.7 l:iitrr,in. .!l: ,'jf,,
be$ffi
e'ffilsB
ffiw r-i tt'.
ir
t' t t"tt-' I:t 1
:,
:.,
. :'tdrtor. Syaharuddin Kastmrn h
@,&
%#
ftogla*n $Judj
p€''n' .$ekslah
ifnu Pengelahuan $osial
,Pas*asarjana
Universitas Pendidikan lnd*nesia
J,kl 4l
l-.
Hl f'l
I
'l
i
PROSIDING: SeminarNasional
INOVASI
PEMBELAIffiIPS Editon Spharuddin, S.Pd., Iv{.A Rasimin,I\APd.
Diterbitkan oleh: Program Studi Pendidikan IlmuPengetahuan Sosial (IPS) Fakukas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI
Banduing,2012
PROSIDING seminar Nasional Inovasi Pembe
lajannlps,
2or2
TIMPENruSLIN PenanggungJawab eof. Dr. F!. Enoklv{aryani, MS.
Editor Slaharuddin, S.Pd., Rasimin, MPd.
MA
$ketaris lGitriHCDaluani, MT. EntinJunnntini,I\[Pd Sekrctariat AnwarSenen,Iv[Pd Ir. YakublvhlrL,IAf.
I Wayan Kenih, MPd. Muhaimin, MPd. Itfurdiyati Wnarri, MHurn Neiny Ratmanings ih, IvPd. Neti Budiawti, MSi. RalrayuPermanE
MHurn'
Ratna Puspitasari, MPd. Sri lvhqrati" S.E. Sukanda Permana, Iv[Pd. Teja Sukmana, MPd.
Desain Sampul Asep SaipulBah4 SPdCetakan Peftarm
\tni2012 ISBN 297*979-l7tlt5s
DiErbfttanoleh k'ogrm_Sedi Pendidihn llrn' Pergeuhnn S6ial (pS) (ft) IP_I-Bm&ry Jh Dr. dtofr;dd
ffi @
lr-
22e Ban&ng Telp.
DAFTAR ISI KATAPENGANTAR-iii DAFTAR
ISI-v BAGIAN PERTAI,IA
A, INOUASI PENDIDIKAN BEBE
RAPA KON SE P DAN
DAN
PE
INOUASI PEMBELATARAN
N DE KATAN
INOVASI I-INTUK MENINGKATKAN KUALITAS S.I#mid Flasan
INOVASI PENDIDIKA}{ KARAKTER BA}TGSA-16 I \flayan Kertih
IPS
PE
NDIDIKAN
IPS.
IPS:
1
SEBAGAI \TAHANA PENDIDIKAN
MENGEMBAI\GKAI\ KETERAMPILANI DALAM IPS PADAABAD KE.31
Nana Supriatna dan Mina Flolilah
KONTRIBUSI RUANG PI.JBLIK PERKOTAAN
TERHADAP PENGEMBANGAI{ MODAL SOSIAL DAN PATOLOGI SOSIAL -40
I4eitriH CDaluani
IMPLIKASI TEORI BELAJAR KONSTRI.]KTIVISME TERHADAP
PEMBELAJARAN-48 EntinJumantini
KOMPETENSI MAHASIS\TA DALAM MEREKONSTR{JKSI PEMBELAJARANI TERPADU/TEMATIS (STI.'DI NATURALISTIK INKI.'IRI PADA MAHASIS\TA SEMESTER Vr_J{.]RUS${ PENDTDTKANI IpS FKrp_ TINI\IE RSITAS ISLAM RIAI.])-57 Agus Baskara
INOVASI PEMBELAJARAN DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL-77 Imam Subqi
INOVASI PENDIDIKAN DAI.{ INOVASI PEMBELAJARAN DALAM IPS-S6
Kikin lVlaniani
(USEUALW) DARr KAJTAN SEMTOTTKA lg!{_GtNA PEMBELAJARAN IPS-92
Ana Andriani
BAGr rNovAsr
PEMANFAATAN METODE SEJARAH DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN IPS-99 Agus Rustamana
BAGIAN KEDUA B. INOVASI PEMBELAIARAN DAN KOMUNIKASI INOVASI
PE MB E
gIK)
IPS BERBASIS
TEKNOLOGI INFORA,IASI
LAJARAN I PS B E RNUANSA PAKE MAT I K-116
Taufikibrahim
INOVASI PE MBE LAJARAN ABBAS-125 Enis \Warmanslah Abbas
INOVASI
PE
E
LE\TA
E.
