1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain pencahayaan merupakan salah satu faktor dalam perencanaan pembangunan gedung, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Dalam hal ini, tata cara perancangan sistem pencahayaan ruang digunakan para perancang sebagai pegangan untuk menciptakan kenyamanan visual ruang. Desain pencahayaan ini mempunyai peranan penting dalam rangka peningkatan produktivitas kerja, khususnya pada ruang kerja kantor (Pirchar, 1986). Distribusi cahaya tidak hanya berfungsi agar suatu obyek visual dapat dilihat dengan jelas, namun juga berfungsi untuk membangkitkan kenyamanan visual yang secara psikis berpengaruh terhadap ketahanan pengguna ruang dalam mempertahankan kinerjanya. Parameter-parameter kenyamanan visual pada ruang kerja kantor adalah tercukupinya tingkat iluminasi untuk tugas visual (task visual) pada bidang kerja, kontras yang tidak melebihi ambang kontras (threshold contras), kecerahan (brightness) masih dalam batas normal, serta luminasi obyek sumber cahaya yang tidak menyebabkan kesilauan (glare). Kenyamanan visual pada ruang kerja kantor, tercipta jika pengguna ruang dapat melakukan aktivitas dengan baik dan dapat merasakan kenyamanan dalam beraktivitas. Aktivitas yang dilakukan pada ruang kerja kantor sangat terkait dengan tingkat penerangan (ilumination). Pada umumnya tingkat iluminasi pada ruang kerja kantor, disesuaikan dengan standar iluminasi
yang telah
direkomendasikan (SNI, 2001). Menurut Kaufman (2004) penetapan rekomendasi standar tingkat iluminasi oleh IES ditentukan berdasarkan penelitian yang berkaitan dengan visual performance. Standar tingkat iluminasi merupakan panduan dalam merencanakan pencahayaan ruang. Dalam hal ini, rekomendasi standar iluminasi untuk ruang kerja kantor mengacu pada nilai-nilai yang direkomendasikan oleh CIE (Commision International de I’Eclaire) dan IES (Illuminating Enginers Society) yang merupakan standar Nasional dan International untuk perancangan 1
pencahayaan (UNEP, 2006). Sejak tahun 1958,
IES telah menerbitkan
rekomendasi tingkat luminasi berdasarkan metode penetapan pada waktu itu (IES, 1958). Pada tahun 1979, rekomendasi tersebut diperbaharui melalui penetapan prosedur tambahan dalam standar pencahayaan berupa penerapan langkah baru (IES, 1980). Pada penetapan standar baru ini, IES mempersiapkan rekomendasi iluminasi
interior
dengan
pertimbangan
visual,
umur
pengamat,
kecepatan/ketelitian, dan reflektansi. Intenational standard ISO 8995-1:2002 merekomendasi standar iluminasi pada ruang kerja (membaca) sebesar 500 lux, ruang gambar sebesar 750 lux, dan ruang konferensi sebesar 500 lux. Standar Nasional Indonesia (SNI, 2001) mengeluarkan rekomendasi tingkat iluminasi pada ruang kerja kantor sebesar 350 lux, CIE (ISO standard, 2002) sebesar 500 lux,
European Standard (2002)
sebesar 500 lux, CIBSE Code (1997) sebesar 500 lux, dan IESNA (2004) sebesar 300-500 lux. Beberapa Negara merekomendasikan standar iluminasi yang berbeda, hal ini diuraikan pada tabel rekomendasi berikut ini (tabel 1.1). Tabel 1.1 Rekomendasi tingkat iluminasi perkantoran oleh CIBSE (1997), EN 12464 (2002), IESNA (2004), Mills (1998), Zhao (2005). Country Australia Brazil China Japan USA/Canada European standar CIE/ISO standar CIBSE code
Year 1990 1990 2004 1989 2004 2002 2002 1997
General Area 160 750-1000 200-300 300-750 100-500 200-500 200-500 300
Task Area 320 ---300-500 300-750 300-500 500 500 500
Reading 320 200-500 300-500 300-750 300-500 500 500 500
Sumber : Pramod Bhusal, Eino Tetri, and Liisa Halone (2006)
2
Gambar 1. 1. Peta perbandingan spesifikasi visual performance ruang kerja kantor. (Sumber : Lighting and Energy Standards Codes, 2002)
4
