ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013
UJI TOKSISITAS DAN PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH DARI METABOLIT SEKUNDER FRAKSI n-HEKSAN, ETIL ASETAT DAN METANOL-AIR DAUN SISIK NAGA (Drymoglossum piloselloides [Linn.] Pr.)
+
,-
.
! / 0 1
"#$%&' 1
(# $)" *$#%
ABSTRACT Phytochemical, toxicity test had been done that used Brine shrimp (Brine shrimp lethality test) and antioxidant activity test using methanol extract from sisik naga leaf (Drymoglossum piloselloides (Linn). Pr) fraction that taken from Kutai Kartanegara, East Kalimantan. Sisik naga leaf was extracted by methanol and then concentrated using rotary evaporator. Then that crude extract was fractioned by nhexane, ethyl acetate and methanol-water. Based on phytochemical test of the sisik naga leaf show that crude methanol extract, n-hexane fraction and ethyl acetate fraction was contain alkaloid, flavonoid and steroid at methanol-water fraction was contain alkaloid and phenol. Brine shrimp lethality test show that lethality level of Artemia Salina (L) that used Probit SAS Analyze to determine value of Lethal Concentration 50% (LC50). The test showed that the most active was crude n-Hexane extract with LC50 value of 0,0910 ppm. Antioxidant activity test of extracts from crudge methanol and some variations fractioned using DPPH radical reduction (2,2 '-diphenyl-1-picrylhydrazil) using Spectrophotometer. The test showed that the most active and recommended to used as antioxidant is methanol-water fraction with IC50 values is at 74.51 ppm and LC50 values is at 87749.9219 ppm. Keywords : sisik naga (Drymoglossum piloselloides (Linn). Pr), phytochemical test, antioxidant activity test and LC50.
PENDAHULUAN Semakin pesat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknogi serta perubahan pola hidup masyarakat berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif. Dalam pola hidup masyarakat modern saat ini menimbulkan dampak bagi kesehatan masyarakat yang dapat disebabkan dari faktor endogen yang berasal dari dalam tubuh manusia dan juga faktor eksogen atau lingkungan sekitar (Sibuea, 2004). Saat ini dunia kedokteran dan kesehatan telah banyak membahas tentang radikal bebas (free radical) dan antioksidan. Hal ini dilakukan karena sebagian besar penyakit degeneratif diawali oleh reaksi oksidasi yang berlebih di dalam tubuh. Reaksi ini memicu terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif, yang dapat merusak struktur serta fungsi sel. Namun, reaktivitas radikal bebas tersebut dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang melengkapi sistem kekebalan tubuh (Winarsih, 2007). Tumbuhan Drymoglossum piloselloides memiliki kandungan kimia berupa triterpen, fenol, flavonooid, tanin dan gula yang berkhasiat sebagai anti radang dan reumatik. Selain itu tanaman ini berkhasiat sebagai obat gondongan (parotitis), sakit kuning, disentri, batuk (antitusif), penghentian pendarahan (hemostatis), keputihan dan kanker payudara (Dalimartha, 2008). Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suwarni (2009), menunjukkan bahwa ekstrak aseton daun sisik naga mempunyai aktivitas sitotoksik terhadap sel SiHa dengan LC50 sebesar 137,088 g/mL. Fatimah (2009) melakukan penelitian yaitu Uji Aktivitas Anti Tuberkulosis Ekstrak Daun Drymoglossum piloselloides L. dibandingkan dengan Rifampisin dan Etambutol Terhadap Bakteri Mycobacterium tuberculosis, hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol mempunyai aktivitas hambatan yang sangat baik terhadap pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis dimana adanya efek pada konsentrasi 50 mg/mL. Oleh karena itu penelitian terhadap daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides [Linn].Pr) ini perlu dilakukan uji lebih lanjut sehingga dapat diketahui apakah kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman ini dapat dijadikan sebagai antioksidan alami yang bermanfaat bagi manusia.
