0PENGARUH FIRM SIZE DAN LIKUIDITAS TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Sensus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Oleh HELMI FAUZI NPM 103403171 Pembimbing : Dr. Dedi Kusmayadi, SE.,M.Si., Ak.,CA Iwan Hermansyah, SE., M.SI.,Ak ABSTACT Purpose of research to know: (1) Influence of Firm Size partially on Corporate Ferformance (2) Influence of Liquidity partially Corporate Ferformance (3) Influence of Firm Size and Liquidity to Corporate Ferformance simultaneously (4) Firm Size relation to Liquidity. This study includes the object, Firm Size, Liquidity and Corporate Ferformance in company of Pharmacy Sector which Enlist in Indonesia Stock Exchange. In this study the authors used descriptive analytical method with a census approach. Data used are secondary data. Analytical tool used is Path Analysis. The results showed that Firm Size Positive correlation on Liquidity, Firm Size partially influence on Corporate Ferformance, Likuidity partially influence on Corporate Ferformance, Firm Size and Liquidity simultaneous influence on Corporate Ferformance. Keywords: Firm Size, Liquidity and Corporate Ferformance. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh Firm Size secara parsial terhadap Kinerja Perusahaan, (2) Pengaruh Likuiditas secara parsial terhadap Kinrja Perusahaan, (3) Pengaruh Firm Size dan Likuiditas secara simultan terhadap Kinerja perusahaan, (4) Hubungan Firm Size terhadap Likuiditas. Objek Penelitian ini meliputi, Firm Size, Likuiditas dan Kinerja Perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriftif analitis dengan pendekatan sensus. Data yang digunakan adalah data sekunder. Alat analitis yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis). Hasil penelitian menunjukan bahwa Firm Size berhubungan positif dengan Likuiditas, Firm Size secara parsial berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan, Likuiditas secara parsial berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan, Firm Size dan Likuditas secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan. 1
Kata Kunci : Firm Size, Likuiditas dan Kinerja Perusahaan.
1. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan pembangunan melalui mekanisme pengumpulan dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor produktif. Dengan Berkembangnya pasar modal, maka alternatif investasi bagi para pemodal kini tidak lagi terbatas pada “aktiva reel” dan simpanan pada sektor perbankan melainkan menanamkan dananya di pasar modal, baik dalam bentuk saham, obligasi, sekuritas lainnya. Perkembangan pasar modal saat ini semakin pesat dan memiliki daya tarik para investor untuk menanamkan modalnya, dengan harapan akan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya pada masa yang akan datang. Dalam memeperoleh keuntungan yang besar, seorang investor harus melakukan analisis keuangan yang tepat berdasarkan perkembangan saat ini. Ekspektasi dari para investor terhadap investasinya adalah memperoleh return (tingkat pengembalian) sebesar-besarnya dengan resiko tertentu. Return tersebut dapat berupa capital gain ataupun deviden untuk investasi pada saham dan pendapatan bunga untuk investasi pada surat hutang. Return tersebut yang menjadi indicator untuk meningkatkan wealth para investor, termasuk di dalamnya para pemegang saham. Deviden merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham (Suharli, 2004). Investor akan sangat senang apabila mendapatkan return investasi yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor dan investor potensial memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar investasi mereka. Dalam berinvestasi investor sebaiknya tidak hanya melihat seberapa besar return yang dihasilkan oleh perusahaan tetapi mereka harus terlebih dahulu mengetahui konsep dasar dalam berinvestasi. Dengan memahami konsep dasar investasi investor akan mempunyai landasan berpijak dalam setiap pengambilan keputusan. Secara khusus Tandelilin (2001 : 24) mengemukakan bahwa dasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan resiko suatu investasi. Artinya bahwa semakin return suatu investasi membawa resiko yang tinggi juga. Di samping analisis rasio, investor dalam membuat keputusan investasi juga mempertimbangkan skala atau ukuran besar kecilnya perusahaan (size). Artinya mereka akan cenderung memilih perusahaan besar. Pemilihan ini didasari oleh anggapan bahwa perusahaan besar dianggap memiliki tingkat resiko yang lebih kecil. Menurut Lisa Lisnawati (1999), perusahaan besar lebih baik dalam memiliki akses ke pasar modal. Penelitian yang dilakukan oleh Hamid Usman (2006) menunjukkan bahwa perusahaan besar lebih akurat karena informasi yang dimiliki lebih banyak. Isu utama dalam penelitian ini adalah apakah ukuran perusahaan (firm size) dan likuiditas berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Terkait dengan pernyataan di atas kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang di buat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan ini dapat menggunakan rasio keuangan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kemempuan likuiditas dan ukuran perusahaan (firm size) dalam mempengaruhi kinerja perusahaan. Secara teoritis, analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan laporan keuangan. Ini berarti bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi 2
perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama menemukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja (performance) perusahaan pada masa mendatang. Analisis laporan keuangan dikatakan mempunyai kegunaan apabila dapat dipakai untuk memprediksi fenomena ekonomi. Pengguna dan pemanfaat laporan keuangan adalah pemegang saham, investor, manager, karyawan, pemasok dan kreditur, pelanggan, pemerintah dan pengguna lainnya. Antara pengguna laporan keuangan yang satu dan yang lainnya mempunyai kepentingan yang berbeda. Manajemen mempunyai kepentingan ganda dalam analisis laporan keuangan, yaitu menilai efisiensi dan profitabilitas operasi, serta menimbang seberapa efektif penggunaan sumber daya perusahaan. Pemegang saham akan menilai kinerja manajemen sebagai pihak yang diberi tanggung jawab untuk menjalankan dana pemegang saham. Investor memerlukan informasi keuangan untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasinya. Karyawan berkepentingan terhaap laporan keuangan agar perusahaan selalu berkembang dan menghasilkan laba, disamping itu untuk melihat rencana pensiun dimasa depan. Laporan keuangan di terbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Sehingga dapat diketahui bahwa laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi keuangan mengenai suatu perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan ini di harapkan akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan menjadi lebih penting karena memberikan input (informasi) yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Seperti disebutkan dalam keputusan di atas, banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, mulai dari investor atau calon investor sampai dengan manajemen itu sendiri. Untuk menganalisis laporan keuangan tersebut dapat dilakukan dengan menghitung (menganalisis) suatu perusahaan atau bisa disebut dengan analisis rasio keuangan. Makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktek bisnis pada kenyataannya bersifat subyektif tergantung kepada untuk apa suatu analisis dan dalam konteks apa analisis tersebut di aplikasikan. Dalam penelitian ini digunakan teori signaling untuk melihat pengaruh firm size terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan untuk melihat pengaruh rasio likuiditas terhadap kinerja perusahaan digunakan teori trade-off liquidity. Kinerja perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan Return On Asset (ROA). Adapun alasan penggunaan Return On Asset dalam penelitian ini karena ROA merupakan alat untuk mengukur profitablitas perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio rentabilitas yang ada. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (1995), Return on Asset (ROA) merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas seluruh sumberdaya keuangan yang ditanamkan pada perusahaan. Ratio ROA sering digunakan oleh top manajemen untuk mengevaluasi unit-unit usaha dalam perusahaan yang multidivisional. Selain itu, pada umumnya pengguna laporan keuangan menggunakan Return On Asset (ROA) untuk menilai keberhasilan suatu perusahaan, sehingga dalam penelitian ini digunakan untuk melihat kemampuan ukuran perusahaan (firm size) dan rasio likuiditas dalam mempengaruhi kinerja perusahaan. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas yang tinggi baik dari sudut pandang kreditur, tetapi dari sudut pandang pemegang saham (investor) kurang menguntungkan karena investor akan beranggapan bahwa aktiva lancar dari perusahaan tersebut tidak didayagunakan dengan efektif. Semakin tinggi likuiditas 3
perusahaan maka laba yang dihasilkan perusahaan akan semakin sedikit karena rasio lancar yang tinggi menunjukan adanya kelebihan aktiva yang kurang dimaksimalkan/diberdayakan terhadap profitabilitas perusahaan sehingga akan menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan akiva tetap. Menurut Tunggal (1995) jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Di lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tidak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan. Sehingga untuk mengetahui tingkat likuiditas serta seberapa besar modal kerja yang dialokasikan perusahaan untuk operasi perusahaan, dapat digunakan rasio lancar atau yang lebih dikenal dengan current ratio. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Akhtar et al, 2011) tentang manajemen resiko likuiditas pada perusahaan pertambangan. Penelitian tersebut meneliti beberapa variabel yang berpengaruh terhadap manajemen resiko likuiditas pada perusahaan pertambangan. variabel yang diteliti adalah Size of the firm, Networking capital, Return on Equity, Capital Adequacy dan Return On asset. Sedangkan sebagai variabel dependen adalah likuiditas. Hasil penelitian yang telah dilakukan Akhtar et al. (2011) menunjukkan bahwa variabel Size of the Firm memiliki hubungan positif tetapi tidak signifikaan. Ukuran perusahaan atau firm size adalah skala perusahaan yang dilihat dari total aktiva perusahaan pada akhir tahun. Perusahaan yang besar pada umumnya lebih dikenal oleh masyarakat sehingga informasi mengenai prospek perusahaan lebih besar lebih mudah diperoleh investor daripada perusahaan kecil. Tingkat ketidakpastian yang akan di hadapi leh calon investor mngenai masa depan emiten dapat diperkecil apabila informasi yang di perolehnya banyak. Berdasarkan aspek informasi tenteng perusahaan yang memadai, akan memberikan akses investasi yang lebih luas. Sehingga semakin besar ukuran perusahaan akan meningakatkan pengaruh laba (sebagai informasi positif perusahaan). Sehingga semakin besar ukuran perusahaan maka kesempatan untuk memperoleh laba juga akan semakin meningkat seiring dengan kemudahan dalam memperoleh dana untuk usaha. Namun demikian penilaian investor tentang kemampuan perusahaan bersekala besar menghasilkan return dibandingkan perusahaan bersekala kecil masih kotroversi, terbukti dari beberapa penelitian masih menemukan adanya anomali bahwa perusahaan kecil justru menghasilkan return yang lebih tinggi daripada perusahaan besar. 2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana firm size, likuiditas, dan kinerja perusahaan manufaktur sektor farmasi yang terdaftar di BEI. 2. Bagaimana hubungan firm size dengan likuiditas pada perusahaan manufaktur sektor farmasi yang terdaftar di BEI. 4
