Hubungan Lingkungan Fisik Rumah Serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Orang Tua dengan Kejadian Pneumonia pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya 2014 Fahmi Fauzi Nazib 1) Andik Setiyono 2) Yuldan Faturahman 3) Mahasiswa bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi (
[email protected]) 1) Dosen Pembimbing bagian kesehatan lingkungan Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Siliwangi (
[email protected]) 2) (
[email protected]) 3) ABSTRAK Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah kedalam. faktor risiko terjadinya pneumonia selain dari usia, status imunisasi, status gizi, dan pemberian ASI yang kurang, faktor lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat, serta perilaku hidup bersih dan sehat di dalam keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor–faktor fisik rumah serta perilaku hidup bersih dan sehat orang tua dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya. Desain penelitian menggunakan metode Case Control dengan sampel kasus 56 dan 56 kontrol dengan menggunakan uji statistik Chi Square. Variabel bebas yang diteliti jenis lantai, jenis dinding, luas ventilasi, suhu, kepadatan hunian, kelembaban, pencahayaan, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan perilaku merokok. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara kejadian pneumonia dengan, jenis dinding (p value 0,012), luas ventilasi (p value 0,011), kepadatan hunian (p value 0,017), kelembaban (p value 0,038), mencuci tangan dengan sabun sebelum makan (p value 0,026), dan perilaku merokok (p value 0,013). Tidak ada hubungan jenis lantai (p value 0,059), dan pencahayaan (p value 0,185) dengan kejadian pneumonia, serta variabel suhu tidak bisa dilakukan uji statistik karena terdapat nilai 0 pada kelompok kontrol. Upaya untuk mengurangi kejadian pneumonia disarankan penyuluhan secara berkala serta peningkatan pengetahuan masyarakat dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, untuk masyarakat memperhatikan kualitas kondisi rumah dan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Kata Kunci
: Kondisi fisik rumah, PHBS, pneumonia.
1
ABSTRAK Pneumonia is an acute infection that cancern the lung (alveoli). Generally caused by the enter of bacteria microbes which signed by clinical symptom like cough, high fever, and breath fast or the pull wall chest underneath. The risk factors of pneumonia are age, imunization status, nutrient status, and the less in giving ASI, house environment physical factor which not good, and healthy life and clean behavior in family. This research aims to know the relation between house physical factor and health and clean behavior of parents to pneumonia phenomenon in children under-five in Puskesmas Kawalu Tasikmalaya area. The reseach design used case control method with 56 case sampels and 56 controls by using chi square statistical test. Free variable in this research is kinds of floor, wall, wide of ventilation, temperature, population density, humidity, lighting, the habit of washing hands before eat by using soap, and smoking habitual. The result of statistical test shows that there is the relation between pneumonia phenomenon and the kinds of wall (p value 0.012), wide of ventilation (p value 0,011), population density (p value 0.017), humidity (p value 0,038), the habit of wasing hands (p value 0,026), and smoking habitual (p vaalue 0,013). There is no relation with the kinds of floor (p value 0,059), and lighting (0,185) to pneumonia phenomenon, and temperature variable cannot be tasted because there is 0 value in control category. The effort to decrease pneumonia phenomenon is suggested to do the periodeic conseling and increase the people’s knowledge by medical people. For the people, they have to care about the quality of house condition and increase the behavior of healthy life and clean
Key Word
: Physical factor, PHBS, pneumonia.
