Buku Penulis Penerbit ISBN
: MANAJEMEN STRATEGI OPERASIONAL Teori dan riset diIndonesia : Lena Elitan : Lina Anatan : Alfabeta, cv : 978-979-8433-740
Judul I
: Manajemen Tekhnologi dan Keunggulan Kompetitif
Frohman (1985) mengemukakan bahwa tekhnologi mempengaruhi profitabilitas perusahaan., menciptakan industri baru, namun juga bisa merusak industri yang sudah ada bila tidak dapat berpacu dengan tekhnologi yang berlangsung. Penerapan teknologi baru pada perusahaan membutuhkan proses untuk diperkenalkan, karena perencanaan teknologi akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Disamping itu penentuan teknologi baru memerlukan perencanaan yang matang, karena memerlukan teknologi baru tersebut tidak hanya dalam bentuk proses tertentu saja melainkan meliputi integrasi sistem otomatis baik secara fisik maupun secacara organisasi. Secara umum terdapat tiga tujuan perencanaan teknologi antara lain, adalah; 1. mempertahankan kompetensi secara tekhnis melalui perbaikan secara terus-menerus terhadap produk dan proses. 2. Melakukan ekspansi pasar melalui peluncuran produk/jasa/bisnis baru melalui inovasi dan proses baru. 3. Memperkaya strategi unit bisnis dengan tekhnologi luar yang berasal dari sektor sektor industri masing masing untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. Ketiga tujuan tersebut tidak mudah begitu dicapai, melainkan memerlukan suatu aktifitas penelitian (Beetz, 1994) yaitu; 1. mempelajari secara mendalam ilmu yang terkandung pada tekhnologi yang digunakan. 2. Menciptakan atau memperbaiki tekhnologi yang sudah ada. 3. Membuka cakrawala untuk tekhologi baru atau substitusi tekhnologi yang sudah ada. 4. Menciptakan atau mendapatkan tekhnologi baru dalam membuat produk dan bisnis baru bagi perusahaan. Pada kenyataannya, perencanaan tekhnologi modern perlu pertimbangam-pertimbangan yang cermat mencakup (Ravianto, 1985): 1. pemilihan tekhnologi yang tepat dengan kapasitas yang tidak berlebihan atau tidak terlalu usang. 2. Diperlukan dana yang dsangat besar. 3. Tenaga kerja dan manajemen yang sangat terampil. 4. Sistem distribusi dan pemasaran yang lebih luas. 5. Akses terhadap peencemaran lingkungan. Sebelum menerapkan tekhnologi tertentu, perusahaaan harus dapat menganalisis berupa matrik tentang posisi tekhnologi yang dimiliki (Lowe, 1995). analasis ini terangkup kedalam dua faktor yaitu, kekuatan pasar dan kapabilitas tekhnologi yang dimiliki, serta terdiri dari tiga unsur yang membentuk kedalam sembilan sel kombinasi menunjukkan gambaran tentang langkah atau strategi untuk menghadapi pasar yang harus dilakukan oleh perusahaan pada posoisi kombinasi tertentu. Adapaun analisis dari kekuatan pasar dan kapabilitas tekhnologi yang tercermin dalam fungsi produksi. Pertimbangan fungsi produksi yaitu ( Noori, 1990); 1. jumlah, ukuran, kapasitas, dan lokasi. 2. Derajat integrasi vertikal.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Jenis proses produksi. Jumlah dan hubungan dengan vendor. Produk baru yang akan dikembangkan. Seleksi pelatihan SDM. Sistem pengendalian kualitas yang digunakan. Sistem penjadwalan produksi yang digunakan. Manajemen persediaan.
