BAB III ANALISA
3.1. Analisa Sasaran 3.1.1. Geografis Negara
: Indonesia
Kota
: Kota besar di Indonesia, khususnya Jabodetabek
3.1.2. Demografis Usia
: 7-11 tahun
Jenis kelamin
: perempuan dan laki-laki
Pekerjaan
: Pelajar
Family life-cycle :Masih anak-anak dan belum berkeluarga 3.1.3. Psikografis Psikologi
:- Menyukai buku bergambar orang, hewan, dan benda yang dikenalnya - Menyukai warna-warna cerah - Memiliki pemahaman dan pengertian kritis sehingga dapat membedakan dongeng dengan kenyataan dan menangkap inti cerita yang dibaca
Tingkat sosial
: Menengah ke atas dan atas
Kebiasaan
:- Baru mulai membaca sehingga belum terbiasa membaca tulisan yang kecil - Suka membaca untuk mengisi waktu luang - Mulai membaca buku sendiri
Sikap
: - Suka mencontoh tokoh dari buku yang dibaca - Mengagumi cerita kepahlawanan - Sudah dapat memilih buku bacaan yang ingin dibaca
- Masih bergantung pada orang tua - Mulai bersosialisasi dengan lingkungan
3.2. Analisa Masalah Berdasarkan teori seputar desain dan desain buku interaktif, penulis menemukan beberapa masalah yang dapat ditemukan pada hampir keseluruhan buku cerita rakyatdi Indonesia . Masalah tersebut antara lain: 3.2.1. Grid Grid merupakan salah satu elemen utama yang menunjang sebuah buku. Adanya grid akan membimbing desainer dalam menciptakan layout untuk setiap halaman dengan cepat dan teratur. Ditemukan pada beberapa buku cerita rakyat asli Indonesia yang dijual di toko buku tidak memperhatikan grid yang digunakan, seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.1.Lucienne Roberts dan Julia Thrift dalam buku The Designer and the Grid menjelaskan bahwa: “Grids are practical, particularly for producing multiple-page documents. They make the production process quicker and build a visual consistency into the the design that should help the end-user to find their way around the page.” (Roberts & Thrift 2002,19 )
Gambar 3.1. Contoh grid buku cerita Sumber: 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantaradan Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler
Berdasarlan teori tersebut terlihat bahwa kebanyakan buku cerita (gambar 1.1)) kurang memperhatikan grid.Terlihat grid.Terlihat pada satu dan halaman lainnya tak jelas grid yang digunakan dan lebar kolomnya kolomnya.Kategori ini juga tidak dapat dikelompokkan dalam tipe grid hirarkial karena terlalu banyaknya variasi yang digunakan hingga tampak seperti tak ada sistem di dalamnya.S Selain elain itu, grid utamanya menggunakan satu kolom sehingga banyaknya tulisan membuat mata cepat lelah karena jumlah karakter dalam satu baris melebihi 60 (gambar 1.2).Terutama .Terutama untuk anak kecil hal ini membuat halaman terlihat monoton karena dipenuhi tulisan. Mengenai kolom yang terlalu lebar juga didukung oleh Andre Jute dalam bukunya Grids: The Structure of Graphic Design yang mengatakan bahwa jumlah maksimal huruf dalam satu baris kalimat adalah 60 karakter.Hal tersebut menyebabkan pembaca membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membacanya kecuali ukuran huruf diperbesar.Jumlah 60 karakter setiap baris diakui secara umum oleh para desainer sebagai lebar kolom yang nyaman untuk pembaca (Jute 1996, 58-59).