NDIDIKAN AKI-INTANSI
LEARNING
E RSI S
\TARMANSYAFI
BE RBASIS KOMPUTE
R-139
Silviana Agustami
PENERAPAJ{ PEMBELAJARA]\I E.LEARNING DENGAN APLIKASI MOODLE TERHADAP SIKAP BELAJAR DAI\ PENGUASAAI{ KONSEP (STI.IDI
E
KSPERIMEN PADA MAHASIS\TA FKIP
urR PEKANBARU RIAr.t)-152 Zd Ndal INOVASI PEMBELAJARAI\ IpS LTNTLIK GENERAST uZ,, -ts2
Hwiah Rachmah
BAGIANI KETIGA
C,
INOUASI PEMBELATARAN IPS: PENGEMBAAIGAN MODEL, BAH,,4AI AJAR DAN MEDIAPEMBELATARAAT IPS
PEMBELAIARAN IPS BERBASIS MULTIKULTURAL: STTIDI TENTANIG PENC'GIINAAN MODEL PENGAJAR,ANi SOSIAL PADA JENJANTG PENDIDIKAN DASAR DAI{ MENENGAH -125 Syaharuddin
MEMAKNAI
DAAN DAN XN.N N NV T,.KA- ANI, ME NGINTE GRASIKAN NDE KATAN MULT I KULT TIRdL DALAIV{ PE MB E L AJAR-{N SEJARAIT-16s Sfanto PE RBE
PE
PENGEMBANGAN PENDIDIIL{I{ MULTIKLLTURAL DALAM PE MBE LAJAR\\ SE Rahayu Penrnna
JARAH
BE
RBASI S B LJDAYA L O}L.\L-2
12
V1
PENGEMBANGAN SOCIAL SKILLS DALAM PENDIDIKAN IPS BERBASIS MULTIKULTURAL-222 YeniKumiawati
PENDEKATAN CROSS-INDIGENOUS PEMBELAJARAN IPS DALAM NILAI-NILAI MULTIKULTURALISME-234
ME NGAJARKAN Fleri Susanro PE
NDIDIKAN MULTIKULTURAL DI
SE
KOLAH INKL IJSI-242
NeinyRatmaningsih
PENERAI'AN MODEL IKRAR LINTTIK MENINGKATKAN KOMPETENSI DIDIK TERHADAP PERMASALAHAN SOSIAL PADA PEMBELAJARAN tPs-i252
PESERTA Irena Novarlia
PENGE MBANGAN MODE L PE NDIDIKANI BE RBASIS KE CAKAPAI.{ HIDUP DALAM PEMBELAJARAN IPS DI MADRASAH IBTIDAIYAH NELAYAN KOTACIREBON-262 Ratna Puspitasari
PENGEMBAJ{GAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SIS\TA DALAM PEMBELAJARAN
tP*273
Sukanda Permana
MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK KEBENCANAA}{ KONSTRI-]KTIVISTIK DALAM ILMU
PE
BERBASIS
NGETAHUAN SOSIAL-282
Mustolikh
MODEL SIMULASI DALAM PEMBELAJARAN IPS:
CH ARACTE R GLOB AL Neti Budiwati
ED
UCATI ON
PERSPEKTIF
-292
PENGEMBANGAN NILAI MORAL DALAM MEMBENTTIK KOMPETENSI EKOLOGIS SIS\T/A DALAM PEMBELAJARAI\ IPS_306 Muhaimin
PEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP DENGAN INOVASI PENDEKATAN EKSPRESSI PADA PROSES PEMBELAIARAN IPS DALAM MEMBENTUK PESERTA DIDIK MELEK EKOLOGIS-317 Teja Sukamana
GREEN SCHOOL: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
HIDUP-325
LINGKLINGAN
Murdiyah \Winarti
vii
MEI\TBAT\GLTN KETAIIANAN BANGSA DAN KOMUNITAS TERHADAP BENC$A D E NGAN MEMANFAAT K,A.N PEP.AN S TRATE GIS
SEKOL.{H-336 Yakub \'Ialik
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
IPS MELALUI
KONTE KSTUAL AKTUAL FAKTUAL (KAF)_341
PENDEKATAN
Anrr,ar Senen
PENGARUH PROSES PEMBELAJARAN CALON GI-IRU IPS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPS DAN KETERAMPILAN BERFRIKIR KREATIF (9ty:y Mengenai Persepsi C-alon Guru IpS pada LPTK di Kabupaten Bandung)-3S: Rini A1u Susanti,
MEMBANGTIN SIKAP DANI PERILAKU BERDEMOKRASI MELALII KEARIFAN LOKAL-365
DI SEKOLAH
Rasimin
BIIDAYA LOKAL DALAM PEMBELAJARA}{ IPS SELATAN -375
DI
KALIMANTAN
F{erry Porda Nugroho Putro
IEYTBELAJARAN BETA\ru -3S7
SEJARAH
BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL
RudyGunawan
PETA KONSEP SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAI\T SEJARAH_396 Gurdjita
