JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 60-66
PERBEDAAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA PUTRI YANG MENGGUNAKAN LAMPU DAN TIDAK MENGGUNAKAN LAMPU Joko Wiyono, Imam Subekti, Tanto Hariyanto Poltekkes Kemenkes malang, Jl. Besar Ijen No 77 C Malang Email :
[email protected]
Abstract: This study aims to determine the differences in the quality of sleep in young women who use and do not use light bulbs. Design research using comparative study design. Data were analyzed using t-test. The study population of young women in the boarding school Al Jasmeen Singosari Malang. Number of samples 18 people with purposive sampling sampling. Statistical analysis using t-test. The results showed a good enough quality sleep sleeping young woman using a light at Boarding School El Jasmeen Singosari Malang much as 61.1% had a good sleep quality, while the young women who were not using lights at Boarding School El Jasmeen Singosari Malang as much as 66.7% had a very good sleep quality. The results of t-test with a significant 95% obtained P value of 0.003 which means that H0 is rejected, there are differences in the quality of sleep of young women who use the lights and do not use the lamp in Boarding School El Jasmeen Singosari Malang . Keywords: quality of sleep, young, light Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur pada remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu. Desain penelitian menggunakan rancangan studi komparatif. Analisa data menggunakan uji t-test. Populasi penelitian ini remaja putri di pondok pesantren Al Jasmeen Singosari Malang. Jumlah sampel 18 orang dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Analisis statistik menggunakan uji t-test. Hasil penelitian menunjukan kualitas tidur cukup baik remaja putri yang tidur menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang sebanyak 61,1% mempunyai kualitas tidur baik, sedangkan remaja putri yang tidur tidak menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang sebanyak 66,7% mempunyai kualitas tidur sangat baik. Hasil uji t-test dengan signifikan 95% diperoleh P value sebesar 0.003 yang berarti H0 ditolak, ada perbedaan yang kualitas tidur remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang. Kata kunci: kualitas tidur, remaja putri, lampu
PENDAHULUAN
di Amerika oleh National Sleep Foundation didapat bahwa ternyata wanita lebih banyak mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 63% : 54%. Hal ini diperkirakan karena perempuan memiliki risiko lebih tinggi dalam mengalami kelelahan terkait pubertas, prevalensi gangguan mental yang lebih tinggi serta lebih sensitif terhadap masalah keluarga, dan tingginya tuntutan dalam kehidupan keluarga dan pergaulan (National Sleep Foundation, 2007). Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam perkembangan seseorang. Remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial. Masa remaja berlangsung antara 11 sampai 20 tahun, dengan pembagian: masa remaja awal 11 sampai 13 tahun, masa remaja pertengahan 14 sampai 16 tahun, masa remaja lanjut 17 sampai 20 tahun (Soetjiningsih, 2004). Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Data hasil polling tidur 60 60
Wiyono, Perbedaan kualitas tidur pada remaja putri
berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan bahkan hal menjengkelkan. Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat, Narrow (1967) mengemukakan enam karakteristik yang berhubungan dengan istirahat diantaranya, : merasakan bahwa segala sesuatu dapat diatasi, merasa diterima, mengetahui apa yang sedang terjadi, bebas dari gangguan ketidaknyamanan, mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan, mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan (Ambar, 2012). Menurut Andreas Prasadja (2009) mengemukakan mekanisme pengaturan tidur yaitu: seperti siklus lain dalam tubuh, proses tidur juga diatur oleh sebuah mekanisme khusus yang disebut sebagai irama sirkadian (circadian rhythm). Dalam bahasa latin circa berarti sekitar dan dian berarti satu hari atau 24 jam. Secara harfiah irama sirkardian diartikan sebagai sebuah siklus yang berlangsung sekitar 24 jam. Irama sirkardian berperan sebagai jam biologis manusia. Irama sirkardian terletak di Supra Chiasmatic Nukleus (SCN) yang berfungsi sebagai pengatur irama sirkardian dalam tubuh. Ia merupakan bagian kecil dari otak yang terletak tepat di atas persilangan saraf mata. Itu sebabnya pengaturan jam biologis peka terhadap perubahan cahaya. Hormon melatonin sangat berperan dalam proses tidur dan kualitas tidur seseorang. Kinerja hormon tidur tersebut sangat dipengaruhi oleh cahaya. Cahaya yang ada pada saat kita tidur akan menghambat dan menurunkan produksi melatonin di dalam darah. Secara tidak langsung, cahaya lampu menghambat mekanisme irama sirkardian (jam biologis). Tanda awal terganggunya irama sirkardian adalah terganggunya proses tidur akibat rendahnya produksi hormon melatonin (Pebriana, 2010). Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah,