Gambar 3.2.. Kumpulan teks dari tiga buku cerita rakyat. Sumber: 108 Cerita Rakyat terbaik Asli Nusantara, Cerita Cer ta Rakyat Nusantara, dan Legenda Nusantara
3.2.2. Tipografi Pemilihan tipografi yang cocok sangatlah penting.Setiap huruf memiliki karakter serta tingkat legibility dan readability yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.Kebanyakan buku cerita rakyat terlihat kurang mementingkan mementingkan pemilihan tipografi yang tidak sesuai untuk
target
buku
yang
dituju
yaitu anak-
anak.Tulisan yang digunakan cenderung kecil kurang dari 12 pointseperti contoh
yang
dapat
dilihat
pada
gambar
1.3. 1.3.Rebecca J. Lukens
dalam
buku A Critical Handbook
of
Children’s Literature mengatakan bahwa kedekatan hubungan antara kata kata-kata dan
gambar
sangat
tidak
terpisahkan Gambar 3.3. .3. Contoh tipografi pada buku cerita rakyat Sumber: 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara, Cerita Rakyat dari Banyuwangi, dan Legenda Rakyat Nusantara
untuk anak-anak (Lukens 2003, 43).Hal tersebut menujukkan bahwa dalam buku anak-anak tulisan atau teks yang dimuat harus terbaca dan terlihat dengan jelas karena hubungannya sangat vital dengan kelangsungan alur cerita dan makna yang disampaikan. Tipografi yang digunakan untuk teks sepanjang itu juga disarankan menggunakan serif karena kait pada setiap hurufnya dapat mempermudah kerja mata dalam membaca. Seperti yang lebih lanjut akan dijelaskan dalam landasan teori. 3.2.3. Illustrasi Hampir seluruh buku bacaan cerita rakyat Nusantara merupakan kumpulan (gambar 1.4), sehingga terbatasnya ilustrasi untuk menjelaskan cerita-cerita tersebut.Seperti yang tertulis pada buku Lukens, ilustrasi yang terbatas dapat merubah alur cerita(Lukens 2003, 47).Hal tersebut cukup jelas menyatakan bahwa ilustrasi dapat membantu anak-anak memahami isi cerita karena sebuah gambar dapat menjelaskan ribuan kata.
Gambar 3.4. Contoh ilustrasi hitam putih pada buku cerita Sumber: 108 cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara, Cerita Rakyat dari Banyuwangi, dan Legenda Rakyat Nusantara
Selain keterbatasan ilustrasi, terlihat juga ilustrasi yang hitam putih lebih mendominasi kebanyakan buku cerita rakyat sehingga ilustrasi
yang dibuat
menjadi kurang menarik minat baca
anak.Lukens dalam bukunya menyebutkan bahwa warna dalam buku cerita dapat membuat sebuah atmosfir atau suasana yang mendukung untuk cerita tersebut.(Lukens 2003, 45).
3.3. Analisa Buku Pengarang
: Marini Asril Reza
Penerbit
: Visi Media
Tebal buku
: 240 halaman (1,2 cm)
Lebar buku
: 21 cm
Panjang buku
: 27.5 cm
Isi berwarna
: 32 halaman (art paper)
Finishingcover
:Reflective foil stamps merah dan biru dan spot uv
Binding buku
:Perfect binding (soft cover)
3.4. Analisa Produk 3.4.1. Kekuatan (Strength) 1.
Berisikan kumpulan cerita rakyat asli Nusantara yang berasal dari setiap provinsi di Indonesia.
2.
Menggunakan gaya ilustrasi yang menarik.
3.
Selalu memberikan pesan moral di setiap akhir cerita.
4.
Bagian kover menarik dan menggunakan tipografi yang serasi dengan tema Nusantara.
5.
Finishing cover yang cukup menarik
3.4.2. Kelemahan (Weakness) 1. Halaman hitam putih mendominasi buku cerita rakyat ini 2. Illustrasi hanya ada satu untuk setiap cerita. 3. Teks dalam jumlah banyak membuat anak cepat bosan membaca 4. Cerita yang disajikan terlampau banyak dan tidak jelas pemisahan untuk setap provinsinya. 5. Jenis dan ukuran huruf pada teks bacaan kurang sesuai untuk target buku cerita rakyat. 6. Grid kurang diperhatikan sehingga banyak teks pada bagian kiri yang tidak jelas pembagian kolomnya. 3.4.3. Peluang (Opportunity)
1.
