BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulu Penelitian mengenai analisis kesalahan pengucapan sebelumnya sudah di teliti oleh Sriani Saragih NIM 010704017 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kesalahan Pengucapan Bunyi Konsonan [ ﺫð],[ ﺯʒ], [ ﺱs], [ ﺹʂ], ﺽ [ɖ], [ ﺩd], [ ﻩh], [ ﺡħ] di Asrama Bahasa Arab Hubbul Wathan Medan tahun 2006”. Dalam penelitiannya beliau melihat bagaimana kesalahan pengucapan bunyi-bunyi konsonan tersebut di awal, di tengah, dan di akhir kata. Dari hasil penelitiannya bunyi konsonan yang paling banyak mengalami kesalahan saat diucapkan pada kelas dasar yaitu bunyi konsonan [ ﺹʂ] baik di awal, di tengah, dan di akhir kata. Sedangkan pada kelas lanjutan bunyi konsonan yang paling banyak mengalami kesalahan pada saat diucapkan yaitu bunyi konsonan [ ﺽɖ] baik di awal, di tengah, dan di akhir kata. Penyebab kesalahan pengucapan bunyibunyi konsonan tersebut karena sistem bahasa yang dipelajari, situasi sosiolinguistik, dan juga pengajaran. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Neti Wahyuni NIM 980704015 dengan judul “Analisis Kesalahan Pengucapan Bunyi Konsonan [ ﺫð], [ ﺵʃ], ﻁ [ʈ], [ ﻉҁ], [ ﻕq] Dalam Komunikasi Lisan Siswa Kelas I Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Ar-raudatul Hasanah Medan tahun 2003”. Beliau melihat berapa persen tingkat kesalahan siswi Madrasah Aliyyah Pondok Pesantren Ar-raudhatul Hasanah Medan, dalam pengucapan bunyi konsonan [ ﺫð], [ ﺵʃ], [ ﻁʈ], [ ﻉҁ], ﻕ [q]. Dan apa penyebab kesalahan pengucapan konsonan tersebut pada sisiwi Madrasah Aliyyah Pondok Pesantren Ar-raudhatul Hasanah. Hasil penelitiannya menunjukan persentase kesalahan bunyi-bunyi konsonan bahasa Arab sebagai berikut : Bunyi konsonan [ ﻕq] = 61,9% , [ ﻉҁ] = 21,1% , [ ﻁʈ] = 33% , [ ﺵʃ] = 19,7% , [ ﺫð] = 8,45 %. Dari data di atas dapat dilihat bahwa konsonan [ ﻕq] yang paling banyak mengalami kesalahan saat diucapakan. Penyebab kesalahan
Universitas Sumatera Utara
pengucapan bunyi-bunyi konsonan tersebut dikarenakan kurangnya dasar pengetahuan tentang bunyi-bunyi bahasa Arab dan latihan-latihan, serta kurangnya perhatian terhadap pentingnya pengucapan bunyi bahasa. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Yunita Risa Fadila NIM 050704033 dengan judul “Analisis Kesalahan Pengucapan Bunyi Konsonan Hamzah [ ءʔ] dan ‘Ain [ ﻉҁ] Pada Siswa Kelas XII (Dua Belas) Madrasah Aliyah Negeri Kisaran tahun 2009”. Dalam penelitiannya beliau melihat konsonan manakah yang banyak mengalami kesalahan pada saat diucapkan, dan penyebab terjadinya kesalahan pengucapan bunyi konsonan hamzah [ ءʔ] dan ‘ain [ ﻉҁ]. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa bunyi konsonan yang paling banyak mengalami kesalahan yaitu bunyi konsoanan [ﻉҁ] diucapkan menjadi bunyi konsonan [ ءʔ] sebanyak 8 orang, sedangkan bunyi konsonan [ ءʔ] diucapkan menjadi [ ﻉҁ] sebanyak 5 orang. Penyebab kesalahan pengucapan bunyi konsonan ini dikarenakan latar belakang pendidikan sampel yang mengenal bahasa Arab saat duduk di Madrasah Aliyah, penyebab selanjutnya yaitu menukar lafal, kurangnya latihan dalam pengucapan bunyi-bunyi bahasa Arab serta kurangnya perhatian terhadap pentingnya pengucapan bunyi bahasa yang benar. 2.2 Analisis Kesalahan Menurut Ellis dalam Guntur (1988: 68) analisis kesalahan yaitu suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel,
penjelasan
kesalahan
tersebut,
pengklasifikasian
kesalahan
itu
berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan itu. Corder dalam Parera (1986: 49) mengatakan ada dua macam kesalahan yaitu kesalahan yang terjadi tidak secara sistematis dalam tutur seseorang, dan kesalahan yang terjadi secara sistematis pada tutur seseorang yang belajar bahasa.