METODE PENELITIAN Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rotary evaporator, beaker gelas, Erlenmeyer, gelas ukur, corong, corong pisah, neraca analitik, tabung reaksi, pipet volum, pipet tetes, mikropipet ukuran 100-1000 µL, labu
52
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013 ukur, batang pengaduk, kertas saring, aluminium foil, lampu TL, hot plate, shaker, freezer dan Spektrofotometer UVVis.
Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides), metanol, n-heksan, etil asetat, dietil eter, H2SO4 2 M, asam asetat glasial, Bi(NO3)3.5H2O, HgCl2, HNO3 pekat, KI, FeCl3, HCl, serbuk Mg, aquadest, air laut, DMSO, DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl) dan Vitamin C.
Prosedur Penelitian Ekstraksi Sampel yang telah dikeringkan dan dihaluskan diekstraksi dengan metode maserasi yaitu dengan cara perendaman sampel dengan pelarut metanol pada suhu ruang. Filtrat yang diperoleh kemudian disaring dengan menggunakan corong kaca dan kertas saring serta pompa vakum untuk memisahkan ekstrak dari bahan tumbuhan. Hasil ekstraksi kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator sampai didapatkan ekstrak yang lebih kental. Ekstrak kental disebut ekstrak kasar metanol. Fraksinasi Ekstrak kasar metanol difraksinasi berdasarkan perbedaan kepolaran pelarut-pelarut organik. Caranya yait, ekstrak kasar metanol yang telah bebas metanol ditambahkan campuran metanol dan h-heksan dengan perbandingan 2:1(v/v). Fraksinasi dilakukan dengan corong pisah hingga diperoleh 2 fraksi yaitu fraksi metanol dan fraksi n-heksan. Selanjutnya fraksi metanol difraksinasi dengan campuran etil asetat:metanol:air. Dari fraksi kedua ini diperoleh 2 fraksi, yaitu fraksi etil asetat dan metanol-air. Semua hasil fraksinasi dipekatkan dengan rotary evaporator. Hingga diperoleh sampel dengan fraksi n-heksan, etil asetat dan metanol-air.
Uji Fitokimia Uji Alkaloid Sampel ditambahkan 10 mL kloroform-amoniak kemudian disaring. Filtrat ditambahkan beberapa tetes H2SO4 2 M dan dikocok hingga terpisah dua lapisan. Lapisan asam ditambahkan pereaksi Meyer’s dan atau pereaksi Dragendroff. Adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih dengan pereaksi Meyer’s dan endapan jingga sampai merah coklat dengan pereaksi Dragendroff (Darwis, 2000). Uji Saponin Sampel ditambahkan 10 mL air panas lalu dikocok bila terbentuk buih dengan ketinggian 1-3 cm yang bertahan selama 5 menit, kemudian ditambah 1 mL HCl 2 N, bila buih masih terlihat uji positif mengandung saponin (Kadarisman, 2000). Uji Steroid dan Triterpenoid Sampel ditambahkan beberapa tetes pereaksi Libermann Burchard. Lalu dikocok perlahan dan dibiarkan selama beberapa menit. Steroid memberikan warna biru atau hijau, sedangkan triterpenoid memberikan warna merah atau violet (Kadarisman, 2000). Uji Flavonoid Sampel ditambahkan 100 mL air panas, dididihkan selama 5 menit kemudian disaring. Filtrat sebanyak 5 mL ditambahkan sedikit serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat, kemudian dikocok kuat-kuat. Uji positif ditunjukkan oleh terbentuknya warna merah, kuning atau jingga (Chozin, 1996). Uji Fenol Sampel dilarutkan denagn 1 mL metanol lalu ditambahkan beberapa tetes pereaksi FeCl31%. Uji positif ditunjukkan oleh terbentuknya warna hujai, biru, ungu atau hitam pekat (Chozin, 1996). Uji Mortalitas Larva Udang (BSLT) Sebanyak 10 mg telur udang Artemia.S ditambahkan 100 mL air laut. Selanjutnya diberi pencahayaan TL agar telur menetas. Setelah 48 jam telur udang menetas dan siap untuk diujicobakan.