2
PENDAHULUAN Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia, karena angka kematiannya tinggi, tidak saja di negara berkembang tetapi juga negara maju. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus. Badan organisasi kesehatan dunia Word Health Organization (WHO) menjuluki pneumonia dengan sebutan "The forgotten killer children" yaitu pembunuh anak-anak yang terlupakan. Di negara-negara berkembang 60% kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri, sementara di negara maju umumnya disebabkan oleh virus. Tahun 2010 WHO memperkirakan 1,6 juta anak meninggal akibat masalah radang saluran pernafasan (pneumonia). Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami kejadian penyakit pneumonia yang tinggi di dunia dan Indonesia menduduki peringkat keenam dengan jumlah kasus sebanyak 6 juta kasus. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dari Departemen Kesehatan tahun 1992, 1995, dan 2001 menunjukan bahwa pneumonia mempunyai kontribusi besar terhadap kematian bayi dan anak. Berdasarkan Penelitian Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2007 pneumonia menduduki tempat kedua sebagai penyebab kematian bayi dan balita setelah diare dan menduduki tempat ketiga sebagai penyebab kematian pada neonatus (Kemenkes, 2010) Angka kejadian pneumonia pada balita di Indonesia pada tahun 2006 yaitu 642.700 kasus (29,12%), pada tahun 2007 terjadi penurunan yaitu 477.420 kasus (27,71%), sedangkan pada tahun 2008 sebanyak 392.923 kasus (22,13), pada tahun 2009 sebesar 22,18% dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 390.319 kasus. Penanggulangan
penyakit
pneumonia
merupakan
fokus
pelaksanaan
pemberantasan penyakit ISPA yang ditujukan pada kelompok usia balita, yaitu bayi (<1 tahun) dan anak balita (1 bulan - 59 bulan). Pilihan kelompok ini sebagai target populasi program berdasarkan pada kenyataan bahwa angka mortalitas pneumonia diharapkan mempunyai daya ungkit dalam penurunan angka kematian bayi di Indonesia. Pelaksanaannya masih dihadapkan berbagai masalah dan kendala.
3
Masyarakat masih banyak yang belum mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak balita. Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya tahun 2012, jumlah rumah yang memenuhi syarat di wilayah kerja Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya sebesar 3.210 (27,15%) dari 11.823 jumlah seluruh rumah yang berada di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya tahun 2012, jumlah rumah yang memenuhi syarat di wilayah kerja Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya sebesar 3.210 (27,15%) dari 11.823 jumlah seluruh rumah yang berada di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Berdasarkan Laporan Provinsi Jawa Barat Kota Tasikmalaya tahun 2012, rumah tangga ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kota Tasikmalaya selama tahun 2012 mencapai 44,5%. Berdasarkan laporan profil Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya tahun 2010, cakupan rumah tangga ber-PHBS di Kota Tasikmalaya selama tahun 2010 mencapai 46,3%. Berdasarkan survei awal dari 10 orang responden yang telah dilakukan didapatkan data jenis lantai yang memenuhi syarat sebanyak 40%, ventilasi rumah sebanyak 50% yang memenuhi syarat, pencahayaan sebanyak 50% memenuhi syarat, suhu sebanyak 60% memenuhi syarat, kelembaban 50% memenuhi syarat, bahan bakar minyak yang memenuhi syarat sebanyak 80%, obat nyamuk yang digunakan 70% elektrik, merokok dalam rumah sebanyak 100%, dan yang selalu mencuci tangan dengan sabun sebanyak 30%. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik mengambil penelitian tentang “Faktor-Faktor Lingkungan Fisik Rumah serta Prilaku Hidup Bersih dan Sehat Orang Tua yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya” TUJUAN PENELITIAN Mengetahui faktor-faktor lingkungan fisik rumah serta praktek hidup bersih dan sehat orang tua yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya
4