3. Bagaimana firm size secara parsial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan manufaktur sektor farmasi yang terdaftar di BEI. 4. Bagaimana likuiditas berpengaruh secara parsial terhadap kinerja perusahaan manufaktur sektor farmasi yang terdaftar di BEI. 5. Bagaimana firm size dan likuiditas berpengaruh secara simultan terhadap kinerja perusahaan manufaktur sektor farmasi yang terdaftar di BEI. 3. Tinjauan Pustaka 3.1. Firm Size Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan (Machfoedz dalam Suwito dan Herawaty, 2005). Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar atau kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Saidi, 2004). Firm size adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain total penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan total aktiva. Pada umumnya perusahaan besar yang memiliki total aktiva yang besar mampu menghasilkan laba yang besar (Widjadja, 2009). Ada tiga teori yang secara implisit menjelaskan hubungan antara firm size dan tingkat keuntungan (Kusuma, 2005), antara lain : 1. Teori teknologi: yang menekankan pada modal fisik, economies of scale, dan lingkup sebagai faktor - faktor yang menentukan besarnya ukuran perusahaan yang optimal serta pengaruhnya terhadap profitabilitas. 2. Teori organisasi: menjelaskan hubungan profitabilitas dengan firm size yang dikaitkan dengan biaya transaksi organisasi, didalamnya terdapat teori critical resources. 3. Teori institusional: mengkaitkan firm size dengan faktor-faktor seperti perundang-undangan, peraturan anti - trust, perlindungan paten, ukuran pasar dan perkembangan pasar keuangan. Besar kecilnya ukuran perusahaan secara langsung akan mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi maupun investasi perusahaan. Pada umumnya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan perusahaan tersebut. Kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan tersebut secara langsung akan mempengaruhi kondisi likuiditas perusahaan (Aldyanti: 2006). 3.2. Likuiditas Menurut Artin Shitawati (2006:14) menyatakan bahwa “Kinerja keuangan adalah hasil yang dicapai oleh suatu perusahaan dengan mengelola sumber daya yang ada dalam perusahaan seara efektif dan efisien guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen”.Penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan penilaian tersebut dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan perusahaan selama perode waktu tertentu.Semakin baik kinerja keuangan perusahaan maka perusahaan bisa dikatakan semakin berhasil (Atmaja, 1999). Menurut Sutrisno (2001:247) mengemukakan bahwa : “Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus di bayar”. Menurut Munawir (2004:31) mengemukakan bahwa : “Likuiditas adalah menunjukkan 5
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih”.
Sedangkan Bambang Riyanto (2001:25) menyatakan bahwa : “Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar”. Menurut Sutrisno (2001:247) ukuran likuiditas terdiri dari empat alat ukur yaitu : 1. Current rasio (CR) Current rasio merupakan rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka panjang. Aktiva lancar disini meliputi ; kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan hutang jangka pendek meluputi ; hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus di bayar. Current rasio
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
2. Quick ratio(QR) Quick ratio merupakan rasio antara aktiva lancar setelah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar. Quick ratio
Aktiva Lancar - Persediaan Hutang Lancar
3. Cash ratio Cash ratio adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas adalah efek atau surat berharga. Cash ratio
Kas Efek Hutang Lancar
4. Working capital to total assets Rasio working capital to total assets dapat dihitung dengan membandingkan antara harga lancar dan hutang lancar dengan jumlah harta. Working capital to total assets
Harta Lancar - Hutang Lancar Jumlah Harta
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas adalah current ratio yaitu rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka panjang. Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa menghadapi kesulitan. Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk didalamnya kewajiban membayar dividen kas yang terutang). Unsur-unsur 6
yang mempengaruhi nilai current ratio adalah aktiva lancar dan utang jangka pendek. Dalam hal ini aktiva lancar terdiri dari uang kas dan juga surat-surat berharga antara lain surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar uang dan pasar modal. Di lain pihak utang jangka pendek dapat berupa utang pada pihak ketiga (bank atau kreditur lainnya). Menurut Agnes Sawir (2005: 52), “semakin tinggi rasio lancar, kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek juga semakin besar”.
