1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu komponen utama dalam pengembangan agribisnis adalah mengembangkan kegiatan budidaya yang mampu mengikuti peluang dan perubahan situasi yang menjadi faktor penentu kegiatan usahanya, terutama perubahan dan situasi pasar disamping hal-hal yang bersifat teknis, seperti perubahan lingkungan biofisik. Secara mikro, kendala utama yang dihadapi adalah keterbatasan dalam orientasi dan kemampuan berwiraswasta (entrepreneurship) serta keterbatasan dalam permodalan. Orientasi dan kemampuan berwiraswasta merupakan kendala yang terbesar, sedangkan hal tersebut merupakan unsur paling penting dalam pengembangan kegiatan yang berorietasi pasar dan membutuhkan penanganan manajerial yang memadai. Pengembangan usaha agribisnis berskala kecil sangat penting dan strategis ditinjau dari berbagai pemikiran dimuka. Dewasa ini terdapat lebih dari 32 juta usaha kecil dengan volume usaha kurang dari 2 miliar rupiah per tahun, bahkan 90 persen diantaranya adalah usaha kecil dengan volume usaha kurang dari 50 juta rupiah. Selanjutnya dari yang 90 persen tersebut, 21, 30 juta lebih unit usaha adalah usaha rumah tangga yang bergerak di sektor pertanian. Apabila disertakan dengan keluarganya, maka jumlah pengusaha kecil dengan anggota rumah tangganya bisa mencapai 80 persen dari penduduk Indonesia.1 Menurut Crawford, peranan agribisnis berskala kecil ini akan semakin penting dan memiliki keunggulan karena beberapa faktor yaitu sebagai berikut : (1) relatif tidak memerlukan terlalu banyak modal investasi terutama yang bergerak di bidang jasa-jasa, (2) usaha agribisnis kecil dapat bergerak bebas menyesuaikan diri dalam situasi yang berubah karena tidak perlu terhambat oleh persoalan-persoalan birokrasi seperti yang dihadapi oleh perusahaan besar, (3) usaha agribisnis kecil memiliki tenaga-tenaga penjualan dan wirausaha yang tertempa secara alami yang tidak berminat (vested-interest) dalam sistem produksi yang sudah ada dan sudah mantap, 1
Bungaran Saragih. 2010. Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
1
(4) perubahan selera konsumen yang semakin bergeser dari produk-produk tahan lama yang dihasilkan secara massal ke produk-produk yang lebih manusiawi (personalized good) yang lebih tepat untuk dilayani usaha-usaha kecil (Saragih, 2010). Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada 2009, komposisi PDB nasional tersusun dari UKM sebesar 53,32%, kemudian usaha besar 41,00%, dan sektor pemerintah 5,68%. Dalam lima tahun terakhir, UKM menunjukkan kekuatan sebagai penopang perekonomian nasional. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Citibank, angka kontribusi sektor UKM terhadap PDB 2009 mencapai 55,56%. Riset Citibank selama periode 2005-2008 juga menunjukkan jumlah unit UKM mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar 8,16% per tahun. Pada tahun 2012 perkiraan jumlah pelaku UKM dapat mencapai 4.479.132 unit. Perkiraan pertumbuhan pelaku usaha tersebut mencerminkan bahwa setiap pertumbuhan 1% PDB akan menciptakan 42.797 pelaku usaha baru di Indonesia.2 Pengembangan agribisnis berskala kecil membutuhkan lingkungan usaha yang mendukung. Strategi pengembangan agribisnis lebih menjamin perluasan kesempatan kerja bagi sebagian angkatan kerja tidak terlatih terus bertambah. Pengembangan agribisnis berskala kecil sangat mudah diarahkan untuk bersahabat dengan lingkungan. Selain usaha kecil ini tidak perlu tergantung terlalu banyak pada sumberdaya alam yang ekstraktif, juga limbah usaha mereka bisa ditekan dan dikendalikan pada tingkat minimal. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil, dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang. Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil adalah kegiatan ekonomi yang dimiliki dan menghidupi sebagian besar rakyat. Pengertian usaha kecil di sini mencakup usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Usaha kecil informal merupakan usaha yang belum 2
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=487:bps-tambah-surveiukm-mulai-2011&catid=50:bind-berita&Itemid=97(diakses tanggal 18 Mei 2011)
2
terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum. Pengusaha kecil yang termasuk dalam kelompok ini antara lain petani penggarap, pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan yang dimaksud dengan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya. Menurut Mangkuprawira (2002) sebuah perusahaan dapat mengembangkan beberapa sikap strategis dalam hubungannya dengan lingkungan, yaitu sebagi berikut: (a) perusahaan dapat menerapkan strategi bertahan. Para status quo berfokus pada garis yang terbatas dari produk dan secara kuat mempertahankan posisinya di pasar untuk “melawan” pesaingnya, (b) sebuah perusahaan dapat menjadi seperti penyelidik. Para penyelidik selalu mencari kesempatan pasar yang baru dan secara agresif mencari upaya untuk mengembangkan produk dan pasar baru, (c) sebuah perusahaan dapat menerapkan sikap analisis, penganalisis memiliki kepribadian yang terbagi-bagi, (d) sebuah perusahaan dapat sebagai pereaksi. Para pengamat melihat perubahan-perubahan pokok di lingkungan, tetapi kesulitan menghadapi perubahan yang cepat. Pada Gambar 1 dapat dilihat diagram keterkaitan keputusan strategik perusahaan dengan lingkungan.
