JURNAL
PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA SEKRETARIS DESA YANG TELAH DIANGKAT MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 2007 DI KABUPATEN CIREBON
Oleh : HENDI SYAHBUDIN NPM. 111140006
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2013
ABSTRAK
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2007 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa Menjadi Pegawai Negeri Sipil, Sekretaris Desa yang memenuhi persyaratan dapat langsung diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sekretaris Desa adalah Perangkat Desa yang bertugas membantu Kepala Desa atau Kuwu sebutan nama lain di Kabupaten Cirebon yaitu membantu dalam bidang tertib administrasi pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan optimal maka sekretaris desa harus memiliki motivasi dan disiplin kerja yang tinggi sehingga produktivitas kerja sekretaris desa secara optimal dapat dicapai. Dari hasil penelitian bahwa peran motivasi berpengaruh terhadap produktivitas kerja sekretaris desa di Kabupaten Cirebon adalah sebesar 33,50 %, untuk mendapatkan sumber daya manusia (sekretaris desa) yang berkualitas dibutuhkan motivasi kerja yang optimal supaya mendapatkan produktivitas kerja yang diinginkan. Disiplin kerja juga memiliki peranan yang penting, karena tanpa disiplin kerja pegawai (sekretaris desa) yang tinggi, maka akan sulit untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran disiplin kerja berpengaruh terhadap produktivitas kerja sekretaris desa di Kabupaten Cirebon dengan nilai pengaruh sebesar 32,64 %. Dengan meningkatnya disiplin kerja sekretaris desa diharapkan produktivitas kerja sekretaris desa akan meningkat. Dari hasil penelitian pula, bahwa motivasi dan disiplin kerja memberikan pengaruh bersama-sama terhadap produktivitas kerja sebesar 66,10 %, hal ini berarti terdapat faktor di luar motivasi dan disiplin kerja yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja sebesar 33,9 % yang tidak termasuk variable yang diteliti . Pengaruh motivasi dan disiplin kerja bersifat positif terhadap produktivitas kerja, artinya makin tinggi motivasi dan disiplin kerja maka akan semakin meningkat produktivitas kerja sekretaris desa di Kabupaten Cirebon.
Pendahuluan Otonomi daerah maupun desentralisasi pada dasarnya bertujuan untuk memberikan keleluasaan pemerintah daerah atau perangkat daerah dalam melaksanakan efektivitas pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan otonomi daerah telah terjadi perubahan pada system pemerintahan, organisasi pemerintahan Kabupaten / Kota mengalami perubahan kedudukan, tugas, fungsi dan wewenang yang signifikan. Perubahan yang terjadi pada unsur-unsur pemerintahan tersebut sebagai upaya memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat. Perkembangan dan pertumbuhan masyarakat yang secara dinamis disertai dengan peningkatan taraf hidup dan pendidikan masyarakat ditambah dengan berkembangnya kemajuan di bidang teknologi dan informatika menjadikan peningkatan proses empowering dalam linkungan masyarakat. Seiring dengan dinamika masyarakat dan perkembangannya, kebutuhan akan pelayanan semakin komplek serta pelayanan diharapkan semakin baik, cepat, dan tepat oleh karena itu pelayanan Aparatur pemerintah yang berada di tengah-tengah masyarakat dinamis juga diharapkan mengikuti perubahanperubahan yang terjadi secara cepat dan dinamis sebagaimana yang terjadi di masyarakat. Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat (publik) merupakan perwujudan dan fungsi aparatur negara sebagai pelayan masyarakat (abdi), di samping sebagai abdi negara. Dalam konteks ini pelayanan merupakan tugas utama yang hakiki dari sosok aparatur, tugas ini mengandung