Bagi perusahaan yang berorientasi kedepan dan memiliki tim pengembang tekhnologi yang memadai, inovasi tekhnologi dengan kombinasi antara penggunaan tekhnologi dan kebutuhan pasar akan keberhasilan kinerja dan produktifitas perusahaan. Pada tingkat persahaan, usaha usaha untuk melakukan inovasi tekhnologi dan kebutuhan pasar akan membawa dampak keberhasilan meningkatkan kinerja dan produktifitas perusahaan. Penggunaan manajemen tekhnologi yang efektif memerlukan kerjasama yang terpadu dan stimultan antara empat subsistem yaitu, manajemen (management), tekhnologi (insinyur dan ilmuan), prasarana tekhnologi (unsur pendukung institusional), dan operasi (pekerja dan fungsi bisnis). Keempat sistem tersebut menduduki dalam suatu wadah manajemen tehnologi untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan unsur tekhnologi, prasarana tekhnologi, dan operasi perusahaan untuk merumuskan serta mengimplementasikan strategi tekhnologi (Pawitra, 1993). kurangnya keterkaitan dan kerjasama antara bidang pemasaran dan finansial menyebabkan masalah antara lain (Livtak, 1992): 1. rendahnya investasi tekhnologi. 2. Rendahnya kapabilitas tekhnologi. 3. Tidak ada ramalan (forecasting) tekhnologi. 4. Tidak adanya champion yang memadai. 5. Manajemen proyek yang buruk. 6. Rendahnya investasi untuk meningkatkan kemampuan tekhnis tenaga operasional. Monger (1988) dalam bukunya “Mastering Tekhnologi” mengemukakan panduan yang cukup jelas mengenai beberapa faktor yang penting dalam mengelola tekhnologi, antara lain; 1. Menerima peran manajemen dalam inovasi tekhnologi. 2. Memiliki komitmen terhadap tiap fase manajemen tekhnologi yaitu sejak saat dalam penilaian perlunya adopsi tekhnologi, perumusan kebijakan menegnai tekhnologi, saat adopsi, saat implementasi, monitoring, dan pengembangannya. 3. Menciptakan visi tekhnologi yang berbasis pada kapasitas kompetif umum yang diperlukan untuk kepentingan jangka panjang. 4. Membangun infrastruktur tekhnologi untuk mrenghasilkan produk dan jasa berkaualitas, membangun kualitas kedalam infrastruktur, serta memperbaiki kualitas secara kontinyu. 5. Mengelola tekhnologi sebagai investasi, bukan sebagai biaya. 6. Menggunakan standar yang memadai untuk mengukur keunggulan tekhnologi tidak hanya menggunakan standar yang dipakai secara internal. 7. Bekerja untuk mengubah sistem sosial organisasi, sistem pendidikan, sistem politik, dan semua kekuatan ekonomis yang mendukung manajemen tekhnologi. 8. Tekhnologi harus mengikuti organisasi dan organisasi harus mengikuti misi. 9. Menetapkan mekanisme yang tepat untuk menilai tekhnologi baru dan tyang berkembang dan serta mentransfer knowledge dalam organisasi. 10. Menggunakan tekhnologi secara positif dalam transformasi kerja.
Judul II
: Inovasi dan keunggulan kompetitif.
Menurut Kanter (1995) di era globalisasi akan tercipta masyarakat kosmopolitan yaitu sesuatu masyarakat mengglibalisasi yang disebut sebagai the world class socciety. Kelompok ini memiliki pengetahuan dan ide-ide yang inovatif dan up-to date, memiliki kemampuan untuk menjalankan kegiatan usaha dan menggunakan standar yang sangat tinggi serta memiliki akses dan sumber daya yang ada di dunia. Mereka juga tidak terikat dengan budaya dan kebangsaan dimana mereka berasal karena telah menjadi manusia yang universal dan menjunjung tinggi nilai-nilai universal. Inovasi merupakan sistem aktifitas organisasi yang mentransfer tekhnologi mulai dari ide sampai komersialisasi. Secara spesifik ada tiga tipe organisasi (Samson, 1989) yaitu inovasi produk, inovasi proses, dan inovasi sistem manajerial. Salah satu alasan mengapa inovasi sangat diperlukan adalah cepatnya perubahan lingkungan bisnis yaitu semakin dinamik dan hostile. Sebuah organisasi yang inovatif memiliki ciri-ciri seperti kolaborasi organisasional yang intensif, melakukan manajemen terhadap ketidakpastian lingkungan bisnis, dan mengakui pentingnya kapabilitas tekhnologi. Selanjutnya Saleh dan Wang (1993) telah mengembangkan satu model dari model kompherensif yang mengidentifikasi tiga kunci sukses organisasi untuk melakukan inovatif secara efektif, yaitu; 1. intrepenueral startegis yaitu berani mengambil resiko, melakukan pendekatan bisnis yang proaktif, dan komitmen manajemen. 