Universitas Sumatera Utara
Kedua tipe kesalahan di atas harus dihubungkan dengan pengertian dan konsep Noam Chomsky performance dan competence. Perfomance yaitu pelaksanaan aktual dari proses bahasa sedangkan competence yaitu kegiatan internal dalam proses bahasa. Menurut Noam Chomsky ada kesalahan yang disebabkan oleh dan dalam fakta performance atau kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor performance dan ada pula kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor competence. Berdasarkan konsep tersebut maka Corder memberikan perbedaan antara mistake dan error (Corder dalam Parera, 1986: 49-50) Mistake adalah penyimpangan yang disebabkan oleh faktor-faktor performance seperti keterbatasan ingatan, mengeja dengan lafal, keseleo, kelelahan, tekanan emosional, dan sebagainya. Kesalahan seperti ini mudah diperbaiki jika si penutur atau pembicara diingatkan. sedangkan error adalah penyimpangan-penyimpangan yang sistematis dan konsisten dan menjadi ciri khas dari sistem bahasa siswa yang belajar bahasa tertentu. Corder dalam Parera (1986: 50). Menurut Guntur (1988: 145) kesalahan pengucapan juga dapat digolongkan sebagai kesalahan berbahasa, di samping ragam kesalahan berbahasa telah ditemukan empat klasifikasi atau taksonomi yang perlu diketahui mengenai kesalahan berbahasa, yaitu : a) Taksonomi kategori linguistik b) Taksonomi siasat permukaan c) Taksonomi komparatif d) Taksonomi efek komunikatif Taksonomi kategori linguistik yaitu mengklasifikasikan kesalahankesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu yang dipengaruhi oleh kesalahan, ataupun berdasarkan kedua-duanya, adapun komponen komponen bahasa mencakup fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikon dan wacana. Taksonomi siasat permukaan menyoroti bagaimana cara-caranya struktur-struktur permukaan berubah. Taksonomi kompratif didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahankesalahan B2 dan tipe-tipe konstruksi tertenru lainnya. Dan taksonomi efek
Universitas Sumatera Utara
komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari prespektif efeknya terhadap penyimak dan pembaca. (Guntur 1988: 145-164). Menurut Saussure (1988: 255-260) sebab-sebab terjadinya perubahan bunyi yaitu sebagai berikut : 1. Ras memberi pengaruh bagi perubahan bunyi. 2. Perubahan fonetis sebagai penyesuaian pada kondisi tanah dan iklim 3. Menukar dua pelafalan menjadi satu, atau lafal yang sulit diganti dengan yang mudah. 4. Perubahan lafal sebagai akibat pendidikan fonetis di masa kanak-kanak. 5. Populasi pribumi yang berbau dengan pendatang baru.
2.3 Fonologi dan Fonetik Badri dalam Muskar (2009: 7) mengatakan fonologi bahasa Arab disebut dengan ﻋﻠﻢ ﺍﻻﺻﻮﺍﺕ/`ilmu l-aṣwāt/ ‘ilmu tentang bunyi-bunyi bahasa Arab, atau
ﻓﻮﻧﻮﻟﻮﺟﻴﺎ/fūnūlūjiyā/. Menurut Chaer (1994: 102-103) bidang yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa disebut fonologi. Secara etimologi fonologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu. Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyibunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa dibedakan menjadi tiga jenis fonetik yaitu : 1. Fonetik artikulatoris 2. Fonetik akustis 3. Fonetik auditoris Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa. Fonetik akustis mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya intensitasnya, dan timbrenya. Fonetik auditoris
Universitas Sumatera Utara
mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita. Dari ketiga jenis fonetik ini yang berkaitan dengan dunia linguistik adalah fonetik artikulatoris, fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyibunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. (Chaer 1994: 103). Badri (1988: 5-6) menyebut ketiga istilah fonetik di atas sebagai berikut : 1.
