-
1877 : Charles Emile Reynaud asal Perancis menciptakan 'Praxinoscope' yang menjadi proyektor sederhana. Prinsipnya kebalikan dari alat 'Zoetrope', di mana tabungnya dipasangi cermin.
-
1879 : Thomas Alva Edison mengenalkan bola lampu yang berguna pula pada alat proyektor.
B. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI FILM Penggolongan jenis kamera juga bisa didasarkan pada format media penyimpan yang digunakan. Ada dua shooting format yang ada yakni film dan video. Hingga periode 1980-an, perbedaan format memunculkan dua kelompok, kelompok film dan kelompok video yang tak saling berurusan satu sama lain. Kelompok film pengguna pita selluloid nyaris tak pernah menyentuh ranah video. Sementara itu kelompok video menghasilkan karyanya tanpa pernah mengenal film. Selama dua puluh tahun terakhir, format video mengalami perkembangan pesat sehingga saat ini dimungkinkan kedua kelompok tersebut melebur jadi satu dalam memproduksi film. Pada awalnya teknologi video dianggap teknologi kelas dua dalam memproduksi sebuah film. Teknologi editingnya masih mengandalkan sistem analog dan tape to tape (dari pita kaset ke pita kaset). Sistem ini mempunyai kelemahan, yakni menurunnya kualitas gambar saat dilakukan pemindahan gambar dari satu kaset ke kaset lain. Sistem ini mulai ditinggalkan orang ketika sistem digital (dengan kode binernya) bisa dipakai untuk menyimpan data dari pita ke komputer, populer lewat mesin AVID sejak 1989. AVID adalah sebuah perusahaan teknologi yang spesialisasinya dalam video dan audio, khusunya Non-linear Media Editing (NLE). Sekarang ini produk-produk Avid banyak digunakan untuk membuat pertunjukkan televisi, film, dan juga iklan. Teknologi LE adalah teknologi untuk mengedit film yang menggunakan system “cut and glue” sehingga hasil akhir film tampak lebih bagus dan sempurna. Penurunan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dwi Hastuti Puspitasari., Skom, MMSi TEKNOLOGI KOMUNIKASI
kualitas tidak terjadi lagi. Semua gambar dalam pita hasil rekaman dipindahkan dan disimpan di komputer dalam bentuk digital.
Film pertama kali lahir di paruh kedua abad 19, dibuat dengan bahan dasar selluloid yang sangat mudah terbakar, bahkan oleh percikan abu rokok sekalipun. Sesuai perjalanan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksi, dan enak ditonton.
Saat ini ada tiga macam ukuran film yang diproduksi secara massal, yakni 35 mm, 16 mm, dan 8 mm. Angka-angka tersebut menunjukkan lebarnya pita seluloid. Semakin lebar pita seluloid, semakin baik pula kualitas gambar yang dihasilkan. Untuk keperluan khusus, film 65 mm dan 70 mm bisa digunakan. Film yang ditayangkan di Teater IMAX Taman Mini Indonesia Indah (TMII) adalah contoh film yang diproduksi dan ditayangkan dalam format 65 mm yang telah disempurnakan (IMAX). Hamlet (1996) karya sutradara Kenneth Branagh diproduksi dengan film format 65 mm. Kualitas gambar yang dihasilkan lebih baik ketimbang format 35 mm yang lazim ditayangkan di gedung bioskop. Namun, semakin lebar pita selluloid, semakin langka pula alat perekam dan alat proyeksi yang tersedia. Kamera dan proyektor untuk ukuran 65 mm dan 70 mm bukanlah jenis yang banyak tersedia di pasaran, yang berarti juga biayanya semakin mahal. Alat editing untuk format tersebut pun berbeda. Karenanya, penting untuk anda ingat bahwa lebar pita film menentukan jenis kamera, alat editing, dan alat proyeksi yang dipakai. Video adalah format berbahan dasar pita magnetik, mulai dikenal luas di seluruh dunia pada paruh kedua periode 1970-an, baik untuk keperluan profesional seperti stasiun televisi maupun keperluan pribadi. Pita magnetik yang terdapat dalam kaset video bisa merekam gambar dan suara dengan baik, sementara film hanya dapat merekam gambar. Untuk suara digunakan medium rekam lain, semisal DAT (digital audio tape).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dwi Hastuti Puspitasari., Skom, MMSi TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Kelemahan sistem analognya membuat
pemakaian video untuk keperluan