Uji Aktivitas Antioksidan Sampel dilakukan uji antioksidan dengan metode Peredaman Radikal DPPH. Uji peredamn radikal (DPPH) dilakukan dengan mengacu pada metode (Bouftira, 2007) menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada suhu kamar 250C pada panjang gelombang 517 nm dan larutan DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl) digunakan sebagai radikal bebas serta vitamin C sebagai pembanding.
53
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013 Analisis Data Nilai dengan kematian 50% dalam 1 hari (LC50 dalam unit waktu) ditentukan dengan menggunakan Analisis Probit SAS. Efektivitas dari fraksi terhadap larva udang dinyatakan dalam LC50 (ppm) 24 jam setelah perlakuan. Persen aktivitas antioksidan dari ekstrak dalam menangkap atau meredam radikal bebas DPPH yang dinyatakan dalam persentase inhibisi, yang diperoleh dengan menggunakan rumus: %AA = 100 – {[(AB – AA) x 100] / AKN} Keterangan : %AA = Persentase aktivitas antioksidan AA = Absorbansi blanko (berisi 1 ml ekstrak dalam metanol + 1 ml metanol) = Absorbansi sampel (berisi 1 ml ekstrak dalam metanol + 1 ml DPPH) AB AKN = Absorbansi kontrol negatif (berisi 1 ml metanol + 1 ml DPPH). (Karamac, 2002)
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Fitokimia Untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder pada sampel daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides) maka perlu dilakukan uji fitokimia dari ekstrak kasar metanol dan dari masing-masing fraksi. Kelebihan metode ini adalah lebih sederhana dan mudah dilakukan. Uji fitokimia yang dilakukan antara lain uji alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin dan steroid/triterpenoid. Berdasarkan uji fitokimia terhadap ekstrak kasar metanol, fraksi nheksan, fraksi etil asetat dan fraksi metanol-air daun sisik naga untuk mengetahui kandungan jenis senyawa metabolit sekundernya, diperlihatkan pada tabel 1. Tabel 1. Hasil uji fitokimia dari ekstrak kasar metanol dan masing-masing fraksi Jenis Ekstrak
Saponin
Ekstrak Kasar Metanol + -
Fraksi n-Heksan + -
Fraksi Etil Asetat + -
Fraksi Metanol-air + -
Steroid
+
+
+
-
Triterpenoid
-
-
-
-
Flavonoid
+
+
+
-
Fenol
-
-
-
+
Jenis Senyawa Alkaloid
Keterangan :
+ = Mengandung senyawa metabolit sekunder - = Tidak mengandung senyawa metabolit sekunder
Uji Bioaktivitas BSLT Berdasarkan perhitungan dengan Analisis Probit SAS terhadap ekstrak kasar metanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi metanol-air daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides) diperoleh LC50 (Lethal Concentration 50%), yang diperlihatkan pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Mortalitas Larva Udang dari ekstrak kasar dan masing-masing fraksi No. Jenis Ekstrak LC50 (ppm) 1
Ekstrak Kasar Metanol
1,4656
2
Fraksi n-Heksan
0,0910
3
Fraksi Etil Asetat
31,5714
4
Fraksi Metanol-air
87749,9219
Nilai ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi tersebut, ekstrak sampel mampu membunuh larva udang sampai 50% populasi. Nilai LC50 dari uji mortalitas larva udang diperoleh dengan menggunakan Analisis Probit SAS. Berdasarkan data pada table 2, menunjukkan pada fraksi n-heksan memiliki bioaktivitas paling tinggi terhadap larva udang, yang ditunjukkan dengan nilai LC50 paling kecil yaitu 0,0910 ppm. Nilai ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0,0910 ppm tersebut sampel pada fraksi n-heksan mampu membunuh larva udang sampai 50% populasi. Semakin kecil nilai LC50 (Lethal Concentration 50%) dari suatu sampel maka semakin tinggi bioaktivitasnya.
