan menuju reda-Nya dan Dia telah memberi semua manusia hidayah dilalah. Rahmat Allah dalam taubat terlihat dengan seringnya perkataan taubat dikait rapatkan dengan Rahim, atau Ghafur Rahim, pelaku dosa kecil dan besar bila bertaubat akan diterima Allah S.W.T, bila pelaku dosa mengulangi dosa hendaklah dia bertaubat lagi; bila musyrik bertaubatlah dengan bertauhid, Dia tetap menerima taubatnya. Taubat menurut perspektif pemikiran Islam di atas ini, berbeda dengan pemikiran Kristian yang melakukan taubat dengan pengakuan darah pengampunan dan penyaliban Yesus. Konsep rahmat Allah dalam hakikat baik dan buruk adalah bahwa Dia menetapkan kebaikan berasaskan syariat, walaupun boleh dicapai menurut akal pikiran. Harta, sihat dan anak adalah baik bila diarahkan sesuai dengan syariat. Rahmat-Nya dalam hidup dapat dilihat dari bahwa pemikiran Islam sampai pada kesimpulan semua makhluk di alam ini adalah hidup, dan hidup yang hakiki menurut al-Qur’an adalah di akhirat. Sebagai rahmat-Nya bahwa manusia tidak tahu bila dia akan mati agar selalu siap untuk menghadapi apa setelah mati. Mati menurut al-Qur’an terjadi karena ajal yang telah ditetapkan Allah. Di antara rahmat Allah dalam rezeki adalah Dia Razzaq/Maha Pemberi rezeki, banyaknya rezeki halal dibandingkan yang haram, selain rezeki rububiyah Allah juga menurunkan rezeki uluhiyah, selain rezeki aktif ditemui juga rezeki pasif dalam bentuk keberkatan. Dari kesimpulan ini, dapat ditegaskan beberapa perkara. Pertama, melalui pesan-Nya di dalam al-Qur’an Allah menetapkan sistem berdasarkan rahmat, sama ada di dunia ataupun di akhirat. 168
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Setiap surah dari al-Qur’an yang berjumlah 114 surah, dengan satu pengecualian, dimulai dengan ayat, “Dalam nama Allah Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani”. Berdasarkan pesan dan penyelidikan ini, penulis mengajukan keberatan kepada ayat-ayat pilihan mungkin dilakukan atas dasar yang mencerminkan satu sisi pandangan Islam yang bersifat teroris, dengan mengabaikan aspek pesan al-Qur’an yang lebih universal yaitu aspek rahmat. Kedua, melalui pemahaman dan pemikiran dari petikan alQur’an, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendekatan rahmat merupakan konsep yang hakiki dalam al-Qur’an, dan sering dibuat dan dinyatakan dalam teks, dan karena itu kewajiban atas semua umat Islam yang benar.
169
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
170
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
4. RAHMAT ALLAH KEPADA MAKHLUK
4.1. PENGENALAN Pada bab ini terdapat tujuh pasal. Pasal pertama, pengenalan; pasal kedua, Rahmat Allah kepada alam semesta yang terdiri dari rahmat Allah kepada manusia dan kepada selain manusia, seperti: jin, benda, hewan dan tumbuhan. Pasal ketiga, Rahmat kepada nabi-nabi. Keterbatasan bilik membuat penulis hanya mengkaji tiga nabi saja, dimulai dari Nabi Muhammad s.a.w., dilanjutkan dengan Nabi Musa a.s., dan diakhiri dengan Nabi Isa a.s. Pasal keempat, rahmat Allah kepada musuh, dimulai dari Iblis dan syaitan, Firaun, Bani Israel, kafir dan munafik. Pada kajian ini akan dibahaskan apakah semua makhluk yang dilaknat ini pernah dan akan tetap mendapat rahmat Tuhan.
171
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
4.2. RAHMAT ALLAH KEPADA ALAM SEMESTA
4.2.1. Rahmat Allah Kepada Manusia Rahmat Allah yang paling dirasai oleh alam semesta terutamanya manusia adalah pengakuan Allah bahwa rahmat-Nya meliputi segala sesuatu. tÏ%©#Ï9 $pκâ:çGø.r'|¡sù 4 &óx« ¨≅ä. ôMyèÅ™uρ ÉLyϑômu‘uρ ( â!$x©r& ôtΒ ÏµÎ/ Ü=ŠÏ¹é& þ’Î1#x‹tã tΑ$s% ...4
∩⊇∈∉∪ tβθãΖÏΒ÷σム$uΖÏG≈tƒ$t↔Î/ Νèδ tÏ%©!$#uρ nο4θŸ2¨“9$# šχθè?÷σãƒuρ tβθà)−Gtƒ ...Allah berfirman: “Seksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”. Surah al-’Araf (7): 156 Maksud Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu, menurut al-Razi dari aliran pemikiran al-Ash’ari adalah pertama, bahwa rahmat-Nya di dunia meliputi seluruh makhluk, sedangkan di akhirat rahmatNya khusus kepada mukmin saja. Sesuai dengan lanjutan dari ayat tersebut. Kedua, ada lebih baik dari tiada. Dari pengertian ini, tidak ada satu makhluk pun terkecuali dari mendapatkan rahmat-Nya, sekurang-kurangnya kewujudannya di bumi, terjadi berkat rahmat Allah. Sebagaimana telah disebutkan dalam konsep baik dan buruk bahwa baik itu ada secara zati, sedangkan kejahatan itu ada secara bi ghayrihi atau ‘arad. Ketiga, Muktazilah berpendapat bahwa rahmat Allah adalah kehendak-Nya untuk mewujudkan kebaikan. Tidak ada kehidupan kecuali Allah telah menciptakan di dalamnya rahmat, kenikmatan dan kebaikan. Bila sesuatu itu dapat dimanfaatkan dan dinikmati maka hal itu terjadi berkat rahmat Allah, bila di dalam sesuatu itu terdapat rasa sakit dan penderitaan, maka di sebalik itu akan diganti Allah dengan balasan kebaikan yang banyak. Itu sebagian dari rahmat-Nya juga. Keempat, ayat ini
172
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
memiliki redaksi umum tetapi bermaksud khusus. Artinya rahmat Allah khusus bagi orang yang bertakwa, berzakat dan beriman saja.1 Al-Zamakhshari dari Muktazilah menambahkan bahwa rahmat Allah, sifat dan bentuknya adalah luas, ia meliputi segala sesuatu. Muslim, kafir, taat dan maksiat, semuanya berada dalam genggaman nikmat Allah Dia akan menulis rahmat ini khusus kepada Bani Israel yang beriman di akhir zaman dan menjadi bagian dari umat Muhammad.2 Dari kedua-dua aliran pemikiran dalam Islam ini dapat penulis simpulkan bahwa kedua-dua pendapat itu sepakat akan kewujudan rahmat Allah, namun ada yang melihatnya menyeluruh, dan ada yang melihatnya khusus kepada mukmin saja. Sebagaimana yang telah disebutkan pada pembahasan makna rahmat Allah di awal ditambah dengan pemahaman dari sifat Allah Rahman dan Rahim, penulis cenderung kepada pendapat pertama bahwa rahmat Allah meliputi segala sesuatu, sebagaimana ditegaskan oleh alZamakhsari, yaitu meliputi muslim, kafir, taat dan maksiat. Untuk lebih jelasnya tentang pengaruh rahmat Allah yang meliputi segala sesuatu, pada sub bab berikut ini (sub bab 3 dan 4) penulis akan mengkaji tentang rahmat Allah kepada orang-orang yang paling dicintai-Nya yaitu ulu al-’Azm, (dengan contoh tiga nabi dari lima nabi) dan orang-orang yang paling memusuhinya, yaitu Firaun, Bani Israel, kaum kafir, musyrik dan munafik. Di samping itu, berikut ini penulis akan memberi contoh tentang rahmat Allah kepada manusia sebagai anak dan sebagai ibu bapa. Al-Qur’an mengisyaratkan anak adalah anugerah Tuhan yang perlu disyukuri. Untuk itu Islam melarang membunuh anak hanya karena takut kepapaan. Dalam perkara ini al-Sha’rawi mengatakan bahwa dua ayat yang mengisahkan larangan ini memiliki makna dan tujuan yang berbeda. Pertama, mereka sudah papa, maka ditakutkan bila mempunyai anak mereka bertambah kepapaan.3 Kedua, bahwa kepapaan belum berlaku tapi ditakuti dengan melahirkan anak mereka menjadi papa. ...( öΝèδ$−ƒÎ)uρ öΝà6è%ã—ötΡ ßós‾Ρ ( 9,≈n=øΒÎ) ï∅ÏiΒ Νà2y‰≈s9÷ρr& (#þθè=çFø)s? Ÿωuρ ... (
1 Al-Razi (1981), op.cit., j. 15, h. 23. 2 Al-Zamakhsari (2006), op.cit., j. 2, h. 159. 3 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 7, h. 3985.
173
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
...Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kepapaan, (sebenarnya) Kamilah yang memberi rezeki kepada kamu dan kepada mereka... Surah al-An’am (6): 151. ... 4 ö/ä.$−ƒÎ)uρ öΝßγè%ã—ötΡ ßøtªΥ ( 9,≈n=øΒÎ) sπu‹ô±yz öΝä.y‰≈s9÷ρr& (#þθè=çGø)s? Ÿωuρ
Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takutkan kepapaan; Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kamu... Surah al-Isra’ (17): 31. Sebagai wujud Tuhan Maha Rahmat, Dia melihat bahwa kecintaan membabi buta kepada anak dan pasangan dapat menyesatkan dan pada saat itu anak dan pasangan adalah musuh. Allah berfirman: 4 öΝèδρâ‘x‹÷n$$sù öΝà6©9 #xρ߉tã öΝà2ω≈s9÷ρr&uρ öΝä3Å_≡uρø—r& ôÏΒ āχÎ) (#þθãΖtΒ#u šÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ
∩⊇⊆∪ íΟ‹Ïm§‘ Ö‘θà(xî ©!$# χÎ*sù (#ρãÏ(øós?uρ (#θßsx(óÁs?uρ (#θà(÷ès? βÎ)uρ Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya ada di antara istri-istri kamu dan anak-anak kamu yang menjadi musuh bagi kamu; oleh itu awaslah serta berjaga-jagalah kamu terhadap mereka. Dan kalau kamu memaafkan dan tidak marahkan (mereka) serta mengampunkan kesalahan mereka (maka Allah akan berbuat demikian kepada kamu), karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Taghabun (64): 14.
Hal ini disebutkan Allah agar wujud rahmat itu benar-benar dihayati dalam membangun rumah tangga. Artinya, sebagian dari istri dan anak adalah musuh karena menghambat pasangan atau ibu bapa untuk taat dan berjalan pada jalan-Nya. Contohnya, ketika sebagian sahabat hendak berhijrah, ada anak dan istri yang mencegahnya. Tapi walau demikian, bila terjadi kesalahan dan memohon maaf, tetap saja Dia amat luas maaf dan amat besar rahmat-Nya.1 Allah sangat merahmati anak yatim, terutamanya perempuan.
1 Al-Sabuni, op.cit., j. 3, h. 394.
174
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
#’n<Î) öΝçλm;≡uθøΒr& (#þθè=ä.ù's? Ÿωuρ ( É=Íh‹©Ü9$$Î/ y]ŠÎ7sƒø:$# (#θä9£‰t7oKs? Ÿωuρ ( öΝæηs9≡uθøΒr& #’yϑ≈tFu‹ø9$# (#θè?#uuρ $tΒ (#θßsÅ3Ρ$$sù 4‘uΚ≈tGu‹ø9$# ’Îû (#θäÜÅ¡ø)è? āωr& ÷Λäø(Åz ∩⊄∪ ÷βÎ)uρ #ZÎ6x. $\/θãm tβ%x. …çµ‾ΡÎ) 4 öΝä3Ï9≡uθøΒr& ...4o_÷WtΒ Ï!$|¡ÏiΨ9$# zÏiΒ Νä3s9 z>$sÛ
Berikanlah kepada anak-anak yatim (yang telah baligh) itu harta mereka, dan janganlah kamu tukar-gantikan yang baik dengan yang buruk; dan janganlah kamu makan harta mereka (dengan menghimpunkannya) dengan harta kamu; karena sesungguhnya (yang demikian) itu adalah dosa yang besar. Dan jika kamu takut tidak berlaku adil terhadap perempuanperempuan yatim (apabila kamu berkawin dengan mereka), maka berkawinlah dengan barang siapa yang kamu berkenan dari perempuan-perempuan (lain).... Surah al-Nisa’ (4): 2-3 Anak yatim sangat memerlukan pengasuhan dan perlindungan karena dia lemah, menzalimi manusia lemah adalah dosa besar. Allah S.W.T memandu muslim untuk tidak berumah tangga dengan anak perempuan yatim bila tidak dapat memberi mahar yang serupa,1 atau selama anak yatim hidup sebagai individu masyarakat, maka dia berhak untuk mendapatkan perhatian yang cukup dari masyarakat. Dia melarang manusia untuk menzalimi anak yatim karena kedudukannya yang lemah, apalagi dia seorang perempuan. Kezaliman dilarang dalam seluruh aspek kehidupan, tetapi terhadap anak perempuan yang yatim, perihal ini lebih dilarang.2 Inilah merupakan rahmat-Nya kepada kanak-kanak terutamanya anak yatim. Rahmat Allah kepada ibu bapa merupakan perihal yang sangat erat. Ini karena ihsan/berbuat baik kepada ibu bapa terkait erat dengan menyembah Allah yang Maha Esa.3 Allah berfirman: uy9Å6ø9$# x8y‰ΨÏã £tóè=ö7tƒ $¨ΒÎ) 4 $Ζ≈|¡ômÎ) Èøt$Î!≡uθø9$$Î/uρ çν$−ƒÎ) HωÎ) (#ÿρ߉ç7÷ès? āωr& y7•/u‘ 4|Ós%uρ * ∩⊄⊂∪ $VϑƒÌŸ2 Zωöθs% $yϑßγ©9 ≅è%uρ $yϑèδöpκ÷]s? Ÿωuρ 7e∃é& !$yϑçλ°; ≅à)s? Ÿξsù $yϑèδŸξÏ. ÷ρr& !$yϑèδ߉tnr&
1 Ibid., j. 1, h. 259. 2 Al-Sha‘rawi (2004), op.cit., j. 2, h. 738-740. 3 Muhammad Hasan Abdullah (t.t.), Rahmat Allah li al-‘Alamin Salla Allah ‘Alaihi wa Sallam, Kairo: Maktabah al-Adab, h. 109.
175
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan kepada-Nya semata-mata, dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang dari keduanya, atau kedua-duanya sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan peliharaan mu, maka janganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan kasar) sekalipun perkataan “Ha”, dan janganlah engkau menengking menyergah mereka, tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun). Surah al-Isra’ (17): 23. Ibu dan bapa adalah wujud konkrit dari rahmat Allah yang dapat dirasakan oleh semua orang. Betapa pun orang telah bermuamalat dengan ramai orang, namun dia takkan merasakan sentuhan rahmat dan perlindungan melebihi dari apa yang diberikan ibu bapanya. Dia tidak akan memperoleh perlindungan melebihi perlindungan bapanya, dan takkan merasakan belaian rahmat melebihi kelembutan ibunya.1 Allah mengaitkan penyembahan-Nya dengan bakti kepada ibu bapa karena tidak ada ibu bapa yang ingin anaknya hidup menderita. Bila ini berlaku pada ibu bapa yang makhluk, maka Allah sebagai Khalik lebih bersifat rahmat dan tidak ingin manusia ciptaan-Nya juga menderita. Umar bin al-Khattab r.a berkata:
ﻪ ﻮ ﹸﻝ ﺍﻟﻠﱠـﺭﺳ ﺎﻪ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻟﻨ ﺘﻌ ﺿ ﺭ ﻭﹶﺃ ﺎﺒ ﹾﻄﻨﹺﻬﻪ ﹺﺑ ﺘﺼ ﹶﻘ ﻪ ﹶﻓﹶﺄﹾﻟ ﺗﺧ ﹶﺬ ﺒ ﹺﻲ ﹶﺃﺴ ﻲ ﺍﻟﺎ ﻓﺻﺒﹺﻴ ﺕ ﺪ ﺟ ﻭ ﹺﺇﺫﹶﺍ ﻲ ـﻭﻫ ﻪ ﺍﻟﱠﻠﺎ ﹶﻻ ﻭﺎ ﹺﺭ ﹸﻗ ﹾﻠﻨﻲ ﺍﻟﻨﺎ ﻓﺪﻫ ﻭﹶﻟ ﺣ ﹰﺔ ﺮﹶﺃ ﹶﺓ ﻃﹶﺎ ﹺﺭ ﻤ ﻩ ﺍﹾﻟ ﺬ ﻫ ﻭ ﹶﻥ ﺮ ﺗﻢ ﹶﺃ ﺳﱠﻠ ﻭ ﻪ ﻴﻋﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠ ﻦ ﻣ ﻩ ﺩ ﺎﻌﺒ ﻢ ﹺﺑ ﺣ ﺭ ﻪ ﹶﺃ ﻢ ﹶﻟﱠﻠ ﺳﱠﻠ ﻭ ﻪ ﻴﻋﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠ ﻪ ﻮ ﹸﻝ ﺍﻟﱠﻠﺭﺳ ﻪ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺣ ﺮ ﺗ ﹾﻄ ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﻻ ﺭ ﺪ ﺗ ﹾﻘ ﺎﺪﻫ ﻮﹶﻟ ﻩ ﹺﺑ ﺬ ﻫ Dia membawa beberapa orang tawanan menemui Rasulullah s.a.w. Seorang wanita dari kalangan tawanan tersebut kelihatan mencari sesuatu. Sebaik saja dia menemui seorang bayi dari kalangan tawanan, dia mengambil bayi tersebut lalu didukung dan disusuinya. Lantas Rasulullah s.a.w bersabda kepada kami: “Adakah pada pandangan kamu wanita ini sanggup membuang anaknya ke dalam api?” Kami menjawab: “Tidak. Demi Allah dia tidak sanggup membuangkannya.”
1 Fathi, op.cit., h. 247.
176
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Rasulullah s.a.w bersabda: “Allah S.W.T amat kasihan belas terhadap hamba-Nya dari kasih sayang perempuan ini terhadap anaknya.”1 Rahmat Allah kedua ialah syukur kepada-Nya tidak sempurna bila tidak syukur kepada ibu bapa, dan reda-Nya tidak akan wujud bila tidak mendapat reda dari ibu bapa. Allah berfirman: öà6ô©$# Èβr& È÷tΒ%tæ ’Îû …çµè=≈|ÁÏùuρ 9÷δuρ 4’n?tã $Ζ÷δuρ …絕Βé& çµ÷Fn=uΗxq ϵ÷ƒy‰Ï9≡uθÎ/ z≈|¡ΣM}$# $uΖøŠ¢¹uρuρ
∩⊇⊆∪ çÅÁyϑø9$# ¥’n<Î) y7÷ƒy‰Ï9≡uθÎ9uρ ’Í< Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal mengandung hingga akhir menyusunya), dan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa dua tahun; (dengan yang demikian) bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapamu; (Ingatlah), kepada Akulah jua tempat kembali (untuk menerima balasan). Surah Luqman (31): 14. Sabda Rasulullah s.a.w.:
ﺪﺍﻟﻂ ﺍﻟﻮ ﺨ ﺳ ﻲﺏ ﻓ ﺮ ﻂ ﺍﻟ ﺨﹸ ﺳ ﻭ ﺪﺍﻟﺎ ﺍﻟﻮﻲ ﹺﺭﺿﺏ ﻓ ﺮ ﺎ ﺍﻟﹺﺭﺿ Reda Allah berada pada reda bapa dan murka Allah berada pada murka bapa. 2 Bakti dan rahmat kepada kedua ibu bapa wajib dilakukan anak karena perihal itu salah satu cara untuk menghapus dosa besar dan menimbulkan berkat.3 Bakti bertambah penting rahmat itu ketika ibu bapa sudah lanjut usia, sebab pada usia itu mereka telah lemah dan perlu bantuan. Berbeda ketika mereka masih muda, masih kuat, mampu menghadapi kehidupan.4 Untuk mengekalkan rahmat kepada kedua ibu bapa, maka Allah mengajarkan kepada setiap anak untuk berlaku sopan santun 1 Al-Bukhari, op.cit., kitab al-Adab, bab Rahmah al-Walad, no. 5999, h. 508. 2 Al-Tirmidhi, op.cit., abwab al-Birr wa al-Silah, bab al-Fadhl fi reda al-Walidayn, no. 1899, h. 1843. 3 Ahmad ‘Isa ‘Ashur (1985), Bir al-Walidayni wa Huquq al-Aba’ wa al-Abna’ wa alArham, Kairo: Dar al-Quran. h. 13. 4 Fathi, op.cit., h. 251.
177
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
dan berdoa memohon limpahan rahmat-Nya untuk tetap menyertai setiap ibu bapa. Allah berfirman: ∩⊄⊆∪ #ZÉó|¹ ’ÎΤ$u‹−/u‘ $yϑx. $yϑßγ÷Ηxqö‘$# Éb>§‘ ≅è%uρ Ïπyϑôm§9$# zÏΒ ÉeΑ—%!$# yy$uΖy_ $yϑßγs9 ôÙÏ(÷z$#uρ Hendaklah engkau merendah diri kepada keduanya karena belas kasihan dan kasih sayangmu, dan doakanlah (untuk mereka, dengan berkata): “Wahai Tuhanku! Cucurilah rahmat kepada mereka berdua disebabkan mereka telah memelihara dan mendidikku semasa kecil.” Surah al-Isra’ (17): 24. Rahmat Allah yang diperintahkan kepada anak terhadap ibu bapa ini diungkapkan Allah dengan empat perkataan yang mengisyaratkan kasihani, kasihani, kasihani, kasihani kedua ibu bapa. Pertama, wahfid/merendah, artinya kasihani mereka dengan cara merendahkan diri baik secara fizik dengan berbongkok atau sujud, atau secara maknawi, yaitu hormati. Kedua, janah/sayap, ini mengisyaratkan belaian rahmat, bagaikan burung yang membentangkan sayapnya untuk melindungi anaknya dalam dakapannya.1 Ini merupakan isyarat agar anak membelai ibu bapa bagaikan mereka dahulu telah mengasihani dan melindungi anakanaknya. Ketiga, al-dhull/hina, hinakan diri anak di hadapan ibu bapa adalah kemuliaan anak. Keempat, al-rahmah/kasih, artinya merendah dengan penuh penghambaan adalah wujud dari rahmat yang sebenarnya kepada ibu bapa. Kewajiban mengasihani ibu bapa terus berlanjutan bahkan ketika kedua-duanya sudah meninggal, dengan cara memohon ampunan bagi mereka, menyambung tali silaturahim dengan saudara dan sahabat mereka, ziarah kubur mereka, serta memenuhi janji-janji mereka.2 Menyayangi ibu bapa tetap berterusan meskipun mereka kafir. Asma binti Abu Bakar berkata: “Aku mengunjungi ibuku yang masih musyrik setelah Nabi s.a.w mengadakan perjanjian dengan Quraisy. Aku bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, aku mendatangi ibuku dan dia senang sekali bertemu denganku. Apakah aku boleh berbakti kepadanya?” Rasulullah s.a.w menjawab, “Ya, teruslah berbakti kepada ibumu.”3 1 Al-Sabuni, op.cit., j. 2, h. 162. 2 Fathi, op.cit., h. 251, lihat juga ‘Ashur (1985), op.cit., h. 70. 3 Lihat al-Bukhari, op.cit., kitab al-Adab, bab Silah al-Mar’ah Ummaha, no.5979, h. 507.
178
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Inilah salah satu wujud rahmat Allah kepada ibu bapa, yaitu harus menyambung tali silaturahim dan kasih sayang dengan ibu dan ayah tanpa memandang agama keduanya. Lebih dari itu, jika kedua ibu bapa mengajak dan memaksa anak mereka untuk masuk ke dalam kekafiran, maka sebagai wujud kasih sayang Pencipta, sang anak harus tetap berbakti kepada keduanya, tanpa harus menerima ajakan keduanya. ( $yϑßγ÷èÏÜè? Ÿξsù ÖΝù=Ïæ ϵÎ/ y7s9 }§øŠs9 $tΒ ’Î1 š‚Íô±è@ βr& #’n?tã š‚#y‰yγ≈y_ βÎ)uρ ... ( $]ùρã÷ètΒ $u‹÷Ρ‘‰9$# ’Îû $yϑßγö6Ïm$|¹uρ
Jika mereka berdua mendesakmu supaya engkau mempersekutukan dengan-Ku sesuatu yang engkau -dengan pikiran sihatmu- tidak mengetahui sungguh adanya maka janganlah engkau taat kepada mereka; dan bergaullah dengan mereka di dunia dengan cara yang baik. Surah Luqman (31): 15.
Bakti ini tidak harus dilandasi dengan perasaan cinta, sebab perbuatan baik dapat dilakukan kepada orang yang dicintai dan dibenci, kepada mukmin atau kafir. Jadi, kamu dapat memberi makan, minum dan pakaian, tanpa perasaan sayang, karena rasa sayang ini hanya lahir kepada orang yang dicintai. Sebab, cinta adalah perbuatan hati.1 Penulis melihat bahwa anak yang baik harus tetap mencintai dan menyayangi ibu bapa yang kafir dengan cara berdoa semoga Allah memberi petunjuk kepada keduanya, dan menunjukkan sikap Islam yang rahmat. Bandingkan juga ucapan Yesus pada Yohanes 2: 4 yang telah penulis ambil saat memaparkan rahmat Allah kepada Nabi Isa. Dalam Alkitab terjemahan Lama, versi King James dan al-Kitab alMuqaddas tertulis “perempuan”,2 “women”3 atau “imraah”,4 sementara dalam Alkitab versi Indonesia terjemahan Baru tertulis “ibu”.5 Bila dijadikan terjemahan lama sebagai rujukan maka terlihat jelas betapa tidak sopannya Isa terhadap ibunya dengan 1 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 14, h. 8459. 2 Maka kata Jesus kepadanya, "Hai perempuan, apakah yang kena-mengena di antara Aku dengan engkau? Saat-Ku belum sampai." Alkitab, Perjanjian Baru, Yohanes 2: 4. Alkitab Elektronik 2.0.0, Terjemahan Lama. 3 Alkitab Elektronik 2.0.0, versi King James. 4 al-Kitab al-Muqaddas (1991), al-‘Ahd al-Jadid, Yuhanna, 2:4, op.cit, h. 147. 5 Di sudut lain, ini mengisyaratkan telah terjadi perubahan lafaz dan arti.
179
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
memanggilnya “perempuan”.1 Ini sangat berbeda dengan rahmat Allah dalam al-Qur’an yang tetap meminta kepada setiap muslim untuk tetap menghormati ibu bapa walaupun keduanya musyrik kepada-Nya. Bandingkan juga perbedaan Alkitab dengan al-Qur’an yang merekodkan ucapan Nabi Isa membela ibunya. Betapa rahmat Allah dalam al-Qur’an dari perspektif Pemikiran Islam terhadap orang tua begitu terlihat jelas. ∩⊂⊄∪ $|‹É)x© #Y‘$¬7y_ Í_ù=yèøgs† öΝs9uρ ’ÎAt$Î!≡uθÎ/ #Ct/uρ Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Surah Maryam (19): 32.
4.2.2. Rahmat Allah Kepada Selain Manusia Selain kepada manusia, Allah juga memberi rahmat-Nya kepada makhluk lain, seperti jin, hewan, tumbuhan dan benda. Rahmat Allah yang pertama untuk jin ialah, Allah menjelaskan tentang hakikat diri-Nya bahwa Dia itu satu dan Esa.2 Sebelumnya mereka telah mendengar akidah Tri tunggal Kristian dan menganutnya, kemudian mereka mendengar Tauhid, mereka pun bertaubat.3 Kedua, rahmat Allah yang terbesar kepada jin adalah diutusnya Nabi Muhammad s.a.w. kepada mereka,4 dan di antara mereka ada yang menjadi ulama yang menyampaikan risalah Islam kepada sesama jin.5 Ketiga, Allah menurunkan al-Qur’an sebagai rahmat bagi manusia dan jin. Allah berfirman: ∩⊇∪ $Y7pgx” $ºΡ#uöè% $oΨ÷èÏÿxœ $‾ΡÎ) (#þθä9$s)sù ÇdÅgø:$# zÏiΒ Öx(tΡ yìyϑtGó™$# çµ‾Ρr& ¥’n<Î) zÇrρé& ö≅è% Katakanlah (wahai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku, bahwa sesungguhnya: satu rombongan jin telah mendengar (al-Qur’an yang aku bacakan), lalu mereka (menyampaikan perihal itu kepada kaumnya dengan) berkata: `Sesungguhnya kami telah mendengar al-Qur’an (sebuah Kitab 1 Deedat (1989 c. 4), op.cit., h. 19. 2 Lihat Surah al-Jin (72): 2. 3 Muhammad al-Ghazali, op.cit., h. 482. 4 Lihat Surah al-Jin (72): 7. 5 Lihat Surah al-Jin (72): 20-28, Abu Sir, op.cit., h. 324.
180
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Suci) yang susunannya menakjubkan!”
dan
kandungannya
sungguh
Surah al-Jin (72): 1 Peristiwa ini terjadi di waktu Fajar, pada saat itu Nabi tidak merasa kewujudan jin di sekitar dia dan mereka mendengar bacaan al-Qur’an yang dilakukannya. Semua itu diketahuinya melalui wahyu.1 Keempat, di antara jin ada yang beriman dan menjadi mukmin dan ada juga yang kufur dan menjadi kafir.2 Yang mukmin mendapatkan Rahman dan Rahim Allah di dunia dan di akhirat, sementara jin kafir hanya mendapatkan Rahman-Nya di dunia tapi tidak mendapatkan Rahim-Nya di akhirat. Rahmat Allah yang pertama dan utama bagi langit, bumi dan gunung serta alam semesta adalah ketaatan mereka berdasarkan ikhtia, ketika mereka memilih untuk berstatus musakhkhar/ditundukkan bukan mukhtar/memiliki pilihan. $pκs]ù=Ïϑøts† βr& š÷t/r'sù ÉΑ$t6Éfø9$#uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9$# ’n?tã sπtΡ$tΒF{$# $oΨôÊttã $‾ΡÎ)
∩∠⊄∪ Zωθßγy_ $YΒθè=sß tβ%x. …çµ‾ΡÎ) ( ß≈|¡ΡM}$# $yγn=uΗxquρ $pκ÷]ÏΒ zø)x(ô©r&uρ Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggung jawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (karena tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya); dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan. Surah al-Ahzab (33): 72.
Dia telah mengemukakan tanggungjawab amanah yang berisikan bila berbuat baik mendapat pahala dan bila berbuat maksiat mendapat siksa.3 Ditujukan tanggungjawab ini bukanlah dalam bentuk ilzam/ketetapan, sehingga ketika mereka enggan dianggap sebagai pembangkang, tetapi ia adalah ikhtiar, dan mereka menolak karena takut kepada Allah atau takut tidak dapat 1 Al-Sabuni, op.cit., j. 3, h. 457. 2 Lihat Surah al-Jin (72): 13, lihat Muhammad al-Ghazali, op.cit., h. 483. 3 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 522.
181
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
melaksanakan amanah tersebut.1 Ketika mereka taat, maka ditemukanlah mereka semua sujud. ãyϑs)ø9$#uρ ߧôϑ¤±9$#uρ ÇÚö‘F{$# ’Îû tΒuρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ’Îû tΒ …çµs9 ߉àfó¡o„ ©!$# āχr& ts? óΟs9r& ... ãΑ$t7Ågø:$#uρ ãΠθàf‘Ζ9$#uρ
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung. Surah al-Hajj (22): 18.
Malaikat di langit dan manusia, jin dan seluruh makhluk di bumi, planet di angkasa, gunung, pohon, hewan sujud kepada Allah dengan penuh taat dan patuh.2 Tatkala semua makhluk selain manusia diciptakan secara musakhkhar/ditundukkan maka pada saat itu pula mereka mendapat rahmat. Telah disebutkan secara nyata bahwa alam ini berserta isinya seperti angin, hujan, siang dan malam adalah rahmat Allah bagi manusia. Dia berfirman: [!$tΒ Ï!$yϑ¡¡9$# zÏΒ $uΖø9t“Ρr&uρ 4 ϵÏGyϑômu‘ ô“y‰tƒ š÷t/ #Mô³ç0 yx≈tƒÌh9$# Ÿ≅y™ö‘r& ü“Ï%©!$# uθèδuρ
∩⊆∇∪ #Y‘θßγsÛ Dialah Tuhan yang mengantarkan angin sebagai berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya, dan Kami menurunkan dari langit: air yang bersih suci. Surah al-Furqan (25): 48.
Makna yang lain adalah Allah menurunkan keberkatan hujan berikut manfaatnya berupa kesuburan, atau rahmatnya atas segala sesuatu turun bagaikan hujan yang memberikan rahmat yang luas,3 atau angin dihantarkan sebagai kabar gembira akan turun hujan.4
÷’Í
∩⊄∇∪ ߉‹Ïϑysø9$# Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa, dan Ia pula menyebarkan rahmat-Nya merata-rata. (Ingatlah) 1 Al-Sabuni, op.cit., j. 2, h. 540. 2 Ibid, j. 2, h. 284. 3 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 3. h. 469-470. 4 Al-Sabuni, op.cit., j. 2, h. 365.
182
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Dialah pengawal (yang melimpahkan ihsan-Nya), lagi Yang Maha Terpuji. Surah al-Shura (42): 28.1 Berkat rahmat-Nya, Dia menurunkan hujan setelah manusia berputus asa akibat kekeringan dan kemarau panjang. Dengan turunnya hujan tersebarlah rahmat-Nya di kota dan sekelilingnya, karena Dia yang Maha Mengatur makhluk-Nya atas apa-apa yang bermanfaat bagi mereka di dunia dan di akhirat, Dia tetap terpuji atas takdir dan apa yang Dia lakukan-Nya.2 Hujan itu adalah rahmat bagi Bandar dan hamba.3 Dengan rahmat-Nya Allah menunjukkan jalan kepada manusia dalam gelap-gelita darat dan laut, dan yang mengantarkan angin hingga turun rahmat-Nya/hujan. ô“y‰tƒ š÷t/ #Mô³ç0 yx≈tƒÌh9$# ã≅Å™öムtΒuρ Ìóst7ø9$#uρ Îhy9ø9$# ÏM≈yϑè=àß ’Îû öΝà6ƒÏ‰ôγtƒ ¨Βr&
∩∉⊂∪ šχθà2Îô³ç„ $£ϑtã ª!$# ’n?≈yès? 4 «!$# yì¨Β ×µ≈s9Ïr& 3 ÿϵÏFuΗ÷qu‘ Atau siapakah yang menunjukkan jalan kepada kamu dalam gelap-gelita darat dan laut, dan yang mengantarkan angin sebagai pembawa berita yang menggembirakan sebelum kedatangan rahmat-Nya? Adakah sebarang tuhan yang lain bersama-sama Allah? Maha Tinggilah keadaan Allah dari apa yang mereka sekutukan dengan-Nya. Surah al-Naml (27): 63. Di antara bukti-bukti kekuasaan-Nya dan tanda-tanda rahmatNya ialah Dia menciptakan bagi manusia malam dan siang silih berganti, supaya manusia dapat berehat di malam hari dan berusaha mencari rezeki dari limpah kurnia-Nya di siang hari.4 ö/ä3‾=yès9uρ Ï&Î#ôÒsù ÏΒ (#θäótGö;tGÏ9uρ ϵŠÏù (#θãΖä3ó¡oKÏ9 u‘$yγ¨Ψ9$#uρ Ÿ≅ø‹©9$# â/ä3s9 Ÿ≅yèy_ ϵÏGyϑôm§‘ ÏΒuρ
t ρãä3ô±n@ β Di antara rahmat pemberian-Nya, Ia menjadikan untuk kamu malam dan siang (silih berganti supaya kamu berehat padanya
1 Lihat juga Surah al-Rum (30): 46. 2 Ibn Kathir, op.cit., j. 4, h. 115. 3 Al-Sabuni, op.cit., j. 2, h. 415 dan 481. 4 Ibid., j. 2, h. 454.
183
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
dan supaya kamu berusaha mencari rezeki dari limpah kurniaNya, dan juga supaya kamu bersyukur. Surah al-Qasas (28): 73. Rahmat Allah yang paling besar kepada hewan dan tumbuhtumbuhan adalah sama dengan rahmat-Nya kepada benda di atas. Artinya mereka juga termasuk bagian yang diajak dialog dan diminta untuk memilih amanah, tapi pilihan mereka jatuh pada tashkhir/ditundukkan bukan ikhtiar . Rahmat Allah yang kedua adalah semua hewan telah Dia jamin rezekinya. ’Îû @≅ä. 4 $yγtãyŠöθtFó¡ãΒuρ $yδ§s)tFó¡ãΒ ÞΟn=÷ètƒuρ $yγè%ø—Í‘ «!$# ’n?tã āωÎ) ÇÚö‘F{$# ’Îû 7π−/!#yŠ ÏΒ $tΒuρ *
∩∉∪ &Î7•Β 5=≈tGÅ2 Tiadalah sesuatu pun dari makhluk-makhluk yang bergerak di bumi melainkan Allah jualah yang menanggung rezekinya dan mengetahui tempat kediamannya dan tempat ia disimpan. Semuanya itu tersurat di dalam Kitab (Lawh Mahfudz) yang nyata (kepada malaikat-malaikat yang berkenaan). Surah Hud (11): 6.
Ayat yang seakan-akan mewajibkan kepada Allah memberi rezeki kepada seluruh makhluk tapi sebenarnya ini adalah fadilah/kurnia dari-Nya. Namun karena Dia telah menjamin fadilah itu maka fadilah itu menjadi wajib bagi-Nya.1 Al-Sabuni berpendapat bahwa tidak ada yang bergerak di bumi dari manusia dan hewan kecuali Dia menjamin rezeki mereka sebagai wujud kurnia dan karam/pemurah dari-Nya.2 Rahmat-Nya ketiga adalah burung yang terbang di udara dapat bertahan berkat rahmat-Nya. Dia mewahyukan kepada lebah untuk menjadikan gunung sebagai tempat tinggal. Allah berfirman: ... 4 ß≈oΗ÷q§9$# āωÎ) £ßγä3Å¡ôϑム$tΒ 4 zôÒÎ7ø)tƒuρ ;M≈¤(‾≈|¹ ôΜßγs%öθsù Îö©Ü9$# ’n<Î) (#÷ρttƒ óΟs9uρr&
Patutkan mereka menutup mata dan tidak memerhatikan (kekuasaan Allah pada) burung-burung yang terbang di atas mereka, (siapakah yang menjaganya ketika) burung-burung itu mengembang dan menutupkan sayapnya? Tidak ada yang 1 Al-Zamakhsari, op.cit., j. 2, h. 365. 2 Al-Sabuni, op.cit., j. 2, h. 7.
184
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
menahannya (dari jatuh) melainkan (kekuasaan) Allah Yang Maha Pemurah... Surah al-Mulk (67): 19. Di antara kekuasaan Allah adalah burung-burung yang terbang di atas manusia. Burung-burung itu mengembang dan menutupkan sayapnya, dan tidak ada yang menahannya dari jatuh melainkan kekuasaan Allah Yang Maha Pemurah dengan menundukkan bagi burung-burung itu udara. Dia Maha Melihat apa saja yang bermanfaat dan baik bagi makhluk-Nya.1
$£ϑÏΒuρ Ìyf¤±9$# zÏΒuρ $Y?θã‹ç/ ÉΑ$t6Ågø:$# zÏΒ “ɋσªB$# Èβr& È≅øtª[“$# ’n<Î) y7•/u‘ 4‘ym÷ρr&uρ
∩∉∇∪ tβθä©Ì÷ètƒ Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia”. Surah al-Nahl (16): 68.
Allah mewahyukan kepada lebah dalam bentuk ilham dan hidayah demi kebaikan dan kemaslahatannya dengan memadunya untuk membina rumahnya yang enam persegi itu di tiga tempat: di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia.2 Dari kisah Nuh terlihat rahmat Tuhan kepada hewan yang ikut serta dalam bahtera Nuh. Agar hewan tetap hidup, Nabi Nuh atau para pengikutnya tentu tidak lupa memberi makanan kepada hewan, termasuk babi dan hewan buas. Walaupun babi dilarang untuk dimakan, bukan berarti ia tidak berguna. Ia berfungsi untuk memakan bakteria sampah.3 Semua ciptaan Tuhan memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. Dalam kisah Ashab al-Kahfi Allah menyebutkan jumlah anjing satu ekor dan diulangi sebanyak tiga kali.4 Ini menjadi pelajaran bagi manusia semua, bahwa rahmat Allah meliputi hewan termasuk anjing dengan menyebutkan kewujudannya bersama Ashab al-Kahfi. Al-Zamakhsari berkata: “Nama anjing itu Qitmir.”5 1 Ibn Kathir, op.cit., j. 4, h. 398. 2 Al-Sabuni, op.cit., j. 2, h. 133. 3 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 16, h. 9999. 4 Lihat Surah al-Kahfi (18): 22. 5 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 2, h. 478.
185
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Dalam sejarah Islam, al-Qardawi menulis bahwa bukti rahmat Allah kepada anjing ialah ditemukan wakaf untuk menaungi anjing yang terlantar, agar tidak mati terlantar.1 Nabi bersabda: “Seorang wanita penzina masuk surga karena anjing yang diberinya minum.”2 Rahmat Allah kepada tumbuh-tumbuhan terlihat jelas saat ia dijadikan sumber rezeki di bumi ini. Allah berfirman: Ÿ≅‹Ï‚¨Ζ9$#uρ šχθçG÷ƒ¨“9$#uρ tíö‘¨“9$# ϵÎ/ /ä3s9 ∩⊇⊃∪ àMÎ6/ΖムšχθßϑŠÅ¡è@ ϵŠÏù Öyfx© çµ÷ΖÏΒuρ ...
∩⊇⊇∪ šχρã¤6x(tGtƒ 5Θöθs)Ïj9 ZπtƒUψ šÏ9≡sŒ ’Îû ¨βÎ) 3 ÏN≡tyϑ¨V9$# Èe≅à2 ÏΒuρ |=≈uΖôãF{$#uρ ...Sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembala ternakmu. Ia juga menumbuhkan bagi kamu dengan sebab hujan itu tanamantanaman dan pokok-pokok zaitun dan tamar (kurma) serta anggur; dan juga dari segala jenis buah-buahan. Sesungguhnya yang demikian mengandung satu tanda (yang membuktikan kekuasaan Allah) bagi kaum yang mau berfikir. QS an-Nahl (16): 10-11. Tumbuh-tumbuhan itu bermacam ragam, ada yang sengaja ditanam oleh pemiliknya, ada juga yang tumbuh dengan sendirinya, sebagai milik umum, di mana biasanya hewan diternakkan di situ. Allah lah yang menumbuhkan berbagai-bagai macam tumbuhan dan buah-buahan,3 sebagai makanan bagi hewan dan manusia.
1 Al-Qaradawi (1995), Iman, op.cit., h. 286. 2 Lihat hadis ini pada pembahasan selepas ini. 3 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 13, h. 7829-7830.
186
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
4.3. RAHMAT ALLAH KEPADA NABI-NABI
4.3.1. Pendahuluan Perkataan nabi menurut kebiasaan bangsa Arab terdapat dalam dua bentuk. Pertama, perkataan nabi yang berakhir dengan huruf hamzah, berasal dari perkataan al-naba’ yang bermaksud kabar atau berita. Berdasarkan kepada makna ini, nabi dimaksudkan munabbi/pemberi berita dari Allah. Kedua, perkataan nabi yang berakhir tanpa huruf hamzah. Berasal dari perkataan al-nabawah yang bermaksud al-irtifa’/kedudukan yang tinggi. Oleh itu, nabi adalah seorang manusia yang mulia di sisi Allah. Ketiga, kata terbitan dari perkataan al-nabi yang bermaksud al-tariq/jalan, karena nabi adalah jalan menuju kepada Allah.1 Sedangkan rasul adalah orang yang menerima wahyu. Apakah nabi dan rasul bermakna satu atau di antara keduanya terdapat perbedaan? Muktazilah berpendapat bahwa kedua-duanya bermakna satu, berdasarkan kepada: wa ma arsalna min qaryatin min nabi.2 Di sisi lain, Allah menyebutkan Muhammad terkadang dengan nabi3 terkadang dengan rasul.4 Ahli Sunnah membedakan antara rasul dan nabi. Setiap rasul adalah nabi dan tidak setiap nabi adalah rasul. 5 Allah telah menggabungkan antara rasul dan nabi, ini dalil bahwa keduanya berbeda. Bedanya ialah bahwa nabi adalah manusia yang merdeka dari bani Adam yang menerima wahyu dari Allah yang mengandung syariat, sama ada diperintahkan untuk disampaikan atau tidak. Sedangkan rasul adalah manusia yang merdeka dari bani Adam yang menerima wahyu dari Allah yang mengandung syariat, dan diperintahkan untuk disampaikan. Jadi, perbedaannya pada tabligh/penyampaian. 6
1 Al-Taftazani, op.cit., j. 5, h. 5; al-Safi, op.cit., h. 5; Wan Zailan Kamaruddin, op.cit., h. 3. 2 Lihat al-‘Araf (7): 94. 3 Lihat Surah al-Anfal (8): 64, 65, 70, al-Ahzab (33): 1, 6, 28, 45. 4 Lihat Surah al-Maidah (6): 41, 67, lihat Al-Qadi, op.cit., h. 563. 5 Al-Safi, op.cit., h. 6. 6 Ibid., h. 6.
