BAB I PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Kualitas Kualitas adalah sesuatu yang terus menerus dicari oleh manusia. Manusia mencari pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dirinya, begitu pula manusia mengembangkan teknologi bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Jadi pada dasarnya, manusia menginginkan hidup yang berkualitas, yang otomatis membuat manusia selalu ingin mendapatkan produk yang berkualitas pula. Ada berbagai definisi tentang kualitas, berdasarkan kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, kualitas didefinisikan sebagai baik buruk atau keadaan sesuatu benda. Proses kelahiran produk dimulai ketika desainer menerima informasi apa yang diinginkan, deperlukan dan diharapkan oleh konsumen dan kemudian menterjemahkannya dalam bentuk spesifikasi produk yang mencakup gambar, dimensi, toleransi, material, proses, perkakas serta alat bantu. Perwujudan produk melalui proses pembuatan, dimungkinkan karena adanya informasi tersebut dan kerjasama antara manusia, mesin, material serta metoda.
1
BAB I PENDAHULUAN
Produk memiliki karakteristik tertentu yang menggambarkan performansinya sehubungan dengan persyaratan atau harapan dari konsumen. Feigenbaum dalam ”Total Quality Control” mengatakan bahwa kualitas adalah keseluruhan gabungan karakteristik produk, mulai dari pemasaran, rekayasa, pembuatan dan pemiliharaan yang membuat produk tersebut memenuhi harapan kosumen. Jadi performansi merupakanukuran kualitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas yang muncul dari suatu produk merupakan kompromi dari sekelompok karakteristik yang diinginkan konsumen yang berhasil ditangkap dan diterjemahkan oleh produsen. Konsumen merupakan elevator kualitas yang sebenarnya, karena pada akhirnya konsumen yang memutuskan suatu kualitas, bukan insinyur, pemasaran, atau manajemen. Mereka memilih, dengan ”dompetnya”, produk mana yang memenuhi persyaratan. Konsumen yang puas merupakan definisi praktis dari kualitas tinggi. Pencapaian dan pemeliharaan tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas produk, merupakan faktor yang menentukan kesehatan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup perusahaan. Untuk memuaskan konsumen, produk harus tiba, dalam jumlah, waktu, tempat, dan memberikan fungsi yang tepat untuk suatu periode waktu dan harga yang sesuai. Jadi sasaran kebutuhannya adalah kualitas yang membangun keseimbangan yang tepat antara biaya produk dan nilai yang diterima konsumen.
1.2 Pengendalian Kualitas Pengendalian kualitas didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari pemeriksaan atau pengujian, analisa, dan tindakan – tindakan yang harus diambil dengan memanfaatkan kombinasi seluruh peralatan dan teknik – teknik guna mengendalikan kualitas produk dengan ongkos minimal. Dalam
2
BAB I PENDAHULUAN
istilah ”kendali kualitas”, mengandung pengertian bahwa ”kualitas” bukan berarti ”terbaik”. Di dunia industri, kata itu berarti ”terbaik dalam memuaskan kebutuhan pelanggan tertentu”. Feigenbaum mengemukakan dua hal penting dari kebutuhan konsumen, yaitu fungsi dan harga produk. Dua hal ini dicerminkan dalam beberapa kondisi produk, diantaranya : 1. Spesifikasi dimensi dan karakteristik 2. Usia produk dan kehandalan 3. Standar yang relevan 4. Biaya rekayasa, pembuatan dan mutu 5. Kondisi pembuatan (persyaratan produk) 6. Fungsi, pemeliharaan, dan pemasangan di lapangan 7. Biaya – biaya operasi dan pemakaian konsumen Berdasarkan hal – hal diatas, jelas, kualitas tidak hanya berkaitan dengan mutu teknis produk, tetapijuga nilai ekonomisnya. Adapun tujuan pelaksanaan pengendalitan kualitas yaitu : 1. Pencapaian kebijaksanaan dan target perusahaan secara efisien. 2. Perbaikan hubungan manusia 3. Peningkatan moral karyawan 4. Pengembangan kemampuan tenaga kerja. Dengan
mengarah pada tujuan diatas, maka pengendalian kualitas akan
meningkatkan produktivitas dan profitabilitas usaha. Menurut Gede Raka, tujuan pengendalian kualitas yaitu : 1. Memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan. 2. Penurunan ongkos kualitas secara keselurahan.