Gambar 1.1 merupakan peta beberapa Negara yang menunjukkan perbandingan spesifikasi visual performance pada bangunan perkantoran. Standar iluminasi yang direkomendasikan adalah tingkat iluminasi minimum pada ruang kerja, ruang gambar, dan ruang konferensi. Rekomendasi standar iluminasi pada ruang kerja yang dikeluarkan oleh beberapa Negara tersebut di antaranya: 1) Jepang, Eropa, Brazil, Argentina, dan Afrika Selatan merekomendasikan tingkat iluminasi sebesar 500 lux; 2) Amerika merekomendasikan tingkat iluminasi sebesar 100-300-500-100 lux berdasarkan contrast size dan task size; 3) India dan Rusia merekomendasikan tingkat iluminasi sebesar 300 lux; 4) Malaysia merekomendasikan tingkat iluminasi sebesar 200 lux dan; 5) Singapore merekomendasikan tingkat iluminasi sebesar 320 lux. Rekomendasi standar iluminasi pada ruang gambar di antaranya: (1) Rusia, Afrika Selatan, dan India sebesar 500 lux; (2) Malaysia dan Jepang sebesar 750 lux dan (3) Australia sebesar 600 lux. Adapun rekomendasi standar iluminasi untuk ruang konferensi di antaranya: (1) Eropa, Malaysia, Afrika Selatan merekomendasikan 500 lux; (2) Australia merekomendasikan 240 lux dan (3) India merekomendasikan 300 lux. Uraian mengenai rekomendasi standar iluminasi pada ketiga jenis ruang tersebut, semakin mempertegas bahwa standar iluminasi antara Negara yang satu dengan Negara lainnya berbeda. Perbedaan tersebut tidak hanya pada ruang kerja kantor, tetapi juga pada ruang gambar dan ruang konferensi. Rekomendasi standar iluminasi pada ruang kerja kantor di Indonesia yang dikeluarkan oleh SNI (2001) adalah 350 lux. Bangunan perkantoran di Indonesia mendesain pencahayaan yang mengacu pada rekomendasi standar
iluminasi.
Sebelum melakukan penelitian ini, perlu diketahui bentuk desain pencahayaan bangunan di Indonesia, sesuai atau tidak dengan standar iluminasi yang telah direkomendasikan, dan dapat tidaknya pengguna ruang beraktivitas dengan baik pada tingkat iluminasi yang direkomendasikan. Hal ini akan diuraikan pada alinea berikutnya.
5
Penelitian pertama (Nurul, 2001) menunjukkan bahwa meskipun desain pencahayaan Gedung Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin tidak sesuai rekomendasi standar iluminasi ruang baca perpustakaan, aktivitas di dalamnya masih dapat berjalan dengan baik. Demikian pula dengan penelitian kedua (Nurul, 2010) yang menunjukkan bahwa meskipun ruang kuliah dan ruang studio gambar pada Jurusan Teknik Arsitektur & Perencanaan Unversitas Gadjah Mada tidak sesuai dengan standar iluminasi yang direkomendasikan, mahasiswa di dalamnya tetap dapat beraktivitas dengan baik. Penelitian lain yang telah dilakukan adalah tinjauan gedung Graha Pena (Esti, 2007) dan menyimpulkan bahwa kualitas ruang pada kedua tipe ruang kantor adalah cukup buruk, terutama pada ruang kantor terbuka yang mempunyai nilai iluminasi rendah dan tidak tersebar merata serta tidak nyaman secara visual tetapi pengguna ruang justru merasa cukup puas. Adapun pada kantor privat dengan tingkat luminasi yang sangat tinggi, pengguna ruang justru merasa cukup puas. Beberapa hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
aktivitas
masih
dapat
berjalan
dengan
baik
meskipun
desain
pencahayaannya tidak sesuai standar tingkat iluminasi yang direkomendasikan oleh SNI tahun 2001. Standar iluminasi sangat terkait dengan penelitian visual performance. Beberapa peneliti terdahulu meneliti tentang visual performance sebagai acuan untuk menentukan rekomendasi standar iluminasi, khususnya pada ruang kerja kantor. Penelitian visual performance telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti, antara lain H.K. Lewis (1962), Yonemura, dkk (1976), Smith dan Rea (1978), Boyce (1979), Nelson, dkk (1983), Smith and Rea (1982), Nelson dkk (1984), Horst, dkk (1988), Kaye (1988), Veitch (1990), Triyogo dan Leny (2004), dan Veitch (1996). Berdasarkan uraian ini, perlu dianalisis tingkat iluminasi pada ruang kerja kantor di
Indonesia
dan pengaruhnya terhadap kinerja visual
(visual
performance). Penelitian visual performance erat kaitannya dengan penentuan rekomendasi standar iluminasi, sehingga perlu dicermati penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara task iluminance dan visual performance pada ruang kerja kantor di Indonesia.