Lingkungan Eksternal (Kesempatan dan Ancaman)
Keputusan Strategik
Maksud, Misi, Arah Dasar, dan Tujuan Perusahaan
Gambar 1. Diagram keterkaitan keputusan strategik perusahaan dengan lingkungan. Sumber : Mangkuprawira, 2002
Lingkungan di dalam perusahaan yang sedang memiliki pengaruh yang sangat besar pada keberhasilan perusahaan. Dengan perubahan-perubahan yang saat ini terjadi dan semakin meluasnya masyarakat global perusahaan menghadapi banyak 3
tantangan yang tidak dihadapi sebelumnya. Kemampuan perusahaan untuk menerapkan atau mengubah strategi untuk mengambil manfaat dari perubahanperubahan akan menciptakan keberhasilan atau bahkan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Perkembangan yang terjadi di berbagai bidang membawa segala sesuatunya ke arah yang lebih praktis dan efesien. Hal ini juga membuat pandangan masyarakat juga berubah dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan yang didukung oleh perubahan pola konsumsi. Adanya perubahan pola konsumsi ditunjukkan oleh kecenderungan masyarakat saat ini untuk mengkonsumsi makanan atau minuman siap saji. Tingginya tingkat konsumsi rumah tangga untuk jenis makanan dan minuman jadi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Persentase Pengeluaran Rata-Rata per Kapita sebulan untuk Makanan dan Minuman Jadi Tahun 2004-20093 Tahun
Persentase
2004
219,09
2005*
233,08
2006*
216,83
2007*
246,04
2008*
289,85
2009
278,46
Keterangan : *) Minuman yang mengandung alkohol sudah termasuk dalam kelompok makanan dan minuman jadi Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, www.bps.go.id (diakses tanggal 26 Juli 2011)
Adanya peningkatan pengeluaran bagi industri pengolahan makanan jadi untuk mengembangkan bisnisnya. Salah satu jenis industri makanan jadi yang berkembang di Indonesia adalah industri pengolahan makanan berbahan baku tepung 3
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=05¬ab=8 (diakses tanggal 26 Juli 2011)
4
terigu seperti produk-produk bakery. Produk bakery merupakan produk yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Produk bakery dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain: roti (bread), pie, bagel, pastry, cake dan cup cake, biskuit, kue kering (cookies), crackers, muffin, rolls, pretzel dan lain-lain. Pie adalah sejenis bakery yang pada awalnya hanya populer di mancanegara, khususnya Eropa dan Amerika. Pembuatan pie di luar negeri terkait dengan tradisi pie tertentu untuk disajikan pada perayaan hari-hari besar tertentu. Pada saat ini pie merupakan jenis makanan yang sudah cukup populer di Indonesia dan tingkat konsumsinya mengalami perkembangan. Apel pertama kali ditanam di Asia Tengah, kemudian berkembang luas wilayah yang lebih dingin termasuk indonesia. Konon tanaman ini masuk ke Indonesia sekitar tahun 1930-an dibawa oleh orang Belanda yang kemudian menanamnya di daerah Nongkojajar (Kabupaten Pasuruan). Pada tahun 1953, Bagian Perkebunan Rakyat (sekarang Lembaga Penelitian Hortikultura) mendatangkan beberapa jenis apel dari luar negeri, termasuk romebeauty dan princess noble. Pada tahun 1960 tanaman apel sudah banyak ditanam di Batu untuk mengganti tanaman jeruk yang mati diserang penyakit. Sejak saat itu tanaman apel terus berkembang di dataran tinggi Kota Batu, Poncokusumo (Malang) dan Nongkojajar (Pasuruan).4 Sekarang ini ada beberapa jenis apel yang dibudidayakan di Batu dan Malang, antara lain: manalagi, romebeauty, ana, dan wang li. Banyaknya jenis apel yang ada, membuat perusahaan yang berdiri sejak tahun 1999 ini berusaha menggunakan sumber daya yang ada dengan membuka usaha Pia Apple Pie. Pia Apple Pie adalah salah satu unit usaha dari Apple Pie Group yang bergerak di bidang bakery yaitu pembuatan pie. Pia Apple Pie merupakan toko bakery pertama yang khusus memproduksi pie. Sejak tahun 1999 Pia Apple Pie mengalami perkembangan pesat sehingga dapat mengembangkan usahanya pada industri makanan olahan lainnya yang tergabung dalam Apple Pie Group yang hingga kini Pia Apple Pie masih bertahan dengan cara melakukan berbagai inovasi pada setiap bauran produk dan 4