PENC'GLINAAN MEDIA KOMIK LINTI.IK MENJELASKAN KONSEP TENTANG UANG DAN LEMBAGA KEUAI{GANI DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAFIUAN SOSIAL DI SMP KELAS IX-4OO
Ani Pinapni
APLIKASI GAME SI],IULATION R[/^/N/NG THE BRITISH ECONOMY (Ng Z ) DALAM MATE RI KE BIJAKAN MAKRO E KONOMI-4 10 Uza Sr.rsanti dan Siti Parhah
INFLUENCE PROFESSIONAL TEACHER SERVICES AND PARENTS E@NOMIC STATUS TO STUDENT MOTIVATION AND IMPLICATION
TO VOKASIONAL'S ACCOLTNTTNG STITDENT COMPETENCi isurvey for Student of sMK Accounting prcgram in Eastpriangan of vestJa"ilJfl Ifu Adhr Sutendy
vlll
Pro
siding: Seminar N asionnl P endidikan Ip S 2072, ISBN:
97 8-97 g -1711s -5
-s
PENDEKATAN CROSS.INDIGENOUS PEMBELAJARAN IPS DALANT MENGAJARKAN NILAI-NILAI MULTIKULTURALISME 1 Oleh:
Iferi
Susanto
Tenaga Pengajar Prodi Pendidikan Sejarah FKIP
Universitas Lambung Mangkurat (LINLAM)
B anj
armasin
ABSTRAK Pendekatan cross-indigenous berkembang dari konsep indigenous dalam ilmu psikolos: Melihat kenyataan bahwa indigenous dan cross-indigenous mempunyai fokus kajir terhadap masyarakat dalam lingkungan native culture-nya, maka dalam tinjauan rm berusaha mengaplikasikan cross-indigenous sebagai'sebuah pendekatan dalan
pembelajaran IPS, terutama dalam menyampaikan materi pembelajaran yang berpoten-u untuk menanamkan pemahaman multikulturalisme kepada peserta didil. Inti &r pendekatan ini adalah bagaimana menggunakan unsur sejarah, geografi, ekonorni sosiologi dan antropologi dari berbagai lingkungan budaya sebagai rn*b"r belajar IpSsehingga pemahaman yang diperoleh peserta didik tidak hanya pemahaman 1,ane berasal dari satu kelompok etnik, melainkan pemahaman nilai-nilai universalitas lintas budaya.
Pendekatan cross-indigenous berkembang dari konsep indigenous dalam ilmu psikologi Melihat kenyataan bahwa indigenous dan cross-indigenous mempunyai fokus kajial terhadap masyarakat dalam lingkungan native culture-nya, maka dalam tinjauan ii berusaha mengaplikasikan cross-indigenous sebagai sebuah pendekatan dalm.
pembelajaran IPS, terutama dalam menyampaikan materi pembelajaran yang berpoten-sr untuk menanamkan pemahaman multikulturalisme kepada peserta aiail. hti daril pendekatan ini adalah bagaimana menggunakan unsur sejarah, geografi, ekonomi sosiologi dan antropologi dari berbagai lingkungan budaya sibagai ,-.r*b", belajar IpS. sehingga pemahaman yang diperoleh peserta didik tidak hanya pemahaman yang berasal dari satu kelompok etnik, melainkan pemahaman nilai-niiai universalitas lintas budaya.
Kata kunci:.
cro s s -indigenous, pembelajaran Ip
s, dan multikulturalisme
PENDAHULUAN Menjadi sebuah kenyataan mutlak bahwa Indonesia adalah sebuah Negara yane sangat kental dengan nuansa multikultural. Keadaan ini merupakan kekayaan, ancaman sekaligus tantangan dalam kehidupan berbangsa, Indonesia dikenal sebagai salah saru Negara dengan potensi kekayaan budaya yang sangat beragam, akan tetapi 'Dipaparkan pada Seminar Nasional Inovasi Pembelajaran IPS, diselenggarakan oleh Program Studi pendidikan IPS Sekolah panscasarjana (Sps) rJpI Baiiung, pada tanggal l2Mei2012.
