Bulletin Penel.,. ~n Kesehatan Health Studies in Indonesia
Vol. X No. 1 1982
PENELITIAN CARA PENYEDIAAN AIR MINUM DI DAERAH PASANG SURWT RANTAU RASAU, JAMB1
/
/
Oleh : Sidik Wasito*, Sri Soewasti*, Ida Bagus*, dan Wasito**
ABSTRACT A study has been made to investigate provisions of water supply in meas where availability of potable water is scarce due to high organic matter, red and yellowish in colour and low in pH. The water quality was determined for surface and shallow ground water. Clean potable water was acquired by dugging a well with concrete casing in podsolic soil, provided with a shallow well hand pump with PVC casing in non-podsolic soil, and one provided with a shallow well hand pump with PVC casing connected to a small water treatment unit in podsolic soil. The study shows that a water treatment unit is urgently needed, to provide a proper water supply sys tem. The best potable water supply can be provided through the installment of auger shallow well hand pumps with PVCcasing and connected to a small water treatment unit. A well with concrete casing alone does not meet the requirementfor acquiring potable water.
PENDAMULUAN au adaiah suatu daerah transmiRantau grasi yang merrdiki kondisi yang sulit, karena rnerupakan daerah pasang surut dan daerah banjir, dan juga merupakan daerah yang sukar untuk memperoleh air minum yang layak untuk diminum. Yang terakhir ini disebabkan karena keadaan tanahnya sebagian tersusun dari tanah gambut, sehingga air tanah permukaan serta air perrnukam umumnya merupakan air gambut, benvarna coklat kekuning-'kuningan, berwarna hitam bila direbus, banyak mengandung bahan organik dan besi, dan pH-nya rendah. Dalarn feasibility study, master plan dan study sosial ekonomi Proyek Pembukaan Persawahan Pasang Surut, Departernen Pekerjaan Umum, Rantau Rasau, Jambi, Nusa Consultants, bertalian dengan penyediaan air rninum telah dinyatakan: "Bahwa pasang surutnya permuka-
* Pusat
Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Lit Bang Kes. ** Wrektorat Hygiene & Sanitasi, Direktorat Jendral P3M.
an air sungai Batanghari dan Batang Berbak berpengaruh besar terhadap mata air tanah dangkal atau permukaan". (laporan tidak diterbitkan). Di Indonesia program sarana air minum di daerah transmigrasi dewasa ini telah dirnulai, namun di beberapa daerah dijumpai masalah yang tidak sederhana karena kondisi daerahnya yang begitu sulit seperti dikemukakan di atas. Oleh sebab itu permasalahan tersebut memerlukan pemecahan secara cepat dan baik. Fair dan Geyer pernah menyatakan, bahwa warna alami dalam air dapat dihilangkan Sampai 30 % melalui saringan pasir lambat tanpa menggunakan bahan penggumpall). Maxcy telah menyatakan pula, bahwa warna dalam air dapat dihilangkan melalui koagulasi dengan A12 (S04)3 atau pun garam-garam besi diikuti dengan sedimentasi dan saringan pasir cepat. Cara lain untuk dapat menghilangkannya ialah melalui oksidasi dengan chlorine3). Selanjutnya Nemerow, mengenai kandungan bahan organik dalam air di danau Tahoe, telah menyatakan: ".......dapat dikurangi sampai ku-
SIDIK WASITO DKK