makna untuk memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang baik (good governance) dan mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak setiap warga negara. Guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang telah mengalami pergeseran nilai ke arah yang lebih maju, peningkatan sumber daya aparatur pemerintah merupakan kunci pokok tercapainya cita-cita bangsa merdeka dan berkembang berupa peningkatan kemampuan aparaturnya di berbagai bidang, seperti peningkatan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan. Upaya peningkatan sumber daya aparatur yang berkualitas harus dimulai pada tingkat pemerintahan yang paling bawah, dalam hal ini dimulai pada tingkat pemerintahan di Desa dengan asumsi bahwa tingginya kualitas aparatur pemerintah dalam menjalankan tugasnya sangat bergantung dari kualitas sumber daya manusianya. Salah satu upaya guna meningkatkan Sumber Daya Aparatur Pemerintah Desa yang berkualitas dalam menjalankan pemerintahan dengan performa yang baik
dalam
memberikan
pelayanan
terhadap
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor
masyarakat,
pemerintah
45 Tahun 2007 Tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris Desa diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil diperuntukkan untuk membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan desa
khususnya
dalam
bidang
tertib
administrasi
pemerintahan
dan
pembangunan serta pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Diharapkan setelah diangkatnya Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tercipta Sekretaris Desa sebagai aparatur pemerintah desa yang memiliki motivasi dan disiplin kerja yang tinggi sehingga mampu menghasilkan suatu hal yang berguna dan pemberian pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat maka sekretaris desa harus mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik dengan kata lain sekretaris desa harus selalu meningkatkan produktivitas kerjanya. Produktivitas kerja sangat erat hubungannya dengan efektivitas, efisiensi dan sikap mental sekretaris desa dalam bekerja. Efektivitas berhubungan dengan ketepatan waktu dan hasil kerja yang dicapai berdasarkan sumber-sumber daya sesuai standar yang sudah ditentukan, sedangkan efisiensi berhubungan dengan ketepatan waktu dan biaya serta hasil kerja yang dicapai sesuai dengan yang telah ditentukan. Sikap mental berkaitan dengan sikap yang senantiasa berusaha untuk maju dan terus berkembang. Produktivitas kerja dalam suatu organisasi dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Oleh karena itu faktor manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam peningkatan produktivitas kerja. Peranan dan keberadaan motivasi penting bagi suatu organisasi, karena motivasi kerja yang ada dalam diri sekretaris desa itu timbul apabila terdorong bekerja dengan giat, maka organisasi dalam hal ini adalah pemerintah desa perlu memperhatikan dan memenuhi kebutuhan sekretaris desa. Suatu organisasi
pemerintah desa bila menghendaki sekretaris desanya memiliki produktivitas kerja yang tinggi, maka organisasi pemerintah desa tersebut harus mampu membangkitkan motivasi kerja sekretaris desa yaitu dengan memenuhi kebutuhan sekretaris desa sesuai dengan kemampuan organisasi pemerintah desa tersebut. Dengan demikian motivasi kerja sekretaris desa merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Disiplin juga memegang peranan penting dalam suatu organisasi, karena tanpa disiplin kerja pegawai, sulit bagi organisasi untuk mencapai hasil yang optimal. Disiplin merupakan tingkah laku perbuatan yang sesuai dengan peraturan organisasi, baik tertulis maupun lisan dan berindikasi terhadap kegairahan kerja yang sangat berpengaruh kepada efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi. Sehingga dengan demikian disiplin kerja pegawai merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja pegawai dalam hal ini sekretaris desa yang telah diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Kabupaten Cirebon merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Barat, terdiri dari 40 Kecamatan dan 412 desa dan 12 kelurahan, dari 412 desa yang Sekretaris Desa nya PNS ada sejumlah 268 0rang. Dengan banyak diangkatnya Sekretaris Desa menjadi PNS diharapkan dapat menjawab semua kebutuhan masyarakat terutama untuk memperoleh pelayanan yang lebih baik, tetapi dalam melaksanakan tugasnya menunjukkan bahwa produktivitas kerja Sekretaris Desa masih rendah meskipun sudah diangkat menjadi Pegawai Negeri
Sipil.