2. Struktur organisasi yaitu dengan struktur yang lebih fleksibel, adanya disiplin interfungsional, dan orientasi pada tim kerja lintas fungsional. 3. Iklim organisasi yaitu iklim yang promotif dan terbuka, kekuatan dan kekuasaan dalam organisasi disebarkan tidak terpusat pada jenjang atas, dan memberikan sistem imbalan yang efektif. Perusahaan sudah semestinya berusaha mengintegrasikan budaya inovasi keseluruh bagian perusahaan. Budaya inovasi disini merupakan nilai-nilai dan norma-norma anggota organisasi yang menjunjung tinggi kreatifitas dan pendapat anggota dalam usaha inovasi produksi (desain dan pengembangan produk) untuk menciptakan keunggulan. Tanpa adanya budaya inovasi maka perilaku individu dalam perusahaan tidak akan mendorong diciptakannya produk inovatif yang lebih unggul dari pekerja akan bekerja secara asal-asalan sehingga outputnya pun menjadi sekedar saja. Untuk itu perusahaan pun harus memberikan kesempatan yang lebih besar pada anggota organisasi untuk berperan secara aktif dalam proses produksi yang menghasilkan produk inovatif. Perusahaan juga perlu menciptakan suatu kepemimpinan yang kuat untuk mendukung internalisasi budaya inovasi. Hal ini penting artinya agar seluruh karyawan terdorong untuk turut secara aktif mensukseskan upaya internalisasi budaya inovasi. Strategi inovasi harus disertai dengan adanya continous improvement yaitu penyempurnaan proses produksi dan inovasi secara aktif terus-menerus terlepas dari apakah proses tersebut telah mampu menghasilkan produk yang sesuai target inovasi atau tidak. Pengertian terus menerus disini adalah bertahap dan tanpa batas. Dengan di terapkannya continous improvement diharapkan perusahaan bisa melakukan inovasi, memenuhi tuntutan konsumen, serta bergerak lebih cepat dari pesaing. Inovasi bisa memberikan kontribusi terhadap keunggulan bersaing melalui berbagai kontribusinya pada pelanggan-pelanggan pencipta value added dan value in use. Tabel 1. keunggulan strategik melalui inovasi Type of innovation Strategic advantage novelty
Over somethings when none else can.
Competence shifting
Rewriting the rules of the competitive game.
complexity
Difficulty of learning about thecnology keep entry barrier high.
Robust design
Basic model product of process can be streched over an exstended life, reducing overall cost.
Continuous incremental innovation
Continuous movement cost/performance frontier.
Judul III
of
the
: Urgensi kompetensi bidang fungsional.
Globalisasi menuntut sumber daya manusia yang memiliki keahlian, pengetahuan, dan kemampuan tinggi. Perusahaan akan berhasil jika mereka mampu melakukan perbaikan-perbaikan dan manajemen menggunakan tekhnologi informasi serta memperluas dan mengintegrasikan operasi-operasi internasional merekapada waktu bersamaan (Kogut, 1993). keterlibatan perusahaan dalam kegiatan usaha operasi global salah satunya dimotivasi oleh tujuan untuk mencari sumber daya unggul dengan memanfaatkan keunggulan kompetitif diberbagai negara sebagai input untuk operasi perusahaan (Dunning, 1993). berdasarkan studi empiris dibidang inovasi mengidentifikasikan bahwa kompetensi inovasi yaitu desain pengembangan produk, akan meningkatkan hasil-hasil kinerja perusahaan karena kompetensi inovasi (pengenalan produk baru, inovasi dan kualitas desain, waktu siklus pengembangan produk, inovasi tekhnologi produk, perbaikan produk secara terus-menerus, dan pengembangan produk baru) memberikan keunggulan posisional perusahaan berupa nilai lebih dan keunikan tersendiri yang akan diterima oleh pelanggan. Berdasarkan beberapa studi empiris dibidang pemasaran, kompetensi pemasaran berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Kompotensi