1. 2. 3. 4. 5.
DEFANI ISMIRIAM JENNI ELIANI ARI PRASETYO INTAN G LEONITA LYNDA FATMAWATI
2014-237 2014-245 2014-258 2014-254 2014-289
FANATIK
PENGERTIAN Fanatik/fanatisme adalah suatu keyakinan keyakinan atau suatu pendangan tentang sesuatu yang positif atau yang negatif, pandangan yang tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mednalam sehingga susah diluruskan atau dirubah secara psikologis, seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami apa-apa yang ada diluar dirinya, tidak faham terhadap masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti faham atau filsafat selain yang mereka yakini. ( Rizkita, 2012 )
LATAR BELAKANG Globalisasi yang meyebabkan masuknya banyak budaya ke indonesia yang kemudian banyak budaya, nilai-nilai serta kebudayaan ini masuk tanpa adanya batasan dan filter yang baik dari masyarakat Indonesia yang kemudian hal ini menimbulkan dampak seperti perilaku FANATIK/FANATISME. Melihat perilaku fanatisme yang semakin berkembang di indonesia inilah yang akhirnya membuat kelompok kami memilih tema Fantisme.
TUJUAN ASESMEN 1. Untuk mengetahu apakah subjek termasuk orang yang fanatik 2. Untuk mengetahui alasan menjadi orang yang fanatik 3. Untuk mengetahui Bagaimana dinamika seseorang yang fanatik
Fanatik Agama Tanggal 23 Septembaer 2016 telah dilakukan wawancara oleh subjek yang berinisial “I”. Wawancara ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat fanatic subjek terhadap agama yang dianutnya. Subjek yang diwawancara
adalah seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi berbasis Islam di Kota Malang. Subjek mengambil jurusan Ekonomi Islam. Ketika wawancara subjek mengatakan bahwa subjek sudah memiliki kepercayaan atau agama Islam sejak dilahirkan. Subjek juga mengatakan bahwa hampir semua anggota keluarganya menganut kepercayaan agama Islam. Anggota keluarganya rata-rata juga menempuh pendidikan di Pondok Pesantren. Seperti salah satunya adik kandung nya yang saat ini sedang menempuh pendidikan SMP di Pondok Pesantren. Subjek juga bercerita bahwa keluarga besarnya sering mengadakan pengajian rutin dengan tujuan untuk lebih mendekatkan pada Allah S.W.T dan seluruh keluarganya. Menurut subjek pengajian yang diadakan oleh keluarga besarnya itu memang memiliki manfaat yang sangat besar yaitu dapat membuat subjek tenang dan memperdalam ilmu pengetahuannya tentang Islam. Subjek sangat mengutamakan pengajian tersebut dibanding acara yang lain. Hal ini terbukti ketika subjek mempunyai acara dengan temannya, namun saat itu jadwal pengajian yang selalu subjek ikuti berganti jadwal sama seperti acara dengan teman subjek, seubjek memilih mengikuti pengajian dan membatalkan acara dengan temannya.
Selain pengajian rutin subjek juga mengikuti organisasi Islam kampus dan komunitas Islam di Kota Malang yang bernama “RiatulJannah”. Subjek mengikuti komunitas tersebut sejak ia duduk di SMP. Pertama mengikuti komunitas tersebut karena diajak oleh saudaranya. Subek menyatakan bahwa mengikuti Komunitas Islam seperti ini adalah salah satu dakwah orang Islam. Subjek menyatakan bahwa ia sering mengikuti pengajian yang diadakan komunitas tersebut sampai ke luar kota. Subjek pernah merelakan tidak masuk sekolah untuk mengikuti pengajian yang diadakan komunitas tersebut di LuarKota.
