1. BAB I
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Perkotaan identik dengan fungsi sebagai tempat pelayanan, baik
perdagangan maupun jasa. Hal ini membuat perkotaan menjadi tempat utama masyarakat beraktivitas setiap harinya. Daya tarik perkotaan yang begitu kuat tidak hanya mengundang masyarakat yang tinggal di perkotaan tersebut, tapi juga masyarakat dari luar perkotaan. Masyarakat dari luar perkotaan ini umumnya mengunjungi perkotaan untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam hal perdagangan maupun jasa, namun tidak sedikit pula masyarakat dari luar perkotaan yang menjadi penyedia pelayanan barang dan jasa di perkotaan. Banyak orang dari luar wilayah perkotaan yang setiap hari bekerja di perkotaan sebagai komuter. Mereka menempuh perjalanan tiap hari untuk bekerja dan pulang kembali ke rumahnya di luar perkotaan setelah selesai bekerja. Komuter sangat mengandalkan transportasi umum maupun pribadi dalam kegiatan harian mereka. Ketergantungan akan sarana transportasi pribadi inilah yang memicu perkotaan menjadi semakin padat. Perkotaan Yogyakarta misalnya, setiap pagi dan sore selalu dipadati kendaraan bermotor milik komuter yang berasal dari luar. Kota ini juga memiliki daya tarik yang sangat kuat terutama pada aspek pariwisata dan pendidikan. Daya tarik Yogyakarta sebagai kota pariwisata dipengaruhi kuat oleh keberadaan Keraton yang masih sangat kental dengan nilai budaya dari masa lalu. Banyak wisatawan yang setiap hari datang ke Yogyakarta, terlebih lagi di akhir minggu dan hari libur. Pada saat-saat seperti itu kota ini akan penuh sesak oleh kendaraan-kendaraan pribadi dan juga bus wisata, sehingga membuat padat jalan-jalan di sekitar perkotaan. Kota Yogyakarta juga terkenal sebagai kota pendidikan. Di Yogyakarta terdapat banyak sekali universitas yang setiap tahunnya menyerap banyak warga dari luar kota untuk menuntut ilmu. Semakin lama tentu jumlah pendatang di kota ini akan terus meningkat karena faktor ini, dan kota Yogyakarta juga memiliki daya tarik unik yang membuat
1
beberapa pendatang dari luar menjadi betah untuk tinggal. Menurut Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Daerah Istimewa Yogyakarta (2014) jumlah kendaraan bermotor di Yogyakarta meningkat sekitar 14%-15% setiap tahunnya. Apabila hal ini terus berlanjut, maka kota Yogyakarta akan mengalami kemacetan lalu lintas setiap hari karena semakin banyaknya penduduk yang diimbangi juga dengan bertambahnya jumlah kendaraan di jalan dan semakin banyak lagi di hari libur karena banyak wisatawan yang datang ke kota Yogyakarta. Permasalahan
ini
seharusnya
bisa
diatasi
dengan
memaksimalkan
transportasi publik. Yogyakarta memiliki transportasi publik yang bernama Trans Jogja. Trans Jogja adalah salah satu transportasi publik yang bisa dimanfaatkan para komuter tiap harinya. Salah satu kendala yang membuat Trans Jogja kurang optimal untuk komuter adalah karena halte bus Trans Jogja masih belum ada di setiap jalan masuk menuju perkotaan Yogyakarta. Sebagian besar halte bus Trans Jogja berada di dalam perkotaan. Halte yang letaknya di pinggiran perkotaan hanya ada di Terminal Prambanan, Terminal Jombor, Terminal Giwangan dan Terminal Condongcatur. Beberapa pintu masuk ke perkotaan Yogyakarta masih belum terlayani oleh jaringan bus Trans Jogja, seperti Jalan Bantul, Jalan Wates, Jalan Wonosari, dan beberapa jalan kolektor lain yang menuju perkotaan Yogyakarta. Karena pelayanan yang tidak merata tersebut, komuter dari luar perkotaan cenderung memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi menuju pusat perkotaan. Akibatnya lalu lintas di perkotaan dipadati kendaraan bermotor milik komuter. Terobosan yang bisa mengatasi kekurangan dari Trans Jogja dan kepadatan kendaraan dari komuter adalah dengan membuat Trans Jogja menjadi fasilitas transportasi yang lebih terintegrasi dengan kendaraan pribadi agar masyarakat bisa lebih mudah melakukan perjalanan. Hal ini juga bisa meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan Trans Jogja dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi di perkotaan Yogyakarta. Bentuk integrasi yang bisa diterapkan di Trans Jogja antara lain adalah park and ride.