54
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013 Tingginya aktivitas bioaktif dari fraksi n-heksan terhadap larva udang dibandingkan dengan fraksi yang lain diperkirakan karena adanya kandungan senyawa steroid. Dimana pada fraksi ini steroid yang bersifat nonpolar sangat aktif pada fraksi n-heksan, selain itu senyawa ini juga memiliki fungsi sebagai bahan dasar untuk antibiotik diantaranya anti jamur, anti bakteri dan anti virus sehingga memiliki nilai bioaktifitas yang sangat toksik.
Uji Antioksidan dengan Metode Peredaman Radikal DPPH Setelah diperoleh panjang gelombang optimum yaitu pada panjang gelombang 517 nm, kemudian dilakukan pengukuran absorbansi pada tabung A (blanko) yang berisi 1 mL ekstrak dalam metanol dan 1 mL metanol, tabung B (sampel) yang berisi 1 mL ekstrak dalam metanol dan 1 mL DPPH serta tabung C (kontrol negatif) yang berisi 1 mL metanol dan 1 mL DPPH. Kemudian dilakukan hal yang sama untuk mengukur absorbansi vitamin C. Variasi konsentrasi untuk ekstrak kasar metanol dan fraksi n-heksan dari daun sisik naga pada tabung A dan B adalah 100; 200; 400; 600 dan 800 ppm, untuk fraksi etil asetat adalah 50; 75; 100; 125 dan 150 ppm dan untuk fraksi metanol-air variasi konsentrasi yang digunakan adalah 10; 25; 50; 75 dan 200 ppm. Pada vitamin C variasi konsentrasi yang digunakan adalah 1; 1,5; 2; 2,5 dan 3 ppm. Dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali (triplo). Data persentase peredaman radikal DPPH (%AA) dari sampel daun sisik naga diperlihatkan dalam tabel berikut. Tabel 3. Aktivitas antioksidan ekstrak kasar metanol dan fraksi n-Heksan dengan uji peredaman radikal DPPH daun sisik naga Sampel daun sisik naga (Drymoglossum Persen Peredaman Radikal DPPH piloselloides) 100 ppm 200 ppm 400 ppm 600 ppm 800 ppm Ekstrak Kasar Metanol 13,57 28,77 61,30 89,55 92,11 Fraksi n-Heksan
15,86
26,85
46,28
69,32
Tabel 4. Aktivitas antioksidan fraksi etil asetat dengan uji peredaman radikal DPPH daun sisik naga Sampel daun sisik naga (Drymoglossum Persen Perendaman Radikal DPPH piloselloides) 50 ppm 75 ppm 100 ppm 125 ppm Fraksi Etil Asetat
32,92
50,28
61,96
75,53
Tabel 5. Aktivitas antioksidan fraksi metanol-air dengan uji peredaman radikal DPPH daun sisik naga Sampel daun sisik naga (Drymoglossum Persen Perendaman Radikal DPPH piloselloides) 10 ppm 25 ppm 50 ppm 75 ppm Fraksi Metanol-air
8,31
20,05
33,52
51,97
82,49
150 ppm 83,55
100 ppm 65,13
Selanjutnya hasil perhitungan di atas dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi ekstrak (ppm) sebagai sumbu absis (X) dan nilai % Inhibisi (antioksidan) sebagai ordinatnya (sumbu Y). Nilai IC50 dari perhitungan pada saat % inhibisi sebesar 50%. Y = ax + b. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan regresi linear sederhana sehingga diperoleh grafik linear dan persamaan regresi linear antara konsentrasi ekstrak kasar metanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi metanol air dari daun sisik naga dengan persen peredaman radikal DPPH (%AA) adalah sebagai berikut:
% AA
Kurva Hubungan % AA vs Konsentrasi Ekstrak Kasar Metanol Daun sisik naga (Draymoglossum piloselloides )
Konsentrasi (ppm
Gambar 1.Grafik regresi linear antara konsentrasi dengan % AA dari ekstrak kasar metanol daun sisik naga
55
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013
% AA
Kurva Hubungan % AA vs Konsentrasi Fraksi n-Heksan Daun sisik naga (Draymoglossum piloselloides [Linn.] Pr.)