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873
mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Kualitas tidur, menurut American Psychiatric Association (2000), dalam Wavy (2008), didefinisikan sebagai suatu fenomena kompleks yang melibatkan beberapa dimensi. Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur. Aspek-aspek kualitas tidur tersebut meliputi rasa nyenyak selama tidur (tidak mengalami gangguan tidur), waktu tidur minimal enam jam, tidak memperoleh mimpi buruk, tidur lebih awal dan bangun lebih awal, dan merasa segar saat terbangun. Beberapa penelitian melaporkan bahwa efisiensi tidur pada usia dewasa muda adalah 80-90% (Dament et al, 1985; Hayashi & Endo, 1982 dikutip dari Carpenito, 1998). Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur. Memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan vital untuk hidup sehat semua orang. Cahaya merupakan energi yang dipancarkan ke semua arah berbentuk gelombang dan membantu kita melihat benda di sekeliling kita. Sifat-sifat cahaya adalah bergerak lurus ke semua arah. Melalui cahaya kita tidak hanya mendapatkan informasi secara visual tetapi cahaya juga mempengaruhi fungsi tubuh. Dalam suatu ruangan atau kamar biasanya menggunakan penerangan berupa cahaya lampu, terutama saat malam hari. Cahaya dari lampu ini dapat menembus kelopak mata kemudian dapat merangsang otak untuk tetap beraktivitas, meskipun seseorang dalam kondisi memejamkan mata sekalipun. Hal ini dapat mempengaruhi produksi hormon melatonin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar pineal yang berada dekat dengan otak manusia. Hormon ini dapat berperan penting dalam mengatur siklus tidur seseorang. Hormon melatonin dapat diproduksi atau dihasilkan jika ruangan kamar tidur dalam kondisi yang gelap (Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2012). Tujuan umum penelitian untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur pada remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang. Tujuan khusus penelitian : 1)
61
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 60-66
mengidentifikasi kualitas tidur pada remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang, 2) menganalisis perbedaan kualitas tidur yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu pada remaja putri di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah studi komparatif, yaitu peneliti berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu, dengan kata lain telah diamati bahwa kelompok berbeda pada variabel dan peneliti berusaha mengidentifikasi faktor utama yang menyebabkan perbedaan tersebut. Dalam penelitian akan di uji perbedaan kualitas tidur pada remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang. Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah semua remaja putri di pondok pesantren El Jasmeen Singosari Malang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 18 remaja putri dengan kriteria sampel : 1) usia 1318 tahun, 2) sehat jasmani dan rohani, 3) remaja putri yang tinggal di di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang. Kriteria eksklusi nya: 1) tidak sedang mengalami stress fisik dan psikologis, 2) kurang dari 3 jam mengkonsumsi diet tinggi protein, 3) tidak sedang mengkonsumsi obat deuretik, 4) anti depresan dan golongan beta bloker, 5) tidak mengonsumsi kafein dan alkohol Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik non probability sampling tipe purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan tujuan tertentu sesuai kriteria yang ditetapkan yang menjadi fokus penelitian. Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang pada bulan November 2012. Terdapat 2 variabel dalam penelitian yakni : kualitas tidur pada remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu di Pondok