2
Model integrasi seperti park and ride banyak berkembang di kota-kota di Inggris. Park and ride secara garis besar adalah bentuk integrasi antara kendaraan pribadi dengan transportasi publik dengan cara memarkir kendaraan di fasilitas parkir yang tersedia di sekitar tempat pemberhentian, terminal bus maupun stasiun kereta. Model integrasi seperti ini cocok untuk perkotaan padat yang sebagian besar pelaku aktivitasnya tinggal atau berasal dari luar perkotaan. Pengguna kendaraan menggunakan kendaraan pribadi dari tempat tinggalnya dan kemudian berpindah moda ke transportasi publik sebelum memasuki perkotaan, dan menggunakan transportasi publik untuk beraktivitas di dalam perkotaan. Sistem park and ride yang ada telah di sekitar perkotaan bisa menjadi acuan pengembangan pola transportasi dan pengendalian lalu lintas di perkotaan. Evaluasi penerapan sistem yang telah ada bisa memberikan sebuah gambaran langkah-langkah penyelesaian dan antisipasi permasalahan kepadatan lalu lintas perkotaan. 1.2
Rumusan Masalah Yogyakarta adalah perkotaan yang setiap hari dipadati oleh komuter yang
berasal dari luar perkotaan. Komuter-komuter tersebut berasal dari arah utara, timur, selatan, dan juga barat perkotaan. Setiap jam sibuk di pagi dan sore hari, jalan-jalan utama penghubung pusat perkotaan dengan kawasan pinggirannya dipadati oleh kendaraan komuter. Sebenarnya di pintu masuk menuju perkotaan Yogyakarta telah tersedia layanan transportasi umum yaitu bus Trans Jogja. Halte bus Trans Jogja telah ada di pintu masuk perkotaan di sebelah Utara, Timur dan Barat. Di sisi timur dan barat perkotaan bahkan telah disediakan halte yang dilengkapi dengan sistem park and ride. Sistem park and ride tersebut telah terintegrasi dengan pelayanan bus Trans Jogja yang beroperasi setiap hari menuju kawasan perkotaan dan juga ke arah luar perkotaan. Namun kondisi integrasi antara pelayanan bus Trans Jogja dengan penggunaan fasilitas park and ride tersebut masih bisa diragukan dapat mengatasi permasalahan kepadatan lalu lintas perkotaan Yogyakarta secara signifikan.
3
1.3
Pertanyaan Penelitian Setelah peneliti mengetahui fakta bahwa terdapat sistem park and ride yang
terintegrasi dengan pelayanan bus Trans Jogja, muncul satu pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini. Seperti apakah kondisi integrasi transportasi antara sistem park and ride di Halte Trans Jogja maupun lokasi lain di sekitarnya dengan pelayanan bus Trans Jogja serta penggunanya? 1.4
Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menilai apakah integrasi antara
Trans Jogja dengan park and ride telah berjalan dengan baik di perkotaan Yogyakarta. Model integrasi tersebut bisa dijadikan sebagai acuan pengembangan transportasi publik yang lebih baik dan terintegrasi di lokasi-lokasi lain di perkotaan Yogyakarta di masa depan. 1.5
Batasan Penelitian Fokus utama penelitian ini adalah untuk meneliti kondisi pelayanan bus
Trans Jogja dan fasilitas park and ride yang ada di halte Trans Jogja. Kemudian mengindentifikasi prospek pengembangan park and ride yang terintegrasi dengan Trans Jogja, dengan cara meneliti kondisi pelayanan Trans Jogja dan pengguna park and ride dengan teori-teori dasar integrasi park and ride. Lokasi utama penelitian ini adalah perkotaan Yogyakarta, yaitu kawasan yang masuk dalam cakupan pelayanan bus Trans Jogja. Peneliti mengambil 2 sampel lokasi yang representatif di kawasan tersebut sebagai peninjau kondisi eksisting dan kesesuaian arah pengembangan model integrasi transportasi. Sampel yang dipilih oleh peneliti adalah halte Trans Jogja Terminal Prambanan dan halte Trans Jogja Ngabean (Jl. Wachid Hasyim). Halte tersebut dipilih sebagai sampel lokasi penelitian karena kedua halte tersebut dilengkapi dengan fasilitas park and ride untuk pengendara bus Trans Jogja. Meskipun halte tersebut memiliki persamaan, namun keduanya juga memiliki perbedaan. Halte Terminal Prambanan berada di luar perkotaan Yogyakarta, dan menjadi salah satu pintu masuk menuju perkotaan. Sedangkan halte Ngabean berada di pinggiran perkotaan dan sangat dekat dengan pusat perkotaan Yogyakarta.
4
Selain sampel lokasi park and ride, terdapat juga sampel pengguna fasilitas park and ride tersebut maupun lokasi parkir lain di sekitarnya. Sampel pengguna fasilitas park and ride di Halte Trans Jogja maupun lokasi parkir lain yang diwawancarai untuk menyediakan data pendukung di penelitian ini hanya terbatas pada satu waktu pengamatan. 1.6
Keaslian Penelitian Penelitian mengenai Trans Jogja dan sepeda di perkotaan Yogyakarta telah
banyak dilakukan. Berikut ini berapa penelitian tentang Trans Jogja yang sudah ada:
5
Tabel 1.1 Penelitian mengenai Trans Jogja dan park and ride No 1.