Kajian Pustaka Motivasi berasal dari istilah latin (movere) yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan
dan
keterampilannya
untuk
mewujudkan
tujuan
organisasi/perusahaan. Motivasi penting karena diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai kualitas kerja yang tinggi. Namun harus disadari bahwa orang akan mau bekerja keras dengan harapan akan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan-keinginan dari hasil pekerjaannya. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Siagian (2005:142) mengemukakan bahwa : Motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong mengaktifkan atau menggerakkan dan motif itulah yang mengarahkan dan menyalurkan perilaku, sikap dan tindak tanduk seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan, baik tujuan organisasi maupun tujuan pribadi masing-masing anggota organisasi yang bersangkutan. Karakteristik kebutuhan yang paling penting menurut Mc. Clelland seperti yang dikutip Sedarmayanti (2011 : 236) ada tiga yaitu kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan afiliasi dan kebutuhan akan kekuasaan. Ketiga karakteristik kebutuhan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Achievement (kebutuhan akan prestasi): dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. 2. Power (kebutuhan akan kekuasaan); kebutuhan untuk membuat orang-orang lain berperilaku dalam suatu cara yang orang-orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan berperilaku demikian. 3. Affiliation (kebutuhan akan pertalian); hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan karib.
Secara etimologi, disiplin berasal dari bahasa latin “disipel” yang berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan jaman, kata tersebut mengalami perubahan manjadi “discipline” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata tertib. (Wursanto, 1987 : 147) “ Disiplin kerja adalah suatu sikap ketaatan seseorang terhadap aturan/ketentuan yang berlaku dalam organisasi, yaitu : menggabungkan diri dalam organisasi itu atas dasar keinsyafan, bukan unsur paksaan “. (Sinungan 1997 : 135) “ Disiplin adalah sikap dari seseorang/kelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti /mematuhi segala aturan/keputusan yang ditetapkan”. (Siagian 1996 : 145) “ Disiplin kerja adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku seseorang, kelompok masyarakat berupa ketaatan (obedience) terhadap peraturan, norma yang berlaku dalam masyarakat” menurut The Liang Gie (1981 : 96) “Disiplin diartikan sebagai suatu keadaan tertib dimana orang-orang tergabung dalam organisasi tunduk pada peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati, orang/sekelompok orang”. (Hasibuan, 2001 : 193) “Kedisiplinan adalah kesadaran dan ketaatan seseorang terhadap perturan perusahaan / lembaga dan norma sosial yang berlaku”.
Dengan disiplin yang baik dari pegawai, maka suatu organisasi akan dapat mendorong pencapaian tujuan organisasi. Menurut Nitisemito (1997:205), tujuan dari pada disiplin adalah : 1. Menjaga jangan sampai peraturan-peraturan yang telah ditetapkan tidak ditaati, sehingga mengakibatkan terlambatnya kegiatan di suatu kegiatan produksi di dalam perusahaan. 2. Menjaga agar semua pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan dan tidak mengecewakan bagi para konsumen. Suradinata (1995 : 151) mengemukakan pengertian dan aspek-aspek disiplin sebagai berikut : Disiplin menjadi factor pengikat dan integrasi, yaitu merupakan kekuatan yang dapat memaksa tenaga kerja atau pegawai untuk memenuhi peraturan serta prosedur kerja yang ditentukan terlebih dahulu, karena dianggap bahwa dengan berpegangan pada peratuaran, tujuan dari suatu organisasi harus dicapai. Pada suatu pelanggaran pada peraturan, maka dengan sendirinya seorang pegawai atau kelompok dapat dikenakan sanksi yaitu karena telah melakukan pekerjaan yang dilarang dan telah berbuat, bertindak atau mengucapkan yang tidak sesuai dengan peraturan dan prosedur tata kerja yang berlaku dalam organisasi ataupun kehidupan sosial. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai meliputi : 1. Ketaatan pegawai terhadap peraturan 2. Ketaatan pegawai terhadap prosedur kerja 3. Sanksi terhadap pegawai yang melanggar peraturan dan prosedur kerja
Sutermeister dalam Fattah (2011 : 15) mengemukakan pengertian produktivitas : Berdasarkan pengertian teknis, produktivitas dapat diukur dengan dua standar utama, yaitu produktivitas fisik dan produktivitas nilai. Secara fisik, produktivitas diukur secara kuantitatif seperti
banyaknya keluaran ( panjang, berat, lamanya waktu, jumlah). Sedangkan berdasarkan nilai produktivitas diukur atas dasar nilainilai kemampuan, sikap, perilaku, disiplin, motivas dan komitmen terhadap pekerjaan/tugas. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka kriteria produktivitas kerja meliputi : 1.
