-.-
.-
.-. -
-- .•
•
•
•
-
-•
'
'
. Media
"
Iq
-
-.
•
,
m
•
-
•
-
•
• • 7
•
PENCIN kencing? OL1[OnJah parneran scni rupa ill CaIeri aqional, Jakarta. •
N1 bukan gurauan. Di galeri yang kini tengah cli-
gunjingkan para elite seni rupa perkara calon pe. . numpmnya Ull, para pengunjung diundang untuk mengencingi sebuah karya seni. Itulah salah satu isi pameran Art Summit 4 yang berlangsung 11 September-ID Oktober 2004.
Ketika sebagian besar karya seni rupa dipajang dengan peringatan agar tidak dijamah, karya seni ini justru menjacli sempurna karena dikencingi. Judulnya pun sudah mengarah, yaitu Air Seni. Penciptanya, Agus Suwage, menyiapkan karya seni instalasinya ini dengan berbagai bahan. la memasang sebuah bangunan bundar berdiameter dua metpr setinggi empat meter. Bangunan putih itu bisa dimasuki lewat pintu berundak. seperti dilakukan para pengunjung, yang kemudian kencing di urinoir yang tersedia di sana. Tak sedikit dari mereka baru sadar kalau di san a terpasang sebuah kamera CCTV yang memancarkan gambar lcwat tima buah monitor tclevisi yang dipasang di dekat hangunan tersebut. Siapa pun bisa melihat apa yang dilakukan si pl'ngl'ncing di ruang tertulup ilu. KeJujuran : rupanyu ituluh
yang clisasa.r oleh karya seni ini - kejuju.ran hanya bisa diharap ketika seseorang merasa bebas. Karena itu di toilet atau WC umum kita biasa menjumpai grafiti. Banyak pengunjung toilet peserta pameran ini juga mengeluarkan unek-uneknya lewat berbagai coretan di dindingo Terbaca di sana sejak siriisme yang muncul dari pemahaman seni rupa yang mempertanyakan kemungkinan karya ini dibeli kolektor, sampai ungkapan jorok. "Saya kira ini sukses karena banyak yang membuat corat-coret di sini," tutur Agus Suwage, Jumat (17/9), selepas dia sendiri mengencingi karya dan diabaclikan oleh pengamat seni rupa Arnir Sidharta serta disaksikan istrinya pekeramik Titarubi.
••• PAM E:RAN seni rupa yang
untuk pertama kali menjadi bagian dari Art Summit ini tiga kali penyelenggaraan seb lumnya hanya berisi s ni pertunjukan - diikuti oleh 25 perupa Sebanyak 17 orang adalah . niman tuan rumah tellna 'uk Suwag . sisany bcrasal dUI; !ima negara tamu. Pcnyampaian gagasan In n'ka sang t ber Igam, tl'llna uk I w t lukls n, p rti g mr n
,Cl
'.,(1
,
-.
-
--
-
---
Media
-.
•
•
• •
m
-
•
•
•
•
•
Made Wianta, IGK Murniasih, Dikdik Syahdikumullah, lukisan pensil Nakao Najiroa (Jepang), atau patllng-patung perunggu Dolorosa Sinaga. Sangat banyak lainnya yang memanfaatkan berbagai cara ungkap, tenllasuk rekayasa £otografi, video art, seni instalasi , dan bennacam cara lain. Itu dilakukan antara lain oleh Bruno Samper dan Piene Giner (Perancis) , Darren Siwes dan Eliza Hutchinson (Australia), Rashid Rana (pakistan), maupun Arabmaiani, Mella Jaarsma, Heri Dono, dan Oscar Motulloh (Indonesia). Sangat beragam, namun para kuratomya menganggap semua berada di dalam lingkup "kontemporer" -sebuah istilah yang gampang memancing silang pendapat. Pemi1ihan peserta pameran ini pun bisa diduga tidak mudah. Salah satu segi yang menjadi perhatian para seniman di dalam pameran ini adalah keter~
jung, buk'lD kehadiran secara fisik. Karya Agus Suwage yang mendorong untuk kencing dan membuat grafiti seperti tersebut di muka adalah salah satu contohnya. Garapan Masuda HilOmi, Play the Glass, berupa benda-benda dari gelas bening, juga menjadi lebih menarik ketika dibuat bamain, la di atas hamparan potongan pohon pall"lll. garapan Nindityo Adipumomo-satu di antala-
nya dipajang di dalam pameran ini yaitu Massage a'la Hairburn Party - juga tak bennakna tanpa keterlibatan penonton. la meminta mereka menapakkan kaki telanjang ke atas papan pijat dari kayu dan batu yang ia gubah secara menarik dan ia tata di tengah ruang. Di sudut ada seperangkat komputer tempat penonton bisa mengakses infonnasi tentang berbagai penyakit. Hal serupa dilakukan oleh Bruno Samper dari Perancis yang menyediakan perangkat pennainan komputer dilengkapi dengan sebuah layar yang lebar untuk karyanya, Society id 1. Dernikian juga dengan Sutee Kunavihayanot dari Thailand. la menyediakan sejumlah pip a tiup sekali pakai dan mengajak para pengunjung untuk meniup boneka karet berbentuk gajah. Ptoses mengembang boneka itu mengingatkan orang akan gajah mungil tengah men-