Nama
Judul
Sri Tuntang
Ragam
Pandangwati
Peralihan
Tahun Alasan
2011
Moda
Transportasi
Dari
Pembahasan
Metode
Ragam alasan peralihan moda
Metode
&
kualitatif.
faktor-faktor
yang
induktif
Hasil/Kesimpulan Alasan peralihan moda berdasarkan hasil penelitian:
mempengaruhi.
1. Lebih nyaman, aman, dan efisien
Kendaraan Pribadi ke
2. Tidak terburu-buru.
Trans
3. Halte
Jogja
Faktor-Faktor
dan yang
berdekatan
dengan
tujuan
perjalanan
Mempengaruhinya
4. Lalu lintas di DIY tidak aman dan nyaman 5. Keadaan mengharuskan menggunakan moda tersebut 6. Pernah mengalami trauma kecelakaan kendaraan bermotor 7. Lelah berkendara sendiri 8. Menggunakan moda dari dan ke tujuan tertentu saja 9. Ingin ganti suasana 10. Ingin berjalan-jalan keliling kota
2.
M. Hamzah
Evaluasi
Efektifitas
Pelayanan
Moda
Transportasi
Umum
2012
Efektifitas pelayanan Trans
Metode
Jogja dalam mengakomodasi
kuantitatif kualitatif
pergerakan
di Yogyakarta
Pada
Pusa-Pusat
perkotaan
Kegiatan
Di
faktor-faktor
Yogyakarta
Kota
mempengaruhinya
dalam dan yang
deduktif
Faktor yang mempresentasikan kualitas kinerja layanan Trans Jogja: 1. Layanan bus masuk dalam kategori cukup efektif 2. Layanan bus Trans Jogja bersifat destination oriented 3. Waktu
tunggu
bus
merupakan
6
permasalahan utama yang dikeluhkan pengguna 4. Lokasi
halte
pertimbangan
menjadi
faktor
pengguna
layanan
memilih moda untuk beraktivitas 5. Kepastian waktu layanan tidak tepat karena bus beroperasi di jalan umum 6. Ketersediaan dan kondisi fasilitas bus dan halte mempengaruhi minat dan kenyamanan layanan 7. Sebagai bus rapid transit Trans Jogja memiliki kelemahan karena tidak memiliki jalur khusus (bus priority lane) 3.
Dea Chintantya
Efektifitas Trans Jogja Sebagai
2012
Jangkauan
dan
efektifitas
Deduktif kuantitatif
Hasil penelitian:
Sarana
Trans Jogja sebagai sarana
Penunjang Pariwisata
penunjang pariwisata, serta
sebagai
Di
motivasi
pariwisata di Yogyakarta
Yogyakarta
Perkotaan
pelaku
memilih moda tersebut
1.
wisata 2.
Secara umum Trans Jogja eektif
Trans
moda
Jogja
penunjang
lebih
efektif
digunakan oleh wisatawan dalam negeri/lokal 3.
Trans Jogja efektif menjangkau lokasi
wisata
Yogyakarta,
di namun
perkotaan kurang
efektif menjangkau objek wisata di luar perkotaan
7
4.
Informasi layanan Trans Jogja memiliki nilai efektif menunjang pariwisata
5.
Lebih
dari
50%
wisatawan
adomestik maupun asing puas dengan pelayanan Trans Jogja 6.
aktor
yang
motivasi menggunakan adalah
mempengaruhi wisatawan Trans
Jogja
karakteristik
pelayananannya
Sumber: Analisis penulis, 2015
8
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Tuntang Pandangwati (2011) membahas mengenai alasan peralihan moda transportasi dari kendaraan pribadi ke Trans Jogja. Penelitian yang menekankan pada penyebab masyarakat beralih menggunakan Trans Jogja ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis, karena penulis lebih menekankan pada prospek atau arah pengembangan integrasi antara park and ride dengan Trans Jogja. Penelitian penulis lebih mengarah pada pembuktian mungkin tidaknya Trans Jogja diintegrasikan dengan park and ride. Penelitian M. Hamzah (2012) tentang Trans Jogja terfokus pada tingkat pelayanan Trans Jogja di perkotaan Yogyakarta. Meskipun penelitian penulis juga membahas karakteristik layanan bus Trans Jogja, namun penulis lebih terokus pada integrasi antara Trans Jogja dengan park and ride. Arah dan tujuan penelitian penulis juga berbeda, karena penulis mencoba membuktikan prospek penerapan integrasi transportasi perkotaan. Sedangkan penelitian M. Hamzah (2012) bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas pelayanan bus Trans Jogja. Penelitian Dea Cintantya (2012) mengenai Trans Jogja berfokus pada tingkat efektifitas layanan Trans Jogja dalam menunjang kegiatan pariwisata di perkotaan Yogyakarta. Fokus dan pembahasan dari penelitian tersebut berbeda dengan penelitian penulis. Penelitian tersebut membahas tentang hubungan antara Trans Jogja dengan pariwisata di perkotaan Yogyakarta dan sekitarnya. Sedangkan penelitian penulis membahas hubungan Trans Jogja dengan park and ride.
9