Saat wawancara subjek juga menceritakan pengalaman subjek yang bersekolah di sekolah Negeri dan memiliki teman yang tidak seagama dengan subjek. Ketika subjek kerja kelompok dengan teman yang tidak seagama dengannya dan kerja kelompok tersebut dilakukan di Rumah teman nya, subjek dihidangkan makanan yang menurut subjek makanan tersebut bisa jadi terbuat dari bahan yang tidak boleh dimakan oleh orang Islam. Seketika itu subjek menolak makanan yang dihidangkan dan selanjutnya subjek selalu tidak nyaman ketika bersama temannya yang tidak seagama dengan subjek. Menurut apa yang dikatakan oleh subjek, sebelumnya ketika ia makan bersama dengan temannya yang tidak seagama ia merasa tidak ada rasa canggung ataupun khawatir dengan makanan yang ia makan. Hal ini berawal ketika Ibu subjek melarang makan makanan yang didapat dari orang yang tidak seagama terutama makanan dari orang-orang cina. Perintah dari ibu subjek tersebut sangat melekat dipikiran subjek. Subjek tidak akan memakan makanan dari orang yang tidak seagama dengannya. Ini juga terbukti ketika subjek diajak oleh temannya ke restoran yang menyediakan makanan chinesses. Subjek tidak memesan makanan apapun ditempat tersebut untuk menghargai temannya ia hanya memesan minum. Hal ini membuat subjek menjadi orang yang pemilih terhadap orang yang akan menjadi temannya.
DINAMIKA PERILAKU SUBJEK “I”
Subjek adalah orang yang memiliki keyakinan agama Islam sejak lahir Subjek mengikuti komunitas agama Islam sejak SMP, berawal dari subjek diajak oleh saudaranya. Subjek sangat mengorbankan apapun demi mengikuti komunitas tersebut. Subjek mulai tidak nyaman dengan orang-orang yang tidak seagama dengannya. Subjek juga menjadi orang pemilih dan terlalu selektif dengan sesuatubarang atau makanan yang ditawarkan oleh temannya, terutama dari temannya yang tidak seagama denga subjek.
DINAMIKA PERILAKU SUBJEK “I” Fanatisme yang muncul pada subjek “I” yaitu pandangan yang mendalam terhadap agama yang diyakininya. Pandangan yang mendalam ini membuat perilaku yang kadang tidak dapat difahami. Seperti salah satu perilaku subjek yang mengorbankan tidak masuk sekolah demi mengikuti pengajian atau kegiatan komunitas Islam yang ada di luar kota. Hal ini sesuai dengan pernyataan Goddard (2001) bahwa aspek fanatisme berdasarkan beberapa hal yaitu besarnya minat dan kecintaannya terhadap sesuatu. Minat dan kecintaan ini muncul pada subjek dikarenakan dukungan seluruh keluarganya dan intensitas waktu bertemu dengan anggota komunitas Islam tersebut.
FANTIK KOSMETIK Subjek yang saya wawancari berisinial A, usianya 20 tahun, dan
subjek masih aktif menjadi mahasiswi di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Kota Malang. Saya berniat untuk melakukan wawancara, untuk mengetahui apakah subjek termasuk orang yang fanatik terhadap kosmetik atau tidak, dan untuk mengetahui alasan mengapa subjek bisa sampai menjadi fanatic terhadap kosmetik. Dari hasil wawancara yang didapatkan, subjek tegolong orang yang fanatic terhadap kosmetik. Dikarenakan pada saat wawancara berlangsung subjek banyak menjelaskan mengenai kosmetik-kosmetiknya. Subjek bercerita bahwa semasa SMA subjek tidak pernah menggunakan kosmetik. Dikarenakan semasa SMA subjek tinggal di asrama dan belum terlalu mengenal kosmetik. Tetapi semenjak memasuki dunia perkuliahan subjek mulai mengenal kosmetik. Subjek juga mengatakan bahwa awal subjek menggunakan kosmetik Karena adanya beberapa dosen yang menuntut subjek untuk menggunakan makeup saat kuliah. Akirnya subjek mulai ber makeup saat pergi ke kampus.
Subjek menceritakan bahwa kedua orang tua subjek mendukung subjek menggunakan make up, dan ibu subjek juga memberikan subjek budget tertentu untuk membeli kosmetik disetiap bulannya. Subjek juga sering menonton Vlogger makeup, dimana dari situlah subjek dapat mengetahui kosmetik apa saja yang harus subjek miliki. Tetapi terkadang setelah membeli salah satu kosmetik, subjek tidak menggunakannya, subjek hanya membeli untuk mencoba-coba dan ketika nanti pada akhirnya subjek tidak cocok maka kosmetiknya dianggurkan tidak dipakai begitu saja. Walau begitu subjek tidak memiliki rasa menyesal setelah membeli kosmetik yang pada akhirnya tidak dipakai karena subjek tidak cocok. Sering kali subjek merasa sedih ketika subjek ingin membeli beberapa kosmetik yang subjek inginkan kemudian kosmetik itu tidak dapat subjek temukan.