profesional terhambat. Di periode tahun 1960 sampai 1980, nyaris semua stasiun televisi di dunia (termasuk TVRI yang mulai beroperasi tahun1962) menggunakan kamera 16 mm untuk merekam program acaranya. Mereka juga memiliki sendiri studio pemroses film16 mm berikut mesin editingnya. Hal ini tidak ditemui di stasiun televisi swasta nasional Indonesia yang baru beroperasi di era 1990-an. Dimulai dengan RCTI tahun1989, SCTV dan TPI tahun 1990. Di kala itu, video sudah lazim digunakan untuk keperluan produksi dan editing materi tayangan televisi. Seperti juga film, video punya berbagai jenis untuk berbagai keperluan yaitu U Matic, Betacam SP, Digital Betacam, Betamax, VHS, S-VHS, Mini DV, DV, DVCAM, DVCPRO. U Matic merupakan jenis video profesional untuk keperluan televisi sampai era 1980an. Begitu format Betacam SP yang kualitasnya jauh lebih baik masuk ke Indonesia di kurun waktu 1990-an, U Matic pun ditinggalkan orang. Menjamurnya jenis Betacam SP juga didukung oleh perkembanan alat editing yang memakai teknologi digital. Digital Betacam muncul menyempurnakan format Betacam SP dengan teknologi digital, umumnya digunakan untuk keperluan iklan televisi. Sementara, untuk keperluan pribadi format video kerap dipakai menggunakan alat yang populer dikenal sebagai handycam. Betamax dan VHS adalah jenis awal dari sejarah perkembangan tontonan video di rumah (home video). Sejalan dengan perkembangan zaman, Betamax tidak lagi diproduksi, sehingga VHS menjadi satu-satunya jenis video untuk keperluan home video. Kemudian muncul SVHS sebagai penyempurna VHS. Kualitas S-VHS lebih baik dibandingkan dengan VHS sehingga sering digunakan untuk keperluan semi profesional seperti dokumentasi pernikahan. Sekalipun demikian, kualitasnya masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Betacam SP. Seiring dengan perjalanan waktu, kemudahan pengoperasian kamera menjadi salah satu faktor penting dalam memilih format video, khususnya untuk pasar kaum nonprofesional alias awam. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dwi Hastuti Puspitasari., Skom, MMSi TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Semenjak tahun 1995, pasar dunia mulai dibanjiri dengan teknologi DV (digital video). Format yang masuk kategori DV adalah Mini DV, DV, DVCAM, dan DVCPRO. Teknologi Mini DV, DV, dan DVCAM dikembangkan dan dipopulerkan di Indonesia oleh Sony Corporation. Sedangkan DVCPRO dikembangkan oleh Panasonic. Dari keempat format ini, Mini DV adalah yang terpopuler karena ukuran kameranya yang kecil, ringan, dan sangat mudah dioperasikan. Kualitas lebih baik bisa diperoleh dari jenis DV, dengan ukuran kamera dan kaset yang lebih besar dibandingkan Mini DV. Ketimbang Mini DV, DV bisa merekam gambar dengan lebih tajam. Kemudian DVCAM datang dan menyempurnakan teknologi DV. Dengan kamera dan ukuran kaset yang lebih kecil dan ringan dibandingkan Digital Betacam, DVCAM mampu menghasilkan gambar yang boleh dibilang setara dengan Digital Betacam yang jadi langganan kaum profesional. Sampai saat ini, format DVCAM masih sangat jarang dipakai di Indonesia karena harga kamera yang relatif mahal dan jenis kaset yang tidak kompatibel dengan fromat yang telah ada, Digital Betacam. Selain soal jenis, kompatibilitas juga mesti dipertimbangkan. Format yang dikembangkan oleh Panasonic yakni DVCPRO tidak kompatibel dengan ketiga format lain yang dikembangkan oleh Sony Corporation. Artinya, baik kamera maupun player DVCPRO tidak bisa digunakan untuk merekam dan memutar ulang format selain DVCPRO, begitu juga sebaliknya. Di Indonesia, stasiun televisi Metro TV menggunakan format DVCPRO untuk merekam gambar, sementara penayangannya menggunakan format Betacam. Perkembangan mutakhir dari teknologi video adalah HDTV (hi definition television). Format ini masih sangat jarang dipakai di dunia. Format ini adalah upaya kelompok video untuk mensejajarkan diri dengan kualitas gambar yang menjadi keunggulan film. Kelak semua televisi di dunia akan menggunakn format ini. Jepang telah memulai menggunakannya secara terbatas. Konon, kabarnya George Lucas akan memproduksi film terbarunya dengan menggunakan HDTV.