Efisiensi Pengertian efisiensi sebagaimana tercantum dalam Ensiklopedi Administrasi (Westra, 1998 : 148) adalah sebagai berikut : Efisiensi adalah suatu pengertian yang menggambarkan perbandingan terbaik
antara usaha dengan hasilnya. Efisiensi dalam pekerjaan
adalah perbandingan yang terbaik antara suatu kerja dengan hasil yang dicapai oleh kerja itu. Perbandingan ini dapat dihasilkan dari segi : a. Segi hasil Suatu pekerjaan disebut efisien kalau usahanya itu mendapatkan hasil yang maksimal, baik mutunya ataupun jumlah hasilnya. b. Segi usaha Suatu pekerjaan dibilang efisien kalau hasil yang dicapainya dengan
usaha
yang
minimal.
Pengertian
“Usaha”
dapat
dikembalikan kepada lima unsur, pikiran, tenaga, jasmani, waktu, ruang dan benda (termasuk uang).
Berdasarkan pengertian di atas, maka efisiensi adalah perbandingan terbaik antara pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapainya dilihat dari segi
hasil dan segi usaha. Dari segi hasil pekerjaan disebut efisien jika dengan usaha minimal memberikan hasil maksimal. Sedangkan dari segi usaha, pekerjaan disebur efisien apabila hasil pekerjaan yang tercapainya dengan usaha yang minimal. Gobson (1987 : 32) mengemukakan efisiensi sebagai berikut : Sebagai angka perbandingan (hasil) antara output dan input. Kriteria jangka pendek ini memusatkan perhatian pada seluruh siklus input dan proses. Jelasnya bahwa ukuran efisiensi harus dinyatakan dalam perbandingan, perbandingan antara keuntungan dan biaya dengan output atau dengan waktu merupakan bentuk umum dari ukuran ini. Berdasarkan uraian di atas, maka efisiensi berarti hasil kerja yang maksimal (kualitas maupun kuantitas) serta peghematan dalam pikiran, tenaga, waktu, ruang dan benda (bahan dan peralatan) serta uang (biaya). 2.
Efektivitas Pengertian efektivitas sebagaimana tercantum dalam Ensiklopedi Administrasi (Westra, 1998 : 148) sebagai berikut : Efektivitas adalah berasal dari kata “efektif” berarti terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam sesuatu perbuatan. Setiap pekerjaan yang efisien juga berarti efektif karena dilihat dari segi hasil, tujuan atau akibat yang dikehendaki dengan perbuatan itu telah tercapai bahkan secara maksimal (mutu atau jumlahnya), sebaliknya dilihat dari segi usaha, efek yang diharapkan juga telah tercapai dan bahkan dengan penggunaan lima unsur usaha secara maksimal. Setiap pekerjaan yang efektif belum tentu efisien, karena hasil dapat tercapai tapi mungkin dengan penghamburan pikiran, tenaga, waktu, ruang atau benda.
Berdasarkan uraian di atas, maka efektivitas berarti hasil kerja. Hal ini berbeda dengan efisien yang berarti hasil kerja yang maksimal (baik mutu atau jumlahnya) serta penghematan dalam pikiran, waktu, ruang, benda (bahan dan peralatan) serta uang (biaya). Sinungan (2009 :14) mengemukakan efektivitas sebagai berikut : Ada sejumlah konsep efektivitas yang dikenal. Pertama, berkaitan dengan hubungan antara teori-teori organisasi yang modern maupun klasik tentang output dan input. Kedua, menganggap efektivitas sebagai perbandingan/tingkatannya dimana sasaran yang dikemukakan dapat dianggap tercapai. Ketiga, untuk memahami efektivitas adalah “Efektivitas Eksternal” atau perbandingan antara evaluasi lingkungan satu unit output dengan evaluasi satu unit input (masukan). Konsep ini pada prinsipnya tidak berbeda dengan pendekatan yang disebutkan pertama. Keempat, adalah kemampuan system untuk tetap