187
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Rasul adalah seseorang yang diutus oleh Tuhan dan diberi kitab, memiliki syariat, serta diizinkan untuk membatalkan sebagian syariat terdahulu. Sedangkan nabi tidak memiliki keduanya. Dalilnya, sedikitnya syariat dan jumlah bilangan kitab dibandingkan banyaknya para nabi. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa rasul diutus dengan syariat yang baharu, baik dengan cara menasakh sebagian hukum sebelumnya, sedangkan nabi adalah orang yang diutus untuk menetapkan syariat rasul sebelumnya, seperti Yusa’ dan nabi-nabi dari Bani Israel. Yang terpenting dari konsep ini adalah bahwa nabi, rasul adalah utusan Allah dari manusia kepada para mukalaf dari jenis manusia dan jin untuk menyampaikan kepada mereka pesan Allah berupa syariat yang bila dikerjakan akan terwujud kebaikan kehidupan mereka di dunia dan di akhirat.1 Muktazilah berpendapat bahwa Allah wajib mengutus nabi dan rasul karena ia adalah bentuk dari lutf/kelembutan dan salah/kebaikan bagi manusia. Karena mereka berpendapat bahwa Allah wajib menjaga al-aslah dan wajib melakukan al-lutf /kelembutan. Yaitu perbuatan Allah yang dengannya hamba lebih dekat kepada-Nya dengan melakukan ketaatan dan menjauhkan kemaksiatan.2 Kenabian, kerasulan adalah hibah dari Allah kepada diri nabinabi dan rasul-rasul untuk menyampaikan syariat.3 Kenabian, kerasulan adalah rahmat dari Allah. Pengutusan rasul dan nabi itu adalah baik bila dilakukan Allah, dan tidak buruk bila Dia tidak melakukannya. karena Allah tidak disyaratkan dengan syariat apa pun dan tidak ada ilah yang mewajibkan-Nya untuk berbuat sesuatu atau meninggalkannya.4 Contohnya, Nabi Zakaria a.s. mendapatkan rahmat Allah, saat muslim membaca surah Maryam yang dimulai dengan pentafsiran bahwa yang dibaca dari al-Qur’an ini merupakan kenangan tentang rahmat Tuhanmu, khususnya kepada Nabi Zakaria.5 Begitu juga dengan Nabi Ishak a.s., Yakub a.s.,6 Nabi Ismail a.s., Idris a.s. dan Zulkifli dijadikannya mereka sebagai teladan manusia untuk tetap
1 Al-Safi, op.cit., h. 6. 2 Al-Qadi, op.cit., h. 563; al-Bayjuri, op.cit., h. 140 dan Al-Safi, op.cit., h. 6. 3 Al-Bayjuri, op.cit., h. 140, Al-Safi, op.cit., h. 7. 4 Ibn Hazm (t.t.), al-Fasl fi al-Milal wa al-Ahwa wa al-Nihal, j. 1, Kairo: Dar al-Kutub al‘Ilmiyah, h. 55. 5 Lihat Surah Maryam (19): 2, lihat al-Zamakhshari, op.cit., j. 2, h. 502. 6 Lihat Surah Maryam (19): 50
188
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
sabar dalam ketaatan dan menghindari diri dari kemaksiatan, juga menjadi soleh berkat rahmat-Nya. ∩∇∉∪ šÅsÎ=≈¢Á9$# š∅ÏiΒ Νßγ‾ΡÎ) ( !$uΖÏFuΗ÷qu‘ †Îû öΝßγ≈oΨù=s{÷Šr&uρ
Kami masukkan mereka dalam (kumpulan yang dilimpahi) rahmat Kami: sesungguhnya mereka adalah dari orang-orang yang soleh. Surah al-Anbiya’ (21): 86. Rahmat-Nya kepada Lut dengan menyelamatkannya dari kaumnya,1 juga dari tuduhan bahwa kedua anaknya telah berzina dengannya. Tuduhan ini dapat dilihat dalam Alkitab Kristian. Kedua anak perempuan Nabi Lut tinggal bersamanya. Keduaduanya tidur dengan dia, supaya kedua-duanya dapat menyambung keturunan dari ayah mereka. Yang lebih tua melahirkan seorang anak lelaki, dan menamainya Moab. Yang lebih muda pun melahirkan seorang anak lelaki, dan menamainya Ben-Ami; dialah bapa bani Amon yang sekarang.2 Sedangkan rahmat-Nya kepada Ismail, Idris dan Zulkifli dimasukkannya mereka dalam jajaran kenabian.3 Keberadaan Zulkifli yang menurut sebagian orang bukan nabi pada jajaran nabi yang mendapat rahmat sungguh menarik perhatian. Ada yang mengatakan Zulkifli nabi dan yang lain mengatakan dia adalah orang soleh yang tercermin dari sikap pemimpin adil yang menyejahterakan rakyatnya. Dia bangun malam dan puasa di siang hari dan tidak pernah marah.4 Ini mengisyaratkan bahwa kebaikan yang dilakukan individu manusia –tidak hanya terbatas nabi- dapat mengangkat derajatnya dan meraih rahmat Tuhan. Timbul pernyataan bila Allah menurunkan nabi sebagai bentuk rahmat maka nabi itu maksum, namun timbul pertanyaan kenapa beberapa nabi terlihat seperti melakukan kesalahan? Seperti Nabi Musa menumbuk seorang musuh dan mematilah musuh itu.5 Apakah ini dosa besar, dosa kecil, kesalahan atau arahan dari Allah? persoalan ini akan dijawab pada saat mengkaji tentang “Rahmat Allah kepada Nabi Musa”. 1 Lihat Surah al-Anbiya’ (21): 75, lihat al-Mahalli, op.cit., h. 394. 2 Lihat Alkitab, Perjanjian Lama, Kejadian 19:30-38, op.cit., h. 18. 3 Al-Mahalli, op.cit., h. 396. 4 Ibn Kathir, op.cit., j. 3. h. 190. 5 Lihat Surah al-Qasas (28): 15, al-Safi,, op.cit. 76-77.
189
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Al-’Ismah menurut bahasa artinya adalah al-man’/pencegahan. Artinya i’tasim bi Allah artinya mencegah diri berkat kelembutan Allah dari melakukan kemaksiatan. Menurut istilah ialah Allah tidak menciptakan kepada mukalaf dosa walaupun manusia tetap memiliki kekuasaan dan ikhtiar untuk melakukan dosa.1 Aliran pemikiran dalam Islam, terbagi dua dalam melihat apakah para nabi itu maksum. Pendapat pertama bahwa nabi tidak maksum dari dosa besar dan dosa kecil, sama ada sebelum menjadi nabi maupun setelahnya. Pendapat ini dianuti oleh Khawarij. AlAzraq (m.60H) dari Khawarij berpendapat “Allah boleh mengutus seorang nabi yang akan Dia ketahui bahwa nabi itu akan kufur setelah diangkat menjadi nabi, atau dia seorang kafir sebelum diangkat menjadi nabi.”2 Pendapat kedua bahwa nabi-nabi wajib maksum dari hal-hal yang membatalkan mukjizat mereka. Pendapat ini dianuti oleh Syiah, Ash’ari,3 dan Muktazilah. Mereka terbagi kepada dua pendapat. Pendapat pertama, nabi maksum dari melakukan dosa besar, dosa kecil dan tersalah atau terlupa. Pendapat ini dianuti oleh Syiah. “Nabi setelah dilantik menjadi utusan Tuhan adalah wajib maksum dari dosa besar, dosa kecil4 dan sifat terlupa dan tersalah.”5 tersalah.”5 Pendapat kedua, nabi maksum dari melakukan dosa besar, tapi mereka pernah melakukan dosa kecil secara sengaja atau terlupa. Pendapat “boleh melakukan dosa kecil secara sengaja” dianuti oleh Ash’ariah,6 dan pendapat “boleh melakukan dosa kecil secara tidak sengaja atau terlupa” dianuti oleh Muktazilah. Al-Qadi dari Muktazilah membolehkan nabi berlaku maksiat bila lupa, karena perihal ini tidak merusak kebenaran mukjizat dan tidak pula menyebabkan kekufuran.7 Perbedaan aliran dalam pemikiran Islam tentang kemaksuman nabi ini, bersumber dari sebagian ayat-ayat al-Qur’an yang mengingkari kemaksuman nabi, di sisi lain tidak ingin mencela nabi. Namun setelah diteliti ayat-ayat yang mengingkari kemaksuman nabi itu, maka ia ditemukan status nabi adalah rahmat, mulia dan 1 Ibid., h. 70. 2 Al-Shahrastani, op.cit., j. 1, h. 122. 3 Ibid., j. 1, h. 102 4 Ibid., j. 1, h. 146. 5 Al-Taftazani, j. 5, op.cit., h. 51; Wan Zailan Kamaruddin, op.cit., h. 59. 6 Al-Taftazani, j. 5, op.cit., h. 51. 7 Al-Qadi, op.cit., j. 2, h. 780.
190
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
pilihan. Perkara ini bila penulis membandingkannya dengan Alkitab maka akan ditemukan betapa para nabi itu digambarkan dengan tidak rahmat. Nabi meminta jawatan kenabian dengan cara bergomol melawan Allah, di antara para nabi berasal dari keturunan hasil perzinaan dan pelaku zina serta penganjur kemusyrikan kepada Allah.1 Contohnya, Nabi Yakub bergomol dengan Allah dan dia menang, hingga dia pun diberkati-Nya untuk menjadi nabi. “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergomol melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.”2 Nabi Yakub berumah tangga dengan Rahel, tapi yang dia gauli adalah yang Lea (kakak kandung Rahel), ini adalah zina. Jadilah Lea menjadi istrinya tanpa pernikahan yang sah. Kemudian Yakub nikah dengan saudara kandung secara bersamaan (Rahel dan Lea), menurut peraturan Nuh perkawinan ini adalah dosa dan diharamkan.3 Nabi Daud berzina dengan istri pasukannya sedangkan suaminya masih hidup, yang bernama Batsyeba. Lahir dari hasil zina itu seorang anak laki-laki. Perempuan ini adalah ibu Sulaiman bin Daud.4 Yehuda berzina dengan perempuan yang ditemuinya di jalan dengan bayaran seekor anak kambing. Sebagai mertua, ia ingin membakar anaknya yang berzina, tapi tatkala ia tahu bahwa pelakunya adalah ia sendiri, maka ia pun membatalkan hukum bakar itu, untuk diri dan menantunya.5 Walaupun Yehuda bukan nabi tapi dari keturunan zina ini lahir nabi-nabi terkenal, seperti Sulaiman dan ayahnya Daud. Bagaimana manusia melihat suatu umat yang mengakui para nabi tapi menisbahkan kepada para nabi mereka perbuatan keji yang hanya dilakukan oleh orang kafir.6
1 Untuk penganjur kemusyrikan lihat kisah Nabi Harun membuat anak patung sapi, pada “Rahmat Allah S.W.T. kepada Nabi Musa,” dalam penelitian ini. 2 Alkitab, Perjanjian Lama, Kejadian 32:28, op.cit., h. 35. 3 Lihat Alkitab, Perjanjian Lama, Kejadian 29: 18-28, op.cit., h.30, lihat pelarangan poligami dengan dua istri yang berstatus saudara kandung pada Kejadian 9:4, ibidt., h. 8. 4 Lihat Samuel II 13: 1-39, ibid., h. 345-247. 5 Lihat Kejadian 38: 1-30, ibid., h. 41-42. 6 Ibn Hazm, op.cit., j. 1, h. 203.
191
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
4.3.2. Rahmat Allah Kepada Nabi Muhammad S.A.W. Sekurang-kurangnya ada empat rahmat Allah yang besar kepada Nabi Muhammad s.a.w. Pertama, diangkatnya Muhammad menjadi nabi adalah rahmat Allah. Lihat “makna rahmat” dalam penelitian ini. Nabi Muhammad s.a.w. tidak mengharap menjadi nabi dan tidak pula mengharap al-Qur’an diturunkan kepadanya. Semua itu berlaku karena kehendak Allah yang Maha Mengasihani kepadanya, dan kepada hamba-hamba-Nya karenanya.1 Allah berfirman: ¨sðθä3s? Ÿξsù ( šÎi/¢‘ ÏiΒ Zπyϑômu‘ āωÎ) Ü=≈tGÅ6ø9$# šø‹s9Î) #’s+ù=ムβr& (#þθã_ös? |MΖä. $tΒuρ
∩∇∉∪ tÌÏ(≈s3ù=Ïj9 #ZÎγsß Engkau (wahai Muhammad) tidak pernah berharap supaya Kitab al-Qur’an ini diturunkan kepadamu, (tetapi ia diturunkan kepadamu) hanyalah sebagai rahmat dari Tuhanmu, oleh itu janganlah engkau menjadi orang-orang kafir. Surah al-Qasas (28): 86.
Kedua, diberikan kepadanya mukjizat sebagai bukti bahwa dia adalah benar seorang nabi yang diutus oleh Allah dengan membawa syariat. Sebagai mana rasul-rasul lainnya yang memiliki mukjizat hissiyah/terindra, Nabi Muhammad pun memiliki mukjizat itu seperti di belah dadanya, Isra’ Mikraj, kabar tentang apa yang terjadi di Bayt al-Maqdis, terbelah bulan, terselamat ketika hendak dibunuh dalam perjalanan Hijrah menuju Madinah, melempar batu kecil kepada musuh di perang Badar hingga selamat dari pembunuhan dan melempar debu saat perang Hunayn sehingga musuh lari dan kalah.2 Ketiga, diberikan kepadanya kitab suci sebagai mana beberapa rasul sebelumnya. Namun bedanya al-Qur’an adalah kitab suci dan mukjizat, sementara Taurat, Injil, Zabur dan Sahifah Ibrahim hanya kitab suci dan bukan mukjizat. Perkara ini telah dikaji pada pembahasan Mukjizat dan al-Qur’an dari penelitian ini. Nabi Muhammad pernah dituduh sebagai pencipta al-Qur’an. 1 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 403. 2 Al-Sayid al-‘Alawi al-Maliki (1996), Tarikh al-Hawadith wa al-Ahwal al-Nabawiyah, c. 12. Jeddah: Mathabi‘ Sahr, h. 49.
192
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
$yϑÎ/ ÞΟn=÷ær& uθèδ ( $º↔ø‹x© «!$# zÏΒ ’Í< šχθä3Î=ôϑs? Ÿξsù …çµçG÷ƒutIøù$# ÈβÎ) ö≅è% ( çµ1utIøù$# tβθä9θà)tƒ ôΘr&
∩∇∪ ÞΟŠÏm§9$# â‘θà(tóø9$# uθèδuρ ( ö/ä3uΖ÷t/uρ Í_øŠt/ #J‰‹Íκy− ϵÎ/ 4’s∀x. ( ϵŠÏù tβθàÒ‹Ï(è? (Bukan setakat itu saja mereka katakan) bahkan mereka menuduh dengan berkata: “Muhammad telah merekakan alQur’an itu.” Katakanlah (Wahai Muhammad): “Kalau aku merekakan al-Qur’an itu (maka tentulah aku tidak terlepas dari azab kesalahan itu) karena kamu (dan juga yang lain dari kamu) tidak berkuasa memberikan daku sebarang perlindungan dari (azab) Allah. Allah lebih mengetahui akan (tuduhan-tuduhan yang tidak berasas) yang kamu perkatakan itu; cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dengan kamu, dan Dialah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” Surah al-Ahqaf (46): 8.
Kalau Nabi Muhammad s.a.w. berdusta atas nama Allah, dan mengaku bahwa dia utusan-Nya, padahal kenyataannya tidak demikian, niscaya Allah akan menyiksanya dengan siksa yang pedih dan tidak seorang pun yang dapat menyelamatkannya dalam perkara itu. Cukuplah Allah menjadi saksi. Ini merupakan ancaman yang serius bagi mereka. Lebih dari itu Dia Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani merupakan arahan untuk bertaubat. Artinya walaupun kesalahan telah berada di puncak ini bila bertaubat Dia tetap Mengampuni dan Mengasihani.1 Keempat, al-Qur’an bukan semata kitab suci yang dibaca dan dihafal, lebih dari itu ia adalah akhlak dan perilaku Nabi Muhammad s.a.w. Akhlak mulia Rasulullah itu adalah rahmat.2 ∩⊇⊃∠∪ šÏϑn=≈yèù=Ïj9 ZπtΗôqy‘ āωÎ) š≈oΨù=y™ö‘r& !$tΒuρ
Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Surah al-Anbiya’ (21): 107. Nabi Muhammad nabi yang sangat mengasihani kepada seluruh alam. barang siapa yang menyambut rahmat ini dan
1 Ibn Kathir., j. 4, h. 154. 2 Muhammad Hasan Abdullah, op.cit., h. 36-37.
193
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
mensyukuri nikmat, dia akan bahagia di dunia dan di akhirat, barang siapa yang menolaknya akan rugi di dunia dan akhirat.1 Nabi Muhammad mengasihani jin yang telah mengganggunya. Beliau bersabda:
ﻨﻨﹺـﻲﻣ ﹶﻜ ﻪ ﹶﺃ ﻭﹺﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ ﻼ ﹶﺓ ﺼﹶ ﻲ ﺍﻟ ﻋﹶﻠ ﻊ ﹾﻘ ﹶﻄﻟﻴ ﺣ ﹶﺔ ﺎ ﹺﺭﻲ ﺍﹾﻟﺒ ﻋﹶﻠ ﻚ ﺘﻳ ﹾﻔ ﻌ ﹶﻞ ﺟ ﻦ ﺠ ﻦ ﺍﹾﻟ ﹺ ﺎ ﻣﻋ ﹾﻔﺮﹺﻳﺘ ﹺﺇ ﱠﻥ ـﻰﺣﺘ ﺪ ﺠ ـ ﹺﻤﺴ ﺍﺭﹺﻱ ﺍﹾﻟﺳﻮ ﻦ ﻣ ﺔ ﻳﺎ ﹺﺭﺐ ﺳ ﻨ ﹺﺟ ﻪ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺭﹺﺑ ﹶﻄ ﺖ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺃ ﻤ ﻤ ﻫ ﺪ ﻪ ﹶﻓﻠﹶ ﹶﻘ ﺘﻋ ﻪ ﹶﻓ ﹶﺬ ﻨﻣ ﺮ ـﺏ ﺍ ﹾﻏﻔ ﺭ ) ﺎ ﹶﻥﻴﻤﺳﹶﻠ ﻲﻮ ﹶﻝ ﹶﺃﺧ ﺕ ﹶﻗ ﺮ ﻢ ﹶﺫ ﹶﻛ ﻢ ﹸﺛ ﻭ ﹸﻛﱡﻠ ﹸﻜ ﻮ ﹶﻥ ﹶﺃﻤﻌ ﺟ ﻪ ﹶﺃ ﻴﻭ ﹶﻥ ﹺﺇﹶﻟﻨ ﹸﻈﺮﺗ ﻮﺍﺼﹺﺒﺤ ﺗ ﺳﺌﹰﺎ ﺎﻪ ﺧ ﻩ ﺍﻟﱠﻠ ﺩ ﺮ ﻱ ( ﹶﻓﻌﺪ ﺑ ﻦ ﻣ ﺪ ﺣ ﻲ َﻷﺒﻐﻨﻳ ﻣ ﹾﻠﻜﹰﺎ ﹶﻻ ﻲﺐ ﻟ ﻫ ﻲ ﻭﻟ Sesungguhnya Ifrit dari kalangan jin telah datang untuk menggodaku semalam agar aku lalai ketika salat. Tetapi Allah telah melindungi aku darinya sehingga aku dapat menangkapnya yaitu menjerat lehernya. Aku mempunyai keinginan untuk mengikatnya di salah satu tiang masjid hingga ke waktu pagi supaya kamu semua dapat melihatnya. Kemudian aku menyebutkan kata-kata saudara ku Nabi Sulaiman a.s: ‘Tuhanku! Ampunilah aku, berikanlah kepadaku suatu kekuasaan yang tidak akan dicapai oleh seorang pun setelah ku.’ Maka akhirnya Allah melepasnya secara menolak Ifrit tersebut dalam keadaan rugi, hina dan lemah. 2 Rahmat Nabi terhadap hewan yang akan disembelih, ialah dia pernah berpesan untuk menajamkan pisau.3 Nabi pernah bersabda bahwa seseorang pelacur diampunkan dosanya hanya karena dia memberi minum seekor anjing yang kehausan. Nabi s.a.w bersabda:
ﺖ ﻋ ﺰ ﻨﺶ ﹶﻓ ﻌ ﹶﻄ ﹺ ﻦ ﺍﹾﻟ ﻣ ﻪ ﻧﺎﻟﺴ ﻊ ﺩﹶﻟ ﺪ ﹶﺃ ﻒ ﹺﺑﹺﺒﹾﺌ ﹴﺮ ﹶﻗ ﻴﻳﻄ ﺭ ﺎﻮ ﹴﻡ ﺣ ﻳ ﻲﺎ ﻓﺕ ﹶﻛ ﹾﻠﺒ ﺭﹶﺃ ﺎﻐﻴ ﺑ ﺮﹶﺃ ﹰﺓ ﻣ ﹶﺃ ﱠﻥ ﺍ ﺎﺮ ﹶﻟﻬ ﻔ ﻐ ﺎ ﹶﻓﻗﻬﻮﻪ ﹺﺑﻤ ﹶﻟ Sesungguhnya seorang wanita pelacur melihat seekor anjing sedang mengelilingi sebuah telaga pada hari yang sangat panas. Anjing itu berusaha menjelirkan lidahnya karena kehausan. Beliau kemudian menggunakan kasutnya yang dibuat dari kulit yaitu khuf untuk mengambil air telaga 1 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 201. 2 Muslim, op.cit., kitab al-Masajid, bab Jawaz la’an al-Shaythan fi athnai al-Salah, no. 541-39, h. 762. 3 Muslim, op.cit., kitab al-Sayid, bab al-Amr bi Ihsan al-Zabaih, no. 1955-57, h. 1027.
194
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
tersebut sehingga anjing tadi dapat minum. Oleh karena perbuatannya itu, dosa wanita tersebut diampunkan.1 Nabi Muhammad sering mendapat perlawanan dan pendustaan dari kaumnya. Terutama dari kaum musyrik dan Yahudi. Bila itu berlaku maka katakanlah: “Tuhan kamu mempunyai rahmat yang luas melimpah-ruah.” Ini ucapan belas kasih agar mereka semangat untuk menggapai rahmat Allah yang luas dan mengikuti RasulNya.2 ÏΘöθs)ø9$# Çtã …çµß™ù't/ –ŠtムŸωuρ 7πyèÅ™≡uρ 7πuΗ÷qu‘ ρèŒ öΝà6š/§‘ ≅à)sù x8θç/¤‹Ÿ2 βÎ*sù
∩⊇⊆∠∪ šÏΒÌôfßϑø9$# Kemudian jika mereka mendustakanmu (wahai Muhammad) maka katakanlah: “Tuhan kamu mempunyai rahmat yang luas melimpah-ruah, dan azab siksa-Nya tidak dapat ditolak dari kaum yang berdosa”. Surah al-An’am (6): 147. Untuk itu Abu Hurayrah berkata: “Orang-orang berkata: ‘Wahai Rasulullah s.a.w, berdoalah agar orang musyrik ditimpa azab.’ Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:
ﻤ ﹰﺔ ﺣ ﺭ ﺖ ﻌﹾﺜ ﺑ ﺎﻧﻤﻭﹺﺇ ﺎﺎﻧﺚ ﹶﻟﻌ ﻌ ﹸ ﺑﻢ ﹸﺃ ﻲ ﹶﻟﹺﺇﻧ Beliau menjawab: “Aku diutus bukan untuk mengutuk, melainkan sebagai rahmat.”3 Pada saat berdakwah dan Nabi Muhammad s.a.w. terluka pada perang Uhud sehingga berdarah, baginda malah berkata:
ﻮﻥﻌﹶﻠﻤ ﻳ ﻢ ﻻ ﻬ ﻧﻲ ﹶﻓﹺﺈﻮﻣ ﻟ ﹶﻘ ﺮ ﻔ ﺏ ﺍ ﹾﻏ ﺭ “Ya Allah ampunilah kepada kaumku karena mereka tidak mengetahui.”4 Lebih jauh Allah berpesan kepada Nabi untuk membalas kejahatan dengan kebaikan. Walaupun bukan muslim melanggar 1 Al-Bukhari, op.cit., kitab Bad’u al-Kahlq, bab Iza waqa‘a al-Zubab, no. 3321, h. 268. Lihat pengkajian tentang rahmat Allah S.W.T. dalam konsumsi pada penelitian ini. 2 Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 186. 3 Muslim, op.cit., kitab al-Birr, bab al-Nahy ‘an la‘an al-dawwab wa ghayruha, no. 259987, h. 1131; Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 201. 4 Muslim, op.cit., kitab al-Jihad, bab Ghazwah Uhud, no. 105-1792, h. 997.
195
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
perjanjian setia mereka, mengubah kalimah-kalimah yang ada di dalam kitab Taurat dengan memutarnya dari tempat-tempatnya dan maksudnya yang sebenar, dan mereka melupakan atau meninggalkan sebagian dari apa yang diperingatkan mereka dengannya, walaupun mereka berbuat khianat, tetap saja Allah berfirman: ∩⊇⊂∪ šÏΖÅ¡ósßϑø9$# =Ïtä† ©!$# ¨βÎ) 4 ôxx(ô¹$#uρ öΝåκ÷]tã ß#ôã$$sù ...(
...Maafkanlah mereka (jika mereka sedia bertaubat) dan janganlah dihiraukan, karena sesungguhnya Allah suka kepada orang-orang yang berusaha supaya baik amalannya.” Surah al-Maidah (5): 13 Berbuat ihsan/baik agar mereka dapat mengenal Islam yang baik dan terpuji dan menghilangkan kedengkian dari hati mereka.1 Di antara rahmat Muhammad kepada umat Kristian ialah pesan Allah: ∩∇⊇∪ zƒÏ‰Î6≈yèø9$# ãΑ¨ρr& O$tΡr'sù Ó$s!uρ Ç≈uΗ÷q§=Ï9 tβ%x. βÎ) ö≅è%
Katakanlah (Wahai Muhammad, kepada mereka yang musyrik itu): “Kalau betul Allah yang Maha Pemurah, mempunyai anak (sebagaimana yang kamu dakwakan) maka akulah orang yang awal pertama yang akan menyembah anak itu; (tetapi dakwaan kamu itu tidak berasas)!” Surah al-Zukhruf (43): 81 Karena anak itu pasti agung, sebagaimana seorang mengagungkan anak raja karena keagungan ayahnya. Ini tamsil untuk menafikan Allah punya anak.2 Manusia itu mulia apa saja agama, bangsa dan warnanya.3 Artinya setiap anak Adam harus dimuliakan. Bukti yang paling jelas adalah ketika jenazah dibawa melalui di depan nabi, nabi pun berdiri tegak, di antara sahabat berkata: “Ya Rasulullah itu jenazah Yahudi.” Nabi berkata: “Bukankah dia itu manusia.” Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengajak manusia masuk Islam, dan Allah tidak pernah menyuruh nabi untuk
1 Al-Sha‘rawi (2004), op.cit., j. 3, h. 591. 2 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 3, h. 467. 3 Lihat Surah al-Isra (17): 70.
196
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
memaksa seseorang masuk Islam apalagi dengan cara keganasan.1 Sebagaimana Allah memerintahkan Nabi untuk melindungi musyrik bila dia minta perlindungan. Ini merupakan toleransi yang tiada toleransi setelahnya.2 Satu yang patut disyukuri seluruh umat manusia, muslim ataupun kafir, bahwa Allah telah berjanji tidak akan menurunkan azab selama Muhammad ada bersama mereka. Allah berfirman:
öΝèδuρ öΝßγt/Éj‹yèãΒ ª!$# šχ%x. $tΒuρ 4 öΝÍκÏù |MΡr&uρ öΝßγt/Éj‹yèã‹Ï9 ª!$# šχ%Ÿ2 $tΒuρ
∩⊂⊂∪ tβρãÏ(øótGó¡o„ Allah tidak sekali-kali akan menyiksa mereka, sedang engkau (wahai Muhammad) ada di antara mereka; dan Allah tidak akan menyiksa mereka sedang mereka beristighfar (meminta ampun). Surah al-Anfal (8): 33.3
Tentang ayat ini Ibn Abbas berkata: “Dengan demikian, mukminin mendapat dua perlindungan. Dari Nabi Muhammad dan istighfar. Sekarang Nabi s.a.w. telah meninggal dan yang tertinggal hanyalah istighfar.”4 Saat baginda menjelang wafat, baginda malah berkata: “Umatku, umatku.” Menurut al-Razi, ini merupakan satu cahaya rahmat Allah yang dititipkan kepada Nabi Muhammad. Itu saja sudah begitu luar biasa, bagaimana pula bila rahmat itu bersumber dari Rahman dan Rahim.5 Nabi Muhammad seorang pemimpin karismatik yang sangat perhatian kepada mukminin. Merupakan rahmat Allah, Dia mengutus pesuruh/rasul dari jenis mereka sendiri yang keturunan, sifat, kejujuran dan amanahnya sudah dikenali.6 Dengan terkenalnya Muhammad, tentu mudah bagi manusia untuk menjadikannya suri teladan.7
1 Lihat Surah Yunus (10): 99; Surah al-Baqarah (2): 256, dan Surah al-Isra' (17): 45. 2 Lihat Surah al-Tawbah (9): 6. 3 Lihat juga Surah al-Fath (48): 25. 4 Ibn Kathir, op.cit., j. 2. h. 305. 5 Al-Razi, op.cit., j. 1, h. 235. 6 Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 404. 7 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 9, h. 5604.
197
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Νà6ø‹n=tæ ëȃÌym óΟšGÏΨtã $tΒ Ïµø‹n=tã ͕tã öΝà6Å¡à(Ρr& ôÏiΒ Ñ^θß™u‘ öΝà2u!%y` ô‰s)s9
∩⊇⊄∇∪ ÒΟŠÏm§‘ Ô∃ρâu‘ šÏΖÏΒ÷σßϑø9$$Î/ Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu sendiri (yaitu Nabi Muhammad s.a.w), yang menjadi sangat berat kepadanya sebarang kesusahan yang ditanggung oleh kamu, yang sangat tamak (inginkan) kebaikan bagi kamu, (dan) ia pula menumpahkan perasaan belas serta kasih sayangnya kepada orang-orang yang beriman. Surah al-Tawbah (9): 128.
Nabi Muhammad menjadi sangat berat kepadanya sebarang kesusahan yang ditanggung oleh kamu, untuk itu syariat yang dibawanya berdasarkan kemudahan, karena agama itu mudah. Dia sangat tamak inginkan kebaikan bagi kamu dengan cara memberimu petunjuk agar bahagia di dunia dan akhirat, dan ia pula menumpahkan perasaan belas serta kasih sayangnya kepada orangorang yang beriman dengan cara merendah diri kepada pengikutpengikutmu dari orang-orang yang beriman. Kemudian jika mereka berlaku ingkar kepadamu, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu lakukan!”1 Dengan limpahan rahmat Allah kepada Nabi Muhammad, maka baginda pun dapat memimpin sahabat dan kaum muslimin menuju umat yang rahmat. ( y7Ï9öθym ôÏΒ (#θ‘Òx(Ρ]ω É=ù=s)ø9$# xá‹Î=xî $ˆàsù |MΨä. öθs9uρ ( öΝßγs9 |MΖÏ9 «!$# zÏiΒ 7πyϑômu‘ $yϑÎ6sù ©!$# ¨βÎ) 4 «!$# ’n?tã ö≅©.uθtGsù |MøΒz•tã #sŒÎ*sù ( Í÷ö∆F{$# ’Îû öΝèδö‘Íρ$x©uρ öΝçλm; öÏ(øótGó™$#uρ öΝåκ÷]tã ß#ôã$$sù
∩⊇∈∪ t,Î#Ïj.uθtGßϑø9$# =Ïtä† Disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
1 Lihat Surah al-Shaa‘ra’ (26): 216-217; lihat Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 404.
198
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Surah Ali ‘Imran (3): 159. Kata rahmat bertulisan nakirah, perihal itu menunjukkan kehebatannya. Kata fa bima rahmatin aslinya bi rahmatin min Allah dengan rahmat Allah. Biasanya kamu akan menjadi lemah lembut terhadap siapa saja. Jadi kalau memang itu merupakan kebiasaan, maka berlemah lembutlah kepada mereka dan maafkan kesalahan mereka,1 walau pun mereka melanggar perintah dan berbuat maksiat terhadapmu.2 Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, atau bila kamu berkata kasar dan berhati keras niscaya mereka akan meninggalkanmu. Tapi Allah mengumpulkan mereka bersamamu, dan melunakkan hatimu agar dapat menyatukan hati mereka. Nabi tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Tapi baginda selalu memaafkan, dan memohonkan ampun bagi mereka. Nabi tokoh yang selalu bermusyawarah dengan para sahabat dalam urusan-urusan mereka, seperti musyawarah dalam perang Badar, Uhud, Khandak dan perdamaian Ahzab. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal kepada Allah. Sesungguhnya Dia menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. 3 Musyawarah kepada para sahabat adalah rahmat. Dakwah yang dilakukan dengan hikmah, mau’izah hasanah dan mujadalah bi al-lati hia ahsan adalah rahmat.4 Contohnya, pada saat seorang Baduwi kencing di dalam masjid, jemaah dan sahabat yang melihat ingin memukulnya, tetapi Nabi Muhammad s.a.w. berkata:
ﻪ ﻴﻋﹶﻠ ﻪ ﺒﺼ ﺎ ٍﺀ ﹶﻓﻦ ﻣ ﻣ ﺪﹾﻟ ﹴﻮ ﺎ ﹺﺑﺩﻋ ﻍ ﺮ ﹶ ﺎ ﹶﻓﻩ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓﹶﻠﻤ ﻮﺰ ﹺﺭﻣ ﺗ ﻻﻩ ﻭ ﻮﺩﻋ Tinggalkan dia, biarkan dia selesai kencing, setelah selesai kencing bawa bekas berisi air, lalu siram kencingnya dengan air.5 Nabi Muhammad seorang yang rahmat pada istri dan kanakkanak serta pembantunya. Setiap kebaikan yang diperintahkan 1 Ibid., j. 1, h. 420. 2 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 240. 3 Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 420. 4 Muhammad Hasan Abdullah, op.cit., h. 40. 5 Malik ibn Anas (t.t), al-Muwatta, Muhammad Fuad Abd al-Baqi (tashih), kitab alTaharah, bab Ma Jaa fi al-Bawl Qaiman wa Ghayruhu, no. 111, Kairo: Dar Ihya’ alKutub al-‘Arabiyah, h. 64.
199
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Allah, maka perihal itu diterapkan pertama kali pada diri dan keluarganya. Seperti penerapan kewajiban jilbab yang merupakan salah satu unsur rahmat Allah kepada wanita, diperintahkannya untuk dilakukan pertama kali kepada istri dan anaknya. Allah berfirman: 4 £ÎγÎ6Î6≈n=y_ ÏΒ £Íκön=tã šÏΡô‰ãƒ tÏΖÏΒ÷σßϑø9$# Ï!$|¡ÎΣuρ y7Ï?$uΖt/uρ y7Å_≡uρø—X{ ≅è% ÷É<¨Ζ9$# $pκš‰r'‾≈tƒ
∩∈∪ $VϑŠÏm§‘ #Y‘θà(xî ª!$# šχ%x.uρ 3 tøsŒ÷σムŸξsù zøùt÷èムβr& #’oΤ÷Šr& y7Ï9≡sŒ Wahai Nabi, suruhlah istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baikbaik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. (Ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Ahzab (33): 59. Jilbab menjadi rahmat bagi wanita karena ia merupakan ciri wanita muslimah yang dapat melindungi diri dari gangguan orang fasik, baik pada saat ayat ini diturunkan di Madinah,1 atau pada saat ini. Selain rahmat, Allah juga Maha Pengampun atas apa yang telah berlaku dan terlanjur pada masa Jahiliah sebelum disyariatkan kewajiban jilbab, karena wanita Muslim belum mengetahui perihal itu.2 Rasulullah tidak pernah memukul, menghina atau mengecewakan seorang wanita pun, namun selalu membimbing, mengarahkan dan memperbaiki keadaan mereka. Dalam haji Wada’ lebih sepertiga wasiat beliau sampaikan dalam khutbahnya adalah tentang wanita. Beliau bersabda Bertakwalah kepada Allah dalam memperlakukan kaum wanita.3 Dari banyak contoh, kisah hadis al-Ifik adalah bukti rahmat Nabi Muhammad s.a.w. kepada keluarga terutama Aishah. Nabi Muhammad s.a.w. telah mendengar apa yang mereka katakan dari berita dusta tentang rumahnya, tetapi dia tidak pernah melukai perasaan istrinya walau dengan mata yang melukai. Dengan 1 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 518-519. 2 Ibid., j. 3, h 519. 3 Lihat al-Bukhari, op.cit., kitab al-Nikah, bab al-Wusah bi al-Nisa’, no. 5186, h. 448.
200
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
rahmatnya yang luas turunlah rahmat Allah kepada Aishah1 yang menyatakan dia tidak bersalah.2 Betapa besarnya kasih sayang Rasulullah sehingga saat beliau salat lalu mendengar tangisan anak kecil, maka beliau mempercepat salatnya karena takut anak itu akan menyusahkan ibunya.
ﺓ ﻼﻲ ﺍﻟﺼﻮ ﻓ ﻫ ﻭ ﻪ ﻣ ﻊ ﹸﺃ ﻣ ﻲ ﺼﹺﺒ ﺑﻜﹶﺎ َﺀ ﺍﻟ ﻊ ﻤ ﺴ ﻳ ﻢ ﺳﱠﻠ ﻭ ﻪ ﻴﻋﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠ ﻪ ﻮ ﹸﻝ ﺍﻟﱠﻠﺭﺳ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺓ ﲑ ﺼ ﺓ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﺭ ﻮﻭ ﺑﹺﺎﻟﺴ ﺔ ﹶﺃ ﻴ ﹶﻔﺨﻔ ﺓ ﺍﹾﻟ ﺭ ﻮﺮﹸﺃ ﺑﹺﺎﻟﺴ ﻴ ﹾﻘﹶﻓ Rasulullah s.a.w pernah mendengar tangisan anak kecil bersama ibunya ketika baginda sedang salat, lalu baginda pun membaca surah yang sedikit ayatnya atau surah yang pendek.3 Dari pengkajian yang panjang di atas tentang akhlak Nabi Muhammad yang penuh rahmat, menurut umat Kristian, Nabi Muhammad adalah nabi palsu. Mereka berhujjah dengan: “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti kambing, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. ... Jadi dari buah kamu akan mengenal mereka.”4 Sekiranya penulis merujuk kepada empat perkara utama rahmat Allah kepada Nabi Muhammad yaitu (1) kenabian, (2) mukjizat, (3) al-Qur’an dan (4) akhlak mulia, maka pernyataan di atas tidak tepat ditujukan kepada Nabi Muhammad. Karena Nabi Muhammad telah memenuhi syarat-syarat kenabian, yaitu mukjizat dan akhlak mulia, ditambah lagi dengan kitab suci. Menurut Pemikiran Islam seseorang manusia dikatakan nabi bila ia memiliki hujjah berupa mukjizat. Bandingkan juga bagaimana alQur’an dengan Alkitab, Perjanjian Lama saat mengisahkan para nabi, hingga terlihat mana yang rahmat.
1 Lihat Surah al-Nur (24): 11. 2 Muhammad Hasan Abdullah, op.cit., h. 91-92. 3 Al-Bukhari, op.cit., kitab al-Azan, bab Min Akhaffi al-Salah ‘inda bukai al-Sabi, no 707710, h. 56-57. 4 Alkitab, Perjanjian Baru, Matius 7: 15 & 20, op.cit., h. 8.
201
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
4.3.3. Rahmat Allah Kepada Nabi Musa Perkataan Nabi Musa a.s. di dalam al-Qur’an terdapat pada enam puluh ayat,1 tiga puluh empat surah.2 Dua puluh tujuh surah adalah Makkiyah dan tujuh Madaniyyah. Telah diuraikan panjang lebar pada sepuluh surah, dan enam surah di antaranya sangat panjang dan terperinci.3 Ringkas kisah Nabi Musa ialah penyelamatan ibu Musa terhadap bayinya, Musa kecil di rumah Firaun disusui ibunya, membunuh dan lari ke Madyan, bekerja dan berumah tangga di Madyan, diangkat menjadi nabi, kembali ke Mesir berdakwah kepada Firaun, Musa melawan ahli sihir, Musa membawa bani Israel menyeberangi Laut Merah menuju Sinai, meninggal di Sinai.4 Rahmat Allah kepada Nabi Musa yang dapat dirasakan langsung berdasarkan perkataan rahmat di dalam al-Qur’an adalah: pertama, Kisah Nabi Musa merupakan bentuk rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad dan kepada manusia, terutamanya penduduk Mekah.5 Dengan kisah ini semoga mereka mendapat petunjuk6 atau mendapat rahmat,7 dan nyaman berdasarkan kisah ini.8 Allah berfirman: Νßγ9s?r& !$¨Β $YΒöθs% u‘É‹ΖçFÏ9 šÎi/¢‘ ÏiΒ Zπyϑôm§‘ Å3≈s9uρ $oΨ÷ƒyŠ$tΡ øŒÎ) Í‘θ’Ü9$# É=ÏΡ$pg¿2 |MΖä. $tΒuρ
∩⊆∉∪ tβρãā2x‹tFtƒ öΝßγ‾=yès9 šÎ=ö6s% ÏiΒ 9ƒÉ‹‾Ρ ÏiΒ Engkau juga tidak berada dekat Gunung Tursina ketika Kami menyeru (Nabi Musa dan memberi wahyu kepadanya dahulu), tetapi (diturunkan) rahmat (al-Qur’an) dari Tuhanmu (menerangkan kisah itu) supaya engkau memberi amaran kepada kaum (mu) yang telah lama tidak didatangi sebarang rasul pemberi amaran sebelummu, semoga mereka memperoleh pengajaran (serta insaf mematuhinya). Surah al-Qasas (28): 46.
1 Fayd Allah, op.cit., h. 358-359. 2 Al-Baqi, op.cit., h. 854-855. 3 Abu Sir, op.cit., h. 159. 4 Al-Wakil, op.cit., j. 2, h. 425-426; Abu Sir, op.cit., h. 159. 5 Al-Mahalli, op.cit., h. 473. 6 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 391-392. 7 Al-Zamakhshari (2006), op.cit., j. 3, h. 404. 8 Al-Sabuni, op.cit., h. 437.
202
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Di antara kisah Nabi Musa yang panjang ialah satu kisah yang terkait antara maksum dengan pembunuhan. Nabi Musa a.s. menumbuk musuh dan matilah musuh itu. Musa memanjatkan keampunan dan berkat rahmat Allah doanya diterima-Nya.1 Tepatnya ketika dia masuk ke kota (Mesir), lalu didapatinya di situ dua orang lelaki sedang berkelahi, -seorang dari golongannya sendiri dan yang seorang lagi dari pihak musuhnya. Maka orang yang dari golongannya meminta tolong kepadanya melawan orang yang dari pihak musuhnya; Musa pun menumbuknya lalu menyebabkan orang itu mati. Pada saat itu Musa berkata: “Ini adalah dari kerja syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang menyesatkan, yang nyata angkaranya”.2 Dengan cepat dia merayu dengan sesalnya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diri sendiri; oleh itu ampunkanlah -apalah jua kiranyaakan dosaku”. Maka Allah menerima taubatnya lalu mengampunkan dosanya; sesungguhnya Allah jualah Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.”3 Dalam peristiwa ini terlihat Musa terlibat dalam pembunuhan seorang Qibti dalam usaha beliau membantu salah seorang pengikutnya. Secara umum, Musa melakukan dosa besar, tapi kedudukan itu perlu diperhatikan menerusi perkataan penting yang digunakan yaitu wakaza. Ibn Faris menemukan wakaza yang artinya cacian, memukul dengan seluruh tangannya atau menolaknya.4 AlZamakhsari berpendapat, Musa terlibat dalam perbuatan itu sebelum dibenarkan bertindak demikian. Sebaliknya, Ibn Jurayj pula mengatakan sekiranya perbuatan yang mereka lakukan tidak diperintahkan oleh Tuhan, para nabi tentu tidak akan melakukannya.5 Ini berarti perbuatan Musa berdasarkan perintah Tuhan. Al-Razi berpendapat bahwa peristiwa ini terjadi sebelum kenabian dan dalam keadaan tersalah, karena waw/dan pada ayat 15 tidak menunjukkan tartib/kronologis, atau pemukulan itu berdasarkan perintah Tuhan, karena musuh itu adalah kafir harbi yang boleh dibunuh dan tidak mengandung dosa. Adapun ucapan ghafara disebutkan Musa diertikan karena meninggalkan amalan 1 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 17, h. 10898. 2 Lihat Surah al-Qasas (28): 15. 3 Lihat Surah al-Qasas (28): 16. 4 Ibn Faris, op.cit., j. 6, h. 106, lihat juga al-Razi (2006), op.cit., j. 24, h. 234. 5 Al-Zamakhshari (2006), op.cit., j. 3, h. 385, Wan Zailan Kamaruddin, op.cit., h. 87.