rang dari 16 mglliter melalui suatu kombinasi dari prinsipprinsip koagulasi, filtrasi, dan absorpsi" . 5, Atas dasar itulah penelitian ini dilakukan antara tahun 1977 - 1978 dan antara tahun 1979 - 1980, yang pelaksanaannya dilakukan melalui uji coba lapangan dengan maksud untuk secepat munglun dapat mengatasi kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga bagi masyarakat setempat, yang pada umumnya sangat mendambakan tersedianya amberLair yang berkualitas baik. Hasil penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah penyediaan air minum dengan cara yang sederhana, efektif, praktis, dan diterirna oleh masyarakat setempat serta dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan program sarana air minum di daerah pasang surut, khususnya daerah yang bertanah dan berair garnbut. BAHAN DAN CARA
Penelitian. ini dibatasi pada suatu sistem penyediaan air rninum di daerah pedesaan khususnya daerah transmigrasi, yang bersumber dari air tanah dangkal/permukaan dan air permukaan, melalui pengambilan beberapa contoh air untuk pemeriksaan kualitas kirniawi dan uji coba lapangan untuk beberapa model penyediaan air. Daerah Penelitian. Kondisi tanah di daerah Rantau Rasau pada umumnya terbagi sebagai berikut: Pertama, tanah yang letaknya berdekatan dengan sungai dan saluran, tersusun dari lapisan tanah bagian atas hingga ke dalaman 2,25 m berupa tanah gambut, dan lapisan di bawahnya dari jarak 2,25 m sampai ke dalaman 3 ,SO m berupa lapisan pasir halus bercampur lumpur. Daerah ini disebut sebagai daerah bertanah gambut. Kedua, tanah yang letaknya di daerah pedalaman yang cukup jauh dari saluran dan sungai, tersusun dari lapisan tanah bagian atas sampai kedalaman 1,75 m berupa tanah liat bercampur pasir, dan lapisan di bawahnya dari jarak 1,75m
ke bawah sampai ke dalaman 3,50 m lapisan pasir halus campur lumpur. Kehidupan penduduk Rantau Rasau, pada dasamya memperoleh sumber penyediaan air dari sumur gali sebanyak 69,lO % dan sumber lain-lain sebanyak 30,90 % (sungai, saluran waktu pasang, dan air hujan). Kualitas fisik dari sumur gali yang disebutkan di atas menurut data yang diperoleh dari survey: air jernih yang dirninum sebanyak 14,30 $6, air jernih dengan rasa asam tidak 'iminum sebanyak 37,50%, air jemih benvarna coldat kekuningan berasa asam tidak diminum sebanyak 17,30 %. Air tanah permukaan dapat dijumpai dalam tanah pada ke dalaman antara l,00 - 6,00 m. Cara Penelitian.
1. Analisa Air Permukaan. Untuk memperoleh gambaran'tentang kualitas air dari sumber air permukaan yang banyak digunakan sebagai sumber air minum terutama pada waktu pasang, maka telah diambil contoh, air dari saluran yang ada pada saat pasang mau pun surut untuk dilakukan analisa melalui laboratorium dengan cara-cara konvensionil.
2. Uji coba 2.1. Sumur Gali. Sumur gali dengan pompa tangan telah diuji coba khususnya di daerah bertanah gambut, mengingat daerah ini sumur gali pada umumnya mempunyai air yang berwarna coklat kekuningan dan tidak dapat diminum. Adapun konstruksinya adalah bahwa sumur gali telah dibuat dengan kedalaman 3,00 m dan diameter (garis tengah) 1,00 m, berdinding beton kedap air dengan saringan pasir sederhana di dasar sumur yang tersusun dari lapisan batu koral, ijuk dan pasir, sedang di atas permukaan sumur dibuat lantai sumur yang kedap air. (Gambar I). Konstruksi sedemikian itu dimaksudkan, agar air gambut dari lapisan tanah teratas sampai kedalaman 2,50 m diharapkan tidak masuk ke sumur melalui dinding, tetapi melalui saringan pasir dari bagian dasar sumur. Air yang dihasilkan dari sumur gali terse but kemudian dianalisa dalam labora'torium
PENELITIAN CARA PENYEDIAAN AIR MINUM DI RANTAU RASAU, JAMB1
GAMBAR 1
SKALA
.
1
:
25
tutup pengontrol 4<+
0.02-0.05 lantai floor
r(
..*,;...-;:-
zi .a.c
-4M.T. '
.