Konsentrasi (ppm) Gambar 2. Grafik regresi linear antara konsentrasi dengan % AA dari fraksi n-heksan daun sisik naga
% AA
Kurva Hubungan % AA vs Konsentrasi Fraksi Etil Asetat Daun sisik naga (Draymoglossum piloselloides [Linn.] Pr.)
Konsentrasi (ppm Gambar 3. Grafik regresi linear antara konsentrasi dengan % AA dari fraksi Etil asetat daun sisik naga
% AA
Kurva Hubungan % AA vs Konsentrasi Fraksi Metanol-Air Daun sisik naga (Draymoglossum piloselloides [Linn.] Pr.)
Konsentrasi (ppm Gambar 4. Grafik regresi linear antara konsentrasi dengan % AA dari fraksi metanol-air daun sisik naga Parameter yang digunakan untuk uji penangkapan radikal DPPH ini adalah nilai IC50 yaitu konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan untuk menangkap radikal DPPH sebesar 50%. Nilai IC50 diperoleh dari suatu persamaan regresi linear yang menyatakan hubungan antara konsentrasi ekstrak uji dengan persen penangkapan radikal. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin aktif ekstrak tersebut sebagai penangkap radikal DPPH.
56
ISBN : 978-602-19421-0-9 978 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013 Adapun besarnya nilai IC50 untuk ekstrak kasar metanol, semua fraksi ekstrak daun d sisik naga (Drymoglossum ( piloselloides) dan vitamin C dapat dilihat dari grafik 5 berikut ini:
IC 50
Nilai IC50 ekstrak daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides)
!
"
Gambar 5. GrafikNilai IC50 pada ekstrak kasar metanol, fraksi n-heksan, heksan, etil asetat, metanol air dan vitamin C Dari gambar 5 dapat dilihat nilai IC50 dari ekstrak kasar metanol daun sisik naga dan fraksinya frak serta vitamin C. Pada grafik dapat dilihat bahwa nilai IC50 dari ekstrak kasar metanol dan masing-masing masing fraksi lebih besar dari pada vitamin C, hal ini karena ekstrak daun sisik naga bukan b merupakann senyawa murni, melainkan masih mengandung senyawa-senyawa senyawa lain yang kemungkinan tidak mempunyai aktivitas aktiv antioksidan. IC50 fraksi n-heksan dari daun sisik naga menunjukkan nilai IC50 yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak kasar metanol, fraksi etil eti asetat, fraksi metanol-air air dan vitamin C. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara Secar spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika j nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC50 antara 50 – 100 ppm, sedang jika nilai IC50 bernilai 101 – 150 ppm dan lemah jika IC50 bernilai lebih dari 150 ppm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada fraksi metanol-air metanol air dan fraksi etil asetat memiliki potensi antioksidan yang kuat dimana nilai IC50 berada dalam rentang 50-100 100 ppm. Pada fraksi metanol-air metanol air memiliki potensi sebagai antioksidan kuat, karena kare nilai IC50 yang diperoleh berada dalam rentang 50-100 50 100 ppm yaitu sebesar 74,51 ppm dan untuk fraksi etil et asetat memiliki nilai IC50 sebesar 78,57 ppm. Sedangkan pada ekstrak eks kasar metanol dan fraksi n-heksan heksan nilai IC50 yang diperoleh cukup besar yaitu 360,91 ppm dan 438,92 ppm, sehingga sehingga aktivitas antioksidan yang dimiliki pada kedua fraksi f ini dapat dikategorikan sangat lemah, dikarenakan nilai IC50 yang dimiliki melebihi dari 200 ppm. Bila dihubungkan dengan hasil uji fitokimia, di mana mana pada ekstrak kasar metanol, fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat mengandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, steroid dan flavonoid. Pada fraksi metanol metan mengandung senyawa metabolit bolit sekunder yaitu alkaloid dan fenolik. Timbul dugaan dugaan bahwa aktivitas antioksidan yang paling aktif yaitu berada pada fraksi metanol-air metanol air dikarenakan oleh adanya senyawa alkaloid