3
4
BAB I PENDAHULUAN
Feigenbaum membagi kegiatan pengendalian kualitas kedalam 4 langkah, yaitu : 1. Menetapkan standar : standar kualitas biaya, standar kualitas prestasi kerja, standar kualitas keamanan, dan standar keterhandalan yang diperlukan oleh suatu produk. 2. Menilai kesesuaian antara produk yang dibuat dengan standar. 3. mengambil tindakan yang diperlukan, yaitu mencari penyebab timbul masalah dan solusinya 4. Perencanaan peningkatan, berupa pengembangan usaha – usaha yang kontinu untuk memperbaiki standar – standar biaya, prestasi, keamanan, dan kerterhandalan. Kegiatan pengendalian kualitas yang menunjang tercapainya standar kualitas tertentu tersebut melibatkan unsur – unsur manusia, mesin, perlatan, spesifikasi, dan metoda pengujian. Dengan
adanya
pengendalian
kualitas,
diharapkan
penyimpangan
–
penyimpangan yang muncul dapat dikurangi dan proses dapat diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai.
1.3 Latar Belakang Masalah Dalam paradigma konvensional, kualitas suatu produk dikatakan baik, jika spesifikasi produk berada dalam batas toleransi spesifikasi yang telah ditentukan, selainnya produk dinyatakan buruk. Untuk lebih jelasnya hal ini dapat diilustrasikan melalui gambar 1.1. dibawah ini,
5
BAB I PENDAHULUAN
cost
loss
C
B LSL
A
m
USL
Gambar 1.1 Ilustrasi “goalpost syndrome” Keterangan gambar : -
LSL: Lower Specification Limit, batas bawah ukuran spesifikasi yang masih ditoleransi
-
USL: Upper Specification Limit, batas atas ukuran spesifikasi yang masih ditoleransi
-
m
: nilai ukuran spesifikasi yang diharapkan
Dari ilustrasi di atas, dapat dilihat bahwa produk C jelas dianggap produk yang buruk karena berada di luar batas toleransi spesifikasi, produk B dan A dianggap produk yang baik karena berada dalam batas spesifikasi. Permasalahannya adalah, dalam paradigma ini, produk B dan A dianggap sama kualitasnya, padahal jelas terlihat bahwa produk B berada lebih jauh dari nilai spesifikasi yang diharapkan meskipun masih dalam batas toleransi spesifikasi. Produk B memiliki loss cost yang lebih besar dibandingkan produk A. Loss cost disini adalah biaya yang harus dikeluarkan akibat spesifikasi produk tersebut tidak seperti yang diharapkan oleh para pelanggannya, bisa berupa biaya garansi yang harus dikeluarkan, ataupun biaya penggantian produk. Paradigma konvensional ini, telah menjadi suatu pola pikir yang kemudian menjadi suatu penghalang bagi pengembangan kualitas dalam suatu proses industri. Paradigma ini membawa pada pemahaman kualitas produk yang kurang tepat karena mengabaikan perbedaan variansi nilai spesifikasi produk terhadap nilai target yang diharapkan, padahal perbedaan variansi ini
6
BAB I PENDAHULUAN
mengakibatkan perbedaan besarnya loss cost dari setiap produk yang dihasilkan.. Paradigma ini sering disebut sebagai “goalpost syndrome”. Dr. Genichi Taguchi, seorang pakar manajemen kualitas dari Jepang mengembangkan suatu paradigma lain dalam melihat kualitas suatu produk. Menurutnya, baik atau buruknya kualitas suatu produk dilihat dari variansi produk terhadap nilai target yang diharapkan dari spesifikasi produk tersebut. Ia percaya bahwa pelanggan akan bertambah tidak puas dengan kualitas suatu produk jika produk tersebut semakin jauh dari nilai spesifikasi yang diharapkan. Ia mengembangkan pendekatan baru untuk mengontrol kualitas produk menggunakan kurva kuadratik yang menggambarkan loss cost dari produk yang dihasilkan. Kurva ini disebut Taguchi loss function. A