ﻋﻠﻢ ﺍﻷﺻﻮﺍﺕ ﺍﻟﻨﻄﻘﻲ/ `ilmu l-`aṣwāti n-nuṭqiyyi/ `fonetik artikulator`.
2.
ﻋﻠﻢ ﺍﻷﺻﻮﺍﺕ ﺍﻷﻛﻮﺳﺘﻲ ﺃﻭ ﺍﻷﻛﻮﺳﺘﻴﻜﻲ/`ilmu l-`aṣwāti l-`akustiyyi `awi l`akustīkiyyi / `fonetik akustik`.
3. ﻋﻠﻢ ﺍﻷﺻﻮﺍﺕ ﺍﻟﺴﻤﻌﻲ/ `ilmu l-`aṣwāti s-sam`iyyi/ `fonetik auditoris`. Dari ketiga jenis fonetik di atas, yang menjadi bahan kajian dalam bahasa Arab yaitu fonetik artikulatoris, sebagaimana yang disampaikan oleh Badri (1988: 5-6) sebagai berikut : : ﻳﺨﺘﺺ ﻋﻠﻢ ﺍﻷﺻﻮﺍﺕ ﺍﻟﻨﻄﻘﻲ ﺑﺜﻼﺛﺔ ﺟﻮﺍﻧﺐ ﻫﻲ /yakhtaṣu `ilmu l-`aṣwāti n-nuṭqiyyi biṡalāṡṡti jawānibi hiya/ : `Ada 3 hal yang khusus dikaji dalam fonetik altikulatoris sebagai berikut`:
(ﺩﺭﺍﺳﺔ ﺍﻷﺻﻮﺍﺕ ﺍﻟﻤﻨﻄﻮﻗﺔ ﻭ ﺍﻟﺘﻔﺮﻳﻖ ﺑﻴﻨﻬﺎ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺍﻟﻤﺨﺮﺝ )ﻟﺜﻮﻳﺔ – ﺷﻔﻬﻴﺔ
.1
ﻭ ﺻﻔﺘﻬﺎ ) ﻣﺠﻬﻮﺭﺓ, ( ﺍﻟﺦ ( ﻭ ﺍﻟﻜﻴﻔﻴﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﻨﻄﻖ ﺑﻬﺎ ) ﺍﻧﻔﺠﺎﺭﻳﺔ – ﺍﺣﺘﻜﺎﻛﻴﺔ..... ﻭ ﻗﻮﻣﻴﺔ ( ﺍﻟﻲ ﻏﻴﺮ ﺫﺍﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﺼﻨﻴﻔﺎﺕ- ﻭ ﻧﻮﻋﻬﺎ ) ﺍﻧﻔﻴﺔ, ( ﻣﻬﻤﻮﺳﺔ /dirāsatu l-aṣwāti l-manṭūqati wa t-tafrīqi baynahā min hayṡu l-makhraji (liṡawiyyati – syafahiyyati wa ilā `ākhir), wa l-kayfiyyati l-lati tanṭiqu bihā (infijāriyyati - `iḥtikākiyyati), waṣifātiha (majhūratun – mahmūsatun) wa naw`ihā ( `anfiyyatun – famuwiyatun il gayri żālika min at-taṣnīfāt/. `Menyelidiki sitem bunyi-bunyi bahasa berdasarkan alat-alat ucap dalam artikulasi, yang berbedabeda dari titik artikulasinya (pangkal gigi atas – bibir) dan sebagainya, dan cara pengucapannya (hambatan udara – frikatif) dan menurut pita-pita suara (bersuara– tak bersuara), dan menurut penggolongan bunyi (hidung – mulut) dan sebagainya`.
ﺍﻟﻄﺮﻳﻘﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﺑﻬﺎ ﺗﻜ ّﻮﻥ ﻭ ﺍﻻﻋﻀﺎء ﺍﻟﻤﺴﺘﺨﺪﻣﺔ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺘﻜﻮﻳﻦ
.2
/Aṭ-ṭārīqatu l-latī bihā tukawwanu wa al-`a’ḍā`u l-mustakhdimatu fi haża ttakwīni/. `Dengan cara kerja alat-alat ucap itu tercipta bunyi-bunyi bahasa`.