6
Norbert Lechner (2007) dalam bukunya mengutarakan bahwa beberapa ahli menerangkan sejumlah faktor yang mempengaruhi penelitian visual performance, yaitu: a) Kegiatan dikategorikan: ukuran/jarak kedekatan, keterbatasan waktu, tingkat terang, kontras, keakraban; (b) Kondisi pencahayaan: tingkat iluminasi, ratio brightness, kesilauan; (c) Kondisi pengamat: kondisi mata, adapatasi, tingkat kesadaran. Dalam penelitian visual performance, faktor-faktor tersebut tidak harus diamati secara keseluruhan. Setiap penelitian yang dilakukan hanya fokus pada salah satu atau beberapa faktor yang terkait dengan visual performance. Sebagai contoh, Rea (1982) menganalisis dan merancang pemodelan untuk mengetahui hubungan nilai contrast, threshold dan task illuminance, sehingga parameter yang harus diamati pada penelitiannya adalah nilai contrast dan task illuminance Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa berpengaruh
atau tidak
berpengaruh tingkat iluminasi pada bidang kerja (task illuminance) terhadap visual performance. Peneliti yang menyimpulkan bahwa task illuminance berpengaruh terhadap visual performance, antara lain: Boyce (1979), Van Lender (1967), H.K. Lewis (1962), Kaufman (1981), Weston (1961), Smith dan Rea (1978), Norbert Lechner (2007), dan Weston dalam Gleen (1962). Boyce (1979) menjelaskan bahwa tingkat iluminasi berpengaruh terhadap visual performance tergantung pada aktivitas yang dilakukan dalam penelitian, yaitu membaca, landolt ring, membandingkan informasi, dan
pemeriksaan
dokumen. Van Lender (1967) menjelaskan persentase tingkat kepuasan karyawan sebesar 100 lux hingga 1000 lux, persentase tingkat kepuasan yang layak hingga 500 lux, dan di atas 500 lux hanya terjadi sedikit peningkatan, serta di atas 1000 lux akan terjadi penurunan. Lewis (1962) menjelaskan adanya peningkatan visual performance yang signifikan pada tingkat iluminasi 100—500 lux. Weston (1961) mendeskripsikan kaitan antara nilai iluminasi dan visual performance dengan menggunakan parameter kecepatan & ketepatan. Smith dan Rea (1978) menjelaskan bahwa terdapat pengaruh umur terhadap visual performance pada kegiatan membaca dengan tingkat iluminasi 0 sampai 1000 lux pada tingkatan usia 18—22 tahun dan 49—62 tahun. Norbert Lechner (2007) mengutarakan
7
bahwa hubungan nonlinier antara tingkat iluminasi dan visual performance, yaitu peningkatan
iluminasi dari 0—500 lux, menghasilkan peningkatan visual
performance sebesar 85% dan peningkatan 500 lux ke atas hanya meningkat sebesar 5%. Weston dalam Gleen (1962) melakukan penelitian dengan aktivitas landolt ring. Hasil yang diperoleh adalah bahwa peningkatan visual performance pada tingkat iluminasi 5—500 lux relatif tinggi, sedangkan peningkatan visual performance pada tingkat di atas 500 lux relatif rendah. Meskipun penelitian tersebut menunjukkan korelasi yang jelas antara task illuminance dan visual performance, beberapa peneliti yang lain menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh task illuminance
terhadap
visual performance.