234
: -c
siding: seminnr N asionnl P endidikan lP s 201 2, ISBN:
97 8 -97 8-17775 -5
-5
i:eberagaman itu juga sebenamya dapat menjadi potensi
konflik. Fakta lain yang perlu :rndapat perhatian adalah perkembangan globalisasi yang menyebabkan semakin :slcarnya penetrasi budaya asing. Kondisi ini dapat menyebabkan semakin terkikisnya -:-ei-nilai budaya dan kearipan lokal, dan bila dibiarkan akan melahirkan masyarakat
- j tative yang kehilangan identitasnya. Kenyataan tersebut mernberikan tantangan bagi dunia pendidikan, terlebih :ardidikan IPS untuk mampu memberikan pemahaman dan menumbuhkan kesadaran :-iitikulturalisme bagi peserta didik. Sebagai disiplin sosial pembelajaran IPS ;i;-:r-aknya mampu mengakomodir nilai-nilai multikulturalisme bangsa menjadi nilai:i]] keunggulan yang berbasis kearifan lokal dengan mengedepankan pemahaman :u-rsip psikologi lintas budaya. Pembelajaran IPS diharapkan mampu menjadi garda terdepan dalam upaya lenumbuhkan pemahaman multikulturalisme dan mengembangkan nilai-nilai budaya r:[-al msnjadi keunggulan lokal. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan sebuah :tndekatan pembelajaran IPS yang menempatkan nilai-nilai multikulturalisme sebagai r-:si pembelqaran. Alternatif yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan upaya :nmbawa peserta didik untuk memahami masyarakat sebagai objek kajian dalam IPS iesuai dengan konteksnya masing-masing, sehingga peserta didik dapat memahami lirlin'a konteks budaya, historis, filosofis dan ekologis suatu masyarakat akan sangat Trrean dalam pernbentukan ketahanan dan keunggulan di tiap caerah.
IN.OSS-INDIGENOUS DAN STUDI SOSIAL Pada awalnya indigenous dan cross-indigenous merupak'an konsep psikologi, ;rrr r: tetaPi konsep ini juga dapat dipakai dalam kajian studi sosial, terlebih dalam dtr:Lsep indigenous mengharuskan menempatkan aspek kultural dalam upaya memahami ;;itseorang sehingga pendekatan ini menjadi sangat relevan untuk digunakan dalam studi *lsral. Indigenous memberi perhatian lebih pada nilai-nilai native culture sebagai "nFmgan penyelidikan dan menempatkannya sebagai faktor penentu dalam upaya ms: ghami individu sebagai anggota masyarakatnya. Konsep cross-indigenous berkembang dari konsep indigenous, jika indigenous nturdkan sebagai kajian ilmiah tentang perilaku atau pikiran manusia yang native (asli), r,rtJ tidak ditransportasikan dari wilayah lain, dan yang dirancang untuk u,iiN\alnlqafnya. Maka cross-indigenous berasal dari penyadapan berbagai sumber r]ritt:-l\? menjadi pengetahuan lintas budaya sebagai sumber pengetahuan budaya (Kim, ']l:l dan Hwang, 2010). Dengan cross-indigenous tersebut berbagai nilai budaya mi-:at dan dikaji berdasarkan sudut pandang penganut budayanya, kemudian nilai-nilai ruir: berbagai budaya yang berbeda tersebut dijadikan sumber pengetahuan lintas *r':.\-e. Konsep tersebut menempatkan setiap budaya sebagai sesuatu yang bemilai dan ns:beri kontribusi sumber belajar serta upaya menempatkan multikulturalisme dalam ''n- brngkai studi sosial. Konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
235
Prosiding : seminar N asional p endidikan Ip
s
2012,
ISBN;
g 7 g_g7
g_1771 s _s _S
Sehubunan dengan studi sosial atau dalam hal ini pembelajaran IpS, tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masya rakat,memiliki sikap mental positit terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang teriadi sehari-hari baik yung *"nimpa dirinya
sendiri *u,rp,rn y*g menimpa masyarakat (Akhmad Sudrajat, 201r). b"ng* konsep tersebut berarti pendidikan IPS di Indonesia yang memiliki ciri multikultural harus diarahkan untuk mengenal segala potensi lokal dan mengantisipasi segala ancaman melalui pengetahuara
lintas budaya.
Relevansi cross-indigenous dalam studi sosial terlihat pad.a bagaimana crossindigenous menempatk an btdaya sebagai sumber belajar, hal tersebut senada dengan studi sosial yang juga menempatkan masyarakat dan budayanya sebagai sumber belajar. Dengan demikian pendekatan cross-indigenous d,apat diaplikasikan dalam studi sosialJika dalam studi sosial kita dapat mengidentifikasi nilai-nilai dan gejala-gejala sosiaJ yang nampak, maka dengan konsep indigenous kita dapat memahami bagaimana gqals tersebut muncul dari sisi psikologi native culture.
