1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kualitas lingkungan menjadi hal yang sangat penting untuk keseimbangan
ekosistem untuk dapat menjaga kelestarian lingkungan. Kualitas suatu wilayah dipengaruhi oleh peruntukkan dasar suatu wilayah tersebut dalam arahan fungsi kawasannya. Apabila peruntukkan suatu wilayah sesuai dengan arahan fungsi kawasannya, maka akan terjaga keseimbangan ekosistem tersebut sehingga kualitas lingkungan akan terjaga. Kemajuan penginderaan jauh dan sistem informasi geografi sangat signifikan beberapa tahun belakangan ini yang semakin dapat memberikan manfaat untuk penyelesaian masalah sehari-hari. Selain meningkatnya kemajuan teknologinya, ketersediaan data penginderaan jauh pun sangat terbuka dan sangat mudah untuk diperoleh. Salah satu pemanfaatan penginderaan jauh dan sistem informasi geografi dalam pemecahan masalah yaitu masalah keselarasan lingkungan. Analisis arahan fungsi kawasan merupakan aplikasi dari sistem informasi geografi yang mengoverlay kan data-data spasial seperti jenis tanah, curah hujan, dan kemiringan lereng. Aplikasi penginderaan jauh dapat digunakan dalam interpretasi penutup dan penggunaan lahan yang akan digunakan sebagai salah satu sumber evaluasi keselarasan arahan fungsi kawasannya. Permasalahan yang seringkali tidak terhindarkan dalam pengembangan wilayah adalah terjadinya konflik penggunaan ruang dan sumberdaya alam (Soemarwoto, 1992). Pemanfaatan sumberdaya alam dan ruang yang tidak terkendali - sebagai akibat meningkatnya perkembangan wilayah
dapat
menyebabkan kerusakan fungsi lingkungan dan daya dukungnya (Soemarwoto, 1992). Hal ini tampak dari meningkatnya kerusakan kawasan lindung dan daerah resapan air (Aca Sugandhy, 1994). Oleh karena itu dalam pemanfaatannya memerlukan pendekatan penataan ruang yang komprehensif dan terpadu.
1
Kabupaten Grobogan merupakan Kabupaten terluas nomor dua di Provinsi Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap (grobogan.go.id). Selama dekade terakhir dari tahun 2006 hingga 2016, Kabupaten Grobogan mengalami beberapa macam bencana alam seperti banjir, longsor, kekeringan dan angin puting beliung Bencana banjir menjadi bencana yang paling sering terjadi di Kabupaten Grobogan (penanggulangankrisis.depkes.go.id). Bulan Desember 2015 terjadi bencana banjir dengan ketinggian 50 cm hingga 1 meter di beberapa kecamatan yaitu Klambu, Grobogan (Desa Lebak), dan di jalan Pati-Purwodadi
yang
disebabkan oleh meluapnya Sungai Lusi (Sari, paguyubanrantaugrobogan.com, 2015). Memang banjir selalu melanda Kabupaten Grobogan, dari tahun ke tahun semakin meluas. Hasil analisis aspek kelembagaan menunjukkan bahwa banjir/genangan air yang terjadi ,khususnya di Kota Purwodadi, Kecamatan Purwodadi disebabkan oleh belum tersedianya rencana induk sistem drainase. Akibatnya, perencanaan yang dilakukan masih bersifat spasial dan tidak bersifat menyeluruh sebagai sebuah sistem. Penegakan peraturan tata guna lahan dan koordinasi antar instansi belum maksimal (infopurwodadi.wordpress.com, 2013). Bencana longsor Kabupaten Grobogan terjadi pada Desa Dokoro, Kecamatan Wirosari. Tebing pertambangan batu setinggi sepuluh meter runtuh (news.liputan6.com,2013). Kecamatan Wirosari mayoritas memiliki kemiringan lereng yang miring hingga curam. Sehingga rawan longsor apabila pemanfaatan lahannya tidak sesuai dengan kondisi lahannya/tidak sesuai dengan kemampuan lahannya. Selain di wilayah tersebut, tanah sepanjang 125 meter di Desa Kranggan dan Desa Wirosari amblas sedalam tiga meter. Akibatnya, tiga rumah rusak rata dengan tanah dan dua rumah lainnya nyaris ambruk, selain itu akses antar desa terganggu. (merdeka.com,2014). Bencana kekeringan pun juga melanda Bencana lain yang terjadi di Kabupaten Grobogan selain longsor dan banjir adalah kekeringan. Pada bulan September 2014, sebanyak 67 desa yang tersebar di 19 kecamatan se-Kabupaten Grobogan mengalami bencana kekeringan. Empat di antaranya yaitu Kecamatan Penawangan, Godong, Klambu, dan Gubug (Agus Sulaksono selaku Kepala Pelaksana Harian BPBD Grobogan, 2014). Tahun
2