Beberapa peneliti tersebut antara lain Nelson dkk (1983), Smith dan Rea (1982), Nilsson dan Johnson (1984), Horst dkk (1988), Kaye (1988) dan Veitch (1990). Nelson dkk (1984)
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat
iluminansi 100 lux dan 300 lux pada kinerja menulis kreatif. Smith dan Rea (1982) mengemukakan tidak adanya pengaruh tingkat pencahayaan terhadap pemahaman bacaan pada 9,2—4540 lux. Nelson dkk (1983) menemukan efek yang membingungkan pada performansi pekerjaan penyusuran (tracking task) yang membutuhkan koordinasi tangan-mata (hand-eyecoordination) lebih baik di bawah 80 lux, terburuk di bawah 160 lux, dan menengah di bawah 320 lux. Hasil penelitannya menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh nilai iluminasi pada aktivitas membaca atau pekerjaan yang berhubungan dengan keruangan. Horst dkk (1988) mengemukakan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pencahayaan lebih dari 100—800 lux pada aktivitas membaca dan aktivitas pengamatan pada ruang kontrol pembangkit listrik tenaga nuklir.
Kaye (1988) menunjukkan
perbandingan kinerja tugas (task performance) yang dilakukan di bawah 500 dan 1200 lux dan tidak ada efek pada pekerjaan pencarian atau koreksi. Veitch (1990) mengutarakan bahwa dalam studi simulasi kantor,
aktivitas
membaca tidak
terpengaruh oleh tingkat pencahayaan 200—600 lux. Beberapa penelitian terdahulu mempunyai hasil yang beragam, sehingga penelitian visual performance perlu dilakukan. Gambar 1.2 berikut ini menunjukkan alur pikir pada penelitian visual performance.
8
Penelitian visual performance Aktivitas koreksi naskah dan pertanyaan naskah
Hubungan task illuminance dan visual performance
Task illuminance : 50 lux, 100 lux, 150 lux, 250 lux, 350 lux, dan 500 lux.
Hubungan aktivitas dengan urutan setting yang berbeda dan visual performance
Gambar 1.2 Alur pikir penelitian visual performance Gambar 1.2 menunjukkan
gambaran alur pikir penelitian visual
performance yaitu penilaian dilakukan secara obyektif dengan melakukan aktivitas koreksi/pertanyaan naskah untuk mengetahui bagaimana hubungan tingkat iluminasi pada bidang kerja dan kinerja visual pada ruang kerja kantor. Selanjutnya, aktivitas ini dilakukan pada enam setting dan berdasarkan beragam setting yang digunakan pada eksperimen ini, sehingga perlu diketahui bagaimana kinerja visual koreksi naskah apabila aktivitas dilakukan dengan urutan setting yang berbeda. Penelitian visual performance hanya terkait tingkat iluminasi pada bidang kerja (task illuminance). Oleh karena itu, perlu menganalisis faktor lain dalam menciptakan kenyamanan visual ruang kerja kantor. Pencahayaan merupakan unsur penting dalam sebuah kantor. Dengan mendesain pencahayaan yang baik, penguna ruang akan mampu bekerja dengan baik, dan dapat mewujudkan spasial dalam bentuk suasana yang nyaman sehingga pada akhirnya berpengaruh pada semangat kerja para pengguna ruang dan produktivitas kerja dapat meningkat. Dalam melakukan aktivitas pada ruang kerja kantor, fokus penglihatan tidak hanya pada pada bidang kerja tetapi juga pada sekeliling ruang. Penglihatan sangat terkait dengan tingkat penerangan (ilumination) berbagai bidang permukaan pada ruang kerja, yaitu task illuminance dan surround illuminance. Apabila desain pencahayaan tidak sesuai keinginan pengguna ruang dalam beraktivitas, produktivitas kerja akan menurun. Tanggapan tentang tingkat
9
iluminasi ruang dilakukan dengan mengutarakan persepsi ruang. Hal ini dapat dilakukan pada penelitian visual perception dengan cara mengutarakan beberapa kuesioner pada beberapa setting pencahayaan ruang, sehingga dapat diketahui desain setting pencahayaan ruang yang bagaimana yang dapat mewujudkan persepsi kenyamanan visual ruang kerja kantor. Penelitian visual perception, akan dilakukan bukan hanya menganalisis task illuminance seperti yang dilakukan pada penelitian visual performance. Tetapi surround illuminance juga merupakan variabel yang akan diteliti. Penelitian Visual perception bertujuan untuk mengetahui pengaruh task illuminance dan surround illuminance (wall/ceiling