62
Pesantren El Jasmeen Singosari Malang. Pengumpulan data dengan rancangan Cross Sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (Hidayat, 2008). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah menggunakan alat bantu kuesioner, yaitu berupa pertanyaan tertutup yang sudah tersedia jawaban tentang kualitas tidur. Teknik analisa data : 1) analisis Univariat yaitu digunakan untuk meringkas atau mendeskriptifkan data yang dikumpulkan melalui sampel yang diobservasi, 2) analisis bivariat digunakan untuk menganalisis perbedaan kualitas tidur pada remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang dengan menggunakan t-test. HASIL PENELITIAN Data umum dalam penelitian ini meliputi karakteristik responden berdasarkan usia, waktu yang diperlukan untuk tidur, lama waktu tidur pulas dan data khusus. Karakteristik responden berdasarkan usia. Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui usia remaja putri di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang sebanyak 8 orang (44.4%) Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui waktu yang diperlukan masuk untuk masuk tidur remaja putri lebih dari 30 menit di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang sebanyak 7 orang (55,6%) Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui lama waktu tidur pulas 5-6 jam remaja putri di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang sebanyak 11 orang (61,1%). Data khusus dalam penelitian ini adalah kualitas tidur remaja putri. Kualitas tidur remaja putri dibedakan berdasarkan kualitas tidur remaja putri yang tidur menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu. Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa kualitas tidur baik remaja putri yang tidur menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang sebanyak 11 orang (61,1%)
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873
Wiyono, Perbedaan kualitas tidur pada remaja putri
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia remaja putri
Usia (tahun) 12 - 13 14 - 15 16 - 17 Jumlah
F 7 8 3 18
% 39 44,4 16,7 100
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan waktu yang diperlukan untuk masuk tidur remaja putri Waktu yang diperlukan untuk masuk tidur < 15 menit 16 – 30 menit > 30 menit Jumlah
F
%
5 6 7 18
11,1 33,3 55,6 100
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama waktu tidur pulas
Lama waktu tidur < 5 jam 5 – 6 jam 6 – 7 jam > 7 jam Jumlah
F 6 11 1 0 18
% 33,3 61,1 5,6 0 100
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa kualitas tidur sangat baik remaja putri yang tidur tidak menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang sebanyak 12 orang (67,7%) Pengujian komparatif dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kualitas tidur remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu. Statistik uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik uji t-test. Hasil uji t-test dengan signifikan 95% diperoleh P value sebesar 0.003 yang berarti H0 ditolak, ada perbedaan yang kualitas tidur remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang.
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kualitas tidur remaja putri yang menggunakan lampu
Sikap Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Jumlah
F 6 11 1 0 18
% 33,3 61,1 5,6 0 100
Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kualitas tidur remaja putri yang tidur tidak menggunakan lampu
Sikap Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Jumlah
F 12 6 0 0 18
% 66,7 33,3 0 0 100
PEMBAHASAN Skor kualitas tidur remaja putri dalam penelitian ini dibagi menjadi empat kategori yaitu 0-5 (sangat baik), 6-10 (baik), 11-15 (cukup baik), 16-21 (kurang baik). Kualitas tidur remaja putri yang menggunakan lampu dengan kategori sangat sebanyak 33,3%, baik sebanyak 61,1% , dan cukup baik sebanyak 5,6% sedangkan kualitas tidur dengan kategori kurang baik tidak ada. Kualitas tidur dengan kategori kurang baik tidak didapatkan pada remaja putri yang menggunakan lampu dimungkinkan faktor usia. Usia remaja putri di Pondok Pesantren El Jasmeen 14-15 tahun sebanyak 44,4% dan usia 12-13 tahun sebanyak 39%. Menurut Maas (2002) menyatakan bahwa periode masa remaja dimungkinkan akan terjadi pertumbuhan fisik dan perubahan psikologis yang pesat yang berdampak pada kebutuhan tidur yang tinggi pada remaja, yaitu 8,5 jam per hari. Hal tersebut bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa cahaya merupakan stimulus yang dapat dapat menyebabkan gangguan tidur. Orang yang kualitas tidurnya buruk, didapatkan peningkatan aktivitas simpatis dan penurunan aktivitas parasimpatis. Sistem saraf simpatis akan di ti ngkatkan sehi ngga memi cu terj adi nya peni ngkatan tekanan darah, meni ngkatkan 63