203
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
sunat atau dapat diertikan dengan satara/menutup beritanya hingga tidak ketahuan Firaun.1 Bagaimanapun pendapat pemikir Islam di bidang tafsir yang ditemukan ini menunjukkan Musa adalah maksum. Pertama, Musa melakukannya dalam keadaan tersalah. Justeru itu, beliau memohon ampun kepada Tuhan. Kedua, Musa tidak bersalah karena memukul musuh yang kafir harbi itu dan pemukulan itu sendiri merupakan perintah Tuhan. Kedua, dibantu oleh Harun adalah sebagian dari rahmat Allah atau berkat rahmat-Nya kepada Nabi Musa dan belaian kasih-Nya Dia kurniakan Nabi Harun.2 Tidak ada syafaat di dunia yang lebih besar dari syafaat yang diberikan Musa kepada Harun.3 Allah berfirman: ∩∈⊂∪ $wŠÎ;tΡ tβρã≈yδ çν%s{r& !$uΖÏFuΗ÷q§‘ ÏΒ …çµs9 $oΨö7yδuρuρ
Kami kurniakan kepadanya dari rahmat Kami, saudaranya: Harun, yang juga berpangkat Nabi. Surah Maryam (19): 53. Saat Musa meninggalkan Harun bersama kaumnya, Harun pun tetap berdakwah mengajak umatnya bertahan dalam tauhid. Karena Tuhan yang mereka sembah adalah Rahman/Tuhan Maha Rahmat, bukan ‘ijil.4 Dakwah dengan menyebut nama Rahman adalah strategi Nabi Harun agar tidak terjadi perkelahian di antara kaumnya yang menyembah ‘ijil dan Tauhid.5 Allah berfirman: ‘ÏΡθãèÎ7¨?$$sù ß≈oΗ÷q§9$# ãΝä3−/u‘ ¨βÎ)uρ ( ϵÎ/ ΟçF⊥ÏFèù $yϑ‾ΡÎ) ÉΘöθs)≈tƒ ã≅ö6s% ÏΒ ãβρã≈yδ öΝçλm; tΑ$s% ô‰s)s9uρ
∩⊃∪ “ÌøΒr& (#þθãè‹ÏÛr&uρ Demi sesungguhnya, Nabi Harun telah pun berkata kepada mereka sebelum itu: “Wahai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diperdayakan dengan patung itu, dan sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang melimpah-limpah rahmat-Nya; oleh itu, ikutlah daku dan taatlah akan perintah ku”. Surah Thaha (20): 90.
1 Al-Razi (1981), op.cit., j. 24, h. 232 dan 234. 2 Al-Zamakhshari (2006), op.cit., j. 3, h. 22. 3 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 125. 4 Al-Sabuni, op.cit., j. 2, h. 244. 5 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 15, h. 9364.
204
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Ketiga, doa rahmat. Nabi Musa tidak ingin rahmat Tuhan sirna begitu saja dalam kehidupan mereka berdua di dunia dan di akhirat. Untuk itu dia tetap mengharapkan rahmat-Nya yang tertuang dalam doanya.1 Allah berfirman: ∩⊇∈⊇∪ šÏΗ¿q≡§9$# ãΝymö‘r& |MΡr&uρ ( y7ÏGuΗ÷qu‘ †Îû $oΨù=Åz÷Šr&uρ ÅL{uρ ’Í< öÏ(øî$# Éb>u‘ tΑ$s%
Nabi Musa berdoa dengan berkata: “Wahai Tuhanku, ampunkanlah bagiku dan bagi saudaraku, dan masukkanlah kami ke dalam rahmat-Mu, karena Engkaulah saja Yang Maha Mengasihani dari segala yang lain mengasihani”. Surah al-A’raf (7): 151. Allah mengasihani Musa dan memberikannya pengajaran berharga bahwa terkadang berita tidak seindah kenyataan. Musa mendapat kabar dari Tuhan bahwa kaumnya telah diperdaya oleh patung sepeninggalnya, dan dia berjanji akan menghadapi mereka tanpa membuang batu lauh. Tapi kenyataannya, ketika melihat keadaan mereka, dia pun membuang lauh.2 Pada ayat ini, Allah tidak menafikan bahwa ada di antara makhluk yang merahmati saudaranya sehingga dia menjadi rahim/pengasih, tetapi tetap saja Dia yang Maha Mengasihani dari segala yang lain mengasihani”.3 Keempat, peraturan Tuhan yang tertuang dalam kitab suci, baik Lauh atau pun Taurat. Lauh itu sendiri merupakan petunjuk dan rahmat, yang berisikan tentang kemuliaan umat Muhammad yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.4 Petunjuk dan rahmat adalah satu yang memiliki dua penghujung yang berbeda. Petunjuk bila diikuti akan menghantar kepada tujuan rahmat.5 tÏ%©#Ïj9 ×πuΗ÷qu‘uρ “W‰èδ $pκÉJy‚ó¡èΣ ’Îûuρ ( yy#uθø9F{$# x‹s{r& Ü=ŸÒtóø9$# y›θ•Β tã |Ms3y™ $£ϑs9uρ
∩⊇∈⊆∪ tβθç7yδötƒ öΝÍκÍh5tÏ9 öΝèδ Apabila kemarahan Nabi Musa itu reda, dia pun mengambil lauh-lauh Taurat itu yang dalam naskhahnya terkandung petunjuk dan rahmat, bagi orang-orang yang bersungguh-
1 Al-Zamakhshari (2006), op.cit., j. 2, h. 156. 2 Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 248. 3 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 15, h. 9367. 4 Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 249. 5 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 7, h. 4371.
205
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
sungguh takut kepada Tuhan mereka (dari melanggar perintah-Nya). Surah al-A’raf (7): 154. Selain dari lauh, Nabi Musa juga mendapatkan Taurat yang mengandung pelajaran rahmat dan berkasih sayang. Menariknya, rahmat pada al-Qur’an selalu digandingkan dengan rahmat pada Taurat dan Rasulnya.1 Mendapat rahmat/turhamun yang dipenuhi Allah dalam Taurat tidak sempurna, bila tidak dilanjutkan dengan mengikut al-Qur’an yang penuh berkat. Allah berfirman: “Y‰èδuρ &óx« Èe≅ä3Ïj9 Wξ‹ÅÁø(s?uρ z|¡ômr& ü”Ï%©!$# ’n?tã $Β$yϑs? |=≈tGÅ3ø9$# y›θãΒ $oΨ÷s?#u ¢ΟèO
∩⊇∈⊆∪ tβθãΖÏΒ÷σムóΟÎγÎn/u‘ Ï!$s)Î=Î/ Νßγ‾=yè©9 ZπuΗ÷qu‘uρ Kemudian (ketahuilah pula bahwa) Kami telah memberikan kepada Nabi Musa Kitab Taurat untuk menyempurnakan (kemuliaan dan nikmat Kami) kepada orang yang telah berbuat baik (menjalankan ajaran kitab itu yaitu Nabi Musa), dan untuk menerangkan tiap-tiap sesuatu, serta menjadi petunjuk dan rahmat, supaya mereka beriman kepada pertemuan dengan Tuhan mereka (pada hari akhirat kelak). Surah al-An’am (6): 154. ∩⊇∈∈∪ tβθçΗxqöè? öΝä3ª=yès9 (#θà)¨?$#uρ çνθãèÎ7¨?$$sù Ô8u‘$t6ãΒ çµ≈oΨø9t“Ρr& ë=≈tGÏ. #x‹≈yδuρ “Ini sebuah Kitab (al-Qur’an) yang Kami turunkan, yang ada berkatnya (banyak manfaatnya). Oleh itu, hendaklah kamu menurutnya; dan bertakwalah (kepada Allah), mudahmudahan kamu memperoleh rahmat. Surah al-An’am (6): 155.
Kelima, rahmat Tuhan yang paling tinggi yang diberikan Allah kepada Nabi Musa tapi tidak tertulis secara langsung perkataan rahmat atau sejenisnya di dalamnya ialah dialog yang berlaku antara Musa dengan Tuhan hingga dia diberi gelaran dengan kalimullah/nabi yang berbicara dengan Allah, tanpa prantara dari segala penjuru.2 ... …絚/u‘ …çµyϑ‾=x.uρ $uΖÏF≈s)ŠÏϑÏ9 4y›θãΒ u!%y` $£ϑs9uρ
1 Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 191; lihat Surah al-An'am (6): 153. 2 Al-Mahalli, op.cit., h. 198; al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 469.
206
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Ketika Nabi Musa datang pada waktu yang Kami telah tentukan itu, dan Tuhannya berkata-kata dengannya... Surah al-A’raf (7): 143. Ayat ini mengisyaratkan bahwa Allah berbicara dengan Nabi Musa, tapi aliran pemikiran dalam Islam berbeda pendapat tentang bagaimana Allah berkata-kata. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kalam Tuhan itu dibagi kepada dua pendapat besar: qadim dan makhluk. Pendapat pertama adalah kalam Tuhan adalah qadim ini dianut oleh Ash’ari. Dia berpendapat kalam Allah adalah sifat-Nya yang tidak terdiri dari huruf dan suara.1 Kedua, bahwa kalam Tuhan itu makhluk, pendapat ini dianut oleh Muktazilah. Dia berpendapat Kalam Tuhan berupa huruf yang tersusun dan teratur, dan ia adalah baharu.2 Selain masalah kalam Tuhan dalam kisah Nabi Musa, dapat juga ditemui masalah ketidakmampuan Nabi Musa dalam melihat Allah di dunia. Sebagai rahmat-Nya, Dia menyedarkan akan kedudukan Musa yang manusia yang tidak mampu melihat Tuhan. Bila dipaksakan, maka Musa akan mati. §s)tGó™$# ÈβÎ*sù È≅t6yfø9$# ’n<Î) öÝàΡ$# ÇÅ3≈s9uρ Í_1ts? s9 tΑ$s% 4 šø‹s9Î) öÝàΡr& þ’ÎΤÍ‘r& Éb>u‘ tΑ$s%... 4 $Z)Ïè|¹ 4y›θãΒ §yzuρ $y2yŠ …ã&s#yèy_ È≅t7yfù=Ï9 …絚/u‘ 4’©?pgrB $£ϑn=sù 4 Í_1ts? t∃öθ|¡sù …çµtΡ$x6tΒ
∩⊇⊆⊂∪ tÏΖÏΒ÷σßϑø9$# ãΑ¨ρr& O$tΡr&uρ šø‹s9Î) àMö6è? šoΨ≈ysö6ß™ tΑ$s% s−$sùr& !$£ϑn=sù ...Maka Nabi Musa (merayu dengan) berkata: “Wahai Tuhanku! Perlihatkanlah kepadaku (Zat-Mu Yang Maha Suci) supaya aku dapat melihat-Mu”. Allah berfirman: “Engkau tidak sekali-kali akan sanggup melihat-Ku, tetapi pandanglah ke gunung itu, maka kalau ia tetap berada di tempatnya, niscaya engkau akan dapat melihat-Ku”, Setelah Tuhannya “Tajalla” (menzahirkan kebesaran-Nya) kepada gunung itu, (maka) “Tajalli-Nya” menjadikan gunung itu hancur lebur dan Nabi Musa pun jatuh pengsan. Setelah ia sadar semula, berkatalah ia: “Maha Suci Engkau (wahai Tuhan ku), aku bertaubat kepada-Mu, dan akulah orang yang awal pertama beriman (pada zaman ku). Surah al-A’raf (7): 143. 1 Al-Ash‘ari (1937), op.cit., h. 68-73, al-Razi (1981), op.cit., j. 14, h. 237. 2 Al-Shahrastani, op.cit., j. 1, h. 45.
207
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Ayat ini memaparkan bahwa Nabi Musa dan manusia tidak dapat melihat Allah di dunia. Aliran Pemikiran dalam Islam memiliki perkataan sepakat bahwa manusia berdasarkan pada ayat di atas tidak dapat melihat Allah Ini sangat berbeda dengan Alkitab menurut umat Kristian. Namun pemikiran dalam Islam memiliki dua pendapat asas dalam “melihat Allah di akhirat”. Ash’ari berpendapat bahwa Allah dapat dilihat di akhirat, sementara Muktazilah berpendapat Allah tidak dapat dilihat di dunia dan di akhirat.1 Al-Razi berpendapat bahwa manusia dapat melihat Allah di akhirat walaupun Dia bukan jism dan ‘arad.2 Penulis berpendapat bahwa meyakini salah satu dari dua pendapat ini tidak salah selama tidak bertentangan dengan sifat Jalal-Nya, walaupun menurut konsep rahmat melihat Allah di akhirat adalah bagian dari rahmatNya. Namun yang pasti –sebagaimana yang telah disebutkan di bab kedua tentang ‘Allah dan Asma-Nya- bahwa tidak ada yang tahu tentang akhirat, surga dan neraka sebelum manusia masuk ke dalamnya. Bila aliran pemikiran Islam sepakat bahwa Allah itu tidak ada yang menyerupai-Nya dengan sesuatu apa pun dan Dia tidak dapat dilihat di dunia. Perkara ini berbeda dengan apa yang ditemukan di dalam Alkitab. Di dalam Alkitab ditemukan dua pendapat berbeda. Pertama, “Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya,”3 dan kedua, berpendapat bahwa Nabi Musa berbicara dengan Allah dari belakang, karena wajah-Nya tidak dapat dilihat.4 Penurut penulis ini adalah tashbih/ menyerupakan Khalik dengan makhluk. Dalam pemaparan ini ditemukan lima rahmat Allah kepada Nabi Musa (1) kisah Nabi Musa adalah rahmat, (2) dibantu Harun, dakwah kepada Tauhid, dan doa rahmat, (3) Lauh dan Taurat, (4) keampunan, (5) berkata dengan Allah. Bila dianalisis dan dibandingkan kisah Nabi Musa yang terdapat di dalam al-Qur’an dengan Alkitab Kristian maka ditemukan di dalamnya kisah yang sangat mencengangkan, sehingga akan terwujudlah apa yang dinyatakan al-Qur’an bahwa 1 Al-Ash‘ari (1937), op.cit., h. 42-45, Lihat keterangan tentang “Rahmat Allah di akhirat” mukmin dapat melihat Allah di akhirat. 2 Al-Razi (1981), op.cit., j. 14, h. 238. 3 Alkitab, Perjanjian Lama, Keluaran 33: 11, op.cit., h. 97. 4 Keluaran 33: 21-23, ibid., h. 97
208
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
kisah tentang Nabi Musa di dalam al-Qur’an adalah rahmat, tidak saja bagi umat Islam, tapi bagi siapa saja yang ingin mencari kebenaran. Berikut ini beberapa contoh. Pertama, Musa meminta dari kaumnya untuk tidak mendengar ajakan para nabi,1 ucapan ini membatalkan seluruh rangkaian kenabian.2 Musa meragukan kemampuan Tuhan dengan memperbanyakkan sembelihan sapi dan kambing hingga dapat mengenyangkan orang Israel.3 Kedua, dalam Perjanjian Lama disebutkan bahwa Nabi Harun yang membuat patung anak sapi sebagai sembahan.4 Dalam alQur’an, Harun sebagai nabi dan pembantu Nabi Musa tidak mungkin membuat patung untuk disembah dan dijadikan sekutu Allah. Mana lebih rahmat, seorang nabi mengajak kepada tauhid sebagaimana penjelasan al-Qur’an di atas atau kepada menyembah berhala? Ketiga, bagaimana mungkin Taurat atau Perjanjian Lama menurut versi Kristian merupakan kalam Allah kepada Musa, sementara di dalamnya tertulis kisah tentang kematian Nabi Musa dan hingga saat Alkitab itu dituliskan kuburan Musa tidak diketahui.5 Kelima, bila para pemikir Islam sepakat bahwa Allah tidak dapat dilihat di dunia, dan berbeda tentang melihat-Nya di akhirat, dengan tetap sepakat bahwa Dia bukan jism dan ‘arad, maka Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Musa melihat wajah Tuhan. Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya.6 Merujuk kepada perkara di atas, ditemukan rahmat Allah dalam al-Qur’an menurut perspektif pemikiran Islam lebih terang dibandingkan dengan rahmat-Nya di dalam Alkitab dari perspektif Pemikiran Kristian.
1 Ulangan 13:1-3, ibid., h. 209. 2 Ibn Hazm, op.cit., h. 120. 3 Alkitab, Perjanjian Lama, Bilangan 11:31-35, op.cit., h. 159. 4 Keluaran 32:1-6, ibid., h. 95. 5 Alkitab, Perjanjian Lama, Ulangan 34:10-12, op.cit., h. 236. 6 Keluaran 33: 11, ibid., h. 97.
209
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
4.3.4. Rahmat Allah Kepada Nabi Isa Perkataan Nabi Isa a.s. di dalam al-Qur’an terdapat pada dua puluh lima ayat,1 tiga belas surah. Sementara nama Nabi Muhammad hanya disebutkan sebanyak lima kali.2 Tiga belas surah itu ialah Maryam, al-An’am, al-Shura, al-Zukhruf, al-Mu’minun, alBaqarah, Ali ‘Imran, al-Ahzab, al-Nisa’, al-Hadid, al-Saf, al-Maidah, al-Tawbah, lima surah Makkiyah dan delapan Madaniyyah.3 Ringkasan kisah Nabi Isa ialah dilahirkan tanpa ayah, berbicara di saat bayi, pergi ke Mesir, kembali ke Quds, diangkat menjadi nabi, mukjizat-mukjizat Isa dan diangkat ke langit.4 Karena kelahiran Isa merupakan tanda kuasa Allah yang maha besar, maka kisah Nabi Isa banyak berlegar di sekitar kutub ini. Al-Qur’an pun telah memaparkan permasalahan ini secara sempurna.5 Umat Kristian tidak mengetahui bahwa perlakuan baik yang ditunjukkan muslim terhadap Isa dan ibunya Maryam sebenarnya bersumber dari dasar keimanan mereka, yaitu al-Qur’an. Umat Kristian tidak mengetahui bahwa umat Islam ketika menyebut Isa al-Masih selalu menyertai dengan ungkapan ‘alayhi al-salam/baginya kedamaian. Nabi Isa juga terkadang ditulis dengan panggilan mulia, seperti: Ibn Maryam, al-Masih, ‘Abd/hamba Allah dan Rasul/pesuruh Allah. Nabi Isa termasuk nabi yang mulia dengan gelar ulul azmi. Tidak terdapat satu celaan pun dalam al-Qur’an terhadap Nabi Isa yang dapat dicari oleh orang yang anti Islam sebagai ruang untuk merusak kaedah di atas.6 Rahmat Allah yang paling besar bagi Nabi Isa, yang pertama, adalah tauhid. Perihal ini penting, karena tidak ada kezaliman dan kesesatan yang lebih dari menjadikan nabi sebagai sekutu Tuhan. “Aku tidak mengatakan kepada mereka melainkan apa yang Engkau perintahkan kepadaku mengatakannya, yaitu: `Sembahlah kamu akan Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu ...”7
1 Fayd Allah, op.cit., h. 356. 2 Ahmad Deedat (1989), Christ (Peace be upon him) in Islam, c. 4, Durban: Islamic Propagation Centre International, h. 4. 3 Al-Baqi, op.cit., h. 628; Abu Sir, op.cit., h. 235. 4 Al-Wakil, op.cit., j. 2, h. 430-431. 5 Abu Sir, op.cit., h. 235. 6 Deedat (1989 c.4), op.cit., h. 5. 7 Lihat Surah al-Maidah (5): 117. Lihat juga Surah Maryam (19): 30-33.
210
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Kalau tersalah dan merasa bersalah, bertaubatlah, karena Allah akan mengampuni dan memberi rahmat kepada mereka bila bertaubat.1 Dia berfirman: ∩∠⊆∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θà(xî ª!$#uρ 4 …çµtΡρãÏ(øótGó¡o„uρ «!$# †n<Î) šχθç/θçGtƒ Ÿξsùr& Oleh itu tidakkah mereka mau bertaubat kepada Allah dan memohon keampunannya (sesudah mereka mendengar keterangan-keterangan tentang kepercayaan mereka yang salah dan balasan siksanya)? Padahal Allah Maha pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Maidah (5): 74. Rahmat Allah yang kedua kepada Nabi Isa ialah mukjizat. Mukjizat itu bercorak roh, agar bani Israel tersadar bahwa dunia ini tidak saja terbatas materi.2 Atau disebutkan dengan “izin Allah” berkali-kali untuk menghambat dugaan bahwa Isa menjadi Tuhan berkat mukjizat ini.3 Dalam al-Qur’an mukjizat Nabi Isa terjadi sejak sejak dia baru lahir. «!$# ߉ö7tã ’ÎoΤÎ) tΑ$s% ∩⊄∪ $wŠÎ6|¹ ωôγyϑø9$# ’Îû šχ%x. tΒ ãΝÏk=s3çΡ y#ø‹x. (#θä9$s% ( ϵø‹s9Î) ôNu‘$x©r'sù
Íο4θn=¢Á9$$Î/ Í_≈|¹÷ρr&uρ àMΖà2 $tΒ tør& %º.u‘$t7ãΒ Í_n=yèy_uρ ∩⊂⊃∪ $wŠÎ;tΡ Í_n=yèy_uρ |=≈tGÅ3ø9$# zÍ_9s?#u
∩⊂⊇∪ $|‹ym àMøΒߊ $tΒ Íο4θŸ2¨“9$#uρ Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana Kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?” berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Alkitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; Surah Maryam (19) 29-31.
Ketiga, memiliki pengikut setia yang berhati ra’fah/iba atau riqqah/sensitif atau khashyah/takut, dan rahmat kepada seluruh
1 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 358. 2 Surah Ali 'Imran (3): 49-51. 3 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 203.
211
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
makhluk,1 atau Dia memberkati mereka dengan saling mengasihani dan menyayangi di antara mereka.2 Allah berfirman: $yγ≈uΖö;tGx. $tΒ $yδθããy‰tGö/$# ºπ§‹ÏΡ$t6÷δu‘uρ ZπuΗ÷qu‘uρ Zπsùù&u‘ çνθãèt7¨?$# šÏ%©!$# É>θè=è% ’Îû $oΨù=yèy_uρ... ... «!$# Èβ≡uθôÊÍ‘ u!$tóÏGö/$# āωÎ) óΟÎγøŠn=tæ
...Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutnya perasaan belas kasihan (sesama sendiri). Dan (perbuatan mereka beribadat secara) “Rahbaniyyah” - merekalah saja yang mengadakan dan merekanya; Kami tidak mewajibkannya atas mereka; (mereka berbuat demikian) karena mencari keredaan Allah... Surah al-Hadid (57): 27 Pengikut setia ini terkenal dengan istilah Hawariyyin. Kewujudan pengikut setia sangat penting sebagai penghibur di kala susah dan pembela di saat berjuang. š^$s% ( «!$# ’n<Î) ü“Í‘$|ÁΡr& ôtΒ tΑ$s% tø(ä3ø9$# ãΝåκ÷]ÏΒ 4†|¤ŠÏã ¡§ymr& !$£ϑn=sù *
∩∈⊄∪ šχθßϑÎ=ó¡ãΒ $‾Ρr'Î/ ô‰yγô©$#uρ «!$$Î/ $¨ΨtΒ#u «!$# â‘$|ÁΡr& ßøtwΥ šχθ•ƒÍ‘#uθysø9$# “Maka manakala Nabi Isa berasa (serta mengetahui dengan yakin) akan kekufuran dari mereka (kaum Yahudi), berkatalah ia:” Siapakah penolong-penolongku (dalam perjalananku) kepada Allah (dengan menegakkan agama-Nya)?”. Orangorang “Hawariyyin” (penyokong-penyokong Nabi Isa) berkata: “Kamilah penolong-penolong (utusan) Allah. Kami telah beriman kepada Allah, dan saksikanlah (wahai Nabi Allah) sesungguhnya kami ialah orang-orang Islam (yang berserah bulat-bulat kepada Allah). Surah Ali ‘Imran (3): 52.3
Diangkat Nabi Isa ke sisi Tuhan merupakan sisi keempat dari rahmat-Nya. ... (#ρãx(Ÿ2 tÏ%©!$# š∅ÏΒ x8ãÎdγsÜãΒuρ ¥’n<Î) y7ãèÏù#u‘uρ š‹ÏjùuθtGãΒ ’ÎoΤÎ) #|¤ŠÏè≈tƒ ª!$# tΑ$s% øŒÎ)
(Ingatlah) manakala Allah berfirman: “Wahai Isa! Sesungguhnya Aku akan mengambilmu dengan sempurna,
1 Ibn Kathir, op.cit., j. 4, h. 315. 2 Al-Zamakhshari (2006), op.cit., j. 4, h. 468. 3 Lihat juga Surah al-Maidah (5): 114-118.
212
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
dan akan mengangkatmu ke sisi-Ku, dan akan membersihkanmu dari orang-orang kafir... Surah Ali ‘Imran (3): 55. 1 Puncak kenikmatan adalah berada di sisi Zat Yang Maha Mengasihani. Muslim mengakui kenaikan Isa al-Masih.2 Sebagaimana muslim tidak meragukan kelahirannya tanpa ayah, maka dia juga pasti meyakini kenaikan Isa al-Masih. Di sisi lain, menurut al-Sha’rawi Isra’ Nabi Muhammad dan kenaikan Isa adalah dua perihal yang sama. Yang berbeda, Isa menetap lebih lama di langit sedangkan Nabi Muhammad pulang pada malam yang sama.3 Allah yang Maha Mengasihani tidak membiarkan setiap rasulNya mati tersalib. Mati dibunuh atau syahid bila memperjuangkan agama adalah mulia. Tapi di sisi lain, ia dapat merupakan anggapan buruk bagi musuh Islam, dengan menyatakan: bahwa pesuruh Tuhan mati terbunuh karena Dia tidak dapat menolongnya. Untuk itulah, seorang nabi dapat saja terbunuh, tapi perihal itu tidak berlaku bagi seorang rasul. Ini ditetapkan Allah agar para pembangkang sadar bahwa Allah Maha Kuasa dan kekuasaan-Nya terlaksana tanpa terbantahkan. Bila Dia berkehendak dan berkata: “Kun/jadi” maka jadilah ia.4 Allah berfirman: Å3≈s9uρ çνθç7n=|¹ $tΒuρ çνθè=tFs% $tΒuρ «!$# tΑθß™u‘ zΝtƒótΒ tø⌠$# |¤ŠÏã yx‹Å¡pRùQ$# $uΖù=tGs% $‾ΡÎ) öΝÎγÏ9öθs%uρ
.. 4 öΝçλm; tµÎm7ä© (Disebabkan) dakwaan mereka dengan mengatakan: “Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih Isa Ibn Maryam, Rasul Allah”. Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak memalangnya (di kayu palang - salib), tetapi diserupakan bagi mereka (orang yang mereka bunuh itu seperti Nabi Isa)... Surah al-Nisa’ (4): 157.
1 Lihat juga Surah al-Nisa' (4): 157-159. 2 Walaupun ulama berbeza dalam memahami kenaikan itu, di antaranya ada yang memahami kenaikan Isa ke sisi-Nya adalah pengangkatan darjat beliau. Lihat al-Razi (1981), op.cit., j. 8, h. 77. 3 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 19, h. 11815. 4 Ibid.
213
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Peristiwa yang terkesan bertentangan dengan rahmat Allah ialah lahir tanpa bapa. Kelahiran Isa tanpa bapa ini sempat membuat Maryam bimbang dan berduka cita, tapi Dia boleh menciptakan manusia tanpa bapa karena Dia kuasa, dan kekuasaan-Nya harus diakui itulah kaitan lafaz “Allah” dan Rahman dalam bismillah.1 Berkat kuasa Allah, Dia juga menciptakan Hawa tanpa ibu dan Adam tanpa ayah dan ibu.2 ∩⊆∠∪ ãβθä3u‹sù ä. …çµs9 ãΑθà)tƒ $yϑ‾ΡÎ*sù #\øΒr& #|Ós% #sŒÎ) 4 â!$t±o„ $tΒ ß,è=÷‚tƒ ª!$# Å7Ï9≡x‹Ÿ2 tΑ$s%... ... Allah berfirman; “Demikianlah keadaannya, Allah menjadikan apa yang dikehendaki-Nya; apabila Ia berkehendak melaksanakan sesuatu perkara, maka Ia hanyalah berfirman kepadanya: `Jadilah engkau’, lalu menjadilah ia.” Surah Ali ‘Imran (3): 47. Sementara umat Kristian yang mengatakan bahwa Isa adalah anak Tuhan karena lahir tanpa bapa adalah salah. Allah tidak layak punya anak. “Tiadalah layak bagi Allah mempunyai anak. Maha Sucilah Dia. Apabila menetapkan jadinya sesuatu perkara, maka hanyalah Ia berfirman kepadanya: “Jadilah engkau”, lalu menjadilah ia.” 3 Ucapan Isa masa kanak-kanak “Ia telah memberikan kepadaku Kitab (Injil), dan Ia telah menjadikan daku seorang nabi” membebaskan ibunya dari segala tuduhan keji. Dan ucapannya “bahwa dia adalah hamba Allah” mengisyaratkan bahwa dia bukan anak Tuhan.4 Rahmat Allah kepada Nabi Isa dalam tulisan ini dapat disimpulkan pada lima perkara (1) tauhid dan taubat, (2) mukjizat, (3) pengikut setia, (4) tidak disalib (5) kenaikan. Bila dianalisis dan membandingkannya dengan Alkitab maka ditemukan pertama di dalam Alkitab Yesus sebagai anak Allah yang menyebabkan pemahaman tauhid bercampur dengan Tri tunggal5, dan pemahaman bagi orang yang ingin taubat harus menerima prinsip “Anak Tuhan diturunkan untuk disalib sebagai penebus dosa”,6 Dan 1 Lihat kaitan lafaz ‘Allah” dengan Rahman dalam Rahmat Allah dalam al-Fatihah. 2 Lihat Surah Ali ‘Imran (3): 59. 3 Lihat Surah Maryam (19): 35. 4 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 119. 5 Lihat pembahasan “Rahman” dalam penelitian ini yang terkait dengan “Tauhid”. 6 Lihat pembahasan “konsep Taubat” dalam penelitian ini.
214
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.”1 Kedua, bandingkan mukjizat Nabi Isa dalam al-Qur’an yang terjadi sejak lahir, dibandingkan dengan dalam Alkitab, di mana mukjizat Yesus yang pertama adalah merubah air menjadi wine/anggur ‘minuman memabukkan’.2 Inilah mengapa umat Kristian kecanduan dengan wine atau yang dikenal dengan istilah alcoholics.3 Ketiga, pengikut setia. Keempat, tidak disalib, berdasarkan kuasa Allah. Umat Kristian yakin bahwa Yesus disalib.4 Tujuannya adalah untuk menghapuskan dosa manusia. “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.”5 Menurut penulis, tidak disalib Nabi Isa lebih merupakan unsur rahmat Allah dari disalib demi menghapus dosa yang tidak dilakukan Isa. Jika Allah Maha Kuasa, maka Dia dapat menghapuskan dosa tanpa harus menyalib makhluk, apalagi anakNya.
1 Alkitab, Perjanjian Baru, Matius 14:33, op.cit., h. 19, Matius 16:16, ibid., h. 21. 2 Yohanes 2:1-10, ibid., h. 112. 3 Deedat (1989 c. 4), op.cit., h. 18 4 Lihat Alkitab, Perjanjian Baru, Matius 20:19, op.cit., h. 26, lihat juga Matius 27:31-38. 5 Alkitab, Perjanjian Baru, I Petrus 2:24, op.cit., h. 279.
215
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
4.4. RAHMAT ALLAH KEPADA MUSUH
4.4.1. Rahmat Allah Kepada Iblis dan Syaitan Sebelum melangkah kepada rahmat Allah kepada Iblis dan syaitan, ada baiknya tulisan ini dimulai dengan pengkajian hakikat Iblis dan syaitan. Secara umum, arti syaitan adalah segala sesuatu yang menjauhkan manusia dari ketaatan kepada Allah dan menggoda ke jalan yang sesat.1 Al-Sha’rawi membagi makhluk yang memiliki ikhtiar kepada tiga: syaitan, jin dan manusia,2 atau empat ditambah dengan malaikat, sebagaimana pendapat al-Razi.3 Berdasarkan al-Qur’an, ditemui perbedaan pendapat tentang jin dan syaitan. Pada beberapa ayat dinyatakan bahwa keduanya berbeda, karena Allah menyebutkan nama keduanya.4 Pendapat yang lain menyatakan bahwa surah Jin ditemukan ada jin yang baik dan buruk, yang buruk itulah namanya syaitan.5 Perihal ini tidak menafikan bila syaitan merupakan jenis makhluk tersendiri.6 Nabi berkata: “A’uzubika minka/Aku berlindung kepada-Mu dari-Mu.” Kata al-Razi hadis ini mengisyaratkan bahwa segala perbuatan kembali kepada Allah termasuk perbuatan syaitan.7 Iblis adalah jin yang paling taat beribadah, dia bukan dari jenis malaikat.8 Allah berfirman: ÌøΒr& ôtã t,|¡x(sù ÇdÉfø9$# zÏΒ tβ%x. }§ŠÎ=ö/Î) HωÎ) (#ÿρ߉yf|¡sù tΠyŠKψ (#ρ߉ß∨ó™$# Ïπs3Í×‾≈n=yϑù=Ï9 $uΖù=è% øŒÎ)uρ ..ÿϵÎn/u‘
(Ingatkanlah peristiwa) ketika Kami berfirman kepada malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”; lalu mereka sujud 1 Al-Razi (1981), op.cit., j. 1, h. 71-17, Sheikh Muhammad Mutawalli al-Sha'rawi (1990), al-Shaytan wa al-Insan, Kairo: Akhbar al-Yaum, h. 6. 2 Al-Sha'rawi (1990), Shaytan, op.cit., h. 6. 3 Al-Razi, op.cit., j. 1, h. 82. 4 Terdapat lapan puluh lapan perkataan Syaitan dalam al-Qur’an, al-Baqi, op.cit., h. 485486; dan terdapat 27 kali perkataan al-jin dalam al-Qur’an, al-Baqi, op.cit., h. 228. 5 Lihat Surah al-Jin (72): 14-15. Al-Sha'rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 6, h. 3719-3720. Lihat juga al-Kahfi (18): 50 tentang Iblis dari Jin. 6 Al-Sha‘rawi (1990), Shaytan, op.cit., h. 13-14. 7 Al-Razi, op.cit., j. 1, h. 87. 8 Al-Sha‘rawi (1990), Shaytan, op.cit., h. 13.
216
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
melainkan iblis; ia adalah berasal dari golongan jin, lalu ia menderhaka terhadap perintah Tuhannya. Surah al-Kahfi (18): 50. Menurut Muktazilah, iblis bukan sebagian dari malaikat, ia adalah sebagian dari jin. Menurut Hulaymi dari ahli fikih bahwa iblis dari malaikat.1 Ketaatan beribadah ini membuatnya sombong dan angkuh. Manakala Allah hendak menciptakan Adam a.s. Allah memerintahkan seluruh malaikat untuk sujud kepadanya, namun Iblis tidak mau sujud, hingga dicaplah Iblis sebagai makhluk yang kufur. Allah berfirman: HωÎ) (#ÿρ߉yf|¡sù tΠyŠKψ (#ρ߉àfó™$# Ïπs3Í×‾≈n=yϑù=Ï9 $uΖù=è% §ΝèO öΝä3≈tΡö‘§θ|¹ §ΝèO öΝà6≈oΨø)n=yz ô‰s)s9uρ
∩⊇⊇∪ šÏ‰Éf≈¡¡9$# zÏiΒ ä3tƒ óΟs9 }§ŠÎ=ö/Î) Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu, lalu Kami membentuk rupa kamu, kemudian Kami berfirman kepada malaikat-malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, lalu mereka sujud melainkan Iblis, ia tidaklah termasuk dalam golongan yang sujud. Surah al-A’raf (7): 11. Bukti rahmat Allah kepada Iblis yang pertama ialah dia mendapat ilmu yang banyak, makhluk yang lebih taat dari malaikat, karena malaikat memang terpaksa untuk taat. Iblis taat atas pilihan sendiri. Iblis dapat menghadiri majlis malaikat.2 Kedua, diajak dialog bila berlaku ketidakpahaman. Perihal itu terlihat pada saat Iblis tidak mau mentaati perintah Allah untuk menyembah Adam. Dia tidak serta merta mengutuknya. Tetapi apabila ditanya terlebih dahulu, hujjah mengapa Iblis melakukan perihal yang sangat bertolak belakang dengan keperibadiannya yang sangat taat beribadah. Namun dia menjawab perintah Tuhan: ∩⊇⊄∪ &ÏÛ ÏΒ …çµtGø)n=yzuρ 9‘$‾Ρ ÏΒ Í_tFø)n=yz çµ÷ΖÏiΒ ×öyz O$tΡr&...
“Saya lebih baik darinya, Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah” Surah al-A’raf (7):12
1 Al-Razi, op.cit., j. 2, h. 185 2 Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 77.
217
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Allah tidak menanya Iblis tentang perbedaannya dengan Adam. Namun Dia menanyakan dengan ‘ilmu Azali’ bahwa Iblis enggan dengan ikhtiarnya, bukan dengan paksaan. Iblis meyakini bahwa dia lebih mulia dari Adam, dan dalam pandangannya tidak sah yang tinggi sujud kepada yang lebih rendah.1 Lebih dari itu, seolaholah Iblis mempersalahkan Allah atas perintahnya. Dan mengembalikan perintah kepada Zat yang memerintahkan. Ini merupakan puncak pembangkang. Ketiga, rahmat Allah kepada Iblis adalah dikabulkan permintaannya. Setelah Iblis bertahan pada pendiriannya yang salah dan tidak mau minta maaf. Ini merupakan puncak kesalahan. Atas dasar rahmat-Nya, permintaan Iblis dalam dua perkara tetap dikabulkan-Nya. Pertama, minta untuk memiliki umur panjang. Artinya beri tempoh waktu pada saya dan jangan cabut nyawaku dengan cepat.2 Kedua, permintaan untuk dapat menggoda Adam. Allah berfirman: ∩⊇⊆∪ tβθèWyèö7ムÏΘöθtƒ 4’n<Î) þ’ÎΤöÏàΡr& tΑ$s%
Iblis berkata: “Berilah tempoh kepadaku hingga hari mereka dibangkitkan (hari kiamat)”. Surah al-A’raf (7): 14. ∩⊇∉∪ tΛÉ)tFó¡ãΚø9$# y7sÛ≡uÅÀ öΝçλm; ¨βy‰ãèø%V{ ‘ÏΖoK÷ƒuθøîr& !$yϑÎ6sù tΑ$s% Iblis berkata: “Oleh karena Engkau (wahai Tuhan) menyebabkan daku tersesat (maka) demi sesungguhnya aku akan mengambil tempat menghalangi mereka (dari menjalani) jalan-Mu yang lurus.” Surah al-A’raf (7): 16. Kesan yang bertentangan dengan rahmat Allah adalah apakah hanya karena tidak mau sujud akan dilaknat seumur hidup dan masuk neraka kekal selamanya? Al-Sya’rawi menjawab: “Ya, itu karena dia telah takabur.” Allah berfirman:
1 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 7, h. 4064. 2 Ibid., j. 7, h. 4068.
218
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
ÏΒ …çµtGø)n=yzuρ 9‘$‾Ρ ÏΒ Í_tFø)n=yz çµ÷ΖÏiΒ ×öyz O$tΡr& tΑ$s% ( y7è?ó÷s∆r& øŒÎ) y‰àfó¡n@ āωr& y7yèuΖtΒ $tΒ tΑ$s%
& ÏÛ Allah berfirman: “Apakah penghalangnya yang menyekatmu dari sujud manakala Aku perintahmu?” Iblis menjawab: “Aku lebih baik dari Adam, Engkau (wahai Tuhan) jadikan daku dari api sedang dia Engkau jadikan dari tanah.” Surah al-A’raf (7): 12. Seakan-akan Allah telah dilupakannya, dan bangga karena diciptakan dari api sementara manusia dari tanah. Keangkuhan ini sudah cukup syarat untuk diazab selamanya di neraka dan terlepas dari rahmat-Nya.1 Dia berfirman: ∩⊇⊂∪ tÌÉó≈¢Á9$# zÏΒ y7¨ΡÎ) ólã÷z$$sù $pκÏù t¬6s3tFs? βr& y7s9 ãβθä3tƒ $yϑsù $pκ÷]ÏΒ ñÝÎ7÷δ$$sù tΑ$s%
Allah berfirman: “Turunlah engkau dari surga ini, karena tidak patut engkau berlaku sombong di dalamnya; oleh sebab itu keluarlah, sesungguhnya engkau dari golongan yang hina”. Surah al-A’raf (7): 13. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rahmat Allah kepada Iblis dan syaitan adalah tiga: (1) ilmu, (2) diajak dialog, (3) dikabulkan permintaan. Ini menjadi pembelajaran Allah Yang Maha Rahmat bukan Tuhan Pendendam. 4.4.2. Rahmat Allah Kepada Firaun Perkataan Firaun di dalam al-Qur’an berjumlah tujuh puluh dua (72) ayat.2 Rahmat Allah yang pertama kepada Firaun adalah perintah-Nya kepada Nabi Musa dan Harun a.s., untuk berkata kepadanya dengan perkataan yang lemah lembut. ∩⊆⊆∪ 4y´øƒs† ÷ρr& ã©.x‹tFtƒ …ã&©#yè©9 $YΨÍh‹©9 Zωöθs% …çµs9 Ÿωθà)sù
Kemudian hendaklah kamu berkata kepadanya, dengan katakata yang lemah-lembut, semoga ia beringat atau takut. Surah Taha (20): 44.
1 Al-Sha‘rawi (1990), Shaytan, op.cit., h. 22. 2 Fayd Allah, op.cit., h.357.
219
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Ungkapan ini mengatakan betapa pemimpin yang mengaku dirinya Tuhan berhadapan dengan seorang nabi kalimullah yang maksum, tapi Allah masih berpesan kepada nabi tersebut untuk berkata di hadapan Firaun dengan perkataan yang lemah lembut, mudah dan penuh kasih sayang, karena perkara itu lebih membekas di jiwa dan lebih meresap dan berkesan. Semoga perkara itu menyebabkannya sadar diri dari kesesatannya selama ini.1 Kedua, Allah sangat mengasihani seluruh manusia termasuk Firaun. Bukti rahmatnya yang paling mendalam, pendidikan dan peringatan yang diberikannya kepada Firaun bahwa dia adalah makhluk dan khalifah. Di antara peringatan itu diberikan dalam wujud kemarau dan kekurangan buah-buahan. Tujuannya agar dia insaf dan mengambil pelajaran. Karena musibah membuat manusia dapat menyebabkan manusia kembali kepada Allah dan melunakkan hati yang keras.2 Allah berfirman: ∩⊇⊂⊃∪ tβρãā2¤‹tƒ óΟßγ‾=yès9 ÏN≡tyϑ¨V9$# zÏiΒ <Èø)tΡuρ tÏΖÅb¡9$$Î/ tβöθtãöÏù tΑ#u !$tΡõ‹s{r& ô‰s)s9uρ Sesungguhnya Kami telah menimpakan Firaun dan kaumnya dengan musim kemarau dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka insaf mengambil pelajaran. Surah al-A’raf (7): 130. Ketiga, rahmat-Nya kepada Firaun ialah bahwa kehancuran yang menimpanya tidak berlangsung secara spontan dan sekaligus, namun bertahap setelah melalui beberapa proses, dengan tujuan agar setiap kali tertimpa musibah mereka dapat kembali kepada Allah. 3 Dimulai dari kekuasaan Allah merubah tongkat Musa menjadi ular untuk menyatakan bahwa Musa adalah utusannya dan mukjizatnya adalah tongkat itu, hingga sembilan ayat turun secara silih berganti sebagai peringatan kepadanya, namun perihal itu tidak juga meruntuhkan ketuhanan Firaun yang palsu, dan tidak membuatnya beriman kepada Allah.4 Sembilan ayat itu ialah: berupa taufan, belalang, kutu, katak, darah, masa kekeringan yang panjang, dan krisis buah-buahan, dan ditambah lagi dengan tongkat serta tangan yang mengeluarkan cahaya putih. 5 Allah berfirman: 1 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 153, lihat Surah al-Nahl (16): 125. 2 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 467. 3 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 7, h. 4307. 4 Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 241. 5 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 7, h. 4320-4321.
220
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
;M≈n=¢Áx(•Β ;M≈tƒ#u tΠ¤$!$#uρ tíÏŠ$x(āÒ9$#uρ Ÿ≅£ϑà)ø9$#uρ yŠ#tpgø:$#uρ tβ$sùθ’Ü9$# ãΝÍκön=tã $uΖù=y™ö‘r'sù
∩⊇⊂⊂∪ šÏΒÍ÷g’Χ $YΒöθs% (#θçΡ%x.uρ (#ρçy9ò6tGó™$$sù (Allah berfirman): Kami pun mengantarkan kepada mereka (1) taufan, dan (2) belalang, dan (3) kutu, dan (4) katak, dan (5) darah, sebagai tanda-tanda dan bukti yang jelas nyata, maka mereka juga tetap berlaku sombong takabur dan menjadi kaum yang menderhaka. Surah al-A’raf (7): 133. Peristiwa yang dikesan bertentangan dengan rahmat Allah adalah kenapa Allah yang Maha Mengasihani itu akhirnya menenggelamkan Firaun dalam keadaan hampir beriman? Kenapa tidak dibiarkan dia mengucap syahadat lalu wafat? Bila rahmat yang diberi silih berganti sudah tidak dihiraukan, maka ditenggelamkan ke dalam Laut Merah1 adalah keadilan yang ditegakkan dan juga merupakan bagian tidak terpisah dari rahmat. Allah berfirman:
$pκ÷]tã (#θçΡ%Ÿ2uρ $uΖÏG≈tƒ$t↔Î/ (#θç/¤‹x. öΝåκ¨Ξr'Î/ ÉdΟuŠø9$# ’Îû öΝßγ≈oΨø%tøîr'sù öΝåκ÷]ÏΒ $uΖôϑs)tFΡ$$sù
∩⊇⊂∉∪ šÎ=Ï(≈xî Maka Kami pun membalas mereka, lalu Kami menenggelamkan mereka di laut dengan sebab mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka sentiasa lalai darinya. Surah al-A’raf (7): 136.