DINAMIKA PERILAKU
Subjek mulai menyukai kosmetik sejak masuk dunia perkuliahan. Subjek semakin menyukai kosmetik karena subjek sering melihat Vlogger makeup. Subjek menggunakan kosmetik awalnya hanya karena sebuah kebutuhan, tetapi pada akhirnya menjadi keinginan subjek sendiri. Subjek merasa lebih percaya diri dan merasa lebih cantik setelah bermake up (Menggunakan Kosmetik) Subjek juga mendapat tanggapan baik dari kedua orang tuanya mengenai hobinya membeli kosmetik dan subjek yang saat ini selalu bermakeup kemanapun subjek pergi. Subjek suka mengoleksi semua jenis kosmetik. Subjek merasa sedih jika tidak dapat membeli kosmetik yang dia inginkan. Subjek rela menghabiskan banyak biaya untuk membeli kosmetik yang subjek inginkan. Subjek semakin percaya diri dengan tampil bermakeup karena lingkungan sekitarnya selalu menanggapi subjek dengan baik. Subjek kurang merasa percaya diri jika subjek pergi tanpa menggunakan makeup.
Goddard (2001) mengemukakan bahwa fanatisme memiliki empat aspek, yaitu (1) besarnya minat dan kecintaan pada satu jenis kegiatan, (2) sikap individu maupun kelompok terhadap kegiatan tersebut, (3) lamanya individu menekuni satu jenis kegiatan tertentu dan, (4) motivasi yang datang dari keluarga juga mempengaruhi seseorang terhadap bidang kegiatannya. Dari hasil wawancara menunjukkan empat aspek fanatisme menurut Goddard (2001), yaitu aspek besarnya minat dan kecintaan pada satu jenis kegiatan. Pada wawancara ini subjek menunjukkan besarnya minat dan kecintaan subjek pada kosmetikp. Subjek menunjukkan minat dan cintanya melalui perilaku subjek yang merasa nyaman dan percaya diri jika menggunakan kosmetik (bermake up). Subjek juga banyak bercerita mengenai koleksi-koleksi kosmetik yang subjek miliki.
Aspek yang kedua yaitu, sikap individu maupun kelompok terhadap kegiatan tersebut. Pada wawancara kali ini, subjek menunjukkan rasa senang yang berlebihan terhadap kosmetik. Dimana menurut orang lain terlihat sedikit berlebihan. Subjek merasa kosmetik adalah suatu hal yang harus dinomersatukan dalam daftar kebutuhan hidupnya. Subjek juga rela mengeluarkan budget yang banyak hanya untuk mendapatkan koleksikoleksi kosmetik yang sedang trend. Aspek yang ketiga yaitu, lamanya individu menekuni satu jenis kegiatan tertentu. Pada wawancara kali ini subjek menunjukkan berapa lama subjek menyukai kosmetik. Subjek menyukai kosmetik sejak lulus SMA hingga saat ini, kurang lebih selama 3 tahun hingga saat ini. Aspek yang terakhir yaitu, motivasi yang datang dari keluarga juga mempengaruhi seseorang terhadap bidang kegiatannya. Pada wawancara kali ini subjek menjelaskan bahwa kedua orang tuanya memberi tanggapan yang baik mengenai kesukaannya ini. Kedua orang tuanya justru memberikan budget tertentu setiap bulannya untuk subjek agar subjek dapat membeli kosmetik yang subjek inginkan. Dan kedua orang tuanya juga sangat mendukung subjek untuk mengoleksi kosmetik dan menggunakan kosmetik setiap kali subjek pergi. Dan ibu subjek juga sering kali selalu membicarakan tentang kosmetikkosmetik yang sedang trend dengan subjek.
FANATIK K-POP Subjek yang telah saya wawancara adalah seorang wanita yang berinisial F, berusia 25 tahun, dan saat ini bekerja di Kota Malang. Ketika saya melakukan wawancara, saya ingin mengetahui apakah subjek merupakan orang yang fanatik, kapan subjek mulai fanatik terhadap kpop, bagaimana sebenarnya kefanatikan subjek, bagaimana ia bersikap jika ada isu tentang idola mereka, dan bagaimana sebenarnya ia memandang idolanya tersebut.