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 60-66
kecepatan dan tekanan denyut jantung serta melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah. Hormon ini juga berfungsi untuk merangsang atau memperpanjang kondisi terjaga sehingga tubuh akan senantiasa didorong untuk terus beraktivitas (Wendy et al, 2007). Hasil penelitian kualitas tidur remaja putri yang tidak menggunakan lampu, didapatkan kualitas tidur dengan kategori sangat baik sebanyak 66,7% dan kualitas tidur dengan kategori baik sebanyak 33,3%, sedangkan kualitas tidur dengan kategori cukup baik dan kurang baik tidak ada. Penelitian kualitas tidur pada remaja putri yang tidak menggunakan lampu tidak didapatkan data tentang intensitas lampu, karena responden dalam penelitian ini tidur dengan mematikan lampu. Kualitas tidur dengan lingkungan kamar yang seperti ini lebih baik karena cahaya merupakan salah satu faktor yang memengaruhi produksi hormon melatonin. Produksi melatonin mulai meningkat pada awal kegelapan, mencapai puncaknya saat tengah malam dan menurun menjelang pagi. Jika periode kegelapan memanjang, melatonin dihasilkan melalui periode yang lebih lama pula. Menurut teori, hormon ini mempunyai peranan penting dalam tubuh diantaranya berperan sebagai pengatur proses metabolisme tubuh, menekan aktivitas gelombang otak dan menyiapkan untuk tidur, mengurangi kemungkinan terbentuknya gumpalan-gumpalan darah yang pada gilirannya melindungi kita dari stroke dan serangan jantung, sebagai antibodi dan antioksidan (Bock et al., 1995). Tubuh menerjemahkan informasi dari dunia luar ke dalam pesan kimia yang menjangkau setiap bagian tubuh dan membantu menjaga keharmonisan sistem yang komplek ini. Pesan ini berawal dari mata, di mana cahaya yang menimpa retina menghasilkan impuls saraf dan dari impuls mata di kirim ke dalam kelenjar pineal oleh jalur saraf. Ketika impuls ini sampai ke kelenjar pineal, ia mengkoordinasi serangkaian reaksi kimia yang menghasilkan produksi hormon serotonin dan melatonin. Ketika mata menangkap cahaya,
64
kelenjar pineal menghasilkan serotonin dan sama sekali tidak menghasilkan melatonin. Ketika kegelapan datang, pineal mulai mengubah serotonin menjadi melatonin. Dengan bekerja sama, mata dan kelenjar pineal menerjemahkan informasi dari luar (cahaya dan kegelapan) ke dalam pesan kimia (serotonin dan melatonin) yang dapat dibaca oleh setiap sel dalam tubuh (Suroto, 2011). Kelenjar pineal tidak menyimpan melatonin yang dihasilkan. Ia memompa hormon ini secara langsung ke dalam aliran darah. Sepanjang malam kadar melatonin yang relatif tinggi beredar melalui aliran darah menuju setiap bagian tubuh. Jika cahaya dari mata menghentikan produksi pineal, kadar melatonin dalam aliran darah dan jaringan-jaringan menurun hampir dengan segera (Suroto, 2011). Hormon melatonin ini sangat penting untuk menjadikan tidur lebih nyenyak. Tubuh yang terpapar sinar dapat menekan produksi melatonin yang diperlukan oleh tubuh. Gelombang cahaya dapat masuk ke kelopak mata kemudian diterima oleh retina dan lensa mata, sehingga akan merangsang aktivitas otak untuk bekerja dan mengolah informasi yang masuk. Hormon melatonin di dalam tubuh mengatur irama sirkadian, sehingga orang dapat tidur pada malam hari dan bangun pada pagi hari. Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan vital untuk hidup semua orang. Menurut Hidayat (2008), kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Hasil uji statistik diketahui bahwa tingkat kemaknaan (Sig. 2 Tailed) r value sebesar 0,003 < 0,05 artinya H0 ditolak. Berarti ada perbedaan bermakna antara kualitas tidur remaja putri yang menggunakan lampu dan remaja putri yang tidak menggunakan lampu. Perbedaan kualitas tidur pada remaja putri dimungkinkan oleh sekresi hormon melatonin yang dipengaruhi cahaya. Cahaya yang ditangkap oleh retina menghasilkan impuls saraf, impuls saraf ini dibawa oleh fotoreseptor spesifik. Impuls saraf ini kemudian pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873
Wiyono, Perbedaan kualitas tidur pada remaja putri