cost
L(y)
h
LSL
∆
m
∆
y
USL
Gambar 1.2 Taguchi loss function Keterangan gambar : -
LSL: Lower Specification Limit, batas bawah ukuran spesifikasi yang masih ditoleransi
-
USL: Upper Specification Limit, batas atas ukuran spesifikasi yang masih ditoleransi
-
m
: nilai spesifikasi yang diharapkan
-
y
: nilai spesifikasi suatu produk
-
L(y): Taguchi loss function
-
h
: loss yang disebabkan deviasi y dari m
-
∆
: jarak toleransi maksimal dari m
BAB I PENDAHULUAN
-
A
: loss yang disebabkan oleh produk yang gagal (berada diluar batas toleransi)
1.4 Perumusan Masalah Seperti telah dipaparkan diatas, bahwa paradigma “goalpost syndrome” membawa pada pemahaman terhadap produk yang berkualitas baik secara kurang tepat karena mengabaikan perbedaan variansi nilai spesifikasi produk terhadap nilai target yang diharapkan, padahal perbedaan variansi ini mengakibatkan perbedaan besarnya loss cost dari setiap produk yang dihasilkan. Secara umum, tugas akhir ini akan dibahas mengenai manajemen loss cost produk berdasarkan Taguchi Loss Function pada produk yang nilai spesifikasinya berdistribusi normal. Lebih detilnya, tugas akhir ini akan membahas : 1. Aplikasi Taguchi Loss Function pada Shewhart Control Chart 2. Hubungan antara loss cost produk yang dihasilkan dengan peluang banyaknya produk pada loss cost tersebut. 3. Hubungan antara Taguchi Loss Function dengan Process Capability Rasio Cp
1.5 Tujuan dan Manfaat Tujuan utama dari studi pada tugas akhir ini ialah mempelajari sekaligus menerapkan Taguchi Loss Function pada produk yang nilai spesifikasinya berdistribusi normal dan hubungannya dengan kehandalan proses produksi yang ada. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari tugas akhir ini adalah : 1. Perusahaan manufaktur dapat memproduksi produk yang memiliki kualitas sangat baik namun memiliki loss cost yang rendah, juga dapat melihat sejauh mana kehandalan dari proses produksi yang ada. 2. Menyumbang ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen kualitas di Indonesia, khususnya dalam bidang cost quality control.
7
BAB I PENDAHULUAN
1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: Bab I, berisi pendahuluan yang memuat hal-hal yang bersifat umum, definisi dari kualitas, latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari tugas akhir ini, dan sistematika penulisan. Selanjutnya, pada Bab II dijelaskan teori-teori yang mendasari permasalahan yang disebutkan pada subbab 1.2, yaitu Taguchi Loss Function, Shewhart Control Chart, Process Capability dan Cumulative Sum Control Chart. Lalu Bab III menjelaskan hubungan antara Taguchi Loss Function dengan Process Capability Rasio Cp untuk melihat kehandalan dari proses produksi yang ada, aplikasi dari Taguchi Loss Function pada batas kontrol Shewhart, dan peluang proses produksi dapat memenuhi loss cost yang ditetapkan. Kemudian pada Bab IV, dilakukan penerapan Taguchi Loss Function pada data yang ada dan analisis dari data yang ada tersebut. Terakhir, Bab V akan berisi kesimpulan penulis dalam mempelajari dan menerapkan Taguchi Loss Function. Saran penulis kepada rekan-rekan lainnya yang ingin mempelajari kontrol kualitas biaya dalam hal ini melalui Taguchi Loss Function juga dibahas, sehingga untuk ke depannya diperoleh manfaat dan hasil yang lebih baik dari yang didapatkan oleh penulis.
8