pemasaran (citra merek, promosi, periklanan, dan tanggapan terhada pasar sasaran, pelayanan pra dan pasca sasaran, luasnya cakupan pasar, cakupan distribusi yang luas, dan penguasaan penjualan personal) akan menimbulkan keunggulan posisional perusahaan berupa nilai pelanggan superior, dan biaya relatif lebih rendah. Jika keunggulan posisional ini sudah diraih maka hasil-hasil kinerja baik kepuasan konsumen, loyalitas konsumen, pangsa pasar, maupun profitabilitas akan meningkat. Cooper (1987) mengidentifikasikan inovasi sebagai penentu kunci kinerja perusahaan khusus pertumbuhan. Inovasi dapat membuat perusahaan dapat bergerak lebih cepat dalam memenuhi tuntutan pasar dibanding pesaingnya. Dalam literatur produksi dan operasi, Swamidas dan Newell (1987), dikutip dari Vickery, dkk. (1993) menemukan bahwa fleksibelitas produksi berhubungan positif dengan kinerja perusahaan, baik dalam lingkungan fleksibelitas produk, fleksibelitas proses, maupun fleksibelitas volume dapat menjadi kompetensi khusus perusahaan, yang menciptakan keunggulan operasional (Hayes & schmener, 1978). dengan fleksibelitas produk perusahaan dapat mengembangkan dan memodifikasi produk untuk memenuhi tuntutan pasar, dengan fleksibelitas proses perusahaan mampu menghasilkan beranekaragam produk mengubah dari satu produk ke produk lain dengan mudah, dan dengan fleksibelitas volume perusahaan mampu mengubah kapasitas produk sesuai tuntutan pasar. Manajer-manajer perusahaan besar seperti; Xerox, Motorolla, Ford, dan P&G memperluas operasi mereka secara global dan mengambil keunggulankeunggulan tekhnologi untuk mengkoordinasikan operasi-operasi internsional perusahaan mereka. Judul IV
: Lingkungan, Strategi, dan Keunggulan kompetitif
Mintzberg (1978) mengemukakan bahwa strategi merupakan tindakan atau pola tindakan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam organisasi, strategi tidak hanya meliputi strategi yang direncanakan, tetapi juga mencakup “sequency of decision” yang menggambarkan konsistensi dalam perilaku keputusan. Implementasi startegi perusahaan memfokuskan pada pengembangan kompetensi perusahaan yaitu pengetahuan dan keterampilan yang secara khusus tercermin dalam
keahlian tekhnologi dan produksi. Kompetensi perusahaan menunjukkan sesuatu yang tidak mudah ditiru oleh pesaing dan memberikan competitive advantage (schomaker, 1992). untuk dapat memenangkan pesaingan bisnis, perusahaan harus memiliki kinerja bisnis yang lebih baik dibandingkan para pesaing. Kinerja bisnisyang baik akan tercapai bila perusahaan mampu memposisikan dirinya industri dan mempertahankan posisinya tanpa menghasilkan pengaruh perubahan bisnis. Untuk itu pilihan dan implementasi strategi yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan perusahaan. Upaya meningkatkan kinerja bisnis melalui pencapaian produktifitas dan efesiensi perusahaan sebagai tujuan perusahaan, memerlukan strategi kompetitif yang berpijak pada kompetensi inti (Porter, 1980). isu-isu manufaktur dalam era baru manufaktur meliputi pengurangan leadtime untuk memuaskan konsumen, Pengenalan produk baru lebih cepat, fleksibelitas beradaptasi dan perubahan pasar, perbaikan kualitas produk, penurunan biaya, dan pelayanan konsumen (Sun, 2000, Banerjee, 2000). dalam kondisi tersebut, peran tekhnologi dalam pencapaian kinerja bisnis yang tinggi tidak dapat dipungkiri. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk melakukan adopsi tekhnologi dan mengambil kemanfaatan dari adopsi yang dilakukan. Alasan adopsi tekhnologi tekhnologi seringkali terkait dengan penurunan biaya, peningkatan fleksibilitas, peningkaytan kualitas produk, dan pengurangan pertimbangan seperti pentingnya memberikan kontrol, manajemen untuk tetap kompetitif dalam pangsa pasar, dan mengurangi ketergantungan terhadap pemasok (Small dan Chen, 1994). menurut beberapa peneliti, strategi manufaktur mewakili prioritas kompetitif (Burgess et al., 1998) perihal kompetitif ini meliputi, cost, quality, flexsibelity, dan