Dari penguraian ini ditemukan rahmat-Nya kepada Firaun adalah (1) berkata lemah lembut kepada Firaun, (2) peringatan, (3) cobaan diturunkan bertahap, agar bertaubat. Allah tidak menerima taubatnya, karena dia telah mendustakan-Nya. Peristiwa ini menjadi rahmat bagi yang lain, karena ia dapat dijadikan pelajaran dalam bertaubat.
1 Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 242.
221
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
4.4.3. Rahmat Allah Kepada Bani Israel Rahmat Allah yang pertama dan sangat jelas kepada bani Israel ialah firman Allah: zÏiΒ ΟçGΨä3s9 …çµçFyϑômu‘uρ öΝä3ø‹n=tã «!$# ã≅ôÒsù Ÿωöθn=sù ( y7Ï9≡sŒ ω÷èt/ -∅ÏiΒ ΟçGøŠ©9uθs? §ΝèO
∩∉⊆∪ tÎÅ£≈sƒø:$# Kemudian sesudah itu kamu membelakangkan perjanjian setia kamu itu (tidak menyempurnakannya); maka kalau tidaklah karena limpah kurnia Allah dan belas kasihan-Nya kepada kamu, niscaya menjadilah kamu dari golongan orang-orang yang rugi. Surah al-Baqarah (2): 64.
Puncak rahmat Allah kepada mereka ialah mengutus Rasul penutup yang telah lama mereka nantikan, yaitu Nabi Muhammad s.a.w. sebagai nabi penuh rahmat, atau rahmat dalam arti dibukanya pintu keampunan, atau diarahkan mereka kepada agama Islam yang tidak ada penyimpangan di dalamnya.1 Di samping itu, rahmat Allah berupa iman ini masih ditemukan tiga nikmat besar yang harus mereka syukuri sebagai balasan dari rahmat-Nya: nikmat materi, ilmu dan aman. Nikmat rububiyah/materi pertama dan kedua yang paling nyata mereka terima adalah Allah menaungi mereka dengan awan dari panas matahari di padang pasir dan diturunkan kepada mereka “Mann” dan “Salwa”, sebagai kurnia dan rahmat-Nya kepada mereka.2 Terpancutnya dari batu dua belas mata air; sehingga tiaptiap satu aliran di antara mereka telah mengetahui tempat minumnya masing-masing.3 Nikmat kedua adalah nikmat ilmu, dalam terbongkarnya rahasia siapa pembunuh yang menghebohkan kampung bani Israel, dengan memukulkan si mati dengan sebagian anggota lembu yang mereka sembelih itu, sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya, supaya mereka memahaminya.4 Pemahaman akan kekuasaan Tuhan dalam menghidupkan seorang manusia mati mengesankan akan kekuasaan-Nya kepada kemampuan-Nya dalam menghidupkan 1 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 1, h. 380. 2 Lihat Surah al-Baqarah (2): 57. 3 Lihat Surah al-Baqarah (2): 60. 4 Lihat Surah al-Baqarah (2): 73.
222
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
seluruh manusia,1 atau diturunkannya Taurat dan Tabut kepada Nabi Musa yang mengandung petunjuk dan cahaya yang menerangi hukum syariat sebagai pegangan bagi nabi-nabi, ulama dan pendeta.2 (#ρߊ$yδ tÏ%©#Ï9 (#θßϑn=ó™r& tÏ%©!$# šχθ–ŠÎ;¨Ψ9$# $pκÍ5 ãΝä3øts† 4 Ö‘θçΡuρ “W‰èδ $pκÏù sπ1u‘öθ−G9$# $uΖø9t“Ρr& !$‾ΡÎ) ...â‘$t6ômF{$#uρ
t θ–ŠÏΨ≈−/§9$#uρ β Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, yang mengandung petunjuk dan cahaya yang menerangi; dengan Kitab itu nabi-nabi yang menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendeta-pendetanya (menjalankan hukum Allah)... Surah al-Maidah (5): 44.3
Nikmat ketiga yaitu nikmat aman terdiri dari beberapa hal. Pertama, Allah selamatkan mereka dari Firaun dan kaumnya, yang menyiksa mereka dengan azab siksa yang seburuk-buruknya; mereka membunuh anak-anak lelaki dan membiarkan hidup anakanak perempuan agar kelak ketika sudah gadis dapat dipermalukan dan dijadikan budak. Hal yang demikian itu mengandung cobaan yang besar dari Tuhan.4 öΝä.u!$oΨö/r& tβθè=ÏnGs)ム( É>#x‹yèø9$# uþθß™ öΝà6tΡθãΒθÝ¡o„ šχöθtãöÏù ÉΑ#u ôÏiΒ Νà6≈uΖøŠpgΥr& øŒÎ)uρ
∩⊇⊆⊇∪ ÒΟŠÏàtã öΝà6În/§‘ ÏiΒ ÖIξt/ Νà6Ï9≡sŒ ’Îûuρ 4 öΝä.u!$|¡ÎΣ šχθãŠóstFó¡tƒuρ (Tuhan berfirman): Ingatlah ketika Kami selamatkan kamu dari Firaun dan kaumnya, yang menyiksa kamu dengan azab siksa yang seberat-berat dan seburuk-buruknya; mereka membunuh anak-anak lelaki kamu dan membiarkan hidup anak-anak perempuan kamu; dan (ingatlah bahwa) yang demikian itu mengandung cobaan yang besar dari Tuhan kamu. Surah al-A’raf (7): 141.5
1 Al-Mahalli, op.cit., h. 13. 2 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 345. 3 Lihat juga Surah al-A'raf (7): 145. 4 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 469. 5 Lihat juga Surah al-Baqarah (2): 49.
223
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Kedua, nikmat Allah kepada bani Israel ialah perkataannya untuk berpindah dari gurun Tih untuk masuk ke Palestina1 agar meraih aman, karena Palestina adalah negeri, di mana bekal kehidupan lebih tersedia, dibandingkan gurun pasir Tih. Semua nikmat di atas akan menjadi sirna bila tidak disinari dengan cahaya iman. Perintah tunduk merendah diri; dan minta ampun dengan berkata: ‘Ya Allah ampunilah dosa kami’ telah diganti oleh orang-orang yang zalim dan penderhaka dengan mengubah perkataan yang dikatakan kepada mereka dengan melakukan sebaliknya.2 Allah menghukum mereka dengan taufan yang terjadi selama satu jam dan mematikan tujuh puluh ribu orang.3 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan tiga rahmat Allah yang besar bagi Bani Israel: (1) ilmu, (2) jasmani dan (3) aman. Ketiga-tiga rahmat ini akan memudaratkan pemiliknya bila tidak diganding dengan iman. Selain itu terdapat juga nikmat iman yang mereka peroleh berkat diutusnya Nabi Muhammad sebagai nabi penutup bagi bani Israel dan alam. Namun sayang apabila rahmat sebagai sifat Tuhan yang dominan dibalas bani Israel dengan kemusyrikan. Setiap masa ditemukan kemusyrikan dalam bentuk pembangkang. Ketika Allah berjanji kepada Nabi Musa untuk memberi Taurat kepadanya sesudah ia bersiap selama empat puluh malam, ditemukan bani Israel menyembah patung anak lembu.4 Penodaan agama yang mereka lakukan tidak membuat Allah menutup pintu taubat, bahkan Allah menyatakan di saat mereka derhaka Dia adalah Tuhan yang Maha Penerima taubat lagi Maha Mengasihani. Allah berfirman: (#þθç/θçGsù Ÿ≅ôfÏèø9$# ãΝä.ÏŒ$sƒÏkB$$Î/ Νà6|¡à(Ρr& öΝçFôϑn=sß öΝä3‾ΡÎ) ÉΘöθs)≈tƒ ϵÏΒöθs)Ï9 4y›θãΒ tΑ$s% øŒÎ)uρ
uθèδ …çµ‾ΡÎ) 4 öΝä3ø‹n=tã z>$tGsù öΝä3Í←Í‘$t/ y‰ΨÏã öΝä3©9 ×öyz öΝä3Ï9≡sŒ öΝä3|¡à(Ρr& (#þθè=çFø%$$sù öΝä3Í←Í‘$t/ 4’n<Î)
∩∈⊆∪ ÞΟŠÏm§9$# Ü>#§θ−G9$# “(Kenangkanlah) ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya: “Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu telah menganiaya diri kamu sendiri dengan sebab kamu menyembah patung anak 1 Lihat Surah al-Baqarah (2): 58, Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 60. 2 Lihat Surah al-Baqarah (2): 58. 3 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 60. 4 Lihat Surah al-Baqarah (2): 51.
224
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
lembu itu, maka bertaubatlah kamu kepada Allah yang menjadikan kamu; yaitu bunuhlah diri kamu. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu di sisi Allah yang menjadikan kamu, supaya Allah menerima taubat kamu itu. Sesungguhnya Dia lah Yang Maha Pengampun (Penerima taubat), lagi Maha Mengasihani”. Surah al-Baqarah (2): 54. Cara bertaubat pada zaman Nabi Musa adalah dengan cara orang baik membunuh orang yang jahat. Matlamat ini agar mendapat reda dari hukuman Allah,1 atau sebagian aliran membunuh sebagian aliran yang lain dengan khanjar, karena cuaca gelap, yang meninggal dinilai syahid dan yang hidup diterima taubatnya. Terbunuh pada saat ini tujuh puluh ribu orang.2 Sesungguhnya Dia lah Yang Maha Pengampun (Penerima taubat), lagi Maha Mengasihani. Inilah manusia yang berhak mendapat murka/maghdubu ‘alayhim yang setiap muslim meminta dari Allah untuk terhindar darinya dalam setiap salat di dalam surah al-Fatihah. Benar, mereka tidak beramal sehingga berhak mendapat murka. Karena orang yang berilmu tapi tidak diamalkan layak mendapatkan ghadb/murka.3 Atau mereka telah berbuat melampaui batas, karena dengan yang demikian mereka akan ditimpa kemurkaan Tuhan.4 Walaupun demikian bila mereka taubat, Allah tetap membuka pintu taubat bagi mereka sebagaimana lanjutan surah Taha (20): 82: ∩∇⊄∪ 3“y‰tF÷δ$# §ΝèO $[sÎ=≈|¹ Ÿ≅ÏΗxåuρ ztΒ#uuρ z>$s? yϑÏj9 Ö‘$¤(tós9 ’ÎoΤÎ)uρ
Sesungguhnya Aku yang amat memberi ampun kepada orangorang yang bertaubat serta beriman dan beramal soleh, kemudian ia tetap teguh menurut petunjuk yang diberikan kepadanya. Surah Taha (20): 82
1 Al-Sabuni,op.cit., j. 1, h. 58. 2 Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 92. 3 Ibid, j. 1, h. 29. 4 Lihat Taha (20): 81.
225
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
4.4.4. Rahmat Allah Kepada Kaum Kafir Kafir secara bahasa berasal dari perkataan kafara yang bermakna satara/menutupi. Menurut al-Sha’rawi, dari makna ini bahwa kekufuran kaum kafir terhadap Allah adalah isyarat bahwa mereka mengakui kewujudan Allah di dalam hati kecilnya, hanya saja mereka menutupinya karena lupa atau ingin menguasai, sehingga mereka digelar dengan kaum kafir/kaum yang menutupi kewujudan Allah sebagai Tuhan.1 Kafir secara istilah bermakna ‘adam al-tasdiq al-rasul fi shay’ mimma ‘ullima bi al-darurah majiuhu bihi/tidak mempercayai apa yang dibawa rasul dari sesuatu yang harus diketahui secara daruri kedatangannya. Seperti orang yang mengingkari kewujudan Pencipta.2 Sebagai mana penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa Allah tidak pernah membenci orang atau suku dan bangsa tertentu, yang dibencinya adalah sifat kufur dan kemusyrikan. Dia menginginkan setiap manusia mengesakan-Nya, demi memudahkan jalan hidup manusia itu sendiri. Untuk itu Allah mengajak sujud kepada diri-Nya yang Rahman, namun tetap saja orang kafir enggan melakukannya. öΝèδyŠ#y—uρ $tΡããΒù's? $yϑÏ9 ߉àfó¡nΣr& ß≈oΗ÷q§9$# $tΒuρ (#θä9$s% Ç≈uΗ÷q§=Ï9 (#ρ߉ß∨ó™$# ãΝßγs9 Ÿ≅ŠÏ% #sŒÎ)uρ
∩∉⊃∪ ) #Y‘θà(çΡ Apabila dikatakan kepada mereka (yang musyrik itu): “Sujudlah kamu kepada Rahman (Tuhan Yang Maha Pemurah)!” Mereka bertanya: “Siapakah Rahman itu? Patutkah kami sujud kepada apa saja yang engkau perintahkan kami?” Perintah yang demikian, menjadikan mereka bertambah liar ingkar. Surah al-Furqan (25): 60.
Rahmat Allah pertama, Dia adalah Tuhan yang penuh rahmat tetap memberi rezeki kepada semua kaum kafir. Kejayaan iman seharusnya tidak membuat Ibrahim meminta kepada Allah agar rezeki orang kafir dihambat.3
1 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 1, h. 137. 2 Al-Razi, op.cit., j. 2, h. 37-38. 3 Al-Sha‘rawi (2004), op.cit., j. 2, h. 439.
226
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
ztΒ#u ôtΒ ÏN≡tyϑ¨V9$# zÏΒ …ã&s#÷δr& ø−ã—ö‘$#uρ $YΖÏΒ#u #µ$s#t/ #x‹≈yδ ö≅yèô_$# Éb>u‘ ÞΟ↵Ïδ≡tö/Î) tΑ$s% øŒÎ)uρ
... ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ Νåκ÷]ÏΒ (Ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berdoa dengan berkata: “Wahai Tuhanku! Jadikanlah (negeri Mekah) ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari berbagai jenis buah-buahan kepada penduduknya, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat di antara mereka”... Surah al-Baqarah (2): 126. ∩⊇⊄∉∪ çÅÁyϑø9$# }§ø♥Î/uρ ( Í‘$¨Ζ9$# É>#x‹tã 4’n<Î) ÿ…çν”sÜôÊr& §ΝèO Wξ‹Î=s% …çµãèÏnGtΒé'sù tx(x. tΒuρ tΑ$s% (...
Allah berfirman: “(Permohonan mu itu diterima) tetapi barang siapa yang kufur dan ingkar maka Aku akan beri juga ia bersenang-senang menikmati rezeki itu bagi sementara di dunia, kemudian Aku memaksanya dengan menyeretnya ke azab neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. Surah al-Baqarah (2): 126. Maksudnya, Allah akan memberi rezeki kepada kaum kafir1 sebagaimana Dia telah dan akan memberinya kepada mukminin. Apakah Dia menciptakan makhluk lalu tidak memberi mereka rezeki!?2 Inilah rahmat Tuhan kepada kafir di dunia. Sementara rahmat-Nya di akhirat hanya diberikannya khusus kepada mukmin. Perihal ini sesuai dengan pesan Allah yang Maha Mengasihani pada penutupan ayat di atas. Timbul pertanyaan, apakah Allah memerlukan sembahan hamba dan makhluk? Jawabannya, Dia Maha Kaya dan tidak memerlukan sembahan makhluk dan hamba-Nya. Tidak bermanfaat ketaatan bagi-Nya dan tidak membahayakan-Nya kemaksiatan. Dia pemilik rahmat untuk diserahkan kepada para wali dan orang-orang yang taat, atau menurunkan rahmat dengan menunda azab kepada orang yang melanggar.3 Sementara mereka miskin dan fakir di hadapan-Nya. Dia dapat saja membinasakan makhluk dan menggantikannya dengan makhluk yang taat kepada-Nya.4
1 Ibn Kathir, op.cit., j. 1, h. 175. 2 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 94. 3 Ibid., j. 1, h. 420. 4 Ibn Kathir, op.cit., j. 2, h. 178.
227
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
â!$t±o„ $¨Β Νà2ω÷èt/ .ÏΒ ô#Î=÷‚tGó¡o„uρ öΝà6ö7Ïδõ‹ãƒ ù't±o„ βÎ) 4 Ïπyϑôm§9$# ρèŒ ÷Í_tóø9$# šš/u‘uρ
∩⊇⊂⊂∪ šÌyz#u BΘöθs% Ïπ−ƒÍh‘èŒ ÏiΒ Νà2r't±Ρr& !$yϑx. Tuhanmu Maha Kaya, lagi Melimpah-limpah rahmat-Nya. Jika Ia kehendaki, niscaya Ia binasakan kamu dan menggantikan sesudah (binasanya) kamu dengan barang siapa yang dikehendaki-Nya, sebagaimana Ia telah menjadikan kamu dari keturunan kaum yang lain. Surah al-An’am (6): 133. Kedua, hidayah dilalah dan keampunan bila bertaubat serta penundaan siksa azab. Allah Maha luas ampunan-Nya dan Maha Besar rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya walau pun mereka sering lalai dan melakukan maksiat. Dia menunda siksaan di dunia sebagai wujud rahmat-Nya bagi manusia. Dia menunda siksaan terhadap orang zalim tapi Dia tidak melupakannya.1 Allah berfirman: ≅t/ 4 z>#x‹yèø9$# ãΝßγs9 Ÿ≅¤fyès9 (#θç7|¡Ÿ2 $yϑÎ/ Νèδä‹Åz#xσムöθs9 ( Ïπyϑôm§9$# ρèŒ â‘θà(tóø9$# y7š/u‘uρ
∩∈∇∪ WξÍ←öθtΒ ÏµÏΡρߊ ÏΒ (#ρ߉Ågs† ©9 Ó‰Ïãöθ¨Β Οßγ©9 Tuhanmu Maha Pengampun, lagi melimpah-limpah rahmatnya. Jika Ia mau menyiksa mereka (di dunia) disebabkan apa yang mereka telah usahakan, tentulah Ia akan menyegerakan azab itu menimpa mereka; (tetapi Ia tidak berbuat demikian) bahkan ditentukan bagi mereka satu masa yang mereka tidak sekali-kali akan dapat sebarang tempat perlindungan, yang ialah darinya. Surah al-Kahfi (18): 58.
Pemberian rahmat dan azab yang Allah lakukan adalah wujud dari kehendak Allah yang mutlak. Bila Dia berkehendak Dia merahmati manusia dengan kurnia-Nya atau mengazab mereka dengan keadilan-Nya.2
öΝÍκön=tã y7≈oΨù=y™ö‘r& !$tΒuρ 4 öΝä3ö/Éj‹yèムù't±o„ βÎ) ÷ρr& ö/ä3ôϑymötƒ ù't±o„ βÎ) ( ö/ä3Î/ ÞΟn=ôãr& ö/ä3š/§‘
∩∈⊆∪ Wξ‹Å2uρ
1 Al-Sabuni, op.cit., j. 2, h. 197. 2 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 14, h. 8615.
228
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Tuhan kamu lebih mengetahui akan keadaan kamu; jika Ia kehendaki, Ia akan memberi rahmat kepada kamu; atau jika Ia kehendaki, Ia akan menyiksa kamu. Kami tidak mengutus mu kepada mereka (wahai Muhammad), sebagai wakil yang menguasai urusan mereka. Surah al-Isra’ (17): 54. Ketiga, rahmat-Nya dengan mengutus nabi kepada kaum kafir, namun sebagian mereka mendustakannya. Kaum kafir menolak ajaran agama, dengan hujjah bahwa tidak ada keistimewaan Nabi Muhammad s.a.w. dari manusia lain. Dia manusia sebagaimana manusia lainnya. Bagaimana mungkin dia mendapat wahyu sedangkan yang lain tidak? Lebih jauh lagi, mereka menduga bahwa Rahman tidak pernah menurunkan wahyu dan risalah.1 Allah berfirman: ∩⊇∈∪ tβθç/É‹õ3x? āωÎ) óΟçFΡr& ÷βÎ) >óx« ÏΒ ß≈oΗ÷q§9$# tΑt“Ρr& !$tΒuρ $oΨè=÷WÏiΒ ×|³o0 āωÎ) óΟçFΡr& !$tΒ (#θä9$s%
Penduduk kota itu menjawab: “Kamu ini tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga, dan Tuhan Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun (tentang agama yang kamu dakwakan); Kamu ini tidak lain hanyalah berdusta”. Surah Ya Sin (36): 15. Keempat, Allah yang Maha Rahmat memberi peringatan berupa azab yang akan datang kepada kaum kafir. Namun setiap tanda dan peringatan yang datang mereka mendustakannya. Ini bukti pengingkaran dan permusuhan.2 Allah berfirman: ∩∈∪ tÅÊÌ÷èãΒ çµ÷Ζtã (#θçΡ%x. āωÎ) B^y‰øtèΧ Ç≈uΗ÷q§9$# zÏiΒ 9ø.ÏŒ ÏiΒ ΝÍκÏ?ù'tƒ $tΒuρ
Tidak datang kepada mereka peringatan serta pengajaran yang baharu dari (Allah) Rahman, melainkan mereka tetap berpaling mengingkarinya. Surah al-Shu’ara (26): 5. Kelima, rahmat-Nya kepada kaum kafir terlihat ketika Dia melarang mereka untuk menyembah selain-Nya, namun mereka enggan menyembah Allah, bahkan mereka menisbahkan anak kepada-Nya dan menyatakan bahwa Dia lebih menghendaki anak 1 Ibid, j. 3, h. 9 2 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 17, h. 10537.
229
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
perempuan dari anak lelaki dan anak perempuan itu adalah Malaikat, malah mereka menyembah Malaikat atas nama Rahman dengan menyalahkan takdir.1 āωÎ) öΝèδ ÷βÎ) ( AΟù=Ïã ôÏΒ šÏ9≡x‹Î/ Νßγs9 $¨Β 3 Νßγ≈tΡô‰t7tã $tΒ ß≈oΗ÷q§9$# u!$x© öθs9 (#θä9$s%uρ
∩⊄⊃∪ tβθß¹ãøƒs† Mereka berkata: “Kalaulah Allah Yang Maha Pemurah menghendaki tentulah kami tidak menyembah malaikat itu”. (Sebenarnya) mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun mengenai kata-kata mereka (yang demikian), mereka hanyalah orang-orang yang berdusta!. Surah al-Zukhruf (43): 20.2
Bila Nabi Muhammad s.a.w. meragukan perkara tauhid maka tanyakan kepada rasul-rasul sebelumnya: “Apakah di sana ada seorang rasul yang mengajak kepada menyembah selain dari Allah”3 Keenam, menerangkan bahwa akhirat itu ada dan pasti, agar tidak menyesal dan berputus asa. Selama manusia memilih kekufuran maka akhir dari perjalanan hidup mereka ialah keputusasaan. Orang yang kufur dengan al-Qur’an dan hari kebangkitan niscaya akan berputus asa dari rahmat Allah, tepatnya saat mereka melihat azab.4 Maksud sesat pada surah al-Hijr ayat 56 adalah kaum kafir.5 öΝçλm; y7Í×‾≈s9'ρé&uρ ÉLyϑôm§‘ ÏΒ (#θÝ¡Í≥tƒ y7Í×‾≈s9'ρé& ÿϵÍ←!$s)Ï9uρ «!$# ÏM≈tƒ$t↔Î/ (#ρãx(x. šÏ%©!$#uρ
Ò ŠÏ9r& ë>#x‹tã Ο Orang-orang yang kufur ingkar akan ayat-ayat keterangan Allah dan pertemuan dengan-Nya, mereka tetaplah akan menjadi orang-orang yang putus asa dari rahmat-Ku; dan mereka pula akan memperoleh azab siksa yang tidak terperi sakitnya. Surah al-’Ankabut (29): 23.6 1 Ibn Kathir, op.cit., j. 4, h. 125. 2 Lihat Surah al-Zukhruf (43): 45. 3 Al-Sabuni, op.cit., j. 3, h. 159. 4 Al-Sabuni, op.cit., j. 2, h. 456. 5 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 2, h. 558. 6 Lihat Surah al-Hijr (15): 56.
230
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Timbul pertanyaan, di manakah rahmat Allah saat memasukkan kafir ke dalam neraka? Jawabannya, menurut al-Qur’an dan berasaskan pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Allah memasukkan kafir ke neraka adalah wujud keadilan-Nya dan rahmat dari sisi lain serta bukan satu kezaliman, karena Dia memiliki langit dan bumi, dan Dia telah mengutus nabi-nabi untuk memberi peringatan, dan apa yang diperingatinya dalam bentuk janji-janji adalah benar. Di antara janji-janji itu adalah kafir masuk ke dalam neraka, namun kebanyakan manusia terutama kafir tidak meyakininya. Bila mereka mengikuti ajaran nabi tentu mereka mendapat penyembuhan, hidayah dan rahmat dari Allah.1 Dari uraian di atas dapat disimpulkan rahmat Allah kepada kaum kafir adalah (1) rezeki, (2) hidayah dilalah, (3) diutus nabi, (4) peringatan tentang azab, (5) pelarangan berlaku kafir, (6) penegasan akhirat itu pasti. Walau pun demikian, umat Islam –sebagaimana teladan nabi Ibrahim a.s- diminta untuk tetap toleransi dalam memperlakukan bukan muslim. Di antara hujjahnya adalah sifat hamba Rahman/Tuhan Maha Pemurah adalah sopan terhadap seluruh makhluk dan santun dalam berbicara agar terhindar dari dosa. Walaupun itu terhadap orang yang mencaci maki agama penyebar kasih ini.2 Dia berfirman: šχθè=Îγ≈yfø9$# ãΝßγt6sÛ%s{ #sŒÎ)uρ $ZΡöθyδ ÇÚö‘F{$# ’n?tã tβθà±ôϑtƒ šÏ%©!$# Ç≈uΗ÷q§9$# ߊ$t7Ïãuρ
∩∉⊂∪ $Vϑ≈n=y™ (#θä9$s% Hamba-hamba (Allah) Rahman (yang diredai-Nya), ialah mereka yang berjalan di bumi dengan sopan santun, dan apabila orang-orang yang berkelakuan kurang adab, hadapkan kata-kata kepada mereka, mereka menjawab dengan perkataan yang selamat dari perkara yang tidak diingini. Surah al-Furqan (25): 63. Perintah untuk melaksanakan keadilan dan ajakan untuk memuliakan akhlak walau dengan musyrik merupakan perintah Allah yang diperintahkan kepada muslim. Allah membenci
1 Lihat Surah Yunus (10): 54-58. 2 Al-Mahalli, op.cit., h. 440.
231
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
kezaliman dan akan menyiksa orang-orang yang zalim, walaupun itu kezaliman yang dilakukan Muslim terhadap kafir.1 Al-Qur’an mengajak muslimin untuk bertoleransi dan berbuat baik kepada mereka selama mereka berbuat baik dengan muslimin.2 Sebagaimana Islam mengajak umatnya untuk lemah lembut dan berdialog dengan cara yang terbaik.3 Allah memerintahkan muslimin untuk menepati janji terhadap orang yang dijanjikannya, sama ada orang itu Ahli Kitab atau kafir.4 4.4.5. Rahmat Allah Kepada Kaum Munafik Bila di atas kaitan rahmat dengan kaum kafir, maka pada akhir pembahasan ini penulis akan membahaskan tentang rahmat-Nya kepada munafik. Dalam al-Qur’an munafik ada kalanya disebut dengan “nas/manusia”. Allah berfirman: ∩∇∪ tÏΨÏΒ÷σßϑÎ/ Νèδ $tΒuρ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$$Î/uρ «!$$Î/ $¨ΨtΒ#u ãΑθà)tƒ tΒ Ä¨$¨Ψ9$# zÏΒuρ Di antara manusia ada yang berkata: “Kami telah beriman kepada Allah dan kepada hari akhirat”; padahal mereka sebenarnya tidak beriman. Surah al-Baqarah (2): 8. Itu karena munafik tidak memiliki identitas yang jelas. Di lisan beriman, di hati kufur. Munafik adalah seseorang yang hatinya menolak keimanan, tetapi lisannya mengakui.5 Rahmat Allah pertama, diterimanya taubat munafik bila hendak bertaubat. Demikian indahnya ungkapan Allah bila munafik ingin bertaubat, maka taubatnya akan diterima; bila tidak, siksa akan menantinya. Ini adalah bukti rahmat-Nya. Allah berfirman: 4 öΝÎγøŠn=tæ z>θçGtƒ ÷ρr& u!$x© βÎ) šÉ)Ï(≈oΨßϑø9$# z>Éj‹yèãƒuρ öΝÎγÏ%ô‰ÅÁÎ/ tÏ%ω≈¢Á9$# ª!$# y“Ì“ôfu‹Ïj9
∩⊄⊆∪ $VϑŠÏm§‘ #Y‘θà(xî tβ%x. ©!$# ¨βÎ)
1 Nabi bersabda: takutlah doa orang yang teraniaya kerana doa mereka adalah mustajab. Imam Malik, op.cit., kitab Da‘wah al-Mazlum, bab Ma yattaqi min Da‘wah al-Mazlum, no. 1, h. 1003. 2 Lihat Surah al-Mumtahanah (60): 8-9, ‘Isa (1994), op.cit., h. 67. 3 Lihat Surah al-Nahl (16): 125; lihat juga Surah al-'Ankabut (29): 46. 4 Lihat Surah al-Isra' (17): 34; Surah al-Nahl (16): 91 dan Surah al-Tawbah (9): 4. 5 Al-Razi, op.cit., j. 2, h. 59.
232
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
(Berlakunya yang demikian) supaya Allah membalas orangorang yang benar disebabkan kebenaran mereka, dan menyiksa orang-orang yang munafik jika Ia kehendaki, atau Ia menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Ahzab (33): 24. Allah akan mengazab munafik yang merusak janji dan mati dalam kemunafikan dengan azab yang pedih, atau Dia akan menerima taubat, karena Dia dapat memberi petunjuk sehingga kemunafikan dari dalam jiwa tercabut dan diganti dengan iman dan amal soleh.1 atau mengasihani mereka, karena Dia Maha Luas ampunan-Nya dan Maha Rahim/Mengasihani kepada hambahamba-Nya.2 Kedua, peringatan Allah bahwa menyakiti Rasulullah akan mendapat siksa. Bila munafik telah kukuh dan bulat dijadikan jalan dan tujuan hidup, sehingga menyakiti Rasulullah dengan perkataan dan perbuatan,3 maka secara automatik dia akan jauh dari rahmat Allah dan bagi mereka azab siksa yang tidak terperi sakitnya. Allah berfirman: «!$$Î/ ßÏΒ÷σムöΝà6©9 9öyz ãβèŒé& ö≅è% 4 ×βèŒé& uθèδ šχθä9θà)tƒuρ ¢É<¨Ζ9$# tβρèŒ÷σムšÏ%©!$# ãΝåκ÷]ÏΒuρ öΝçλm; «!$# tΑθß™u‘ tβρèŒ÷σムtÏ%©!$#uρ 4 öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u zƒÏ%©#Ïj9 ×πuΗ÷qu‘uρ šÏΨÏΒ÷σßϑù=Ï9 ßÏΒ÷σãƒuρ
∩∉⊇∪ ×ΛÏ9r& ë>#x‹tã Di antara mereka (yang munafik itu) ada orang-orang yang menyakiti Nabi sambil mereka berkata: “Bahwa dia (Nabi Muhammad) orang yang suka mendengar (dan percaya pada apa yang didengarnya)”. Katakanlah: “Dia mendengar (dan percaya) apa yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah dan percaya kepada orang mukmin, dan ia pula menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu”. Orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab siksa yang tidak terperi sakitnya. Surah at-Tawbah (9): 61.
1 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 476. 2 Al-Sabuni, op.cit., j. 2, h. 521. 3 Ibid., j. 1, h. 545.
233
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Ketiga, mengabarkan kepada kaum munafik bahwa surga itu rahmat dan neraka itu azab. Kelak kaum munafik, akan melihat dengan mata sendiri bahwa surga itu rahmat dan neraka azab/siksa. Allah berfirman: Ÿ≅ŠÏ% öΝä.Í‘θœΡ ÏΒ ó§Î6tGø)tΡ $tΡρãÝàΡ$# (#θãΖtΒ#u šÏ%©#Ï9 àM≈s)Ï(≈oΨßϑø9$#uρ tβθà)Ï(≈uΖßϑø9$# ãΑθà)tƒ tΠöθtƒ èπuΗ÷q§9$# ϵŠÏù …çµãΖÏÛ$t/ 7>$t/ …ã&©! 9‘θÝ¡Î0 ΝæηuΖ÷t/ z>ÎÛØsù #Y‘θçΡ (#θÝ¡ÏϑtFø9$$sù öΝä.u!#u‘uρ (#θãèÅ_ö‘$#
∩⊇⊂∪ Ü>#x‹yèø9$# Ï&Î#t6Ï% ÏΒ …çνãÎγ≈sßuρ (Ingatlah) semasa orang-orang munafik, lelaki dan perempuan (yang sedang meraba-raba dalam gelap-gelita pada hari kiamat), berkata kepada orang-orang yang beriman: “Tunggulah kami, biarlah kami mengambil sedikit dari cahaya kamu”. (Lalu) dikatakan (kepada mereka secara mengejekejek): “Baliklah kamu ke belakang, kemudian carilah cahaya (di sana)”, serta diadakanlah di antara mereka (yang beriman dan yang munafik itu) sebuah tembok yang mempunyai pintu, di sebelah dalamnya mengandung rahmat (surga dan nikmat), dan di sebelah luarnya, dari situ terdapat (neraka) dan azab siksa. Surah al-Hadid (57): 13.
Ini adalah kabar Tuhan tentang peristiwa yang akan terjadi di akhirat dari gempa besar dan peristiwa yang menakutkan lainnya, tidak ada yang selamat kecuali orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya serta beramal soleh. Di antara peristiwa yang menakutkan itu adalah kegelapan yang bersangatan. Yang beriman akan mendapatkan cahaya, yang munafik dan kafir dalam kegelapan. Keduanya tidak dapat cahaya dari mukmin, sebagaimana orang melihat tidak dapat memberi penglihatan kepada orang buta.1 Sungguh rugi jalan yang diambil munafik, dia salat tapi tidak mendapatkan pahala salat, dia sedekah, uang dan harta benda habis, tapi tidak mendapatkan pahala sedekah, bahkan dimasukkan ke dalam neraka yang paling bawah. Allah berfirman: ∩⊇⊆∈∪ #ÅÁtΡ öΝßγs9 y‰ÅgrB s9uρ Í‘$¨Ζ9$# zÏΒ È≅x(ó™F{$# Ï8ö‘¤$!$# ’Îû tÉ)Ï(≈oΨçRùQ$# ¨βÎ)
1 Ibn Kathir, op.cit., j. 4, h. 308.
234
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah sekali dari (lapisan-lapisan dalam) neraka. Dan engkau tidak sekali-kali akan mendapat barang siapa pun yang boleh menolong mereka.” Surah al-Nisa’ (4): 145. Di sini Allah sepintas terlihat begitu kejam, bagaimana munafik yang telah beramal, seperti: telah salat, malah dimasukkan ke dalam neraka dan berada di dalam derajat ke tujuh paling bahaya. AlSabuni berpendapat: “Itu karena mereka menggabungkan antara kekufuran dengan mencemoohkan Islam dan pengikutnya.”1 Tetapi Allah setelah ayat ini langsung memberikan pengecualian sebagai wujud rahmat-Nya kepada kaum munafik. Tidak saja diampuni segala dosanya, tetapi mereka juga berhak masuk ke dalam surga. Artinya, mereka tidak akan dapat ditolong kecuali orang-orang yang bertaubat dari perbuatan munafik itu dan memperbaiki amalan mereka yang salah, dan mereka pula berpegang teguh kepada agama Allah, serta mengerjakan agama mereka dengan ikhlas karena-Nya. Mereka yang demikian itu ditempatkan bersama-sama orang-orang yang beriman di dalam surga; dan Allah akan memberikan orang-orang yang beriman itu pahala yang amat besar.2
1 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 313. 2 Lihat Surah al-Nisa’ (4): 146 dan Surah al-Ahzab (33): 73.
235
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
4.5. ANALISIS KAJIAN Praktik dari konsep rahmat Allah dapat dilihat pada perlakuanNya kepada semua makhluk di alam semesta terutama manusia, jin, benda, hewan dan tumbuhan. Rahmat Allah kepada mereka yang pertama dan utama adalah pernyataan-Nya: “Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu”.1 Pengaruh rahmat Allah kepada seluruh manusia dengan mengutus kepada mereka nabi, kitab suci, hidayah dan rezeki. Rahmat Allah kepada manusia meliputi anak, ibu bapa, taat derhaka, muslim ataupun kafir. Di antara rahmat Allah kepada ibu bapa adalah perintah berbuat baik kepada keduanya yang terkait erat dengan penyembahan-Nya; dan kepada kanak-kanak dengan cara menyayanginya, minimum dilarang untuk membunuh anak karena miskin. Di antara rahmat Allah kepada jin adalah bahwa Dia menjelaskan hakikat diri-Nya yang Maha Esa dengan mengutus Nabi Muhammad s.a.w. dan al-Qur’an; kepada benda adalah ketaatan mereka berasaskan ikhtiar mereka bukan berasaskan keterpaksaan; rahmat-Nya kepada hewan adalah jaminan rezeki untuk mereka, burung dapat terbang di udara, bahkan jasa anjing disebutkan-Nya dalam kisah Ashab al-Kahfi; kepada tumbuhan adalah saat ia dijadikan sebagai sumber rezeki di bumi. Pengaruh rahmat Allah kepada manusia yang paling mulia atau para nabi terlihat pada menjadikan nabi-nabi sebagai rahmat. Dalam Pemikiran Islam, maksum, mukjizat dan kitab suci yang diterima para nabi adalah bentuk rahmat-Nya kepada mereka. Rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad s.a.w. dikemas dalam kenabian, al-Qur’an dan akhlak mulia. Nabi Muhammad sebagai utusan yang rahmat bagi alam semesta, tercakup di dalamnya rahmatnya kepada jin, manusia, muslimin, Ahli Kitab, kaum kafir bahkan kepada keluarga nabi dan kanak-kanak serta pembantu. Rahmat Allah kepada Nabi Musa a.s. dibantu oleh Nabi Harun a.s., kitab suci berupa: lauh dan Taurat, dan berbicara dengan Allah; kepada Nabi Isa a.s. adalah tauhid, hawariyyin dan selamat dari penyaliban serta terlahir tanpa bapa. 1 Lihat Surah al-‘Araf (7): 156.
236
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Satu sisi ditemui dalam al-Qur’an ternyata rahmat Allah juga meliputi orang-orang yang memusuhi terhadap diri-Nya. Di antara rahmat-Nya kepada Iblis dan syaitan adalah diajak dialog bila berlaku kesalahan; kepada kaum Firaun adalah diperintahkan Nabi Musa a.s. dan Harun a.s. untuk berkata lemah lembut; kepada Bani Israel berupa iman, ilmu dan aman; kepada kaum kafir adalah diberikan rezeki dan hidayah kepada mereka; kepada kaum munafik mengabarkan kepada mereka bahwa surga itu rahmat. Bila mereka membangkang, Allah tidak cepat-cepat menurunkan azab bagi mereka, dan tetap membuka pintu taubat, sebagai peluang dan kesempatan agar mereka beriman. Menurut analisis pemikiran Islam, rahmat Allah tidak menjadikan seorang nabi yang makhluk menjadi Tuhan yang Khalik. Menurut pemikiran Kristian, kasih Allah dengan menyatakan makhluk seperti Yesus Kristus adalah anak Allah. Artinya Nabi Isa dalam perspektif Pemikiran Islam bukanlah Tuhan tetapi nabi. Berdasarkan teks al-Qur’an kelahiran Isa tanpa ayah, sama seperti kelahiran Adam tanpa ayah dan ibu atau kelahiran Hawa tanpa ibu. Dalam al-Qur’an seorang nabi menjadi nabi berkat rahmat Allah, bukan berdasarkan kehendak nabi itu sendiri. Pemikiran Islam berasaskan al-Qur’an sepakat bahwa seluruh nabi maksum. Walaupun kemudian aliran pemikiran dalam Islam berbeda dalam memahami maksum tersebut. Ini berbeda dengan Alkitab terutamanya Perjanjian Lama yang menyebutkan Nabi melakukan dosa besar, melawan Tuhan dan menyediakan patung anak sapi untuk dijadikan berhala. Dari kesimpulan di atas dapat ditegaskan, pertama, pesan dari kasih dan rahmat serta cinta adalah penting untuk memahami benar wahyu dalam Islam, karena “Dia telah menetapkan atas dirinya memberi rahmat”,1 Nabi Suci Islam telah dikirim “sebagai rahmat bagi semua alam”2 Kedua, para utusan Ilahi juga tanda-tanda alam dari rahmat Allah, bahwa Dia tidak ditinggalkan tanpa panduan-Nya dan sifat maksum, dan para nabi terutama Nabi Muhammad dalam al-Qur’an juga berfungsi sebagai sebuah contoh dari belas kasihan, sebuah
1 Lihat Surah al-An‘am (6): 12. 2 Lihat Surah al-Anbiya’ (21):107.
237
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
model rahmat, suatu pola dasar manusia yang sempurna, al-Insan Kamil. Ketiga, walaupun Allah tidak meredai kekufuran dan hanya meredai Islam sebagai agama, tetapi berasaskan al-Qur’an Dia mengakui keberadaan agama selain agama Islam, bahkan kajian ini menetapkan rahmat-Nya dilimpahkan juga kepada kafir, munafik dan musyrik. Pengakuan adanya agama di dunia selain Islam -itu sendiri merupakan ekspresi rahmat- merupakan perluasan dari sebuah jiwa suatu bangsa yang penuh dengan rasa perdamaian dan belas kasihan.
238
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
5. RAHMAT ALLAH DALAM PERATURAN
5.1. PENGENALAN Pada bab lima ini akan dikaji lima pasal. Pasal pertama, pengenalan. Pasal kedua, rahmat Allah dalam ibadah. Pada pasal ini diterangkan rahmat Allah dalam rukun Islam yang lima, kecuali syahadat, yaitu: salat, puasa, zakat dan haji. Pasal ketiga, rahmat Allah dalam muamalat. Pada pasal ini diterangkan: rahmat-Nya dalam produksi, sirkulasi, distribusi dan dalam konsumsi. Pasal keempat, rahmat-Nya dalam munakahat. Pada pasal ini akan diterangkan rahmat Allah dalam perkawinan, cerai dan dalam poligami. Apakah cerai dan poligami itu baik? Pasal kelima, rahmat-Nya dalam jenayah dan jihad. Pada pasal ini diterangkan rahmat Allah dalam hudud, qisas dan jihad.
239
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
5.2. RAHMAT ALLAH DALAM IBADAH
5.2.1. Pendahuluan Sebagaimana telah disebutkan dalam makna rahmat bahwa di antara maknanya adalah Islam, maka pada peraturan Islam ini akan dijelaskan lebih terperinci rahmat-Nya dalam peraturan yang ditetapkan-Nya. Di antara rahmat-Nya dalam peraturan Islam yang bersifat umum yang pertama adalah ibadah dan peraturan dalam Islam harus berpahaman berdasarkan kepada kehendak Tuhan1 Yang Maha Rahmat.2 Tidak ada pengharaman bersumber dari akal pikiran dan tidak juga ada penghalalan yang bersumber dari akal pikiran. Akal pikiran tidak dapat menjadikan sesuatu halal dan haram. Dalam akal pikiran yang ada ialah sesuatu itu dapat dinilai dengan kemungkinan, kemungkinan halal dan haram.3 Kedua, rahmat-Nya itu wujud melalui kemudahan dan kebaikan yang Dia berikan. Puasa itu mudah, baca al-Qur’an itu mudah. Peraturan Tuhan itu juga baik, karena apa yang keluar dari-Nya adalah baik, maka salat, haji dan zakat itu baik. Begitu juga peraturan Islam lainnya, semuannya di bingkai dalam kemudahan dan kebaikan. Allah berfirman: ∩∈∪ šχθßϑn=÷ès? óΟçFΖà2 βÎ) ö/ä3©9 ×öyz uθèδ «!$# y‰ΨÏã $yϑ‾ΡÎ) ...
...Sesugguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah saja yang lebih baik bagi kamu, kalaulah kamu mengetahui. Surah al-Nahl (16): 95. Ketiga, selain mudah, peraturan yang ditetapkan Allah itu berada dalam bingkai yang terdaya oleh manusia. Allah berfirman: ... 4 $yγyèó™ãρ āωÎ) $²¡ø(tΡ ª!$# ß#Ïk=s3ムŸω
Allah tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya...
1 Lihat Surah al-An‘am (6): 1. 2 Jad al-Haq ‘Ali Jad al-Haq (1989), al-Fiqh al-Islami: Murunatuhu wa Tatawwuruhu, Kairo: al-Azhar, h. 151. 3 Ibn Hazm, op.cit., j. 1, h. 116.