Universitas Sumatera Utara
ﻭ ﻅﻴﻔﺔ ﺍﻟﺼﻮﺕ ﺍﻟﻤﻨﻄﻮﻕ
.3
/waẓīfatu ṣ-ṣawti l-manṭūqi/. `Cara kerja bunyi-bunyi itu diujarkan`. 2.4 Alat-Alat Ucap Badri dalam Muskar (2009: 18-19) mengatakan untuk memahami semua bunyi ujaran dengan baik maka perlu diketahui pula semua alat ucap dan bagaimana kerja sama dari semua alat ucap itu untuk menghasilkan suatu bunyi. Alat-alat ucap merupakan hal yang utama untuk diuraikan di dalam fonetik artikulatoris (articulatory phonetics) atau ‘ ﻋﻠﻢ ﺍﺻﻮﺍﺕ ﺍﻟﻨﻄﻖilmu aṣwātun nnuṭqiyyi seperti berikut ini : 1.
Paru-paru ( )ﺍﻟﺮﺋﺘﺎﻥ/`ar-ra’atāni/
2.
Batang tenggorokan ( )ﺍﻟﻘﺼﺒﺔ ﺍﻟﻬﻮﺍﺋﻴﺔ/`al-qaṣbatu l-haw.ā`iyyati/
3.
Pangkal tenggorokan ( )ﺍﻟﺤﻨﺠﺮﺓ/`al-ḥanjaratu/
4.
Pita-pita suara ( ) ﺍﻟﻮﺗﺮﺍﻥ ﺍﻟﺼﻮﺗﻴﺎﻥ/`al-witrāni ṣ-ṣawtiyyāni/
5.
Rongga tenggorokan ( ) ﺍﻟﺤﻠﻖ/`al-ḥalqu/
6.
Akar lidah ( )ﺫﻟﻖ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ/ẓuluqu l-lisān/
7.
Pangkal lidah ( )ﻣﻘﺪﻡ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ/muqaddamu l-lisān/
8.
Tengah lidah ( )ﻭﺳﻂ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ/wasatul-lisān/
9.
Daun lidah ( ) ﻁﺮﻑ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ/ṭarfu l-lisān/
10. Ujung lidah ( ) ﺫﻟﻖ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ/ẓuluqu l-lisān/ 11. Anak tekak ( ) ﻟﺴﺎﻥ ﺍﻟﻤﺰﻣﺎ/lisanu l-mazmā/ 12. Langit-langit lunak ( ) ﺍﻟﺤﻨﻚ ﺍﻟﻠﻴﻦ/`al-ḥanaku l-layyinu/ 13. Langit-langit keras ( ) ﺍﻟﻄﺒﻖ ﺍﻟﺼﻠﺐ/aṭ-ṭabaqu ṣ-ṣulbu/ 14. Lengkung kaki gigi ( ) ﺃﺻﻮﻝ ﺍﻻﺳﻨﺎﻥ/`uṣūlu l-‘asnānu/ 15. Gigi bawah ( )ﺍﻻﺳﻨﺎﻥ ﺍﻟﺴﻔﻠﻰ/`al-asnānu s-suflā/ 16. Gigi atas ( )ﺍﻻﺳﻨﺎﻥ ﺍﻟﻌﻠﻴﺎ/`al-asnānu l-ulyā/ 17. Bibir bawah ( )ﺍﻟﺸﻔﺔ ﺍﻟﺴﻔﻠﻰ/`asy-syafatu s-suflā/
Universitas Sumatera Utara
18. Bibir atas ( )ﺍﻟﺸﻔﺔ ﻟﻌﻠﻴﺎ/`asy-syafatu l-ulyā/ 19. Mulut ( ) ﻓﻤﻮﻳﺔ/famūwiyah/ 20. Rongga mulut ( ) ﺍﻟﺘﺠﻮﻳﻒ ﺍﻟﻔﻤﻮﻳﺔ/at-tajwifu l-famuwiyyy/ 21. Hidung ( ) ﺍﻧﻔﻴﺔ/ `anfiyyah/ 22. Rongga hidung ( ) ﺍﻟﺘﺠﻮﻳﻒ ﻷﻧﻔﻴﺔ/`attajwifu l-‘anfiyyatu/
2.5 Bunyi Vokal dan Konsonan 2.5.1 Bunyi Vokal Menurut Verhaar (2008: 33) ada dua bunyi bahasa, konsonan dan vokal. Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mempergunakan artikulasi pada salah satu bagian alat-alat ucap, sedangkan vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita-pita suara tanpa penyempitan atau penutupan apa pun pada tempat pengartikulasian. Basyar (1980: 74) memberikan batasan bahwa yang disebut dengan vokal adalah sebagai berikut :