illuminance) terhadap visual perception. Visual perception juga bertujuan untuk mengetahui gambaran rasio antara task dan surround illuminance dalam rangka menciptakan kenyamanan visual ruang kerja kantor di Indonesia. Veitch dan Newsham (1996) mengatakan bahwa penelitian Flynn (1972) menjadi dasar bagi peneliti dalam merencanakan penelitian tentang visual perception melalui penggunaan metode yang sama dengan sedikit modifikasi. Pengertian dari impresi (impression) adalah mengenali simbol dari bentuk-bentuk visual. Pengalaman dalam melihat merupakan pengalaman dalam mengenali dan mengasimilasi pola-pola secara komunikatif (Flynn, 1979). Beberapa penelitian visual perception antara lain: Flynn dkk (1988), Veitch dan Newsham (1996), Fischer (1980), Bean dan Hopkins (1980), Balder (1957). Flynn dkk (1988) menguraikan lima faktor impresi yaitu: kejelasan penglihatan, luasan ruang, kenyamanan beraktivitas, kebutuhan spasial dan ruang yang menyenangkan. Veitch visual
dan Newsham (1996)
menguraikan tentang persepsi
yang lebih mengarah pada penelitian psikologi arsitektur yang
berhubungan dengan persepsi visual pencahayaan ruang. Fisher (1980) meneliti persepsi kenyamanan visual ruang kerja berdasarkan fungsi pencahayaan yaitu local lighting dan general lighting. Bean dan Hopkins (1980) meneliti persepsi responden tentang
hubungan
background luminance
dan task luminance.
Balder (1957) meneliti penilaian responden secara subjekif tentang hubungan
10
antara luminance dinding/plafon dan luminance meja kerja dengan skala penilaian gelap atau terang. Penelitian
visual
perception
yang dilakukan
ini
bertujuan
untuk
mengkonstruksikan pemodelan kenyamanan visual ruang kerja kantor. Hal ini dapat dilihat pada skema alur pikir berikut ini (gambar 1.3).
Penelitian visual perception
Hubungan task & surround illuminance terhadap visual perception
24 kuesioner Klasifikasi kuesioner Proporsi ruang Sifat ruang Pencahayaan ruang Impresi spasial Impresi bidang kerja
Similarity (setting pencahayaan ruang)
Faktor/ dimensi 1,2, dan 3
Pemodelan kenyamanan visual ruang kerja kantor
Gambar 1.3 Alur pikir penelitian visual perception Gambar 1.3 menunjukkan gambaran alur pikir penelitian visual perception yaitu penelitian ini dilakukan dengan aktivitas menjawab 24 kuesioner untuk mengetahui setting pencahayaan yang berpengaruh terhadap persepsi kuesioner tersebut dan selanjutnya kuesioner akan diklasifikasikan. Kuesioner similarity merupakan lanjutan pada penelitian visual perception yaitu untuk mengetahui kemiripan dan perbedaan antara setting pencahayaan ruang. Kuesioner ini dianalisis dengan menggunakan MDS similarity untuk mengetahui faktor atau variabel apa yang berpengaruh terhadap similarity setting. Berdasarkan penelitian visual perception ini, sehingga dapat dirancang model 3 dimensi kenyamanan visual ruang kerja kantor dengan menggunakan program Matlab. Beberapa penelitian visual perception mengemukakan cara menciptakan kenyamanan visual ruang berdasarkan setting pencahayaan ruang. Hal ini menunjukkan bahwa parameter kenyamanan visual tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat iluminasi pada bidang kerja, tetapi juga setting pencahayaan seluruh 11
permukaan ruang. Dengan demikian, pada penelitian ini dilakukan penggabungan dua faktor penelitian, yaitu visual performance dan visual perception dalam satu rangkaian eksperimen, sehingga dapat merencanakan
pemodelan
kenyamanan visual ruang kerja kantor di Indonesia. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa kenyamanan visual ruang tidak hanya tergantung pada tingkat iluminasi bidang kerja, tetapi distribusi cahaya pada sekeliling ruang turut mempengaruhi terciptanya kenyamanan visual ruang kerja kantor. Tingkat iluminasi task dan surround bukan hanya rendah atau tinggi nilai iluminasinya, tetapi juga tergantung pada rasio antara keduanya. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kenyamanan visual ruang kerja kantor tercipta jika suround illuminance lebih tinggi dari pada task illuminance dengan nilai ratio illuminance yang akan diuraikan pada penelitian ini.