240
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Surah al-Baqarah (2): 286. 5.2.2. Rahmat Allah Dalam Salat Salat menurut bahasa artinya banyak. Pertama, doa;1 kedua, salla artinya qawwamau/membentuknya, seperti api membentuk rotan; ketiga, tasla naran hamiyah/api menyala sebagai mulazamah; keempat, alZamakhsari mengatakan salah itu fi’lah dari salawin.2 Salat juga dapat diertikan dengan mengagungkan.3 Menurut syariat artinya kumpulan rukun khusus dan zikir tertentu dengan syarat yang terbatas pada waktu yang ditetapkan. Salat juga merupakan permohonan untuk memuliakan Rasulullah di dunia dan di akhirat;4 atau Salat adalah kumpulan dari perbuatan yang telah ditentukan secara berurutan dimulai dengan tahrim ditutup dengan tahlil.5 Salat dari Allah artinya rahmat dari-Nya. Allah berfirman: tβ%Ÿ2uρ 4 Í‘θ–Ψ9$# ’n<Î) ÏM≈yϑè=—à9$# zÏiΒ /ä3y_Ì÷‚ã‹Ï9 …çµçGs3Í×‾≈n=tΒuρ öΝä3ø‹n=tæ ’Ìj?|Áム“Ï%©!$# uθèδ
∩⊆⊂∪ $VϑŠÏmu‘ tÏΖÏΒ÷σßϑø9$$Î/ Dialah yang yusalli/memberi rahmat kepada kamu -dan malaikat-Nya pula (berdoa bagi kamu)- untuk mengeluarkan kamu dari gelap-gelita (kufur dan maksiat) kepada cahaya yang terang-benderang (iman dari taat); dan adalah Ia sentiasa Melimpah-limpah rahmat-Nya kepada orang-orang yang beriman (di dunia dan di akhirat). Surah al-Ahzab (33): 43
Artinya Allah menurunkan rahmat.6 Salat Allah kepada RasulNya artinya rahmat-Nya yang dilimpahkan kepadanya. Salat dari malaikat, manusia dan jin artinya berdiri, rukuk dan sujud, doa dan tasbih. Salat dari burung dan makhluk artinya tasbih. Alayhim salawatun min rabbihim artinya mereka mendapat rahmat dari Tuhan.7
1 Al-Jurjani, op.cit., h. 137. 2 Al-Razi, op.cit., j. 2, h. 29. 3 Ibn Manzur, op.cit., j. 2, h. 469. 4 Al-Jurjani, op.cit., h. 137. 5 Al-Razi, op.cit., j. 2, h. 29. 6 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 3, h. 265. 7 Ibn Manzur, op.cit., j. 2, h. 469-470.
241
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Cukuplah tanda rahmat Allah dalam salat tercermin dari makna salat itu sendiri. Selain dari salat bermakna doa, salat juga dimaknakan dengan pertemuan hamba dengan Pencipta. Berdiri saat salat bagaikan Isra’ ke Bayt al-Maqdis, rukuk bagaikan sampai ke Sidrat al-Muntaha, dan sujud bagaikan berada pada qaba qawsayni aw adna yang artinya dua hujung busaran panah, atau lebih dekat lagi.1 Mungkin maksudnya bertemu Allah. Bagaimana pula jika Allah membuka pintu untuk bertemu dengan-Nya minimum sehari lima kali. Pihak yang menentukan lama pertemuan hamba sendiri, bukankah ini wujud dari rahmat Allah yang tiada tara dalam salat. ∩∈∉∪ tβθçΗxqöè? öΝà6‾=yès9 tΑθß™§9$# (#θãè‹ÏÛr&uρ nο4θx.¨“9$# (#θè?#uuρ nο4θn=¢Á9$# (#θßϑŠÏ%r&uρ Dirikanlah kamu akan salat serta berilah zakat; dan taatlah kamu kepada Rasul Allah; supaya kamu memperoleh rahmat. Surah al-Nur (24): 56. Salat yang merupakan penyembahan Allah dan tidak mensyirikkan-Nya, zakat yang merupakan perbuatan baik kepada makhluk yang lemah dan miskin, taat kepada Rasul Allah yang pasti mengasihi mereka.2 Kata la’alla/semoga bila itu diucapkan Allah pada diri-Nya maka hal itu adalah pasti. 3 Artinya, orang yang salat pasti mendapat rahmat-Nya. Nabi Muhammad s.a.w. berkata kepada Bilal: Arihna biha ya Bilal. Maknanya, kumandang azan agar kami dapat damai melalui salat ini. Di dalam salat, satu bacaan yang tidak boleh ditinggalkan adalah al-Fatihah. Telah disebutkan pada bab kedua bahwa di dalam al-Fatihah terdapat ikrar akan Tuhan Maha Kasih sebanyak empat kali. Ini tentunya wujud lain dari rahmat di dalam salat. Artinya, bila mukmin mengakui Allah sebagai Tuhan Maha Rahmat di dalam salat, maka wujudkanlah rahmat-Nya bila dan di mana pun. Jangan karena mau salat baik, tapi tidak mencerminkan rahmat kepada imam dan makmum lainnya. Seperti infishal dalam salat. Penulis melihat infishal adalah perbuatan yang dilakukan tanpa memahami
1 Dr. ‘Abd al-Halim Mahmud (1990), al-Salah Asrar wa Ahkam, Kairo, Dar al-Ma‘arif, h. 16-17. 2 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 302. 3 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 8, h. 4547.
242
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
pesan al-Fatihah yang menginginkan agar umat-Nya menyebar rahmat. Allah berfirman: öyγøgrB Ÿωuρ 4 4o_ó¡çtø:$# â!$yϑó™F{$# ã&s#sù (#θããô‰s? $¨Β $wƒr& ( z≈uΗ÷q§9$# (#θãã÷Š$# Íρr& ©!$# (#θãã÷Š$# È≅è%
∩⊇⊇⊃∪ Wξ‹Î6y™ y7Ï9≡sŒ t÷t/ ÆGtFö/$#uρ $pκÍ5 ôMÏù$sƒéB Ÿωuρ y7Ï?Ÿξ|ÁÎ/ Katakanlah (wahai Muhammad): “Serulah nama “Allah” atau nama “Ar-Rahman”, yang mana saja kamu serukan (dari kedua-dua nama itu adalah baik belaka); karena Allah mempunyai ramai nama-nama yang baik serta mulia”. Dan janganlah engkau nyaringkan bacaan doa atau salatmu, juga janganlah engkau perlahankannya, dan gunakanlah saja satu cara yang sederhana antara itu. Surah al-Isra’ (17): 110.
Nama Rahman/Maha Pemurah dipilih dari nama-nama yang lain, karena rahmat Allah merupakan nilai dominan dalam peletakan syariat,1 termasuk salat. Salat jemaah harus dilakukan dengan menjaga sikap seimbang dan moderat, saat membaca alFatihah dan ayat pada salat jahar tidak perlu terlalu keras hingga memekakkan telinga, tidak pula terlalu perlahan hingga tidak kedengaran makmum.2 Hendaklah makmum diam mendengar bacaan al-Qur’an dengan penuh penghayatan, karena dengannya rahmat Allah akan menyertai. Maksud istami’/semak ialah bukan sekedar mendengar tapi juga melaksanakan apa yang didengar. Tujuannya agar manusia mendapat kasih dan sayang-Nya.3 Allah berfirman: ∩⊄⊃⊆∪ tβθçΗxqöè? öΝä3ª=yès9 (#θçFÅÁΡr&uρ …çµs9 (#θãèÏϑtGó™$$sù ãβ#uöà)ø9$# ˜Ìè% #sŒÎ)uρ
Apabila al-Qur’an itu dibacakan, maka semaklah akan dia serta diamlah (dengan sebulat-bulat ingatan untuk mendengarnya), supaya kamu memperoleh rahmat. Surah al- ‘Araf (7): 204. Ini tentunya selain dari pahala yang melimpah dan hapuskan dosa yang dahsyat. Nabi menggambarkan orang yang salat sehari lima kali, bagaikan orang yang menyeberangi sungai sehari lima
1 Ibid., j. 14, h. 8812. 2 Ibid., j. 14, h. 8815. 3 Ibid., j. 8, h. 4546-4547.
243
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
kali. Adakah noda yang tersisa di tubuhnya? Nabi Muhammad bersabda:
ﻦ ـﺒﻘﹶﻰ ﻣﻳ ﻫ ﹾﻞ ﺕ ﺍﻣﺮ ﺲ ﻤ ﺧ ﻮ ﹴﻡ ﻳ ﻪ ﹸﻛ ﱠﻞ ﻨﻣ ﺘﺴِ ﹸﻞﻐ ﻳ ﻢ ﺪ ﹸﻛ ﺣ ﺏ ﹶﺃ ﺎ ﹺﺍ ﹺﺑﺒﻬﺮ ﻧ ﻮ ﹶﺃ ﱠﻥ ﻢ ﹶﻟ ﺘﻳﺭﹶﺃ ﹶﺃ ـﻮﻤﺤ ﻳ ﺲ ﻤ ﹺ ﺨ ﺕ ﺍﹾﻟ ﺍﺼﹶﻠﻮ ﻣﹶﺜ ﹸﻞ ﺍﻟ ﻚ ﻟﻲ ٌﺀ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓ ﹶﺬ ﺷ ﻪ ﺭﹺﻧ ﺩ ﻦ ﻣ ﺒﻘﹶﻰﻳ ﻲ ٌﺀ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﹶﻻ ﺷ ﻪ ﺭﹺﻧ ﺩ ﺎﺨﻄﹶﺎﻳ ﻦ ﺍﹾﻟ ﻪ ﹺﺑ ﹺﻬ ﺍﻟﱠﻠ “Apa pendapat kamu sekiranya terdapat sebatang sungai di hadapan pintu rumah salah seorang dari kamu dan dia mandi di dalamnya setiap hari sebanyak lima kali. Apakah masih lagi terdapat kotoran pada badannya?” Para Sahabat menjawab: “Sudah pastinya tidak terdapat sedikit pun kotoran pada badannya.” Lalu baginda bersabda: “Begitulah perumpamaannya dengan salat lima waktu. Allah menghapuskan segala kesalahan mereka.”1 Dalam salat tercermin rahmat. Ia bertambah realitas saat seorang dalam perjalanan dan sakit. Allah tidak memaksa mereka untuk melaksanakan salat dalam keadaan sempurna. Bagi seorang sakit dan musafir, salat boleh dilakukan dengan cara jamak dan qasar. Salat bagi orang yang sakit dapat dilakukan semampunya. Tidak dapat berdiri, boleh duduk, tidak dapat duduk boleh berbaring.2 Salat tidak saja menjalin hubungan makhluk dengan Tuhan, Allah menginginkan salat juga dilakukan dengan tetap menjalin hubungan baik dengan manusia dan alam, terutama air. Slogan “hemat air” bertambah penting bila manusia melihat perang masa hadapan adalah perang merebutkan air. Agar air dapat digunakan seperlunya, maka ada baiknya manusia melihat mazhab yang tidak mengharuskan air dua kolah dan tidak mengenal istilah air musta’mal,3 sebagai mazhab “hemat air”, bahkan manusia melihat bahwa maksud “lamasa/bersentuh”4 lelaki dan wanita bukanlah
1 Al-Bukhari, op.cit., kitab Mawaqit al-Salah, bab al-Salawat al-Khamsu Kaffarah, no. 528, h. 44. 2 Lihat Surah Ali ‘Imran (3): 191. 3 Muhammad Isma‘il al-Amir al-Yamani al-San’ani (1989), Subul al-Salam Sharh Bulugh al-Maram, c. 4. Kairo: Dar al-Rayan, h. 39-50. 4 Lihat surah al-Maidah (5): 6.
244
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
sekedar bersentuhan tapi “jima’/bercampur”.1 Inilah wujud rahmat Tuhan yang terlihat dalam menyebar rahmat-Nya antar sesama. Dari pengkajian di atas dapat disimpulkan bahwa salat merupakan rahmat Allah kepada umat Islam. Pengaruh rahmat itu dapat dilihat pada perintah salat agar mendapat rahmat. Menurut Alkitab, umat Kristian juga melaksanakan salat.2 Walaupun cara pelaksanaannya berbeda dengan umat Islam, tapi makna dasarnya adalah sama yaitu doa. Salat itu doa.3 Dari al-Qur’an dan Alkitab dapat dianalisis dan diambil kesimpulan bahwa rahmat Allah terwujud bila salat ditegakkan. 5.2.3. Rahmat Allah Dalam Puasa Puasa dalam bahasa Arab adalah sawm. Sawm artinya menahan segalanya. Menurut syariat artinya kegiatan dalam menahan makan, minum dan bercampur dari subuh hingga maghrib dengan niat.4 Dalam al-Qur’an sawm/puasa dapat juga diertikan dengan menahan bicara.5 Tapi, arti yang terakhir ini tidak dimaksud dalam pembahasan penulis. Puasa adalah perintah Allah yang diberikan kepada mukmin yang akil baligh untuk dilaksanakan dalam bulan Ramadhan. Allah berfirman: öΝà6Î=ö7s% ÏΒ šÏ%©!$# ’n?tã |=ÏGä. $yϑx. ãΠ$u‹Å_Á9$# ãΝà6ø‹n=tæ |=ÏGä. (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ
∩⊇∇⊂∪ tβθà)−Gs? öΝä3ª=yès9 Wahai orang-orang yang beriman! Kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang dahulu dari kamu, supaya kamu bertakwa. Surah al-Baqarah (2): 183. Allah menyeru muslimin dengan panggilan iman. Artinya, puasa hanya dilakukan karena muslim beriman kepada Allah. Walaupun misalnya ditemukan tidak ada akibat positif dari puasa, sebagai orang yang beriman kepada Tuhan Maha Rahmat, maka 1 Dr. Yusuf al-Qaradawi (1995), al-Ibadah fi al-Islam, c. 24, Kairo: Wahbah, h. 335. 2 Maksimun (1971), al-Tarbiyah al-Diniyah al-Masihiyah, Kairo: al-Amiriyah, h. 92. 3 Lihat Alkitab, Perjanjian Baru, Matius 6: 5, op.cit., h. 6, bandingkan dengan al-Kitab alMuqaddas, al-‘Ahd al-Jadid, Mata 6:5, op.cit., h. 10. 4 Al-Jurjani, op.cit., h. 139. 5 Ibn Manzur, op.cit., j. 1, h. 495.
245
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
mukmin akan melaksanakan perintah-Nya karena iman,1 dan karena puasa itu baik.2 Puasa mewariskan takwa, karena di dalamnya syahwat dikendalikan, hawa nafsu dibelenggu, kejahatan dan perbuatan keji dicegah, kenikmatan dunia dan seluruh penyokongnya dilemahkan. Itu karena puasa memecahkan syahwat perut dan kemaluan. Sementara hidup manusia selalu berorientasi kepada keduanya. Puasa menjadikan mukmin hidup berdisiplin dan ini merupakan syiar orang-orang yang bertakwa.3 Ramadhan adalah bulan rahmat. Bahkan pemahaman hadis yang benar adalah bahwa seluruh Ramadhan itu rahmat, seluruh Ramadhan itu maghfirah dan seluruh Ramadhan itu ‘itqun min alnar.4 Wujud dari iman yang teguh adalah menyebarkan rahmat di antara manusia. Puasa itu sendiri adalah mudah, karena Allah menginginkan kemudahan darinya. Bagi musafir dan sakit boleh untuk tidak puasa. Ungkapan ini diulangi sebanyak dua kali, karena Allah Tuhan Maha Rahmat. Bagi sakit dan musafir boleh memilih antara puasa atau iftar/berbuka.5 Allah berfirman: ... (
tyzé& BΘ$−ƒr& ôÏiΒ ×Ïèsù 9x(y™ 4’n?tã ÷ρr& $³ÒƒÍ÷£∆ Νä3ΖÏΒ šχ%x. yϑsù 4 ;N≡yŠρ߉÷è¨Β $YΒ$−ƒr&
... 3 tyzé& BΘ$−ƒr& ôÏiΒ ×Ïèsù 9x(y™ 4’n?tã ÷ρr& $³ÒƒÍ÷s∆ tβ$Ÿ2 tΒuρ
Puasa yang diwajibkan itu ialah beberapa hari yang tertentu; maka barang siapa di antara kamu yang sakit, atau dalam musafir, (bolehlah ia berbuka), kemudian wajiblah ia berpuasa sebanyak (hari yang dibuka) itu pada hari-hari yang lain; ... dan barang siapa yang sakit atau dalam musafir maka (bolehlah ia berbuka, Kemudian wajiblah ia berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain... Surah al-Baqarah (2): 184-185. Lihat bagaimana Allah mengisyaratkan keluasan rahmat dan fadilah-Nya dalam taklif ini. Pada Surah al-Baqarah (2): 183 ditegaskan bahwa taklif ini meneladani umat terdahulu, tujuannya 1 Tabatabai, op.cit., j. 2, h. 6. 2 Lihat Surah al-Baqarah (2): 184. 3 Al-Razi, op.cit., j. 5, h. 71. 4 Abdul Hakim bin Amir Abdat (2004), Risalah Bid’ah, c. 2. Jakarta: Pustaka Abdullah, h. 215. 5 Al-Tabatabai, op.cit., j. 2, h. 11.
246
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
(1) bahwa pekerjaan berat bila telah berlaku dan berjalan secara beramai-ramai maka akan terasa ringan. (2) puasa menimbulkan takwa. Bila tidak ada puasa hilanglah tujuan hidup mulia ini. (3) Ia diwajibkan hanya beberapa hari. Kalau sering, pasti menimbulkan kesusahan. (4) Di bulan yang diwajibkan puasa, Allah menurunkan al-Qur’an, karena bulan ini mulia berkat al-Qur’an. (5) Ia menghilangkan kesusahan dengan bolehnya penundaan bagi yang susah akibat perjalanan dan sakit. Itu semua rahmat.1 Suatu wujud rahmat yang begitu besar ditemukan di sela-sela ayat-ayat puasa ada ayat bercampur. Allah berfirman: ... 4 öΝä3Í←!$|¡ÎΣ 4’n<Î) ß]sù§9$# ÏΘ$uŠÅ_Á9$# s's#ø‹s9 öΝà6s9 ¨≅Ïmé&
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa bercampur dengan istri-istri kamu... Surah al-Baqarah (2): 187 Ini mengisyaratkan Tuhan Rahmat itu tidak harus senang saat hamba-Nya hidup gersang di bulan puasa. Dia menetapkan di saatsaat ibadah puasa ada ibadah yang tidak kalah mulianya, yaitu memberi nafkah kepada istri. Suatu hal yang menarik bahwa Allah tidak menyebutkan malam puasa diisi dengan salat Tarawih,2 tapi diisi dengan bolehnya bercampur. Surah al-Baqarah (2): 187 mengisyaratkan bahwa sebelumnya jima’/bercampur di malam puasa adalah haram, dan ayat ini menghalalkannya dengan kata bashiruhunna/campurilah istri-istri kalian. Tujuannya mengharapkan kelahiran anak yang telah ditetapkan Allah sebagai penerus manusia dengan jalan bercampur. Allah telah fitrahkan untuk mencapai anak, dengan cara melepaskan syahwat dan bercampur.3 Puasa merupakan peraturan yang telah ada sejak sebelum Islam. Dalam Alkitab ditemukan Yesus puasa empat puluh hari dan tidak makan.4 Umat Kristian dianjurkan untuk puasa karena hidup ini bukan hanya untuk makan. Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”5 Berbeda puasa Muslim dengan Kristian, bahwa muslim memiliki waktu 1 Al-Razi, op.cit., j. 5, h. 74. 2 Pesan solat Terawih banyak ditemukan di dalam hadis. 3 Al-Tabatabai, op.cit., j. 2, h. 45-47. 4 Lihat Alkitab, Perjanjian Baru, Lukas 4:2, op.cit., h. 72. 5 Alkitab, Perjanjian Baru, Matius 4:4, op.cit., h. 3.
247
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
tertentu di bulan Ramadhan dan dari fajar sampai tenggelam matahari, sementara Kristian hanya sampai pada anjuran, tanpa penetapan waktu, boleh puasa satu hari penuh atau setengah hari sampai siang.1 Muslim puasa karena dia beriman kepada Allah, agar meraih takwa. Puasa itu sendiri adalah rahmat dan mudah serta dimudahkan Allah dengan rukhsah dan dibolehkannya bercampur. Salah satu tujuan pengaruh puasa terkait dengan rahmat Allah adalah untuk membantu satu empati dengan kelaparan orang-orang kurang beruntung, dan untuk meningkatkan kepekaan terhadap penderitaan orang lain dan mengembangkan kasihan bagi masyarakat fakir dan miskin. 5.2.4. Rahmat Allah Dalam Zakat Zakat menurut bahasa artinya al-ziyadah/bertambah2 atau alnama’/berkembang atau al-tathir/membersihkan.3 Menurut syariat artinya pengeluaran yang dilakukan oleh orang yang terkena kewajiban dalam hartanya untuk mengeluarkan sebagian harta kepada sebagian orang yang telah ditetapkan untuk menerimanya.4 Atau apa yang kamu keluarkan dari hartamu untuk membersihkannya.5 Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan salat bahwa salat dan zakat merupakan dua usaha untuk mencapai rahmat Tuhan.6 Tuhan Maha Rahmat mensyariatkan zakat agar tersebar rahmat di bumi ini. Dengan terhindarnya masyarakat dari kejahatan melalui zakat, maka ini wujud dari rahmat sebenarnya.
ã—öθx(ø9$# uθèδ šÏ9≡sŒuρ 4 …çµtF÷Η¿qu‘ ô‰s)sù 7‹Í≥tΒöθtƒ ÏN$t↔ÍhŠ¡¡9$# È,s? tΒuρ 4 ÏN$t↔Íh‹¡¡9$# ãΝÎγÏ%uρ
∩∪ ÞΟŠÏàyèø9$# Peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan-kejahatan (yang dilakukannya); dan (sebenarnya) barang siapa yang Engkau 1 Maksimun, op.cit., h. 97. 2 Al-Jurjani, op.cit., h. 117. 3 Ibn Manzur, op.cit., j. 2, h. 36. 4 Al-Jurjani, op.cit., h. 117. 5 Ibn Manzur, op.cit., j. 2, h. 36. 6 Lihat Surah al-Nur (24): 56 pada pembahasan Solat dalam penelitian ini.
248
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
pelihara pada hari itu dari terkena (balasan) kejahatankejahatan (yang dilakukannya) maka sesungguhnya Engkau telah mengurniakan rahmat kepadanya; dan yang demikian itulah kemenangan yang besar (nilainya). Surah al-Mu’min (40): 9. Menurut al-Qur’an, zakat dan sedekah memiliki sekurangkurangnya enam kebaikan. Bahkan zakat adalah riba/membungakan uang dalam arti sebenarnya. Pertama, Allah mampu melipat gandakan modal sedekah. Manakala tanah, kata Allah, mampu memberi tujuh ratus kali ganda dari satu benih yang ditanam oleh petani, maka Pencipta tanah (Allah) mampu melipat gandakan modal sedekah yang diberikan hambanya berlipat ganda lebih dari tujuh ratus kali ganda.1 Kedua, diberi Allah rezeki pasif. Perihal ini sudah dibahaskan pada pembahasan konsep rezeki. Satu pernyataan Allah yang penting bahwa orang yang beriman dan beramal soleh, melaksanakan salat dan menunaikan zakat akan mendapatkan pahala langsung dari sisi Allah, tidak ada potongan dan mendapatkan bonus lagi. öΝçλ°; “]Œr& Iωuρ $xΨtΒ (#θà)x(Ρr& !$tΒ tβθãèÎ7÷GムŸω §ΝèO «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû öΝßγs9≡uθøΒr& tβθà)Ï(ΖムtÏ%©!$#
∩⊄∉⊄∪ šχθçΡt“óstƒ öΝèδ Ÿωuρ óΟÎγøŠn=tæ ì∃öθyz Ÿωuρ öΝÎγÎn/u‘ y‰ΨÏã öΝèδãô_r& Orang-orang yang membelanjakan hartanya pada jalan (agama) Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang mereka belanjakan itu dengan perkataan membangkit-bangkit (pemberiannya), dan tidak pula menyinggung atau menyakiti (pihak yang diberi), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita. Surah al-Baqarah (2): 262. Ketiga, menenteramkan jiwa atau dalam istilah al-Qur’an la khawf atau tidak bimbang atas mara bahaya yang akan menimpa,2 tidak pula berdukacita bila menghadapi kecemasan pada hari kiamat.3 Ciri khusus dari ekonomi Islam adalah ekonomi bertuhan.1 1 Lihat Surah al-Baqarah (2): 261 2 Al-Tabatabai, op.cit., j. 2, h. 388. 3 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 169.
249
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Hanya orang yang beriman dan percaya Tuhan yang akan merasa aman dalam bekerja. Bila berlaku penipuan terhadap dirinya dia tidak akan gundah, karena hal itu akan membuat pelakunya lebih mendekatkan dirinya kepada Allah, dan Dia akan membalas pelaku di akhirat, atau di dunia dengan siksa yang pedih. Keempat, tidak akan berdukacita atau dalam istilah al-Qur’an la yahzan atau tidak ada rasa sedih yang berkecamuk di dalam jiwa akibat sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi.2 Mereka tidak sedih atas apa saja yang hilang dari harta dunia.3 Orang yang yakin pada Tuhan tidak akan bersedih saat bersedekah, karena dia yakin inilah riba/pelipat gandaan uang yang sebenarnya.4 Apa mungkin ada seorang petani yang menanam satu bibit akan tumbuh hanya satu buah saja? Tidak, malah Allah membalasnya dengan menjadikannya sebuah pohon yang besar yang memiliki cawangan yang setiap cawangan memiliki ranting dan setiap ranting menghasilkan buah yang banyak. Jika tanah makhluk Allah mampu melipatgandakan, bukankah Tuhan Pencipta tanah lebih kuasa untuk memberi ganjaran lebih banyak.5 Kelima, melipatgandakan kawan. Orang yang ramai sedekah akan melipatgandakan kawan dan teman serta mengurangi musuh. Bukankah teman adalah harta yang tidak kalah pentingnya dalam hidup ini. Al-Tantawi berkata: “Bahwa kaum miskin akan mendoakannya dengan doa-doa yang baik dan mereka pun tidak menjadi pendengki.”6 Keenam, sedekah dan zakat sumber kebahagiaan. Sebenarnya, dari lima pelipat gandaan ini sebenarnya perkara pertama saja sudah cukup bagi muslim untuk zakat, infak dan sedekah sebagai pelipat ganda yang hakiki dalam Islam.7 Pengaruh rahmat Allah dengan mewajibkan zakat terlihat pada enam perkara berikut (1) dilipatgandakan, (2) rezeki pasif, (3) menenteramkan jiwa, (4) tidak ada duka, (5) melipatgandakan 1 Al-Qaradawi (1995), Dawr, op.cit., h. 27. 2 Al-Tabatabai, op.cit., j. 2, h. 388. 3 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 169. 4 Lihat al-Baqarah (2): 261. 5 Al-Sha‘rawi (2004), op.cit., j. 2, h. 72. 6 Muhammad Sayyid al-Tantawi (1992), Tafsir al-Wasid li al-Qur’an al-Karim, Tafsir surah al-Fatihah dan al-Baqarah, j. 1, Kairo: Dar al-Ma‘arif, h. 637. 7 Al-Tabatabai, j. 2, h. 387; lihat juga Surah al-Baqarah (2): 245 dan Surah al-Tawbah (9): 103.
250
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
kawan, (6) membahagiakan. Zakat dan sedekah itu bukti nyata dari sikap kasih dan rahmat kepada manusia. 5.2.5. Rahmat Allah Dalam Haji Haji adalah menuju kepada sesuatu yang agung. Menurut syariat artinya menuju ke Baitullah dengan rukun dan syarat tertentu pada waktu yang sudah ditetapkan.1 Allah berfirman: Çtã ;Í_xî ©!$# ¨βÎ*sù tx(x. tΒuρ 4 Wξ‹Î6y™ ϵø‹s9Î) tí$sÜtGó™$# ÇtΒ ÏMøt7ø9$# ÷kÏm Ĩ$¨Ζ9$# ’n?tã ¬!uρ ...
t Ïϑn=≈yèø9$# ...Allah mewajibkan manusia mengerjakan ibadat Haji dengan mengunjungi Baitullah yaitu barang siapa yang mampu sampai kepadanya. barang siapa yang kufur (ingkarkan kewajiban ibadat Haji itu), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak berhajatkan sesuatu pun) dari sekalian makhluk. Surah Ali Imran (3): 97.
Muslim yang mampu tapi tidak melaksanakan haji disebut kafir karena kecintaannya kepada Maha Rahmat dipersoalkan. Dia kafir secara furuk seperti kafirnya orang yang meninggalkan salat dan tidak membayar zakat.2 Tapi bila dia berkeyakinan bahwa kunjungan itu tidak wajib, maka dia dinyatakan sebagai orang yang kafir keluar dari Islam.3 Lebih dari itu Allah tidak pernah memerlukan manusia seperti ini. Minimal terdapat tiga rahmat di dalam haji. Pertama, dosa dihapuskan. Al-Sabuni berkata: “Mohon ampunlah terhadap dosa yang telah berlalu, karena Dia Maha Luas ampunan dan rahmatNya.”4 Allah berfirman: ∩⊇∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θà(xî ©!$# āχÎ) 4 ©!$# (#ρãÏ(øótGó™$#uρ â¨$¨Ψ9$# uÚ$sùr& ß]ø‹ym ôÏΒ (#θàÒ‹Ïùr& ¢ΟèO
Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orangorang banyak (‘Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Surah al-Baqarah (2): 199. 1 Al-Jurjani, op.cit., h. 87; lihat juga Ibn Manzur, op.cit., j. 1, h. 569. 2 Al-Tabatabai, op.cit., j. 3, h. 355. 3 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 3, h. 1643. 4 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 130.
251
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Kedua, perniagaan yang menguntungkan. Suatu hal yang menarik, pada ayat haji ditemukan anjuran berniaga. 4... öΝà6În/§‘ ÏiΒ WξôÒsù (#θäótGö;s? βr& îy$oΨã_ öΝà6ø‹n=tã }§øŠs9
Tidak ada dosa bagi mu untuk mencari kurnia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhan mu.... Surah al-Baqarah (2): 198. Rahmat Allah dalam haji adalah bolehnya berjual beli, yang mungkin dahulunya diharamkan. Pertama, di dalam jual beli sering timbul pertelingkahan akibat harga yang terlalu murah atau mahal; kedua, haji itu menyibukkan diri dengan Allah, maka jangan disibukkan diri dengan amal duniawi seperti jual beli; ketiga, muslimin saat itu melihat banyak yang mubah dalam ibadah haji dilarang, seperti, memakai wangian, memakai baju, berburu, bercampur dengan istri, mereka pun menduga jual beli juga diharamkan; keempat, saat salat dilarang mengerjakan amal lainnya, begitu juga dugaan muslimin dilarang mengerjakan amal selain haji. Untuk itu Allah tegaskan pada ayat ini bahwa jual beli boleh dan tidak diharamkan,1 sebagai rahmat dan kasih-Nya. Ketiga, meraih haji mabrur. Haji mabrur yang berasal dari perkataan al-birr yang di antara artinya adalah kejujuran dan ketaatan, sehingga diterima hajinya, atau birr itu sendiri artinya adalah haji.2 Di antaranya birr al-walidayni, taat dan patuh kepada kedua-dua ibu bapa. Artinya, cerminan haji mabrur itu terletak pada amal tolong-menolong kepada kebajikan atau pada saat haji dan sesudahnya. Ini merupakan bukti bahwa haji terkait rapat dengan usaha saling mengasihi kepada sesama, bahkan terhadap musuh. Jangan sampai murka akibat pencegahan musuh terhadap kalian dari masuk Masjidil Haram mendorong umat Islam untuk melakukan menceroboh. Tetapi, diharapkan dari jemaah haji untuk bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan dan meninggalkan kemungkaran.3 ¢ (#ρ߉tG÷ès? βr& ÏΘ#tptø:$# ωÉfó¡yϑø9$# Çtã öΝà2ρ‘‰|¹ βr& BΘöθs% ãβ$t↔oΨx© öΝä3¨ΖtΒÌøgs† Ÿωuρ ... ... 4 Èβ≡uρô‰ãèø9$#uρ ÉΟøOM}$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès? Ÿωuρ ( 3“uθø)−G9$#uρ ÎhÉ9ø9$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès?uρ
1 Al-Razi, op.cit., j. 5, h. 171. 2 Ibn Faris, op.cit., j. 1, h. 175 3 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 326.
252
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
... Jangan sekali-kali kebencian kamu kepada suatu kaum karena mereka pernah menghalangi kamu dari Masjid alHaram itu - mendorong kamu menceroboh. Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan dan bertakwa, dan janganlah kamu bertolong-tolongan pada melakukan dosa (maksiat) dan pencerobohan... Surah al-Maidah (5): 2.
253
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
5.3. RAHMAT ALLAH DALAM MUAMALAT
5.3.1. Rahmat Allah Dalam Produksi Muamalat adalah segala bentuk transaksi dalam Islam. Di dalamnya terdapat pembahasan terkaitan hak dan kewajiban, pembahasan terkaitan harta, akad, jual beli, taflis, hajar, hiwalah, ijarah, ‘ariyah, wadiah, rahn/gadai, daman, ji’lah, kerjasama di bidang pertanian: muzara’ah, musaqah, mugharasah.1 Namun karena pembahasan ini terlalu panjang, maka penulis lebih tertarik untuk mengkaji dari sisi ekonomi yang menurut Yusuf Qaradawi dalam bukunya Dawr al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtisad al-Islami, yang telah diterjemahkan penulis ke dalam bahasa Indonesia2 dibagikan kepada produksi, sirkulasi, distribusi dan konsumsi. Rahmat Allah dalam Ekonomi Islam karena ia memiliki empat ciri yang khusus: (1) ia bersifat Rabbani. Ia bersumber dan berasal dari Allah, serta bertujuan kepada Allah, (2) Akhlak, Ekonomi Islam tetap menjaga akhlak mulia, (3) Insani, ekonomi diciptakan untuk kemaslahatan manusia, (4) Wasat/Moderat, tidak kapitalis tidak sosialis. Moderat antara dunia dan akhirat.3 Rahmat Allah dalam muamalat adalah bahwa Islam meletakkan kegiatan muamalat sebagai sarana untuk melayani manusia. Islam lebih melihat nilai manusia dari nilai ekonomi. Untuk itu Islam mewajibkan zakat agar manusia merasa bahwa dia penguasa ekonomi dan bukan dikuasai oleh ekonomi. Terakhir Islam tidak mengajak manusia untuk lari dari ekonomi atau menghindari diri untuk menikmatinya. Bekerjalah dan nikmati hasilnya sewajarnya.4 Wujud rahmat Allah dalam produksi dapat dilihat dari sumber daya alam yang Allah sediakan sebagai bahan dasar untuk 1 Muhammad Ali Hasan (2003), Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), Jakarta: Grafindo, h. 7 sd 13, lihat juga Malik bin Anas, (t.t) op.cit.,, h. 1048-1049. 2 Prof. Dr. Yusuf Qaradawi (2000), Norma dan Etika dalam Ekonomi Islam,, Zainal Arifin, Lc. (terj.) c. 3. Jakarta: Gema Insani Press. 3 Al-Qaradawi (1995), op.cit., h. 27-118; Dr. Ahmad Salus (1996), al-Iqtisad al-Islami wa al-Qadaya al-Fiqhiyah al-Mu‘asirah, Dauhah: Dar al-Thaqafah, h. 24-42. 4 Dr. Muhammad al-Bahi (1981), al-Islam wa al-Iqtisad, c.3. Kairo: Maktabah Wahbah, h. 40-43.
254
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
berproduksi. Seperti, bumi, langit, dan apa yang ada di dalam dan di antara keduanya. Dia adalah Tuhan Rahmat yang rahmat-Nya meliputi segala sesuatu.1 Allah berfirman: ∩⊂∠∪ $\/$sÜÅz çµ÷ΖÏΒ tβθä3Î=÷Ιs‡ Ÿω ( Ç≈uΗ÷q§9$# $yϑåκs]÷t/ $tΒuρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# Éb>§‘ Tuhan yang mentadbirkan tujuh petala langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya, Tuhan Yang Maha Pemurah, tidak ada sesiapapun diberi kuasa berkata-kata dengan-Nya (untuk memohon pertimbangan tentang balasan atau pengurniaan itu). Surah al-Naba’ (78): 37. Tuhan Maha Rahmat menciptakan hewan sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sebagai kemudahan mengangkut barang dan manusia serta sebagai perhiasan. öΝä3−/u‘ āχÎ) 4 ħà(ΡF{$# Èd,ϱÎ0 āωÎ) ϵŠÉóÎ=≈t/ (#θçΡθä3s? óΟ©9 7$s#t/ 4’n<Î) öΝà6s9$s)øOr& ã≅ÏϑøtrBuρ
∩∠∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ô∃ρâts9 Binatang-binatang itu pula membawa barang-barang kamu ke mana-mana negeri yang kamu tidak dapat sampai kepadanya melainkan dengan menanggung susah payah. Sesungguhnya Tuhan kamu Amat melimpah belas kasihan dan rahmat-Nya. Surah al-Nahl (16): 7.2 Tuhan itu Rauf bagi manusia yang menciptakan hewan untuk membawa barang karena Dia telah mewujudkan keinginan dari perjalanan itu. Dia Rahim/Maha Rahmat karena telah mewujudkan keamanan dalam perjalanan.3 Bahkan muslim menemui proses pertumbuhan tumbuhtumbuhan berlaku berkat angin.4 Allah berfirman: [!$tΒ Ï!$yϑ¡¡9$# zÏΒ $uΖø9t“Ρr&uρ 4 ϵÏGyϑômu‘ ô“y‰tƒ š÷t/ #Mô³ç0 yx≈tƒÌh9$# Ÿ≅y™ö‘r& ü“Ï%©!$# uθèδuρ ∩⊆∇∪ #Y‘θßγsÛ
1 Ibnu Kathir, op.cit., j. 4, h. 465. 2 Lihat juga Surah al-Nahl (16): 8. 3 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 13, h. 7820. 4 Lihat juga Surah al-A'raf (7): 57.
255
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Dialah Tuhan yang mengantarkan angin sebagai berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya, dan Kami menurunkan dari langit: air yang bersih suci Surah al-Furqan (25): 48 Angin memiliki tiga fungsi rahmat. Pertama, dihembuskannya angin dari segala penjuru/riyah hingga berlaku pergantian udara dan menimbulkan banyak oksigen. Kedua, angin juga membantu dalam proses hujan yang dapat menyuburkan tanah yang baik bagi tanaman. Ketiga, angin membantu proses penyerbukan dan pembuahan bagi tanaman.1 Bila direnungi hal di atas, maka jelas ini merupakan bukti rahmat Tuhan kepada manusia. Berapa kos yang harus dikeluarkan oleh manusia untuk menumbuhkan satu pohon, bila tanpa campur tangan Tuhan. Sungguh sangat mahal. Manakala manusia berproduksi Allah memintanya untuk melakukannya secara maksimum. Karena ciptaan Tuhan Rahman sangat sempurna. Allah berfirman: ÆìÅ_ö‘$$sù ( ;Nâθ≈x(s? ÏΒ Ç≈uΗ÷q§9$# È,ù=yz †Îû 3“ts? $¨Β ( $]%$t7ÏÛ ;N≡uθ≈yϑy™ yìö7y™ t,n=y{ “Ï%©!$#
∩⊂∪ 9‘θäÜèù ÏΒ 3“ts? ö≅yδ u|Çt7ø9$# Dialah yang telah mengaturkan kejadian tujuh petala langit yang berlapis-lapis; engkau tidak dapat melihat pada ciptaan Allah Yang Maha Kasih itu sebarang keadaan yang tidak seimbang dan tidak munasabah; (jika engkau ragu-ragu) maka ulangilah pandangan - (mu) - dapatkah engkau melihat sebarang kecacatan? Surah al-Mulk (67): 3. Lebih menarik lagi, bahwa tujuan akhir dari bekerja dalam Islam adalah bagaimana meraih rahmat Tuhan.2 Allah berfirman: ∩⊂⊄∪ tβθãèyϑøgs† $£ϑÏiΒ ×öyz y7În/u‘ àMuΗ÷qu‘uρ...ó
Rahmat Tuhanmu (yang meliputi kebahagiaan dunia dan akhirat) adalah lebih baik dari kebendaan dan keduniaan semata-mata yang mereka kumpulkan.” Surah al-Zukhruf (43): 32.
1 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 7, h. 4183. 2 Ibn Kathir, op.cit., j. 4, h. 127.
256
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Bila kemudian manusia mengatakan bahwa produksi yang dihasilkan dunia industri tidak ada campur tangan Allah, maka pernyataan ini salah. Allah yang menciptakan kapal –lambang dari membawa barang- dengan perantara Nabi Nuh. Cinta Kasih Tuhan terlihat dari kurnia-Nya yang tidak saja terbatas pada daratan tapi Dia juga memberikan di lautan nikmat yang ramai.1 Allah berfirman: öΝä3Î/ šχ%x. …çµ‾ΡÎ) 4 ÿÏ&Î#ôÒsù ÏΒ (#θäótGö;tGÏ9 Ìóst7ø9$# ’Îû šù=à(ø9$# ãΝà6s9 Åe÷“ム“Ï%©!$# ãΝä3š/§‘
$VϑŠÏmu‘ Tuhan kamulah yang menjalankan untuk kamu kapal-kapal di laut, supaya kamu dapat mencari rezeki dari limpah kurniaNya; sesungguhnya Ia adalah Maha Mengasihani kepada kamu. Surah al-Isra’ (17): 66.
Besi yang merupakan bahan dasar kapal dan pembawa barang adalah ciptaan Tuhan. Menariknya, kapal selalu terkait dengan langit. Allah berfirman: à7Å¡ôϑãƒuρ ÍνÍ÷ö∆r'Î/ Ìóst7ø9$# ’Îû “ÌøgrB y7ù=à(ø9$#uρ ÇÚö‘F{$# ’Îû $¨Β /ä3s9 t¤‚y™ ©!$# ¨βr& ts? óΟs9r&
∩∉∈∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ô∃ρâts9 Ĩ$¨Ζ9$$Î/ ©!$# ¨βÎ) 3 ÿϵÏΡøŒÎ*Î/ āωÎ) ÇÚö‘F{$# ’n?tã yìs)s? βr& u!$yϑ¡¡9$# Tidakkah engkau melihat bahwa Allah telah memudahkan apa yang ada di bumi untuk kegunaan kamu, dan (demikian juga) kapal-kapal yang belayar di laut dengan perintah-Nya? Dan Ia pula menahan langit dari runtuh menimpa bumi, kecuali dengan izin-Nya; sesungguhnya Allah Amat melimpah belas kasihan-Nya dan rahmat-Nya kepada umat manusia. Surah al-Hajj (22): 65.2
Orang selalu menduga ra’fah sama dengan rahmah, padahal ra’fah adalah rahmat Tuhan dalam menghilangkan penyakit dan rahmah tumbuhnya nikmat baru. Tuhan selalu menghilangkan petaka dan menimbulkan manfaat sebagai rahmat-Nya.3 Di sisi lain, akal dan anggota tubuh yang merupakan sumber daya manusia juga ciptaan Allah yang diberikannya kepada 1 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 14, h. 8672. 2 Lihat juga Surah al-Rum (30): 46. 3 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 16, h. 9917.
257
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
manusia agar dapat menghasilkan produksi yang maksimum. Di sisi lain, Allah telah mengajarkan manusia pertama (Adam) bagaimana cara bekerja,1 yang merupakan landasan utama dalam produksi. Rahmat Tuhan kepada manusia dengan menciptakan malam agar manusia dapat beristirahat, dan menjadikan siang untuk bekerja dan berproduksi. Allah berfirman: ö/ä3‾=yès9uρ Ï&Î#ôÒsù ÏΒ (#θäótGö;tGÏ9uρ ϵŠÏù (#θãΖä3ó¡oKÏ9 u‘$yγ¨Ψ9$#uρ Ÿ≅ø‹©9$# â/ä3s9 Ÿ≅yèy_ ϵÏGyϑôm§‘ ÏΒuρ
tβρãä3ô±n@ Dan di antara rahmat pemberian-Nya, Ia menjadikan untuk kamu malam dan siang (silih berganti supaya kamu berehat padanya dan supaya kamu berusaha mencari rezeki dari limpah kurnia-Nya, dan juga supaya kamu bersyukur. Surah al-Qassas (28): 73. Dari penguraian singkat ini jelaslah bahwa (1) produksi itu sendiri dari A hingga Z adalah bukti rahmat Allah. (2) Dia meminta dari hamba-Nya untuk berproduksi di dalam lingkaran yang halal. Ini perintah agar manusia dapat sejalan dengan alam yang dititipkan-Nya kepadanya. Satu catatan penting bahwa bekerja adalah ibadah dan sarana mendekatkan diri kepada-Nya. Kerja bukanlah tujuan, tujuan dari hidup ini adalah mentauhidkan-Nya dan menggapai rahmat-Nya.2 Dari uraian ini juga dapat ditegaskan kembali bahwa Rahman pada 78:37 terkait erat dengan unsur Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Rahmat, sementara disebutkan Rahim pada 17:66 yang terkait erat dengan kapal dan 22:65 yang terkait erat dengan rezeki, mengisyaratkan bahwa Rahim berlaku umum di dunia dan di akhirat, untuk mukmin dan kafir. Ini menambah kukuh kesimpulan penelitian ini akan amnya sifat Rahim Allah. 5.3.2. Rahmat Allah Dalam Konsumsi Berikut penguraian rahmat Allah dalam konsumsi. Pertama, makanan halal adalah bukti rahmat Tuhan yang tidak diragukan
1 Lihat al-Baqarah (2): 31. 2 Lihat Surah al-Naml (27): 63
258
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
lagi. Itu karena Allah menutup makanan halal ini dengan Rahim/Maha Mengasihi. Allah berfirman: ∩∉∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θà(xî ©!$# āχÎ) 4 ©!$# (#θà)¨?$#uρ 4 $Y7Íh‹sÛ Wξ≈n=ym öΝçFôϑÏΨxî $£ϑÏΒ (#θè=ä3sù
Maka makanlah dari apa yang kamu telah dapat (dalam peperangan) itu, sebagai benda yang halal lagi baik, serta bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Anfal (8): 69. Paling tidak makanan halal menyihatkan dan sarana Muslim untuk beribadah. Walaupun ayat ini terkait erat dengan harta rampasan perang1, tetapi tetap saja memakan makanan halal adalah rahmat dan nikmat. Kedua, selain dari makanan halal, Allah menetapkan peraturan tentang pelarangan memakan makanan haram. Dia berfirman: Çyϑsù ( ϵÎ/ «!$# ÎötóÏ9 ¨≅Ïδé& !$tΒuρ ͔̃∴Ï‚ø9$# zΝóss9uρ tΠ¤$!$#uρ sπtGøŠyϑø9$# ãΝà6ø‹n=tæ tΠ§ym $yϑ‾ΡÎ)
∩⊇⊇∈∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θà(xî ©!$# χÎ*sù 7Š$tã Ÿωuρ 8ø$t/ uöxî §äÜôÊ$# Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan kepada kamu memakan bangkai, dan darah, dan daging babi, dan binatang yang disembelih tidak karena Allah maka barang siapa terpaksa (memakannya karena darurat) sedang ia tidak mengingininya dan tidak melampaui batas (pada kadar benda yang dimakan itu, maka tidaklah ia berdosa), sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah an-Nahl (16): 115.