3.3. Kinerja Perusahaan Payaman Simanjuntak (2005) mengemukakan kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut. Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang dite-tapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Kata penilaian sering diartikan dengan kata assessment. Sedangkan kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Dengan demikian penilaian kinerja perusahaan (Companies performance assessment) mengandung makna suatu proses atau sistem penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan (organisasi) berdasarkan standar tertentu (Kaplan dan Norton, 1996; Lingle dan Schiemann, 1996; Brandon & Drtina, 1997). Kinerja perusahaan adalah keampuan sebuah perusahaan mengelola sumberdaya yang ada sehingga dapat memberikan nilai kepada perusahaan tingkat efisiensi dan produktifitas perusahaan tersebut. Disamping itu juga penilaian kinerja perusahaan bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana perkembangan suatu perusahaan. Berdasarkan beberapa pendapat tentang kinerja dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja maupun prestasi kerja mengandung substansi pencapaian hasil kerja. Salah satu data untuk melakukan penilaian kinerja perusahaan adalah laporan keuangan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan dapat menggunakan nilai buku yaitu berdasarkan rasio-rasio laporan keuangan contohnya Return on Asset, Return on Equity. Sedangkan metode lainnya berdasarkan konsep economic profit yang di populerkan perusahaan konsultan, Stern Stewart dengan indikatornya yaitu EVA. Dan dalam penelitian ini penilaian kinerja perusahaan menggunakan Return on Asset (ROA) Return On Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada (Ang, 1997). Return On Asset (ROA) diperoleh dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva (James Van Horne dan John M. Wachowicz, 2009) Retutn On Asset (ROA)
Laba bersih setelah pajak Total Aktiva
Menurut James Van Home dan John M. Wachowicz (2009) bahwa net profit margin maupun rasio perputaran aktiva tidak dapat memberikan pengukuran yang memadai atas keseluruhan efektifitas perusahaan. Net profit margin tidak memperhitungkan penggunaan aktiva, sedangkan rasio perputaran aktiva tidak memperhitungkan profitabilitas dalam penjualan. ROA dapat mengatasi kedua kelemahan tersebut. Peningkatan dalam daya untuk menghasilkan laba perusahaan akan terjadi jika terjadi peningkatan dalam perputaran aktiva, peningkatan dalam net profit margin, atau keduanya. 7
4. Kerangka Pemikiran Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan di tafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatianatau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan. Laporan kuangan yang di hasilkan oleh perusahaan merupakan salah satu informasi yang dapat digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan adalah pengukuran prestasi perusahaan yang di timbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisieni, dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan. Laba merupakan salah satu indikator kinerja oprasional dari suatu perusahaan. ` dengan menggunakan modal tetap perusahaan tanpa adanya utang. Hal ini di tunjukan melalui besar kecilnyalaba oprasional bersih setelah pajak / NOPAT (Net Operating Profit After Tax) yang diproleh perusahaan (Sofyan Safri, 2009). Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan dengan hasil kerja. Hawkins (The Oxford Paperback Dictionary, 1979). Kinerja perusahaan merupakan hasil dari suatu proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Untuk menilai kinerja suatu perusahaan dapat menggunakan ukuran perusahaan dan rasio keuangan. Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Saidi, 2004). Menurut Ferry dan Jones (dalam Sujianto, 2001), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata–rata total aktiva, indikator uji Total Asset. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Ada tiga teori yang secara implisit menjelaskan hubungan antara firm size dan tingkat keuntungan (Kusuma, 2005), antara lain: 1) Teori teknologi: yang menekankan pada modal fisik, economies of scale, dan lingkup sebagai faktor - faktor yang menentukan besarnya ukuran perusahaan yang optimal serta pengaruhnya terhadap profitabilitas; 2) Teori organisasi: menjelaskan hubungan profitabilitas dengan firm size yang dikaitkan dengan biaya transaksi organisasi, didalamnya terdapat teori critical resources; 3)Teori institusional: mengkaitkan firm size dengan faktor-faktor seperti perundang-undangan, peraturan anti - trust, perlindungan paten, ukuran pasar dan perkembangan pasar keuangan. Besar kecilnya ukuran perusahaan secara langsung akan mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi maupun investasi perusahaan. Pada umumnya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan perusahaan tersebut. Kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan tersebut secara langsung akan mempengaruhi kondisi likuiditas perusahaan (Aldyanti: 2006). Variabel SIZE menggambarkan ukuran perusahaan dilihat dari aset yang dimiliki, sehingga semakin besar aset yang dimiliki maka semakin besar modal yang dapat dipenuhi (Ssenyonga and Prabowo,2006). Hasil ini relevan dengan penelitian Cebenoyan et.al (1999), Pasiouras et al. (2006) dan hasil penelitian Ssenyonga and Prabowo (2006), menunjukkan bahwa ukuran bank yang dilihat dari besarnya aset memiliki hubungan positif terhadap modal bank. Aset yang lebih besar akan mendorong likuiditas bank sehingga dapat meningkatkan modal mereka lebih besar juga. 8
Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Pada umumnya perusahaan besar yang memiliki total aktiva yang besar mampu menghasilkan laba yang besar (Widjadja, 2009). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan maka semakin bagus kinerja perusahaan. Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih (Munawir, 2004:31). Salah satu jenis rasio untuk mengukur likuiditas adalah current ratio yaitu rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancarnya. (Sutrisno, 2001:247). Agnes Sawir (2005:52) menjelaskan bahwa semakin tinggi rasio lancar, maka kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek juga semakin besar. Untuk mendapatkan hasil investasi yang maksimal, umumnya investor menyertakan pertimbangan likuiditas perusahaan dalam pengambilan keputusan investasinya. Hal itu menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik menunjukkan perusahaan memiliki performance dan profitabilitas yang baik pula sehingga layak untuk dijadikan tempat berinvestasi. Dengan demikian semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka pendeknya, maka menunjukkan perusahaan tersebut sangat baik atau sehat dan hal itu akan menarik para investor untuk menanamkan investasinya, sehingga kinerja perusahaan akan meningkat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Akhtar et al, 2011) tentang manajemen resiko likuiditas pada perusahaan pertambangan. Penelitian tersebut meneliti beberapa variabel yang berpengaruh terhadap manajemen resiko likuiditas pada perusahaan pertambangan. variabel yang diteliti adalah Size of the firm, Networking capital, Return on Equity, Capital Adequacy dan Return On asset. Sedangkan sebagai variabel dependen adalah likuiditas. Hasil penelitian yang telah dilakukan Akhtar et al. (2011) menunjukkan bahwa variabel Size of the Firm memiliki hubungan positif tetapi tidak signifikaan terhadap variable likuiditas pada perusahaan pertambangan. Penelitian Ahmed et al. (2011) dan Iqbal (2012) memperoleh hasil bahwa Bank’s Size berhubungan positif dan signifikan terhadap likuiditas. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai oleh perusahaan maka dilakukan pengukuran kinerja. Ukuran kinerja yang umum digunakan yaitu ukuran kinerja keuangan. Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik yang memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan (Purnomo, 1998). Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan digunakan rasio-rasio keuangan. Berbagai rasio dapat digunakan, tetapi dalam penelitian ini digunakan rasio keuangan yang mencerminkan efisiensi perusahaan terhadap total aktiva yaitu ROA (Return on Asset). Menurut Mardiyanto (2009:196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Sedangkan menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196). ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan akiva. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih yang selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196) angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%. Dengan adanya peningkatan kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dalam salah satu rasio keuangan yaitu ROA diharapkan akan menjadi peningkatan daya tarik para investor, 9
karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Kinerja keuangan diproksikan dalam ROA. Alasan dipilihnya ROA sebagai indikator dalam kinerja keuangan perusahaan karena ROA memberikan gambaran umum yang signifikan terhadap tingkat pengembalian aktiva seluruh perusahaan.Ini berarti, melalui pengukuran ROA tersebut investor dapat memperoleh gambaran secara jelas tentang tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukannya pada perusahaan tersebut.ROA dalam penelitian ini dihitung menurut menurut Sawir (2005 : 18) dengan rumus: 𝑁𝑒𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑅𝑂𝐴 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
6. Metode Penelitian 6.1. Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan sensus. Dimana menurut Mohammad Nasir (2005:54) yang dimaksud dengan Metode Deskriptif Analisis adalah “Suatu metode yang meneliti status kelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti.” Sedangkan yang dimaksud dengan Sensus menurut Suprapto (2004:61) adalah ”Cara pengumpulan data seluruh elemen populasi diteliti satu persatu, hasilnya merupakan data sebenarnya yang disebut parameter”. 6.2. Operasional Variabel a. Variabel Independen (X) Variabel Independen adalah suatu variabel bebas dimana keberadaannya tidak dipengaruhi variabelvariabel lain. Bahkan variabel independen merupakan variabel yang keberadaannya menjadi faktor penyebab yang dapat mempengaruhi variabel lain. Dalam hal iniyang menjadi variabel independennya adalah : a) Firm Size (X1), dimana indikatornya Total Asset/Total Aktiva. b) Likuiditas (X2), dimana indikatornya adalah Current Ratio. b. Variabel Dependen (Y) Adalah variabel yang di prediksikan oleh satu atau beberapa variabel yang lain dalam model. Variabel dependen juga di pengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas, dalam hal ini variabel independen. Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel dependen adalah kinerja perusahaan (Y). dimana indikatornya adalah ROA (Return On Assets). Secara rinci operasionalisasi variabel yang dimaksud dapat dilihat pada tabel secara berikut :
10
Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel No 1
Variabel Firm Size (X1)
Definisi variable Firm size adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain total penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan total aktiva. Pada umumnya perusahaan besar yang memiliki total aktiva yang besar mampu menghasilkan laba yang besar (Widjadja, 2009).
Indikator Total aktiva
Ukuran Persen
2
Likuiditas (X2)
Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera di penuhi (Munawir, 2002:31)
Aktiva lancar dibagi hutang lancar
Persen
Rasio
3
Kinerja Perusahaan (Y)
Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan dengan hasil kerja. Hawkins (The Oxford Paperback Dictionary, 1979)
Return on asset (ROA)
Persen
Rasio
6.3. Paradigma Penelitian
X1
ρYX1 Y
rX2X1
X2
ρYɛ 1
ρYX2 ε1
Gambar 6.1 Paradigma Penelitian X1 = Firm Size X2 = Likuiditas Y = Kinerja Perusahaan ε1 = Faktor lain yang tidak diteliti rX2X1 = Koefisien jalur korelasi X1dengan variabel X2 ρYX1 = Koefisien jalur variabel X1 terhadap variabel Y ρYX2 = Koefisien jalur variabel X2 terhadap variabel Y 11
Skala Rasio
Uji Hipotesis 1. Penetapan Hipotesis Operasional Ho1, X2X1 = 0 : Firm size tidak berhubungan dengan likuiditas Ha1, X2X1 0
:
Firm size berhubungan dengan likuiditas.
Ho2, YX1 = 0
:
Firm Size secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Kinerja Perusahaan.