Saya telah melakukan wawancara dengan seorang fangirl dari fandom bernama iKONIC. Fandom ini merupakan nama resmi untuk fans iKON, boyband asal Korea Selatan. Subjek merupakan anggota dari iKONIC Malang. Fanatisme subje pada boyband tersebut dapat dikatakan sangat tinggi tetapi dari sudut pandang orang awam, hal tersebut bisa dikatakan berlebihan. Boyband iKON adalah sebuah grup yang seluruh membernya adalah laki-laki dengan kisaran usia 18-22 tahun, berwajah tampan, postur tinggi dengan badan atletis dan memiliki kemampuan bernyanyi dan menari yang memadai. Pada saat wawancara, subjek bercerita bahwa ia mulai menyukai kpop pada saat subjek masih duduk di bangku SMP. Awalnya, subjek hanya menyukai kpop karena subjek senang mendengar lagu-lagu mereka. Subjek merasa nyaman, subjek merasa senang, subjek merasa baikan ketika subjek mendengarkan lagu-lagunya. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, subjek menjadi semakin menyukai kpop bukan hanya lagu dan tampang mereka, subjek juga menyukai usaha, kerja keras, dan kekompakannya. Hal tersebut membuat subjek merasa dunia kpop adalah dunianya, dan subjek merasa idolanya adalah milik dia seorang.
Idol pertama yang subjek idolakan yaitu Super Junior. Subjek mengetahui super junior dengan melihat music video super junior dengan lagu “sorry sorry” di youtube. Akan tetapi, ketika subjek mengenal mengenal member iKON pada tahun 2010 ketika menjadi trainee di agensi mereka, subjek mulai menyukai iKON. Akhirnya, subjek selalu mengikuti berita tentang iKON. Sekitar pada tahun 2014, subjek melihat sebuah acara dimana para member iKON menjadi salah satu bagian dalam acara tersebut, dimana acara tersebut adalah sebuah acara untuk menentukan siapa yang akan debut terlebih dahulu. Subjek mulai lebih tertarik dan lebih menyukai iKON karena usaha, kerja keras, dan kekompakan para member iKON pada acara tersebut, subjek sampai merasa bahwa “iKON is my life”, iKON adalah hidupnya. Pada acara tersebut, iKON kalah dari grup boyband yang lain. Ketika melihat hal tersebut, subjek merasa sedih, marah, dan hancur. Subjek merasa marah dengan pihak agensi dari iKON tersebut. Subjek sampai mengirimkan komentar kepada pihak agensi iKON dan bertanya “kenapa tidak dua-duanya yang debut? tolong debutkan mereka, please”. Hal tersebut mungkin biasa saja bagi subjek, tapi hal itu sangat berlebihan bagi orang awam
Kefanatikan subjek juga dilihat dari berapa banyak koleksi lagu-lagu, music video, merchandise, dan kumpulan video yang berhubungan dengan iKON tersebut. Baru-baru ini, subjek rela pergi jauh-jauh ke Jakarta hanya demi menonton sang idola tampil. Subjek rela mengeluarkan banyak uang demi mendapatkan semua itu. Tidak hanya itu, subjek merasa bahwa idola mereka tersebut adalah „suami‟ mereka yang tidak boleh disentuh ataupun dipasang-pasangkan dengan perempuan manapun. Menurut subjek, iKON adalah milik mereka dan mereka tidak suka jika iKON menjadi milik orang lain. Misalnya saja ketika subjek melihat iklan antara member iKON dengan salah satu member dari girlgrup, subjek merasa marah, kesal, dan sampai membenci idol girlgrup tersebut.
DINAMIKA PERILAKU Subjek mulai menyukai kpop pada saat subjek masih duduk di bangku SMP Subjek menyukai kpop karena subjek senang mendengar lagu-lagu mereka. Subjek merasa nyaman, subjek merasa senang, subjek merasa baikan ketika subjek mendengarkan lagu-lagunya. Subjek menjadi semakin menyukai kpop bukan hanya lagu dan tampang mereka, subjek juga menyukai usaha, kerja keras, dan kekompakannya. Subjek merasa dunia kpop adalah dunianya, dan subjek merasa idolanya adalah milik dia seorang. Ketika melihat idolanya sedih, subjek akan merasa sedih dan hancur. Subjek rela mengeluarkan modal yang banyak hanya untuk memiliki banyak koleksi lagu-lagu, music video, merchandise, dan kumpulan video yang berhubungan dengan idola. Serta, subjek juga rela mengeluarkan tenaga yang besar demi bertemu dengan idolanya.