berlangsung, beradaptasi dan berkembang tanpa mempedulikan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai. Berdasarkan pendapat diatas, terdapat sejumlah konsep efektivitas adalah sebagai berikut : a. Hubungan antara teori organisasi modern maupun teori klasik tentang output dan input. b. Perbandingan /tingkatan dimana sasaran yang dikemukakan dapat dianggap tercapai. c. Perbandingan antara evaluasi lingkungan satu unit output dengan satu unit input. d. Kemampuan system untuk tetap berlangsung, beradaptasi dan berkembang tanpa mempedulikan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Siagian (1998:151) mengemukakan :
efektivitas adalah kalau seseorang berbicara tentang efektivitas sebagai orientasi kerja berarti yang menjadi sorotan perhatian adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan tersebut. Artinya jumlah dan jenis-jenis sumber yang akan digunakan sudah ditentukan sebelumnya dan dengan pemanfaatan sumber-sumber itulah hasil-hasil tertentu harus dicapai dalam batas waktu yang telah ditetapkan pula. Berdasarkan pengertian di atas, maka efektivitas sebagai orientasi kerja adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan tersebut, artinya jumlah dan jenis-jenis sumber yang akan digunakan sudah ditentukan sebelumnya dan hasil-hasil tertentu harus dicapai dalam batas waktu yang telah ditetapkan pula. Siagian (2001 : 160), mengemukakan : Efektivitas kerja adalah Aparatur yang berhasil guna atau efektif berarti mampu memanfaatkan dana, daya, sasaran, prasaranan dan sumber daya manusia yang telah ditentukan atau dialokasikan dengan hasil yang optimal – bahkan jika mungkin maksimal – dalam batas waktu yang telah ditetapkan pula. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa efektivitas kerja merupakan “Saudara Kembar” dari efisiensi. Berdasarkan pengertian di atas, maka pegawai yang efektif adalah pegawai yang mampu memanfaatkan sumber dana, sumber daya, sarana dan waktu yang etlah ditentukan. Efektivitas kerja merupakan “saudara kembar” dari efisiensi. Emmerson dalam Handayaningrat (1996 : 16), menyatakan bahwa “Efektivitas berarti pengukuran adalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”. Handayaningrat (1996 : 16) lebih lanjut menegaskan : “Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai
dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi kalau tujuan dan sasaran itu tidak selesai dengan waktu yang telah ditentukan, pekerjaan itu tidak efektif”. Sujadi (1989 : 37), menyatakan bahwa “efektivitas berarti kegiatan yang telah dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai waktu yang telah ditetapka, namun target-target yang telah tercapai itu harus dihubungkan dengan mutunya “. Ya’qub (1984 : 39), menyatakan bahwa “Efektivitas kerja adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan manajemen dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan lebih dahulu”. 3.
Sikap Mental Sinungan (2009 : 1) mengemukakan bahwa : Pada dasarnya produktivitas mencakup sikap mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan diri bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah lebih baik dari hari ini. Selanjutnya Sinungan (2009 : 5) menyatakan bahwa “ Dalam rangka mewujudkan produktivitas maka perlu dihindari sikap mental seperti kerja bermalas-malasan, korupsi jam kerja, kerja santai”. Sinungan (2009 : 5) menegaskan adanya enam sikap mental yang tidak produktif adalah : a. b. c. d. e. f.