ﻗ ّﺮﺭ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء ﺍﻥ ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺻﻮﺕ ﻳﺘﻤﻴﺰ ﺑﺄﻧﻪ ﺍﻟﺼﻮﺍﺕ ﺍﻟﻤﺠﻬﻮﺭ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺤﺪﺙ ﺍﺛﻨﺎء ﺍﻟﻨﻄﻖ ﻭ, ﺑﻪ ﺍﻥ ﻳﻤﺮ ﺍﻟﻬﻮﺍء ﺣ ّﺮﺍ ﻁﻠﻴﻘﺎ ﺧﻼﻝ ﺍﻟﺤﻠﻖ ﻭ ﺍﻟﻔﻢ ﺩﻭﻥ ﺃﻥ ﻳﻘﻒ ﻓﻲ ﻁﺮﻳﻖ ﺃﻯ ﻋﺎﺋﻖ ﺃﻭ ﺣﺎﺋﻞ .ﺩﻭﻥ ﺍﻥ ﻳﻀﻴﻖ ﻣﺠﺮﻯ ﺍﻟﻬﻮﺍء ﺿﻴﻘﺎ ﻣﻦ ﺷﺄﻧﻪ ﺍﻥ ﻳﺤﺪﺙ ﺍﺣﺘﻜﺎﻛﺎ ﻣﺴﻤﻮﻋﺎ /qarrara al-‘ulamā`u `anna al-ḥarakata ṣawtun yatamayyazu bi`annahu ṣ-ṣawtu al-majhūru l-lażi yaḥduṡu `aṡnā`u n-nuṭqi bihī `an yamurra al-hawā`a ḥarran ṭalīqān khilālu al-ḥalqi wa al-fami dūna `an yaqifa fī ṭarīqin `ay ‘ā`iqin `aw ḥā`ilin, wa dūna `an yaḍīqa majrā al-hawā`i ḍayyiqan min sya`nihi `an yaḥduṡa `ihtikākan masmū’an/. `Para ahli bahasa Arab menetapkan bahwa bunyi vokal adalah bunyi yang dihasilkan dengan getaran pita suara (majhur), tanpa mengalami penyempitan dalam saluran suara di atas glotis dan rongga mulut, tanpa mengalami halangan dan penyempitan udara dalam pengucapannya`. Menurut Muskar (2009: 25) bunyi vokal di dalam bahasa Arab diklasifikasikan atas bunyi vokal pendek, bunyi vokal panjang dan bunyi vokal nasal.
Universitas Sumatera Utara
1. Bunyi vokal pendek Menurut Basyar (1980: 83) bunyi vokal pendek ada 3 (tiga) sebagai berikut:
ﻭ ﻳ ّﺸﺎﺭ ﺍﻟﻰ, ﺍﻟﻔﺘﺤﺔ ﻭ ﺍﻟﻜﺴﺮﺓ ﻭ ﺍﻟﻀﻤﺔ ﻭ ﻗﺪ ﺗﻜﻮﻥ ﻗﺼﻴﺮﺓ: ﺍ ّﻣﺎ ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﻓﻬﻲ ﺛﻼﺛﺔ .ﺍﻟﺤﺮﻛﺎﺕ ﺍﻟﻘﺼﻴﺮﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﺘﺎﺑﺔ ﺑﺎﻋﻼﻣﺎﺕ ﺍﻟﺘﻘﻠﻴﺪﻳﺔ ﺍﻟﻤﻌﺮﻭﻓﺔ /`amma al-ḥarakātu fahiya ṣalāṣun : al-fatḥatu wal kasratu wa ḍ-dammatu wa qad takūnu qaṣīratun, wa yusyāru `ila al-ḥarakāti al-qaṣirati fi al-kitābati bi al`alāmati t-taqlīdiyyati al-ma`rufati/. Bunyi vokal pendek bahasa Arab ada tiga yaitu bunyi vokal [a], [i], dan [u] sebagaimana dikenal dengan lambang ( ُ◌, ◌, ِ َ◌). 2. Bunyi vokal panjang Bunyi ini terdiri dari bunyi-bunyi vokal [a, i, u] yang panjang yaitu [ a: , i: , u: ]. Bunyi vokal panjang adalah bunyi yang ketika mengucapkan suara kita lebih lama atau lebih panjang dari vokal pendek. (Muskar 2009: 27)