Dari hasil wawancara menunjukkan tiga dari empat aspek fanatisme menurut Goddard (2001), yaitu aspek besarnya minat dan kecintaan pada satu jenis kegiatan, sikap individu maupun kelompok terhadap kegiatan tersebut, dan lamanya individu menekuni satu jenis kegiatan tersebut. Aspek yang pertama yaitu, besarnya minat dan kecintaan pada satu jenis kegiatan. Pada wawancara ini subjek menunjukkan besarnya minat dan kecintaan subjek pada kpop. Subjek menunjukkan minat dan cintanya melalui perilaku subjek yang merasa nyaman, dan merasa senang ketika mendengarkan lagu-lagu kpop, ia juga menyukai kpop bukan hanya lagu dan tampang mereka, tetapi juga menyukai usaha, kerja keras, dan kekompakannya. Aspek yang kedua yaitu, sikap individu maupun kelompok terhadap kegiatan tersebut. Pada wawancara kali ini, subjek menunjukkan perilaku yang berlebihan menurut orang awam. Subjek merasa dunia kpop adalah dunianya, dan subjek merasa idolanya adalah milik dia seorang, subjek merasa sedih dan hancur ketika melihat idolanya sedih. Tidak hanya itu, subjek rela mengeluarkan modal yang banyak hanya untuk mendapatkan banyak koleksi lagu-lagu, music video, merchandise, dan kumpulan video yang berhubungan dengan kpop. Serta, subjek juga rela mengeluarkan tenaga yang besar demi bertemu dengan idola kpop.
Aspek yang ketiga yaitu, lamanya individu menekuni satu jenis kegiatan tertentu. Pada wawancara ini, subjek menunjukkan berapa lamanya ia menyukai kpop. Subjek menyukai kpop mulai dari duduk di bangku SMP hingga saat ini, kurang lebih selama 10 tahun subjek menyukai kpop.
FANATIK BOLA Subjek menjadi fans sebuah klub sepakbola sejak duduk di kelas 3 SMP. Alasan subjek menyukai klub tersebut adalah adanya pemain idolanya yang bermain disana dan gaya permainan yang berbeda dari klub lain. Pada kelas 1 SMA, subjek bergabung ke dalam sebuah fans klub yang membuat kecintaanya semakin besar pada klub tersebut. Wujud dari kecintaannya pada klub tersebut ditunjukkan dengan pembelian jersey dan merchandise, menonton setiap pertandingan dan mengikuti perkembangan berita terkini klub tersebut. Seperti dalam kutipan wawancara “10% hasil penjualan dari jersey akan menjadi pemasukan klub”
Ketika ditanya masa depan klub tersebut, subjek sangat yakin ada progress cemerlang dan saat ini tidak ada klub lain yang menyaingi. Seperti dalam kutipan wawancara “untuk saat ini saya yakin madrid akan memiliki masa depan cerah. Untuk klub lain saya rasa saat ini masih belum mampu seperti madrid” Saat klub idolanya memenangkan suatu pertandingan, subjek bangga dan merasa semangat untuk semakin mendukung klub tersebut. Berbeda ketika klub tersebut mengalami kekalahan, subjek menungkapkan bahwa dia kecewa mengapa klub nya kalah dan terkadang kekecewaan tersebut ditunjukkan dengan sikap malas untuk menjalani aktivitas sehari-hari, menyendiri dan mudah marah.
Salah satu ciri fanatisme yaitu menganggap individu di luar kelompoknya selalu salah tidak ditunjukkan oleh subjek. Seperti dalam kutipan wawancara “ya dengan fans klub lain tidak pernah ada permusuhan, toh ya kita samasama saling mendukung”
Interest (Kesukaan)
Bergabung dalam sebuah kelompok (in group)
Antusiasme
Perubahan perilaku
Ekspresi emosi
Solidaritas
Dari hasil asesmen yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa subjek memiliki fanatisme yang tinggi terhadap klub bola. Hal tersebut dikarenakan subjek telah menyukai dan mencintai klub bola tersebut hampir selama 5 tahun. Dengan alasan dia menyukai klub tersebut ditambah lagi dengan dia bergabung dengan kelompok pecinta klub sama membuat fanatismenya semakin besar. Hal tersebut sesuai dengan aspek fanatisme yang diungkapkan Goddard (2001) yaitu besarnya minat dan kesukaan, sikap pribadi dan kelompok dan lamanya individu menekuni satu jenis kegiatan tertentu. Fanatisme dapat bermula dari perasaan cinta diri atau kekaguman yang berlebihan, kemudian yang membanggakan kelebihan yang ada pada diri dan kelompoknya dan selanjutnya pada tingkatan tertentu berkembang menjadi rasa tidak suka (Adolf dalam Sudharsono, 2008). Berbeda dengan subjek yang justru menunjukkan perubahan perilaku ketika klub kesayangannya memenangkan pertandingan dengan ekspresi senang yang berlebihan dan sebaliknya subjek justru menunjukkan rasa kecewa yang mendalam dengan perilaku-perilaku yang telah dijelaskan di slide sebelumnya. Namun untuk tingkatan rasa tidak suka terhadap kelompok fans klub yang lain, subjek tidak menunjukkan perilaku tersebut.