dan fenolik, fe dimana dari kedua senyawa tersebut saling bersinergis untuk dijadikan di sebagai antioksidan. Salah satu senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan antioksidan adalah senayawa fenolik, biasanya senyawa ini digunakan untuk mencegah kerusakan akibat reaksi oksidasi oksidasi pada makanan, kosmetik, farmasi dan plastik. Fungsi polifenol sebagai ai penangkap dan pengikat radikal bebas dari rusaknya rusakn ion-ion ion logam. Senyawa ini mempunyai aktivitas biologis sebagai penangkap radikal bebas sehingga dapat dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk melawan penyakit penyak yang disebabkan oleh radikal bebas seperti penyakit penyaki kanker.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui kandungan andungan senyawa metabolit sekunder pada fraksi n-heksan heksan dan fraksi etil asetat dari daun sisik naga adalah alkaloid, flavonoid dan steroid. Sedangkan uuntuk fraksi metanol-air air mengandung alkaloid dan fenolik. Berdasarkan hasil uji BSLT dari masing--masing fraksi daun sisik naga diperoleh nilai LC50 untuk ekstrak kasar metanol adalah 1,4656 ppm, fraksi frak n-heksan heksan adalah 0,0910 ppm, fraksi etil asetat adalah 31,5714 ppm dan an fraksi metanol-air metanol air adalah 87749,9219 ppm. Dari hasil uji aktivitas akti antioksidan diketahui jika daun sisik naga memiliki aktivitas sebagai antioksidan ant dan besarnya nilai IC50 dari masing-masing masing fraksi adalah ekstrak kasar metanol sebesar 360,91 ppm, fraksi frak n-heksan heksan sebesar 438,92 ppm, fraksi etil asetat sebesar sebes 78,57 ppm dan fraksi metanol-air air sebesar 74,51 ppm. Fraksi raksi yang memiliki sifat paling toksik adalah pada fraksi n-heksan dan fraksi yang paling baik digunakan sebagai antioksidan adalah fraksi metanol-air.
DAFTAR PUSTAKA Bouftira, I, Abdelly C. and Sfar S. 2007. Identification of a Naturally Occurring ccurring 2,6-bis 2,6 (1,1-dimethylethyl)-4methylphenol from purple leaves of the halophyte plant plant Mesembryanthemum crystallinum. African Journal of Biotechnology Vol. 6 (9), pp. 1136-1139. 1136 ISSN 1684–5315
57
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013 Chozin, A. 1996. “Uji Brine Shrimp dan Analisis Kandungan Kimia Fraksi Ekstrak Metanol 95% Daun Suren, Tuna sureni (BI.)”. Bogor: Prosiding Simposium Penelitian Bahan Obat Alami VIII. Perhitungan Penelitian Bahan Kimia Alami. Balittro Dalimartha, S. 2008. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Jakarta: Puspa Swara Darwis, D. 2000. Teknik Dasar Laboratorium Dalam Penelitian Senyawa Bahan Alam Hayati. Workshop Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Kimia Organik Bahan Alam Hayati, FMIPA Universitas Andalas Padang Fatimah, C. 2009. Uji Aktifitas Anti Tuberkulosis Ekstrak Daun Picisan (Drymoglossum piloselloides.L) Dibandingkan dengan Rifampisin dan Etambutanol Terhadap Bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Medan: Universitas Cut Nyak Dhien. Jurnal Kultura Vol. 10 No.1 Kadarisman, I. 2000. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Kimia Bioaktif dari Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb). Skripsi Jurusan Kimia FMIPA Institut Pertanian Bogor Karamac, M. 2002. Antioxidant and Antiradical Activty of Ferulates. Czech J. Food Sci. Vol.23 Sibuea, P. 2004. Kuersetin Senjata Pemusnah Radikal Bebas. Terdapat dalam http://kompas.com/kompascetak/0402/10/humaniora/840926.htm, diakses 20 Maret 2013 Suwarni, L. 2009. Uji Efek Sitoksisitas dan Antiproliferatif Ekstrak Aseton Daun Sisik Naga (Drymoglossum piloselloides (Linn). Pr). Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Winarsih, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Edisi V. Yogyakarta: Kanisius
58