sebelumnya, 2013 pada bulan Agustus, kejadian yang sama juga melanda 68 desa yang tersebar di sembilan kecamatan. Kecamatan Pulokulon (13 desa), Kradenan (6 desa), Wirosari (6 desa), Toroh (7 desa), Tawangharjo (10 desa), Gabus (14 desa), Ngaringan (1 desa) dan Geyer (10 desa). Kekeringan yang lebih parah terjadi pada tahun 2012 yang melanda 120 desa yang tersebar di 15 kecamatan. Tahun 2014 Kabupaten Grobogan termasuk dalam 12 kabupaten darurat kekeringan di Provinsi Jawa Tengah (BPDP Jateng dalam merdeka.com, 2014; dalam bpk-solo.litbang.dephut.go.id). Banyaknya bencana alam yang terjadi disebabkan oleh banyak faktor. Faktor – faktor tersebut dapat berasal dari faktor alam/lingkungan dan faktor manusia. Beberapa contoh perbuatan manusia yang merusak lingkungan adalah penebangan pohon secara ilegal di kawasan resapan air, pembangunan di lahan resapan air, penambangan ilegal di kawasan-kawasan beresiko longsor. Penebangan pohon secara ilegal menjadikan lahan gundul yang menakibatkan lahan tidak dapat menyimpan air, hal tersebut dapat menyebabkan banjir dan kekeringan. Kita tidak dapat mengendalikan alam, namun kita dapat menjaga alam dan lingkungan agar dapat meminimalisir terjadinya bencana yang dapat merugikan banyak pihak. Faktor penyebab bencana alam oleh manusia harus ditindak lanjuti dan dipantau secara terus-menerus sebagai upaya pengendalian lingkungan untuk kelestarian dan keseimbangan ekosistem sehingga resiko terjadinya bencana dapat diminimalkan. Selain itu, perlu diadakan peninjauan ulang tata guna lahan di Kabupaten Grobogan untuk mengetahui wilayah mana saja yang sekiranya menyimpang dari peruntukkannya berdasarkan undang – undang dan peraturan yang ada. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi keselarasan arahan fungsi kawasan suatu wilayah dengan penggunaan lahannya yang sudah ada agar dapat dilakukan tindakan lebih lanjut. Teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi dapat membantu
dalam
penyediaan
data-data
yang
dapat
menginformasikan
karakteristik lingkungan terkait dengan evaluasi pemanfaatan lahan secara cepat, efisien dan efektif. Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas maka peneliti terinspirasi untuk melakukan penelitian dengan judul, “Pemanfaatan
3
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk Evaluasi Keselarasan Arahan Fungsi Kawasan dengan Penggunaan Lahan Kabupaten Grobogan Tahun 2016.”
1.2
Rumusan Masalah Beraneka ragam bencana yang terjadi di Kabupaten Grobogan yang
menimbulkan kerugian baik materi maupun non-materi bagi berbagai pihak, bahkan nyawa sekalipun sangat memprihatinkan. Perlu dilakukan tinjauan ulang mengenai akar permasalahan yang menyebabkan bencana-bencana yang terjadi di Kabupaten Grobogan saeperti longsor, kekeringan dan banjir tersebut. Sangat dibutuhkan usaha untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dibenahi terkait permasalahan lingkungan dan tindakan yang nyata untuk terwujudnya keselarasan pemanfaatan ruang demi tercapainya kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekosistem. Hal yang perlu dilakukan dalam upaya peninjauan kembali kenyataan yang ada saat ini terkait permasalahan lingkungan, kondisi lingkungan yang ada dan tata guna lahan yang ada saat ini. Tata guna lahan yang tepat dan sesuai di setiap peruntukkan lahannya atau arahan fungsi suatu kawasannya akan mambantu meminimalisisr terjadinya bencana alam. Berdasarkan arahan fungsi kawasan tersebut pun dapat dilakukan evaluasi keselarasan antara peruntukkan lahan/arahan fungsi kawasannya dengan penggunaan lahan yang ada, sehingga dapat diketahui kawasan mana saja yang perlu dilakukan pembenahan. Berdasarkan dari latar belakang permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka penelitian ini diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana arahan fungsi kawasan Kabupaten Grobogan Tahun 2016? 2. Bagaimana penggunaan lahan Kabupaten Grobogan Tahun 2016? 3. Bagaimana keselarasan arahan fungsi kawasan Kabupaten Grobogan dengan penggunaan lahan tahun 2016 ?
4
1.3
Tujuan 1. Memetakan arahan fungsi kawasan Kabupaten Grobogan Tahun 2016 2. Mengetahui penggunaan lahan Kabupaten Grobogan Tahun 2016 3. Mengetahui keselarasan arahan fungsi kawasan Kabupaten Grobogan dengan penggunaan lahan Kabupaten Grobogan tahun 2016
1.4
Manfaat Penelitian 1. Semakin dikenalnya peranan penginderaan jauh dan sistem informasi geografi di kalangan masyarakat 2. Diperoleh data – data dan infromasi yang terkait keselarasan arahan fungsi kawasan Kabupaten Grobogan sebagai masukkan pemerintah daerah Kabupaten Grobogan dalam penentuan kebijakan selanjutnya. 3. Dapat dikembangkannya penelitian terkait evaluasi arahan fungsi kawasan untuk waktu mendatang dengan masukan-masukan yang ada sebagai perbaikan untuk penelitian evaluasi arahan fungsi kawasan yang lebih baik.
5