1 1
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kesadaran masyarakat Indonesia akan konsumsi susu terus meningkat
seiring dengan meningkatnya populasi dan kesejahteraan penduduk. Peningkatan permintaan susu tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah populasi pada sapi perah sehingga kebutuhan susu tidak terpenuhi, dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut ditempuh dengan pengadaan susu impor.
Konsumsi susu
Indonesia saat ini mencapai 3 juta ton per tahun dan sekitar 1,8 juta – 2 juta ton diperoleh dari impor dengan kata lain sebanyak 20% kebutuhan susu nasional dipenuhi oleh peternak Indonesia dan sebanyak 80% diperoleh dari impor (Kementan, 2014). Keadaan ini memberikan peluang yang besar bagi para peternak sapi perah di Indonesia untuk mengembangkan usahanya. Sistem peternakan sapi perah yang ada di Indonesia sebagian besar merupakan peternakan berskala kecil dan masih merujuk pada sistem pemeliharaan yang konvensional. Banyak permasalahan yang timbul seperti pakan, reproduksi, kasus klinis dan limbah yang dihasilkan, dan agar permasalahan tersebut dapat ditangani dengan baik diperlukan adanya perubahan pendekatan dari pengobatan menjadi bentuk pencegahan dan dari pelayanan individu menjadi bentuk pelayanan kelompok. Keberhasilan usaha peternakan sapi perah sangat tergantung dari keterpaduan langkah terutama di bidang pembibitan (breeding), pakan (feeding), dan tata laksana (management). Ketiga bidang tersebut kelihatannya belum dapat dilaksanakan dengan baik.
Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan
keterampilan peternak serta masih melekatnya orientasi budaya pola berfikir jangka
2 pendek tanpa memperhatikan kelangsungan usaha sapi perah jangka panjang. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dengan peningkatan pengetahuan dan pemahaman peternak tentang manajemen sapi perah yang baik sehingga akan berdampak pada peningkatan produksi dan ekonomi. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat diperoleh dengan keikutsertaan dalam kegiatan suatu kelompok. Partisipasi anggota kelompok akan membuat kelompok menjadi lebih hidup dan dinamis, sehingga kelompok dapat mencapai tujuannya.
Pencapaian tersebut sangat bergantung pada tingkat
partisipasi anggota kelompok untuk memanfaatkan kemampuan dan kesempatan yang tersedia. Tinggi rendahnya tingkat partisipasi setiap individu juga dipengaruhi oleh karakteristik individu anggota. Sehubungan dengan hal itu maka dijalinlah suatu kerja sama dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan usaha peternakan sapi perah.Salah satu kerjasama yang dilakukan yaitu adanya program pembinaan peternak sapi perah di daerah Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat dibawah pengawasan Dairy Development Ciater Program (DDCP) yang terdiri atas PT. Danone Dairy Indonesia, Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara Lembang dan Yayasan Sahabat Cipta. Program yang diberikan yaitu diantaranya Perbibitan bergulir, Demo Farm, A La Carte dan penyuluhan dengan metode transfer knowledge mengenai bidang pemberian pakan dan manajemen, produksi dan pemanfaatan hijauan makanan ternak, kesehatan ternak, serta bantuan fisik berupa bangunan kandang, bak pakan, bak minum dan peralatan lainnya. Partisipasi peternak dalam program ini dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi agar program yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai harapan dan mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu tercapainya keberhasilan usaha
3 sapi perah yang dijalani. Program DDCP ini dimulai pada tahun 2011 dan berakhir pada tahun 2014, dengan berakhirnya program ini perlu diketahui tingkat partisipasi dalam menunjang keberhasilan usaha. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai korelasi antara tingkat partisipasi peternak dengan tingkat keberhasilan usaha sapi perah dalam program Dairy Development Ciater Program (DDCP).
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana tingkat partisipasi ketua dan anggota kelompok terhadap program pembinaan DDCP.
2.
Bagaimana tingkat keberhasilan usaha sapi perah pada ketua dan anggota kelompok.
3.
Bagaimana hubungan antara partisipasi peternak dengan keberhasilan usahanya.
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas maka
maksud dan tujuan dari penelitian ini merupakan : 1.
Menganalisis tingkat partisipasi ketua dan anggota kelompok terhadap program pembinaan DDCP (Dairy Development Ciater Program).
4 2.
Menganalisis tingkat keberhasilan usaha sapi perah pada ketua dan anggota kelompok.
3. Menganalisis hubungan antara partisipasi peternak dengan keberhasilan usahanya.
1.4
Kegunaan Penelitian Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Ciater, maka hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat berguna, yaitu: 1.