;
Z*
KETERANCAN : d ~ n d ~ ndapat g dibuat dengan beton atau FERRO CEMENT
;
$ 1 %"
;:A
Adonan beton
>-
Dibuat rapat air
I
j
I
A
1
Kerikil = 0.20
iiuk = 0.20
--
SIDIK WASITO, DKK
Sumur ini dibuat dengan kedalaman 3,50 m pakai "casing" pipa PVC $4" (semula direncanakan 4 9", tetapi ukuran tersebut di Jambi tidak dapat diperoleh). Di dasar sumur diberi kerikil dan di sekeliling "casing" diberi kerikil dan ijuk, sampai setinggi 0,90 m dari permukaan tanah (Gambar 11).
dan sebagai pembanding akan kualitas airnya telah diambil contoh air untuk analisa dari sumur gali rakyat sebagai sumur kontrol. 2.2. Sumur Pompa Auger. S m u r ini telah diuji coba di dua tempat : 2.2.1.Sumur pompa auger di daerah tanah yang tidak gambut. SlJMUR POMPA
GAMBAR ll
PENELITIAN CARA PENYEDIAAN AIR MINUM DI RANTAU RASAU, JAMB1
Sumur ini dibuat dengan konstruksi yang sarna seperti pada butir 4.2.1. di atas. Adapun unit pengolahan aimya terdiri dari 2 drum, yang satu diletakkan pada ketinggian 1,30 m dan lainnya pada ketinggian 0,40 m. Air dari sumur pompa dialirkan ke unit pengolahan air dengan pipa WC. (Gambar 111). Dalam uji coba sumur pompa auger ini telah digunakan unit pengolahan air dengan 3 (tiga) media yang susunannya berbeda satu sama lain, antara lain: Media pertama, pada drum I lapisan atas terdiri dari kerikil, tengah arang, dan bawah kerikil; pada drum I1 lapisannya dari atas ke bawah terdiri dari pasir, ijuk, arang, ijuk dan kerikil. Media kedua, pada drum I dari atas ke
Unit pengolahan air di sini tidak digunakan, karena di daerah ini sumur gali yang ada umumnya menghasilkan air yang jernih, tidak berwarna dan dirninum oleh penduduk. Dari air yang dihasilkan sumur pompa uji coba telah diambil contoh untuk dianalisa, pertama kali setelah selesai dibangun sumurnya, yang kedua kalinya setelah kira-kira enam bulan k e mudian, dan sebagai pembanding kualitas aimya telah diambil pula contoh air dari sumur rakyat sebagai sumur kontrol. 2.2.2.Sumur pompa auger di daerah tanah gambut dengan menggunakan unit pengolahan air sederhana.
SKALA L60 cm
I
I5
+
GAMBAR Ill
15 (Kerilrl)
SIDIK WASITO DKK
bawah berupa kerikil, arang, batu kapur; pada drum I1 digunakan media yang sarna seperti media pertama. Media ketiga, pada drum I berturut-turut batu kapur, arang, batu kapur; dan pada drum I1 medianya sama seperti di
dan kaporit secara tersendiri/terpisah, serta penggunaan A1 (SO4)3 dan kaporit secara bersamaltercampur, dengan dosis yang berbedabeda. HASIL
1. Analisa Air Permukaan. Dari hasil analisa air saluran primair pada waktu normal/surut dan waktu pasang nampak, bahwa kualitas airnya kurang memenuhi syarat, karena seperti terlihat pada Tabel 1 airnya keruh dan berwarna serta mengandung bahan organik yang sangat tinggi.
Dari air pompa uji coba, yang bergantiganti telah melalui unit pengolahan dengan media seperti disebutkan di atas, masing-masing telah diambil contoh untuk analisa di laboratorium, dan sebagai pembanding telah diambil pula contoh air yang ke luar secara langsung dari sumur pompa uji coba, sebagai kontrol.