CROSS.INDIGENOUS DAN PEMBENTUKAN PERSEPSI TERIIADAP MULTIKULTURALISME Telah dikemukakan bahwa Indonesia adalah negara dengan banyak buda1.,i keunikan ini selain kekayaan juga menjadi tantangan tersendiri terhadap identita; kebangsaan kita' Susahnya membentuk persepsi be.suma terhadap identitas budalr bangsa adalah salah satu masalah pokok yang dihadapi negara dengan banyak budal:fanatisme kesukuan dan persepsi stereotipe terhadap budaya lain adalah masalah lah yang juga sering muncul dalam pergaulan masyarakat dengan ciri plural yang kenra seperti Indonesia.
Pluralisme mengarah pada apa yang disebut kesadaran akan adarryapihak lam dan perbedaan baik dalam kehidupan nyata maupun kehidupan filosofis den_sm" representasinya (Siti Ruhaini Dzuhayatin, 2007: +iz;. resadaran ini bermula dm: adany a pers epsi po siti f terhadap keb eragaman budaya.
Di lain pihak, ketika pluralisme budaya dunia memberi peluang
kepade masyarakat negara berkembang unfuk "tampil beda", maka seharusnya diartikan seba€m peluang unfuk menggali kebudayaan "lokar,, yang memang unik, yang khas, sekarigm
dapat membanfu pencapaian kepentingan nasional dalam percaturan politft internasional (Warsito & Kartikas ai^, 2007 : 45). Dengan keadaan tersebut sudah selayaknya pendidikan dalam
hal ilm pembelajaran IPS juga harus kongruen dengan konstruksi bangsa yang plural ,{r' heterogen' Hal ini dapattercapai apabila pembelajaran yang dilakukan mampu menggnn
-
-o
siding : seminar N asional p endidiksn Ip
s
2012, ISBIJ: 97 g -gz g -7/
1
1
5
-
j
_
j
-'n memberi
pemahaman perspektif keberagaman budaya sehingg a padaakhirnya akan ::cipta persepsi positif terhadap keberagaman budaya.
Pendidikan yang kongruen dengan pluralitas kebangsaan adalah pendidikan
'::g ramah terhadap keberagaman, yang menempatkan keberagaman sebagai pondasi -'-am membangun "nations state". IPS sebagai sebuah disiplin mempunyai peran yang i' gat besar dalam upaya membentuk "moral precepts" bagi peserta clidik, yaitu :--:sepsi positif terhadap keberagaman budaya bangsa.
Ajaran moral inilah yang akan melahirkan kesadaran budaya yang utuh sebagai sebuah bangsa dengan ---' pluralitas yang kental. Bagaimana persepsi terhadap budaya dibentuk, setidaknya - ::en moral yang ditanamkan dalam proses pembelajaran akan turut mewarnainya.
:'-tinya
Persepsi terhadap budaya yang bermuara pada kesadaran budaya tersebut *:-ulai dari; pertama, pengetahuan akan adanya berbagai kebudayaan suku bangsa '- " masing-masing mempunyai jati din beserta keunggulan-keunggulannya; kedua, r;';:3 1ri6.rua unfuk menghargai dan berusaha memahami kebudayaan suku_suku ::::*f,sa di luar suku bangsanya sendiri, dengan kata lain kesediaan unfuk saling kenal; ii;tgq pengetahuan akan adanya berbagai riwayat perkembangan budaya di berbagai l;:"1p masa silam; dan keempat, pengertian bahwa di samping rnerawat dan r=:gembangkan unsur-unsur warisan budaya, kita sebagai bangsa Indonesia yang T':r3tu sedang mengembangkan sebuah kebudayaan baru, yaitu kebudayaan nasional : -:'. arvati, 2006). Keadaan yangbetagam d'alamberbagai hal itu selain tid,ak d,apat dihindari Tr:rang tidak dapat dipungkiri juga memiliki dimensi positif d,an negatif. Belakangan rL *'xrang lebih menjelang akhir abad XX, berkembang pandangan multikulturalisme 'u3 pada hakikatnya berupaya menjebatani keadaan pturat dan heterogen itu agar q:ii pertautan arah yang pada akhimya bermuara paaa keberanian hidup bersatu ir"ili:-11'1 keberagaman, bukan disatukan dalam keseragarnan. Menurut multikulturalisme, i-r-' diterima adutya realitas empiris keanekaragaman, perbedaan, namun bersamaan '::*:3r1 itu harus dikembangkan pula pandangan kesederajatan, toleransi, persamaan, :r'fl+3rgaan terhadap demokrasi, hak asasi, dan solidaritas. (Mulkhan dan Atmadja lu;'-': Astra, 2010: 255). Secara sederhana waya tersebut dapat dilakukan dengan memupuk persepsi :ni'':rlf terhadap keberagaman budaya. Hal ini menjadi penting karena inti masyarakat : -':1-ulturalisme adalah adanya kesediaan menerima dan menghargai budaya lain yang *-:;:rrin dalam persepsi terhadap keberagaman budaya.