1.2
Perumusan Masalah
Penelitian visual performance digunakan sebagai dasar penentuan standar iluminasi sehingga penelitian ini perlu dilakukan.
Fokus penelitian visual
performance hanya pada task illuminance, sedangkan surround illuminance turut berpengaruh dalam mencipakan suasana ruang. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian visual perception secara subjektif yang berkaitan dengan task dan surround illuminance untuk menciptakan pemodelan kenyamanan visual ruang kerja kantor. Berkaitan dengan hal tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Rekomendasi standar iluminasi berdasarkan penelitian visual performance, sehingga perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana standar iluminasi pada ruang kerja kantor di Indonesia dan apakah task iluminance berpengaruh terhadap visual performance. 2. Penelitian visual performance hanya fokus pada task illuminance, sehingga penelitian visual perception perlu dilakukan, untuk mengetahui bagaimana pengaruh task dan surround illuminance terhadap visual perception
12
3. Dalam mendesain pencahayaan, diperlukan acuan untuk menciptakan kenyamanan visual ruang kerja kantor di Indonesia sehingga perlu mengkonstruksikan pemodelan pencahayaan ruang.
1.3 Keaslian
penelitian
Keaslian Penelitian
berkaitan
dengan
originalitas
penelitian
ini
dibandingkan penelitian dengan topik serupa yang telah dilakukan sebelumnya. Landasan teori dan rancangan penelitian kenyamanan visual ruang kerja kantor yang merupakan State of The Art pada penelitian ini, dijelaskan pada gambar 1.4 dibawah ini.
Gambar 1.4 State of The Art Gambar 1.4 menjelaskan bahwa beberapa penelitian yang telah dilakukan tidak menggabungkan beberapa variabel. Misalnya, pengaruh tingkat iluminasi, nilai kontras, visibility, ukuran huruf, dan umur terhadap visual performance.
13
Beberapa penelitian terdahulu tentang visual perception adalah untuk mengetahui apakah task illuminance, surround illuminance, dan
ratio
illuminance berpengaruh terhadap visual perception. Penelitian yang dilakukan ini, dimulai dengan membahas tentang tingkat iluminasi ruang kerja kantor yang telah direkomendasikan, apakah penguna ruang dapat beraktivitas dengan baik sehingga produktifitas kerja semakin meningkat. Penelitian ini juga untuk mengetahui pengaruh
tingkat iluminasi terhadap visual performance dan
pengaruh tingkat iluminasi pada seluruh permukaan (luminous environment) terhadap visual perception. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa
penelitian yang dilakukan ini, yaitu menganalisis faktor visual performance dan visual perception. Sejumlah penelitian tentang visual performance, visual perception dan pemodelan yang telah dilakukan sebelumnya, diuraikan pada tabel 1.2 berikut ini.
14
Tabel 1.2 Penelitian visual performance dan visual perception No. 1. 2.
Judul Penelitian Practical Implications of a New Visual Performance Model." A guide to Methodology Procedures for Measuring Subjective Impressions in Lighting
Peneliti/ Tahun Mark S.Rea. (1981)
Fokus Penelitian Model kenyamanan visual berdasarkan performa visual berdasarkan penilaian kecepatan, dan ketelitian.
Flynn, J. E., C. And Hendrick (1979)
Pemodelan ruang kerja berdasarkan visual perception
Visual performance: hubungan antara umur pengamat dengan nilai kontras pada background luminance
3.
Performa Visual - Subjective Differences
Guth, S. K. and McNellis (1969)
4.
General Lighting Versus Local Lighting in Office.
Fischer (1980)
Tanggapan tentang Local lighting dan general lighting
5.
Prefered Luminance Distribution in Working Area
Tommy Goven dan Lotta Bangens (2002)
Penelitian tentang distribusi luminasi cahaya pada open plan office dengan menggunakan general lighting dan kesesuaian distribusi luminasi cahaya
6.
Rationally Recommended Illuminance Levels
Weston (1961)
Penelitian tentang hubungan antara visual performance (kecepatan dan ketepatan) dan relatif iluminasi dengan perbedaan ukuran dan kontras
7.
User’s Attitudes to Some Types of Local Lighting)
Boyce (1979)
8.