http://ksupointer.com/apel-malang (dakses tanggal 27 Juli 2011)
5
pelayanannya. Saat ini sebagian besar usaha bakery tidak hanya memproduksi, tetapi juga memasarkan produknya langsung kepada konsumen. Untuk mengembangkan usaha Pia Apple Pie ini, produsen perlu mempunyai kemampuan dalam menentukan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi perusahaan.
1.2. Perumusan Masalah Dalam sebuah perumusan strategi bersaing harus dapat menghubungkan perusahaan dan lingkungannya. Walaupun lingkungan yang relevan sangat luas, meliputi kekuatan-kekuatan sosial sebagaimana juga kekuatan-kekuatan ekonomi, aspek utama dari lingkungan perusahaan adalah industri- industri dimana perusahaan tersebut
bersaing.
Intensitas
persaingan
dalam
suatu
industri
merupakan
permasalahan dasar dari ekonomi dan berjalan di luar perilaku pesaing-pesaing yang ada. Persaingan antar perusahaan yang sudah ada sangat ketat, pesaing-pesaing baru bisa masuk ke industri dengan relatif mudah, dan baik pemasok maupun konsumen dapat memiliki daya tawar sangat besar. Pada tahun 2002, sudah pernah dilakukan penelitian dengan judul Analisis Pemasaran dan Pengembangan Usaha Kecil Pada Pia Apple Pie. Pada saat itu, pimpinan perusahaan adalah pemilik perusahaan itu sendiri. Pimpinan perusahaan dibantu oleh koordinator dalam melakukan pengawasan. Pimpinan perusahaan bertugas mengawasi lingkungan internal dan proses produksi, sedangkan koordinator bertugas sebagai pengawas pada lingkungan eksternal seperti menjalin kerja sama dengan lingkungan sekitar tempat penjualan serta membantu pimpinan perusahaan dalam proses produksi. Pada tahun 2002, jumlah karyawan Pia Apple Pie adalah 24 orang. Pada faktor internal, yang menjadi kelemahan perusahaan adalah dalam hal tenaga kerja yang keterampilan dan kualitasnya masih dirasa kurang pada masingmasing bidang. Pada faktor eksternal, telah banyak perusahaan sejenis dengan produk olahan yang relatif beragam telah berkembang di kota Bogor umumnya dan di sekitar jalan Pangrango khususnya. Dalam hal ini permasalahan yang sekarang timbul adalah perubahan faktor eksternal dan internal yang sangat menonjol dari rentang waktu antara tahun 2002 hingga 2011. Banyaknya industri makanan olahan dan home made 6
yang berkembang di lingkungan tempat perusahaan berdiri membuat Pia Apple Pie harus mempunyai strategi pengembangan yang baru yang dapat menjadi pedoman dengan menggunakan faktor internal dan eksternal yang ada saat ini. Salah satu penyebab dari kekalahan dalam bersaing pada umumnya terletak pada kurangnya memperhatikan pasar pasar, dan perusahaan yang tidak bisa mengikuti market trend (kecenderugan pasar) akan mengalami masalah yang serius dalam kelangsungan bisnisnya atau perusahaan berada pada suasana comfort zone yaitu kondisi dimana perusahaan merasa bahwa selama ini kondisi lingkungan eksernal dan internal yang cenderung stabil. Perkembangan yang terjadi pada tren pola hidup masyarakat yang lebih sering mengkonsumsi makanan dan minuman cepat saji membuat persaingan yang ada semakin ketat, sehingga membuat perusahaanperusahaan harus menyiapkan langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi persaingan tersebut. Sejak berdiri pada tahun 1999, Pia Apple Pie telah membuat berbagai macam inovasi sebagai salah satu langkah dalam menghadapi persaingan pasar. Akan tetapi, hingga saat ini Pia Apple Pie hanya memiliki satu tempat sebagai lokasi pemasaran, sedangkan saat ini usaha bakery tidak hanya melakukan usaha produksi tetapi juga memasarkan