Isi buku dapat diketahui hanya dengan melihat cover-nya.
2.
Memiliki peluang terlihat lebih baik pada rak display.
3.
Menjadi salah satu media ajar orang tua tanpa harus menggurui anak-anak.
3.4.4. Tantangan atau ancaman (Threat) 1. Buku cerita luar negeri dikemas dalam bentuk dan penyajian yang lebih menarik. 2. Pilihan orang tua dan perpustakaan masih lebih memilih buku cerita luar negeri dibandingkan buku cerita rakyat lokal. 3. Anak-anak cepat bosan dan tidak membaca keseluruhan kumpulan cerita.
3.5. Analisa Perbandingan Pembandingan ini bertujuan untuk
melihat kelebihan dan
kekurangan buku cerita lokal dibandingkan buku cerita asing maupun terjemahan yang lebih sering dibeli oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan berdasarkan data yang diperoleh dari Toko Buku Gramedia Summarecon Mall Serpong (27 Januari 2012).Kisah-kisah Pengantar Tidur Favorit merupakan buku terjemahan yang menempati urutan terlaris nomor empat di toko buku tersebut. Desain buku cerita khususnya buku kumpulan cerita rakyat di Indonesia
dapat
dikatakan
tertinggal
oleh
buku
kumpulan
cerita
terjemahan.Buku terjemahan tersebut menerapkan sistem grid di dalamnya sehingga tulisan tidak terlalu panjang.Illustrasi yang diberikan pun lebih banyak dan tidak terpaku pada penekanan biaya produksi sehingga dapat memandu anak-anak dalam cerita yang disampaikan.Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 yang memuat beberapa cerita terjemahan yang dijual di toko buku di Indonesia. Berdasarkan contoh buku kumpulan cerita tersebut, dapat dilihat bahwa sesama buku kumpulan tetapi buku terjemahan memiliki kualitas desain yang lebih baik.Buku tersebut ada yang menerapkan grid tiga kolom dan ada juga yang memiliki ilustrasi dalam jumlah yang lebih banyak.Hal ini
lebih menunjang agar anak-anak anak anak menyukai membaca buku cerita.Cerita ini pun ada juga yang dipisah menjadi berseri berdasarkan asal dongeng tersebut.
Gambar 3.5.. Contoh buku cerita terjemahan Sumber: Kumpulan Dongeng Timur Tengah, Kumpulan Dongeng Eropa, dan Dragon Petualangan di Buku Dongeng
Beberapa fakta ini menjadi sebuah data pendukung endukung untuk mengadaptasi buku kumpulan cerita rakyat lokal menjadi sebuah media interaktif yang berdasarkan Sabuda(2010) bahwa buku pop pop-up memiliki berbagai kelebihan dibandingkan buku cerita bergambar 2 dimensi lainnya.
3.6. Analisa Ilustrasi& Ilustrasi Warna Pentingnya ilustrasi dan warna telah dijelaskan oleh Lukens dalam bukunya
yang
berjudul
A
Critical
Handbook
of
Children’s
Literature.Sedangkan .Sedangkan jenis ilustrasi yang disukai anak dijelaskan oleh
Hedgpeth dan Nissal dalam bukunya yang berjudul Exploring Character Design (2006, 6) bahwa anak-anak menyukai gambar yang sederhana. Penulis melakukan sebuah analisa gambar dan warna terhadap dua buah chanel televisi yang terkenal di dunia, yaitu Nickelodeon dan Cartoon Network. Kedua chanel ini memiliki target sasaran yang masih dapat dikatakan sesuai dengan target buku yang akan diadaptasi oleh penulis. Nickelodeon memiliki target utama yang berusia dari 2 hingga 11 tahun. Sedangkan Cartoon Network memiliki target utama dari umur 6 sampai 14 tahun, sedangkan yang paling dominan adalah 6 sampai 11 tahun. Kedua target chanel tersebut masih terdapat dalam jangkauan target buku ini yang berusia 7 sampai 11 tahun dengan pertimbangan kemampuan membaca.