Suatu hal yang menarik bahwa setiap akhir ayat larangan memakan makanan haram disebutkan bahwa Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.2 Terkadang disebut “Allah” Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani 3, terkadang disebut “Rabb/Tuhan”mu Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.4 Ini mengisyaratkan rahmat-Nya yang tidak perlu diragukan sedikit pun dalam perkara larangan makanan haram. Bila sudah termakan bertaubatlah karena Dia Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani. 1 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 2, h. 166. 2 Lihat juga Surah al-Baqarah (2): 173. 3 Lihat Surah al-Maidah (5): 3. 4 Lihat Surah al-An'am (6): 145.
259
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Ketiga, al-Qur’an mengajarkan manusia untuk membelanjakan harta1 tidak kikir tidak juga boros. Menggunakan harta secukupnya tanpa harus membazir2 dan menghindari hutang. Sikap sederhana menjadi bertambah penting ketika masyarakat hidup di dalam suasana krisis.3 Contohnya, bulan suci Ramadhan dijadikan sebagai bulan konsumsi, atau bulan korban dijadikan sebagai bulan makan daging sebulan penuh. Bagaimana mungkin puasa yang hakikatnya menahan dijadikan tempat pemborosan, bagaimana mungkin pengorbanan dijadikan tempat makan daging sepuas-puasnya!? Bagaimana mungkin ditemukan satu masyarakat mengeluarkan uang jutaan dolar setiap tahun untuk pelaksanaan umrah, sementara tetangganya terancam kelaparan. Inilah bidaah yang harus dikecam oleh seluruh pendakwah.4 Keempat, Allah menghalalkan makanan yang lazat dari sembelihan atau lainnya dari Ahli Kitab yang terdiri dari umat Yahudi dan Kristian.5 Allah berfirman: @≅Ïm öΝä3ãΒ$yèsÛuρ ö/ä3©9 @≅Ïm |=≈tGÅ3ø9$# (#θè?ρé& tÏ%©!$# ãΠ$yèsÛuρ ( àM≈t6Íh‹©Ü9$# ãΝä3s9 ¨≅Ïmé& tΠöθu‹ø9$#
... ( öΝçλ°;
Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka... Surah al-Maidah (5): 5.
Kelima, ketika hendak menyembelih, seorang mukmin mengucapkan bismillahi Allah akbar dan di awal surah al-Tawbah tidak dimulai dengan bism Allah al-Rahman al-Rahim. Lebih tajam lagi, konsep Kasih menurut Jain adalah kasih untuk semua kehidupan, manusia dan non-manusia. Ajaran Jain bersumber dari sikap pada anti keganasan, jauh melebihi Vegetarianisme. Peraturan Jain menolak makanan yang tidak perlu diperoleh dengan 1 Lihat al-Baqarah (2): 3. Infak pada ayat ini dapat diartikan segala bentuk dan jenis infak, sama ada infak wajib atau pun sunat, untuk diri sendiri atau pun untuk keluarga, untuk orang banyak atau pun fi sabilillah. al-Qurtubi (2006), op.cit, h. 273-274; al-Qaradawi (1995), Daur, op.cit., h. 200 2 Lihat Surah al-Isra’ (17): 26-27. 3 Al-Qaradawi (1995), Daur, op.cit., h. 198. 4 Fahmi al-Huwaydi (1988), al-Tadayyun al-Manqus, c. 2. Kairo: Markaz al-Ahram, h. 32. 5 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 328.
260
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
keganasan. Dari pernyataan ini timbul pertanyaan bagaimana konsep rahmat Allah menurut al-Qur’an yang menghalalkan memakan hewan sembelihan? Jawabannya, karena surah al-Tawbah menceritakan tentang perang, dan pada waktu perang dan menyembelih tidak layak disebutkan al-Rahman dan al-Rahim. Sedangkan pada waktu salat dibacakan al-Rahman dan al-Rahim sebagai bukti bahwa Dia tidak menciptakan mukmin untuk membunuh dan menyiksa, Dia ciptakan mukmin untuk menyebar rahmat, fadilah dan ihsan.1 Ini tidak berarti bahwa di dalam perang dan di saat menyembelih hewan tidak terdapat rahmat Allah Permasalahan rahmat-Nya di dalam perang dapat dirujuk Rahmat Allah di dalam jihad. Bahwa Allah Tuhan Maha Rahmat melebihi rahmat manusia terhadap makhluk. Bila Dia membolehkan manusia untuk menyembelih dan memakan hewan sembelihan sama ada sembelihan muslim atau pun Ahli Kitab, maka perkara itu tidak lepas dari rahmat-Nya dalam menetapkan halal dan haram. Untuk itu Nabi Muhammad memerintahkan saat menyembelih untuk melakukan perkara yang terbaik, dengan cara menajamkan pisau.
ﻢ ﺘﺤ ﺑﻭﹺﺇﺫﹶﺍ ﹶﺫ ،ﺘﹶﻠﺔﹶﺍ ﺍﻟ ﹶﻘﻨﻮﺴ ِ ﺣ ﻢ ﹶﻓﹶﺄ ﺘﺘﻠﹾ ﹶﻓﹺﺈﺫﹶﺍ ﹶﻗ،ٍﻲﺀ ﺷ ﻋﻠﹶﻰ ﹸﻛ ﱢﻞ ﺎ ﹶﻥﺣﺴ ﺐ ﺍ ِﻹ ﺘﷲ ﹶﻛ َ ﹺﺇ ﱠﻥ ﺍ ﻪ ﺘﺤ ﻴﺡ ﹶﺫﹺﺑ ﻴ ﹺﺮ ﹶﻓ ﹾﻠ،ﺗﻪﺮ ﺷ ﹾﻔ ﻢ ﺪ ﹸﻛ ﺣ ﺪ ﹶﺃ ﺤ ﻴﻭﹾﻟ ،ﺑﺢﺍ ﺍﻟ ﱠﺬﻨﻮﺴ ِ ﺣ ﹶﻓﹶﺄ Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan/kebaikan kepada segala sesuatu, bila membunuh bunuhlah dengan baik, bila menyembelih sembelihlah dengan baik, hendaklah seseorang menajamkan pisaunya dan merehatkan sembelihannya.2 Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa (1) halal dan haram bersumber dari Allah, (2) Dia Maha Rahim, bila bersalah mohon ampunan, (3) Dia menghalalkan sebagian hewan disembelih, (4) sembelihan Ahli Kitab halal, (5) menyembelih hewan dengan pisau yang tajam.
1 Al-Razi, op.cit., j. 1, h. 171, al-Qurtubi (2006), op.cit., j. 10, h. 95. 2 Muslim, op.cit., Kitab al-Sayid, bab al-Amr bi Ihsan al-Zabh wa al-Qatl, no. 1955-57 (5055), h. 1027.
261
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
5.3.3. Rahmat Allah Dalam Sirkulasi Merupakan rahmat Allah dalam sirkulasi, Dia melarang sebagian manusia memakan harta sebagian yang lain, seperti: mencuri, berkhianat, ghasab, riba, judi. Dia membolehkan jual beli dalam bingkai keredaan antara penjual dan pembeli. šχθä3s? βr& HωÎ) È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/ Μà6oΨ÷t/ Νä3s9≡uθøΒr& (#þθè=à2ù's? Ÿω (#θãΨtΒ#u šÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ
∩⊄∪ $VϑŠÏmu‘ öΝä3Î/ tβ%x. ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä3|¡à(Ρr& (#þθè=çFø)s? Ÿωuρ 4 öΝä3ΖÏiΒ <Ú#ts? tã ¸οt≈pgÏB Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu1; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Surah al-Nisa (4): 29. Panggilan untuk melaksanakan salat Jumaat adalah wajib, dan bekerja untuk mencari rezeki setelah selesai salat Jumaat juga penting.2 Perintah pertama yang mengandung panggilan salat sama kuatnya dengan perintah untuk bekerja mencari rezeki saat setelah selesai salat. Hal senada ini telah dibahaskan pada rahmat Allah dalam haji dengan bolehnya jual beli. Karena jemaah haji memerlukan makanan, minuman, pakaian dan keperluan utama yang lainnya? Bahkan terkadang jual beli di dalam ibadah haji menjadi wajib hukumnya. Hal ini, bila tidak ada yang berjualan hingga menyebabkan jemaah haji mati kelaparan. Menurut alGhazali, berniaga dan bekerja adalah sarana untuk menuju akhirat. Dengan catatan bahwa keuntungan akhirat lebih baik dari keuntungan dunia.3 Kedua, sirkulasi di antaranya berjual beli memerlukan modal dan sumber pendanaan, dalam al-Qur’an tepatnya di akhir Surah alBaqarah ditemukan empat sumber pendanaan itu: sedekah dan infak4, larangan riba,5 mengeluarkan zakat,1 dan pinjaman tanpa 1 Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan. 2 Lihat Surah al-Jumu'ah (62): 10 3 Al-Ghazali (1987), op.cit., j. 2, h. 87. 4 Lihat Surah al-Baqarah (2): 261-274. 5 Lihat Surah al-Baqarah (2): 275-276.
262
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
bunga2. Keempat pendanaan ini juga yang dilakukan oleh masyarakat Madani di Madinah.3 Bila ini terlaksana, niscaya rahmatNya dalam sirkulasi dapat terwujud. Pembahasan infak dan sedekah telah dibahaskan dalam bagian tidak terpisah dari rahmat Allah di dalam zakat, yang tersisa adalah larangan riba dan pinjaman tanpa bunga. Bila riba dicegah maka yang terjadi adalah pinjaman tanpa riba. Untuk itu pembahasan selanjutnya lebih diarahkan kepada bagaimana melihat rahmat Allah dalam larangan riba. Selain Islam, riba juga dilarang bagi umat Kristiani.4 Dia melarang riba karena mengandung unsur kezaliman. Allah berfirman: zÏΒ ß≈sÜø‹¤±9$# çµäܬ6y‚tFtƒ ”Ï%©!$# ãΠθà)tƒ $yϑx. āωÎ) tβθãΒθà)tƒ Ÿω (#4θt/Ìh9$# tβθè=à2ù'tƒ šÏ%©!$#
4 (#4θt/Ìh9$# tΠ§ymuρ yìø‹t7ø9$# ª!$# ¨≅ymr&uρ 3 (#4θt/Ìh9$# ã≅÷WÏΒ ßìø‹t7ø9$# $yϑ‾ΡÎ) (#þθä9$s% öΝßγ‾Ρr'Î/ y7Ï9≡sŒ 4 Äb§yϑø9$#
yŠ$tã ï∅tΒuρ ( «!$# ’n<Î) ÿ…çνãøΒr&uρ y#n=y™ $tΒ …ã&s#sù 4‘yγtFΡ$$sù ϵÎn/§‘ ÏiΒ ×πsàÏãöθtΒ …çνu!%y` yϑsù
∩⊄∠∈∪ šχρà$Î#≈yz $pκÏù öΝèδ ( Í‘$¨Ζ9$# Ü=≈ysô¹r& y7Í×‾≈s9'ρé'sù Orang-orang yang memakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
1 Lihat Surah al-Baqarah (2): 277-281. 2 Lihat Surah al-Baqarah (2): 282-283. 3 Dr. ‘Ali Ahmad Salus, Hukm Wadai’ al-Bunuk wa al-Syahadat al-Ithithmar fi al-Fiqh alIslami, Kairo: al-Ittihad al-Dauli li al-Bunuk al-Islami, h. 28. 4 Lihat Alkitab Perjanjian Lama, lihat Imamat 25: 36, Nehemia 5:7, Mazmur 15:5, Amsal 28:8 dan Yehezkial 22:12. Contohnya, yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya. Mazmur 15:5 Alkitab Elektronik 2.0, lihat juga Shaikh Muhammad Abu Zahrah (1985), Tahrim al-Riba: Tanzim Iqtisadi, c.2, Jeddah: Al-Dar al-Su‘udiyah, h. 21-26 dan Shaikh Muhammad Abu Zahrah (1986), Buhuth fi al-Riba, Kairo: Dar al-Fikr al-‘Arabi, h. 3
263
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Surah al-Baqarah (2): 275. Erti riba menurut bahasa ialah sesuatu yang zada/berlebih dan nama/bertambah. 1 Maksud dari orang-orang yang memakan riba ialah orang yang memakan sesuatu yang berlebih. Ini membuktikan bahwa Allah sangat mengecam orang yang mengambil riba dengan sebutan “memakan yang berlebih”. Karena kebiasaan manusia dan hewan akan memakan sesuai dengan kadarnya, namun bila memakan di luar dari itu mereka dikelaskan sebagai manusia tidak normal, rakus dan tamak.2 Allah juga menggambarkan pemakan riba seperti orang yang kemasukan syaitan karena penyakit gila (tidak normal) dalam dua keadaan. Pertama, di akhirat. Kelak akan ditemukan satu kelompok manusia yang tidak normal, kalau ditemukan kelompok ini ketahuilah bahwa mereka orang yang telah memakan riba di dunia.3 Kedua, ditemui kesan dari proses riba itu dalam masyarakat. Dalam masyarakat yang moden yang penuh kemajuan ini, sewajarnya manusia hidup aman dan damai. Namun ternyata tidak demikian, di negara yang tingkat ekonominya mapan, didapati kegelisahan, kegoncangan dan gangguan jiwa, bahkan jumlah manusia gila peratusnya tinggi. Sampai pada puncaknya mereka melihat bahwa harta adalah tujuan akhir dalam hidup. Sebenarnya harta bukanlah tujuan. Harta tidak lebih dari sarana.4 Ketiga, walaupun riba menyebarkan aroma anti rahmat, tapi tetap saja Allah menetapkan prinsip rahmat-Nya bagi pelaku riba dan bagi pelaku dosa apa saja. Dia menyatakan bahwa Dia tidak akan menyiksa apa yang telah dilakukan pelaku riba bila berhenti, Dia tidak melihat syariat untuk melihat ke belakang dan masa lalu, tapi Dia menjadikannya syariat jauh memandang ke masa hadapan.5 Dari penguraian ini dapat disimpulkan bahwa di dalam sirkulasi terdapat rahmat-Nya (1) Dia bolehkan jual beli dan dilarang memakan harta secara batil, bahkan jual beli dinilai sebagai 1 Ibn Manzur, op.cit., j. 1, h. 1116. 2 Al-Sha‘rawi (2004), op.cit., j. 2, h. 113. 3 Ibid., j. 2, h. 113. 4 Ibid., j. 2, h. 113. 5 Al-Tantawi, op.cit., j. 1, h. 636.
264
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
unrus penting dalam kehidupan. (2) Dia menetapkan sumber pendanaan, dengan dihalalkan pinjaman tanpa riba, dan memotivasinya, dan mengharamkan riba. (3) Bila manusia telah melakukan riba dan ingin bertaubat, dengan Rahim-Nya Dia tetap membuka pintu taubat. 5.3.4. Rahmat Allah Dalam Distribusi Pengagihan hanya dapat merata bila dibangunkan berdasarkan dua tonggak. Tonggak kebebasan dan keadilan. Islam mengakui hak milik peribadi, ini merupakan tanda pertama tunggak kebebasan. Puncak pengakuan itu terwujud dengan pengakuan warisan harta kepada keluarganya.1 Allah berfirman: Å»θム7π§‹Ï¹uρ ω÷èt/ .ÏΒ 4 ... È÷u‹sVΡW{$# Åeáym ã≅÷VÏΒ Ìx.©%#Ï9 ( öΝà2ω≈s9÷ρr& þ’Îû ª!$# ÞΟä3ŠÏ¹θム3 «!$# š∅ÏiΒ ZπŸÒƒÌsù 4 $Yèø(tΡ ö/ä3s9 Ü>tø%r& öΝß㕃r& tβρâ‘ô‰s? Ÿω öΝä.äτ!$oΨö/r&uρ öΝä.äτ!$t/#u 3 AøyŠ ÷ρr& !$pκÍ5
∩⊇⊇∪ $VϑŠÅ3ym $¸ϑŠÎ=tã tβ%x. ©!$# ¨βÎ) Allah perintahkan kamu mengenai (pembagian harta pusaka untuk) anak-anak kamu, yaitu bagian seorang anak lelaki menyamai bagian dua orang anak perempuan... (Pembagian itu) ialah sesudah diselesaikan wasiat yang telah diwasiatkan oleh si mati, dan sesudah dibayarkan hutangnya. lbu-bapa kamu dan anak-anak kamu, kamu tidak mengetahui siapa di antaranya yang lebih dekat serta banyak manfaatnya kepada kamu (Pembagian harta pusaka dan penentuan bagian masingmasing seperti yang diterangkan itu ialah) ketetapan dari Allah; sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana. Surah al-Nisa’ (4): 11. Harta warisan yang ditetapkan Allah adalah sebagai wujud rahmat-Nya, karena Dia yang Maha Mengetahui kemaslahatan makhluk lagi Maha Bijaksana dalam menetapkan hukum dan pembagian dalam warisan serta lainnya.2 Dan ingatlah Dia Maha Mengetahui barang siapa yang curang dan yang adil, lagi
1 Al-Qaradawi (1995), Daur, op.cit., h. 320-330. 2 Al-Zamakhsari, op.cit., j. 1, h. 474.
265
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Halim/Maha Penyabar terhadap orang yang curang dengan tidak tergesa-gesa menurunkan siksa azab.1 Di sisi lain, kebebasan mutlak adalah noda akhlak yang terkutuk. Kebebasan harus diikat dengan keadilan. Untuk mewujudkan keadilan manusia memerlukan panduan Tuhan (alQur’an dan Hadis). Bervariasinya pemerolehan rezeki dan keseimbangan kesempatan kerja adalah wujud dari keadilan. Dan lebih penting dari itu mendekatkan kesenjangan termasuk salah satu keadilan.2 Allah berfirman: $uΖ÷èsùu‘uρ 4 $u‹÷Ρ‘‰9$# Íο4θuŠysø9$# ’Îû öΝåκtJt±ŠÏè¨Β ΝæηuΖ÷t/ $oΨôϑ|¡s% ßøtwΥ 4 y7În/u‘ |MuΗ÷qu‘ tβθßϑÅ¡ø)tƒ óΟèδr& ... $wƒÌ÷‚ß™ $VÒ÷èt/ ΝåκÝÕ÷èt/ x‹Ï‚−Gu‹Ïj9 ;M≈y_u‘yŠ <Ù÷èt/ s−öθsù öΝåκ|Õ÷èt/
Adakah mereka berkuasa membagi-bagikan (perkara-perkara kerohanian dan keagamaan yang menjadi sebesar-besar) rahmat Tuhanmu (wahai Muhammad, seolah-olah Kami hanya berkuasa dalam perkara kebendaan dan keduniaan saja? Mereka tidak ingkarkan): Kami membagi-bagikan antara mereka segala keperluan hidup mereka dalam kehidupan dunia ini, (setengahnya Kami jadikan kaya raya dan setengahnya miskin menderita); dan juga Kami telah menjadikan derajat setengah mereka tertinggi dari derajat setengahnya yang lain; (semuanya itu) supaya sebagian dari mereka senang mendapat kemudahan menjalankan kehidupannya dari (bantuan) setengahnya yang lain... Surah al-Zukhruf (43): 32. Allah membagi-bagikan antara manusia segala keperluan hidup mereka setengahnya dijadikan kaya raya dan setengahnya miskin menderita; dan juga Dia telah menjadikan derajat setengah mereka tertinggi dari derajat setengahnya yang lain; semuanya itu supaya sebagian dari mereka senang mendapat kemudahan menjalankan kehidupannya dari bantuan setengahnya yang lain. Rahmat Tuhan tidak saja terbatas dalam perkara kebendaan dan keduniaan saja, tapi juga terkait dengan perkara-perkara kerohanian dan keagamaan yang menjadi sebesar-besar. Bahkan rahmat Tuhan lebih baik dari apa yang ada pada mereka berupa harta dan kenikmatan dunia.3 1 Lihat Surah al-Nisa’ (4): 12 dan ibid., h. 476. 2 Al-Qaradawi (1995), Dawr, op.cit., h. 333-336. 3 Ibn Kathir, op.cit., j. 4, h. 127.
266
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Pengagihan dalam agama meminta agar daging korban lebih dapat dibagi dan dinikmati oleh orang fakir dan miskin, dan puasa lebih diharapkan sebagai tempat hemat dan sedekah kepada yang tidak mampu, serta umrah sunat sebaiknya diabaikan demi distribusi yang lebih adil dan beradab. Maha Rahmat Allah.
267
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
5.4. RAHMAT ALLAH DALAM MUNAKAHAT
5.4.1. Rahmat Allah Pada Perkawinan Syariat atau peraturan hanyalah perintah dalam waktu yang terbatas dengan amalan/tugas terbatas juga. Jika keluar masanya, maka kembali perintah itu menjadi larangan, seperti bekerja boleh bagi mereka pada hari Jumaat dan diharamkan pada hari Sabtu.1 Kemudian kembali menjadi boleh pada hari Ahad. Begitu juga halnya dengan puasa, berkorban dan seluruh syariat lainnya.2 Nikah menurut bahasa adalah al-damm dan al-jam’u/bersatu dan berkumpul. Menurut syariat artinya akad yang bertujuan dengannya dihalalkan bercampur.3 Dalam al-Qur’an bahasa bercampur sering disebut dalam bentuk kinayah, seperti rafath/bercampur, mubasharah/berhubungan langsung, dukhul/masuk, mass/menyentuh, lams/memegang, ityan/mendatangkan dan qurb/mendekati. Ini merupakan adab penyebutan dalam al-Qur’an.4 Pertama, cukuplah bukti rahmat Allah dalam menikah Dia menciptakan manusia memiliki pasangan hidup, dan Dia mensyariatkan mereka untuk menikahinya. Tujuan perkawinan adalah supaya manusia bersenang hati dan hidup mesra dengan pasangannya, dan dijadikannya di antara suami istri perasaan kasih sayang dan belas kasihan.5 Allah berfirman: Νà6uΖ÷t/ Ÿ≅yèy_uρ $yγøŠs9Î) (#þθãΖä3ó¡tFÏj9 %[`≡uρø—r& öΝä3Å¡à(Ρr& ôÏiΒ /ä3s9 t,n=y{ ÷βr& ÿϵÏG≈tƒ#u ôÏΒuρ
∩⊄⊇∪ tβρã©3x(tGtƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ y7Ï9≡sŒ ’Îû ¨βÎ) 4 ºπyϑômu‘uρ Zο¨Šuθ¨Β Di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaannya dan rahmat-Nya, bahwa Ia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), istri-istri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikanNya di antara kamu (suami istri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang demikian itu mengandung 1 Lihat Surah al-Nisa’ (4): 154. 2 Ibn Hazm, op.cit., j. 1, h. 119. 3 Al-Jurjani, op.cit., h. 242. 4 Al-Tabatabai, op.cit., j. 2, h. 45. 5 Lihat Surah al-Rum (30): 21.
268
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesadaran) bagi orang-orang yang berfikir. Surah al-Rum (30): 21. Mawaddah dan rahmat yang dialami oleh pasangan suami istri akibat pakaian jiwa yang saling menyelimuti keduanya. Keduanya akan merasakan kedamaian.1 Rahmat itu bersifat khusus karena dalam diri setiap pasangan terdapat rasa kasih bercampur dengan hasrat yang membara. Itulah rasa rahmat Ilahi yang ditanamkan Tuhan dalam diri setiap pasangan, sehingga keduanya merasakan adanya tali yang mengikat keduanya.2 Mawaddah dan rahmat tetap dikekalkan walaupun itu terhadap istri dari kitabiyah. Selama Allah telah menghalalkan muslim untuk berkawin dan menjadikan kitabiyah sebagai pasangan suami istrinya, maka mawaddah dan rahmat kepadanya adalah bagian yang tidak terlepaskan.3 Selain sakan dan mawaddah, menikah merupakan rahmat Allah untuk memiliki keturunan, memperbanyak kawan dan teman, serta mencapai kelazatan.4 Ketika sepasang suami istri jauh dari Allah atau melakukan perbuatan maksiat, maka rasa rahmat akan hilang sedikit demi sedikit dalam jiwa mereka tanpa mereka sadari, lalu digantikan oleh kekerasan hati karena perbuatan mereka sendiri dan karena perintah Allah Sebaliknya, kebahagiaan sepasang suami istri akan semakin bertambah dan memenuhi jiwa mereka jika mereka selalu berhubungan kepada Allah dan tekun menunaikan kewajiban mereka kepada-Nya. Bahkan mereka pun mendapatkan rezeki tanpa diduga. 5 Allah berfirman: u!#ts)èù (#θçΡθä3tƒ βÎ) 4 öΝà6Í←!$tΒÎ)uρ ö/ä.ÏŠ$t6Ïã ôÏΒ tÅsÎ=≈¢Á9$#uρ óΟä3ΖÏΒ 4‘yϑ≈tƒF{$# (#θßsÅ3Ρr&uρ
∩⊂⊄∪ ÒΟŠÎ=tæ ììÅ™≡uρ ª!$#uρ 3 Ï&Î#ôÒsù ÏΒ ª!$# ãΝÎγÏΨøóムKawinkanlah orang-orang bujang (lelaki dan perempuan) dari kalangan kamu, dan orang-orang yang soleh dari hambahamba kamu, lelaki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah 1 ‘Abd al-Qadir Ahmad ‘Ata (1980), al-Liqa bayna al-Zawjayn fi Daw’ al-Kitab wa alSunnah, Kairo: Dar al-Turath al-‘Arabi, h. 34. 2 Fathi, op.cit., h. 258. 3 Ibrahim Sulaiman Isa, op.cit., h. 60 4 Al-Razi, op.cit., j. 6, h. 95. 5 Ibid., 258.
269
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
akan memberikan kekayaan kepada mereka dari limpah kurnia-Nya karena Allah Maha Luas (kasih-Nya dan limpah kurnia-Nya), lagi Maha Mengetahui. Surah al-Nur (24): 32. Kedua, dasar pernikahan adalah seorang mukmin berkawin dengan mukminah. Benar mukmin boleh berkawin dengan kitabiyah dari Masihiyah dan Yahudiyah. Seakan-akan ini isyarat lembut bagi yang ingin berkawin untuk memilih mukminah. Karena lebih selamat dalam agama, hidup, harta dan anak. Sebab selain mukminah tidak dapat dijamin dalam semua ini.1 Allah berfirman: ... ÏM≈oΨÏΒ÷σßϑø9$# ÞΟçFóss3tΡ #sŒÎ) (#þθãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ
Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berkawin dengan perempuan-perempuan yang beriman ... Surah al-Ahzab (33): 49. Ibnu Kathir berpendapat bahwa penambahan perkataan mu’minah dalam ayat itu disebutkan berdasarkan konsumsi secara umum. Artinya, tidak ada beda hukum bagi mukminah dan kitabiyah dalam hal talak cerai.2 Ketiga, wujud rahmat Tuhan begitu terasa dalam nikah antara mukmin dan kitabiyah. Allah berfirman: !#sŒÎ) öΝä3Î=ö6s% ÏΒ |=≈tGÅ3ø9$# (#θè?ρé& tÏ%©!$# zÏΒ àM≈oΨ|ÁósçRùQ$#uρ ÏM≈oΨÏΒ÷σßϑø9$# zÏΒ àM≈oΨ|ÁósçRùQ$#uρ ...( öà(õ3tƒ tΒuρ 3 5β#y‰÷{r& ü“É‹Ï‚−GãΒ Ÿωuρ tÅsÏ(≈|¡ãΒ uöxî tÏΨÅÁøtèΧ £èδu‘θã_é& £èδθßϑçF÷s?#u
∩∈∪ zƒÎÅ£≈sƒø:$# zÏΒ ÍοtÅzFψ$# ’Îû uθèδuρ …ã&é#yϑtã xÝÎ6ym ô‰s)sù Ç≈uΚƒM}$$Î/ ...(Dihalalkan mengahwini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orangorang yang diberi Alkitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi. 1 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 19, h. 12092. 2 Ibn Kathir, op.cit., j. 3, h. 497.
270
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Surah al-Maidah (5): 5. Dari ayat ini, Islam membolehkan mukmin berkawin dengan wanita Ahli Kitab dari Yahudi dan Kristian. Ibn Umar melarangnya karena Ahli Kitab adalah musyrik.1 Sha’rawi yang moderat berkata: “Tanyakan dahulu apa pendapatmu tentang Isa?” Bila dikatakan dia rasul, maka nikahilah, karena dia kitabiyah. Bila dikatakan dia anak Tuhan, maka lakukan dia sebagai wanita kafir dan musyrik. Pernyataan ini disebutkan saat menjawab pertanyaan dari sebagian umat Islam yang belajar di Eropah dan Amerika, di antara mereka timbul keinginan untuk menikah dengan warganya yang Kristian atau Yahudi.2 Kehidupan rumah tangga sebagaimana dimaklumi dibangunkan atas dasar mawaddah dan rahmat. Ini membuktikan mawaddah mukmin dengan bukan mukmin bukanlah suatu yang tidak mungkin dan aneh. Bagaimana seorang suami dapat hidup bersama dengan istrinya –walaupun Ahli Kitab- bila tidak atas dasar mawaddah. Bagaimana pula hubungannya dengan mertua, besan dan pakcik dari pihak istri –walaupun bukan mukmin- kalau tidak dibangunkan atas dasar mawaddah.3 Keempat, Dia membolehkan muslim berkawin dengan hambahamba perempuan yang beriman. Allah berfirman: ôMs3n=tΒ $¨Β Ïϑsù ÏM≈oΨÏΒ÷σßϑø9$# ÏM≈oΨ|Áósßϑø9$# yxÅ6Ζtƒ βr& »ωöθsÛ öΝä3ΖÏΒ ôìÏÜtGó¡o„ öΝ©9 tΒuρ (#ρçÉ9óÁs? βr&uρ 4 öΝä3ΖÏΒ |MuΖyèø9$# }‘ϱyz ôyϑÏ9 y7Ï9≡sŒ 4 ... ÏM≈oΨÏΒ÷σßϑø9$# ãΝä3ÏG≈uŠtGsù ÏiΒ Νä3ãΖ≈yϑ÷ƒr&
Ò ‹Ïm§‘ Ö‘θà(xî ª!$#uρ 3 öΝä3©9 ×öyz Ο Sesiapa di antara kamu yang tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk berkawin dengan perempuan-perempuan yang baik-baik (yang merdeka, yang terpelihara kehormatannya) lagi beriman, maka bolehlah kamu berkawin dengan hamba-hamba perempuan yang beriman yang kamu miliki. ... (Hukum perkawinan) yang demikian (yang membolehkan seseorang berkawin dengan hamba-hamba perempuan) itu ialah bagi orang-orang yang bimbang 1 Berdasarkan Surah al-Baqarah (2):221, kerana mereka mengakui Isa sebagai Tuhan. AlRazi (1981), op.cit., j. 11, h. 150. 2 Sha‘rawi, Tafsir, op.cit., j. 18, h. 11207. 3 Dr. Ibrahim Sulaiman ‘Isa (1994), Mu‘amalah Ghayr al-Muslimin fi Dawlah al-Islam, Kairo: Dar al-Mannar, h. 115.
271
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
melakukan zina di antara kamu; dan sabarnya kamu (tidak berkawin dengan hamba-hamba perempuan) itu adalah lebih baik bagi kamu. (Ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Nisa’ (4): 25. Merupakan Rahmat Allah, Dia memberi jalan keluar untuk lelaki yang tidak memiliki cukup mahar dan keberanian menikahi wanita merdeka, untuk menikahi hamba-hamba yang dimiliki oleh mukmin. Cukuplah keimanan hamba manusia menilai bahwa hamba itu adalah baik, karena kita semua dari Bani Adam dan satu jiwa, maka jangan rendahkan orang yang menikahi hamba, betapa banyak hamba lebih baik dari orang yang merdeka.1 Kelima, Allah yang rahmat menetapkan para wanita yang haram dinikahi sebanyak empat belas wanita.2 Bila pada masa yang lalu telah tersalah dengan melanggar pengharaman ini sebelum disyariatkan Allah bertaubatlah, sebagai wujud dari rahmat-Nya Dia tetap mengampunkan.3 ∩⊄⊂∪ $VϑŠÏm§‘ #Y‘θà(xî tβ%x. ©!$# āχÎ) 3 y#n=y™ ô‰s% $tΒ āωÎ) 3 ... öΝä3çG≈yγ¨Βé& öΝà6ø‹n=tã ôMtΒÌhãm
Diharamkan kepada kamu berkawin dengan (perempuanperempuan yang berikut): ibu-ibu kamu, ...kecuali yang telah berlaku pada masa yang lalu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Nisa’ (4): 23. Keenam, dengan rahmat-Nya Allah melarang menikah dengan musyrik dan musyrikah dari kaum wathaniyah bukan Ahli Kitab, hingga musyrik beriman kepada Allah dan hari akhirat. Walaupun dia cantik, kaya dan menimbulkan selera dari keturunan, pangkat dan kekuasaan. Jangan nikahi anak perempuan muslim dengan
1 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 270. 2 (1) ibu kamu, (2) anak kamu, (3) saudara kamu, (4) saudara bapa kamu, (5) saudara ibu kamu (6) anak saudara kamu, (7) anak saudari kamu, (8) ibu susu kamu, (9) saudara susuan kamu, (10) ibu isteri kamu, (11) anak tiri yang dalam pemuliharaan kamu dari isteri-isteri yang kamu telah campuri; tetapi kalau kamu belum campuri mereka (isteri kamu) itu (dan kamu telahpun menceraikan mereka), maka tiadalah salah kamu (berkawin dengannya), (12) bekas isteri anak-anak kamu sendiri yang berasal dari benih kamu, (13) menghimpunkan dua beradik sekali (untuk menjadi isteri-isteri kamu), (14) perempuan-perempuan isteri orang, kecuali hamba sahaya yang kamu miliki. 3 Al-Sha‘rawi, op.cit., j. 4, h. 2109.
272
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
musyrik –wathiniyah atau Ahli Kitab- sehingga beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.1 3 öΝä3÷Gt6yfôãr& öθs9uρ 7πx.Îô³•Β ÏiΒ ×öyz îπoΨÏΒ÷σ•Β ×πtΒV{uρ 4 £ÏΒ÷σム4®Lym ÏM≈x.Îô³ßϑø9$# (#θßsÅ3Ζs? Ÿωuρ
.3 .. öΝä3t6yfôãr& öθs9uρ 78Îô³•Β ÏiΒ ×öyz íÏΒ÷σ•Β Ó‰ö7yès9uρ 4 (#θãΖÏΒ÷σム4®Lym tÏ.Îô³ßϑø9$# (#θßsÅ3Ζè? Ÿωuρ Janganlah kamu berkawin dengan perempuan-perempuan kafir musyrik sebelum mereka beriman (memeluk agama Islam); dan sesungguhnya seorang hamba perempuan yang beriman itu lebih baik dari perempuan kafir musyrik sekalipun keadaannya menarik hati kamu. Dan janganlah kamu (kawinkan perempuan-perempuan Islam) dengan lelaki-lelaki kafir musyrik sebelum mereka beriman (memeluk agama Islam) dan sesungguhnya seorang hamba lelaki yang beriman lebih baik dari seorang lelaki musyrik, sekalipun keadaannya menarik hati kamu... Surah al-Baqarah (2): 221. Surah al-Baqarah (2): 221 ini tidak menghapus Surah al-Maidah (5): 6 yang membolehkan menikah dengan kitabiyah, tapi ayat ini bersifat umum termasuk di dalamnya Ahli Kitab. Tujuannya melindungi mukmin dari bercampur dalam keluarga yang tidak menambah kedekatan melainkan jauh dari Allah2 Ketujuh, Al-Tijani menyebutkan bahwa bercampur adalah kenikmatan tubuh yang paling tinggi. Di antara manfaatnya: memberi semangat bagi jiwa dan menghiburnya, menghilangkan marah dan pikiran negatif. Bahkan mani bila tidak dikeluarkan akan menimbulkan bahaya dan penyakit.3 Lebih dahsyat lagi, sebagian sahabat salah paham terhadap Islam, hingga melihat bahwa Islam itu, puasa tanpa berbuka, tahajud tanpa tidur, membujang tanpa berkawin. Ternyata pandangan sahabat tentang Islam itu salah. Islam itu puasa dan bernikah, tahajud dan tidur. Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:
ﻪ ﻴﻋﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠ ﻲ ﻨﹺﺒﺝ ﺍﻟ ﺍﺯﻭ ﺳﹶﺄﻟﹸﻮﺍ ﹶﺃ ﻢ ﺳﱠﻠ ﻭ ﻪ ﻴﻋﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠ ﻲ ﻨﹺﺒﺏ ﺍﻟ ﺎ ﹺﺻﺤ ﻦ ﹶﺃ ﻣ ﺍﻧ ﹶﻔﺮ ﹶﺃ ﱠﻥ ﻢ ﹶﻻ ﺁﻛﹸـ ﹸﻞ ﻬ ـﻌﻀ ﺑ ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺎ َﺀﻨﺴﺝ ﺍﻟ ﻭ ﺰ ﺗﻢ ﹶﻻ ﹶﺃ ﻬ ﻀ ﻌ ﺑ ﺮ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺴ ﻲ ﺍﻟﻪ ﻓ ﻠﻤ ﻋ ﻦ ﻋ ﺳﱠﻠﻢ ﻭ 1 Ibid., j. 1, h. 141. 2 Al-Tabatabai, op.cit., j. 2, h. 205. 3 ‘Abd Allah Muhammad bin Ahmad bin Abi al-Qasim al-Tijani (1989), Tuhfat al-‘Arush wa al-Nuzhat al-Nufus, Kairo: Maktabah Ibn Sina. h. 225.
273
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
ﺍ ﹴﻡـﺎ ﹸﻝ ﹶﺃﻗﹾـﻮﺎ ﺑﻪ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﻣ ﻴﻋﹶﻠ ﻰﻭﹶﺃﹾﺛﻨ ﻪ ﺪ ﺍﻟﱠﻠ ﻤ ﺤ ﺵ ﹶﻓ ﺍ ﹴﻓﺮ ﻋﻠﹶﻰ ﻡ ﺎﻢ ﻻ ﹶﺃﻧ ﻬ ﻀ ﻌ ﺑ ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻢ ﺤ ﺍﻟﱠﻠ ﻦ ـﺐ ﻋ ﻏ ﺭ ﻦ ﻤ ﺎ َﺀ ﹶﻓﻨﺴﺝ ﺍﻟ ﻭ ﺰ ﺗﻭﹶﺃ ﺮ ﻄ ﻭﹸﺃ ﹾﻓ ﻡ ﻮﻭﹶﺃﺻ ﻡ ﺎﻭﹶﺃﻧ ﺻﻠﱢﻲ ﻲ ﹸﺃﻜﻨ ﻭ ﹶﻛﺬﹶﺍ ﹶﻟ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﹶﻛﺬﹶﺍ ﻲﻣﻨ ﺲ ﻴﻲ ﹶﻓﹶﻠﻨﺘﺳ Sesungguhnya beberapa orang Sahabat r.a bertanya kepada istri-istri Nabi s.a.w mengenai amalan yang dilakukan oleh baginda secara diam-diam. Maka ada di antara mereka yang memberitahu bahwa dia tidak akan berkawin. Ada juga yang memberitahu bahwa dia tidak makan daging dan ada pula yang memberitahu bahwa dia tidak pernah tidur di atas hamparan. Mendengar hal itu semua, Nabi s.a.w memuji kepada Allah dan bersabda: Apa kena dengan kaum itu, mereka berbicara itu dan ini, sesungguhnya aku mendirikan salat dan aku juga tidur, aku berpuasa, berbuka dan aku juga berkawin. Maka barang siapa yang tidak suka sunnahku, dia bukanlah golongan ku yaitu umat ku.1 Dari penguraian ini terlihat rahmat Allah dalam al-Qur’an tentang perkawinan. Yaitu: (1) disyariatkan menikah, (2) dasar menikah mukmin dengan mukminah, (3) dibolehkan menikah dengan kitabiyah, (4) hamba sahaya, (5) dilarang menikah 14 perempuan, (6) dan musyrikah, serta musyrik, (7) bercampur itu sendiri adalah rahmat dan ibadah. Perkawinan dalam al-Qur’an sangat dianjurkan dan seluruh yang mendekati perzinaan dilarang. Perkara ini berbeda dengan Alkitab, walaupun berahi dilarang tetapi dalam Perjanjian Lama ditemukan ajaran onani, yang berasal dari nama putera Yehuda dan Syua, yaitu Onan. Baca juga bagaimana mertua Yehuda menghampiri menantunya Tamar.2 Lebih menyedihkan lagi, baca tentang Ohola dan Oholiba.3 Tentu saja apa yang tertera di dalam Alkitab tentang onani, mertua menghampiri menantu, anak menghampiri ayah,4 bukanlah ajaran rahmat.
1 Al-Bukhari, op.cit., kitab al-Nikah, bab al-Targhib fi al-Nikah, no. 5063, h. 438. 2 Alkitab, Perjanjian Lama, Kejadian 38: 1-30, op.cit., h. 41-42. 3 Baca juga Alkitab, Perjanjian Lama, Yehezkial 23:1-49, op.cit., h. 917-919. 4 Lihat tajuk “rahmat Allah kepada Nabi-Nabi” tentang Nabi Lut dan kedua anak perempuannya.
274
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
5.4.2. Rahmat Allah Dalam Cerai Talaq artinya menghilangkan ikatan dan melepaskannya. Menurut syariat artinya menghilangkan ke pemilikan dalam pernikahan.1 Dalam peraturan Islam yang tertuang dalam al-Quran merupakan rahmat Allah Dia membolehkan umat Islam bercerai. Perkara ini menurut Alkitab adalah dilarang. “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”2 Hujjahnya, bagaimana boleh suami berpisah dengan istri setelah hidup bersama puluhan tahun dalam suka dan duka, cinta dan kasih. Konsep kasih Allah menurut Kristian mengenai perkawinan khususnya larangan cerai ini berbeda dengan pemikiran Islam tentang dibolehkan perceraian. Menurut peraturan Islam, walaupun talak cerai dibenci, tetap saja halal. Bahkan di dalam talak cerai tersebut ditemukan enam rahmat Allah Nabi Muhammad bersabda:
ﻕ ﻼ ﺪ ﺍﷲ ﺍﻟ ﹶﻄ ﹶ ﻨﻼ ﹺﻝ ﻋ ﳊﹶ ﺾ ﺍ ﹶﺑﻐﹶﺃ Halal yang paling dibenci di sisi Allah adalah talak3 Pertama, cukuplah Allah memberikan kesempatan sampai tiga kali, agar jangan dipakai kecuali dalam keadaan terpaksa sangat. Suami diperingatkan untuk tidak mudah-mudah mengucapkan cerai.4 Talak adalah rahmat bagi wanita, karena Allah telah menetapkannya hanya berlaku dua kali kesempatan bagi lelaki, dan talak ketiga telah bain/talak abadi. Pada masa jahiliah seorang suami mentalak istri dan merujuknya sebelum habis idah. Walaupun ditalak seratus kali maka merujuknya tetap boleh, maka datanglah perempuan itu kepada Aishah r.a. dan melaporkan suaminya yang mentalak dan merujuk sesuka hati hingga memudaratkannya. Aishah melaporkan hal itu kepada Nabi Muhammad, maka turunlah ayat al-talaq marratayn.5 Kedua, Allah Maha Rahmat, bila suami bersumpah tidak akan mencampuri istrinya, maka dia diberikan tempoh empat bulan. Setelah itu jika mereka kembali (mencampurinya), maka 1 Al-Jurjani, op.cit., h. 144. 2 Alkitab, Perjanjian Baru, Matius 19:6, op.cit., h. 24. 3 Abu Daud, op.cit., kitab al-Talaq, bab Karahiyah al-Talaq, no. 2178, h. 1383. 4 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 19, h. 12092. 5 Al-Razi, op.cit., j. 6, h. 96.