3. Bunyi vokal nasal Di dalam bahasa Arab dikenal juga bunyi nasal atau sengau yang disebut dengan tanwin. Bunyi vokal nasal memiliki tiga lambang sebagai berikut : ً◌ [an], ٍ◌ [in] dan ◌ٌ [un]. (Muskar 2009: 34-35) Menurut Nasr dalam Muskar (2009: 30) bahasa Arab memiliki enam vokal. Keenam vokal tersebut adalah [a, i, u, dan a:, i:, dan u: ] seperti yang terdapat dalam peta bunyi konsonan berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1 Vokal Bahasa Arab Depan Vokal
Bulat
Tidak
Tengah Bulat
Tidak
Bulat
Tinggi
Belakang Bulat
Bulat
Tidak Buat
i:
u:
i
u a
Sedang
a:
2.5.2 Bunyi Konsonan Basyar (1980: 74) memberi batasan bunyi konsonan bahasa Arab sebagai berikut :
.ﺻﻮﺕ ﺻﺎﻣﺖ ﺍﺫﻥ ﻫﻮ ﺍﻟﺼﻮﺕ ﺍﻟﻤﺠﻬﻮﺭ ﺍﻭ ﺍﻟﻤﻬﻤﻮﺱ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺤﺪﺙ ﺃﺛﻨﺎء ﺍﻟﻨﻄﻖ /ṣautun ṣāmitun `iżan huwa ṣ-ṣautu l-majhūru awi l-mahmūsu l-lażī yaḥdaṡu aṡnā`i n-nuṭqi/. `Bunyi konsonan terdiri dari bunyi bersuara dan tidak bersuara yang mengalami hambatan udara pada titik artikulasi`. Menurut Badri (1988: 4) bunyi konsonan disebut dengan ﺍﻻﺻﻮﺍﺕ ﺍﻟﺼﺎﻣﺔ /`al-`aṣwātu ṣāmitu. Menurut Muskar (2009: 36) di dalam bahasa Arab dikenal huruf-huruf alphabet yang disebut dengan huruf Hija’iyyah. Lambang-lambang huruf Hija’iyyah itu dalam kajian fonetik merupakan lambang bunyi konsonan. Bunyi konsonan bahasa Arab sama seperti bunyi konsonan pada bahasa-bahasa yang ada di dunia, yakni dapat diklasifikasikan menurut artikulator dan titik artikulasi, hambatan udara, serta bergetar tidaknya pita-pita suara ketika dalam pelaksanaan suatu bunyi.
Universitas Sumatera Utara
Adapun klasifikasi bunyi konsonan bahasa Arab berdasarkan artikulator seperti berikut : Titik artikulasi atau daerah artikulasi atau ﻛﻴﻔﻴﺔ ﺍﻟﻨﻄﻖ/kayfiyyatu n-nuṭqi/. Untuk menghasilkan sebuah bunyi konsonan, maka bunyi konsonan dapat dibedakan berdasarkan titik artikulasinya sebagai berikut : 1. Bunyi konsonan bilabial ( )ﺷﻔﺘﺎﻧﻲ/syafatāniy/, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh kedua bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi. Bunyi konsonan yang dihasilkan adalah : ﻭ, ﻡ, [ ﺏw, m, b ]. 2. Bunyi konsonan dental ( )ﺍﺳﻨﺎﻧﻲ/asnāniy/, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan pangkal gigi atas. Bunyi yang dihasilkan adalah ﺩ, [ ﺕd, t , ]. 3. Bunyi konsonan labio–dental ( )ﺷﻔﻮﻱ ﺃﺳﻨﺎﻧﻲ/syafawī asnāniy/ yaitu bunyi yang bdihasilkan oleh bibir bawah dan gigi atas. Bunyi yang dihasilkan : [ ﻑf]. 4. Bunyi konsonan interdental ( )ﺑﻴﻦ ﺃﺳﻨﺎﻧﻲ/bayna asnāniy/
yaitu bunyi yang
dihasilkan oleh ujung lidah, gigi atas dan bawah, seperti : ﺫ, [ ﺙð, θ]. 5. Bunyi konsonan alveolar ( )ﻟﺜﺔ/liṣṣah/ yakni bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi atas, daun lidah dan ujung lidah, seperti ﻥ, ﻝ, ﺱ, ﺯ, [ ﺭn, l, s, ʒ,r] 6. Bunyi konsonan velarized ( )ﻣﻔﺨﻢ/mufakhkham/ yakni bunyi yang diperoleh dari pangkal gigi dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah. bunyi yang dihasilkan seperti : ﻅ, ﻁ, ﺽ, [ ﺹʑ, ʈ, ɖ, ʂ] 7. Bunyi konsonan velar ( )ﻁﺒﻖ/ṭabaq/ yaitu bunyi yang dihasilkan oleh langitlangit lunak dan belakang lidah. Bunyi yang dihasilkan adalah : ﻙ, ﻍ, [ ﺥk, γ, x ]. 8. Bunyi konsonan alveo palatal
( )ﻟﺜﺔ ﻏﺎﺭﻳﺔ/liṣṣah ghāriyyah/ bunyi yang
dihasilkan oleh pangkal gigi dan langit-langit keras dan daun lidah belakang, seperti ﺵ, [ ﺝʃ, ʝ]
Universitas Sumatera Utara
9. Bunyi konsonan palatal ( )ﻏﺎﺭﻳﺔ/ghāriyyah/ yaitu bunyi yang diperoleh dari langit-langit keras dan lidah bagian tengah. Bunyi yang dihasilkan adalah ﻱ [y]. 10. Bunyi konsonan uvular ( )ﺣﻠﻘﻴﺔ/ḥalqiyyah/, adalah bunyi yang diperoleh dari langit-langit keras dan lidah bagian tengah. Bunyi yang dihasilkan adalah ﻕ [ q ]. 11. Bunyi konsonan faringal ( )ﺣﻠﻘﻴﺔ/ḥalqiyyah/, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh dinding belakang tenggorokan dan akar lidah, seperti : ﻉ, [ ﺡҁ, ћ ]. 12. Bunyi konsonan glotal ( )ﺣﻨﺠﺮﻳﺔ/ḥanjariyyah/ yaitu bunyi yang diperoleh dari pita-pita suara. seperti : ء, [ ﻩʔ, h ]. (Khuli dalam Muskar 2009 : 39-40).
Universitas Sumatera Utara
ﺷﺒﻪ ﺻﺎٮﺘﻪ Semi vokal
ﺗﻜﺮﺍ ﺭﻳﺔ Vibran
ﺟﺎﺭﻳﺔ Lateral Nasal ﺃﻧﻔﻴﺔ
ﺍﺣﺘﻜﺎﻙ Frikatif Stopﻭﻗﻔﻴﺔ
artikulasi
Cara
ﺟ
ﺟ
ﺟ ﺏb
ﻫ
ﻫ ﻡm
ﺟ
ﻭw
ﺟ ﻑf
ﺩd ﺽɖ
ﺕt ﻁʈ ﻙk
¸ﻅ ﻍɤ ∆ﺝ ﻉʕ
ﺥx ﺵS ﺡħ
ﺫð ﺯʒ
ﺙθ ﺹʂ
ﻥn
ﻫ ﻝl
ﻫ
ﺟ
ﻫ
ﻱ
y
Universitas Sumatera Utara
ﻕq
glotal ﺣﻨﺠﺮﻳﺔ
faringal ﺣﻠﻘﻴﺔ
uvular ﺣﻠﻘﻴﺔ
palatal ﻏﺎﺭﻳﺔ
Alveo palatal ﻟﺜﺔ
velarﻁﺒﻖ
Velarized ﻣﻔﺨﻢ
Alveolar ﻟﺜﺔ
Inter dental
ﺑﻴﻦ ﺃﺳﻨﺎﻥ
Labio dental
ﺷﻔﻮﻯ ﺃﺳﻨﺎﻥ
Dental ﺃﺳﻨﺎﻥ
Bilabial ﺷﻔﺎﺗﺎﻥ
Tidak bersuara
ﻣﺤﻤﻮﺱ
Bersuara ﻣﺠﻬﻮﺭ
Menurut Nasr dalam Muskar (2009: 41) bahasa Arab memiliki 28 fonem
konsonan. Seperti yang terdapat dalam tabel berikut. Tabel 2 Bunyi Konsonan Bahasa Arab
Daerah
Artikulasi
ءʔ
ﻫh