Gambar 3.6. Contoh Karakter Nickelodeon Sumber: Rugrats dan Spongebob Squarepants
Gambar 3.7. Contoh Karakter Cartoon Network Sumber: Cartoon Network Enterprises, Flintstones, dan Powerpuff Girls.
Hurlock dalam bukunya menjelaskan bahwa anak-anak menyukai warna yang cerah.Warna cerah bila diartikan dalam buku Color Harmony (Chiijiwa 1987, 8,9,24) disebutkan sebagai warna vivid atau warna terang. Hal tersebut diaplikasikan oleh dua chanel kartun terbesar di dunia yang sasaran utamanya anak-anak. Berdasarkan Hurlock serta Chiijiwa dan kartun Nickelodeon dan Cartoon Network dapat disimpukan bahwa warna yang sebaiknya digunakan atau disukai anak-anak adalah warna cerah dan dalam perpaduannya dapat digunakan warna lain, tetapi warna vivid atau warna terang tetap dominan dalam sebuah ilustrasi. Ilustrasi yang digunakan oleh kedua channel tersebut juga mengesankan tipe gambar yang sebaiknya digunakan atau disukai oleh anakanak.Kesimpulan yang diperoleh penulis dan sesuai dengan yang ditulis oleh Hedgpeth dan Nissal adalah anak-anak menyukai gambar yang sederhana serta menggunakan garis. Anak-anak tidak terlalu memperhatikan proporsi tubuh atau hewan yang
berjalan
dengan
kedua
kakinya
seperti
dalam
film
Gambar 3.8. Contoh karya ilustrasi Bongini Sumber: Childrensilustrators.com. 2012.
Spongebob yang semua tokoh hewan di dalamnya dapat berjalan dengan kedua kaki selayaknya manusia.Sedangkan garis tepi sering kali digunakan untuk memisahlan warna terang yang saling bersandingan agar meredam efeknya yang terlalu menyilaukan mata. Berdasarkan hasil analisa, artis atau seniman yang menjadi acuan penulis dalam membuat ilustrasi adalah Barbara Bongini.Beliau merupakan desainer yang bekerja pada sebuah penerbit terkenal dan terpenting di Italia.Bongini merupakan seorang illustrator gambar anak-anak dan banyak karya ilustrasinya yang bertemakan cerita dongeng. Jenis ilustrasinya sesuai atau memiliki karakteristik yang mirip dengan ilustrasi yang digunakan oleh Cartoon Network dan Nickelodeon yaitu menggunakan garis tepi, karakter yang sederhana serta menggunakan warna yang cerah atau vivid untuk warna yang dominan dalam ilustrasinya.