Budaya konsumtif Sikap hidup destruktif Sikap nrima Sikap status oriented Sikap pasif terhadap hidup Budaya jam karet
Metoda Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey . Menurut Sugiyono (2012 : 6), “Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya”. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah : 1. Studi kepustakaan adalah upaya memperoleh informasi dengan cara membaca dan mengumpulkan bahan-bahan dokumentasi serta bukubuku yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian. 2. Studi lapangan, meliputi : a. Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan langsung yang terkait dengan objek penelitian. b. Kuesioner adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan yang bersifat tertutup yaitu daftar pertanyaan yang telah disediakan alternative jawabannya sehingga dalam menjawabreponden tinggal memilih salah satu diantara jawaban yang tersedia. Analisis Data Teknik analisa data adalah ketentuan yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Dalam menganalisis data hasil penelitian, penulis menggunakan metode
kuantitatif dengan alat uji statistik yaitu Analisis Regresi dan Path Analysis (Analisis Jalur). Tujuan penggunaan analisis regresi adalah untuk memprediksikan seberapa besar pengaruh nilai variable dependen ( variable terikat), bila nilai ( variable bebas ) dimanipulasi/dirubah –rubah atau
variabel independen
dinaikturunkan. Path analysis digunakan untuk mengetahui pengaruh langsung, pengaruh tidak lansung dan pengaruh total dari variable bebas (X1 dan X2 ) terhadap variabel terikat ( Y). Desain Penelitian
∈
X1 Y X2 Gambar 3.1. Desain Penelitian
Keterangan : X1
= Motivasi
X2
= Disiplin
Y
= Produktivitas kerja
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Sekretaris Desa Yang Telah Diangkat Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Cirebon Dari hasil penelitian terhadap responden dengan mengunakan alat ukur penyebaran kuesioner bobot skor variabel Motivasi sebesar 77,59 % dengan kriteria baik artinya dorongan
bekerja mulai tumbuh dengan baik, dapat di
uraikan masing-masing indikator dari dimensi sebagai berikut : (1) Kebutuhan akan prestasi sebesar 76,16 % dengan kriteria baik, optimalisasi melaksanakan tupoksi, prestasi adalah hasil pekerjaan, dapat memberikan manfaat, dan pengembangan karir sudah mulai tumbuh dengan baik dengan meningkatnya produktivitas kerja sekretaris desa, (2) Kebutuhan akan afiliasi sebesar 77,74% dengan kriteria baik, artinya indikator suka bekerja sama, menjalin persaudaraan, suka membantu rekan kerja, dan menghindari konflik adalah hal yang ingin ditingkatkan untuk meningkatkan produktivitas kerja sekretaris desa. (3) Kebutuhan akan Kekuasaan sebesar 78,87 % dengan kriteria
baik , artinya
indikator senang menjadi pemimpin, suka memerintah, senang berargumentasi, senang berbicara di depan umum merupakan sesuatu yang paling diinginkan dibandingkan dengan dimensi lainnya dari variable motivasi karena kebutuhan akan kekuasaan menjadi
motivasi tertinggi untuk meraih kesuksesan dalam
pekerjaan. Dari hasil penelitian analisis jalur, diperoleh pengaruh total motivasi terhadap produktivitas kerja sekretaris desa adalah sebesar 33,50 %, dengan
rincian pengaruh langsung motivasi terhadap produktivitas kerja sekretaris desa sebesar 19,00 % dan pengaruh tidak langsung motivasi terhadap produktivitas kerja sekretaris desa sebesar 14,50% . Pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja sekretaris desa memiliki sifat positif yang besaran pengaruh total berdasarkan penelitian analisis jalur sebesar 33,50 %,
maka ini berarti makin tinggi motivasi akan semakin
meningkatkan produktivitas kerja sekretaris desa, artinya motivasi secara nyata berpengaruh kuat terhadap produktivitas kerja sekretaris desa di Kabupaten Cirebon atau dapat diinterpretasikan bahwa motivasi kerja akan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja sekretaris desa. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Suhartono (2012), menunjukkan bahwa secara parsial setiap variable motivasi berpengaruh positif yang signifikan dengan variable produktivitas kerja. Secara simultan ada hubungan dan pengaruh antar variable motivasi dan disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja. Pengaruh yang besar motivasi terhadap produktivitas kerja sekretaris desa ini sejalan dengan teori yang ada bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan efisien serta terintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai tujuan atau kepuasan. Motivasi yang perlu ditumbuhkan dalam diri organisasi adalah motivasi kerja yang merupakan sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan untuk mau bekerja lebih giat, juga motivasi yang tinggi dapat mengarahkan individu memenuhi keinginan atau kebutuhan akan prestasi,
afiliasi dan kekuasaan (teori kebutuhan Mc. Clelland). Maka hasil penelitian penulis memperkuat teori sebagaimana tersebut di atas. Kondisi riil yang ada baik berdasarkan hasil pengamatan langsung penulis sebagai sekretaris kecamatan dan keterangan dari masyarakat dan kepala desa bahwa produktivitas kerja sekretaris desa masih belum berjalan secara optimal dan hasilnya pun belum memberikan kepuasan yang maksimal pada masyarakat, seperti permohonan pelayanan masyarakat membuat Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga yang tidak segera didaftarkan ke kantor kecamatan pada hari itu juga sehingga dapat menghambat pelayanan kepada masyarakat. Melihat kondisi tersebut maka motivasi baik motivasi yang timbul dari dalam diri (internal) maupun yang dari luar (eksternal) sangat diperlukan bagi sekretaris desa agar sekretaris desa memiliki dorongan yang kuat untuk dapat meningkatkan produktivitas
kerjanya
sehingga
dapat
meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat secara optimal.