delivery. Strategi biaya didefinisikan sebagai produk dan distribusi produk dengan biaya terendah dan sumber daya tersisa (waste, resource), yang minimum. Untuk dapat bersaing dalam lingkungan bisnisnya dengan berbasis pada biaya, seseorang manajer operasi perlu menawarkan produk dan jasa pada biaya per unit yang rendah, baik tenaga kerja, material, scrap, maupun biaya overhead lainnya. Strategi kualitas memfokuskan pada pentingnya memproduksi produk dan jasa yang dapat memuaskan spesifikasi dan kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhatikan pada usaha perbaikan kualitas sehingga mengurangi biaya produksi, karena melakukan sesuatu dengan benar saat pertama kali barang dan jasa diproduksi dapat mengeliminasi “waste”. Perbaikan kualitas merupakan salah satu cara organisasi untuk mengembangkan daya saing perusahaan. Beberapa alasan perlu mengadopsi tekhnologi untuk mencapai tujuan perusahaan yang terkait dengan proritas kompetitif, antara lain; 1. Biaya (cost) perusahaan pada umumnya bertujuan untuk mengurangi biaya produk dan jasayang memungkinkan perusahaan membuat profit yang lebih besar dan mencapai harga yang lebih rendah untuk meningkatkan volume penjualan. Aplikasi tekhnologi perusahaan dapat menurunkan biaya dengan cara menurunkan biaya material, tenaga kerja, biaya distribusi. Mis; melalui aplikasi tekhnologi waktu yang diperlukan tenaga kerja untuk memproduksi suatu produk dapat diturunkan sehingga biaya tenaga kerja dapat dikiurangi. 2. Qualitas (quality) aplikasi tekhnologi bermanfaat bagi perusahaan untuk mendpatkan kualitas produk, dan meningkatkan volumesuccesive innovation dengan cara meminimalkan kerusakan produk dan jasa dan eliminasi sumber daya terbuang (waste resources). 3. Fleksibilitas (flexsibelity) aplikasi tekhnologi bermanfaat untuk meningkatkan variasi produk dan pencapaian exstensive costomization. Untuk memperoleh peningkatan pangsa pasar dalam lingkungan kompetitif, perusahaan harus lebih fleksibel dalam operasi dan memuaskan segmen pasar, sehingga aplikasi tekhnologi dapat mendukung pencapaian tujuan fleksibilitas perusahaan. 4. Pengiriman (delivery) tekhnologi mendukung terciptanya kecepatan pengiriman yang diukur melaui lead
time (waktu tunggu) yang diperlukan. Aplikasi EDI (electronical data interchange) dan mesin fax secara otomatis dapat menurunkan waktu yang diperlukan untuk mengirimkan informasi dari satu lokasi kelokasi lainnnya.dan mnurunkan waktu tunggu melaui pelayanan dan operasi. Judul V
: Riset Manajemen Tekhnologi di Indonesia
TQM adalah optimasi kinerja pada semua bagian dan fungsi operasi, prosedur, sistem, pengendalian, struktur da kultur organisasi (Warnock, 1996). TQM merupakan program perbaikan terus-menerus yang dilakukan secara bertahap dan tidak pernah berakhir (Sohal dan Terviovsky, 2000). beberapa hasil studi empiris menunjukkan bahwa penerapan TQM memberikan hasil yang positif dalam meningkatkan produktifitas, provitabilitas, maupun kinerja secara keseluruhan (Ghobadian dan Galear, 1996; Forsberg and Nilson, 1999; pace, 1998; Sun, 2000; Sohal dan Terviovsky, 2000). Adler (1989) mendefenisikan strategi tekhnologi sebagai suatu pola pengambil keputusan yang menempatkan tujuan-tujuan tekhnologis yang berguna untuk mencapai tujuan tekhnologi dan tujuan bisnis peruasahaan. Strategi tekhnologi membentuk pilihan perusahaan untuk memperoleh, mengembangkan dan menyebarkan tekhnologi untuk mencapai tujuan bisnis mereke. Sebagai perusahaan yang meningkatkan adopsi tekhnologi yang secara proaktif mengembangkan tekhnologi produk dan tekhnologi proses yang canggihmaka tingkat keperluan strategi tekhnologi akan meningkat. Betz (1993)menggambarkan tujuan strategi tekhnologi antara lain: 1. memelihara kapabilitas tekhnis dalam bisnis yang eksis dengan meningkatkan perbaikan-perbaikan produk dan proses. 2. Ekspansi pasar dalam bisnis yang sedang berjalan atau membuka bisnis yang baru melalui inovasi produk dan inovasi proses. 