3.7. Analisa Buku Pop-Up Minimnya buku yang menjelaskan kriteria buku pop-up yang baik
Gambar 3.9. Kumpulan beberapa buku pop-up Sumber: Super Heroes Ultimate, Harry Potter, dan Winter Stale
dan benar, menyebabkan penulis melakukan analisa terhadap buku pop-up maupun buku cerita dongeng untuk mendapatkan sebuah kecenderungan dalam sistem grid yang digunakan. Berdasarkan gambar-gambar tersebut dapat dilihat bahwa setiap buku halamannya belum tentu memiliki lebar kolom yang sama atau peletakan yang sama. Hal tersebut dapat dikatakan bercirikan jenis sistem grid hirarkial karena buku pop-up berbeda dengan buku ilustrasi lainnya.Buku ini menampilkan ilustrasi dalam ukuran besar dan setiap halamannya berbeda sesuai dengan alur cerita. Besarnya ilustrasi menyebabkan berbedanya tempat serta ruang yang tersedia dalam sebuah halaman.Akan tetapi, hal tersebut bukan berarti bukubuku itu tidak memiliki sebuah sistem yang berulang pada setiap halamannya. Apabila dilihat secara penuh semua halaman buku, akan ditemukan bahwa adanya kesamaan antara beberapa halaman. Lebar kolom yang digunakan dapat ditentukan walaupun memiliki beberapa variasi. Ciri khas lain dari buku pop-up ialah ilustrasinya yang besar di tengah halaman, sehingga membutuhkan buku agak lebar namun tidak terlalu panjang karena yang digunakan lebarnya. Bagian setelah ilustrasi dipergunakan untuk peletakan teks yang jumlahnya dapat dikurangi dengan menambah elemen seperti yang dilakukan oleh kebanyakan buku pop-up. Berdasarkan
analisa
tersebut,
penulis
menyimpulkan
sebuah
kesimpulan mengenai kecenderungan sistem grid dalam buku pop-up serta ciri khasnya. Buku pop-up tetap menggunakan sebuah grid akan tetapi berbeda dengan buku lainnya yaitu sistem grid hirarkial yang sistemnya dapat disesuaikan dengan ruang yang tersedia pada halaman tertentu. Ciri khas buku pop-up yang terlihat dengan jelas adalah ilustrasinya yang besar di tengah halaman sehingga buku pop-up cenderung berukuran hampir persegi karena ilustrasinya yang landscape.
3.8. Analisa Tipografi Memilih jenis tipografi untuk anak tidak lebih mudah dari memilih jenis huruf untuk orang dewasa.Banyak ketentuan serta bentuk-bentuk yang lebih disarankan untuk membuat anak-anak lebih nyaman membaca sebuah teks yang cukup panjang. Menurut Illene dalam webnya Fonts, jenis huruf
yang sebaiknya untuk anak-anak adalah huruf yang memiliki counter bulat dan sudut yang bundar atau tumpul (Fonts 2010). Selain itu, Danton Sihombing dalam bukunya yang berjudul Tipografi dalam Desain Grafis menuliskan bahwa untuk teks yang relatif panjang disarankan untuk menggunakan serif karena secara tidak langsung memnabtu kerja mata saat membaca. Berikut ini akan dilakukan pembandingan beberapa serif serta melihat detil huruf yang lebih sesuai untuk anak-anak berdasarkan pendapat Illene dan Danton Sihombing. Jenis huruf yang akan dibandingkan adalah Garamond, Baskerville, Gregoria, Perpetua, dan ITC Souvenir Std.
Gambar 3.10. Perbandingan beberapa huruf serif dengan semi serif
Berdasarkan hasil pembandingan beberapa jenis tipografi tersebut, diketahui bahwa yang memiliki sudut tumpul serts bentuk huruf O yang paling mendekati lingkaran sempurna adalah ITC Souvenir Std. Setelah ini
akan diberikan analisa detail mengenai bentuk beberapa huruf yang menjelaskan lebih lanjut mengapa huruf ini lebih sesuai untuk anak-anak.
Gambar 3.11. Detil huruf Averia
Gambar ini memberikan penjelasan yang lebih detil mengenai huruf Averia yang juga dijuluki Average font. Huruf ini tidak memiliki sudut.Semua sudut dihilangkan dan diganti dengan garis melengkung.Selain itu huruf ini juga memiliki beberapa keluarga huruf yang juga dapat menunjang penggunaannya dalam teks cerita.Huruf ini juga tidak terlalu tipis dan juga tidak terlalu tebal.Berdasarkan beberapa kriteria yang dijelaskan oleh Illene dan Danton Sihombing, huruf ini layak untuk digunakan dalam buku cerita dengan teks yang cukup panjang bagi anakanak.