Uraian hasil penelitian tersebut di atas dapat menjawab hipotesis penelitian, yaitu bahwa “terdapat pengaruh yang besar motivasi terhadap produktivitas kerja sekretaris desa yang telah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasarkan Cirebon”.
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2007 di Kabupaten
Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Sekretaris Desa Yang Telah Diangkat Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Cirebon
Dari hasil penelitian terhadap responden dengan mengunakan alat ukur penyebaran kuesioner bobot skor variabel Disiplin sebesar 80,19 % dengan kriteria baik artinya kepatuhan kerja dapat dijalankan dengan baik, dapat di uraikan masing-masing indikator dari dimensi sebagai berikut : (1) ketaatan terhadap peraturan sebesar 80,51 % dengan kriteria baik, artinya indikator taat perintah, pulang kerja tepat waktu, ijin pimpinan jika meninggalkan kantor, surat keterangan ijin sudah dilaksanakan dengan baik sehingga akan dapat meningkatkan produktivitas kerja sekretaris desa, (2) ketaatan terhadap prosedur kerja
sebesar 78,81% dengan kriteria baik, artinya indikator bekerja sesuai
pedoman, bekerja sesuai jadwal, bekerja sesuai prosedur pelayanan adalah hal yang selalu ingin ditingkatkan untuk meningkatkan produktivitas kerja sekretaris desa. (3) Sanksi terhadap pelanggaran sebesar 80,89 % dengan kriteria baik , artinya indikator siap menerima sanksi, penjatuhan hukuman disiplin, pemberian sanksi oleh pimpinan, bobot sanksi diberikan sesuai dengan jenis pelanggaran merupakan sesuatu yang paling dijaga dan dipatuhi sehingga sanksi pelanggaran tidak akan menimpa sekretaris desa. Dari hasil penelitian analisis jalur, diperoleh pengaruh total disiplin terhadap produktivitas kerja sekretaris desa adalah sebesar 32,64 %, , dengan rincian pengaruh langsung disiplin terhadap produktivitas kerja sekretaris desa
sebesar 18,14 % dan pengaruh tidak langsung disiplin terhadap produktivitas kerja sekretaris desa sebesar 14,50%. Pengaruh disiplin kerja terhadap produktivitas kerja sekretaris desa memiliki sifat positif yang besaran pengaruh total berdasarkan penelitian analisis jalur sebesar 32,64 %, maka ini berarti makin tinggi disiplin kerja akan semakin meningkatkan produktivitas kerja sekretaris desa, artinya disiplin kerja secara nyata berpengaruh kuat terhadap produktivitas kerja sekretaris desa di Kabupaten Cirebon atau dapat diinterpretasikan bahwa disiplin kerja akan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja sekretaris desa. Hasil penelitian terdahulu Suhartono (2012) membuktikan bahwa disiplin kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja. Pengaruh yang besar disiplin kerja terhadap produktivitas kerja sekretaris desa ini sejalan dengan teori yang ada bahwa disiplin kerja memegang peranan penting dalam suatu organisasi, tanpa disiplin kerja pegawai, sulit bagi organisasi untuk mencapai hasil yang optimal. Disiplin merupakan tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis dan berindikasi terhadap kegairahan kerja yang sangat berpengaruh kepada efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi. Maka hasil penelitian penulis memperkuat teori sebagaimana tersebut di atas. Kondisi riil yang ada baik berdasarkan hasil pengamatan langsung penulis sebagai sekretaris kecamatan dan keterangan dari masyarakat dan kepala desa bahwa produktivitas kerja sekretaris desa masih belum berjalan secara optimal dan hasilnya pun belum memberikan kepuasan yang maksimal pada masyarakat,
seperti sering diabaikannya ketentuan prosedur pelayanan yang sudah ditetapkan sehingga sering terhambat dalam proses pelayanan selanjutnya di tingkat kecamatan atau di tingkatan instansi pelayanan yang lebih tinggi,
sehingga