FANATIK ANIME Subjek seorang wanita berusia 19 thn, inisial AL Subjek termasuk orang yang fanatik enime ini dibuktikan dari hasil wawancara dimana subjek fanatik anime dalam bentuk drama anime dalam genre romance dan aktif mengikuti kegiatan cosplay. Subjek juga memiliki banyak koleksi anime di laptopnya yang berjumlah > 80 drama anime, subjek juga rutin mendownload dan memperbaharui anime yang dimiliki serta update pada anime-anime terbaru.
Subjek sudah menggemari anime sejak masih sd, Subjek beranggapan bahwa drama anime memiliki alur cerita yang menarik, tokoh yang tampan, dan menghilangkan kebosanan, alasan itulah yang membuat subjek bertahan menjasi fan anime selama ini. Dalam menonton enime subjek juga sering kali terbawa perasaan sedih, marah, malu dan bahagia saat mengikuti alur cerita anime bahkan subjek mencintai tokoh pria dalam anime-anime tersebut.
Dinamika Perilaku Subjek merasa kegiatan yang dilakukan setiap harinya terasas membosankan, yang kemudian subjek menemukan minat terhadap anime yang memiliki alur yang menarik dan kemudian dari awalnya gemar menonton anime ini berkembang dengan subjek megikuti perkumpulan otaku (penyebutan untuk fans anime) dan mengikuti acara cosplay dimana hal ini mengindikasikan subjek seseorang yang fanatik terhadap anime karna sesuai dengan orientasi seseroang yang fanatik adalah berbuat sesuatu atau menempuh sesuatu atas hal yang dia gemari. Subjek juga merasa bahagia dan bangga saat mengikuti kegiatan-kegiatan bersama member otaku. Keluarga subjek juga mendukung hobby subjek, motivasi yang datang dari keluarga juga mempengaruhi seseorang dalam bidang kegiatanya. ( Goddard, 2001 ) Subjek yang seorang wanita saat itu berminat terhadap genre anime romence, minat subjek terhadap anime mempengaruhi kriteria pasangan ideal subjek, fanatik terhadap anime ini juga menyebabkan terpengaruhnya kehidupan sosial subjek seperti, prioritas kegiatan sehari-hari, dan kehidupan percintaan. Hal ini terkait dengan bahwa seorang fanatik akan bertingkah tidak rasional atau memiliki keyakinan seseorang yang terlalu kuat dan kurang menerima akal budi sehingga tidak menerima faham yang lain dan bertujuan untuk mengejar sesuatu. ( Goddard, 2001 ). Dalam hal ini yaitu subjek yang menganggap bahwa tokoh pria anime sebagai “manusia” yang sebenarnya dan “tampan” sehingga menjadikan beberapa tohoh pria anime sebagai kriteria pasangan secara fisik menurut subjek.
KESIMPULAN Fanatik merupakan perasaan suka, minat atau ketertarikan seseorang pada suatu hal. Sering kali rasa suka dan fanatik yang berlebihan ini bersdampak negatif baik bagi diri sendiri maupun orang lain serta lingkungan sekitarnya. Fanatisme biasanya terjadi tidak hanya karna sebuah rasa ketertarikan tapi juga karna keterbiasaan meilhat, mendengar, melakukan konten yang sama terus menerus juga adanya dukungan tanpa pengawasan. Hal negatif yang paling terlihat dari sebuah fanatisme adalah hilangnya rasionalitas terhadap kebenaran dan mempercayai idealis yang sudah terlanjur terbentuk.
Daftar Pustaka Sudharsono, Yulius Yuwono. 2008. Skripsi: Pengaruh Fanatisme Fans Sepakbola Terhadap Perilaku Membeli Aksesoris Sepakbola. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Goddard, H.2001. Civil Religion. New York : Cambridge University Press