Sajian Krisna Murti berjudul (E)Art(h)quake memaruaatkan efek dramatis dari suara dan gambar video art-nya. la menggantung boneka raksasa berujud naga dari mitologi kuno melintangi ruang. Di bawahnya ada sepetak lantai bertabur tepung yang tidak rata, tempat ia menambahkan citra bergerak berupa ombak bergulung atau runtuhan tebing, yang bersama dengan suara tadi berasosiasi dengan gempa. Judulnya tipikal buatan seniman masa kini yang tampak fasih membuat plesetan di dalam bahasa Inggris (ciri seniman yang sudah go global?). Gempat bumi memakan banyak korban, bagaimana dengan "gempa seni"? Plesetan S Teddy D mungkin terkesan "lokal" tapi menggigit. Di dalam Demarkasi ia memasang pagar dari seng berwama coklat tua karatan yang memberi kesan tembok bata masif. Di ujungnya ia memasang tiga huruf an besar: ASU,
eba
Elephant Breath Karya-karya seperti ini, yang merayakan keterlibatan apresian, kelihatan sejalan dengan niat sebagian seniman untuk lebih mendekatkan dunia seni dengan publiknya. Dengan itu mereka menyeret seni ke dataran baru, (seolah) menjadi bagian dari kegiatan sehari-bari setoua orang, meBeberapa karya ganonjol oleh media. bungan dari
berarti Melihat dari balik pagar akan terbaca USA, singkatan nama negeri adidaya yang dikecam berbagai Teddy yang lain juga bisa plesetan atau perluasan makna. la memasang sejurnlah benda dari seng berbentuk kerucut berdiameter sekitar 30 cm dengan dua lubang yang memberi kesan lubang UDtuk sepasang mata. Judulnya, Fanatic, bisa menjadi awal dari narasi panjang tentang laku
- - -- - . . ----
•
- -. -'--'=?=-=-~ •
Media
•
•
•
••
•
perseorangan atau kelompok yang serba memutlakkan. Garapan Tisna Sanjaya bertajuk Thbuh Kita bisa juga mendorong perluasan makna seperti itu. la menampilkan kerangka patung yang nyungsep dengan kepala di bawah, seperti burung unta bersembunyi. Di sekeliling adalah pagar seng berwama gelap dan kusam, berluliskan gagasan bemas tentang kehidupan dari sejumlah penulis sejak Gunter Grass, TS Elliot, sampai Wiji Thukul. "Thbuh kita" di situ bisa berarti potret m.asyarakat kita yang terasing dari berbagai pikiran positif tentang kehidupan.
••• PADA dasamya, semua karya peserta pameran ini hadir dengan menabur benih seperti itu.
Lihatlah sajianAnusapati berupa berkas potongan kayu yang dibentuk menjadi semacam roda setinggi pintu ruang pamer. Judulnya, In the Name of Prosperity. Alam sudah diringkus, dibingkai, digarap untuk industri untuk sebuah kemakmuran: kemakmuran untuk siapa? Hendrawan Riyanto menggunakan kedekatan dengan alam untuk memancing renungan akan "dunia dalam". la menggunakan batu, bata, pasir, besi untuk membuat bentukan seperti tobong, atau gantungan, dengan judul ..Ning ... Pada tahapan seperti itu, Yusra Martunus menggunakan aluminium berbentuk kue pukis dan menjajarkannya secara rapi di dinding, atau menatanya di dalam kulkas (Rigid, 2004). la pasang aluminium mirip po-
rinya judul Target of Prosperity. Di situ mengemis menjadi kebiasaan, bahkan terkesan pelaku menikmatinya. Karya lainnya dalam tema serupa berupa ngue, 2004). patung lelaki tidur di bawah Karya yang juga menggetar- atap seng dengan wadah rekan muncul dari Nyoman Era- cehan di dekatnya. Karya Arahmaiani yang wan yang bertajuk Ritus Wajah di Batu-batu. la memasang 20 menggunakan video juga, I lingkaran tepung di lantai yang Don't Want to be a Part of Your dari setiap pusatnya menyem- Legend, bersoal tentang nasib bul patung atau topeng wajah- atau posisi perempuan. la menya dari batu. Dinding ruangan minjam cuplikan kisah Ramaitu ia pasangi juga dengan po- yana, ketika Shinta dibakar untongan batu bergurat wajahnya: tuk membuktikan kesuciannya. wajah seniman, wajah manusia Di layar kita lihat kesan boneka yang dibekukan, wajah pera- wayang kulit yang dibuat dari daban yang aus oleh waktu. selembar daun kering yang s Dengan peralatan video yang dikit digubah bagian Lihatlah, sebuah seni yang memutar adegan pengernis pen:lUpnan mel1empelkan kuat bisa pula dibuat dari setiap keping uang perolehan ke daun kering, bahkan dari antubuh, Mella Jaarsma membe- kencing. (EFIX)
tongan lidah berwama mengilat metaJik dan menyangatkan kesannya dengan menaruhnya di bantalan empuk dari bulu mengilat merah muda (Tied To-
•
-
"
-
- -. •
-~.~:-::--
,
,
,
--
~
Medi a
-
•
•
m
•
•
•
•
•
,
•
KOMPASIEFIX MULYADI
Judul: Ning ... (2004) Karya: Hendrawan Riyanto Media: Batu, bata, pasir
........: Play the Glass (2004) Masuda Hiromi Gelas, pohon palem, buah kelapa
•
,,
- .. . . ~
_I
_ .
_
-'-...'::-=-• •
-
--
•
'
-."-"
Media
-
•
•
• •
H •
• •
,
•
•
•
•
, •
•
KOMPAS/EFIX MUlYADI •
Judul: Target of Prosperity 2 (2004) Karya: Mella Jaarsma Media: Seng, resin, kain
•
•
,
•
DIX Ml'l\'A! I
Judul: Fanatic (2004) S Teddy 0 Seng dan besi
•