2. Uji Coba 2.1. Sumur Cali Dari hasil analisa air sumur gali uji coba sebagai sumber penyediaan air tanah permukaanldangkal seperti tercantum pada Tabel 2 nampak tidak adanya kemajuan mengenai kualitas air yang dihasilkan dan bahkan cenderung lebih mundur kualitasnya kalau dibanding dengan sumur kontrol terutama mengenai nilai kesadahan, pH, Fe, Mn, Ammonium dan sebagainya.
3. Menghilangkan warna air gambut. Upaya menghllangkan warna air gambut telah dilakukan di lapangan dengan menggunakan dasar dosis pembubuhan 15 mg/l Al2(SO4)3 dan 1,5 mg/l kaporit pnda proses penjernihan air secara sederhana menurut Appropiate Technology Pamphlet I.T.B. (tidak diterbitkan). Dalam hal ini telah dicoba penggunaan A1 (SO4)3
Tabel 1.
Analisa Air dari Sumber Air permukaan. Hasil Pemeriksaan A i r Unsur
Satuan
Saluran Primair
Saluran Primair
Waktu N o r m a l ( Surut )
Waktu Pasang
Syarat A i r M i n u m
A. Fisik Warna 6. Kimia
pH Z a t organik Kesadahan Fe Mn
CI Sulfat Ammonium
mg/l
Coklat berlumpur
Keruh k u n i n g
5 - 50
PENELITIAN CARA PENYEDIAAN AIR MINUM DI RANTAU RASAU, JAMB1
Tabel 2.
Analisa Air dari Segi Fisik dan Kirniawi Surnur Gali Uji Coba.
HASlL PEMERIKSAAN Unsur
Satuan
Surnur K o n r o l (Sumur Rakyat)
Sumur Gali U J i Coba
Syarat A i r M i n u m
A. Fisik
Warna
Kuning coklat Tawar
R asa
K u n i n g Tua Seoat
6. Kirnia pH Zat organik Kesadahan Fe Mn CI Sulfat Ammonium
Hasil Analisa Air Surnur Pornpa Auger di Daerah Tanah yang Tidak Gambut.
Tabel 3.
Hasil Analisa Unsur
Satuan
Sumur K o n t r o l
S u m u r Auger
Sumur Auger
(Sumur rakyat)
Analisa No. I
Analisa No. II
tak berwarna
Coklat berlumpur
Agak kuning
Syarat A i r Minum
A. Fisik Warna
mg/ 1
5 - 10
8 . Kirnia pH
Zat organik Kesadahan Fe Mn CI
Sulf at Ammonium
O3 N02
2.2. Sumur Pompa Auger 2.2.1. Sumur pompa auger di daerah tanah yang tidak gambut. Berdasarkan pengamatan h asil analisa
air dari sumur pompa auger yang telah dilakukan uji coba di daerah tanah yang tidak gambut seperti terlihat pada Tabel 3, nampak adanya kecende-
SIDIK WASITO DICK
Tabel 4.
Analisa Air Sumur Uji Coba Daerah Gambut dengan Unit Pengolahan.