3.9. Analisa Wawancara 3.9.1. Stella Maris International School (SMIS) Berdasarkan data yang diperoleh hasil wawancara penulis dengan narasumber Ms. Indi (Gading Serpong, 30-01-2012), selaku pustakawan SD SMIS, penulis menemukan fakta mengenai kebiasaan anak dan buku cerita rakyat, yaitu: 1. Sekolah yang internasional mempengaruhi pilihan buku terhadap buku-buku luar negeri dibandingkan buku Indonesia. 2. Sekolah memiliki program untuk anak muridnya meminjam buku dan belajar di perpustakaan secara rutin 1 minggu 1 kali. 3. Anak SD kelas 1 sampai dua menyukai buku dengan tulisan besar dan hanya satu atau dua kalimat. 4. Anak SD kelas 3 sampai 4 masih menyukai buku bergambar, tetapi sudah mulai bisa membaca buku dengan tulisan agak panjang (tetapi tetap dengan ukuran cukup besar). 5. Anak SD kelas 5 sampai 6 mulai beralih bacaan kepada buku cerita fiksi yang tulisannya mungkin lebih banyak dari gambar. 6. Anak-anak SD lebih menyukai cerita pengetahuan dengan gambar yang banyak dibandingkan cerita rakyat Indonesia. 7. Desain buku berpengaruh terhadap minat baca mereka terhadap sebuah buku.
8. Di sekolah ini, anak-anak bisa me-request buku bacaan yang kemudian akan disortir terlebih dahulu baru disediakan. 3.9.2. Sekolah Terpadu PAHOA (Nasional Plus) Berdasarkan data yang diperoleh hasil wawancara penulis dengan narasumber Bpk. Ian (Gading Serpong, 30-01-2012), selaku pustakawan SD Sekolah Terpadu PAHOA, penulis menemukan fakta mengenai kebiasaan anak dan buku cerita rakyat, yaitu: 1. Jumlah buku impor dan Indonesia sama banyaknya, akan tetapi buku Indonesia pun banyak yang terjemahan buku luar negeri. 2. Sekolah memiliki program rutin untuk meminjam dua buku atau lebih setiap 1 minggu sekali. 3. Anak SD kelas 1 sampai 4 menyukai buku serial WHY? Yang merupakan buku ilmiah bergambar dengan warna dan desain menarik. 4. Anak SD kelas 5 dan 6 lebih menyukai grafik novel buku bacaan lain. Mulai berpindah dari buku bergambar menjadi buku cerita fiksi yang lebih banyak tulisan. 5. Sekolah
memiliki
program
Aku
Cinta
Indonesia
yang
diselenggarakan sekitar bulan Oktober atau November yang mewajibkan buku bacaan bertemakan cerita rakyat Indonesia. 6. Buku serial WHY? Memang membuah anak menjadi lebih mudah dimengerti, akan tetapi sturktur bahasa anak menjadi kacau karena struktur kalimat buku yang kurang baik. 7. Buku cerita rakyat memiliki struktur kalimat yang baik dan mudah dimengerti, sayangnya minim ilustrasi dan terlalu banyak teks membuat minat baca anak hilang dan sulit mengerti maksud dari cerita tersebut. 3.9.3. Tarakanita Gading Serpong (Nasional) Berdasarkan data yang diperoleh hasil wawancara penulis dengan narasumber Ibu Irmina (Gading Serpong, 27-01-2012), selaku pustakawan SD Tarakanita Gading Serpong, penulis menemukan fakta mengenai kebiasaan anak dan buku cerita rakyat, yaitu: 1. Setengah dari total buku cerita yang ada adalah buku impor. Sisanya, adalah buku lokal dan terjemahan.