Ha2, YX1 0
:
Firm Size secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Perusahaan.
Ho3, YX2 = 0
:
Likuiditas secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Kinerja Perusahaan.
Ha3, YX2 0
:
Likuiditas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Perusahaan.
Ho4, YX1 = YX2 = 0
:
Firm Size dan Likiditas secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap Kinerja Perusahaan.
Ha4, YX1 = YX2 0
:
Firm Size dan Likiditas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Perusahaan.
2. Penetapan tingkat signifikansi Taraf signifikansi () ditetapkan sebesar 5%, ini berarti kemungkinan kebenaran hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95%, atau toleransi kemelesetan 5%. Taraf signifikansi ini adalah tingkat yang umum digunakan dalam penelitian sosial karena dianggap cukup ketat untuk mewakili hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. 3. Uji Signifikansi Untuk menguji signifikansi dilakukan dua pengujian yaitu : a. Secara parsial menggunakan uji T b. Secara simultan menggunakan uji F 4. Kaidah keputusan Kaidah keputusan yang digunakan adalah : a. Tolak H0 jika -t < -t½ df (n-2) atau t > t ½ df(n-2) Terima H0 jika - t ½ df (n-2) ≤ t ≤ t ½ df(n-2) Atau Tolak H0 jika -t <-t½ df (n-k-1) atau t > t ½ df(n-k-1) Terima H0 jika - t ½ df (n-k-1) ≤ t ≤ t ½ df(n-k-1) b. Tolak H0 jika F hitung > F tabel dan terima H0 jika F hitung ≤ F tabel
5. Penarikan Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diatas, penulis akan melakukan analisa secara kuantitatif. Dari hasil tersebut akan ditarik kesimpulan, apakah hipotesis yang telah ditetapkan itu diterima atau ditolak. 12
7. Pembahasan 7.1.
Hasil Penelitian
Data mengenai firm zise, likuiditas dan kineja perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia di peroleh dari Pojok Bursa Tasikmalaya, data hasil penelitian yang digunakan akan adalah data keuangan pada periode 28 Desember 2013. Jumlah populasi dalam penelitian ini terdiri dari 8 perusahaan yang termasuk pada perusahaan manufaktur sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, adapun daftar perusahaannya penulis sajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Daftar Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
No
Kode Saham
Nama Perusahaan
1
DVLA
Darya Varia Laboratoria Tbk
2
INAF
Indofarma Tbk
3
KAEF
Kimia Farma Tbk
4
KLBF
Kalbe Farma Tbk
5
MERK
Merck Tbk
6
PYFA
Pyridam Farma Tbk
7
SCPI
Schering Plough Indonesia Tbk
8
TSPC
Tempo Scan Pasific Tbk
7.1.1. Firm Size Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia Penilaian firm size dalam penelitian ini menggunakan total aktiva. Data yang digunakan periode akhir Desember 2013, adapun total aktiva atau total asset pada perusahaan manufaktur sektor farmasi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia penulis sajikan dalam Tabel 4.1. No
Kode Perusahaan
Total Aktiva
1
DVLA
1.073.353,00
2
INAF
1.188.619,00 13
3
KAEF
2.080.558,00
4
KLBF
8.745.245,00
5
MERK
569.431,00
6
PYFA
131.065,00
7
SCPI
439.139,00
8
TSPC
4.514.891,00
Sumber : Neraca 2013 (Billion Rupiah) Pojok Bursa Tasikmalaya Tabel 4.1 menunjukkan perusahaan yang memiliki total aktiva terbesar adalah Kalbe Farma Tbk (KLBF) yaitu sebesar Rp. 8.745.245,00 sedangkan total aktiva terkecil adalah Rp. 131.065,00 yaitu pada Prydam Farma Tbk (PYFA). Dari hasil seluruh total aktiva diketahui tingkat total aktiva rata-rata pada perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar Rp.1.249.632,00. 7.1.2. Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia Penilaian likuiditas dalam penelitian ini menggunakan current ratio yaitu membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Data yang digunakan periode akhir Desember 2013, adapun aktiva lancar dan hutang lancar pada perusahaan manufaktur sektor farmasi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia beserta hasil perhitungan current ratio penulis sajikan dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2 Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2013 No
Kode Perusahaan
1
DVLA
2
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
CR
830.631,00
198.106,00
4,06
INAF
777.629,00
369.864,00
2,10
3
KAEF
1.506.614,00
533.306,00
2,82
4
KLBF
5.914.266,00
1.738.284,00
3,40
5
MERK
463.883,00
119.828,00
3,87
6
PYFA
71.715,00
22.709,00
3,15
7
SCPI
301.648,00
105.644,00
2,94
14
8
TSPC
3.347.912,00
1.046.225,00
3,20
Sumber : Neraca 2013 (Billion Rupiah) Pojok Bursa Tasikmalaya Tabel 4.2 menunjukkan perusahaan yang memiliki aktiva lancar terbesar adalah Kalbe Farma Tbk (KLBF) yaitu sebesar Rp. 5.914.226,00 dan juga memiliki hutang lancar terbesar yaitu Rp. 1.738.284,00 sedangkan aktiva lancar terkecil adalah Rp. 71.715,00 yaitu pada Prydam Farma Tbk (PYFA). Dari hasil perbandingan aktiva lancar dan hutang lancar diketahui tingkat likuiditas rata-rata tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar 3,20, dimana perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas paling tinggi adalah Darya Varia Labolatoria Tbk (DVLA) dengan tingkat likuiditas sebesar 4,06, sedangkan tingkat likuiditas terkecil adalah 2,10 yaitu pada Indofarma Tbk (INAF). 7.1.3. Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia Penilaian kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan Return On Assets yaitu membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Data yang digunakan periode akhir Desember 2013, adapun Return On Assets pada perusahaan manufaktur sektor farmasi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia penulis sajikan dalam Tabel 4.3. No