Hasil Analisa Sumur Pompa Auger Uji Coba Unsur
Satuan
Sebelum
Sesudah
Sesudah
Sesudah
Pengolah-
Pengolah-
Pengolah-
Pengolah-
an (Kon-
an, Media I
an, Media I I
an, Media I l l
7,o
2,4
2.4
2.15
5 - 25
6.23 73-32 8,27 0,36
7.56 51.57 6.53 0,03
7.6 53.66 7,62 0,02
7,54 23.55 7,18 0,02
6.5 - 9.2 10,O 5- 0 0,l - 1.0
0.68 8,02 155,74 5,58
0.o 2,51 6.93 3.74
0.0 4.51 18,09 2,698
0.0 5.01 24,79 3,94
0,05 - 0.5 20 - 600 200 - 400
0.54 0,o
0.597 0,o
0,78 0,o
Syarat Air M inum
trol)
A. Fisik Kekeruhan
Pt-CO
6. Kimia PH Zat organik
mg/l
Kesadahan
OD
Fe
mg/l
Mn
-
- -
CI Sulfat
- -
Ammonium
-,,-
O3 O2
- - -
1.79 0,046
rungan bahwa kualitas airnya adalah lebih baik kalau dibanding dengan sumur kontrol, terutama pada hasil analisa yang ke 11, antara lain mengenai pH, zat organik, Fe, NO3, dan NO2. 2.2.2.Sumur pompa auger di daerah tanah gambut dengan unit pengolahan air sederhana. Dari hasil analisa air sumur uji coba y ang dernikian, seperti terlihat pada Tabel 4 nampak, bahwa dari segi fisik, yakni mengenai angka kekeruhannya, cukup menunjukkan adanya kemajuan. Demikian pula dari segi kirniawi umumnya terdapat adanya kemajuan, antara lain mengenai pH, yang semula sebelum melalui unit pengolahan air menunjukkan angka 6,23, kemudian setelah melalui unit pengolahan, baik dengan media pertama, kedua, maupun ketiga semuanya naik menjadi sekitar 7,510. Begitu pun mengenai zat organik, kesadahan, Fe, Mn, C1, Sulfat, Nitrat, Nitrit dan sebagainya. Dengan
0,o
20.0 0,o
demikian berarti, bahwa kualitas airnya cukup meningkat nilainya kalau dibanding dengan sumur kontrol. 3. Menghilangkan warna air gambut Dari hasil coba menghilangkan warna air gambut, seperti terlihat pada Tabel 5 nampak, bahwa dengan menggunakan dosis pembubuhan 5 mg A1 (S04)3 dan 1,5 mg kaporit dalam 1 liter air secara bersama/tercampur telah menghasilkan air yang jernih dalam waktu 10 menit, dengan pengadukan selama 4 menit.
DISKUSI
Dari hasil analisa kualitas sumber air permukaan serta hasil uji coba dari sumur gali, ternyata bahwa:
1 Kualitas air, khususnya sumber air permukaan dari saluran primair, belum dapat menjarnin penyediaan air rninum yang layak dan baik, secara langsung; begitu pun kualitas air sungai Batanghari seperti data yang diperoleh dari Final Report Survey, Proyek Pembukaan Persawahan Pasang Surut, Departemen Pekerjaan Umum, Nusa Consultants (ti-
PENELITIAN CARA PENYEDIAAN AIR MlNUM DI RANTAU RASAU, JAMB1
Tabel 5.
Cara Menghilangkan Warna Air Gambut. Pernbubuhan
Waktu
pH
No. urut
Keterangan A12(S04)3
Kaporit
4 1 ~ ( 5 0 ~ Penggurnpalan ) ~
.-
-
t
Tanpa Diaduk diaduk
Warns mulai hilang (air jadi jernih)
Kaporit
1.
15 rng/l
-
-
Pernbubuhan A12(S04)3 dan Kaporit Sebe- Sesulurn dah
-
10
-
5,5
4
Warna tidak hilang
-
5,s
4
Warna tidak hllang
-
5.5
4
Warna tidak hllang
menit
2.
1 0 mg/1
-
-
-
10 rnenit
3.