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan desain penelitian case control yaitu penelitian analitik yang bersifat observasional, yakni dengan membandingkan antara sekelompok orang yang menderita penyakit (kasus) dengan sekelompok lainnya yang tidak menderita penyakit (kontrol), kemudian dicari faktor penyebab timbulnya penyakit tersebut. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang berumur (2 bulan - 59 bulan) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya. Pengambilan sampel yang tercatat selama tiga bulan terakhir (Juni – Agustus) sebanyak 56 kasus, sedangkan kontrol adalah responden yang bukan penderita pneumonia yang memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok kasus. Jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak 112 responden. Hasil pengumpulan data melalui wawancara dan observasi dengan responden menggunakan lembar kuesioner. Analisis data menggunakan uji Uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 0,05. PEMBAHASAN Tabel 1 Analisis Bivariat Hubungan Faktor Variabel dengan Kejadian Pneumonia di Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya 2014 No Variabel P value OR Keterangan 1 Jenis Lantai 0,059 3,547 Tidak Ada Hubungan 2 Jenis Dinding 0,012 2,936 Ada Hubungan 3 Luas Ventilasi 0,011 3,947 Ada Hubungan 4 Kepadatan Hunian 0,017 2,867 Ada Hubungan 5 Intensitas Kelembaban 0,038 3,051 Ada Hubungan 6 Intensitas Pencahayaan 0.185 2,005 Tidak Ada Hubungan 7 Mencuci Tangan dengan 0,026 2,750 Ada Hubungan Sabun 8 Perilaku Merokok Orang Tua 0,013 3,206 Ada Hubungan 1. Hubungan Jenis Lantai Rumah Responden Tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis lantai rumah dengan kejadian pneumonia pada balita. Berdasarkan teori, sebenarnya jenis lantai mempunyai kaitan erat dengan kejadian pneumonia pada balita. Jenis lantai rumah
5
yang tidak memenuhi syarat menyebabkan kondisi udara dalam ruang menjadi lembab. Kondisi lembab ini akan menjadi pra kondisi pertumbuhan kuman maupun bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit bagi penghuninya. Telah diketahui secara teoritis bahwa penyebab pneumonia pada balita sangat bervariasi, mulai dari bakteri patogen Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza, virus, maupun fungi (jamur). Fakta yang ditemukan pada penelitian ini menunjukkan kondisi yang hampir sama baik pada kelompok kasus maupun pada kelompok kontrol, maka variabel tersebut tidak memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap kejadian pneumonia. Hal ini sejalan dengan yang diteliti oleh Lina dkk (2012) di Pangandaran, Kabupaten Ciamis, bahwa jenis lantai rumah tidak perpengaruh terhadap kejadian pneumonia dengan p value 0,463 dan OR 1,620. 2. Hubungan Jenis Dinding Rumah Responden Ada hubungan yang bermakna antara jenis dinding rumah dengan kejadian pneumonia pada balita, dengan nilai OR 2,936. Kondisi dinding rumah yang tidak memenuhi syarat ini disebabkan karena status sosio ekonomi yang rendah, sehingga keluarga hanya mampu membuat rumah dari dinding yang terbuat dari anyaman bambu atau belum seluruhnya terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar. Dinding rumah yang yang terbuat dari anyaman bambu maupun dari kayu umumnya banyak berdebu yang dapat menjadi media bagi virus atau bakteri untuk terhirup penghuni rumah yang terbawa oleh angin. Hal ini sejalan dengan yang diteliti oleh Tulus Aji (2008) di Kawunganten Kabupaten Cilacap, bahwa jenis dinding rumah bisa perpengaruh terhadap kejadian pneumonia dengan p value 0,013 dan OR 2,9 kali lebih besar dibandingkan dengan jenis dinding yang memenuhi syarat. 3. Hubungan Luas Ventilasi Rumah Responden Ada hubungan yang bermakna antara luas ventilasi rumah dengan kejadian pneumonia pada balita, dengan nilai OR 3,947. Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari ruangan yang
6
tertutup. Termasuk ventilasi adalah jendela dan penghawaan dengan persyaratan minimal 10% dari luas lantai. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan naiknya kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi merupakan media untuk berkembangnya bakteri terutama bakteri patogen. Hal ini sejalan dengan yang diteliti oleh Mas Henny dkk (2012) di Kabupaten Kubu Raya, bahwa luas ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat dapat perpengaruh terhadap kejadian pneumonia dengan p value 0,012 dengan nilai OR 2,517 kali lebih besar dibandingkan dengan luas ventilasi yang memenuhi syarat. 4. Hubungan Kepadatan Hunian Rumah Responden Ada hubungan yang bermakna antara kepadatan hunian rumah dengan kejadian pneumonia pada balita, dengan nilai OR 2,867. Kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat kurang dari 10 m 2/orang, Kepadatan hunian rumah merupakan salah satu faktor penting yang mempunyai asosiasi dengan kejadian pneumoni karena keberadaan banyak orang dalam suatu rumah akan mempercepat transmisi mikroorganisme bibit penyakit dari seseorang ke orang lain. Bakteri penyebab pneumonia yang banyak macam dan mudah menyebar di lingkungan hunian yang padat. Risiko terjadinya pneumonia akan lebih tinggi jika balita berada pada kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat. Hal ini sejalan dengan yang diteliti oleh Mas Henny dkk (2012) di Kabupaten Kubu Raya, bahwa kepadatan hunian rumah dapat berpengaruh terhadap kejadian pneumonia dengan p value 0,006 dengan nilai OR 3,457 kali lebih besar dibandingkan dengan kepadatan hunian yang memenuhi syarat. 