Karena format film sudah masuk era digital, maka saat ini kita dapat menonton film
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dwi Hastuti Puspitasari., Skom, MMSi TEKNOLOGI KOMUNIKASI
dari mana saja. Kita bisa mengkonversi data digital film ke dalam komputer ataupun CDROM dengan format apapun yang kita mau, misalnya WMV, AVI, MPEG, dll. Bila menonton lewat komputer, kita dapat menggunakan software yang khusus untuk menonton film, misalnya Windows Media Player, VLC (Video LAN), Winamp, dll. C. BERLOMBA TEKNOLOGI DI LAYAR ANIMASI Dalam perfilman Hollywood, Walt Disney dikenal sebagai “rajanya animasi”. Maklum saja, dalam rentang sekian puluh tahun, Disney memang paling intens menggarap film-film animasi. Sebut saja film-film animasi yang diadaptasi dari dongeng-dongeng dunia seperti ”Snow White”, ”Beauty and the Beast”, ”Fantasia”, atau film-film seri televisi yang dikenang sepanjang masa seperti “Mickey Mouse”, “Tom and Jerry”, dan “Donald Duck”. Pendek kata, bicara film animasi berarti bicara Walt Disney.
Tapi, seiring perubahan zaman dan perkembangan teknologi, dominasi Disney dalam film animasi mulai menyusut. Aplikasi komputer grafik tiga dimensi (3D), khususnya dengan kemunculan teknologi CGI (computer generated imagery), membuat posisi Disney terancam. Ancaman ini sudah dimulai ketika Lucasfilm milik sutradara kondang George Lucas pada 1979 mendirikan Pixar, sebuah kelompok grafik (graphic group) sebagai salah satu dari tiga divisi komputernya. Ia menyewa ahli komputer grafik dari New York Institute of Technology (NYIT), Edwin Catmull.
Kehadiran Pixar pada awalnya memang ditujukan sebagai komponen penting dalam mendukung riset Lucas menangani sejumlah film ambisius garapannya, seperti “Star Trek II: the Wrath of Khan and Young” dan “Sherlock Holmes”. Namun, setelah tujuh tahun berjalan, dengan alasan efisiensi karena banyak pekerja yang digarap Pixar overlap dengan yang dikerjakan Industrial Light and Magic, perusahaan yang juga milik Lucas, Pixar pun dijual kepada Apple Computer Inc seharga 5 juta dolar AS. Dalam statusnya sebagai perusahaan independen dan mendapat kucuran dana tambahan 5 juta dolar AS dari bos Apple, Steve Jobs, Pixar di bawah pimpinan Edwin Catmull, memulai langkah kurang meyakinkan.
Pada awalnya, Pixar hanya menghasilkan perangkat lunak (software) dan keras mutakhir dengan produk utama Pixar Image Computer, sebuah sistem yang sebagian besarnya dijual kepada pihak pemerintah dan masyarakat medis. Namun, di antara para konsumen Pixar terdapat satu perusahaan film besar AS, Walt Disney. Studio Disney menggunakan produk Pixar sebagai bagian dari projek rahasia
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dwi Hastuti Puspitasari., Skom, MMSi TEKNOLOGI KOMUNIKASI