2. Sekali dalam seminggu, semua kelas dijadwalkan mengunjungi dan belajar di perpustakaan selama 1 jam pelajaran yang dikaitkan dengan tema pelajaran yang sedang dibahas. 3. Sekolah mulai menyediakan buku interaktif seperti buku berjendela atau lainnya untuk meningkatkan minat baca anak. 4. Anak SD kelas 1 sampai 2 masih menyukai buku bacaan bergambar dengan teks berukuran besar yang lebih sedikit. 5. Anak SD kelas 3 sampai 4 sudah mulai menyukai buku bergambar dengan teks berukuran besar dalam jumlah yang lebih banyak. 6. Anak SD kelas 5 dan 6 sudah mulai menyukai buku novel dibandingkan buku bergambar. 7. Anak-anak lebih menyukai buku interaktif karena meningkatkan rasa ingin tahu dan minat membaca.
3.9.4. Gramedia Bookstore Berdasarkan data yang diperoleh hasil wawancara penulis dengan narasumber Bpk. Albert dan rekannya (Gading Serpong, 27-012012),
selaku
Kepala
Cabang
dan
staff
Gramedia
BookstoreSummarecon Mall Serpong, penulis menemukan fakta mengenai kebiasaan anak dan buku cerita rakyat, yaitu: 1. Toko buku asli Indonesia ini memang lebih banyak menjual buku lokal dan terjemahan dibandingkan buku impor. 2. Sejak tahun 2011 tercatat 3 judul buku pop-up sederhana hasil produksi dan penerbit asli Indonesia. 3. Buku pop-up tersebut lebih laris dan pembelinya dari anak-anak hingga orang dewasa bahkan mahasiswa. 4. Walaupun buku pop-up yang ditawarkan dengan harga lebih tinggi tetap banyak dibeli karena kualitas yang ditawarkan jauh lebih baik. 5. Buku yang paling digemari anak-anak (saat mereka memilih sendiri buku bacaannya) adalah serial WHY? Atau edu komik lainnya dengan gambar dan warna yang menarik.
6. Orang tua sering kali mencari buku cerita rakyat, akan tetapi masih belum menjadi pilihan utama anak-anak. 3.9.5. Sintesis Berdasarkan hasil yang diperoleh dari wawancara (27& 30-012012)dengan tiga sekolah yang berbeda standar dan salah satu toko buku terkemuka di Indonesia, penulis menyimpulkan bahwa anak SD dapat dibagi menjadi 3 segmen pembaca, yaitu: 1.
Anak SD kelas 1 & 2 merupakan anak yang membaca buku cerita bergambar dengan huruf yang relatif besar dan teks yang masih sedikit.
2.
Anak SD kelas 3 & 4 merupakan anak yang membaca buku cerita bergambar dengan huruf relatif besar dan teks yang lebih banyak dibandingkan anak kelas 1 & 2.
3.
Anak SD kelas 5 & 6 sudah tidak lagi membaca buku bergambar. Orientasi pada gambar mulai berkurang, sebaliknya lebih mementingkan cerita. Selain itu, kesimpulan dari keseluruhan hasil wawancara penulis
dengan beberapa pihak, antara lain: 1. Gambar dan warna buku cerita rakyat kurang menarik jika dibandingkan dengan buku cerita dari luar negeri. 2. Anak-anak lebih menyukai buku yang lebih dari dua dimensi. 3. Saat ini banyak sekolah yang mendidik anak-anaknya gemar membaca, sehingga bacaan mereka harus berupa buku yang bermanfaat serta mengajarkan nilai kehidupan dan moral. Hasil sintesis dari wawancara ini digunakan oleh penulis untuk menjadi data pendukung target sasaran utama adalah anak SD kelas 2-5 atau berusi 7-11 tahun dan sasaran sekundernya merupakan anak SD kelas 1& 6. Hal ini menjadi pertimbangan penulis karena adanya perbedaan karakteristik antara anak SD tersebut yang telah dijelaskan sebelumnya oleh Jane Piaget dalam bukunya.Usia 7 dan sebelas tahun atau anak kelas 2 dan 5 dimasukkan dalam sasaran karena dianggap sebagai masa peralihan, akan tetapi masih termasuk dalam karakteristik yang disebutkan oleh Piaget.