5 rndl
-
-
-
10 rnenit
-
-
-
5.5
5,5
Warna tidak hilang
-
-
-
5.5
5,5
Warna tidak hilang
8
10
5,5
4
rnenit
rnenit
-
+
5
10
rnenit
rnenit
4 rnenit
10 rnenit
Tidak berwarna, belurn iernih
5.5
4
Tidak berwarna, belurn jernlh
5,5
4
Tidak berwarna, air jernih
1.5 mg/l
dak diterbitkan) khususnya dari hasil analisa air dari sungai besar Batanghari ternyata pHnya adalah 5,9, zat organiknya meleblhi persyaratan air minum, airnya berwarna, ammonium dan kesadahannya juga melebihi persyaratan air minum. 2. Dengan konstruksi sunlur gali terutama di daerah bertanall gambut, tidak dapat diharapkan diperoleh penyediaan air yang layak dan baik. Hal ini diperkuat dengan apa yang dinyatakan dalam Final Report Survey tersebut pada butir I di atas: "........bahwa pasang surutnya permukaan air sungai Batanghari d m Batangberbak berpengaruh besar terhadap muka air tanah dangkal ...... pada sebagian daerah air sumurnya mempunyai kekeruhan koloidal dan berbau besi, sehingga air sumur di daerah ini memerlukan pengolahan khusus". Maka dengan demikian dapat dinyatakan, bahwa di daerah Rantau Rasau, Jambi, dewasa ini tidak mungkin dikembangkan suatu
sistem penyediaan air minum yang layak dan baik, dari sumber penyediaan air permukaan, apakah itu dari sungai Batanghari atau saluran primair yang ada, ataukah dari su1,lber penyediaan air tanah permukaan atau air tanah dangkal di daerah bertanah gambut, tanpa melalui unit pengolahan air. Oleh sebab itu, sebagai kelanjutan dari penelitian ini telah dilakukan uji coba penggunaan 2 (dua) sarana sumur pompa auger, satu sumur pompa auger tanpa unit pengolahan air diuji coba di daerah tidak bertanah gambut, dan satu lagi sumur pompa auger dengan suatu unit pengolahan air sederhana di daerah bertanah gambut. Dan sebagaimana apa yang dikemnkakan dalam hasil penelitian mengenai uji coba kedua sarana tersebut, kualitas air kedua-duanya telah cenderung meningkat nilainya, walaupun pada pompa auger dengan unit pengolahan air yang dihasilkan m a s h ada beberapa unsur yang nampak memberikan keberatan, seperti kan-
-
SIDIK WASITO DKK
60 crn
- 1
dungan organik, ammonium serta warna airnya. Namun demikian, semua itu masih dapat diatasi dengan diadakannya suatu sumur pompa auger di mana unit pengolahan airnya mempunyai konstruksi yang agak berbeda dengan yang diuji cobakan (Gambar IV), yakni suatu unit pengolahan yang terdiri dari 3 (tiga) buah drum: - Drum I merupakan drum pengolahan yang nampak pada gambar berisi media kerikil atau batu kapur. Lapis teratas kerikillbatu kapur, lapis tengah arang, dan lapis bawah kerikillbatu kapur. - Drum I1 merupakan penampung air, ymg berfungsi sebagai drumltangki pengendap. Bila dipandang perlu, agar kualitas air yang dihasilkan diharapkan dapat lebih baik lagi, karena kemungkinan mash berwarna bila unit pengolahan airnya hanya terdiri dari 2
(dua) buah drum seperti pada uji coba yan telah dilakukan, maka bagi air yang tertar pung di dalam drum 11, yang mempunyai p sekitar 7,s (Tabel 6), untuk menghilangka warnanya dapat digunakan A1 2(S04)3 da kaporit secara bersama, yakni 5 m A1 2(S04)3 dan 1,5 mg kaporit dalam 1 ter air, sesuai dengan hasil coba penghilan warna yang telah dilakukan seperti pad Tabel 5 . Hal ini didasarkan pada apa yan dikemukakan oleh Miller yang dikutip ol Hopkins sebagai berikut: "....... bahwa wa na dalam air adalah berasal dari ....., tann dan susunan lain. Dan bahan-bahan ini be bentuk colloidal yang mempunyai muat negatif d m dapat dihilangkan melalui flok lasi yang dapat te rjadi secara baik dalam li kungan pH air di bawah 4,6 atau antara 6 - 8,3."2)