ditransmisikan ke daerah supra chiasmatic nukleus (SCN) dan diteruskan ke kelenjar pineal. Kelenjar pineal ini berfungsi sebagai regulator untuk menghasilkan hormon melatonin. Sintesis dan pelepasan melatonin dipicu oleh kegelapan dan dihambat oleh cahaya (Suroto, 2011). Perbedaan kualitas tidur yang terjadi pada remaja putri juga dimungkinkan oleh sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya tetap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal. Fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama tidurbangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami pergeseran. Perbedaan kualitas tidur ini dari hasil penelitian menunjukan hanya sebagian saja indikator yang mengalami perubahan yaitu : kualitas tidur yang diukur dari indikator penilaian subyektif secara umum, waktu mulai tidur dan perasaan beraktifitas yang merupakan salah satu dampak dari menurunya kualitas tidur. Menurut peneliti perubahan yang tidak menyeluruh tersebut diakibatkan masa perlakuan tidur mengunakan cahaya lampu dan masa tidur tidak menggunakan cahaya lampu hanya 3 hari. Waktu yang pendek ini dimungkungkinkan hanya berdampak pada gejala-gejala yang bersifat gangguan langsung tetapi dampak akibat terjadi perubahan pola tidur tidak didapatkan. PENUTUP Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) kualitas tidur remaja putri yang menggunakan lampu termasuk kategori sangat baik 33,3%, kualitas tidur remaja putri dengan kategori baik 61,1%, dan kualitas tidur remaja putri dengan kategori cukup baik 5,6%, 2) kualitas tidur remaja putri yang tidak menggunakan lampu termasuk kategori sangat baik 66,7% dan kualitas tidur remaja putri dengan kategori baik 33,3%, 3) terdapat perbedaan kualitas tidur yang signifikan antara remaja putri yang menggunakan lampu dan
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873
tidak menggunakan lampu. Remaja putri yang tidur menggunakan lampu sebaiknya menggunakan lampu dengan intensitas yang lebih rendah dari biasanya yaitu memilih lampu tidur dengan intensitas < 18 watt karena dari hasil penelitian pada remaja putri yang tidak menggunakan lampu didapatkan kualitas tidur yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Ambar. 2012. Konsep Istirahat Tidur. http:// ibuambar.blogspot.com/2012/05/v-behavior urldefaultvmlo.html. (Diakses tanggal 17 Desember 2012) Aziz, Alimul. A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Buysse, D.J., Reynold III, C.F., Monk, T.H., Berman, S.R., & Kupfer, D.J. 1998. Pittsburg Sleep Quality Indeks (PSQI). Diakses dari: http://findarticles. com/p/articles/mi_mOFSS/is_4_12/ai_n 18616017. (Diakses tanggal 14 Januari 2013) Bock, Steven J., & Michael Boyette.1995.Stay Young The Melatonin Way.USA:Penguin Group Christoph & Cornelia. 2012. Biological Effects of Light . http://www.m4ssl.npl.co.uk/wp-content/uploads/2012/02/Biological-effects-of-light%E2%80%93-Literature-overviewEnglish.pdf. (Diakses tanggal 19 Desember 2012) Firmansyah. 2011. Psikologi Faal-Hormon. http:// firmansyahthedos.blogspot.com/2011/05/ psikologi-faal hormon.html?zx=a64feb56df3c09b2. (Diakses tanggal 04 Januari 2013) Hidayat, A. A. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.1. 2012. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur. http://ejounals1.undip.ac.id/index.php/jkm. (Diakses tanggal 20 Desember 2012) National Sleep Foundation. Amerika. 2011. (Online), www.sleepfoundation.org. (Diakses tanggal 20 Desember 2012) Notoadmojo, Soekidjo. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Pebriana, Melisa. 2011. Info Kesehatan. http:// hdsjdhjdhuiwe.blogspot.com/2011/11/skripsi-
65
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 60-66
melisa-pebriana.html. (Diakses tanggal 17 Desember 2012) Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagang Seto. Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suroto, Agus. 2012. Makalah tentang Melatonin. http:/ /agus suroto.blogspot.com/2012/09/makalahtentang melatonin.html#!/2012/09/makalah-
66
tentang-melatonin.html. (Diakses tanggal 03 Januari 2013) Wendy M, et al, 2007. Marital Quality and Marital Bed: Examining The Covariation Between Relationship Quality and Sleep. NIHPA Author Marmscripts. 389-404 Available from: http:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17854738. (Diakses tanggal 19 Mei 2013)
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873