Masalah multikulturalisme bisa dijelaskan dengan fakta bahwa setiap warga ru"":'r3- bukanlah individu-individu abstrak yang tercerabut dari akar sosialnya. ' ':- 'akuan terhadap hak-hak budaya kelompok etnis, terutarna golongan minoritas, :'r:s dibu-ka terlebih dahulu sebagai prakondisi menuju pembentukan jndividu warga
.LJ /
P ro
siding: Seminsr N ssional
P endidikan
IP S 2012,
ISBN:
97 B-97 B-17
1ls -s -s
negara yang bisa melampaui identitas etniknya/post etnic condition (Yudi Latif, 20i1: 365).
:-3
--\
Persepsi terhadap budaya bangsa yang berciri multikulturalisme pada umumnya
selalu berkaitan dengan anggapan bahwa "tiap budaya mempunyai tipe kepribadian dominan" (Kaplan & Manners, 2002: 184). Hal ini nampak misalnya ketika kita mempersepsikan bahwa bahwa seseorang dari suku bangsa tertentu cenderung memiliki ciri perilaku tertentu sesuai dengan ciri dominan masyarakat asalnya. Persepsi positif akan muncul manakala objek yang dipersepsi mempunyai kecenderungan untuk sama atau setidaknya tidak bertentangan dengan pemahaman perseptor. Sebaliknya bila objek persepsi memiliki banyak perbedaan apalagi sangar bertentangan dengan nilai budaya yang dianut dan dipahami perseptor maka akan menimbulkan persepsi negatif. Jika persepsi positif akan mengarahpadaintegrasi maka persepsi negatif akan mengarah pada disintegrasi. Dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia akan sangat mungkin sekali terjadi kesalahpahaman sebagai akibat dari beragamnya perbedaan yang ada, oleh karenanya untuk membentuk persepsi positif terhadap keberagaman perlu adanya pemahaman prinsif kebhinekaan sebagai roh dari integrasi kebangsaan lndonesia.
Prinsif kebhinekaan dimaksud adalah penerimaan dan saling menghargai
-:-1li:
PE}
- -: -. -r:a-
a
lsr€
I
"r
lffi
terhadap keberagaman bangsa yang mencakup keberagaman ras, suku, bahasa, budaya, sosial. ekonomi, politik dan religi.
irlr: T:=
Keadaan beragamnya unsur pembentuk budaya inilah yang menyebabkan munculnya ciri khas masyarakat sebagai pemilik budaya tersebut. Menurut tinjauan Kuntowijoyo (2006:xii), hal tersebut menjadi faktor yang menyababkan sistem budaya tidak pernah berhenti, namun selalu mengalami perubahan dan perkembangan baik karena dorongan dari dalam maupun dari luar, tidak terkecuali pada kebudayaan daerah
:tilri :lffi\ it[,:
ii
tentunya.
Keragaman, atau kebhinekaan atau multikulturalisme merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, lebih-lebih lagi pada masa kini dan di waktu-waktu mendatang. Multikulturalisme secara sederhana dapal dipahami sebagai pengakuan, bahwa sebuah negara atau masyarakat adalah beragam dan majemuk. Sebaliknya, tidak ada satu negarapun yang mengandung hanya kebudayaan nasional tunggal (Azra, 20II : 2l).
:itrT
Dapat ditarik kesimpulan kemudian, bahwa multikultur adalah tempat pembelajaran masyarakat dari berbagai kultur yang berbeda-beda, melalui proses komunikasi, melahirkan tingkah laku sosial, menyepakati norma dan nilai bersama,
rry
membangun struktur kelembagaan. Multikultur adalah proses transaksi pengetahuan dan pengalaman yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk menginterpretasi pandangan dunia mereka yang berbeda untuk rnenuiu ke arah kebaruan kultur
&&i+d
238
:g-:i
5ic LU
td:
"
:
-r,:
? r o siding:
seminnr N asional p endidikan Ip s 2012, ISBN; 97 g -g7 g-1 7 77 5 -5
_
r
iPurwasito, 2003: 138). Dengan paradigma tersebut seharusnya dipahami bahwa budaya yang terdapat pada tiap daerah adalah unsur yang memperkaya 'eberagaman rroses pembentukan identitas ke-Indonesiaan.