3. Menetukan kapabilitas tekhnologi yang unggul dari sumber eksternal (strategic sourcing). Pencapaian strategik tekhnologi dan proses-proses manajemen tekhnologi dicerminkan dalam krakteristik- karakteristik sebagai berikut ( Harrison dan Samson, 1997): 1. mekanisme yang efektigf untuk mengintegrasikan tekhnologi dengan strategic bisnis. 2. Mekanisme yang efektif untuk mengkoordinasikan efektifitas tekhnologi yang berhubungan dengan organisasi dan kerja kelompok. 3. Keterlibatan semua fungsi yang berpengaruh dalam proses formulasi strategi. 4. Pemahaman interelationship antara elemen-elemen tersebut menjadi satu kesatuan secara kolektif. 5. Alokasi tanggung jawab yang jelas untuk pengelolaaan tekhnologi. 6. Pensejajaran struktur organisasi untuk mendukung strategi bisnis dan strategi tekhnologi. 7. Mekanisme yang efektif untuk mengkomunikasikan dan mendifusikan tekhnologi baru. 8. Melakukan perencanaan tekhnologi jangka panjang secara proaktif. 9. Melakukan penilaian secara regular atas kapabilitas tekhnis inti yang dimiliki organisasi. 10. Terus menerus melakukan ekplorasi atas peluang dan tantangan tekhnologi baru. Menurut pengalaman hasil studi dari beberapa perusahaan manufaktur di indonesia, pengembangan kapabilitas tekhnologi dapat dilakukan dengan cara (Ellitan, 2001); 1. memperkenalkan tekhnologi baru yang penting untuk diadopsi dan memperbaiki kemampuan tekhnis dan operasional. 2. Meningkatkan ketrampilan dan keahlian tenaga kerja melalui pelatihan, pendidikan, dan mengirimkan karyawan dalam seminar dan workshop.
3. Memperbaiki struktur organisasi, (kes di Indonesia menunjukkan lebih banyak perusahaan yang masih menganut sentralisasi) 4. menciptakan kultur yang inovatif dan mendorong partisipasi dan keterlibatan karyawan yang dapat memperbaiki kapabilitas tekhnologi. 5. Meningkatkan kerja sama dengan supplier. 6. Bekerja sama dengan perusahaan lain, bahkan dengan pesaing, seperti melakukan benchmarking. Tabel 12. isu-isu yang berkembang selama adopsi dan implementasi tekhnologi Perusahaan Isu-isu 1
- hard tekhnologi dan soft tekhnologi memiliki kontribusi yang sama. - adopsi tekhnologi dilakukan untuk mencapai efesiensi dan stabilitas proses operasi. - mengadopsi supply chain management dan integated bussines informasi sistem
2
- kurang kerja sama dengan supplier. - eliminasi semua aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah.
3
- masalah-masalah organisasi (konflik dan sentralisasi) menjadi penghambat organisasi benefit yang dapat diperoleh dari adopsi tekhnologi.
4
- membangun tim tugas yang solid, mendorong partisipasi dan keterlibatan pekerja selama adobsi dan implementasi tekhnologi. - adopsi tekhnologi maju (AMT) untuk menciptakan nilai tambahan dan mengembangkan desai produk baru
5
- disebabkan oleh masalah-masalah fungsional, perusahaan berusaha bertahan dengan tekhnologi yang ada saat ini (plant, equipment, dan mechine).
6
- Kurangnya kerja sama dengan supplier dan pelanggan. - perusahaan tidak memeiliki perencanaan tekhnologi yang formal.
7
- menekankan pada perbaikan tekhnologi yang terus-menerus. - belajar dari keberhasilan organisasi lain melalui proses banchmarking.
Tabel 14. dasar pertimbangan adopsi tekhnologi baru perusahaa Alasan-alasan mengadopsi tekhnologi baru n 1
- berdasarkan ketersediaan dana. - pentingnya tekhnologi untuk proses operasi.
2
- pentingnya tekhnologi. - memenuhi permintaan pelanggan. - memperbaiki kualitas produk. - anggaran untuk mengadopsi tekhnologi baru bersifat fleksibel. Tergantung pada unrgensi perusahaan tersebut.
3
- Memperbaiki kinerja proses dan kinerja produk.
4
- pentingnya tekhnologi dalam proses operasional.
5
- tuntutan konsumen dan pelanggan. - anggaran terbatas, bertahan dengan tekhnologi, peralatan mesin yang ada.
6
- ketersediaan dana, perusahaan memiliki dana untuk adopsi dan implementasi tekhnologi.
- urgensi tekhnologi baru yang akan diadopsi. 8
- ketersediaan dana. - pentingnya tekhnologi.