PENELITIAN CARA PENYEDIAAN AIR MINUM Dl RANTAU RASAU, JAMB1
- Drum 111 merupakan drum saringan yang
berisi media saringan yang sama seperti yang terlihat pada (Gambar 111). Mengenai kandungan bahan organik dalam kuantitas yang umum terdapat dalam air alam telah dinyatakan oleh Moore: "........... sesuatu yang tidak berbahaya, karena belum terdapat adanya kejadian positif yang menyangkut-paut kan bahan organik tersebut dengan gangguan pada gastrointestinal, kecuali apabila ada pertumbuhan ganggang hijau (blue green algae) yang begitu melebihi. Dan algae ini mengandung racun, yang dapat menimbulkan kematian pada ternak, namun tidak dijumpai pada manusia. Hanya karena kurang estetiknya air, maka umumnya tidak untuk air minum. Walaupun demikian, alangkah baiknya bila air itu bebas dari bahan ~ r ~ a n i k . " ~ )
casing pipa PVC dengan unit pengolahan air sederhana seperti terlihat pada Gambar I1 dan IV, khususnya untuk sumber penyediaan air tanah dangkallpermukaan. Sedangkan untuk penyediaan sumber air permukaan, unit pengolahan air sederhana ini pun dapat digunakan. Bagi daerah lain di Indonesia, bila kondisi dan karakteristik tanah dan air tanahnya sama dengan apa yang ada di Rantau Rasau, Jambi, maka sistem ini pula dapat dipergunakan. Selanjutnya mengingat bahwa uji coba ini baru merupakan eksperimen lapangan, maka untuk lebih menjarnin kebaikan hasilnya, khusus mengenai unit pengolahan airnya, perlu penelitian ini dilanjutkan melalui eksperimen laboratorium. UCAPAN TERIMA KASIH
KESIMPULAN DAN SARAN
Di daerah transmigrasi Rantau Rasau, Jambi dewasa ini tidak mungkin dapat dikembangkan suatu sistem penyediaan air minum yang layak, baik itu bersum!ier pada penyediaan air permukaan dari sungai Batanghari atau dari saluran primair, maupun diambil dari sumber penyediaan air tanah peimukaan, tanpa adanya suatu upaya pengolahan air. Karena itu disarankan di sini penggunaan konstruksi sumur auger pompa tangan yang ber-
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Cholid Hanafiah Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan, Jambi, beserta Stafnya, yang telah mengizinkan d a i membantu pelaksanaan penelitian ini. Demikian pula kepada Saudara Djoko Hartono B.Sc., lulusan Akademi Penilik Kesehatan Teknologi Sanitasi, Jakarta, yang dalam penelitian ini berstatus sebagai tenaga sukarelawan telah membantu dalam pelaksanaan uji coba lapangan.
KEPUSTAKAAN 1. Fair G.M. and Geyer J.C., 1956, Water Supply and Waste-Water Disposal, New York, John Wiley and Sons, p. 701.
York, Appleton Century Crofts, INC., p. 1165.
2. Miller, L.B., dikutip oleh Hopkins E.S. and Schulze W.H., 1954, The Practice of Sanitation, The Williams Company, Baltimore, p. 175.
4. -----, Water and Its Relation to Disease, dalam bukunya Maxcy, K.F., 1956, Preventive Medicine and Public Health, New York, Appleton Century Crofts, INC., p. 1224.
3. Moore E.D., Sanitary Analisis of Water, dalam bukunya Maxcy K.F., 1956, Preventive Medicine and Public Health, New
5. Nemerow L.N., 1971, Liquid Waste of Industry, London, Addison-Wesley Publishing Company, p. 65.
CORRECTION / RALAT
1.
Bulletin Health. Studies In Indonesia/Bulletin Penelitian Kesehatan Vol. IX No. 1 1981. Page/ Halaman 15. Notations
: as printed under Abstract should be printed as a Note
Catatan
: yang dicetak di bawah Abstract seharusnya sebagg catatan.