275
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
sesungguhnya Dia Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani dari apa yang terjadi dari saling menyakiti.1 Allah berfirman: ∩⊄⊄∉∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θà(xî ©!$# ¨βÎ*sù ρâ!$sù βÎ*sù ( 9åκô−r& Ïπyèt/ö‘r& ßÈš/ts? öΝÎγÍ←!$|¡ÎpΣ ÏΒ tβθä9÷σムtÏ%©#Ïj9
Kepada orang-orang yang bersumpah tidak akan mencampuri istri-istri mereka, diberikan tempoh empat bulan. Setelah itu jika mereka kembali (mencampurinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Baqarah (2): 226. Ketiga, dalam Surah al-Nisa’ (4): 130 disebutkan bahwa bila berlaku cerai satu sama lain, maka Allah akan membuat keduanya menjadi kaya berkat kurnia dan kelembutannya. Dengan memberinya pasangan lebih baik dari pasangan yang ada, dan kehidupan yang lebih baik dan harmoni dari sebelumnya. Karena Allah amat luas kurnia-Nya kepada hamba dan Maha Bijaksana dalam mengatur urusan mereka.2 ∩⊇⊂⊃∪ $VϑŠÅ3ym $èÅ™≡uρ ª!$# tβ%x.uρ 4 ϵÏGyèy™ ÏiΒ yξà2 ª!$# Çøóム$s%§x(tGtƒ βÎ)uρ
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan cukupkan (keperluan) masing-masing dari limpah kurnia-Nya. (Ingatlah) Allah Maha Luas limpah kurnia-Nya, lagi Maha Bijaksana. Surah al-Nisa’ (4): 130. Keempat, cerai sering menimbulkan murka dan reaksi. Untuk itu bila ingin bercerai, bercerailah dengan cara yang baik, tanpa ada kekerasan. Seakan mereka berdua sepakat untuk berkata: “Inilah takdir, semoga Allah menggantikan kepadamu pasangan lebih baik dariku.”3 Allah berfirman: ... 9≈|¡ômÎ*Î/ 7xƒÎô£s? ÷ρr& >∃ρá÷èoÿÏ3 88$|¡øΒÎ*sù ( Èβ$s?§÷s∆ ß,≈n=©Ü9$#
Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma`ruf atau menceraikan dengan cara yang baik... Surah al-Baqarah (2): 229. Menariknya, al-Qur’an mengungkapkan kata makruf dan ihsan berkali-kali dalam kes talak cerai ini. Ini mengisyaratkan bahwa 1 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 145. 2 Ibid., j, 1, h. 208-209. 3 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 19, h. 12097.
276
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
cerai adalah takdir tapi hubungan antara bekas suami dan istri harus tetap dijalin dengan makruf dan ihsan. Kelima, rahmat Allah dalam cerai akibat li’an. Di sisi lain, penulis menemui bahwa cerai terkadang menjadi wajib, bila suami telah menuduh istri berzina atau sebaliknya, sebagaimana disebutkan dalam Surah al-Nur [24]: 6-9. Bila istri tidak mau menyatakan kesaksian ini, berarti dia benar telah melakukan zina tersebut, tapi bila dia juga mengucapkannya, maka kedua-duanya seimbang, sehingga kedua-duanya tidak lagi layak bagi yang lainnya. Dengan demikian, hukum harus menceraikan keduanya secara abad/final, dalam arti tidak boleh kembali lagi. Sang istri tidak lagi halal baginya selamanya.1 Suami harus mengembalikan mahar kepada istri.2 Hukum li’an ini merupakan kurnia dari Allah, dan rahmat-Nya. Kalau tidak ditutup aib, niscaya kamu binasa dan dimalukan atau turun siksa dengan segera. Allah tetap saja Zat yang Maha berlebihan dalam menerima taubat dan Maha Bijaksana dari hukum syariat yang diturunkannya, di antaranya hukum li’an di atas. Hukum li’an ini rahmat, kalau tidak disyariatkan suami pasti dijatuhkan hukum hudud akibat qazf, walaupun yang diucapkannya benar atau terjadi hudud zina bagi istri.3 Allah berfirman: ∩⊇⊃∪ îΛÅ6ym ë>#§θs? ©!$# ¨βr&uρ …çµçFuΗ÷qu‘uρ ö/ä3ø‹n=tæ «!$# ã≅ôÒsù Ÿωöθs9uρ
Kalaulah tidak karena adanya limpah kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu, dan juga (kalaulah tidak karena) bahwa Allah Maha Penerima taubat, lagi Maha Bijaksana, (tentulah kamu akan) akan mengalami kesusahan yang sukar diatasi). Surah al-Nur (24): 10. Dari uraian di atas jelaslah bahwa cerai itu adalah kasih dan rahmat bagi kedua belah pihak, ditinjau dari (1) diberi kesempatan 3 kali, (2) dilarang mudah-mudah untuk mengucapkan sumpah tidak mencampuri istri, (3) cerai tidak automatik miskin, (4) cerai dilakukan dengan cara yang baik, (5) cerai akibat li’an adalah wajib. Penulis sependapat dengan al-Sha’rawi bahwa saat dunia mengecam talak cerai dan poligami dengan menyebutkan Islam teroris dan pelanggar HAM, tapi akhirnya kita menemukan polemik rumah 1 Ibid., j. 16, h. 10208. 2 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 3, h. 265. 3 Al-Sabuni, op.cit., j. 2, h. 327-328.
277
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
tangga kaum kafir tidak dapat diselesaikan kecuali dengan ditetapkannya undang-undang cerai. Ini ditetapkan atas persetujuan Vatikan pada Katekismus Gereja Katolik.1 Tepatnya saat rakyat Itali terpaksa meminta untuk dibenarkannya perceraian, yang dalam agama Katolik dianggap sebagai satu dosa dan pelanggaran. Hal serupa terjadi di Spanyol dan beberapa negara di Eropah. Lihatlah bagaimana mereka mengambil hukum Islam yang dulu pernah dihina dan remehkan. Bukti bahwa setiap masalah manusia di mana pun termasuk negara kafir, tidak dapat diselesaikan kecuali dengan syariat Islam.2
5.4.3. Rahmat Allah Pada Poligami Merupakan rahmat Allah, yang pertama, Dia membolehkan poligami. Membolehkan poligami merupakan alternatif kepada mukmin untuk berkawin satu atau lebih dari satu.3 Poligami itu sendiri bukanlah produk syariat Islam. Ia sebenarnya telah diamalkan zaman berzaman oleh masyarakat China, Yunani, Kristian dan Yahudi. Di dalam Alkitab ajaran poligami pernah dilakukan para nabi. Contohnya, Nabi Yakub memiliki empat istri, dua merdeka dan dua budak: Lea, Rahel, Bilha budak perempuan Rahel, dan Zilpa budak perempuan Lea,4 Nabi Daud memiliki istri yang terdiri dari wanita merdeka atau budak: Ahinoam, Abigail, Maakha, Hagit, Abital dan Egla.5 Kedua, poligami rahmat bagi perempuan saat jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah lelaki. “Apakah kita meninggalkan perempuan dari nikmat berkawin dan nikmat menjadi ibu, serta mencari jalan keji, atau kita buka pintu kemuliaan dengan poligami!?”6
1 Bahagian dua, bab tiga, fasal 7, no. 1650. The Sakramen dari Matemony, http: //www.vatican.va/ archive/catechism/subject_index/subject-index-cat_divorce_ en.html, tanggal 31 Mei 2009, jam 21.00. 2 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j.2, h. 996, lihat juga j. 19, h. 11779 3 Menurut Sadi ayat di atas membolehkan mukmin berkawin lebih dari empat wanita, sementara berdasarkan hadis Ghailan ulama berpendapat maksimal poligami adalah empat. Al-Razi (1981), op.cit., j. 9, h. 180-181. 4 Lihat Alkitab, Perjanjian Lama, Kejadian 35:22-26, op.cit., h. 38. 5 Samuel 2 3:2-5, ibid., h. 335 6 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 261.
278
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
4o_÷WtΒ Ï!$|¡ÏiΨ9$# zÏiΒ Νä3s9 z>$sÛ $tΒ (#θßsÅ3Ρ$$sù 4‘uΚ≈tGu‹ø9$# ’Îû (#θäÜÅ¡ø)è? āωr& ÷Λäø(Åz ÷βÎ)uρ
y7Ï9≡sŒ 4 öΝä3ãΨ≈yϑ÷ƒr& ôMs3n=tΒ $tΒ ÷ρr& ¸οy‰Ïn≡uθsù (#θä9ω÷ès? āωr& óΟçFø(Åz ÷βÎ*sù ( yì≈t/â‘uρ y]≈n=èOuρ
∩⊂∪ (#θä9θãès? āωr& #’oΤ÷Šr& Jika kamu takut tidak berlaku adil terhadap perempuanperempuan yatim (apabila kamu berkawin dengan mereka), maka berkawinlah dengan barang siapa yang kamu berkenan dari perempuan-perempuan (lain): dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu bimbang tidak akan berlaku adil (di antara istri-istri kamu) maka (berkawinlah dengan) seorang saja, atau (pakailah) hamba-hamba perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat (untuk mencegah) supaya kamu tidak melakukan kezaliman. Surah al-Nisa’ (4): 3. Ketiga, poligami juga rahmat bagi lelaki, karena Allah telah membuka jalan baginya untuk berlaku adil di antara para istrinya. Keadilan yang dituntut ialah keadilan dalam batas kemampuan dan kewajaran. Allah berfirman: È≅øŠyϑø9$# ¨≅à2 (#θè=ŠÏϑs? Ÿξsù ( öΝçFô¹tym öθs9uρ Ï!$|¡ÏiΨ9$# t÷t/ (#θä9ω÷ès? βr& (#þθãè‹ÏÜtFó¡n@ s9uρ
∩⊇⊄∪ $VϑŠÏm§‘ #Y‘θà(xî tβ%x. ©!$# χÎ*sù (#θà)−Gs?uρ (#θßsÎ=óÁè? βÎ)uρ 4 Ïπs)‾=yèßϑø9$$x. $yδρâ‘x‹tGsù Kamu tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri kamu sekalipun kamu bersungguh-sungguh (hendak melakukannya); oleh itu janganlah kamu cenderung dengan melampau (berat sebelah kepada istri yang kamu sayangi) sehingga kamu biarkan istri yang lain seperti benda yang tergantung (di awan-awan); dan jika kamu memperbaiki (keadaan yang pincang itu), dan memelihara diri (dari perbuatan yang zalim), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Nisa’ (4): 129.
Keadilan mutlak di antara istri-istri sangat susah dan hampirhampir tidak mungkin. Lelaki tidak akan mungkin mewujudkan keadilan sempurna dengan istri-istrinya dalam perkara cinta dan kenikmatan, walaupun perkara itu telah dilakukan maksimum karena persamaan dalam cinta dan kenikmatan di luar kemampuan manusia. Untuk itu jangan membuat istri yang kurang dicintai 279
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
terkapai-kapai, seperti tidak bersuami dan tidak pula diceraikan. Perbaiki yang telah lalu dari kesalahan, ketakwaan dan adillah karena Allah berlebih-lebihan dalam mengampuni kesalahan dan Maha Mengasihani.1 Keadilan mutlak adalah mustahil, seperti betapa cintanya Nabi Muhammad kepada istrinya Aishah dibandingkan dengan yang lain, maka hal itu tidak ditetapkan dan dimaafkan.2 Namun tetap ada usaha untuk mendekati adil. Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:
ﻠﻚﻭ ﹶﻻ ﹶﺃﻣ ﻠﻚﺗﻤ ﺎﻴﻤﺍﺧﺬﹾﱐ ﻓﺗﻮ ﻼ ﻚ ﹶﻓ ﹶ ﻠﺎ ﹶﺃﻣﻤﻲ ﻓﻴﺴﻤ ﻗ ﻫﺬﹶﺍ Inilah pembagian yang dapat saya lakukan, maka jangan hukum saya atas apa yang dapat Engkau (Allah) melakukan dan yang tidak dapat saya lakukan.3 Al-Zamakhsari berkata: “Kata wahidatan terkadang dibaca wahidatun dengan baris depan, artinya secara normal manusia berkawin dengan satu istri saja.”4 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa poligami merupakan rahmat Allah, karena (1) dia telah membolehkannya, (2) rahmat bagi perempuan saat jumlah perempuan lebih banyak, (3) rahmat bagi laki-laki karena terbuka jalan baginya untuk berlaku adil. Menurut penulis, adil bukan merupakan beban bagi laki-laki, tetapi penghormatan baginya, karena Allah mulia dengan sifat-Nya yang Maha Adil. Para pemikir Islam mengatakan bahwa poligami yang tetapkan Islam lebih baik dari kumpul lelaki dan wanita tanpa ikatan perkawinan yang maharajalela di kota yang anti poligami. Bahkan dunia telah melihat apa yang berlaku di masyarakat barat dengan istilah bom seks suatu musibah yang lebih besar dari pada peristiwa bom atom di Hiroshima.5
1 Ibid, j. 1, h. 308-310. 2 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 1, h. 568. 3 Abu Daud, op.cit., kitab al-Nikah, bab al-Qasam bayna al-Nisa’, no. 2134, h. 1380. 4 Al-Zamakhshari, op.cit., j.1, h. 497. 5 Shaikh Muhammad al-Ghazali (1994), Qadaya al-Mar’ah bayna al-Taqalid alRakidah wa al-Wafidah, Kairo: Dar al-Shurq. h. 45, Lihat juga al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 261-262
280
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
5.5. RAHMAT ALLAH DALAM JENAYAH DAN JIHAD
5.5.1. Rahmat Allah Di Sekitar Hudûd Hudud jamak dari had, artinya al-man’u/pencegahan. Menurut istilah artinya hukuman yang ditetapkan yang diwajibkan karena melanggar batasan hak Allah.1 Dalam Fikih Islam yang menjadi setaraf hukum adalah taysir/mudah bukan tashdid/keras, hingga terwujud makna rahmat Tuhan. Semua ayat dan hadis harus dipahami dalam wujud taysir itu sendiri. Memang ada sebagian ulama yang mengharamkan foto, makan dengan menggunakan sudu, menonton televisyen dan mendengar muzik, dengan alasan saddu zari’ah, tapi ini bukanlah cerminan Islam sebenarnya. karena Islam itu taysir.2 Rahmat-Nya pertama yang terkait erat dengan hudud yaitu Dia menurunkan minhaj kepada manusia demi kepentingan manusia itu sendiri. Dia mengharapkan agar manusia mau mengikuti minhajNya dengan konsep perintah dan larangan. Konsep ini bukan berarti untuk membatasi aktivitas manusia. Mereka bebas berbuat dalam batas-batas yang telah digariskan minhaj yang berguna untuk menjaga mereka dari hal-hal negatif. Sebagai contoh, manakala Allah melarang seorang mencuri, maka larangan ini berlaku untuk jutaan orang. Artinya tidak seorang pun yang boleh mencuri barang orang ini.3 Dengan demikian hukum hudud ini merupakan perlindungan bagi setiap individu dari kecurian yang dilakukan oleh orang lain. Artinya, setiap individu diuntungkan. Oleh karena itu, manakala syariat meminta individu untuk melakukan satu hukum, janganlah diertikan bahwa itu merupakan beban, tapi jadikanlah dia sebagai kewajiban dan hak, secara kebersamaan.4 Di sisi lain, al-Sya’rawi menambahkan bahwa manusia akan tetap menjadi khalifah di bumi bila menjaga aspek yang diperlukan dalam menjalankan tugasnya. Pertama, menjaga kesucian keturunan. 1 Al-Jurjani, op.cit., h. 88. 2 Fahmi al-Huwaydi (1989), Hatta la takuna Fitnah, Kairo: Dar al-Shuruq, h. 102. 3 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 3, h. 1569. 4 Ibid., j.3, h. 1569.
281
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Hal ini sangat penting, karena anak yang sah akan mendapatkan perhatian dari ayah dan ibunya, terutama pendidikan. Bila berlaku keraguan dalam keabsahan keturunan ini, boleh saja orang menterlantarkan anak tersebut, hingga masyarakat juga akan ikut rusak.1 Hal ini penting agar masyarakat bersih dan damai. Setiap anak berada di bawah tanggung jawab orang tua. Kebanyakan anak-anak terlantar akibat ketidakjelasan status orang tuanya. Tidak penting apakah anak itu kenyang atau lapar. Kesucian keturunan adalah jaminan keselamatan masyarakat. Karena itu Allah mengharamkan zina, karena dosa dan akibat negatifnya akan melekat pada keturunan, juga akan berpengaruh pada kedamaian masyarakat.2 Kedua, sebagai wujud rahmat Allah dalam hudud sebelum ia diterapkan Dia telah melarang perzinaan dengan menggunakan redaksi jangan mendekati. Ini mengisyaratkan bahwa kedekatan seseorang dengan zina akan menyebabkan orang tersebut terjerumus ke dalamnya.3 Perkataan jangan mendekati lebih baligh/sesuai dari perkataan ‘jangan berzina’. Karena jangan mendekat merupakan larangan segala tindakan pendahuluan menuju perzinaan, seperti mencium, melihat, bercengkerama dan berdua-duaan.4 Ketiga, saat penzina tertangkap tangan Allah meminta kepada orang yang beriman untuk melaksanakan hudud tanpa ada rasa rahmat dengan tiga perkara. (1) Jangan memperlihatkan sikap rahmat. Ini merupakan pelajaran bagi orang lain, karena apa yang telah dilakukannya tidak layak untuk diberi rahmat. (2) Saksikanlah agar dia merasa tercela dan terhina. (3) Jangan kawinkan, kecuali dengan penzina atau musyrikah.5
×πsùù&u‘ $yϑÍκÍ5 /ä.õ‹è{ù's? Ÿωuρ ( ;οt$ù#y_ sπs^($ÏΒ $yϑåκ÷]ÏiΒ 7‰Ïn≡uρ ¨≅ä. (#ρà$Î#ô_$$sù ’ÎΤ#¨“9$#uρ èπu‹ÏΡ#¨“9$#
zÏiΒ ×πx(Í←!$sÛ $yϑåκu5#x‹tã ô‰pκô¶uŠø9uρ ( ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ tβθãΖÏΒ÷σè? ÷ΛäΖä. βÎ) «!$# ÈÏŠ ’Îû ∩⊄∪ tÏΖÏΒ÷σßϑø9$#
1 Ibid., j. 7, h. 4117. 2 Ibid., j. 7, h. 4117. 3 Lihat Surah al-Isra’ (17): 32. 4 Al-Sabuni, op.cit., j. 2, h. 159. 5 Ibid., j. 2, h. 326.
282
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Perempuan yang berzina dan lelaki yang berzina, hendaklah kamu sebat tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali sebat; dan janganlah kamu dipengaruhi oleh perasaan belas kasihan terhadap keduanya dalam menjalankan hukum agama Allah, jika benar kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat; dan hendaklah disaksikan hukuman siksa yang dikenakan kepada mereka itu oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman. Surah al-Nur (24): 2. Keempat, suatu perkara yang menarik bahwa setelah ayat sebat bagi berzina, Allah mensyariatkan taubat. Ini merupakan prinsip utama dalam Islam “yang sudah, sudahlah.”1 Diulang-ulang perkataan taubat pada al-Nisa’ (4): 26-27 untuk menggambarkan betapa luas rahmat Allah kepada hamba-Nya agar terhindar dari dosa dengan bertaubat.2 Begitu juga dengan mencuri, setelah Allah menyebutkan hudud bagi pencuri pada surah al-Maidah (6): 38, Dia langsung mengusulkan taubat dan islah, karena Dia Maha Pengampun dan Maha Mengasihani.3 Kelima, orang yang telah tersalah melakukan dosa besar bila beriman masih diberi kesempatan untuk masuk surga. Tepatnya saat Nabi berkata: Setiap yang mengucap syahadat akan masuk surga.” Abu Zar berkata: “Walaupun dia mencuri dan berzina?” Nabi berkata: “Walaupun dia mencuri dan berzina.” Pertanyaan ini diulangi Abu Zar dan nabi tetap menjawab dengan redaksi yang sama.4 Nabi s.a.w. bersabda:
ﺧ ﹶﻞ ﺩ ﻴﺌﹰﺎﺷ ﻪ ﻙ ﺑﹺﺎﻟﱠﻠ ﺸ ﹺﺮ ﻳ ﻚ ﹶﻻ ﺘﻣ ﻦ ﹸﺃ ﻣ ﺕ ﺎﻦ ﻣ ﻣ ﻪ ﻧﺮﻧﹺﻲ ﹶﺃ ﺸ ﺒﺴﻼﹶﻡ ﹶﻓ ﻪ ﺍﻟ ﻴﻋﹶﻠ ﺒﺮﹺﻳ ﹸﻞﺎﻧﹺﻲ ﹺﺟﹶﺃﺗ ﻕ ﺮ ﺳ ﻭﹺﺇ ﹾﻥ ﻰﺯﻧ ﻭﹺﺇ ﹾﻥ ﻕ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺮ ﺳ ﻭﹺﺇ ﹾﻥ ﻰﻧﻭﹺﺇ ﹾﻥ ﺯ ﺖ ﻨ ﹶﺔ ﹸﻗ ﹾﻠﺠ ﺍﹾﻟ Jibril a.s telah mendatangi aku lalu memberitahu berita gembira, yaitu barang siapa yang mati di kalangan umatku dalam keadaan tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu, niscaya dia akan dimasukkan ke dalam surga. Aku bertanya:
1 Lihat Surah al-Nur (24): 4. 2 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 271. 3 Lihat Surah al-Maidah (6): 39. 4 Lihat Al-Bukhari, op.cit., kitab al-Janazah, no. 1237, h. 97.
283
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Walaupun dia berzina dan mencuri? Rasulullah bersabda: Walaupun dia berzina dan mencuri. 1 Ahmad Bahjat mengulas: “Hadis ini bukan berarti bahwa Allah menganggap ringan perbuatan dosa besar. Tapi maknanya bahwa Allah tetap membuka pintu taubat walaupun pada kedudukan yang sudah sangat terjepit agar semua dapat memasukinya. Dengan catatan, bahwa rahmat Allah tidak dapat dibendung. barang siapa yang merasa dosanya lebih besar dari rahmat-Nya maka inilah dosa yang sebenarnya.”2 Bila dibandingkan hudud dalam al-Qur’an dengan apa yang terdapat di dalam Alkitab maka penulis menemui bahwa ajaran alQur’an lebih realistik. Bila Musa telah menyampaikan kehendak Tuhan pada Perjanjian Lama, maka Yesus meminta kebenaran di dalam batin dan moralitas yang mendarah daging. Undang-undang lama berkata: “Jangan membunuh.” Aku berkata: “Jangan gusar.” Undang-undang lama berkata: “Jangan berzina.” Aku berkata: “Jangan berahi.” Undangundang lama berkata: “Perceraian dengan syarat.” Aku berkata: “Jangan bercerai.” Undang-undang lama berkata: “Jangan bersumpah palsu.” Aku berkata: “Jangan bersumpah.” Undang-undang lama berkata: “Mata ganti mata.” Aku berkata: “Jangan membalas dendam.” Undang-undang lama berkata: “Kasihilah sesamamu.” Aku berkata: “Kasihilah musuhmu.”3 Inilah yang membuat A.M. Hunter berkata: “Cita-cita ini mengherankan kita sebagaimana juga tidak dapat tidak diherankannya murid-murid pertama Yesus, karena tingginya tuntutan-tuntutan yang menakutkan.” Ini adala utopia, suatu yang ideal tapi tidak mungkin dicapai. 4 Perkara yang terdapat dalam Alkitab ini berbeda dengan apa yang telah dipaparkan di atas. Terlihat peraturan al-Qur’an yang realistik. (1) peraturan itu untuk kepentingan manusia, (2) dilarang, dengan menggunakan redaksi “jangan mendekati”, (3) ditegakkan hukum sebagai pelajaran, (4) bertaubat, (5) pelaku jenayah bila beriman, masih ada peluang untuk masuk surga.
1 Al-Bukhari, op.cit., kitab al-Janazah, bab Man kana akhiru Kalamihi, no. 1237, h. 96-97. 2 Ahmad Bahjad, op.cit., h. 149. 3 Lihat Alkitab, Perjanjian Baru, Matius 5: 21-48. op.cit., h. 5-6 4 A.M. Hunter (1977), Memperkenalkan Theologia Perjanjian Baru, Pdt. F.E. Drake (penterjemah), Jakarta: BPK Gunung Mulia, h. 46.
284
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
5.5.2. Rahmat Allah Dalam Qisas Konsep kasih Allah menurut Kristian di atas ini menimbulkan pertanyaan bagaimana rahmat Allah dalam qisas yang artinya melaksanakan apa yang dibuat terhadap pelaku seperti apa yang telah dilakukannya?1 Jawabannya adalah bahwa Rahmat Allah dalam qisas yang pertama adalah di dalam qisas terdapat kehidupan yang hakiki. Allah berfirman: ∩⊇∠∪ tβθà)−Gs? öΝà6‾=yès9 É=≈t6ø9F{$# ’Í<'ρé'‾≈tƒ ×ο4θuŠym ÄÉ$|ÁÉ)ø9$# ’Îû öΝä3s9uρ
Dan di dalam hukuman qisas itu ada jaminan hidup bagi kamu, wahai orang-orang yang berakal pikiran, supaya kamu bertakwa. Surah al-Baqarah (2): 179. Ucapan ini jelas tapi aneh. Bagaimana dengan membunuh pembunuh terdapat kehidupan? Jawabannya, bila dia ingin membunuh dan mengetahui bahwa dia pun akan dihukum bunuh, dapat dipastikan dia tidak jadi membunuh, maka telah terselamatkan dua nyawa (pembunuh dan orang yang akan dibunuh).2 Kedua, qisas bukanlah satu-satunya aturan dalam Islam. Allah berfirman: ωö7yèø9$$Î/ ߉ö6yèø9$#uρ Ìhçtø:$$Î/ ”çtø:$# ( ‘n=÷Fs)ø9$# ’Îû ÞÉ$|ÁÉ)ø9$# ãΝä3ø‹n=tæ |=ÏGä. (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ
ϵø‹s9Î) í!#yŠr&uρ Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/ 7í$t6Ïo?$$sù Öóx« ϵŠÅzr& ôÏΒ …ã&s! u’Å∀ãã ôyϑsù 4 4s\ΡW{$$Î/ 4s\ΡW{$#uρ ë>#x‹tã …ã&s#sù y7Ï9≡sŒ y‰÷èt/ 3“y‰tGôã$# Çyϑsù 3 ×πyϑômu‘uρ öΝä3În/§‘ ÏiΒ ×#‹Ï(øƒrB y7Ï9≡sŒ 3 9≈|¡ômÎ*Î/
∩⊇∠∇∪ ÒΟŠÏ9r& Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan kamu menjalankan hukuman “Qisas” (balasan yang seimbang) dalam perkara orang-orang yang mati dibunuh yaitu: orang merdeka dengan orang merdeka, dan hamba dengan hamba, dan perempuan dengan perempuan. Maka barang siapa (pembunuh) yang dapat sebagian keampunan dari saudaranya (pihak yang terbunuh), maka hendaklah orang yang mengampunkan itu) mengikut cara yang baik (dalam 1 Ibid., h. 176. 2 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 1, h. 333.
285
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
menuntut ganti nyawa), dan (si pembunuh pula) hendaklah menunaikan bayaran ganti nyawa itu) dengan sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu serta suatu rahmat kemudahan. Sesudah itu barang siapa yang melampaui batas (untuk membalas dendam pula) maka baginya azab siksa yang tidak terperi sakitnya. Surah al-Baqarah (2): 178. Diwajibkan menegakkan qisas dengan adil dan sama rata, tidak ada unsur kezaliman dan berlebih-lebihan, bila dimaafkan darah pembunuh dengan diyah, maka lakukan itu dengan cara meminta tanpa kekerasan, dan membayar tanpa menunda-nunda. Apa yang disyariatkan dari qisas menuju diyah adalah keringanan dari Tuhan dan rahmat dari-Nya untuk kalian.1 Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa konsep kasih menurut Kristian adalah mengasihani musuh. Kamu telah mendengar firman: “Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.” Tetapi Aku berkata kepadamu: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.2 Peraturan mengasihani musuh ini lebih diperteguhkan lagi dengan dilarang untuk membalas atas kesalahan musuh. Kamu telah mendengar firman: “Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.” Tetapi Aku berkata kepadamu: “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.”3 Peraturan boleh untuk memaafkan pembunuh dari hukum qisas adalah rahmat dan keringanan dari Allah bagi penganut al-Qur’an. Karena penganut Taurat dalam penerapan hukum qisas tidak ada istilah “maaf” atau menggantinya dengan uang diyat. Sementara penganut Injil –sebagaimana yang tertulis di pendahuluan- harus
1 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 116. 2 Alkitab, Perjanjian Baru, Matius 5: 43-45, op.cit., h. 5 3 Matius 5: 39, ibid., h. 5
286
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
memaafkan dan dilarang menegakkan qisas. Islam boleh memilih tiga alternatif, qisas, bayar diyat atau maafkan. Inilah rahmat.1 5.5.3. Rahmat Allah Dalam Jihad Perkataan jihad dalam al-Qur’an terkandung sebanyak empat puluh dua (42) kali dengan berbagai-bagai bentuknya.2 Semua perkataan yang terdiri dari huruf j-h-d, pada awalnya mengandung arti kesulitan atau kesukaran dan yang mirip dengannya.3 Jihad terambil dari perkataan juhd yang berarti taqah/kekuatan, atau jahd yang berarti mashaqqah/sukar, atau jahd yang berarti ghayah/tujuan.4 Artinya, jihad itu memang sulit dan menyebabkan kesukaran, harus memiliki kekuatan yang tinggi agar tercapai tujuan atau tujuan. Jihad artinya ajakan kepada agama yang benar.5 Di antara definisi jihad juga ialah qital/perang.6 Perang adalah sebagian dari jihad, dan jihad bukan perang saja. Hukum perang wajib kifayah, sedangkan jihad wajib ‘ain bagi setiap muslim. Jihad menurut alQur’an dan Hadis terdiri dari empat bagian terdiri dari tiga belas jenis.7 Menurut al-Sha’rawi bahwa seluruh gerak kehidupan ini adalah jihad.8 Jihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa adalah jihad yang menempati tingkat tertinggi di dalam pandangan-Nya, puncak tanda ajaran-ajaran-Nya, dan derajat keislaman yang paling tinggi. Oleh karena itu, jika agama ini hendak diruntuhkan oleh musuhmusuh-Nya, maka jihad di jalan Allah adalah struktur bangunan
1 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 1, h. 333. 2 Al-Baqi, op.cit., h. 232-233; Fayd Allah, op.cit., h. 88 3 Ibn Faris, op.cit., j.1, h. 432. 4 Ibn Manzur, op.cit., j. 9. h. 708-709 5 Jurjani, op.cit., h. 84 6 Ibn Manzur (muhaqaq), op.cit., j. 9. h. 710; Abd al-‘Ala Mawdudi; Hasan al-Banna; Sayyid Qutb (1985), Jihad, Asep Hikmat (terj.), Bandung: Risalah, h. 8-10. 7 I. Jihad al-Nafs: (1) mencari hidayah, (2) beramal, (3) berdakwah mengajak kepada keduanya, (4) sabar dan ikhlas kepada Allah S.W.T.; II. Jihad melawan setan: (5) melawan syubuhat, (6) melawan syahwat; III. Jihad melawan kafir dan munafik: (7) dengan hati, (8) lisan, (9) harta, (10) jiwa; IV. Melawan kezaliman: (11) dengan tangan, (12) lisan, (13) dengan hati. Ibn al-Qayyim al-Zawjiah, Zad al-Ma‘ad; Fahmi Huwaydi (1990), Muatinun la Zimmiyun: Mawqi‘u Ghayr alMuslimin fi Mujtama‘ al-Muslimin, Kairo: Dar al-Shuruq, h. 218. 8 Al-Sha‘rawi (2004.), op.cit., j. 3, h. 660.
287
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Islam yang menjadi sasaran tembak pertama, yakni dengan menjadikannya ajaran yang dihinakan dan dicurigai, setelah itulah baru mereka menghancurkan struktur bangunan Islam yang lain, yakni ajaran puasa, zakat, haji, dan yang terakhir, salat.1 Rahmat Allah yang pertama dalam jihad adalah tujuan jihad itu mencapai rahmat.2 Matlamat dari jihad dalam Islam harus jelas, yaitu mengharapkan rahmat Tuhan. Mereka wajar mendapatkan rahmat-Nya, karena Dia amat besar ampunan-Nya dan amat luas rahmat-Nya.3 Allah berfirman: tβθã_ötƒ y7Í×‾≈s9'ρé& «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû (#ρ߉yγ≈y_uρ (#ρãy_$yδ zƒÉ‹©9$#uρ (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$# ¨βÎ)
∩⊄⊇∇∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θà(xî ª!$#uρ 4 «!$# |Myϑômu‘ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah serta berjuang pada jalan Allah (untuk menegakkan agama Islam), mereka itulah orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah. (Ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Baqarah (2): 218.
Untuk mendapatkan rahmat diperlukan hijrah dan jihad serta sabar.4 Sebab mempersembahkan jiwa kepada Pencipta dan mengembalikan harta kepada pemilik-Nya adalah bukti dari kejujuran hamba dan kebenaran sumpah setianya untuk mengikuti aturan Tuhan.5 Kedua, Islam adalah agama salam/damai, dan perang adalah suatu ekses/akibat samping untuk mewujudkan perdamaian itu.6 Jihad wajib, sebab kedamaian yang tidak disertai dengan adanya kekuatan sangat mustahil.7 Dilanjutkan lagi dengan: “Persediaan dalam berperang satu-satunya jalan menuju kedamaian.”8 Allah berfirman:
1 Fathi, op.cit., h. 68. 2 Mawdudi, op.cit., h. 127. 3 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 138. 4 Ibid., j. 2, h. 145. 5 Lihat Surah al-Nahl (16): 110, Fathi, op.cit., h. 69. 6 Dr. Muhammad al-Sayid al-Wakil (1987), Haza al-Din Bayna Jahli Abnaihi wa Kaydi ‘Adaihi, c. 3 Kairo: Dar al-Wafa’, h. 57. 7 Maududi, op.cit., h. 97. 8 Ibid., h. 119.
288
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
( öΝà6©9 ×öyz uθèδuρ $\↔ø‹x© (#θèδtõ3s? βr& #|¤tãuρ ( öΝä3©9 ×νöä. uθèδuρ ãΑ$tFÉ)ø9$# ãΝà6ø‹n=tæ |=ÏGä. ∩⊄⊇∉∪ šχθßϑn=÷ès? Ÿω óΟçFΡr&uρ ãΝn=÷ètƒ ª!$#uρ 3 öΝä3©9 @Ÿ° uθèδuρ $\↔ø‹x© (#θ™6Åsè? βr& #|¤tãuρ
Kamu diwajibkan berperang (untuk menentang pencerobohan) sedang peperangan itu ialah perkara yang kamu benci; dan boleh jadi kamu benci kepada sesuatu padahal ia baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu suka kepada sesuatu padahal ia buruk bagi kamu. (Ingatlah), Allah jualah Yang mengetahui (semuanya itu), sedang kamu tidak mengetahuinya. Surah al-Baqarah (2): 216. Kebencian terhadap perang merupakan suatu fitrah. Dia tidak mengatakan: “Apa keberatan kamu untuk terjun dalam medan peperangan?” Tapi Dia malah menyatakan bahwa perang itu termasuk salah satu hal yang dibenci manusia, dan Dia ingin agar mereka tahu bahwa syarak telah lebih dahulu mengetahuinya pada saat mereka diharuskan untuk menghadapi apa yang mereka tidak sukai. Seandainya tidak dijelaskan bahwa perang itu termasuk hal yang tidak disenangi, maka manusia akan memahami bahwa Dia telah memudahkan satu persoalan yang sebenarnya sulit bagi manusia.1 Allah mengetahui apa yang terbaik bagi dunia mukmin dan akhirat mereka.2 Kenapa berlaku peperangan di bumi ini? Al-Sha’rawi menjawab saat menafsirkan Surah al-Baqarah (2): 253 dengan: Apa yang menyebabkan manusia berbunuh-bunuhan? Tidak lain adalah disebabkan perselisihan yang timbul di antara mereka. Tetapi, bukankah terbuka peluang untuk saling berbeda pendapat meskipun dengan tidak saling berbunuh-bunuhan? Jika hal ini berlaku, niscaya akan berlaku kesepakatan untuk berbuat kerusakan, namun Allah tidak menghendaki kesepakatan dalam kerusakan. Dia ingin kebaikan dan kebenaran di bumi ini.3 Ketiga, rahmat Allah dalam jihad yang diperintahkannya ialah Dia tidak meninggalkan mujahidin sendirian tanpa bantuan Rahman. Allah berfirman:
1 Al-Sha‘rawi (2004), op.cit., j. 1. h. 684. 2 Al-Sabuni, op.cit., j. 1. h. 137. 3 Al-Sha‘rawi (2004), op.cit., j. 2, h. 13.
289
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
’Îû āωÎ) tβρãÏ(≈s3ø9$# ÈβÎ) 4 Ç≈uΗ÷q§9$# Èβρߊ ÏiΒ Οä.çÝÇΖtƒ ö/ä3©9 Ó‰Ζã_ uθèδ “Ï%©!$# #x‹≈yδ ô¨Βr& ∩⊄⊃∪ A‘ρãäî Bahkan siapa dia yang menjadi tentara bagi kamu, yang akan menolong kamu selain dari Allah yang Maha Pemurah? (Sebenarnya) orang-orang yang kafir tidak lain hanyalah berada dalam keadaan terpedaya. Surah al-Mulk (67): 20. Keempat, merupakan rahmat Allah dalam perang jihad menurut penulis ialah bila mereka berhenti dari peperangan dan mengaku kalah, maka tidak boleh diperangi lagi walau tetap dalam kemusyrikan. Sementara Al-Zamakhshari berpendapat maksud berhenti di sini adalah berhenti dari kemusyrikan dan masuk Islam maka tidak boleh untuk diperangi, karena memerangi mereka adalah pelanggaran dan zalim.1 Lebih jelasnya Al-Sabuni berpendapat berasaskan pada Surah al-Tawbah (9): 5, Bila orang yang diperangi bertaubat dari kemusyrikan dan melaksanakan apa yang difardukan dari salat dan zakat, jangan diperangi lagi, karena Allah amat luas ampunan dan rahmat-Nya kepada orang yang bertaubat dan kembali kepada-Nya.2 Allah berfirman: ∩⊇⊄∪ ×ΛÏm§‘ Ö‘θà(xî ©!$# ¨βÎ*sù (#öθpκtJΡ$# ÈβÎ*sù
Kemudian jika mereka berhenti memerangi kamu (maka berhentilah kamu); karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Surah al-Baqarah (2): 192. Menurut penulis peperangan bukan cara untuk memaksa kafir dan musyrik masuk ke dalam Islam, karena tidak ada paksaan dalam beragama.3 Pendapat yang sama juga disebutkan oleh alSha’rawi. Dia berpendapat bahwa Surah al-Tawbah (9): 5 adalah khusus bagi kaum musyrik Quraisy yang diturunkan kepada mereka Nabi Muhammad dan al-Qur’an.4 Pendapat ini lebih rahmat dari kedua pendapat pemikir Islam tersebut. 1 Al-Zamakhshari, op.cit., j. 1, h. 234. 2 Al-Sabuni, op.cit., j. 1, h. 522. 3 Lihat Surah al-Baqarah (2): 256. 4 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 8, h. 4875.
290
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Kelima, merupakan rahmat Allah dalam perang, Dia mensyariatkan tawanan perang sebagai jalan keluar untuk menghindari ramainya pertumpahan darah. #Zöyz öΝä3Î/θè=è% ’Îû ª!$# ÄΝn=÷ètƒ βÎ) #“tó™F{$# š∅ÏiΒ Νä3ƒÏ‰÷ƒr& þ’Îû yϑÏj9 ≅è% ÷É<¨Ζ9$# $pκš‰r'‾≈tƒ
∩∠⊃∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θà(xî ª!$#uρ 3 öΝä3s9 öÏ(øótƒuρ öΝà6ΖÏΒ x‹Ï{é& !$£ϑÏiΒ #Zöyz öΝä3Ï?÷σムWahai Nabi, katakanlah kepada orang-orang tawanan yang ada dalam tangan kamu: “Jika Allah mengetahui ada kebaikan (iman) dalam hati kamu, niscaya Ia akan memberi kepada kamu (balasan) yang lebih baik dari (harta benda penebus diri) yang telah diambil dari kamu, dan Ia akan mengampunkan dosa kamu; karena Allah Maha Pengampun, lagi maha Mengasihani. Surah al-Anfal (8): 70. Keenam, bila seorang pejuang itu mati syahid maka itu adalah rahmat yang diberikan Allah kepadanya, tanpa batas. Sedangkan nikmat dunia ini terbatas.1 Allah akan membeli diri dan harta nya dengan surga.2 Sebaliknya, kaum kafir pasti tidak mendapat pertolongan dari Rahman.3 Allah berfirman: ∩⊇∈∠∪ šχθãèyϑøgs† $£ϑÏiΒ ×öyz îπyϑômu‘uρ «!$# zÏiΒ ×οtÏ(øóyϑs9 óΟšFãΒ ÷ρr& «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû óΟçFù=ÏFè% È⌡s9uρ Demi sesungguhnya! Jika kamu terbunuh pada jalan Allah (dalam perang Sabil), atau kamu mati (mati biasa - semasa mengerjakan kebajikan umum), sesungguhnya keampunan dari Allah dan rahmat-Nya adalah lebih baik (bagi kamu) dari apa yang mereka (orang-orang kafir dan munafik) itu himpunkan (meliputi segala jenis kesenangan hidup). Surah Ali ‘Imran (3): 157. Itu karena perjuangan yang menyebabkan kematiannya itu dibalas dengan kenikmatan yang tiada tara, hingga kalau mereka diperkenankan hidup niscaya mereka ingin berjuang lagi hingga mati syahid. Allah berfirman: ∩⊇∉∪ tβθè%y—öムóΟÎγÎn/u‘ y‰ΨÏã í!$uŠômr& ö≅t/ 4 $O?≡uθøΒr& «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû (#θè=ÏFè% tÏ%©!$# ¨t|¡øtrB Ÿωuρ
1 Ibid., j. 3, h. 1834. 2 Lihat Surah al-Tawbah (9): 111 3 Ibn Kathir, op.cit., j. 4, h. 399.
291
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” Surah Ali ‘Imran (3): 169. Jadi, para syuhada memiliki kehidupan di sisi Allah yang kita sendiri tidak mengetahui bagaimana hakikatnya, walaupun manusia membongkar kubur mereka, manusia hanya akan mendapati tulang belulang saja, tapi sebenarnya mereka hidup di sisi Tuhan dan mendapat rezeki.1 Lumrah bila setiap orang berusaha untuk mendahulukan kepentingan dirinya dari orang lain, seandainya mereka ini tidak mengetahui bahwa majunya mereka ke medan pertempuran dengan menanggung risiko kematian akan mendatangkan kebaikan dari kehidupan, tentu mereka akan melakukannya. Untuk itu, perkataan shuhada boleh juga dipergunakan untuk makna penyampaian dakwah sampai titik darah penghabisan. 2 Dari uraian di atas dapat disimpulkan jihad adalah rahmat dilihat dari enam perkara: (1) tujuan jihad mencapai rahmat, (2) Islam agama damai dan kasih lagi benci perang, (3) saat berjihad muslim akan dibantu Allah, (4) bila musuh menyerah, tidak boleh diperangi, (5) penetapan tawanan perang wujud dari rahmat Allah, (6) mati akibat jihad mendapat rahmat. Jihad adalah fardh ‘ain dan terjadi pada seluruh gerak kehidupan, bagian dari jihad adalah perang, tapi jihad bukan perang semata. Perang menjadi rahmat bila mengikuti aturan ketetapan dari Allah yang Maha Kasih, karena tujuan darinya adalah rahmat. Jihad tidak sama dengan teroris, menurut al-Sha’rawi jihad bukanlah tindakan bunuh diri, untuk itu qital ditetapkan dalam Islam pada fase Madinah.3 Walaupun perkataan irhab dalam bahasa Arab diartikan teroris, tetapi makna sebenarnya dari turhibu diartikan menggetarkan musuh4 bukan diartikan dengan teroris yang dimaksudkan dengan membunuh orang yang tidak terkait dengan perang. Al-Qur’an 1 Al-Sha‘rawi (1991), Tafsir, op.cit., j. 3, h. 1870. 2 Ibid., j. 3, h. 1785. 3 Ibid., j. 1. h. 684 4 Lihat Surah al-Anfal (8): 60. al-Sha’rawi berpendapat bahwa memiliki kekuatan perang kelengkapan senjata dapat menggetarkan musuh, ia bagaikan pawai atau perarakan tentera. Ibid., j. 8. h. 4779.
292
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
menegaskan pelarangan membunuh musyrik dan muslim yang berdosa, di luar medan perang: “bahwasanya barang siapa yang membunuh seorang manusia dengan tiada alasan yang membolehkan membunuh orang itu, atau (karena) melakukan kerusakan di bumi, maka seolah-olah Dia telah membunuh manusia semuanya.”1 Di samping itu, jiwa al-Qur’an adalah perdamaian, cinta, dan belas kasihan, serta toleransi dalam beragama dengan semboyan “tidak ada paksaan dalam agama”. Bab jihad harus dikaji oleh muslim, agar tidak salah menempatkan jihad yang rahmat tidak pada tempatnya, seperti menjadi teroris dengan nama jihad. Teroris yang membunuh orang yang diharamkan Allah tidak sesuai dengan tujuan jihad yang rahmat atau kasih sayang.