Kegunaan praktis ini diharapkan dapat memberikan informasi serta sebagai bahan evaluasi bagi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini yaitu Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU), Dairy Development Ciater Program (DDCP) dan kelompok peternak sapi perah.
2.
Kegunaan teoritis ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk menyelesaikan masalah-masalah usaha sapi perah yang ada, sebagai upaya pengembangan ilmu bagi pembaca serta sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.
1.5
Kerangka Pemikiran Partisipasi peternak memegang peranan penting dalam usaha pengembangan
ternak sapi perah, dimana partisipasi peternak terhadap program yang dilaksanakan menentukan keberhasilan program dan keberhasilan pengembangan usaha peternakan yang berdampak pada peningkatan kualitas, kuantitas, sumber daya peternak dan pendapatan peternak. Sadly (2004), menyatakan bahwa partisipasi
5 adalah kemauan masyarakat untuk mendukung secara mutlak program-program yang dirancang dan ditentukan tujuannya.
Partisipasi yaitu kesediaan untuk
membantu keberhasilan suatu program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri (Mubyarto, dalam Tutyrawaty, 2009). Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa partisipasi merupakan kesediaan peternak untuk mendukung keberhasilan program yang telah dirancang sesuai dengan kemampuan setiap orang. Partisipasi memungkinkan perubahanperubahan yang lebih besar dalam cara berpikir manusia, sehingga diharapkan ada perubahan cara berpikir dalam diri peternak ke arah yang lebih baik (Van Den Ban dan Hawskin, 1999). PT. Danone Dairy Indonesia (Danone Group) dan KPSBU Jabar menjalin hubungan dalam program Dairy Development Ciater Program (DDCP) yang diimplementasikan oleh Yayasan Sahabat Cipta, merupakan lembaga non profit dan salah satu visi-nya yakni turut serta memberdayakan sosial ekonomi masyarakat khususnya di wilayah Subang Selatan. Misinya yakni untuk memberdayakan masyarakat yang kurang beruntung dengan memberi keterampilan baru dan kesempatan sehingga mereka menjadi mandiri (Diskominfo Subang, 2012). Program DDCP ini ditujukan kepada 147 peternak sapi perah di daerah Kecamatan Ciater Kabupaten Subang.
DDCP memiliki beberapa rangkaian
program yang telah diadakan yaitu, perbibitan bergulir, perubahan perkandangan dan A La Carte serta Penyuluhan. Perbibitan bergulir yaitu suatu program bantuan dengan memberikan kredit bibit sapi perah yang kemudian akan dibayarkan dari hasil penjualan pedet, selain itu juga dapat dibayarkan dengan sebagian susu yang disetorkan. Perbibitan bergulir dimulai pada akhir tahun 2011 dan diberikan kepada para pemilik Demo Farm sebanyak 11 peternak, kemudian pada tahun 2013 DDCP
6 memberikan kesempatan kepada para peternak selain Demo Farm untuk mengikuti perbibitan bergulir.
Diharapkan dalam program perbibitan bergulir ini para
peternak dapat menigkatkan populasi sehingga pendapatan yang dihasilkanpun dapat meningkat. Perubahan kandang dilaksanakan pada tahun 2011 dengan perubahan kandang secara keseluruhan dan jumlah penerimanya sebanyak 11 orang peternak yang statusnya sebagai ketua kelompok. Setiap ketua kelompok mendapatkan 4 kandang sapi yang direnovasi. Program perubahan kandang diberi nama DemoFarm atau kandang percontohan. Persyaratan umum untuk kandang sapi perah yaitu sirkulasi udara cukup, tempat pakan yang lebar sehingga memudahkan sapi dalam mengkonsumsi pakan yang disediakan, tempat air dibuat agar selalu tersedia sepanjang hari (Sudono dan Setiawan, 2003). A La Carte merupakan program perbaikan 2 bak pakan dan bak minum. Program A La Carte dimulai pada tahun 2012. Program ini diperuntukkan bagi anggota kelompok. Penyuluhan pada program ini diberikan dengan menggunakan metode Transfer Knowledge, setiap dua minggu sekali pada seluruh ketua kelompok diberikan pelatihan dan pemantapan oleh pihak DDCP kemudian ketua kelompok berkewajiban menyampaikan ilmu yang telah didapat kepada peternak di sekitarnya. Kegiatan penyuluhan diadakan di balai yang telah disediakan di setiap TPS. Ada 6 pokok materi yang diberikan yaitu: dasar-dasar produksi susu, selukbeluk kandang, bahan pakan dan pemrosesannya, biogas dan tata keuangan usaha peternakan, pencegahan dan penanganan penyakit, dan yang terakhir yaitu sharing antara peternak dengan pihak DDCP, dari ke enam materi tersebut dibuat komik, yaitu bahan bacaan bagi peternak yang dibuat semenarik mungkin dengan berbagai