5. Intensitas Kelembaban Rumah Responden Ada hubungan yang bermakna antara intensitas kelembaban rumah dengan kejadian pneumonia pada balita, dengan nilai OR 3,051. Intensitas kelembaban yang tidak memenuhi syarat berkisar <40% atau >70%, Kelembaban berkaitan dengan tempat hidup virus dan bahteri. Risiko terjadinya pneumonia akan lebih tinggi jika balita berada pada rumah yang intensitas kelembabannya tidak memenuhi syarat. Hal ini sejalan dengan yang diteliti oleh Tulus Aji (2008) di
7
Kawunganten Kabupaten Cilacap, bahwa intensitas kelembaban rumah dapat perpengaruh terhadap kejadian pneumonia dengan p value 0,019 dengan nilai OR 2,8 kali lebih besar dibandingkan dengan intensitas kelembaban yang memenuhi syarat. 6. Intensitas Pencahayaan Rumah Responden Tidak ada hubungan yang bermakna antara intensitas pencahayaan rumah dengan kejadian pneumonia pada balita. Intensitas pencahayaan yang tidak memenuhi syarat < 60 lux - > 120 lux. Secara toritis, sebenarnya intensitas pencahayaan mempunyai kaitan erat dengan kejadian pneumonia pada balita, tidak masuknya sinar matahari kedalam rumah akan menyebabkan kelembaban rumah tinggi sehingga merangsang kuman penyakit untuk cepat berkembang biak sehingga meningkatkan risiko pneumonia. Fakta yang ditemukan pada penelitian ini menunjukkan kondisi yang hampir sama baik pada kelompok kasus maupun pada kelompok kontrol, maka variabel tersebut tidak memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap kejadian pneumonia. Hal ini tidak sejalan dengan yang diteliti oleh Lina dkk (2012) di Pangandaran, Kabupaten Ciamis, bahwa intensitas pencahayaan rumah bisa perpengaruh terhadap kejadian pneumonia dengan p value 0,001 dengan nilai OR 21,875 kali lebih besar dibandingkan dengan intensitas pencahayaan yang memenuhi syarat. 7. Mencuci Tangan dengan Sabun Responden Ada hubungan yang bermakna antara mencuci tangan pakai sabun dengan kejadian pneumonia pada balita, dengan nilai OR 2,750. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun adalah kebiasaan yang sederhana. Efek dari mencuci tangan dengan sabun dapat mencegah penularan penyakit menular seperti diare, pneumonia, penyakit kulit tipes, bahkan flu burung. Risiko terjadinya pneumonia akan lebih tinggi jika orang tua tidak melakukan praktek mencuci tangan dengan sabun saat menyuapi balita. Hal ini sejalan dengan yang diteliti oleh Mas Henny dkk (2012) di Kabupaten Kubu Raya, bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat
8
perpengaruh terhadap kejadian pneumonia dengan p value 0,004 dengan nilai OR 2,879 kali lebih besar dibandingkan dengan tidak mencuci tangan dengan sabun. 8. Perilaku Merokok Orang Tua Responden Ada hubungan yang bermakna antara perilaku merokok orang tua dengan kejadian pneumonia pada balita, dengan nilai OR 3,206. Efek asap rokok dapat meningkatkan kefatalan bagi penderita pneumonia dan gagal ginjal serta tekanan darah tinggi, bahkan bahan berbahaya dan racun dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan kepada perokok juga kepada orang-orang di sekitarnya yang tidak merokok yang sebagian besar adalah bayi, anak-anak, dan ibu yang terpaksa menjadi perokok pasif oleh karena ada anggota mereka yang merokok didalam rumah. Perokok pasif mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru dan penyakit jantung, sedangkan pada janin, bayi dan anak balita mempunyai resiko yang lebih besar untuk menderita kejadian berat badan lahir rendah, bronkitis, dan pneumonia, infeksi rongga telingan dan asma. Hal ini sejalan dengan yang diteliti oleh Mas Henny dkk (2012) di Kabupaten Kubu Raya, bahwa perilaku merokok orang tua bisa berpengaruh terhadap kejadian pneumonia dengan p value 0,000 dengan nilai OR 6,010 kali lebih besar dibandingkan dengan perilaku tidak merokok orang tua. PENUTUP A. SIMPULAN 1. Tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis lantai rumah dengan kejadian pneumonia pada balita. 2. Ada hubungan yang bermakna antara jenis dinding rumah dengan kejadian pneumonia pada balita, dengan nilai OR 2,936. 3. Ada hubungan yang bermakna antara luas ventilasi rumah dengan kejadian pneumonia pada balita, dengan nilai OR 3,947. 4. Ada hubungan yang bermakna antara kepadatan hunian rumah dengan kejadian pneumonia pada balita, dengan nilai OR 2,867.