ABSTRACT Untuk mengetahui penyakit-penyakit apa yang mengancam kesehatan para transmigran diselenggarakan beberapa survai morbiditas di beberapa daerah trnnsmigrasi yang terletak di sekitar jalan raya trans - Sumatera. Penelitian ini adalah rnerupakan hasil salah satu survai di Propinsi Lampung. Dari penghuni kampung-kampung Waspada, Katya Tani, Ogan Baru dun Pagar Dewa diambil darah, faeces dun dahaknya untuk diperiksa. Juga diselidiki nyamuk dun tikus serta ectoparasit yang terdapnt pada tikus-tikus yang tertangkap. Seluruhnya diperiksa 273 orang. Dari 203 sampel tinja, prevalensi Entamoeba histolytia adalah 4%, E. colt 22%, Endolimax nana 9%, Jodamoeba butschlii lo%, Gardia lamblia 2%, Ascaris lumbricoides 59%. Trichuris trichiura 60%, dun cacing tambang 42%. Kecuuli untuk cacing tambang, umur tidak mempunyai pengaruh atas prevalensi rate Bakteria enteropathogen terdapat pada I orang dengan Shi~elladysenteriae, 2 orang dengan Shiaella sonnei, I orang dengan Shinella flexneri, 2 orang dengan Salmonella typhi dun 2 orang dengan Edwardnella tarda. Dari 164 sampel dahak tidak ada satu yang positif akan basil tahan asam. Enam puluh anak anak antara 0 9 tahun diperiksa limpanya dun hanya pada 2 anak (3%)terdapat limpa yang teraba. Dan 273 orang hanya 5 orang (1,8%)mengandung microfilaria dun prevalensi malaria tertinggi terdapat di Karya Tani (6,7%), kebanyakan Plasmodium vivax. Serologis 18% dun 171 orang mempunyai IhY antibody terhadap E. histolytica dun 4% terhadap Toxoplasma ~ondii;agglutinasi tes terhadap Leptospira spp adalah 4% terhadap Pseudomonas Pseudomallei 2% positif Dengan HI tes terhadap arbovirus Grup A (Chikungunya) dun Grup B (Japanese Encephalitis) rnenunjukknn 73,3 - 75% dun 93,3 - 97,I % positif masing-masing. Semua golongan umur menunjukkan angka positif yang tinggi Dengan IFA tes prevalensi antibody positif untuk scrubtyphus dun murine typhus adalah masing-masing 7,6% dun 37,1%. Scrubtyphus serologis positifterdapat paling banyak pada umur 30 tahun ke etas. Tikus yang paling banyak tertangkap adalah e s rattus diardii dun R. exulans dun pada 80% tikus-tikus yang tertangkap (seluruhnya 86 ekor) dijumpai Leptonombidium deliense. 2.
Bulletin Health Studies In Indonesia/Bulletin Penelitian Kesehatan Vol. IX No. 2 1981 Page/Halaman 24.
Dalam judul
: LAPORAN PENDAHUL UAN MENGENAI PENDARAHAN PERIRE-
NAL DAN METROPATI F'ADA GERBIL (MERIONES UNGUICULATUS) DISEBABKAN MIKOTOKSIN PENICILIUM VIRIDICA TUM. Harap diralat menjadi : LAPORAN PENDAHULUAN MENGENAI PERDARAHAN PERIRENAL DAN NEF ROPATI PADA GERBIL (MERIONES UNGUICULATUS) DISEBABKAN MIKOTOKSIN PENICILIUM VIRIDICATUM. : LAPORAN PENDAHUL UAN MENGENAI PENDARAHAN PERIREThe title NAL DAN METROPATI PADA GERBIL (MERIONES UNGUICULATUS) DISEBABKAN MIKOTOKSIN PENICILIUM VIRIDICATUM. Should read
: LAPORAN PENDAHUL UAN MENGENAI PENDARA HAN PERIRE-
NAL DAN NEFROPATI PADA GERBIL (MERIONES UNGUICULATUS) DISEBABKAN MIKOTOKSIN PENICILIUM VIRIDICATUM.