7 macam animasi dan cerita didalamnya sehingga peternak lebih mudah mengerti tentang materi-materi yang disuluhkan, mengingat keterbatasan pengetahuan, beberapa tingkat usia dan pendidikan yang berbeda yang dapat memengaruhi tingkat penerimaan materi penyuluhan. Menurut Jahi (2002), partisipasi menyangkut beberapa hal yaitu perencanaan, pelaksanaan, monitoring serta evaluasi. Perencanaan pada dasarnya ialah proses pembuatan keputusan. Perencanaan meliputi empat tahap yaitu: (1) menentukan situasi awal, (2) menentukan situasi yang diinginkan, (3) menentukan kebutuhan dan masalah, serta (4) menentukan tujuan yang hendak dicapai. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan yaitu keterlibatan dalam bentuk penyediaan dana, pengadaan sarana, dan korbanan waktu/tenaga sejak persiapan kegiatan, pelaksanaan dan paska pelaksanaan kegiatan yang berupa pemeliharaan hasil-hasil kegiatan. Evaluasi merupakan alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan proses. Evalusi perlu dilakukan pada seluruh tahap. Evaluasi digunakan untuk memperbaiki
kegiatan
dalam
perencanaan,
pengambilan
keputusan
dan
pelaksanaan program untuk mencapai hasil yang lebih efektif (Van den Ban dan Hawskins, 1999). Adapun kegiatan monitoring yang dilakukan oleh DDCP yaitu pengisian data per 15 hari tentang perubahan populasi, produksi susu dan pakan yang digunakan dan diberikan kepada ternak. Program DDCP dilaksanakan dengan menggunakan metode “Learning by Doing”, yang artinya belajar sambil bekerja. Peternak diharapkan dapat belajar melalui tindakan yang dilakukan langsung oleh peternak secara aktif, baik individual maupun kelompok. Apabila inovasi dianggap menguntungkan atau bermanfaat, maka peternak akan menerapkan inovasi tersebut melalui proses difusi inovasi yang sumber informasinya berasal dari dalam sistem sosial peternak sasaran
8 itu sendiri dimana peternak Demo Farm sebai ketua memiliki kewajiban untuk memberikan ilmu yang telah didapatnya melalui seminar, penyuluhan, pelatihan ataupun kegiatan lainnya kepada peternak di sekitarnya. Partisipasi peternak yang tinggi dalam kegiatan DDCP akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam berternak, selanjutnya peternak yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan ditujang dengan kepemilikan sapi yang menguntungkan akan mencapai keberhasilan usaha. Mengacu pada pendapat Reijntjes dkk (1999), keberhasilan usaha sapi perah dapat dilihat dari tingkat produktivitas ternak yang terutama dicirikan oleh (1) Peningkatan produksi susu yang dihasilkan per ekor per hari mengingat produksi susu yang dihasilkan di Kecamatan Ciater pada tahun 2011 belum optimal yaitu rata-rata sekitar 9,8 liter/ekor/hari dan idealnya produksi susu sebanyak 1520/ekor/hari. Selain itu dapat dilihat dari (2) penambahan populasi ternak yang dimiliki, menurut data DDCP pada tahun 2011 rata-rata kepemilikan sapi sebanyak 2 ekor atau kurang dari 4 ekor. (3) Pendapatan berdasarkan tingkat harga susu yang diterima peternak yang diterima dari sebelum mengikuti program dan setelah mengikuti program, menurut data DDCP tahun 2011 rata-rata pendapatan peternak yaitu sekitar 1,756,925.28/bulan. Produktivitas merupakan tujuan utama dalam usaha ternak, dimana peternak dapat mengukur tingkat keberhasilan usaha yang didapat dengan produktivitas yang dicapai. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil hipotesis bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat partisipasi peternak terhadap program DDCP dengan keberhasilan usaha sapi perah.
9
PT DANONE
KPSBU
Yayasan Sahabat Cipta
PROGRAM DDCP
Anggota Kelompok
Ketua Kelompok
Perbibitan bergulir
Demo Farm/ Perkandangan
Penyuluhan
A La Carte/ Bak pakan & bak minum
Partisipasi A. Perencanaan B. Pelaksanaan C. Evaluasi
Partisipasi A. Pelaksanaan B. Evaluasi
Adopsi Teknologi dan Inovasi
Keberhasilan Usaha A. Populasi sapi B. Program Susu C. Penerimaan
Ilustrasi 1 Alur Kerangka Berpikir.
Penyuluhan
10 1.6
Lokasi dan Waktu Penelitian Proses penelitian di lapangan telah dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di
Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat.