~j?('3--I?-d-1IT
,
KOMPETENSI GURU AGAMA DALAM MENGEMBANGKAN RANAH AFEKTIF SISWA MTs NURUSSA' ADAH TANGERANG
Oleh, "-\
YUYUN SRI WAHYUNI\, Nim : 102011023626'\
"
"
JURUSAN PENDIDlKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007
LEMBAR PENGESAHAN "KOMPETENSI GURU AGAMA DALAM MENGEMBANGKAN RANAH AFEKTIF SISWA MTs NURUSSA'ADAH TANGERANG"
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas lImu Tarbiyah dan UIN Syarif HidayatulIah Jakarta untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar SaIjana Oleh: Y_uyun Sri Wahyuni
NIM: 102011023626
Dibawah Bimbingan
J
ra. Manerah NIP. 150268585
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas I1mu Tarbiyah & Keguruan DIN Syadf Hidayatullah Jakarta 2007
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi
yang
beIjudul
MENGEMBANGKAN
"KOMPETENSI
RANAH
GURU
AGAMA
AFEKTIF SISWA MTs
DALAM
NURUSSA' ADAH
TANGERANG" telah diujikan dalam sidang munaqasah Faknltas lImn Tarbiyah dan Kel,'Uruan UIN Syarif Hidayatnllah Jakarta pada tanggal 16 maret 2007. Skripsi ini teIah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Program Strata Satu (Sl) padajlmlSan PAl. Sidang Munaqasah
Pudek 11 Sekretaris Merangkap Anggota
Dekanl Ketua Merangkap Anggota,
M.A
~iOf.
Dr.deM.A Nip: 150 202 343
Anggota
Pengnji I
0l"S. Sapiudin, M.A
Nip: 150299477
Pengnji II
Prof. Dr. Moh. Ardani Nip: 150011 680
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH yang Maha Penyayang dan Maha Kuasa, karena dengan izin dun kekuatan-Nyalah penulis dapat l11enyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya, Shalawat serta Salam semoga tercurall selalu kepada Nabi Muhammad SAW. Se~ama
pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
di<:lami dan dihadapi, baik yang menyangkut pengumpulan bahan-bahan l11anpun pembiayaan dan lain sebagainya. Namun, berkat kesnngguhan hati dan kelja keras disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka segal a kesulitan dan hal11batan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapa: terselesaikan. Oleh karena itu, seyogyanyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesaikannya slaipsi ini: I. Dekan, Pembantu Dekan, dan seluruh Bapak serta Ibu dosen dan pegawaI adl11inistrasi Fakl.
4. Ayahanda dan Ibunda yang telah mendidik penuIis dari buaian hingga sekarang yang selalu beljuang hingga penulis dapat menyelesaikan kuliah. Terima kasih banyak atas kesabarannya, ketulusmmya dan peljuangan ayahanda dan ibunda tercinta, penulis tidak mungkin dapat membalasnya semoga ALLAH selalu memberikan balasan yang lebih atas semua yang telah ayahanda dan ibunda lakukan untuk penulis. 5. Syekh, Umi serta para asatidz al-Umm terima kasih atas bimbingan dan
arahannya,
dalam
mengajarkan
malcna
kesungguhan
guna
menuntaskan
kewajiban, serta atas segala hal yang telah diberikan kepada penulis. 6. Kakak-kakak tercinta atas semangat yang diberikan kepada penulis semoga
ALLAH menjadikan keluarga sakinah ll1awaddah wa rallmah. 7. Adik-adik, dan keponakan yang senantiasa selalu ll1ell1berikan sell1angat clan
bantuan, terill1a kasih atas keceriammya. 8. Teman-tell1an PAI-D angkatan 2002 (terkhusus Hmlifal1 AI-hamasah, Ernawati,
Siti Umi kulsum Nuraini, Firda Mizela, Nuni, Fitri), semangat dan keceriaannya takkan terlupa. 9. Serta segenap pihak yang ticlak clapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuan clan ll10tivasinya kepada penulis clalam penyusunan skripsi ini. Akhirnya dengan segala kerenclahan hati, penulis menyajikan skripsi ini yang nmclah-mudahan dapat berll1anfaat bagi penuIis khususnya clan umumnya bagi pell1baca. PenuIis .Jakarta,24-04-2007
DAFTARISI Kata Pengantar
,
..
Daftar Isi....................................................................................... iii BAB
r
PENDAHULUAN
'"
1
A. Latar Belakang Masalah
BAB II
..
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
7
C. Tuj uan dan Manfaat Penelitian . .. .. .. .. . . . . .. .. . .. . . . . . . . . . . . . .. . .. .. ..
8
D. Metode Pembahasan.....
9
E. Sistematika pem.Iisdn
10
KAJIAN TEOIU
12
A. Kompetensi Guru
12
I. Pengertian Kompetensi
12
2. Macam-Macam Kompetensi
13
3. Kriteria Kompetensi 4. Landasan Kompetensi
............................................. 21 .......................................... 23
B. Ranah Afektif
26
I. Pengertian Ranah Afektif
26
2. Bagian-Bagian Ranah Afektif
29
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ranah Afektif 4. Taksol1omi Ranah Afektif
.......... 36
....................................... 39
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan mempunyaI peranan yang sangat penting dan mendasar untuk: melaksanakan pembangunan di berbagai sektor. Untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa dcmi mencapai tujuannya diperluKan teknologi pendidikan yang berorientasi pada kemampuan. Manusia sebagai mak:hluk pedagogik memiliki potensi d8.pat dididik dan mendidik, sehingga mampu menjadi khalifah di muka bumi. Manusia lahir telah clilengkapi oleh fitrah Allah berupa potensi yang dapat cliisi dengan berbagai kecakapan dan keterampilan yang clapat berkembang. Sebagaimana dikemukakan clalam hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi :
Artinya :"Tidaklah anak yang clilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk percaya kepada Allah) maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahucli. Nasrani ataupun Majusi".1
I
Imam Abi Hus
Mcsir. h.2047.
AI- Bahgi 01 Balby
2
Dari hadits di atas jelaslah bahwa pada dasarnya anak telah membawa titrah beragama, dan kel11udian tergantung kepada pendidikan selanjutnya 2 Dalam UU RI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peselia didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi perannya dimasa yang akan dataug 3 Namun, UU RI No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional tidak memadai lagi dan perlu diganti selia perlu disempurnakan agar pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk mel11berdayakan semua Warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga l11al11pu dan proaktif l11enjawab tantangan zaman yang selalu berubah oleh karena itu UU RI NO.2 tahun 1989 diganti dengan UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistel11 Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa: "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk l11ewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secar'a aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagal11aan, pengendalian diri, kepribadian,
2
Zuhairini, ct. aI., Melhodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya; usaha Nasional, 1983),
eet. /(e-8, h. 31 3
Redaksi Bumi Aksara. UU lentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pelakwnaanyo, (Jakarta: Sinar Grafika, 1991), eet 1, h. 2
3
kecerdasan, akhlak mulia serta keteral11pilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negar". 4 Dengan demikian maka pendidikan dalal11 arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan sel11ua aspek kepribadian manusia
YaI~g
mencakup pengetahun,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan ketrampilannya. Begitu juga dalam kurikulum berbasi,' kompetensi
peserta dididik diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahal11an, kemal11puan, nilai, sikap dan minat agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, keterampilan dan keberhasilan yang penuh tanggung jawab. 5 Pendidikan bertujuan uJ>tuk mencapai kepribadian individu kearah yang lebih baik dan bukan untuk l11erusak kepribadian anak didik. Pendidikan pada hakekatnya akan mencakup kegiatan l11endidik, mengaJar dan
melatih.
Kegiatan
tersebut dilaksanakan sebagai
suatu
usaha untuk
mentransformasikan nilai-nilai. Nilai-nilai yang akan ditransformasikan itu mencakup nilai-nilai religi, nilai-nilai kebudayaan, nilai-nilai pengetahuan dan teknologi serta nilai keterampilan. Nilai-nilai yang akan ditransfOtmasikan tersebut dalam rangka
., Redaksi Sinal' Graftka. UU SfSDfKNAS 2003 (UU Rf No. 2/ah1l11 2003), (Sinal' Graftka Offset: Jakarta, 2006), Cet. III. h. 2 5
4.h.39
E.Mulyasa, Dr. M. Pd. f.:urikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : Rosdakarya, 2(04), eel
4
l11el11pertahankan, l11engembangkan bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat. Maka disinilah pendidikan akan berlangsung daJam kehidupan. 6 Sedangkan perhatian pendidik dan calon pendidik pada unsur pedagogis dalam pendldikan sudah semakin hilang karena kini cendemng lebih tertarik kepada penguasaan bidang studio Akibat itu semua maka tidal< heran kalau guru hanya bertugas menyampaikan materi ajar pada siswa sedangkan aspek pedagogis tidak lagi diperhatikan. Dengan demikian proses pendidikan yang terjadi lebih mirip drill materi belajar yang tidak memperdulikan perkembangan anak. Anak menjadi banyak mhu tetapi tidak paham bagaimana mempraktekan apa yang diketahuinya itu, padahal seharusnya dalam proses belajar mengqjar unsur pedagogis dan substansi pengajaran harus seimbang. Dimensi substansi yang dimaksud disim meliputi materi kurikulum yang harus dikuasai, sedangkan dimensi pedagogis berkaitan dengan bagaimana pendidikan memberlakukan siswa agar bisa mengembangkan sikap keberagamaan anak clidik. Guru mempakan faktor utama dalam proses pendidikan. la memegang peranan yang sangat penting. Peranan yang climaksud adalah suatu pola tingkah laku yang mempunyai ciri khas teI1entu clari semua petugas dalam suatu pekeljaaan atau jabatan tertentu. Dengan clemikian seorang guru hams mampu memancarkan nilai-
(, J-f, Burhanudin Salam. Pel7gaJ1lur Pedagugik (Dasar-Dasar IImu kfendidikj, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.
J
0
5
nil ai, baik dalam penampilan dirinya secara pribadi maupun dalam pengelolaan kegiatan belajar-mengajar, malca dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan kompetensi guru. Selain itu seorang guru diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang interaktif dan edukatif, sehingga teljadi hubungan timbal balik antara guru dengan siswa demi menc8.pai tujuan pembelajaran yang ditentukan. Untuk dapat menciptakan suasana diatas, seorang guru harus mampu mendesain program pembelajaran dan b=mudian mengkomunikasikannya kepada peserta didik. Untuk itu maka seorang guru harus mengemban pendidikan yang menyangkut tentang keguruan dan kependidikan serta kebijakan-kebijakan yang telah digariskan seCal'a kelembagaan. Hal ini sejalan dengan UU Sistem Pendidikan Nasional Pasal 42 ayat I yang meny::talcan ballwa: "Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional".7 Dengan demikian seorang guru diharapkan memiliki kompetensi. Karena proses belajar-mengajar tidak hanya berorientasi pada kecakapan berdimensi ranah cipta saja tapi juga kecakapan yang berdimensi ranah rasa dan karsa. Dalam persfektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang (guru) yang mcmbantu orang lain (siswa) untuk belajar, dalam arti mengubah seluruh dimcnsi perilakunya. , 01'. Cil, UU SISDIKNAS 2003. /1. 21-22
6
Adapun perilaku yang diubah l11eliputi tingkah laku yang bersifat terbuka seperti keteral11pilan l11el11baea (ranah karsa) juga yang bersifat tertutup seperti berfikir (ranah eipta) dan berperasaan (ranah rasa). Jadi pada hakikatnya l11engajar sal11a dengan mendidik, karena itu seorang guru selain sebagai pengajar juga l11erupakan seorang pendidik 8 Oleh sebab itu, dalam proses belajar l11engajar seorang guru hendaknyajangan l11elupakan kedua aspek diatas yaitu keseimbangan antm'a bahan pelajaran (perke,nbangan intelektual) dan perkembangaE anak sebagai pribadi yang bu!at. Mengingat betapa pentingnya
pe~'anan
seorang guru dalam mengajar dan
mendidik terutama menyangkut penanaman aspek nilai dalam kehidupan peselia didik dan perkel11bangan kepribadian peserta didik, l11aka penulis tertarik untuk meneliti
tentang
"KOMPETENSI
MENGEMBANGKAN RANAH AFEKTIF
GURU SISWA
AGAMA
DALAM
MTs NURUSSA'ADAH
TANGERANG".
~ Muhibbin S:'ah . .\I Ed. Psikologi Pcndidikan dengan Pendekatan Baril, ( Bandung : Rosda karY',-L 1997), eel. 3. h.223.
7
B. Pcmbatasan dan pcrumusan Masalah
1. Pcmbatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menimbulkan keraguan dalam penafsiran dan penelitian, maka masalah dalam penelitian in dibatasi sebagai berikut : a
Kompetensi guru agama yang dimaksud disini adalah kompetensi guru agama Islam di MTs Nurussa'adah Tangerang.
b. Kompetensi dalam hal ini merupakan kemampuan daI' wewenang guru agama Islam dalam menjalankan profesinya seeal'a bertanggung jawab yang meliputi kompetensi seeara personal maupun profesional
di MTs Nurussa'adah
Tangerang, e. Ranah Afektif disini meneakup sikap, nilai, minat dan apresiasi siswa-siswi kelas 2 dan 3 di MTs Nurussa'adah Tangerang, 2. Pcrumusan Masalah Agar penulisan skripsi ini menjadi terarah dall tidak meluas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, Adapun perumusan masalahnya sebagai berikut : a. Bagaimana kompetensi guru agama Islam dalam mengembangkan ranah afektif di MTs Nurussa'adah Tangerang ') b. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penunJang dan penghambat dalam mengembangkan ranah afektif di MTs Nurussa' adah ?
8
e. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan dalam mengembangkan ranah afektif di MTs Nurussa'adah ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian yang dilakukan
dalam rangka peenulisan skripsi
1111
bertuj uan ulltuk : a. Mengetahui peranan Kompetensi Guru Agama dalam mengembangkan ranah afektif. b. Mengetahui faktor-faktor penunjang dan penghambat dalam mengembangkan ranah afektif. c. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan ranah afektif. 2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian seem'a umun' adalah untuk mengembangkan daya nalar analisis bagi calon guru dan untuk memotivasi calon guru maupun para guru agar lebih mcnekuni tugasnya secm'a profesional dalam menghasilkan generasi yang lebih baik. Adapun manfaat seeara khususnya adalah bagi : a. MTs Nurussa"adah Tangerang untuk memilih guru yang berkompeten di bidangnya 1113sing-n1asing.
b. Penulis sendiri sebagai wawasan berfikir clan untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah clan Keguruan c1i Universitas Islam Negeri SyarifHidayatuliah Jakarta.
9
D. Metodc Pembahasan Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Deskript!f
Analisis, yaitu menganalisis hasil penelitian berupa data dan informasi berkaitan dengan tema yang akan diteliti. Untuk mempermudah dalam memperoleh data dan menguasai masalah yang akan diteliti , pendekatan penelitian yang penulis pergunakan adalah : 1. Penelitian Kepustakaan (Librwy Research) Melalui metode ini penulis membaca, mengumpulkan dan menganalisa literatur yang relevan dengan permasalahan yJng "kan diteliti. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke objek penelitian, untuk mendapatkan data yang objektif, maka dalam penelitian lapangan ini penulis menggunakan teknik-teknik sebbagai berikut : a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap lokasi yang hendak di teliti. b. Wawancara, yaitu mengadakan perbincangan dan tanya jawab objek penelitian. c. Kuesioner atau angket, yaitu pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi yang diberikan kepada responden. Dalam Penulisan skripsi in penulis berpedoman pada buku "Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis, Dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta" yang did ter/Jirkan oleh UINJakarta Press.
10
Eo Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang diuraikan dalam skripsi ini, penulis uraikan sistematika penulisan skrispi ini seCal'a garis besar, Adapun sistematika penulisan shipsi ini adalah sebagai berikut : BAB I
Pendahuluan yang mencakup pemilihan pokok masalah: latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode peneiitian dan sistematil
Kajian
tentang
Teori
kompetensi
guru
agama
dalam
mengembangkan ranah afektif yang meliputi pengertian kompetensi, macam-macam
kompetensi,
kriteria
kompetensi,
landasan
kompetensi, pengeliian ranah afektif, bagian-bagian ranah afektif, faktor-faktor yang mempengaruhi ranah afektif, taksonomi ranah afektif, kompetensi guru agama dalam mengembangkan ranah afektif. BAB III
Metodologi Penelitian mencakup tempat dan waktu penelitian,
populasi dan sampel, teknik dan instrumen pengumpulan data, selia teknik analisa data, BABIV
HasH Penelitian: Deskripsi data yang mencakup gambaran umum MTs Numssa'adah Tangerang, keadaan guru, keadaan siswa,
keadaan
sarana
dan
prasarana,
kegiatan
ekstrakurikuler, pengolahan dan analisa data.
intrakurikuler
dan
II
BABV
Penutup yang berupa kesimpulan dari keseluruhan bahasan yang
telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya dan juga saran yang di kemukakan oleh penulis.
BABII
KAJIAN TEORI
A. Kompetensi Guru Agama 1. Pengertian Kompetensi
Dalam kall,us umum bahasa Indonesia (WJS. Poerwadaminta) kom]letensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan/merumuskan sesuatu hal. I Istilah Kom]letensi sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana yang dikemukakan sebagai berikut : Menurut W. Robert Houston sebagaimana yang diteljemahkan oleh Roestiyah NK mengartikan kom]letensi sebagai "suatu tugas yang memadai! memiliki ]lengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang di tuntut oleh
,
.
Jabatan te11entu"." E. Mulyasa mengatakan bahwa kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak 3 Selcnjutnya menurut Muhibbin Syah, M.Ed mengatakan bahwa ...•
---_.._ - - - I
\V JS.
Poerwaduminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985),
11.51 S 'Roesliyal1 NK. Masalah-Masalah Ill11u Keguruan. (JakaI1a: PT. Bina Aksara. 1989),11.4
E. Mulyasa, KurikululIJ Berbasis Kampe/ensi, (Bandung : PT. Rosdakarya, 2002), eeL Ke-8,
h.37-38
12
13
"Kol11petensi guru l11erupakan kel11al11puan seorang guru dalam l11e1aksanakan kewajibannya secm'a bertanggungjawab dan layak,,4 Jadi
dari
beberapa
pernyataan
tersebut,
l11aka
penulis
dapat
l11enyil11pulkan bahwa kompetensi guru adalah keteral11pilan, kemal11puan dan kewenangan yang dil11iliki seseorang guru dalam l11elaksanakan profesi keguruannya, Sedae.gk.:n yang
di
l11aksud
KOl11petensi
guru
agmlla
adalah
kel11al11puan dan keahlian dasar yang di miliki oleh seorang guru agama sehingga dengan kel11al11puan dan keahlian tersebut ia l11el11punyai wewenang atau kekuasaan untuk l11elaksanakan kewajibannya sebagai seorang guru. Dengan del11ikian kOl11petensi l11enjadi suatu keharusan bagi seseorang yang akan l11el11ilih atau l11enjadikan sebagai profesinya, KOl11petensi itulah yang akan l11engantarkan kepada suksesnya suatu proses l11engajar secara layak dan bertanggungjawab.
2. Macam- Macam Kompetensi Dalal11 proses belajar l11engi\iar guru merupakan faktor yang sangat dOl11inan dalam l11enentukan keberhasilan proses belajar l11engajar, selain faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu untuk mel11peroleh keberhasilan tersebut
4
i\'luhibbin Syah, Psikologi Pumlhhkan dengan Pendekafan Bani, (Bandung : Rosdakarya.
1001), Cet. Ke-3, h. 219
14
guru harus mel11iliki kel11al11puan dasar dalal11 menjalankan tugasnya serta l11engetahui dengan pasti kOl11petensi yang harus dianut olehnya yang tentunya sesuai dengan kel11ampuan masyarakat dewasa ini. Suharsil11i Arikunto l11engemukakan bahwa ada tiga kOl11petensi yang harus dil11iliki seorang guru yaitn: (a) KOll1petensi profesional (b) Kompetensi personal
(c)
KOl11petensi
sosial. 5
Sedangkan
Moh.
Uzer
Usman
l11engel11ukakan bahwa kOl11petensi itu ada dna l11acam,6 maka dari itu penulis akan mel11batasi penjelasan l11acal11-lTIacal11 kOl11petensi tersebut dengan dua istilah saja yaitu kompeteilsi pers01,al dan propesional : a.
KOl11petensi Personal Kompetensi personal lazimnya diidentifikasikan dengan struktur
pribadi atau kepribadian seseorang. Dalal11 arti sederhana, kepribadian bersikap hakiki individu yang tercerl11in pada sikap dan perbuatmlliya yang l11el11bedakan dirinya dari orang lain. Me. Leod seperti di kutip Muhibbin Syah l11engartikan "kepribadian sebagai sikap khas yang dimiliki seseorang,,7
5
Suharsimi Arikunto, A4anajemen Pengajaran secara klanusiawi, Uakarta: PT, Rineka
Cipta.1993). eet. Ke-2. jilid 1.11.239 Ii
i'vloh, Uzcr Usman, AIeI?/adi Guru Profesional, (Bandung: PT. Rcmaja Rosdakarya,2006),
ecl. kc- 19.11. 16-19
j\/luhibbin Syah, Op. Cit, h. 225
15
Kepribadian
adalah
faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan seorang guru sebagai pembina perilaku anak didiknya, karena di samping sebagai pembimbing guru juga berperan sebagai anutan. Mengenai pentingnya kepribadian guru, seorang psikolog terkemuka Zakiah Daradjat yang di kutip Muhibbin Syah menegaskan : Faktor
terpenting
bagi
seorang
guru
adalah
kepribadiannya.
Kepribadian itulah yang mel11bedakan apakah ia l11enjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hali depan anak didik, terutama bagi anak didik yang l11asih kecil
(tingkat sekolah dasar)
dan mereka
yang
sedang mengalami
kegoncangan jiwa (tingkat l11enengah)8 Oleh karena itu setiap calon guru dan guru profesional sangat diharapkan l11emahami karakteristik (ciri lchas) kepribadian dirinya yang diperlukan sebagai anutan para siswanya. KOl11petensi personal secar'a nyata diungkapkan dalam bentuk sikap kedermawanan, disiplin, dinan1is. terbuka, fleksibel, bertanggung jawab dan lain-lain. Di samping itu kompetensi personal juga l11enunjukan pada kemampuan dasar guru untuk mentranspormasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya kepada peserta didik.
8
ibid. h. 225
16
Perincian kompetensi personal menurut Moh. Uzer Usman adalah : 1) Mengembangkan Kepribadian
a) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b) Berperan dalam masyarakat sebagai warga Negara yang beljiwa Pancasila c) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatar, guru 2) Berinteraksi dan Berkomunikasi a) Berinteraksi
dengan
sejawat
untuk
meningkatkan
kemampuan
profesional b) Berinteraksi dengan masyarakat untuk penuni!ian misi pendidikan 3) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan a) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar b) Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus '-I)
Melaksanakan administrasi sekolah a) Mengenal pengadministrasian sekolah b) Melaksar1akan kegiatan administrasi sekolah
5) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran a) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah b) Melaksanakan penelitian sederhana. 9
Dari beberapa kompetensi personal jelaslah bahwa guru harus mempunyar kepribadian yang utuh dan memiliki kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya seear'a baik. Seorang guru hams memberikan col1toh yang baik dalam sikap. tutur kata maupun sifat, karen a walau
'i
i\1oh, Uzcr Usman. OJ! Cit. 11. ! 6-17
17
bagaimanapun
guru merupakan panutan dan suri tauladan bagi peserta
didiknya. b. KOl11petensi Profesional KOl11petensi Profesional l11erupakan dasar yang berkaitan langsung dengan jabatan pekerjaan yang diambilnya. Istilah profesional berasal dari kata sifat
y~ulg
berm·ti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang
yang l11el11punyai keahlian seperti dokter, guru, hakil11 dan sebagainya. [0 Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekeljaan yang hanya dapat dilakukan oleh l11ereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekeljam1 yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat l11el11peroleh pekeljaan lain. Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka
peng~rtian
guru
profesional adalah guru yang l11emiliki kemampuan dan keahlian khusus dalal11 bidang keguruan sehingga ia l11ampu l11elakukm1 tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemal11puan l11aksimal. Dalam kaitannya dengan guru agmna, maka yang di maksuc1. dengan kOl'.1petensi profesional adalah kel11al11puan dasar yang dil11iliki seorang guru agal11a dalam l11enyelesaikan kasus-kasus yang teljadi dalam proses belajar mengajar berdasarkan teori dan wawasan keahliannya dalam persfektiflslam.
1(1
Ibid, h. 14
18
Menurut Sardiman A.M dalam bukunya Inferaksi dan Mofivasi Be/ajar 1I1engajar menyatakan bahwa ada 10 kompetensi guru yang harus
dimiliki seorang guru dalammelaksanakan proses pembelajaran : 1. Menguasai bahan ajar 2. Mengelola program belajar mengajar 3. Mengelola kelas 4. Menggunakan media atau sumber 5. Menguasai landasan kependidikan 6. Mengelola interaksi belajar mengajar 7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran 8. Mengenal fungsi dan program Iayanan bimbingan dan penyul uhan 9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 10. ivlemahami
prinsip-prinsip
dan
penafsiran
hasil-hasil
penelitian
pendidikan guna kepentingan pengajaran. I ,
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa tel'tang kompetensi guru agama terhadap penilaian atau kesan siswa tentang kemampuan guru agama dalam melaksanakan pengajaran
adalah dapat
diperoleh setelah srswa melalui proses: mengetahui, memahami dan menanggapr perbuatan guru ketika proses pengajaran agama berlangsung. Sedangkan kemampuan guru yang menjadi indikator penilaian dalam skripsi ini aclalah :
11
Sardiman A.M, fJ7!eraksi dan AIolil'asi Be/ajar Jlengajar, (Jakana : PT. Raja Gral1ndo
Pcrsada.2006). h. 162-173
19
I. Menguasai Bahan Ajar Sebelum guru tampil di depan kelas, guru harus mempelajari dan menyiapkan bahan yang akan diajarkan. Menguasai bahan pelajaran yang dimaksud adalah pengllasaan terhadap mata pelajaran dalam kurikulum sekolah dan penguBsaan bahan penunjang mata pelajaran. Dengan modal penguasaan bahan pelajaran, guru akan tampii percaya diri, sehingga proses belajar mengajar dapat beljalan dengan baik. 2. Mengelola Program Belajar Mengajar Guru yang kO:l1j}eten, harus juga mampu mengelola program belajar mengajar, maksudnya seorang guru harus mampu menciptakan danmengelola proses pembelajaran agar dapat tercipta iklim belajar yang kondusif. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus di tempuh oleh guru. Langkahlangkah itu adalah : a) Merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran (intruksional) b) Mengenal dan menggunakan proses intrllksional yang tepat c) Melaksanakan program belajar mengajar d) Mengenal kemampllan siswa e) Merencanakan dan ..melaksanakan program remedial. 12 3. Mengelola Kelas Dalam Melaksanakan proses pembelajaran guru dituntut untuk dapat mcnyediakan kondisi kelas yang kondusif untuk berlangsungnya proses pembell~jaran.
Kemampuan mengelola kelas mencakup mengatur ruang kelas
" Ibid. b. 165-167
20
dengan sedemikian rupa sehingga menyenangkan bagi siswa yang belajar. Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi maksudnya guru harus mampu menangani tingkah laku peselia didiknya supaya tidak merusak suasana kelas, misalnya ada siswa yang ribut, mengantuk, atau mengganggll orang lain, maka guru harus dapat mengambil tindakan yang kemlldian mengarahkannya kepada hal-hal yang kreatif dan produktif. 4. Menggunakan Media atau Sumber Bclajar Kemampuan menggunakan media dalam belajar maksudnya bahwa seorang guru untuk lebih menguatkan apa yang dijelaskannya ia hams menggunakan media seperti peta, gambar,OHP dan lain-lain. Menurut Sardiman A.M ada beberapa langkah yang harus diperhatikan oleh guru dalam menggunakan media, yaitu : a) Mengenal, memilih dan menggunakan media harus selektif, karena harus sesuai dan mendukung proses belaj ar mengaj ar, misalkan apa materinya dan bagaimana metodenya. b) Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana c) Menggunakaa dan mengelola Laboratorium dalam rangkaproses belajar mengajar d) Menggunakan buku pegangan atau buku sumber dan kemudian ditambah buku-buku lain yang menunjang. e) Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar f)
Menggunakan I-
lapangan. '
" Ibiel. h. 167-168
unit
microteaching
dalam
program
pengalal1l
21
5. Mengelola Interaksi Belajar r.. .l engajar Dalam kegiatan belajar l11engajar interaksi antara siswa dengan guru l11erupakall
kegiatan yang sangat penting. Di dalal11 kegiatan interaksi
tersebut akan selalu menuntut kOl11ponen-kol11ponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar untuk saling l11enyesuaikan, kOl11ponen-kol11ponen tersebut antal'a lain guru, siswa, metode, alat atau media, sarana dan tujuan. Kegiatan interaksi ini berjalan lancar, jika guru dapat l11el11berikan motivasi, dan berkomunikasi secara pribadi selta dapat mengajukan pertanyaan dengan baik.
3. Kritcria Kompctcnsi KOl11petensi bagi seseorang sangat penting dan diperlukan untuk l11elaksanakan pekerjaan atau tugasnya sehingga memperoleh hasil yang baik. Secara sederhana kompetensi dapat diartikan sebagai kel11ampuan l11enyelesaikan
suatu
pekerjaan,
tetapi
tidak
semua
kemampuan
menyelesaikan suatu pekeljaan dapat dikatakan sebagai kompetensi. Untuk itu agar dapat dikatakan
berkompeten diperlukan
sejumlah kriteria atau
persyaratan. Menurut
Suharsil11i
Arikunto
l11engel11ukakan
bahwa
ada tiga
kOl11petensi yang harus dil11iliki oleh seorang guru yaitu (kompetensi profesional. kOl11petensi personal dan kompctensi sosial). Ketiga kompetensi mcmiliki berbagai kriteria atau persyaralan, yaitu :
22
a.
Pcrsyaratan Profesional, antara lain: I) Sudah berpengalaman mengajar 2) Menguasai berbagai tcknik dan modal belajar mengajar 3) Mempunyai kemampuan mengelola kegiatan belqiar seCat'a individual dan kelompok disamping secara klasikal 4) Mengutamakan
statldar prestasi
yang
tinggi
dalam
setiap
kesempatan 5) Menguasai berbagai teknik dun model penilaian 6) Mempunyai kegemaratl membaca dan belajar
b. Persyaratan kepribadian (personal), antara lain: I) Bersikap terbuka terhadap hal-hal yang baru 2) Peka terhadap perkembangan anak 3) Penuh pengertian 4) Mempunyai sifat toleran 5) Mempunyai kreatifitas yang tinggi 6) Bersikap ingin tahu
c. Persyaratan sosial, antat'a lain: I) Suka dan pandai bergaul dengan anak-anak 2) Dapat menyesuaikan diri 3) Mudah bergaul dan memahami dengan cepat tingkah laku orang lain. 14 Berbicara mengenai kompetensi, ini sangat sesuai dengan ajaran Islam, dimana dalam Islam setiap pekeljaan harus dilakukan seCat'a profesionaI. J.j
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaral1 Secara /Hanusiawi, (Jakarta: PT. Rineka
Cipla, 1993), Cet. Ke-2, Jilid I, h. 239
dalam arti harus dilakukan secara benar dan hanya dilakukan olch orang yang ahli.
4. Landasan Kompetensi a. Landasan historis
Konsep pendidikan yang berpusat pada kompetensi (competency based education), mUllcul akibat adanya berbagai kejadian yang berpengaruh pada perkembangan pendidikan dan perkembangan teori-teori penting lainnya, seperti yang dinyatakan oleh Gene E. Hall, sebagai berikut . I) Surplus Guru Banyaknya guru yang tidak mendapatkan pekeljaan. Banyak lembaga pendidikan guru mulai mengalami perubahan jumlah pendaftarannya tidak sebanyak seperti sebelumnya waktu tenaga guru dibutuhkan. Lembaga ini mulai berfikir untuk meningkatkan mutu lulusannya, melipclti produksi dan program. 2) Harapan-harapan yang berubah untuk pendidikan tinggi Adanya kenyataan bahwa industri teknologi tinggi menuntut lulusanlulusan pendidikan tinggi yang memiliki kemampuan tingkat lanjut. Para pegawai memerlukan Iatihan tambahan. sedangkan tenaga-tenaga baru yang memiliki kemampuan tinggi suI it didapatkan.
24
3) Adanya rakyat untuk suatu pertanggungjawaban dalam pendidikan. Keluhan masyarakat tentang kegagalan siswa dalam belajar, sedangkan rakyat atau orang tua sudah membayar untuk semua itu. Tetapi kenyataannya hasil pendidikan tidak meyakinkan. 4) Berkembangnya research anci development Dengan biaya dari pemerintah, banya!< development
dan
laboratorium
yang
dibentuk pusat research and hasil
risetnya
langsung
diil11plel11entas;kan pada sekolah-sekolah. 15 S(,,111l~a
itu telah mendorong dan l11el11ungkinkan konsep pendidikan yang
l11emusatkan pada usaha menguasai kemampuan (competecy based education) dapat tumbuh dan berkembang.
b. Landasan YUI'idis
Secar"a
Yuridis
pemerintah
menp.tapkan
Undang-undang
tentang
pendidikan, da/am Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2, yang berbnnyi: (l)"Tiap-tiap warga negara berhak l11endapatkan pengajaran", (2)"Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan snatn sistel11 pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang".
15
Dr.
M. Saleh Muntasir, Pengajaran
PeJl,'Z.tllldo/OIl Tu/or),
Terprogram (Tekn%gi Pendidi/w!1 dengan
(Jakarta: CV. RajawaILJ985), Cet~l, h. 41-43.
25
Selanjutnya pasal itu diatur dengan perundang-undangan pemerilltah yang paling banyak membicarakan pendidikan adalah Undang-Undang RI nomor 2 tahun 1989. Pasal-pasal yang mengatur tenaga pendidikan (guru), yang dapat penulis kemukakan antara lain: Pasal 9 ayat Idan 2 dan pasal 27 ayat 2, serta pasal 28 ayat I dan 2. Bunyi pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut: Pasal 9 ayat I berbunyi: "Untuk diangkat sebagai tenaga pel1clidik, calon tenaga pendidik yang bersangkutan selain memiliki kualifikasi sebagai tenaga pengajar harus pula memiliki persyaratan sebagal berikut: (I) Sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan tanda
bukti dari yang berwenang. (2) Berkepriibadian yang meliputi: a.
Beriman dan bertaqwa kepacla Tuhan Yang Maha Esa
b.
Berkepribadian Pancasila. 16
Persyaratan diatas merupakan persyaratan lahir dan batin. Pasal 27 ayat 2 berbunyi: "Tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik, pengelola atau kepala lembaga pendidikan, penilik atau pengawas, pemilik atau pengembangan pendidikan, pustakawan, laboran, tekhnisi sumber belajar. Pasal 28 ayat 1 dan 2: (I) "Penyelenggara kegiatan penclidikan pada suatu .ienis jenjang
pendidikan hanya dapat dilakukan oleh tenaga pendidik yang mempunyai wewenang mengajar".
16
Va.Yiollul,
Departemen Agam3 RL Himpllnan Pera/ural? Perundang-undangall Sis/em Pendidikal1
(Departemcn Agama, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama tahull 1994119(5),11.49
26
(2)
"Untuk diangkat
sebagai
tenaga
pengajar,
tenaga pendidik
bersangkutan harus beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berwawasan Pancasila dan UUD 1945 serta memiliki kualifikasi sebagai tenag ,
pengaJaL
17
Selain persyaratan yang telah ditetapkan itu, guru juga hams memiliki sifat-sifat terpuji yang merupakan landasan dalam pembentukan jiwa pelajar untuk dapat mencetuskan inspirasi dikalangan pelajar yang sedang menempuh perkembangan yang normal, serta guru hendaknya terus membina diri, meningkatka'l pengetahuan dan keterampilan agar selalu up to date dengan tuntutan profesinya serta perubahan di masyarak<:l.
B. Ranah Afektif 1. Pengertian Ranah afektif
Didalam proses pembelajaran harus ada tujuan yang ingin dicapai, menurut Benyamin S. Bloom tujuan pendidikan itu harus mengacu kepada tiga jenis domain (Daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik yaitu: a. Ranah proses berpikir (cognivie domain) b. Ranah nilai atau sikap (Affective domain) c. Ranah keterampilan (psychomotor domain)
!~ L/ndang-L'ndang .f)'is/em Pili1dfdlkw/ .Vas;o!1u! dan Pengaluran Pelaksonaannya, (Jakarta:
SilldrGrafika. 19(4), eel. I. h. 13
27
Dalam proses pembelajaran ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran, yang bertujuan untuk mengetahui : I) Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan kepada mereka 2) Apakah peserta didik sudah dapat menghayati 3) Apakah materi yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secm'a konkrit dalam praktek atau dalam kehidupan sehari-hari. 18 Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka seorang guru tidak hanya sebagai pengajar, melainkan juga seorang pendidik. Mengajar menyampaikan
secara dan
umum
diartikan
menanamkan
sebagai
pengetahuan
usaha
kepada
guru
untuk
peserta didik.
Sedagkan mendidik adalah usaha untuk mensantarkan peserta didik kearah kedewasaannya baik secara jasmani maupun rohani. 19 Mendidik merupakan suatu upaya membuat anak-anak mau dan dapat belajar atas dorongan sendiri, untuk mengembangkan bakat, pribadi, maupun poteni-potensi lainnya secar'a optimal. Dengan demikian mendidik adalah memusatkan diri pada upaya pengembangan afektif anak, sesudah itu barulal1 pada pengembangan kognisi. Berkcmbangnya afektif yang positif terhadap belajar merupakan kunci keberhasilan belajar berikutnya, termasuk keberhasilan dalam kognisi dan
'" Prof. Drs. Anas Sudijono.Fengall/ar Eva/llasi Pendidikan, (Jakarta: Grafindo persada. 2(03). cel. Ke-4. h. 49 19
Sardiman A.M, Op, Cit, h.52-53
28
psikol11otorik. Bila afektif anak sudah berkembang secm'a positif, l11aka guru l11aupun orang tua tidak perlu bersusah payah membina mereka agar rajin belajar. Karena mereka akan terus belajar mencapai cita-citanya sendiri secm'a sadar. Dengan demikian di dalal11 proses pel11belajaran seorang guru tidak hanya l11enekankan pada ranah kognisi dan psikol11otorik saja tetapi juga l11engembangkan ranah afektif siswa, karena ketiga ranah itu saling berkaitan. Dikarenakan kurangnya perhatian pendidik terIladap ranah afektif siswa, maIm selanjutnya penulis akan mel11bahas l11engenai ranah afektif. Menurut Prof. Drs. Anas Sudijono ranah afektif (affective domain) adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai 20 Menurut A. De. Block "ranah afektif adalah ranah yang l11encakup perasaan, minat, motivasi, kehendak dan nilai. 21 Sedangkml menurut Muhibbin Syah M.Ed, Dalam bukunya Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru meqjelaskan bahwa tingkah Iaku afektif adalah yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, l11arah, sedih, gembira, senang dan sebagainya. Tingkah Iaku ini tidak Iepas dari pengaruh pengaIal11an belajar. 22
.. ~._~.-----
"Ibid. 11.54 21
W. S. Winkel, Psikologi Pengqjaron, (jakarta: Gralllcdia. 1(99), eel. l<.e-5, h. 61
22
Muhibbin syah, Op Cif, h. 121
29
Dengan demikian ranah afektif mencakup sikap, nilai, apresIasl dan minat yang kesemuanya menjadi suatu sistem nilai diri.
2. Bagian-bagian ranah Afektif Sebagaiman dijelaskan diatas, bahwa ranah afektif mencakup sikap, nilai, apresiasi dan milial. Maka disini penulis akan menguraikau lebih lanjut mengenai bagian-bagian diatas. a. Sikap Sikap (Attitude) diartikan sebagai "suatu kecenderungan nntuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan perasaana suka, tidak suka, acuh
Sikap bukanlah bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari dan dikembangkan sebagai pengiring pengalaman individu. Sikap tumbuh dan berkembang berdasarkan reaksi individu terhadap sittlasi yang dialami. Sikap menurut Woodworth yaitu ketetapan hati atau kecenderungan (kesiapan, kehendak hati, tendensi) untuk beliindak terhadap objek menurut karakteristiknya sepanjang yang kita kenaI. Sedangkan Gordon Allport mendefinisikan sikap yaitu suatu keadaan kesiapan mental atau susunan syaraf
2.\
H. i\1. AJisufsabri. Psik%gi PeJldidikan, (jakarta: CV. Pedoman [lmu Jaya, 1995), h.83
30
yang mempengaruhi secara dinamis terhadap respon individn atas semna objek atan sitnasi yang berhnbnngan.
24
Sikap mempnnyai tiga macam aspek atan komponen yaitn : I) Kognitif,
yaitn
mengenar
gagasan
atan
proposisi-proposisi
yang
menyatakan hnbnngan antara sitnasi dan 'lbjek sikap
2) Afekti{, yaitn mengenai emosi atan perasaan yang menyertai gagasan 3) Tingkah laku, yaitn mengenai kecenderungan atan ke3iapan untnk
bertindak. Mennrut Nana Sndjana ada tiga komponen sikap yaitn
"Kognisi,
afeksi, dan konasi". 25 1) Kognisi, berkenaan dengan pengetahnan seseorang tentang snatu objekJ
stimt:lus yang dihadapinya.
2) Afeksi, berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebnt. 3) Konasi, berkenaan dengan kecenderungan untuk berbnat terhadap objek
tersebnt. Ketiga komponen sikap seperti di atas harus dapat diterapkan pada siswa. Siswa akan memiliki snatu sikap melalni proses tertentn. Proses belajar
:!4
Abd. Rahman Abror, Psik%gi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara wacana yogya). eel.
(e-4, 11 (08 25
11.80
Nana Sudjana, Pen/laian Has!! Proses Be/ajar Aleng{(jar, (Bandung: Rosdakarya. 2005),
31
mengajar adalah salah satu bentuk interaksi untuk mengembangkan sikap siswa terhadap suatu objek. Pada
umumnya,
rumusan-rumusan
mengenm
sikap
mempunyal
persamaan unsur, yaitu adanya kesediaan untuk merespon terhadap situasi. Dengan demikian maka aspek sikap mengsndung tiga komponen kognitif, afektif dan psikomotorik. Komponen afektif sikap, berhubungan erat dengan reaksi emosiomal, yaitu mur,gkin menyenangkan dan mungkin Fula tidak menyenangkan. Mungkin bersifat positif ataupun mungkin bersifat negatif. Disinilah kemudian dikenal ada sikap yang positif dan ada yang negatif. Sikap positif cenderung untuk mendatangi, menyenangkan, mengharapkan objek tertentu.
Sedangkan sikap negatif cenderung untuk menjauhi.
menghindar at8u membenci dan tidak menyukai objek tertentu. 26 Dalam proses belajar sikap berfungsi sebagai "Dynamic Force" yaitu sebagai kekuatan yang akan menggerakan orang untuk belajar. Jadi slswa yang sikapnya negatif (menolak:!tidak senang) kepada pelajaran atau gurunya maka ia tidak akan tergerak untuk mau belajar, sebaliknya siswa yang sikapnya positif akan digerakkan oleh sikapnya yang positif itu untuk mau · '7 lJe IaJae
2(.
Ibid. h. J 09
.:"7
H. i'\J1. AlisurSabri. OJ) Cit, h 85
32
Dcngan dcmikian sikap merupakan penggerak (motivator) tingkah laku dan sangat mempengaruhi semua nilai manusia. Efesiensi baru berhasil kalau seseorang
didorong
oleh
sikapnya
untuk
memulai,
meneruskan,
menyelesaikan suatu pekeljaan, dan bukan menghindari tugasnya yang tidak menyenangkan. 28 b. Nilai Affective domain atau ranah afektifberhubungan dengan nilai. Dntuk itu perlu terlebih dahulu perlu dikaji pengertian tentang nilai itu sendiri. Nilai (value, valere) berhubungan dengan apa yang dianggap baik atau baik, indah dan tidak indah, adil dan tidak adil, efesien dan tidak efesien, dan sebagainya: Dalam hubungan ini 1. R. Frenkel mengemukakan tentang nilai sebagai berikut: I.
Nilai adalah suatu konsep yang tidak berada di dalam dunia empirik, tetapi di dalam pikiran manusia. Studi tentang nilai biasanya berada dalam lapangan estetika dan etika. Estetika berhubungan dengan apa yang indah, yang enak dinikmati. Sedangkan etika berhubungan dengan bagaiman seharusnya orang berprilaku apa yang benar dan apa yang salah.
2.
Nilai adalah standar perilaku yang menentukan apa yang indah. efesien berharga yang ingin dipelihara dan dipertahankan.
.- - - .
-------28 Abd. Rahman Abror, 01' Cit, h. III
33
3.
Nilai adalah apa-apa yang direfJeksikan dalam perbuatan atau perkataan
4.
Nilai merupakan abstraksi atai idealis manusia tentang apa yallg dianggap penting dalam hidup mereka. 29
Nilai terdapat di dalam semua bidang kehidupan. Di dalam bidang pergaulan ada nilai-nilai sebagai pedoman bagi seseorang lmtuk bergaul, yang kita kenaI sebagai nilai kesopanan. Sistem nilai merupakan pedoman untuk mengamhkan perilaku seseorang dalam bertindale. Seseorang memutuskan untuk berbuat sesuatu pada 3aat telientu apabila perbuatan tersebut dianggapnya baik pada saat itu. Komitmen seseorang terhadap suatu nilai teljadi melalui pembentukan sikap dan nilai saling berkaitan. Setelah sikap terbentuk akan direalisasikan ke dalam nilai-nilai. c. Apresiasi Apresiasi adalah suatu pertimbangan mengenai alii penting atau nilai sesuatu. Dalam penerapannya, apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda baik abstrak maupunkonkrit yang memiliki nilai luhur. Apresiasi adalah "gejala ranah afektif yang pada umumnya ditunjukkan ··30 pacIa I<:arya senl. bUdaya~'.
]'.l
\V. Gulo, Strategi Be/G{jar mengajar, (jakal1a: Gramedia, 2002), eet. Ke-i,h.147-148
\(lMuhibbin Syah. Op Cit, h. III
34
Tingkat apreSIaSl seorang siswa
terhadap nilai sebuah karya sangat
bergantung pada tingkat pengalaman belajarnya. Sebagai contoh, jika seorang siswa telah mengalami proses belajar agama secara mendalam, maIm tingkat apresiasinya terhadap nilai seni baca Al-qur'an dan kaligrafi akan mendalam pula. Dengan demikian pada dasarnya seorang siswa baru akan memiliki apresiasi yang memadai terhadap objek tertentu (misalnya kaligrafi) apabila sebelumnya ia telah mempelajari materi yang berkaitnn dengan objek yang dianggap mengandung nilai penting dan indah tersebut. d. Minat Minat adalah "suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat ini erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan semmg" .31 Sedangkan menurut Crow dan Crow dalam bukunya educatinal psychologi, sebagaimana dikutip oleh Abd. Ralmlan Abror dalam bukunya Psikologi Pendidikan minat bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda atau kegiatan apapun, bisa berupa pengalaman yang efektif, yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri 32 Dari pengcrtian diatas kita memperoleh kesan bahwa minat ilu mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emOSl (perasaan) dan konasi )I
H. M. Alisuf Sabri, Op Cit. h. 84
"Abd. Rahman Abror. OpCit, h. 112
(kehendak). Unsur kognisi dalam arti minat didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai objek yang dituju oleh minat tersebut. Unsur emosi karena dalam partisipasi/pengalaman itu disertai dengan perasaan tertentu, sedangkan untuk konasi merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut. Peranan minat dalam proses pembelajaran lebih besar atau lebih kuat dari pada sikap karena minat berperan sebagai "Motivating Force" yaitu sebagai kekuatan yang akan memdorong siswa untuk bel1\iar. Siswa yang berminat (sikapnya akan senang) kepada pdajaran, akan terdorong terus untuk tckun belajar. Berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar, tetapi sulit untuk bisa terus tekun, karena tidak ada pendorongnya. r 0 Jadi dalam ranah afektif mempunyai tiga komponen yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulasi yang dihadapinya, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam l11enanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Ketiga komponen tersebut harus dapat diterapkan pada perseta didik. Peserta didik akan memiliki suatu sikap l11elalui proses tersebut. Proses belajar l11engajar adalah salah satu bentuk interaksi untuk l11engembangkan sikap peserta didik terhaclap suatu objek.
" H. M. AlisufSabri, 01' Cit. b. 85
36
Salah satu penggolongan hasil belajar dari Benyamin S. Bloom adalah ranah afektif. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin belajar, minat belajar, motivasi belajar, sikap menghargai guru dan menghargai teman sekelas. serta kebiasaan belaj ar dan hubungan sosial. 34
3. Faktor-FaktOl' yang Mempengaruhi Ranah afektif Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa ranah afektif mencakup sikap. nilai. minat dan apresiasi. Untuk itu disini akan diterangkan lebih lanjut lagi mengenai faktor-faktor yang mempengamhinya: a. Sikap Sehubungan dengan pembentukan dan perubahan sileap malea ada faktor utama yang mempengaruhinya : I.
Faktor Psikologis seperti motivasi, emosi, kebutuhan, pemikiran, kekuasaan, kepatuhan.
2.
Faktor cultural atau kebudayaan seperti status sosial, lingkungan, keluarga dan pendidikan.
Dengan
demikian
variable
psikologis
dan
cultural
selahl
saling
mempengaruhi dalam rangka menimbulkan, memelihara atau mengubah
sikap.35
'.J Nana Sudjana, J5
01" Cit, h, 30
Abd. Rahman ahror, 01' Cil. h 110
37
Menurut Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor:fclktor yang 1\1empengaruhinya, sikap terbentuk melalui bermacam-macam, antara lain: 1. Melalui pengalaman yang berulang-ulang atau dapat pula melalui
suatu pengalaman yang diseliai perasaan yang mendalam (perasaan traumatic). 2. Melalui imitasi pemruan yang terjadi tanpa sengaja dan dapat pula diseng~ja.
Dalam hal terakhir individu harus mempunyai minat dan
rasa kagum terhadap mode, di samping pemahaman dan kemampl.lan untuk mengenal dan mengingat model yang hendak ditiru. 3. Melalui sugesti, disini seseorang membentuk sikap terhadap objek tanpa alasan dan pemkiran yang jelas, tetapi semata-mata karena pengaruh yang datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa dalam pandangannya. 4. Melalui identifikasi, disini seseorang memru orang lain atau sumu organissil badan tel1entu didasari suatu keterikatan emosional. Dari uraian diatas j elaslah bahwa aspek afektif pada diri siswa besar perananya dalam pendidikan, karenanya tidak dapat kita abaikan begitu saja. Pengukuran terhadap aspek ini amat berguna dan lebih dari itu kita harus
38
memanfaatkan pengetahuan kita mengenaI karakteristik-karakteristik afektif siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. 36 b. Nilai Komitmen seseorang terhadap nilai dapat dinyatakan antara lain pada kepatuhannya terhadap suatu yang diaIlggap bailc. Seseorang melakukan suatu perbuatan yang dianggap baik dengan berbagai macam aiasan. Douglas Graham melihat empat faktor yang merupakan dasar kepatuhan terhadap nilai yaitu: 1. Normativist yhitL! kep2.tt:han terhadap norma-norma hukum 2. Integralist yaitu kepatuhan yang didasarkan pada kesadaran yang pertimbangan-pe11imbangan yang rasional 3. Fenomalist yaitu kepatuhan berdasarkan suara hali atau sekedar basa basi 4. Hedonnist yaitu kepatuhan berdasarkan kepentingan 37 c. MinaI Menurut Drs. Dewa Ketut Sukardi, minat dipengaruhi oleh beberapa faktor:
~(,Slallleto, Belajar dan faktor-Faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, ]995).
h.189-190 1'1
W. Gliio. Of' Cil, h 150
39
I) Faktor intern meliputi : a. Kondisi fisik yaitu faktor yang berhubungan langsUllg dengan jasmani dan kesehatan yang lebih dikenal dengan faktor biologis. b. Kondisi mental yaitu aspek kehidupan manusia yang menunjukan pada alam kesadaran dalanl subjek sendiri. 2) Falctor Ekstern meliputi lingkungan, keluarga dan masyarakat.
4. Taksonomi Ranah Afektif Proses belajar mengajar yang dicapai oleh siswa, sangat erat kaitaJUlya dengan rumnsan tnjuan intraksional yang irencanakan guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan guru sebagai perancang belajar mengajar. Untuk itu guru di tuntut untuk menguasai taksonomi hasil belajar yang selama ini yang dijadikan pedomaJl. Taksonomi ranah afektif oleh Krathwohl dibagi dalam lima jenjang yaitu: a. Receiving (penerimaan) adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bel.ltuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Padajenjang ini peserta didik dibina agal' mereka bersedia menerima nilainilai yang diajarkan kepada mereka.dan mereka mall menggabungkan c1iri keclalam nilai itu atau mengidentikkan c1iri dengan nilai itu.
40
Contoh hasil belajar afektif, jenjang reseiving misalnya: peserta didik menyadari disiplin wajib ditegakan, sifat malas dan tidak berdisiplin harus di singkirkanjauh-jauh. b. Responding ( Menanggapi) mengandung arti "adanya partisifasi aktif". Jadi kemampuan menggapi adalah kemampuan yang dimliki oleh seseOlang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Padajenjang ini setingkat lebih tinggi dari padajenjang reseiving. Contoh hasil belajar ranah afektif jenjang responding adalah peser:a didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi ajaran ajaran Islam tentang kedisiplinan. c. Valuing
(meneliti=menghargai)
artinya
memberikan
nilai
atau
penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Pada jenjang ini merupakan tingkatan afektif yang lebih tinggi lagi dari pada reseiving dan responding. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk.
41
Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemauan yang lcuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik di sekolah, di rumah maupun ditengah tengah kehidupan masyarakat. d. Organization (mengatur atau mengorganisasikan) artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga menemukan nilai baru yang lebih universal, yang membawa k"pada perbaikan umum. Contoh hasil belajar afektif jenjang organization adalah peserta dldik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Soerharto pada Peringatan Hari Kebengkitan Nasional Tahun 1995. e. Characterization By a value Or Value complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yal1g telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Padajenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk sewaktu-waktu yang cukup lama, sehingga membentuk karateristik "pola hidup'·. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah memliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah swt yang tertera dalam AI-Qur'an Surat al-Ashr sebagai pegangan hidupnya
42
dalam hal yang menyangkut kedisiplinan baik kedisiplinan di sekolah, di rumah maupun di tenganh-tengah kehidupan masyarakat 38
C. KOMPETENSI GURU AGAMA DALAM MENGEMBANGKAN RANAH
AFEKTIF
Guru selain sebagai pungajar juga merupakan sebagai pendidik yang harus dapat mengembangkan potensi-potensi peserta didik. Potensi-potensi yang dimaksud adalah potensi pengetahuan dan potensi sikap keberagamaan yang berada dalam din mereka masing-masing, untuk itu guru tidak hanya terfokus mentransfer ilmu pengetahnan saja tetapi juga harus dapat menanamkan nilai-nilai dan mengembangkan keberagamaan peserta didik. Usaha yang dilakukan guru agama dalam mengembangkan ranah afektif bisa dengan
mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan dan melakukan pendekatan kepada peserta didik dengan cara menumbuhkan minat dan nilai-nilai
keagamaan. Sehingga
pese11a didik dapat mengapresiasikan sikap keberagamaannya di:tlam kehidupan sehari-hari. Ranah kognitif menekankan kepada pengetahuan saJa, sedangkan ranah afektif lebih l11enekankan kepada nilai-nilai kesadarm1, seperti kesadaran beragal11a. Untuk itu l11aka peserta didik perlu dibina sikap keberagamaannya untuk menuju kearah yang Iebih baik. )8
Prof. Drs. Anas Sudijono, Op Cil, 11.54-56
43
Ranah afcktif pada diri slswa bcsar pcranannya clalam pcndiclikan, karcnannya tidak dapat diabaikan bcgitu saja. Dcngan bcrkcl11bangnya afcktif yang
positif tcrhadap
bclajar l11crupakan
kunci
kcbcrhasilan
bclajar
bcrikutnya, tcrl11asuk kcberhasilan dalam kognisi dan psikol110torik. Bila afcktif anak suclah bcrkcmbang SCCaI'a positif maIm guru maupun orang tua tidak pcrlu bcrsusah payah mCl11bina l11crcka agar rajin bclajar, kmcna mereka akan terus menerus bclajar mencapai cita-citanya scndiri seCaI'a saclar. Ranah afcktif mcmpunyai tiga komponen yang harus dapat diterapkan pacla perseta cliclik yaitu: kognisi. afeksi dan konasi. Kognisi berkenaan dcngan pengetuhuan seseorang tentang objek atau stimulasi yang dihaclapinya. afcksi berkenaan dengan perasaan clalam menanggapi objek tersebut, seclangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Peserta clidik akan memiliki suatu sikap melalui proses tersebut. Proses belajar mengajar adalah salah satu bentuk interaksi untuk mengembangkan sikap peserta diclik terhadap suatu objek. Salah satu penggolongan hasil belajar dari Benyamin S. Bloom aclalah ranah afektif. Tipe hasil belajar afektif tampak pacla siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatimmya terhaclap pelajaran, disiplin belajar, minat belajar. motivasi belajar, sikap menghargai guru dan menghargai teman sekelas. serta kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Dengan demikian cli dalam proses pembelajaran seorang guru tidak hanya menekankan pada ranah kognisi clan psikomotorik saja tetapi juga hams mengembangkan ranah afeksi siswa. karena ketiga ranah tersebut saling berkaitan.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Nurussa'adah Tangerang. Adapun waktu penelitian skripsi ini terhitung dari tanggal2 sampai 20 bulanjanuari tahun 2007.
B. Populasi dan Sampel Sebelum menentukan populasi dan sampel, terlebih dahulu penulis akan l'1enjelaskan arti populasi dan sampel itu sendiri. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. I Sedangkan sal11pel adalah sebagian atau wakil populasi atau seeara Ul11Ul11 adalah suatu himpunan bagian yang ditarik dari populasi. Sal11pel ini memiliki sifat yang dimiliki oleh populasi sehingga setiap nilai perhitungan statistik suatu sampel di anggap merupakan taksiran dari nilai populasi 2 Populasi dalal11 penelitian ini adalah siswa-siswi MTs Nurussa'adah Tangerang, dengan jumlah populasi sebanyak 50 orang yang terdiri dari kelas 2 beljumlah 25 orang dan kelas 3 berjumlah 25 orang, Sampel dalal11 penelitian ini penulis l11engambil sebanyak 100 %dari populasi yang ada (50). I
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarata : Rineka
Cipta, 1998). CeLli, h. I 15 ~ Nana Sudjana. Penilaian dan Penelilian Pendidikan, (Bandung : Sinal' Baru, 1999), 11.84
44
45
C. Tclmik dan Instrumen Pengumpulan Data
Adapun untuk memperoleh data lapangan, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang diharapkan dapat menunjang penelitian ini, yaitu : I. Observasi Observasi/pengamatan, sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematis tcrhadap gejala yang nampak pada objek penelitian J Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi ke MTs Nurussa' adah Tangerang.
2. Wawancara
Wawancara adalah "proses l11emperoleh keterangan untuk tujuan penelitian c!engan cara tanya jawab sambiI bertatap l11uka antara pewawancara c!engan responden dengan l11enggunakkan alat yang dinamakan interview guide (panc!uan wawancara)".4 Dalal11 penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru agal11a Islam MTs Nurussa'adah Tangerang, untuk memperoleh data tentang kOl11petensi guru agama dalal11 mengembangkan ranah afektif di MTs Nurussa'ac!ah Tangerang.
~ AmirLlI Hadi dan Haryono, Ale/ode reneh/ian Pendidikan, (Bandung : CV Pustaka Setia,
[998). h. [20 11''1'1011. Nazir, !\'felode Pencli/ian, (Jakarta: (jhalla Indonesia, ! 988), cet ke-3, h. 234
/
46
Angket Angket adalah daftar pertanyaan yang dikirimkan kepada responden baik seCal'a langsung maupun tidak langsung. 5 Dalatn hal ini peneliti lllenggunakan pertanyaan multiple choice dan bersifat langsung serta teliutup. Angket digunakan untuk melllperoleh data kuantitatif dari responden tentang kompetensi guru agafua dalam lllengel11bangkan ranah afektif siswa MTs Nurussa' adah Tangerang. Objek yang akan diteiiti adalah siswa kelas 2 dan 3 MTs Nurussa'adah Tangerang.
Kisi-Kisi Angket Variabel
Indikator
item
Ket
KOl11petensi guru
•
Receiving
J
0
1,3,6
Agal11a
•
Responding
3
2,5,13
Mengembangkan
•
Valuing
3
8,11,12
Ranah
•
Organization
3
4,7,14
•
Characterization
3
9,10,15
Siswa
dalalll
Afektif
by value or value complex
501'. Cit, h. 93
47
D. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya diolah dan dianalisa untuk mengungkapkan pokok masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan. Dalam teknik analisa data yang digunakae adalah deskriptif analisis, karena data yang diperoleh dalam penelitian ini lebih banyak bersifat kualitatif, maka dengan sendirinya dalam penganalisaan data-data, penulis lebih banj'ak menganalisa, Metode Analisa data yang digunakan adalah: j.
Analisa Kualitatif Data kualitatif dikemukakan dalam bentuk kalimat sehingga nantinya dapat
diambil kesimpulan. Data Yang dianalisa adalah tentang kompetensi guru dalam mengembangkan ranah afektif siswa MTs Nurussa' adah Tangerang dari hasil observasi, wawancara dan angket. 2, Analisa Kuantitatif Yaitu analisa yang dilakukan terhadap angka dengan cara l11engklasifikasikan, l11entabulasikan dan dilakukan perhitungan dengan l11enggunakan statistik sederhana untuk l11el11peroleh hasil penelitian. Untuk data kuantitatif penulis l11enggunakan perhitungan
prosentase
dari
hasil
angket.Hasil
penelitian
disajikan
l11enggunakan distribusi frekuensi dan prosentase dengan rLIl11US perhitungan:
dengan
48
P=
Lx 100% N
Keterangan : P : Prosentase yang akan dicm"i F : Frekuensi yang dihasilkan N : Jumlah populasi yang ada Selmljutnya untuk mmemperoleh kesimpulan tentang kompetensi guru agama dalam mengembangkan ranah afektif siswa MTs Nurussa'adah Tangerang, Penulis menggunakan metode deskriptif dengan kategori sebagai berikut: 80% - 100 % : Sangat baik 60 % - 75 %
: Baik
40 % - 59 %
: Cukup
20 % - 39 %
: Sedang
0.1 %-19 %
: Rendah
BABIV HASIL PENELITIAN
A. Desl{ripsi Data 1. Gambarlin Umum MTs Nurussa'adah Tangerang
MTs Nurussa' adah Tangerang berdiri sejak tahun 1979-1980 dengan luas tanah 10.000 M persegi. Pada tahun 1999 dilaksanakan akreditasi oleh Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dengan NomoI' Surat Keputusan VVI/I/PP.03.2/212/1999. tanggal 17 juni 1999 dengan status DlAKUI. Pada tahun 2005 diadakan akreditasi kembali oleh Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
dengan surat keputusan
nomoI'
Kw.28/IIDam.005/070/2005 sebagai Madrasah Terakreditasi dengan peringkat B. Didirikarmya MTs Nurussa'adah Tangerang dalam rangka membantu pemerintahan mengembangkan pendidikan dan juga memberikan kepada masyarakiit yang berada di wilayah pakuhaji dan sekitarnya untuk mengenyam pendidikan.
49
50
2. Keadaan Guru Proses belajar mengajar tidak lepas dari andil seorang gum oleh karena itu dalam proses belajar mengajar diperlukan interaksi yang edukatif antara guru dan murid sehingga proses belajar mengajar dapat belajar dengan baik dan menghasilkan prestasi yang lebih baik.
Tabel J Data Guru N NanIa
0
Bidang Study yang
Lulusan/Tahun
diajarkan
1
M. Yakub. S. Ag
S.1 1 1994
Al Qur'an Hadis
2 ,
1-1. A. l-1alim santoso
S.1 1 1980
B. Arab
~
A.Dawam
S.1/1995
B. Indonesia
4
Fahruroji, S. Ag.
S.1 1 1995
Matematika
5
Umi Kulsum, S. Ag
S.1 1 1996
PPKn
6
Suhaimi Anas, S. Pd.!
S.1 1 1996
Bhs Arab
7
Muhidin Toha, S.Pd.!
S.l 12001
B.Inggris
8
Muinul Anhar, S. Pd.!
S.1/1995
SKI, SEJARAI-1
9
Sukri AI-Kaf, S.Pd.!
S.1/1995
Ekonomi, Geografi
10
Hunaifi, S. Pd.!
SMA/2002
Penjas
S.1/2002
Qurdis
Zahratul Wardah
S.1 12002
Matematika
I 13 , A. Fuacl Fauzi. S.Kom
S1/2001
I
Computer
Sl11995
I
Fiqh
I 11 12
, Yuyun Sri Wahyuni
1
·1
II ! I
14 15
i 16 t_] 7
I Supancli I-I. Arsuclin NJ.
-.
,
AtJtucldlJ1 S.Ag. Lf\~l]S Jaelani
I
S.111995
--
I
Aqiclah-Akhlak 1
S I 12002
S.I /2003!
Flqh Sejarah
-~~-~ __ ~_~~I_,~~~~,~~~~
I J
51
18
Fadilah S. Pd.!
S.1/2003
Biologi, Fisika
19
Rosliana, SPd
S.l 12003
Biologi
Saeful Badri, S.Ag.
S.I 12001
Bhs Indonesia
21
Hayati Nufus, S.Pd.!
S.1 12003
PPKn, Kertakes
22
Drs. Suja'l Gufron
S.l /1993
Bhs Inggris
23
Ummi Qoyyum, S.Ag.
S.I/1996
Kertakes
24
Euis Sukmawati
S.I 12002
BTQ
,_J
H. Nahrawi, S. Ag.
S.l 12002
SKI
.Iamilah
S.I 12002
Fisika
20
• 26
I
3. Keadaan Siswa
Tabel2 Jumlah Perkembangan Siswa 4 Tahun Terahkir No.
Kelas
.Iml Siswa
.1m!. Siswa
.1m!. Siswa
.1m!. Siswa
2001/2002
2002/2003
200312004
200512006
1.
I
120
130
132
82
2.
II
130
120'
120
102
III
118
120
137
89
.Iumlah
368
370
389
273
,
J.
52
Tabel3 Jumlah siswa pada talmn 2006-2007 JENIS KELAMIN NO
1
KELAS
JUMLAH LK
PR
26
28
Kelas X-2
27
29
Kelas XI-I
24
26
Kelas XI-2
24
25
Kelas 111-1
23
26
Kelas 111-2
24
27
148
161
Kelas X-I ,
2
110
99 ...
3
:
! Jumlah ,
_-
100
309
3, Sarana dan Prasarana MTs Nurussa'adah Tangerang memiliki sarana sebagai berikut. Gedung
sekolah adalah milik sendiri di bangun di atas tanah seluas 10.000 m persegi. Sebagai institllsi pendidikan MTs Nurllssada'ah Tangerang memiliki banyak sarana dan prasarana yng mendukllng kelancaran aktivitas belajar mengqjar.
53
Tabe! 3 Sarana dan Prasarana MTs Nurussa'adah Tanger"ang
I
I
I
NO
RUANG BELAJAR
KETERANGAN
I
Ruang belajar
6 buah
2
Ruang Kepala sekolah
I buah
~
0
Ruang Tata usaha
I buah
4
Ruang wakil dan BP
I buah
5
Perp~;stakaan
I buah
6
Lat>. Komputer
I buah
7
Lab. Fisika
I buah
8
Lab. Kimia
I buah
9
Lab. Biologi
I buah
10
Ruang Guru
I buah
II
Toilet
3 buah
i Masjid
I buah
13
II Kant111.
I buah
14
I Koperasl
I buah
15
I Paket 01ah raga
I buah
16
I Ruang OS IS
I buah
12
!
I,
I
.
i
17
f
18
I Lapangan Bu1u tangkis
I
Lapangan Bola volley
54
4. Kcgiatan Intrakurikulcl' dan Ekstrakurikulcr a. Kcgiatan Intralmrilmler Kegiatan Intrakurikuler tahun ajaran 2006-2007 dilakukan sebagai berikut : •
Hari senin-kamis kegiatan belajar dari pukul 07:15-13:30
•
Hari jum'at kegiatan belajar dari pukul 07: 15-11 :30
•
Hari sabtu kegiatan belajar dari pukul 07:15-13:30 b. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler di MTs Nurussa'adah Tangerang terdiri dari : I. Bidang Keislaman Bidang ini bertujuan untuk menciptakan suasana islami di lingkungan sekolah, kegiatannya meliputi : •
Menyelanggarakan kuliah&shalat dhuha sekali dalam satu minggu
•
Membimbing baca tulis AI-Qur'an (BTQ)
•
Mengadakan Infak setiap jum'at
•
Mengadakan pesantren Ramadhan
•
Menyelenggarakan ROHIS
•
Menyelenggarakan peringatan hari besar Islam.
2. Bidang Olah Raga 3. Bidang Hizbul Wathan (pramuka, paskibra)
55
B. Pengolahan dan Analisa Data Tabel4 Kompetensi Guru Agama dalam Mengembangkan Ranah Afektif Siswa
1. Receiving (Menerima)
Pertanyaan
P
F
NO
l
Kategori jawaban 1
Guru
agmna
saya
menginforl11asikan
bahwa
kedisipl inan l11erupakan nilai yang hams dimiliki siswa.
II
Selalu
35
b. Sering
12
24%
c.
"~
6%
0
-
50
100%
a.
Kadang-Kadang
d. Tidak Pemah
70%
_. Jumlah "~
Guru agama saya memberikan motivasi dalam belajar
untuk
meningkatkan
kualitas
hidup
beragal11a. bernegara dan berl11asyarakat. I
i a. Selalu
I
i i
i1._-
28
56%
b. Sering
9
18%
c. Kadallg-Kadang
11
J
. _..
~~._------~-_.,"~-_
.. _ - - - "
22"10··1 ...
56
d. Tidak Pernah
1-
2
4%
SO
100%
a. Selalu
13
26%
b. Sering
7
14%
30
60%
0
-
SO
100%
Jumlah
6
I
Apakah guru agamamu memberikan pujian kepada siswa berprestasi
I
c.
I ~.-
Kadang-Kadang
d. Tidak Pernah
---
Jumlah
Dari Tabel
.j
no L menunjukkan bahwa guru agama selalu menginformasikan
nilai kedisiplinan merupakan nilai yang harus dimiliki siswa. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jawaban siswa yang menjawab selalu (70%), sering (:<:4%), kadang-kadang (6%) bahkan tidak ada yang menjawab tidak pernah. Pada Tabel -l no 3, 28 responden (56%) menjawab selalu, 9 responden (18%) menjawab sering, II responden (22) menjawab kadang-kadang, dan 2 responden (4%) menjawab tidak pernah. Ini membuktikan bahwa guru agama dalam l1.1cmberikan moti\'asi belajar kepada siswa di kategorikan cukup baik walaupun ada 4 responden yang menja\mb tidak pernah.
57
Tabel 4 no 6, menunjukkan bahwa guru agal11a jarang l11el11berikan pujian kepada siswa yang berprestasi. Hal ini dapat di lihat dari tingginya responden yang l11enjawab kadang-kadang (60%) pada pertanyaan nomor 6. TabelS 2. Responding (Menanggapi) Pertanyaan
p
F
NO
Kategori jawaban .-
2
Guru agal11a saya l11endiskusikan nilai kedisiplinan
I
bersal11a siswa di kelas. a.
5
Selalu
4
8%
b. Sering
19
38%
c. Kadang-Kadang
22
44%
d. Tidak Pemah
5
10%
Jumlah
50
100%
a. Selalu
1I
22%
b. Sering
11
22%
Guru
agama
saya
menghukum' Slswa
I
--
yang
terlambat masuk kelas.
40%
c. Kadang-Kadang
I
d. Tidak Pernah
I
I
5
I
10':;0
--'-1~=---------'---TI ---~j-_ 50
Jumlah
... _ J
.
._
_
100°/.)
_ _ L.__....._...
I
I
_J
58
13
--
Apakah guru agal11al11u l11enghorl11ati siswa yang memberikan tanggapan atas pertanyaan. a. Selalu
17
34%
b. Sering
20
40%
11
22%
d. Tidak Pernah
2
4%
Jumlah
50
100%
c.
Kadang-Kadang
Pada table 5 no 2, 4 re,ponden (8%) menjawab selalll, 19 responden (38%) l11enjawab sering. 22 responden (44%) l11enjawab kadang-kadang, dan 5 responden (l0%) menja\\'ab tidak pernah. Hal ini mel11buktikan bahwa guru agal11a jarang mendiskusikan nilai kedisiplinan bersal11a siswa di kelas. Pada table 'i no 5, dapat diketahui bahwa guru agama dalal11 l11el11berikan hukul11an kepada siswa yang terlal11bat sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada rendahnya ja\\'aban siswa pada alternatif selalu (22%) dan sering (22%) dan tingginya jawaban kadang-kadang (40%) bahkan ada yang l11enjawab tidak pernah (l0%). Pada table 5 no 13, l11enunjukkan bahwa guru agama menghormati siswa dalam l11emberikan tanggapan atas pertanyaal1 bisa dikategorikan cukup bailc Hal ini dapat dilihat dari tingginya jawaban siswa pada alternatif jawaban sering (40%) dan selalu (34%) pada pertanyaan 13.
59
Tabel6 3. Valuing (Menilai/Menghargai)
INO
Pertallyaan
F
p
a. Selahl
14
28%
b. Sering
20
40%
14
28%
d. Tidak Pernah
2
4%
Jllll1lah
50
100%
a. Selahl
35
70%
b. Sering
14
20%
c. Kadang-Kadang
1
2%
d. Tidak Pernah
0
-
Jumlah
50
100%
Kategori jawaban
Guru agama saya menyarankan agar mengibti
8
kegiatan ekstra kuriku1er yang berkaitan dengan keagamaan.
Kadang-Kadang
c.
11
Guru agama saya menyarankan siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar.
_ -
.....
]2
Apakah guru agamamu mengingatkan pentingnya kedisiplinan.
I
-
60
1--
..
a. Selalu
27
54%
b. Sering
16
32%
e. Kadang-Kadang
6
12%
d. Ticlak Pernah
1
2%
50
100%
Jumlah
I
I Pada table 6 no 8, menunjukkan bahwa guru agama sering menyarankan siswa agar mengikuti kegiatan Ekstra kurikuler yang berkaitan dengan keagamaan. Hal ini c!apat dilihat dari tingginya jawaban siswa pada
aitern~tif jawaban
sering (40%),
selalu dan kaclang-kadang (24%) sedangkan yang menjawab tidak pernah hanya (4%) pada nomor 8. Hal ini di dukung clengan adanya hasil wawancara guru biclang stucli yang menyatakan bahwa kegiatan ekstra kurikuler merupakan salah satu faktor penunjang dalam mengembangkan ranah afektif siswa MTs nurussa'adah Tangerang. Pacla table 6 no II, dapat diketahui bahwa guru agama selalu menyarankan siswa untuk aktif, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar responden (70%) menjawab selaIu, hanya sebagian kecil (20%) menjawab kaclang-kadang dan seclikit sekali (5%) menjawab tidak pernah pada nomor II. Pacla table 6 no 12. menunjukkan bahwa guru agama selalu mengingatkan pentingnya keclisiplinan. hal ini clapat dilihat clari aiternatifjawaban scialu (54%) dan sering (32%) pada a:6111'€1!1:,!.2
siswa pacla
61
Tabel7 4. Organization (MengaturlMengorganisasikan) '--r!)ertanyaan NO
F
P
Selalu
30
60%
b. Sering
12
24%
8
16%
d. Tidak Pemah
0
-
Jumlah
50
100%
22
44%
15
30%
13
26%
0
-
50
100'Yo
Kategori jawaban I
Guru agama saya menerangkan bahwa kedisiplinan
4
l11erupakan nilai positif yang harus dil11iliki oleh setiap sis\\'a dan patut untuk diterapkilll dalal11 kehidupan sehari-hari. a.
I
c.
-
7
Kadang -Kadang
Guru agama saya l11engubah sikap dan tindakan i
I sis\\'a yang tidak sesuai dengan tuntutan kehidupan. I
a. Selalu
I b. I
i I
Sering
c. Kadang-Kadang
i
i d. Tidak Pernah
I
-
--l Jumlah i i
T:l-j Apakah '---_L
guru
agan1an1U
mengingatkan
llntuk
62
~.
bcrpcrilaku rapih. Sclalu
25
50%
b. Scring
14
28%
6
12%
d. Tidak Pernah
5
10%
Jumlah
50
100%
a.
c.
Kadang-Kadang
Tabcl 7 no 4, mcnunjukkan bahwa guru agama sdalu mcncrangkan kcdisiplinan mcrupakan nilai positif yang harus dimiliki siswa dan patut untuk ditcrapkan dalam kchidupan schari-hari. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jawaban siswa pada alternatifjawaba sclalu (60%) pada nomor 4. Tabel 7 no 7, mcnunjukkan bahwa guru agama mcngubah sikap dan tindakan siswa yang tidak sesuai dcngan tuntutan kchidupan bisa di katcgorik8\1 sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jawaban siswa pada alternatif jawaban selahl (44%), sering (30%), kadang-kadang (13%) dan tidak ada yang menjawab tidak pernah (0). Tabel 7 no 14, menunjukkan bahwa guru agama selalu mengingatkan untuk berperilaku rapih. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jawaban siswa pada alternatif jawaban selahl (50%), sering (28%), kadang-kadang (12%) dan yang menjawab tidak pernah (10%) pada nomoI' 14.
63
Tabel8 5. Characterization by a Value or Value Complex (Karakterisasi dengan Suatu NilaiIKomplel{s Nilai)
I-l Pertanyaan iNO! i ' I I
k : 9 ,
F
P
Selalu
')" _J
46%
b. Sering
12
24%
c.
13
26%
d. Tidak Pernah
2
4%
Jumlah
50
100%
a. Selalu
30
60%
b. Sering
8
16%
c. Kadang-Kadang
11
22%
1
2%
50
100%
I
l
I Apakah I, dalam
i
Kategori jawaban
guru agal11al11u menerapkan nilai disiplin kelas yang bertujuan untuk l11enciptakan
!
i
I suasana yang kcadusif.
!
a.
10
Kadang- Kadang
Guru aganla saya n1enanyakan slswa yang tidak
l11asuk kelas.
I d. Tidak Pernah
i Jumlah i
15
I
/\pakah guru aganlanlu menerapkan sikap raJIn
__:=J
64
I dalam i(ehidupan pribadi. a. Selalu
27
54%
b. Sering
12
24%
c. Kadang-Kadang
10
20%
1
2%
50
100"/c,
d. Tidak Pernah ,
Jumlah
Pada tabel 8 no 9, 23 responden (46%) menjawab selalu, 12 responden (24%) menjawab senng. 13 responden (26%) menjawab kadang-kadang dan 2 responden (4%) menja\\'ab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa guru agama selalu menerapkan nilai disiplin dalam kelas yang bertujuan untuk menciptakan suasana yang kondusif. Begiru juga hasil wawancara guru bidang studi yang menyatakan bahwa sikap siswa-siswi di sekolah MTs Nurussa'adah Tangerang cukup bagus terutama dalam hal disiplin. Sebagai contoh bila mereka bertemu dengan guru di jalan atau masuk ruang guru maka mereka harus membiasakan memberi salam, begitu juga dengan murid yang terlambat masuk kelas maka mereka kena hukuman yaitu membaca juz 'amayang diperintahkan oleh guru piket. Pada tabel 8 no 10, menunjukkan bahwa guru agama selahl menanyakan Slswa yang tidak masuk. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jawaban siswa pacla alternatifjaw'aban selalu (60%) dan sering (22%) pacla nomoI' 10.
65
Pada tabel 8 no 15, menunjukkan bahwa guru agama
Sel~~)kan sikap
raJll1 dalam kehidupan pribadi. Hal ini dapat diliharternatif jawaban selalu
(54%) dan sering (24%) pada nomor 15.
BABV
PENUTUP A. Kesimpulan
Bertitik tolak dari pemaparan pembahasan yang penulis susun yaitu l11engenai Kompetensi Guru Agal11a dalam Mengel11bangkan Ranah Afektif Siswa yang terurai di dalal11 bab-bab bahasan, serta dari hasil penelitin yang telah penulis laksanakan di MTs Nurllssa'adah Tangerang, akhirnya penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikllt: I. KOl11petensi guru agama dalam mengembangkan ranah afektif slldah dikategorikan berkompetensi, hal ini dapat di lihat dari: Sebelum belajar mengajar guru agama harus mel11persiapkan rencana pembelajaran seperti Tujuan Intruksional Khllsus (TIK) dan Tujuan Intruksional Ul11um (TIU) dan dalam menjelaskan pelajaran guru agal11a menggunakan dan mel11variasikan berbagai metode pembelajaran seperti l11etode ceral11ah, tanya jawab, diskusi dan simulasi, yang bertujuan agar peserta didik tidak jenuh. Disal11ping itu juga pemberian tugas yang bertujllan agar peserta didik dapat mengingat kembali pelajaran yang telah diberikan. Dalal11 kegiatan belajar mcngajar, guru agama selalu mcnginforl11asikan nilai-nilai kehidupan contoh seperti nilai kedisiplinan yang harus dimiliki sis\\'a dan patut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
66
67
Peserta didik dimotivasi untuk meningkatkan kualitas hidup beragama, bermasyarakat dan bernegara. Di samping itu juga guru agama menerapkan nilai disiplin dalam kelas dengan tujuan untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa uintuk belajar. Guru agama selalu menyarankan peserta didik untuk berperan aktif dalam kelas dan
selalu memberikan pujian kepada peserta didik yang
berprestasi. Guru selain sebagai pengajar juga merupakan
seorang pendidik yang
harus dapat l11engembangkan potensi-potensi peserta didik. Potellsipotensi yang dimaksudkan adalah potensi pengetahuan dan potensi sikap kcberagamaan yang berada dalam diri l11ereka masing-masing. Untuk itu guru agama tidak hanya terfokus l11entransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga harus dapat menanamkan dan mengel11bangkan sikap keberagamaan peserta didik. Guru selain sebagai pendidik juga sebagai inspirator dan korektor. Sebagai inspirator guru agama selalu l11emberikan motivasi pada peserta diclik tanpa
terpaku
kepacla
taraf kel11al11puan
intelektual
atau
tingkat
motivasinya. Selain sebagai inspirator. guru agal11a juga sebagai korektor ,"aitu guru harus berusaha mel11betulkan sikap dan tinclakan siswa yang tidak sesuai clengan tututan kehiclupan l11anusia. Hal ini berarti, bahwa guru harus man1pu menggunakan Ilukul11an atau peneguhan/penguatan
s('cara tepat. Pemberian hukuman bcrtujuan mcmbuat sis'wa mcrasa jcra
68
akan perbuatan yang telah dilakukannya dan bertekad untuk tidak mengulangi
kembali
sedangkan
pemberian
peneguhan/penguatan
(reinforcemen) bertujuan supaya peserta didik pada lain kali mengulangi
kembali tindakan yang tepat. Ranah kognitif menekankan kepada pengetahuan saJa, sedangkan ranah afektif lebih menekmJ
untuk mennju kem'ah yang lebih baik, sebagaimana
tuj nan yang ingin dicapai dari pembelajaran agama Islam yaitu agar mereka bel1aqwa kepada Allah SWT dengml cara mengamalkan ajaranajaran agama Islam seperti shalat, mengaji secara mtin dan sebagainya. Selain mengabdi kepada Allah SWT, juga diharapkan dapat mengabdi kepada orang tua dan sekolah, sehingga dalam kehidupan mereka seharihari sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. 2. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangan ranah afektif sis\\'a MTs Nurussa'adah Tangerallg yaitu: a. Faktor Pendukung •
Adanya dukungan dari pihak sekolah yang selalu mendukung setiap kegiatan yang mengarah kepada sikap keberagamaan siswa.
•
Adanya keljasama yang baik antara guru bidang studi dengan guru lainnya, mcreka bekclja sama seperti cliadakannya berbagai
69
kegiatan yang mendukung untuk tumt membantu perkembangall sikap keberagamaan siswa. •
Adanya kegiatan keagamaan yang diadakan oleh pihak sekolah seperti (ROHIS), dan perayaaan hari besar Islam dan kegiatankegiatan keagamaan lainnya yang dapat mengapresiasikan potensipotensi keberagamaan yang ada dalam diri mereka.
b. Faktor Penghambt •
Faktor keluarga, kurang adanya perhatian orang tua terhadap
disiplin keberagamaan siswa, seperti contoh: Peserta didik di sekoIah diajarkan disiplin untuk melaksanakan ajaran Islam seperti shalat berjamaah dan pengajian di sekoIah, akan tetapi sctciah mereka kembali ke sekoIah masing-masing, orang tua sering lalai untuk mengingatkan anaknya melaksanakan kewajibannya sebagai muslim, padahal usia anak-anak tingkat SLTP (MTs) masih mcmerlukan bimbingan dan arahan. •
Faktor Iingkungan, di sekoIah peserta didik sudah terlatih untuk
berdisipilin dan p[atuh kepada peraturan yang ada, tetapi setelah jam pelajaran usai,
mereka akan
kembali
ke
lillgkungan.
Sebagaimana diketahui bahwa lillgkungall Iuar sekolah berbeda sekali denagn lingkungall dalam sekolah. untuk itu diharapakall
70
agar para siswa dapat memfilter mana lingkungan yang baik dan mana lingkungan yang buruk. 3. Upaya-upaya yang dilakukan MTs Nurussa'adah Tangerang dalam mengembangkan ranah afektif adalah •
Mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti bimbingan rohani Islam yang di bimbing oleh guru agamanya, dengan kegiatan
1Il!
diharapkan peserta didik dapat mcmperdalam
pengetahuannya mcngenai aga:na Islam. Selain kcgiatan ROHIS, pihak sekolah juga sepcl1i
mcr~ya!mn perayaan-perayaan
Maulid Nabi,
Isro
Mi'raj
dan
hari besar Islam
sebagainya.
Untuk
memcriahkan aeara tersebut pihak sckolah mengadakan berbagai perlombaan kcagamaan dan bel1ujuan untuk mengembangkan potensi-potensi mereka dalam mewujudkan apresiasi mereka terhadap ajaran Islam. •
Melakukan pendekatan-pendekatan kepada peserta didik dengan eara menumbuhkan minat dan nilai-nilai keberagamaan, schingga pesel1a didik dapat mengapresiasikan s:kap keberagamaannya dalam kehidupan sehari-hari.
•
Adanya kerja sama yang baik antara pihak sekolah dan orang tua untuk menanamkan nilai-nilai keberagamaan dan mengembangkan
71
sikap keberagamaan Slswa sehingga dapat di terapkan dalam kehidupan realita. Kompetensi guru dalam mengembangkan ranah afektif siswa di MTs Nurussa'adah tangerang 3udah beljalan baik dan sesuai dengan harapan. Walaupun demikiau masih diperlukan pembinaan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Hal ini terbukti dari riset yang penulis laksanalcan di sekolah tersebut.
B. Saran-Saran
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi, mungkin ada baiknya, penulis memberikan saran-saran yang ditujukan kepada berbagai pihaK sebagai sumbangsih dan partisifasi yang mudahmudahan bermanfaat bagi kita semua. Saran-saran tersebut adalah : 1. Setiap orang yang akan berkecimpung sebagai pendidik dituntut memiliki kompetensi profesional yang akan menentukan apakah ia dapat menjadi pendidik dan pembina yang bailc bagi peserta didilcnya. Selain itu juga harus memiliki kompetensi profesional guru, sebagai bekal untuk menjalankan kewenangan baginya. ~
Sem'ang guru tidak hanya mengajar penguasaan bidang studi saja, tetapi ia juga harus dapat mendidik dan melatih anak didiknya untuk menanamkan dan mengcmbangkan aspek-aspek afektif peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
72
3. Kepada guru pendidikan agama Islam MTs Nurussa'ada Tangerang agar menerapkan berbagai metode dalam memberikan penjelasan pendidikan agama Islam sehingga peserta didik termotivasi untuk terus mengikuti pembeIajaran tersebut dan dapat tercipta situasi proses belajar mengajar kondusif. 4. Hendaknya kcpada pihak terkait untuk selalu memperhatikan peningkatan kualitas kompctensi guru selia membuka peIuang agar kiprah guru dapat berperan dengan baik lagi. Baik itu berperan di sekolah maupun di masyarakat. DemikinIah saran yang dapat penulis berikan, semoga penelitian ini bermanlaar bagi penulis khususnya dan bagi semua yang menaruh perhatian serta mencintai dunia pendidikan pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Abd Rahman, Psikologi Pendidikan, Yogyakat1a: PT. Tiara Wacana Yogya, Cel. Ke-4. E.Mulyasa. Dr. M. Pd, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung 2004. Cet 4.
Rosdakarya,
Zuhairini. el. AI, lvfcthodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya; Usaha Nasional, 1983. Cel. Ke-8. Salam. H. Burhanudin, Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu Mendidik), Jakm1a: Rineka Cipta, 1997. Syah. \luhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Rosda karya. 1997, Cel. Ke-3. Roestiyah. -'Iasalah-Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: PT. Billa Aksara, 1989. c\rikunlO. Suharsimi, Manajemen Pengajaran secG/'a Manusiawi, Jakat1a: PT. Rineka Cipta, 1999, Cel. Ke-2, jilid 1. L'sman. \1011.. Uzer Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Cel. Ke-19. Sardiman. A.M, Interaksi dan Motivasi Be/ajar Mengajar, Jakmta Grafindo Persada, 2006.
PT. Raja
Tafsir. AJU11ad. Ilmu Pendidikan Dalam Perofektif Islam, Bandung: PT. Rosdakarya, 2001. Cel. Ke-4. Saleh.
\luIltasir, P~lIgandalan
Pengajaran Terprogram (Teknologi Pendidikan Tutor), Jakm1a: CV. Rajawali, 1985, Cel. Ke-1.
dengan
Sudijono.."'.nas, . Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Grafindo persada, 2003, C et. Ke-4. \\'inkel \\'. S.. Psikologi PengajarclI1, Jakarta: Gramedia, 1999, Cel. Ke-5. Sabri. c\lisuf J-l. !vI.. Psikologi Pendidikon, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, ]995.
73
74
Sudjana. Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Rosdakarya. 2005. Gulo, W., Strategi Belajar mengajar, Jaka;·ta: Gramedia, 2002, Cel. Ke-I. Redaksi Bumi Aksara, UU tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya, Jakarta: Sinal' Grafika, 1991, Cel. Ke-l. Poerwadarminta, W.J.S., Kan11Js Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985. Sudjana, Nana, Penilaian dan Penelitian Pendidikan, Bandung : Sinal' Baru, 1999. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995. Arikunto. Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarata: Rineka Cipta, 1998, Cel. Ke-II. Hadi Amirul dan Haryono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : CV Pustaka Setia, 1998. Nazir. Moh., Metode Penelilian, Jakarta: GhaJia Indonesia, 1988, Cel. Ke-3. Imam Abi Husain bin Hazaz al-Khusairi, Shahih Muslim, Juz IV, Tesa AI-Bahgi '11Balby Mesir. Redaksi Sinal' Grafilm, UU SISDIKNAS 2003 (UU RI No.2 tahun 2003), Jakarta: Sinal' Grafilm Offset:, 2006, Cel. III
LAMPIRAN HASIL WA WANCARA
Bari/tanggal
: 13 Januari 2007
Tempat
: Ruang kepala Sekolah
Interviewe
: Moh. Ya'qub, S.Ag
Jabatan
: Kepala sekolah MTs NUfllssa 'adah
Paka!, Pcrnbicaraan
I. Bagaimana menurut Bapak mcngcnai kompctcnsi profesional guru ag,Ulla Islam di sekolah yang Bapak pimpin, apakah sudah rnemenuhi kompetensi seorang guru ?
Upaya apa yang Bapak lakuKan untuk meningkatkan kompetensi seorang guru?
:1.
Bagaimana sikap siswa-siswi rli sekolah MTs Nllrussa'arlah Tangerang?
~.
faktor apa sap yang menjarli
penghambat dan
penllnjang dalam
mengcmbangkan ranah afcktif? ). Bagaimana hubungan guru bidang studi c1engan guru lain?
Jawaban
1. Kompetensi guru agama Islam cukup bagus, karena para guru di sekolah ini bckerja sama untuk mcmajukan sekolah, sehingga guru ag:lma n1erlingkaH:an pendidikannya, di
samping itu juga scring mengikuti
kependidikan agama Islam. Dari segi profesional, guru memenuhi
kompetensi
yang cukup bagus,
pendidikan keguruan. Selain itu juga mampu mcmgembaJngl~an metclde-m'etode yang akan digunakan dalam mcnyampaikan materi }'~WJm,,,, dcngaD kOlldisi kclas. 2. Upaya yang dilakukan pihak sckolah unluk
Illcningkalkan kompclensi guru
adalah dengan cara mcngadakan pcnalaran. 3.
Bagus. karcna kall11 I1lcnCrapk
mercka bcrlcmu dcngan guru di jalan aiau masuk ruang guru ma.ka mcrcka harus membiasakan membcri salam. bcgitu juga elengan muriel yang terbmbat masuk kelas maka mcrcka kcna hukuman yailu membaca juz 'ama yng eliperintahkan oleh guru pike!. 4. Cukup baik, karena mcrcka scmua saling bckcrjd sama elan mcmbantu, dcngan cara guru bidang stueli dan guru-guru bielang studi lain memberikan masukan kepaela guru aga.ma mcngenai siswa --siswinya elan kcmuelian guru agarm, akan mcnindak lanjutinya. 5. Dari pihak sckolah kam; sclalu Illcndukung seliar kegiatan yang bcrlujuan untuk mcngenlbangkan ranah afcktif yang hcrttIjutln untuk rnengcn1haJ1gLm1
71sikap keberagamaan siswa, adaplln factor dating dari orang tua dan lingkllngan, dimana
diharapkan
peran
serta
orang tna untuk mendisiplinkan dan
mengarahkan anaknya seperti apa yang telah c1iajarkan oleh sekolah
clan
diharapkan pula agar peselia cliclik ticlak terpengaruh dengan lingkungan di luar sekolah dan dapat memilih mana lingkungan yang baik dan lingkungan yang
Tangerang, 13 Januari 2007
Kepala sckulah
Moh. Va'qul>, S.Ag
Interviewer
Vuyun sri wahvuni
'f".
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal
: 15 Januari 2007
Tempat
: Ruang Guru
Interviewe
: A. Suhaemi Annas, S.Pel.!
Jabatan
: Guru Penelielikan Agama Islam
Pokok Pcmbahasan
I. Sebelum beJajar mcngajar persiapan apa s"ja yang Bapak Jakukan ? 2. Dalal11 proses hcJojar l11cngajar mc10clc apa yang Bapak gunakan '? 3. Kcgia1an Eks1rakurikulcr apa yang bapak bcrikan kcpacla siswa un1uk menunjang pelaksanaan pcmbelajaran agama Islam? 4. fak10r apa saja yang l11enclukung clan l11enghamba1 clalam l11engembangkan ranah afektif? 5. Menurut Bapak bagail11ana mina1 dan sikap Slswa ke1ika berlangsungnya proses pel11belajaran ?
.Iawaban
i.
Sebelum memulai pembelajaran, terlebih dahuiu mempcrsiapkan kegiatan belajar mengaJar (KBM) seperti TIK dan TIU terakhir diadakan analisis
dengan cara bcrtanya langsung kcpada siswa
lllcngCl1aJ
materi yang tclah
diajarkan. 2.
Metode yang diglltnkan clalam proses belajar mengajar adalah l11etode ccramah, diskusi, dcmostrasi dan pcmbcrian tllgas.
,J.
Kegiatan )'ang clilakukan oleh rj1wk sckolah dalam Illcngcmbangkan ranah afcktif adalah dengan mengadakan kcgiatan ekstrakurikulcJ' rohani Islam (ROllIS) clan 1l1ewajibkan pcscrt:t didik untllk shalat dhllha dalwn satu miJlt-!'gu sckali discrtili dcng
keJas secant bergiliran yang clibimbing langsung olch para guru dilakukan pad a waktu istirahat, seliap jUl11'al diadakan inlflk untuk masyamkat yang mcmbutuhkan, bimbingan baca lulis AI-qu]"an(BTQ). Disamping itu setiap tahunnya kami 111cngadakan pcrayaan hari
bcsar [slam dan n1cnjelang
perayaan itt! ka111i mcngadakan pcrlombaan kcagamaan scpcrti lomba adZ8J1, pjdato~
PUIS]
dan
schagainya
scbagai
sarana
mcngaktualisasikan
kcberag,:1maan mcrcka. 4.
"'tklor pcnghambal tid"k "d" brett" sdolah dan kcp"la sckolah sangdt
111cndukung, 111cnunjang dan Illcmbulllu kcgiatan-kcgiatan kcagamaan.
Hffi1ya saja diharapkan kerja sama yang baik dan dukungan antara sekolah dan orang tua untuk mengcmbangkan ranah afektif. . 5. Minat siswa terhadap pembelajaran agama Islam cukup tinggi, hal ini dikarenakan selain pembelajaran agama itu disenangi juga pendekatan guru kepada siswa ketika proses pembelajaran agama Islam sangat aktif. Bila ada pelajaran yang belul11 eli I11cngerti l11ereka akan langscmg mcnanyakan kembali.
(iuru
P;\ I
A. Suhacrni, S.Pd.I
interviewer
Yuyun Sr'i Wahyuni
Yl~yt\Sji,N
PENDIDIKAN PONDO!{ PESANTREN NUHUSS,A,
r~T' 'Pf~Jl~~ """ ~,I¢_,l#2~~,;" Z<,.,6' ~;;;;,t~m",W .,,', ""_
,,4
K1/ Cf I
AI
Nomor Lampiran Peri hal
: MTs.i/s!19/050/PP.006/04 1/2007 : Surat Keterangan
Kpd '{th. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan
UrN SyarifHidayatullah Di Jakmia Assalamu .Alaikum Wr Wb Dengan hormat, kami sampaikan bahw8 : Nama
: YUYUN SRI WAHYVNI
NIM
: 102011 023626
Fakultas/J UTusaIl
: Tarbiyah/PAJ
Telah wengadakan Riset dan Wawancara yang dipergunakan untuk I11cnyeJesaikan skripsi yang beIjudul "KOMPETENSI GURU AGAMA DALAM
IHENGEMBANGKAN R!l.NAH AFEKUF SISWA l\ffs NlJRliSSA'ADAH T.!INGERAJ'JG". Riset dan \Vawancara tersebut diiaksanakan pada tanggal ::' -20Jalluari 2007.
DeIllikian surat kcterangan ini
kami bunt dcng:lD ;e.;';:bcnarnya untuk
diket:lI:lli dan diglJnakan scbagai bahan rekomendasi/kcterangan
l).f"H
:,/angje;~.~s