Untuk dapat mencapai keadaan tersebut diperlukan adanya pendekatan cross, -ndigenous agar persepsi budaya yang terbentuk dilandasi oleh adanya pemahaman -erhadap aneka warna kebudayaan dari sudut pandang masyarakat dalam native culture-
'"a'
Pemahaman yang bersumber dari pengetahuan lintas budaya ::emperkuat makna kebhinekaan bagi peserta didik.
ini diharapkan
akan
PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN CROS S.INDIGENOUS Pembelajaran dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai proses -:Embelajarkan atau proses membuat seseorang menjadi belalar. Sedangkan esensi dari
:tlajar adalah
adanya peningkatan kemampuan atau dikuasainya seperangkat milik individu yang belajar yang tercermin dalam peningkatan xpek kognisi, apeksi dan psikomotor. Dengan demikian makna dari belajar bukan -:n.va dikuasainya seperangkat pengetahuan baru, akan tetapi juga adanya proses
:engetahuan menjadi
:'mrbentukan sikap yang diakibatkan oleh dikuas ainyapengetahuan tersebut.
Dalam konteks ini pembelajaran IPS merupakan sarana untuk membentuk sikap ''laqai warga negara yang baik, indikator dari keadaan ini adalah peserta didik :-;:nahami dan menghayati nilai-nilai dan kondisi objektif ne gara danbangsa Indonesia
':g
kental dengan corak multikultural. Untuk memberi pemahaman
tersebut
:,=tdekatan cross-indigenous perlu digunakan, sehingga peserta didik mampu rmahami berbagai sudut pandang masyarakat menurut native culture-nya. Dengan lmdekatan ini berbagai unsur dalam IPS seperti; sejarah, sosiologi, antropologi, :3r:nomi, geografi dan politik dapat diterjemahkan berbeda-beda sesuai konteks native -' xre-nya dan pada akhirnya dipadukan dalam jejaring IpS. Ilustrasi sederhana dari konsep ini misalnya untuk suatu tema tertentu, tema dapat ditinjau dari sudut pandang berbagai latar 'r=ehut bud,aya dengan aspek-aspek ,*i'-rorri, sejarah, sosiologi, dan aspek lain dalam Ips. Sehingga akan diperoleh ;u:baran bahwa masyarakat dengan latar budaya yarg berbeda akan cenderung ni:rgEmbangkan nilai-nilai sosiologis, historis, ekonomis, dan kesadaran geografis yang l':::'oia pula sesuai dengan konsep native culture yang mereka pahami.
Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan didik tumbuh dan berkembang
Jlumr$:ngannya. Lingkungan masyarakat dimana anak
mr:ri=ai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan
m:':r di lingkungan
sekitamya. Pendidikan IPS berusaha membantu peserta didik ri't':: memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjaiiikannya i-'r'ra mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Kosasih dalam ;I-:--r't' 2011)- Dalam rangka untuk memahami lingkungan sosial masyarakat inilah
239
Pro
siding: Seminar N asional P endidikan IP S 2012,
1S
BN;
97 8-97 8-17115 -5 -5
pendekatan cross-indigenous digunakan untuk memberikan pemahaman lintas budar,l pada peserta didik.
Pendekatan ini juga berusaha menghindari pandangan yang menyamahar. kebudayaan dengan kelompok etnik. Artinya, peserta didik tidak lagi terjebak paik kecenderungan mengasosiasikan kebudayaan semata-mata dengan kelompok-kelompoh etnik sebagaimana yang terjadi selama ini. Secara tradisional, para pendidik lebrl mengasosiasikan kebu dayaan dengan kelompok-kelompok sosialyang relative sei: sufficient, ketimbang dengan sejumlah orang yang secara terus-menerus dan berulanS ulang terlibat satu sama lain dalam satu atau lebih kegiatan. Pendekatan ini diharapkr' dapat mengilham i par a pen),usun pro gram pendidikan multicultural untuk melenyapkr. kecenderungan memandang anak didik secara stereotype menurut identitas etnrt mereka; sebaliknya mereka akan meningkatkan eksplorasi pemahaman yang lebih besrr mengenai kesamaan dan perbedaan di kalangan anak didik dari berbagai kelompok etnik (Mahfud,2011).