Kode Perusahaan
Return On Assets
1
DVLA
139.000,00
2
INAF
51.900,00
3
KAEF
130.600,00
4
KLBF
189.500,00
5
MERK
256.200,00
6
PYFA
40.900,00
7
SCPI
-46.100,00
8
TSPC
149.800,00
Sumber : Neraca 2013 (Billion Rupiah) Pojok Bursa Tasikmalaya
Tabel 4.3 menunjukkan perusahaan yang memiliki return on assets terbesar adalah Merck Tbk (MERK) yaitu sebesar Rp. 256.500,00 atau 25,65% sedangkan return on assets terkecil adalah Rp. -46.100,00 atau -4,61% yaitu pada Schering Plough Indonesia Tbk 15
(SCPI). Dari hasil seluruh return on assets diketahui tingkat return on assets rata-rata pada perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar Rp.107.487,5. 7.2. Pembahasan 7.2.1. Hubungan Firm Size dengan Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia
Hubungan firm size dengan likuiditas berdasarkan analisis jalur/path analysis diperoleh nilai r sebesar 0,075 yang berdasarkan pedoman interpretasi (Tabel 3.3) termasuk pada kategori sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian dimana nilai r sebesar 0,075 atau 7,5% artinya firm size mempunyai hubungan dengan likuiditas sebesar 7,5%. dengan demikian firm size berhubungan positif dengan likuiditas artinya bahwa ketika firm size meningkat maka likuiditas juga akan meningkat. 7.2.2.Pengaruh Firm Size Secara Parsial terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia
Pengaruh firm size secara parsial terhadap kinerja perusahaan berdasarkan analisis jalur/path analysis diperoleh nilai koefisien beta sebesar 0,373 yang berdasarkan pedoman interpretasi termasuk pada kategori sedang, dengan koefisien determinasi 0,13913 atau 13,91%. dengan demikian firm size secara parsial berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dengan kategori hubungan sedang, dan hal itu juga dapat diartikan bahwa tingkat firm size perusahaan memberikan daya tarik bagi investor pada perusahaan manufaktur sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh firm size secara parsial terhadap kinerja perusahaan, dapat dilihat dari nilai uji t (lampiran 1), berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh nilai thitung sebesar 1,176 lebih kecil dari ttabel sebesar 1,943. dengan nilai probabilitas (Sig.) sebesar 0,293 yang lebih besar dari = 0,05, artinya secara parsial firm size berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan yaitu “Likuiditas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia” tidak teruji. Dengan demikian dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa firm size berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, walaupun tidak berpengaruh signifikan. 7.2.2. Pengaruh Likuiditas Secara Parsial Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Pengaruh likuiditas secara parsial terhadap kinerja perusahaan berdasarkan analisis jalur/path analysis diperoleh nilai koefisien beta sebesar 0,572 yang berdasarkan pedoman interpretasi termasuk pada kategori sedang,dengan koefisien determinasi 0,32718 atau 32,718%. dengan demikian likuiditas secara parsial berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dengan kategori hubungan sedang, dan hal itu juga dapat diartikan bahwa tingkat likuiditas perusahaan memberikan daya tarik bagi investor pada perusahaan manufaktur sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh likuiditas secara parsial terhadap kinerja perusahaan, dapat dilihat dari nilai uji t (lampiran 1), berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh 16
nilai thitung sebesar 1,803 lebih kecil dari ttabel sebesar 1,943. dengan nilai probabilitas (Sig.) sebesar 0,131 yang lebih kecil dari = 0,05, artinya secara parsial likuiditas berpengaruh tidak signifikan terhadap harga kinerja perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan yaitu “Likuiditas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia” tidak teruji. Dengan demikian dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, walaupun tidak berpengaruh signifikan tetapi masih memiliki pengaruh dengan kategori rendah. 7.2.3. Pengaruh Firm Size dan Likuiditas Secara Simultan Terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS versi 19 mengenai hubungan firm size, likuiditas terhadap kinerja perusahaan diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,706 (Lampiran 1), berdasarkan pedoman interpretasi koefisien korelasi nilai 0,706 termasuk kategori kuat, hal itu menunjukkan bahwa antara firm size, likuiditas terhadap kinerja perusahaan memiliki hubungan positif yaitu sebesar 70,6% dengan kriteria hubungan kuat. Dari hasil analisis berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel X1 (Firm Size) terhadap variabel Y (Kinerja Perusahaan) adalah sebesar 0,373. Dengan demikian pengaruh langsung variabel X1 terhadap Y adalah sebesar 0,139 yang artinya pengaruh langsung firm size terhadap kinerja keuangan sebesar 13,9%. Koefisien jalur variabel X2 (likuiditas) terhadap variabel Y (kinerja perusahaan) adalah sebesar 0,572 Dengan demikian pengaruh langsung X2 terhadap Y adalah sebesar 0,327 yang artinya bahwa pengaruh langsung firm size terhadap kinerja perusahaan sebesar 32,7%. Koefisien jalur variabel X1(firm size) dengan variabel X2 (likuiditas) adalah sebesar 0,075.Total pengaruh X1 dan X2 terhadap Y yang merupakan pengaruh simultan antara variabel X1, X2, terhadap Y adalah sebesar 0,499 atau sebesar 49,9%. Sedangkan faktor residu atau faktor lain yang mempengaruhi kinerja perusahaan yang tidak masuk dalam variabel penelitian adalah sebesar 0,501 atau sebesar 50,1%. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dan pengujian hipotesis mengenai pengaruh secara simultan antara firm size dan likuiditas terhadap kinerja perusahaan, dapat dilihat dari nilai uji F (lampiran 1), berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh nilai F hitung sebesar 2,488 dengan nilai probabilitas (Sig.) sebesar 0,178 yang lebih besar dari = 0,05, artinya firm size dan likuiditas secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan yaitu “Firm Size dan Likiditas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia” tidak terbukti atau tidak dapat diterima kebenarannya. 8
Simpulan dan Saran
8.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perusahaan pada sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia yang memiliki firm size atau ukuran perusahaan paling besar berdasarkan total assets adalah perusahaan dengan kinerja keuangan paling besar adalah Kalbe Farma Tbk (KLBF), perusahaan dengan tingkat likuiditas paling besar adalah Darya Varia Labolatoria Tbk (DVLA), dan perusahaan yang memiliki return on assets paling besar adalah Merck Tbk (MERK) 17
2. 3. 4. 5.
Firm size berhubungan positif dengan likuiditas Firm size secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan Likuiditas secara persial berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan Secara simultan firm size dan likuiditas berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan.
8.2 Saran 1.Bagi Penelitian Selanjutnya Sebelum investor mengambil keputusan menanamkan investasi pada suatu perusahaan, maka perlu melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan. Pada umumnya perusahaan yang besar memiliki total aktiva yang besar dan mampu menghasilkan laba yang besar pula tetapi dalam berinvestasi, investor sebaiknya tidak hanya melihat besar kecilnya suatu perusahaan karena besar atau kecilnya perusahaan belum tentu memberikan return atau laba yang besar juga, karena sesuai hasil penelitian pada perusahaan manufaktur sektor farmasi menunjukan bahwa firm size atau ukuran perusahaan berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan, begitu juga dengan likuiditas menunjukan hasil yang sama bahwa likuiditas berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap kineja perusahaan. Secara khusus Tandelilin (2001 : 24) mengemukakan bahwa dasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan resiko suatu investasi. 2.Bagi Penelitian Selanjutnya Pada penelitian ini pengukuran kinerja perusahaan hanya di analisis berdasarkan pengaruh firm size dan likuiditas. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan lebih banyak lagi rasio guna untuk melihat seberapa besar pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Bagi peneliti yang ingin mengkaji kembali firm size, likuiditas dan kinerja perusahaan lebih mendalam agar dapat menambah objek yang ditelitinya dan memperhatikan jenis perusahaannya sehingga hasilnya akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Agnes Sawir. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum. Ang. Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal. Jakarta : Salemba Empat Bambang Riyanto. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi IV. Yogyakarta : BPFE UGM. Brigham, Eugne F dan Houston, Joel F.2006. Dasar-Dasar manajemen Keuangan, Terjemahan, Jakarta : Salemba Empat. Denawijaya, Lukman. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan. Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Devisa, Andra. 2012. Analisis Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap Laba Operasional Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar Di Bursa Efek Indoneisa (BEI). Universitas Siliwangi. Harahap, Sofyan Safri. 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. 18
Jakarta:
PT
RajaGrafindo Persada. Ima. 2007. Analisis Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, dan Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada industry barang konsumsi yang sudah go public di Bursa Efek Indoesia periode tahun 2002-2005. Universitas Diponegoro Semarang. Kurnia, Indra dan Wisnu Mawardi. 2012. Analisis Pengaruh Bopo, Ear, Lar Dan Firm Size Terhadap Kinerja Keuangan Studi kasus pada bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2011. Universitas Diponegoro Semarang. Margaretha, Farah. 2007. Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa, Jakarta: PT. Gramedi Widiasarana Indonesia. Mar’ati, Fudji Sri dan Ashari Purnomo. 2011. Pengaruh Profitabilitas Dan Firm Size Terhadap Financial Structure Perusahaan Yang Tergabung Dalam Indeks Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Fakultas Ekonomi STIE AMA Salatiga. Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty Nazir, Mohamad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi,. Edisi ke-3, Yogyakarta : B PFE. Sutrisno. 2005. Manajemen keuangan. Yogyakarta: EKONISIA.
19