Energy Effective Direct/Indirect Office and VDU Lighting System : Test and Application
Hentschel, Klein dan Roll (1987)
penelitiannya dilakukan dengan penilaian kondisi pencahayaan pada VDU screen (visual performance)
9.
Task and Background Lighting
Bean dan Hopkins (1980)
Penelitian tentang penilaian responden pada hubungan background dan task luminance
10.
Multi-dimensional Scaling: a Method for Environmental Studies, Building.
Hawkes,R.J (1970)
Pemodelan ruang kuliah (theater) dengan penilaian impresi responden.
11.
Psychological Processes Influencing Lighting Quality
Veitch (2001)
J. F.
Penelitian visual performance dengan menggunakan 4 jenis lampu (local lighting).
Penilaian terhadap sebuah ruang berdasarkan pada penampilan pencahayaa ruang
15
12.
The Effect of Fluctuating Illuminance on Visual Sensation in a Small Office
Soo-Young Kim dan Jong-Jin Kim (2007)
Penelitian tentang visual persepsi berpengaruh pada perubahan tingkat cahaya
13.
Architectural Lighting Design
Steffy (2002)
Penelitian Persepsi visual secara psikologi
14.
The effect of Task Contrast on Visual Performance and Visual Fatigue at a Constant Illuminance
Clarke (1980)
Penelitian visual performance terhadap nilai kontras.
15.
Human Factors in Llighting
Stone (1975) dalam Boyce (1981)
Analisis MDS pada ruang kuliah (theater) yang merupakan pengukuran seperti yang dilakukan Flynn (1975) pada pengukuran auditorium
16.
Perception in Lighting as Formgivers For Architecture
Lam (1977)
Merancang pencahayaan yang berhubungan dengan kejelasan prinsipprinsip dan proses persepsi visual
Triyogo Atmodipoero dan Leny Pardede (2004)
Penelitian tentang tingkat iluminasi minimum dengan metode analisis varians pada aktivitas membaca.
Yulita Kodrat Prasetyaningsih (2004)
Mengkaji hasil penelitian Flynn tentang impresi cahaya dengan menggunakan program dialux .
17.
18.
19.
Research on Minimum Illumination as a Function of Visual Performance Pengujian pada Penelitian Flynn: Pengukuran Impresi dalam Pencahayaan Melalui Simulasi Komputer. Human Factors in Lighting
Van Lender, 1967) dalam Boyce (1981).
Pada penelitian yang serupa menunjukkan prosentasi tingkat kepuasan karyawan pada iluminasi meja
20.
Determinant of Lighting Quality II: Research and Rekomendation
Jennifer A. Veitch, Ph.D., and Guy R . Newsham, Ph.D (1996)
Mengemukakan hubungan nilai iluminasi dan visual Performance
21
Effect f Efficiency Measure on Quality
Pramod Bhusal, Eino Tetri, and Liisa Halone (2006)
Gambaran faktor kualitas cahaya pada lingkungan perkantoran.
22
Lighting Design for Open Plan Offices
Newsham, Veitch, Reinhart and Sander (2004)
Pedoman kuantitatif nilai illuminace, luminance dan rasio pada perkantoran.
16
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian sebagai berikut: 1) Penelitian visual performance untuk mengetahui apakah task illuminance berpengaruh terhadap visual performance 2) Penelitian visual perception untuk mengetahui apakah task/surround illuminanve berpengaruh terhadap visual perception 3) Mengkonstruksikan
model
3
dimensi
berdasarkan
penelitian
visual
performance dan visual perception, sebagai acuan dalam mendesain pencahayaan ruang kerja kantor di Indonesia.
1.5
Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat iluminasi ruang kerja kantor di Indonesia? 2. Apakah task illuminance berpengaruh visual performance? 3. Apakah task illuminance/surround illuminance berpengaruh terhadap visual perception? 4. Bagaimana mengkonstruksikan model 3 dimensi kenyamanan visual ruang kerja kantor di Indonesia?
1.6
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan dalam merencanakan desain pencahayaan ruang kerja kantor di Indonesia yang memenuhi persyaratan kenyamanan visual untuk meningkatkan produktivitas kerja.
1.7
Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian model 3 dimensi kenyamanan visual ini, dapat menjadi acuan dalam mendesain pencahayaan ruang kerja kantor di Indonesia 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi panduan dalam melanjutkan penelitian tentang visual performance dan visual perception
17