Poin terpenting dari pendekatan ini adalah bagaimana menggunakan berbags macam budaya sebagai sumber belajar dalam IPS. Dari mempelajari pengetahuan linta* budaya inilah peserta didik akan mampu memahami tentang nilai-ni1ai keberagaman dan menumbuhkan kesadaran multikulturalisme. Dengan menggunakan pendekatan i:r' peserta didik diajak untuk memahami berbagai nilai, teknologi dan sistem sosisF ekonomi yang dikembangkan oleh berbagai budaya da''i sudut pandang pemiLr budayanya. Memahami berbagai latar belakang budaya dai' sudut pandang yang tsFts tentu akan menghindarkan peserta didik dari berfikir stereotype dan pada akhimJn menimbulkan pemahaman multikulturalisme.
KESIMPULAN Pendekatan cross-indigenous pembelajaran IPS pada hakekatnya berusahn memberikan sebuah alternatif dalam upaya pendidikan multikulturalisme. Pendekam ini menggunakan pemahaman lintas budaya sebagai simpul pengikat keberagam"*r budaya, dengan demikian pemahaman lintas budaya menjadi sangat penting dalm tinjauan ini. Penggunaan konsep cross-indigenous bertujuan untuk memberik-u. pemahaman kepada peserta didik tentang bagaimana memberikan respond an bersiklg terhadap keberagaman budaya, sehingga pada gilirannya akan tumbuh pemahamm multikulturalisme. Meskipun pendekatan ini mengadopsi konsep yang dikembangkan oleh disip-n psikologi akan tetapi pendekatan ini memiliki relevansi dan urgensi dalam pembelaj:r:r IPS. Hal ini karena pembelajaran IPS pada dasamya adalah bagaimana membane*,rf, kesadaran tentang kewargane garaan, nasionalisme dan kesadaran terhadap linglcungm fisik dan budaya, sehingga unsur psikologis memang tidak bisa dilepaskan d-r pembelajaran IPS.
-Jr
? " o siding
D
:
seminar N asional p endidikan Ip s
2012,
ISBN;
g7g
-g 7 g-17715 _j _ 5
{FTAR PUSTAKA
{thmad Sudrajat. 2011- "Karakteristik Mata Pelajaran ilmu pengetahuan Sosial (IpS),,, (Online), h-ttp://akhmadsudrajat.wordpreis.com/201 I/A3/I2/karakteristik-matapelajaran-ilmu-pengetahuan-sostal-tpi/, cliakses pada tangg al, 19 Apil 2012.
'\rdrik Purwasito. 2003. Komunikasi Multikultural. .University press.
Surakarta: Muhammadiyah
{zlumardi Azra. 20lI. "Jati Diri lndonesia: Pancasila dan Multikulturalisme,, dalam Jusuf Sutanto (edt.). The Dancing Leader, Hening-Mengalir-Bertindak. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
lhoirul Mahfud.
idi
20
1
I . P endidikan
Multikultur a t. Y o gy akarta: pustaka pelaj ar.
Sedyawati.2006- Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta: Raja Grafindo persada.
x Gde Semadi Astra. 2010. "Pluralitas dan Heterogenitas dalam Konteks pembinaan Kesatuan Bangsa" dalam Endang Sri Hardiaii dan Rr. Triwurjani (edt.). pentas Ilmu di Ranah Budaya, sembilin windu Prof. Dr. Edi Sedyawati. Denpasar: Pustaka Larasan.
{aplan, David dan Manners, Robert Pelajar.
A.
2002. Teori Budaya. yogyakarta: pustaka
-\'jm, uichol, Kuo-Shu yang dan Kwang-Kwo.Hwang. 2010. Indigenous and curturar Psychology, Memahami orang dalam Kontel<siya. Yogyakarta: pustaka pelajar. Kuntowoj o y o. 200 6.
B ud ay a d an
M a sy a r aka t. yo gyakart a: T iarawacana.
Srti RuhaimiDnthayatin.200T. "Gender dan Pluralisme di Indonesia,, dalam Robert W. Hefner (edt.) : politik Multikulturalisme. yogyakarta: Impuls-Kanisius.
Tulus warsito dan wahyuni Kartikasan. 2007. Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansi bagi Negara Berkembang; studf kasus Indonesia. yogyakarta: Ombak.
i-udi Latif'
2011Peripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas -Negara Pancasila. Jakarta: Gramedia pustaka Utama.
241