1 Lihat Surah al-Maidah (5): 32.
293
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
5.6. ANALISIS KAJIAN Peraturan Allah seperti ibadah, muamalat, munakahat, dan jenayah serta jihad adalah rahmat. Ibadah adalah rahmat yang tertuang dalam wujud rezeki uluhiyah. Ibadah menenteramkan jiwa dan menghantar ke surga kampung damai, ini adalah rahmat. Untuk itu, muslim di setiap salat meminta dikekalkan nikmat Islam karena ia rahmat. Rahmat Allah dalam puasa terlihat jelas dengan dijadikannya bulan puasa sebagai bulan rahmat, puasa yang rahmat itu sendiri adalah mudah, bahkan di samping berpuasa al-Qur’an menghalalkan bercampur di malam puasa sebagai rahmat-Nya. Pada zakat ditemukan rahmat Allah Di antaranya, zakat adalah upaya mencapai rahmat, dengan zakat harta dilipatgandakan, tumbuh rezeki pasif, menenteramkan jiwa, tidak berduka cita dan melipat gandakan kawan, serta sumber kebahagiaan. Rahmat Allah dalam ibadah haji adalah meraih keampunan, timbul sikap tolongmenolong, dan boleh berniaga. Data-data rahmat Allah yang berdiri pada baik, mudah dan ampunan dalam muamalat dapat dilihat dari produksi, konsumsi, sirkulasi dan distribusi. Di antara rahmat Allah dalam produksi adalah ditemukan bahwa sumber daya alam sebagai bahan baku produksi tercipta berkat rahmat-Nya. Di antara rahmat-Nya dalam konsumsi ialah Dia menetapkan makanan yang halal dan yang haram, bila terlanjur memakan Dia membuka pintu keampunan sebagai wujud rahmat-Nya. Dia juga membolehkan muslim memakan sembelihan Ahli Kitab. Di antara data-data dan buktibukti rahmat-Nya dalam sirkulasi yaitu penghalalan melakukan jual beli dan dilarang melakukan riba. Bila terlanjur sebagai wujud rahmat-Nya Dia tetap membuka pintu taubat. Di antara rahmat-Nya dalam distribusi adalah ditetapkannya hak waris dan keseimbangan dalam kesempatan mendapatkan kerja. Rahmat Allah dalam munakahat yang dibingkahi pada baik, mudah dan keampunan dapat dilihat dari hakikat perkawinan, cerai dan poligami. Perkawinan adalah rahmat karena Dia telah menciptakan pasangan suami istri yang dapat mewujudkan rahmat, dibenarkan menikah dengan Kitabiyah dan hamba serta dilarang menikah dengan musyrik. Di antara rahmat-Nya dalam cerai adalah diberikan kesempatan tiga kali, di balik perceraian terdapat kurnia 294
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
dan kelembutan, dianjurkan bercerai dengan cara yang baik. Di antara rahmat-Nya dalam poligami adalah Dia membolehkan poligami, bagi perempuan bila jumlah perempuan lebih banyak dari lelaki, rahmat bagi lelaki karena membuka jalan baginya untuk berlaku lebih adil. Dalam jenayah dan jihad dapat dilihat rahmat-Nya di balik hudud, qisas dan jihad. Dia menetapkan hudud demi kepentingan manusia, sebelum hudud diterapkan Dia telah melarang dengan menggunakan istilah “jangan mendekat”, saat diterapkan hudud tidak ada belas kasih, tetapi tetap rahmat dengan menajamkan alat potong, setelah itu sebagai wujud rahmat-Nya mereka dianjurkan untuk bertaubat. Rahmat-Nya dalam qisas bahwa di dalamnya terdapat kehidupan, dan Dia memberi alternatif lain selain qisas, seperti uang diyah atau maaf. Rahmat Allah dalam jihad adalah makna jihad itu sendiri menurut pemikiran Islam lebih luas dari sekedar perang, yaitu ajakan kepada agama yang benar. Jihad itu sendiri rahmat dan jalan menuju rahmat/surga dan mengharap rahmat Tuhan. Cukuplah rahmat-Nya bagi mereka dengan sebutan mereka itu hidup dan tidak mati, cukuplah penghormatan manusia dengan menguburkan mereka di makam pahlawan, kuburan yang paling mulia di dunia. Dalam peraturan Islam, terutama di antara sifat-sifat Allah adalah rahmat dan belas kasihan, atau dalam bahasa Arab, Rahman dan Rahim. Muslim yang baik menurut al-Quran adalah muslim yang memulai setiap hari, setiap doa dan setiap tindakan signifikan oleh reda Tuhan, yakni oleh mengucap Bism Allah al-Rahman alRahim. Pengaruh rahmat Allah dalam peraturan Islam yang ditetapkanNya ialah (1) baik, artinya ibadah itu rahmat dan baik bagi pelakunya, sama ada salat, puasa, zakat, haji atau pun munakahat, muamalat, bahkan dalam jenayah dan jihad. (2) Mudah, dengan ditetapkannya rukhsah. Artinya yang dijadikan keringanan untuk mengqasar dan menjamakkan salat, atau berbuka saat puasa bila sakit dan musafir, mudah dengan tidak membebani apa-apa yang tidak mampu, walaupun Allah boleh membebani perkara itu kepada mereka. (3) Ampunan, setiap perbuatan yang sudah terjadi dianggap selesai, bila terlanjur berbuat salah, disarankan untuk bertaubat, karena Dia Ghafur dan Rahim. Ini berdasarkan pada
295
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
banyaknya ayat-ayat tentang peraturan Islam yang ditutup dengan Ghafur dan Rahim. Dengan melaksanakan peraturan Islam, pelakunya juga telah menyebarkan rahmat kepada sesama manusia. Contohnya, dengan salat yang tertumpu pada bacaan al-Fatihah yang sifat rahmat Allah diulang sebanyak empat (4) kali, dia diharap dapat menyayangi sesama mereka. Salah satu tujuan praktis puasa adalah untuk membantu satu sikap empati terhadap kelaparan orang-orang kurang beruntung, untuk meningkatkan kepekaan terhadap penderitaan orang lain dan mengembangkan kasihan bagi masyarakat fakir dan miskin. Peraturan zakat, yang merupakan kewajiban muslim yang mampu untuk membantu masyarakat fakir dan miskin, adalah wajib atas semua umat Islam, dan di dalam pelaksanaan ibadah haji terdapat unsur tolong-menolong. Dalam qisas, selain menegaskan hukum setimpal, ditemukan juga anjuran untuk memaafkan. Memaafkan lebih baik dari membalas. Dalam jihad, tidak menjadi teroris, karena tujuan jihad adalah rahmat.
296
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
6. PENUTUP
6.1. KESIMPULAN Allah adalah Tuhan yang Maha Rahmat dan rahmat-Nya dapat dilihat berdasarkan pada: (1) Asma’ Allah al-Husna, yang penulis letakkan pada lima kelas: [1] Allah, [2] langsung, [3] rapat, [4] tidak langsung, dan [5] berkesan bertentangan, setelah dikaji berujung kepada rahmat. (2) Terhadap al-Qur’an, sistem yang ditetapkan-Nya di dunia dan di akhirat, serta konsep kehidupan, seperti: takdir, cobaan, hidayah, taubat, baik dan buruk, hidup mati dan rezeki. (3) Praktik yang dilakukan-Nya kepada alam semesta: manusia dan makhluk selain manusia, terutama terhadap nabi-nabi, seperti: Nabi Muhammad, Musa, Isa; bahkan kepada musuh, seperti: iblis, syaitan, Firaun, Bani Israel, kamu kafir dan munafik. (4) Data-data yang tertuang pada peraturan Islam yang ditetapkan-Nya pada ibadah, muamalat, perkawinan, jenayah dan jihad. Berasaskan pada uraian yang telah disampaikan pada bab kedua, dapat disimpulkan bahwa selain Allah adalah Tuhan yang layak disembah, sebagaimana keyakinan muslim selama ini, maka kajian ini juga dapat mengukuhkan bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Rahmat. Menurut pemikiran Islam yang bersumber dari al-Qur’an, rahmat-Nya dapat bermakna (1) nabi, (2) surga, (3) kitab suci, alQur’an, (4) Islam, (5) rezeki dan (6) hujan, serta (7) kasih sayangNya. Allah adalah pemilik rahmat secara mutlak. Bila ada hamba yang merahmati hamba yang lain, itu tiada lain merupakan pemberian rahmat dari-Nya dan itu juga rahmat Allah Selain dalam al-Qur’an, berdasarkan Alkitab umat Kristian ditemui juga bahwa perkataan “Allah” digunakan untuk menunjukkan perkataan kepada “Tuhan yang disembah” dan ditemukan juga perkataan “rahmat” sebagai wujud dari sifat kasihNya yang utama. Konsep rahmat Allah adalah konsep kasih, lunak dan lemah lembut. Konsep ini menjadi konsep agama dunia: Hindu, Budha, Kristian, Yahudi, dan Islam. 297
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Berbeda Rahmat Allah yang pertama antara al-Qur’an dan agama lainnya, terutama Alkitab Kristian bahwa rahmat Allah dalam al-Qur’an ialah dengan mengakui tauhid dalam arti Wahid dan Ahad. Artinya, di samping Allah itu Wahid tidak tiga, Dia juga Ahad tidak menyerupai makhluk dan tidak punya anak, sementara rahmat Allah dalam Alkitab ialah dengan mengakui dogma “tauhid dan tri tunggal” dan “Yesus anak Allah” serta Tuhan berwujud manusia. Aliran pemikiran Islam berbeda pendapat tentang definisi tauhid, tapi mereka sepakat bahwa Allah itu Esa dan harus diesakan, dan di dalam al-Qur’an ditemui bahwa al-Rahman itu adalah Esa. Ia dapat juga diertikan bahwa Tuhan yang Maha Esa itu adalah Tuhan yang Rahman/Maha Pemurah. Perbedaan kedua yang begitu mendasar adalah bahwa dalam alQur’an, Rahim terkait erat dengan sifat Ghafur-Nya. Telah dijelaskan bahwa keampunan dalam al-Qur’an terjadi karena Dia Maha Perkasa dan Maha Rahmat, sehingga menurut pemikiran Islam, tidak harus kesalahan manusia ditebus dengan meyakini “anak Allah disalib demi menebus kesalahan manusia.” Rahman adalah sifat kasih sayang Allah dengan unsur dominan ketauhidan yang dilakukan karena Dia Pencipta dan Penguasa alam semesta, Pelindung, Penolong dan Maha Mengetahui. Rahim adalah sifat kasih sayang dengan unsur dominan keampunan yang dilakukan karena Dia Maha Perkasa. Bila Rahman terkait pada tauhid, Rahim pada keampunan atas dasar Maha Perkasa, maka di samping dua nama terbaik ini, ditemukan juga tiga makna yang rapat, walaupun terdapat perbedaan di dalamnya. (1) al-Rauf pada belas kasihan, (2) al-Wadud kepada keampunan yang dibangunkan atas dasar cinta kasih, dan (3) al-Mahabbah lebih kepada kelaziman cinta dan dengan memberikan pahala dan memuliakan orang yang dicintai-Nya. Dari kelima-lima nama ini, disimpulkan bahwa Allah Maha Rahmat, rahmat-Nya dibangunkan berasaskan tauhid dan keampunan, sama ada keampunan itu berasaskan Maha Perkasa, belas kasih, atau cinta kasih, serta pemberian pahala dan kemuliaan. Menurut pemikiran Islam, ungkapan yang dikesan bertentangan dengan sifat rahmat di antaranya al-Qahhar atau Maha Mengalahkan, al-Jabbar atau menjadikan kuat kelemahan orang yang lemah, al-Mutakabbir bermakna Allah sendiri saja yang bersifat keagungan dan kemegahan, al-Muntaqim yang artinya menyiksa 298
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
dengan pedih kepada taghut setelah diberi peringatan dan penundaan. Dari contoh-contoh makna di atas, bahkan Asma’ lainnya bila ada yang terlihat bertentangan dengan rahmat-Nya akan berujung kepada rahmat-Nya. Karena Dia telah menetapkan pada diri-Nya rahmat dan telah menyatakan nama-nama yang dimiliki-Nya dengan husna/terbaik. Ini sekaligus membantah pernyataan Tuhan itu ganas dan kejam. Pada kajian bab ketiga dapat dibuktikan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Tuhan yang bersumber dari Allah yang Maha Esa, walaupun aliran pemikiran Islam berbeda tentang al-Qur’an itu qadim atau hadith, tetapi semua sepakat bahwa al-Qur’an adalah rahmat terbesar bagi muslim, karena ia menyatakan dengan sendirinya secara tegas sebagai ayat-ayat yang rahmat dan diturunkan dari Rahman dan Rahim, di sisi lain ia datang dengan kemudahan, bukan untuk menyusahkan. Sekurang-kurangnya ada empat bukti rahmat Allah (1) pedoman, (2) kisah teladan, (3) beransur-ansur, (4) menguraikan benang kusut; terlihat bagaimana al-Qur’an merupakan rahmat-Nya. Rahmat Allah sama ada di dunia ataupun di akhirat dengan menetapkan rahmat pada diri-Nya. Konsep kehidupan yang berdasarkan rahmat ini berdiri di atas kaki tauhid dan maghfirah, tauhid menggambarkan kekuasaan (Allah), dan maghfirah menggambarkan rububiyah-Nya. Kuasa-Nya dibingkahi dengan Rahman, dan keampunan dengan Rahim. Konsep ini menyebabkan manusia reda terhadap takdir, karena apa yang ditetapkan-Nya adalah yang terbaik. Cobaan dan musibah dari Allah seperti gempa, Tsunami, bukanlah kejam tetapi kebaikan di sisi lain. Di antara rahmat cobaan dan musibah adalah (1) ia mengangkat derajat, (2) menghapuskan kesalahan, (3) dekat dengan-Nya. Kajian ini menetapkan bahwa kebaikan bersumber dari Allah dan berasaskan syariat, walaupun ia boleh dicapai menurut akal pikiran. Pada bab keempat, praktik dari konsep rahmat Allah dapat dilihat pada perlakuan-Nya kepada semua makhluk di alam semesta terutama manusia, jin, benda, hewan dan tumbuhan. Rahmat-Nya kepada mereka yang utama adalah pernyataan-Nya: “Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu”.1 Pengaruh rahmat Allah kepada seluruh manusia dengan mengutus kepada mereka nabi, kitab suci, hidayah 1 Lihat Surah al-‘Araf (7): 156.
299
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
dan rezeki. Rahmat Allah kepada manusia meliputi anak, ibu bapa, taat derhaka, muslim atau pun kafir. Walaupun aliran pemikiran dalam Islam berbeda pendapat tentang kemaksuman nabi, tapi mayoritas dari aliran ini sepakat bahwa para nabi adalah maksum. Perbedaan aliran pemikiran Islam dalam definisi tauhid, kalam Tuhan, melihat Allah, maksum dan takdir adalah perbedaan furuk yang rahmat dalam akidah. Satu sisi ditemukan dalam al-Qur’an ternyata rahmat Allah juga meliputi orang-orang yang memusuhi terhadap diri-Nya. Di antara rahmat-Nya kepada Iblis dan syaitan adalah diajak dialog bila berlaku kesalahan; kepada kaum Firaun adalah diperintahkan Nabi Musa a.s. dan Harun a.s. untuk berkata lemah lembut; kepada Bani Israel berupa iman, ilmu dan aman; kepada kaum kafir adalah diberikan rezeki dan hidayah kepada mereka; kepada kaum munafik mengabarkan kepada mereka bahwa surga itu rahmat. Bila mereka semua membangkang, Allah tidak cepat-cepat menurunkan azab bagi mereka, dan tetap membuka pintu taubat, sebagai peluang dan kesempatan agar mereka beriman. Allah memasukkan kafir ke neraka adalah wujud keadilan-Nya dan rahmat dari sisi lain serta bukan satu kezaliman, karena Dia memiliki langit dan bumi, dan Dia telah mengutus nabi-nabi untuk memberi peringatan, dan apa yang diperingatinya dalam bentuk janji-janji adalah benar. Di antara janji-janji itu adalah kafir masuk ke dalam neraka, namun kebanyakan manusia terutama kafir tidak meyakininya. Bila mereka mengikuti ajaran nabi tentu mereka mendapat penyembuhan, hidayah dan rahmat dari Allah. Dalam peraturan Islam yang dikaji pada bab kelima, muslim yang baik menurut al-Qur’an adalah muslim yang memulai setiap hari, setiap doa dan setiap tindakan signifikan oleh reda Tuhan Yang Maha Pemurah dan Rahmat, yaitu dengan mengucapkan Bism Allah al-Rahman al-Rahim. Jika konsep tauhid dan ampunan mendominasi pikiran muslim, maka prinsip aturan Ilahi diyakini akan ditetapkan Allah berasaskan rahmat dalam Islam. Perkara ini sangat bertentangan dengan apa yang dipupuk oleh kaum fanatik di dalam agama Islam sendiri, dan kritik bias budaya agama ini penting dalam suasana yang dihasilkan oleh rahmat dan belas kasihan, ekspresi dari rahmat dan kasih Ilahi. Ini masalah budaya rohani dari rasa keyakinan bahwa Allah yang dijadikan arahan benar-benar serius ketika Dia menyatakan: 300
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
“Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” Firman Allah yang tertuang dari ayat-ayat al-Qur’an telah pula menyatakan dan membuktikan sama ada konsep, perbuatan-Nya terhadap makhluk atau pun syariat-Nya tentang berbagai aspek rahmat ini, rahmat yang mendalami cinta kasih dan tak terbatas. Pengaruh rahmat Allah dalam peraturan Islam yang ditetapkanNya ialah (1) baik, artinya ibadah itu rahmat dan baik bagi pelakunya, sama ada salat, puasa, zakat, haji ataupun perkawinan, muamalat, bahkan dalam jenayah dan jihad. (2) Mudah, dengan ditetapkannya rukhsah. Artinya, diberikan keringanan untuk menqasar dan menjamakkan salat, atau berbuka saat puasa bila sakit dan musafir, mudah dengan tidak membebani apa-apa yang tidak mampu, walaupun Allah boleh membebani perkara itu kepada mereka. (3) Keampunan, setiap perbuatan yang sudah terjadi dianggap selesai, bila terlanjur berbuat salah, disarankan untuk bertaubat, karena Dia Ghafur dan Rahim. Ini berdasarkan pada banyaknya ayat-ayat tentang peraturan Islam yang ditutup dengan Ghafur dan Rahim. Kajian ini menetapkan bahwa hudud, qisas dan jihad adalah rahmat. Allah menetapkan hudud demi kepentingan manusia, sebelum hudud diterapkan Dia telah melarang dengan menggunakan istilah “jangan dekat,” dan setelahnya dengan dianjurkan untuk bertaubat. Rahmat-Nya dalam qisas bahwa di dalamnya terdapat kehidupan, dan Dia memberi alternatif lain selain qisas, seperti uang diyah atau maaf. Saat melakukan hudud dan qisas saat diterapkan hudud tidak ada belas kasih, tapi terdapat rahmat dengan menajamkan alat potong. Rahmat Allah dalam jihad adalah makna jihad itu sendiri menurut pemikiran Islam lebih luas dari sekedar perang, yaitu ajakan kepada agama yang benar. Jihad itu sendiri rahmat dan jalan menuju rahmat/surga dan mengharap rahmat Tuhan. Cukuplah rahmat-Nya bagi mereka dengan sebutan mereka itu hidup dan tidak mati, cukuplah penghormatan manusia dengan menguburkan mereka di makam pahlawan, kuburan yang paling mulia di dunia. Jihad bukanlah teroris. Membunuh orang yang tidak berdosa adalah salah. Dari kajian yang telah dilakukan berasaskan penjelasan kerangka teori, praktik kepada makhluk dan data-data pada peraturan Islam dapat disimpulkan bahwa menurut pemikiran 301
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Islam yang dikaji dari dalam al-Qur’an yang merupakan kalam Allah terdapat konsep rahmat-Nya yang disimpul pada Maha Pemurah dan Mengasihani.
6.2. SARAN Berasaskan penemuan dan kesimpulan di atas maka: Penyelidikan ini diharapkan dapat menyampaikan dan mengukuhkan bahwa al-Qur’an telah mengajarkan bahwa Allah itu Maha Rahmat dan ajaran ini perlu diperkenalkan terutamanya kepada para sarjana dan para pelajar dalam pengajian Islam di institusi-institusi pengajian tinggi, baik sebagai subjek kajian dalam kurikulum maupun sebagai rujukan dalam bacaan dengan lebih menkaji sumber pemikiran Islam yang rahmat, yaitu al-Qur’an di samping Hadis. Untuk memudahkan proses kajian dan pengenalan rahmat Allah maka; (i) perlu adanya usaha-usaha ke arah penterjemahan karya-karya pemikiran Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Hadis yang rahmat ke dalam bahasa-bahasa dunia Islam yang lain, terutamanya ke dalam bahasa Malaysia dan Indonesia; (ii) semua perpustakaan terutamanya yang berada dalam lingkungan institusi pengajian tinggi harus memiliki karya-karya pemikiran Islam yang rahmat ini. Dalam usaha untuk menghidupkan dan mengembangkan konsep “Rahmat Allah”, para ahli akademik terutamanya para pensyarah di institusi-institusi pengajian tinggi perlu mengadakan penyelidikan dan berusaha memberi semangat para pelajar mereka untuk mengadakan penyelidikan tentang rahmat-Nya seperti, dalam bidang ibadah atau munakahat atau muamalat.
302
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
BIBLIOGRAFI
Kitab Suci Al-Qur’an al-Karim: Mushaf al-Madinah al-Munawwarah, Madinah: Mujamma’ al-Malik Fahd. Alkitab (2006), Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab Elektronik 2.0.0., Alkitab Perjanjian Baru Terjemahan Baru Edisi 2, Lembaga Alkitab Indonesia 1997. Alkitab Elektronik 2.0.0., Alkitab Terjemahan Lama. Alkitab Elektronik 2.0.0. Alkitab King James Version. Alkitab Elektronik 2.0.0. Alkitab Contemporary English Version. Alkitab Elektronik 2.0.0. Alkitab Today’s English Version. al-Kitab al-Muqaddas (1991), al-Sharq al-Awsad: Dar al-Kitab alMuqaddas.
Rujukan Bahasa Arab Abdat, Abdul Hakim bin Amir (2004), Risalah Bid’ah, c. 2. Jakarta: Pustaka Abdullah. ‘Abduh, Shaikh Muhammad (1965), Risalah al-Tauhid, Kairo: Matba’ah Muhammad ‘Ali Subaih. Abu Daud Sulaiman ibn al-Ash’ath ibn Ishaq al-Azdi (2000), al-Kutub al-Sittah: Sunan Abu Daud, c. 3. Riyadh: Dar al-Salam. Abu Sir, Dr. Muhammad Tala’at (1986), al-Du’ah ila Allah fi al-Qur’an al-Karim wa Manahijuhum, Kairo: al-Matba’ah al-’Arabiyah alHadithah. Abu Zahrah, Shaikh Muhammad (1985), Tahrim al-Riba: Tanzim Iqtisadi, c.2. Jeddah: Al-Dar al-Su’udiyah. __________ (1986), Buhuth fi al-Riba, Kairo: Dar al-Fikr al-’Arabi. __________ (1987), Muhadarat fi al-Nasraniyah, Kairo: Dar al-Fikr al’Arabi.
303
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
‘Abd Allah, Muhammad Hasan (t.t.), Rahmat Allah. li al-’Alamin Salla Allah ‘Alaihi wa Sallam, Kairo: Maktabah al-Adab. Ahmad, Ibrahim Khalil (1989), al-Gufran baina al-Islam wa alMasihiyyah, Kairo: Dar al-Mannar. Alusi, Syihab al-Din al-Sayid Mahmud al- (1993), Ruh al-Maani fi Tafsir al-Qur’an al-Azim wa al-Sab’u al-Maani, Bairut: Dar alFikr. Ash’ari, Abu al-Hasan ‘Ali bin Ismail al- (1397), al-Ibanah ‘an Usul alDiyanah, Kairo: Dar al-Ansar. __________ (t.t), Maqalat al-Islamiyyin wa ikhtilaf al-Musallin, Helmut Ritr (tahqiq), Bairut: Dar al-Ihya’ al-Turath al-’Arabi. Ashqar, Prof. Dr. ‘Umar Sulaiman ‘Abd Allah al- (2004), Asma’ Allah al-Husna, Jordan: Dar al-Nafais ‘Ashur, Ahmad ‘Isa (1985), Bir al-Walidayni wa Huquq al-Aba’ wa alAbna’ wa al-Arham, Kairo: Dar al-Quran. ‘Ata, ‘Abd al-Qadir Ahmad (1980), al-Liqa baina al-Zaujain fi Dau’ alKitab wa al-Sunnah, Kairo: Dar al-Turath al-’Araby. Bahjat, Ahmad (1986), Allah fi al-Aqidah al-Islamiyyah, Kairo: Markaz al-Ahram. Bahi, Muhammad al- Dr. (1981), al-Islam wa al-Iqtisad, c. 3. Kairo: Maktabah Wahbah. Baihaqi, Abu Bakr bin al-Husain bin ‘Ali al- (2002), al-Asma’ wa alSifat, Kairo: Dar al-Hadith. Baghdadi, ‘Abd al-Qadir ibn Tahir ibn Muhammad al- (1928), Sharh Usul al-din, Istanbul: Matba’ah Istanbul. Baqi, Muhammad Fuad ‘Abd al- (1981), al-Mu’jam al-Mufahrath li Alfaz al-Quran al-Karim, Jakarta: Maktabah Dahlan. Bisati, Ahmad Sa’ad al-Din ‘Ali al- (1988), Muqaranah baina al’Aqidataini: al-Yahudiyah wa al-Islamiyah, Kairo: Dar al-Taba’ah al-Muhammadiyah. Bayjuri, Shaikh Ibrahim al- (1977), al-Mukhtar min Sharh al-Bayjuri ‘ala al-Jauharah, Kairo: al-Muassasah al-’Arabiyah al-Hadithah. Bukhari, Muhammad ibn Ismail Abu ‘Abd Allah al- (2000), al-Kutub al-Sittah: Sahih al-Bukhari, c. 3. Riyadh: Dar al-Salam. Darraz, Dr. Muhammad al- (t.t.), al-Din Dirasah Mumahhadah, Kairo: Dar al-Qalam. Fairuzzabadi, Tahir Ahmad, al-Zawi (1959), Tartib al-Qamus al-Muhit, c. 1, Kairo.
304
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Farid, Ahmad (1990), Taysir al-Mannan fi Qasas al-Qur’an, Giza: Maktabah al-Tau’iyyah al-Islamiyyah. Farmawi, Dr. ‘Abd al-Hai al- (1977), Rasm al-Mushaf baina alMuayyidin wa al-Mu’aridin, Kairo: Maktabah al-Azhar. Fayd Allah (2005), Fath al-Rahman li Thalib Ayat al-Qur’an, Damsyik: Dar Ibn Kathir. Ghazali, Abu Hamid al- (1987), Ihya’ Ulum al-Din, Kairo: Dar alRayyan. __________ (1985), al-Maqsad al-Asna fi Sharh Asma’ Allah al-Husna, Kairo: Dar al-Kutub al- ‘Ilmiyah. __________ (1972), al-Iqtisad fi al-’Itiqad, Kairo: Maktabah al-Jundi. Ghazali, Shaikh Muhammad al- (1989), ‘Aqidah al-Muslim, c. 2. Kairo: Dar al-Da’wah __________ (t.t.), Nahwa Tafsir Maudu’i li Suar al-Qur’an al-Karim, Kairo: Dar al-Shuruq. __________ (1992), Kaifa Nata’amalu maa al-Qur’an, Mansurah: Dar alWafa’. __________ (1994), Qadaya al-Mar’ah baina al-Taqalid al-Rakidah wa alWafidah, Kairo: Dar al-Shurq. Hijazi al-Saqa, Dr. Muhammad Ahmad (1988), al-Munazarah alHadithah fi ‘Ilm Muqaranah al-Adyan: Baina al-Shaikh Didat wa al-Qis Suagarat, Kairo: Maktabah Zahran. Huwaidi, Fahmi (1988), al-Tadayyun al-Manqus, c. 2. Kairo: Markaz al-Ahram. __________ (1989), Hatta la Takuna Fitnah, Kairo: Dar al-Shuruq. __________ (1990), Muathinun la Zimmiyun: Mauqi’u Ghair alMuslimin fi Mujtama’ al-Muslimin, Kairo: Dar al-Shuruq. Ibn Faris, Abu al-Husayn Ahmad bin Faris bin Zakaria bin Muhammad bin Habib al-Razi (2002), Mu’jam Maqayis alLughah, ‘Abd al-Salam Muhammad Harun (Tahqiq), Bairut: Dar al-Fikr. Ibn Hanbal (1991), al-Masail wa al-Rasail fi al-Aqidah, Abd al-Ilah ibn Sulayman ibn Salim al-Ahmady (tahqiq), Rayad: Dar Tayyibah. Ibn Hazm (t.t.), al-Fasl fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa al-Nihal, Kairo: Dar al-Kutub al-’Ilmiyah. Ibn Kathir, al-Hafidz ‘Imad al-Din Abu al-Fida’ Isma’il (t.t.), 4 j. Tafsir al-Quran al-’Azim, Kairo: Dar al-Turath. Ibn Khaldun, Abd al-Rahman bin Muhammad (1995), Muqaddimah Ibn Khaldun, Bairut: Dar al-Jail. 305
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Ibn Manzur, Lisan al-’Arab, c. 3. Bairut, Dar Ihya’ al-Turath al-’Arabi. __________ (1968), Lisan al-’Arab, Bairut, Dar Lisan ‘Arab. __________ (t.t), Lisan al-’Arab, ‘Abd Allah. ‘Ali al-Kabir (tahqiq), Kairo, Dar al-Ma’arif. Ibn Taymiyah (1995), Ma’rifah Allah wa Tar iq al-Wusul Ilayhi, Mustafa Hilmi (tahqiq), Kairo: Jami’ah al-Qahirah. Ibrahim, Dr. Salah Abd al-’Alim (1989), fi al-Aqidah al-Islamiyah, Kairo: Dar al-Tiba’ah al-Muhammadiyah. ‘Isa, Dr. Ibrahim Sulaiman (1994), Mu’amalah Ghair al-Muslimin fi Dawlah al-Islam, Kairo: Dar al-Mannar. Jad al-Haq, Jad al-Haq ‘Ali (1989), al-Fiqh al-Islami: Murunatuhu wa Tatawwuruhu, Kairo: al-Azhar. Jurjani, Said Syarif Abu Hasan ‘Ali bin Muhammad al- (2003), alTa’rifat, c. 2. Bairut: Dar al-Kutub ‘Ilmiyah. Khudair, Taha ‘Abd al-Salam (1991), al-Sa’adah al-Quswa fi Falsafah Ibn Maskawaih wa Turuq Tahsiliha, Kairo: Matba’ah al-Fajr alJadid. Louis Ma’luf (1975), al-Munjid fi al-Lughah, c. 23. Beirut: Dar alMashriq. Mahalli, Jalal al-Din al- dan Jalal al-Din al-Suyuti (1987), Tafsir alJalalain, Kairo: Dar al-Rayan. Mahmud, Dr. ‘Abd al-Halim (1990), al-Salah Asrar wa Ahkam, Kairo: Dar al-Ma’arif __________ (1989), al-Tafkir al-Falsafi fi al-Islam, Kairo: Dar al-Ma’arif. __________ (1988), Qadiyah al-Tasawwuf: al-Munqiz min al-Dalal, c.3. Kairo: Dar al-Ma’arif Malik bin Anas (t.t.), al-Muatta, Muhammad Fuad Abd al-Baqi (tashih), Kairo: Dar Ihya’ al-Kutub al-’Arabiyah. Maliki, Al-Sayid al-’Alawi al- (1996), Tarikh al-Hawadith wa al-Ahwal al-Nabawiyah, c. 12. Jeddah: Mathabi’ Sahr. Muhasabi, al-Harith bin Asad al- (1977), al-Tawbah, Kairo: Dar al’Itisam. Muhammad bin Abu Bakr (1994), Badai ‘ al-Fawaid Ibnu Qayyim, Barut: Dar al-Khair. Maksimun (1971), al-Tarbiyah al-Diniyah al-Masihiyah, Kairo: alAmiriyah. Muslim, Abu al-Husain ibn al-Hajjaj (2000), al-Kutub al-Sittah: Sahih Muslim, c. 3. Riyadh: Dar al-Salam.
306
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Nasr, Dr. ‘Abd al-’Aziz Saif al- (1983), Falsafah ‘Ilm al-Kalam fi al-Sifat al-Ilahiyah Manhajan wa Tatbiqan, Kairo: Matba’ah al-Jablawi. Naufal, Dr. Ahmad (2003), al-Tafsir al-Manhaji, j. 10, Kairo: Dar alMinhal. Qadi ‘Abd al-Jabbar al- (t.t), Sharh al-Usul al-Khams, Dr. ‘Abd alKarim Utman (tahqiq), Kairo: Maktabah Wahbah. Qahtani, Said ‘Ali ibn Wahf al-(1409), Sharh Asma’ Allah al-Husna fi Dau’ al-Kitab al-Sunnah, al-Madinah al-Munawwarah: alIdarah al-Buhuth al-’Ilmiyah. Qaradawi, Prof. Dr. Yusuf (1995), Daur al-Qiyam wa al-Akhlak fi alIqtisad al-Islamy, Kairo: Maktabah Wahbah. __________ (1994), al-Sahwah al-Islamiyah baina al-Ikhtilaf al-Mashru’ wa al-Tafarruq al-Mazmum, c. 5. Kairo: Dar al-Sahwah. __________ (1995), al-Iman wa al-Hayah, Kairo: Maktabah Wahbah. __________ (1995), al-Ibadah fi al-Islam, c. 24, Kairo: Wahbah. __________ (1994), Zahirah al-Ghuluw fi al-Takfir, c. 5, Kairo: Dar alTiba’ah wa al-Nashr al-Islamiyah. Qanwaji, Salah Abu al-Tayyib Sadiq bin Hasan bin ‘Ali al-Husain al(1992), Fath al-Bayan fi Maqasid al-Qur’an, Bairut: Maktabah al’Asriyah. Qasimi, Muhammad Jamal al-Din al- (1994), Tafsir al-Qasimi Mahasin al-Ta’wil, Bairut: Dar Ihya al-Turath al-’Arabi. Qurtubi, Abu ‘Abd. Allah, Muhammad ibn Ahmad al-Ansari al(1966), al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Kairo: Muassasah alRisalah. __________ (2006), al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Dr. ‘Abd Allah bin Abd al-Muhsin al-Turki, Kairo: Muassasah al-Risalah. __________ (1995), al-Asna di Sharh Asma Allah al-Husna, Tanta: Dar al-Sahabah. Raghib, al-Isfahani Abu al-Qasim al-Husain bin Muhammad (1961), al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, Muhammad Sayid Kaylani (tahqiq), Kairo: al-Mustafa al-Babi al-Halabi. Rahmat Allah Khalil Rahman al-Hind, Izhar al-Haq, Zahir: Maktabah al-Thaqafah al-Diniyah. Razi, Muhammad bin ‘Umar Fakhr al-Din al- (t.t.), Asrar al-Tanzil wa Anwar al-Ta’wil, Teheran, Dar al-Kutub al-Ilmiyah. __________ (1981), al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, c. 1, Kairo, Dar al-Fikr.
307
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Salman, ‘Abd al-’Aziz al-Muhammad al- c.2 (1979), al-Asilah wa alAjwibah al-Usuliyah ala al-’Aqidah al-Wasatiyah, Riyad: Ma’had Imam al-Da’wah Salus, ‘Ali Ahmad Dr. (t.t.), Hukm Wadai’ al-Bunuk wa al-Shahadat alIsithmar fi al-Fiqh al-Islami, Kairo: al-Ittihad al-Dauli li alBunuk al-Islami. __________ (1996), al-Iqtisad al-Islami wa al-Qadaya al-Fiqhiyah alMu’asirah, Dauhah: Dar al-Thaqafah. Sabuni, Muhammad ‘Ali al-, (1997) Safwah al-Tafasir, 3 j. Kairo, Dar alSabuni. Safi, Dr. Muhyi al-Din al- (1982), al-Nubuwat wa al-Samiyat min Mabahith ‘Ilm al-Kalam, Kairo: Dar al-Tiba’ah alMuhammadiyah. San’ani, Muhammad Isma’il al-Amir al-Yamani al- (1989), Subul alSalam Sharh Buluqh al-Maram, c. 4. Kairo: Dar al-Rayan. Saqa, Dr. Muhammad Ahmad Hijazi al- (1988), al-Munazarah alHadithah fi ‘Ilm Muqaranah al-Adyan: Baina al-Shaikh Didat wa al-Qis Suagarat, Kairo: Maktabah Zahran. Simahi, Dr. Muhammad ‘Ali ‘Izzi al-’Arab al- (1985), Dirasat Haula Darurah al-Nubuwwah li Muajahati al-Wahyi li al-Shubuhat alMua’asir, Kairo: Maktabah al-Azhar. __________ (1987), al-Sifat al-Thubutiyah Mauqif al-Imam al-Ghazali Minha ‘Arad wa Tahlil, Kairo: Dar al-Tiba’ah alMuhammadiyah. Shinqiti, Muhammad al-Amin bin Muhammad al-Mukhtar al- (1992), Adwa’ al-Bayan fi Idah al-Qur’an bi al-Qur’an, Kairo: Maktabah Ibn Taymiyah. Sha’rawi, Shaikh Muhammad Mutawalli (1991), Tafsir al-Sha’rawi, 19 j. Kairo: Akhbar al-Yaum. __________ (1991), al-Hayah wa al-Maut, Kairo: Akhbar al-Yaum. __________ (1990), al-Khair wa al-Sharr, Kairo: Akhbar al-Yaum. __________ (1990), al-Rizq, Kairo: Akhbar al-Yaum. __________ (1990), al-Shaitan wa al-Insan, Kairo: Akhbar al-Yaum. __________ (1989), al-Qada’ wa al-Qadr, Kairo: Akhbar al-Yaum. Shahat, Dr. Ahmad al- (1986), Dirasat fi Ulum al-Qur’an, Kairo: alRisalah. Shahrastani, Muhammad bin ‘Abd al-Karim bin Abu Bakr Ahmad al(1986), al-Milal wa al-Nihal, 2 j. Bairut: Dar al-Jail.
308
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Shaukani, Muhammad ‘Ali bin Muhammad (1995), Fath al-Qadir alJami’ Baina Fanni al-Riwayah wa al-Dirayah min ‘Ilmi al-Tafsir, Bairut: Dar al-Ma’rifah. Tabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al- (t.t), Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ay al-Qur’an, Muhammad Shakir (Tahqiq), Kairo: Maktabah Ibn Taymiyah. Tabarsi, Abu ‘Ali al-Fadil bin al-Hasan Al- (1479), Majma al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an, Bairut: Dar Ihya al-Thurath al-’Arabi. Tabatabai, Al-’Allamah al-Sayid Muhammad Husain al- (t.t.), alMizan fi Tafsir al-Qur’an, Bairut: Maktabah al-Tijariyah. Tabrani, Abu al-Qasim Sulaiman bin Ahmad al- (1415H), al-Mu’jam al-Awsat, Kairo: Dar al-Haramain. Taftazani, Sa’ad al-Din al- (1989), Syarh al-Maqasid, Kairo: ‘Alam alKutub. Tantawi, Muhammad Sayyid al- (Shaikh al-Azhar, Kairo) (1992), Tafsir al-Wasid li al-Qur’an al-Karim, Tafsir surah al-Fatihah dan al-Baqarah, j. 1, Kairo: Dar al-Ma’rif. Tijani, ‘Abd Allah Muhammad bin Ahmad bin Abi al-Qasim al(1989), Tuhfat al- ‘Arush wa al-Nuzhat al-Nufus, Kairo: Maktabah Ibn Sina. Tirmizi, Abu ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa ibn Surah ibn Musa al- (2000), al-Kutub al-Sittah: Jami’al-Tirmizi, c. 3. Riyadh: Dar al-Salam. Wakil, Dr. Muhammad al-Sayid al- (1987), Haza al-Din baina Jahli Abnaihi wa Kaydi ‘Adaihi, c. 3. Kairo: Dar al-Wafa’. __________ (1994), Nazarat fi Ahsan al-Qasas, Damsyik: Dar al-Qalam. Wajdi, Muhammad Faris (1971), Dairat al-Ma’arif al-Qarn al-’Ishrin, c. 3, Bairut: Dar al-Ma’rifah. Yusuf, Muhammad Khair Ramadhan (1994), al-Khidr baina al-Waqi’ wa al-Tahwil Dirasah Tahliliyah Muqaranah ‘Ala Daui al-Qur’an wa al-Sunnah wa al-Tarikh, c.2. Damsyik: Dar al-Qalam. Zabidi, al-Sayid Muhammad al-Murtada (t.t), Taj al-’Arus, Binghazi: Dar Libya. Zahabi, Imam Abu ‘Abd Allah Muhammad Sams al-Din al- (1989), alKabair, Kairo: Dar al-Irsyad. Zamakhshari, Mahmud bin ‘Umar bin Muhammad al- (t.t.), Tafsir alKashshaf, 4 j. Kairo, Mustafa al-Babi al-Halabi. __________ (2006), Tafsir al-Kashshaf, Muhammad Abd al-Salam Shahin (tashih), 4 j. Lubnan: Dar al-Kutub al-’Ilmiyah,
309
KONSEP RAHMAT ALLAH DALAM AL-QUR’AN
Zuhaili, Prof. Dr. Wahbah al- (1991), al-Tafsir al-Munir al-’Aqidah wa al-Syariah wa al-Minhaj, Bairut: Dar al-Fikr al-Muasir.
Rujukan Bahasa Melayu dan Indonesia Ahmad Zuhdi Ismail (2006), Imam Ja’far al-Sadiq: Pemikirannya tentang Konsep Ketuhanan, Kuala Lumpur: Penerbit Universiti Malaya. A.M. Hunter (1977), Memperkenalkan Theologia Perjanjian Baru, Pdt. F.E. Drake (terj.), Jakarta: BPK Gunung Mulia. Fathi, Sayyidah Hanan (2006), Ensiklopedia ar-Rahman ar-Rahim, Tim Sahara (terj.). Jakarta: Sahara Publishers. Harifuddin Cawidu, Dr. (1991), Konsep Kufur dalam al-Qur’an Suatu Kajian Teologis dengan Pendekatan Tafsir Tematik, Jakarta: Bulan Bintang. Harun Nasution, Prof. Dr. (1971), Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah, Analisa, Perbandingan, Jakarta: Yayasan Penerbitan Universitas Indonesia. Maududi, Abul Ala; Hasan al-Banna, Sayyid Quthb (1985), Jihad, Asep Hikmat (terj.), Bandung: Risalah. Muhaiyaddeen, M. Rahim Bawa (2005), Lautan Kasih Tuhan Menyelami Rahasia dan Hakikat 99 Nama Indah Tuhan, c. 2. Surabaya: Risalah Gusti. Muhammad Ali Hasan (2000), Memahami dan Meneladani Asmaul Husna, c. 2. Jakarta: Grafindo. __________ (2003), Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), Jakarta: Grafindo. Muhammad Quraish Shihab, Prof. Dr. (2003) Menyingkap Tabir Ilahi, c. 5, Jakarta: Lentera Hati. __________ (1996), Wawasan Al-Quran, Jakarta: Mizan. Noresah bt. Baharom, Hj. (2006), Kamus Bahasa Melayu, e. 4. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Qaradawi, Prof. Dr. Yusuf (2000), Norma dan Etika dalam Ekonomi Islam, Zainal Arifin, Lc. (terj.) c. 3. Jakarta: Gema Insani Press. Sha’rawi, Shaikh Muhammad Mutawalli (2004), Tafsir Sya’rawi, 8 j. Zainal Arifin, MA dkk (terj.) Medan: Duta Azhar. Said Haji Ibrahim (1995), Huraian Asma al-Husna Jalan Menuju Akidah Islam, Kuala Lumpur: Dar al-Ma’rifah.
310
SUATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
Segaf, ‘Alawi bin Abd al-Qadir al- (2001), Mengungkap Kesempurnaan Sifat-Sifat Allah dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, Asep Saifullah FM, M.Ag (terj.) c. 3. Jakarta: Pustaka Azzam. Wan Zailan Kamaruddin, Prof. Madya Dr. (2005), Siapa itu NabiNabi, Kuala Lumpur: PTS Publication.
Rujukan Bahasa Inggris A P Cowie, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, 4th edition, England: Oxford University Press. Colin Spencer (2002), Vegetarianism, New York: Thunder’s Mouth Press Deedat, Ahmed (1988), Crucifixion or Crucifiction, c. 3, Durban: Islamic Propagation Centre International. __________ (1989), Christ (Peace be upon him) in Islam, c. 4, Durban: Islamic Propagation Centre International. __________ (1989), Is the Bible God’s Ward?, c. 7, Durban: Islamic Propagation Centre International.
Webside http://[www.dummies.com/WileyCDA/DummiesArticle/id977.html]Exploring Religious Ethics in Daily Life, 5 Mei 2009 http://www.jewishencyclopedia.com/view.jsp?artid=699&letter=C &search=compassion 5 Mei 2009.
311