produknya langsung kepada konsumen. Pada Tabel 2 dapat dilihat hasil penjualan produk Pia Apple Pie pada bulan Mei 2011. Dari hasil penjualan pada bulan Mei 2011, dapat disimpulkan bahwa banyaknya permintaan terhadap produk Pia Apple Pie ini, dan seharusnya dengan dilakukannya pembukaan cabang pemasaran maka penjualan pada Pia Apple Pie akan semakin banyak. Hal inilah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian sehingga dapat diketahui kendala yang menyebabkan Pia Apple Pie tidak menambah lokasi pemasaran dan dapat dilakukan perumusan strategi pengembangan usaha diharapkan dapat membantu perusahaan atau pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan dan membantu dalam pengambilan keputusan untuk memperbaiki strategi pengembangan usahanya. Strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi Pia Apple Pie adalah strategi yang diformulasikan dengan tepat ketika Pia Apple Pie mampu
7
memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki serta menghadapi peluang dan menghindari ancaman yang ada. Tabel 2. Penjualan Produk Pia Apple Pie pada bulan Mei 2011 Banyaknya Produk yang Terjual (Loyang) Jenis Small Medium Large
Total
Pie Apple
449
4342
140
4931
Pie Love
1421
-
57
1478
Chicken Pie
351
1213
-
1564
Pie Love Coklat
411
220
-
631
Pie Cheese
270
57
-
327
Pie Strawberry
219
56
275
Pie Crust
656
656
Pie Chicken Spesial
101
101
Total
9963
Sumber : Bakery Pia Apple Pie
Adapun permasalahan yang akan dianalisis adalah sebagai berikut: 1) Faktor internal apa saja yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam mencapai tujuannya? 2) Faktor eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap aktifitas perusahaan? 3) Bagaimana strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh perusahaan agar perusahaan dapat mengoptimalkan fungsi sumberdaya yang ada dan dapat meningkatkan keuntungan? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik dan kepuasan konsumen. 2. Menganalisis faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap aktivitas Pia Apple Pie. 8
3. Menganalisis faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan Pia Apple Pie dalam mencapai tujuannya. 4. Merumuskan alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat dan dapat diterapkan bagi Pia Apple Pie dalam pengembangan usaha yang berbasis modern. 5. Memilih strategi terpilih bagi perkembangan bisnis perusahaan. 1.4. Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian Hasil penelitian bertujuan bagi berbagai pihak yaitu terutama untuk : 1. Pia Apple Pie sebagai informasi dan bahan pertimbangan manfaat
untuk
menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat sehingga dapat bertahan dan berkembang dalam usaha berbasis modern. 2. Pemerintah sebagai bahan masukan dalam menetapkan kebijakan pengembangan agribisnis yang berbasis modern. 3. Kepentingan umum, terutama kalangan akademis yang dapat dijadikan tambahan informasi bagi penelitian dan pengembangan lebih lanjut mengenai hal yang sama. Ruang lingkup ini terdiri dari pengkajian kondisi internal dan eksternal Pia Apple Pie, berupa identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki perusahaan, serta formulasi alternatif strategi dalam pengembangan usaha yang berbasis modern. Hasil penelitian dimaksudkan hanya untuk pengembangan usaha Pia Apple Pie. Hasil penelitian diharapkan mampu menghasilkan strategi yang dapat digunakan, namun hasil yang didapat belum tentu sesuai dengan perusahaan yang lain. Penelitian ini memiliki keterbatasan dengan hasil yang dicapai akan sangat subjektif tergantung pada tingkat persepsi dari responden. Penggunaan sumber data yang mengandalkan data primer dan sekunder yang terbatas dalam mengidentifikasi faktor-faktor eksternal, kurang bisa menggambarkan keadaan eksternal secara luas dan menyeluruh.
9