9
5. Ada hubungan yang bermakna antara intensitas kelembaban rumah dengan kejadian pneumonia pada balita, dengan nilai OR 3,051. 6. Tidak ada hubungan yang bermakna antara intensitas pencahayaan rumah dengan kejadian pneumonia pada balita. 7. Ada hubungan yang bermakna antara mencuci tangan pakai sabun dengan kejadian pneumonia pada balita, dengan nilai OR 2,750. 8. Ada hubungan yang bermakna antara perilaku merokok orang tua dengan kejadian pneumonia pada balita, dengan nilai OR 3,206. B. SARAN 1. Puskesmas a. Penyuluhan secara berkala serta peningkatan pengetahuan masyarakat dapat
dilakukan
oleh
tenaga
kesehatan
dari
puskesmas
dan
mengikutsertakan kader kesehatan yang ada di lingkungan sekitar tentang bahaya penyakit pneumonia. b. Meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan penyakit pneumonia pada masyarakat, serta perbaikan di bidang kesehatan lingkungan, khususnya tentang Penyehatan Lingkungan Pemukiman atau Sanitasi rumah. 2. Masyarakat Orang tua diharapkan memperhatikan kualitas kondisi rumah yaitu salah satunya dengan perbaikan lantai, dinding, ventilasi rumah, suhu, menyesuaikan luas bangunan dengan jumlah penghuni, kelembaban rumah, dan pencahayaan rumah. Perilaku PHBS orang tua seperti mencuci tangan dengan sabun, serta tidak merokok harus ditingkatkan dan ditanamkan sejak dini sehingga terhindar dari resiko terkena penyakit pneumonia. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita (2003), Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Depkes RI DIRJEN PPM & PL. Jakarta. 2004. Depkes RI PPM dan LP. 1993. Pedoman Pemberantasan Infeksi Saluran Pernafasan Akut. 10
Depkes RI, 2007 tentang Prilaku Hidup Bersih dan Sehat Henny, dkk (2011) Faktor Lingkungan Rumah Dan Praktik Hidup Orang Tua Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di Kabupaten Kubu Raya, Semarang. Kepmenkes RI No: 829/Menkes/Sk/Vii/1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. Lina, dkk (2012) Faktor-Faktor Lingkungan Fisik Rumah Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pangandaran, Ciamis. Novi, Galuh, (2011) Hubungan Antara Sanitasi Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Pneumonia Balita, Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang. Soetjiningsih, 1997. ASI untuk Petunjuk Kesehatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta Taufik, dkk (2013) Gambaran Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Masyarakat Di Kelurahan Parangloe Kecamatan Tamalanrea, Makassar. Tulus, (2008) Faktor – Faktor Lingkungan Fisik Rumah Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kawunganten, Cilacap. Profil Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan (PPM & PL). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1077/menkes/per/V/2011 tentang pedoman penyehatan udara dalam ruang rumah Widoyono, (2011) Penyakit Tropis Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta Widyaningtyas R. Analisis Faktor Risiko Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Kabupaten Kebumen 2008, Semarang.
11