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat menjadi tidak lancar. Melihat kondisi tersebut maka pimpinan sekretaris desa dalam hal ini kepala desa harus memberikan contoh kedisiplinan dan dapat memberikan sanksi yang tegas kepada sekretaris desa bila melanggar peraturan disiplin kerja dan peraturan lainnya. Dengan disiplin kerja yang tinggi diharapkan sekretaris desa dapat meningkatkan produktivitas
kerjanya
sehingga
dapat
meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat secara optimal. Uraian hasil penelitian tersebut di atas dapat menjawab hipotesis penelitian, yaitu bahwa “terdapat pengaruh yang besar disiplin kerja terhadap produktivitas kerja sekretaris desa yang telah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2007 di Kabupaten
Cirebon”. Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Secara Bersama-sama Terhadap Produktivitas Kerja Sekretaris Desa Yang Telah Diangkat Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Cirebon Dari hasil penelitian terhadap responden dengan menggunakan alat ukur penyebaran kuesioner bobot skor variabel produktivitas kerja sebesar 72,84 % dengan kriteria baik, artinya sekretaris desa sudah mulai bekerja untuk menghasilkan suatu produk pekerjaan yang optimal, dapat diuraikan masing-
masing dimensi sebagai berikut : dimensi efisiensi sebesar 72,91 % (baik), efektivitas sebesar 71,13 % (baik) dan sikap mental sebesar 74,16 % ( baik). Hasil pengujian hipotesis dari analisis jalur menunjukkan bahwa pengaruh motivasi kerja terhadap produktivitas kerja sebesar 33,50 % dan pengaruh disiplin kerja terhadap produktivitas kerja sebesar 32,64 %. Motivasi dan disiplin kerja memberikan pengaruh bersama-sama terhadap produktivitas kerja sebesar 66,10 %, hal ini berarti terdapat faktor di luar motivasi dan disiplin kerja yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja sebesar 33,9 % yang tidak termasuk variable penelitian ini. Pengaruh motivasi dan disiplin kerja bersifat positif terhadap produktivitas kerja, artinya makin tinggi motivasi dan disiplin kerja maka akan semakin meningkat produktivitas kerja sekretaris desa di Kabupaten Cirebon. Pengaruh motivasi dan disiplin kerja juga bersifat signifikan, artinya bahwa motivasi dan disiplin kerja berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja sekretaris desa di Kabupaten Cirebon. Sejalan dengan peneliti terdahulu Suhartono (2013) membuktikan bahwa motivasi dan disiplin kerja berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Produktivitas kerja sekretaris desa dapat dicapai secara optimal jika adanya motivasi kerja yang positif, semakin tinggi motivasi dalam bekerja maka produktivitas kerja yang dihasilkan akan semakin baik pula. Dengan demikian motivasi memberikan sumbangan positif terhadap produktivitas kerja sekretaris desa sehingga pelayanan yang diberikan pun dapat diberikan secara optimal.
Disiplin kerja yang baik yaitu disiplin kerja yang didorong oleh kesadaran diri terhadap tugas dan tanggung jawabnya masing tanpa adanya paksaan dari pimpinan. Sikap untuk mematuhi dan melaksanakan tugas dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab merupakan kunci pokok dalam rangka memegang teguh disiplin. Semakin tinggi tugas dan tanggungjawabnya dan semakin patuh terhadap peraturan atau tata tertib maka diharapkan akan menumbuhkan semangat kerja dan gairah kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Dengan demikian disiplin kerja memberikan sumbangan positif terhadap produktivitas kerja sekretaris desa. Motivasi dan disiplin kerja merupakan landasan yang paling penting bagi seorang pegawai dalam hal ini sekretaris desa yang akan menciptakan sekretaris desa yang berprestasi dan terampil. Sekretaris desa yang demikian akan sangat diperlukan bagi organisasi pemerintahan desa di Kabupaten Cirebon. Dimana sekretaris desa tersebut akan menjalankan pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab dan bersemangat. Sehingga hasil kerja yang diperolehnya maksimal dan memuaskan. Ini berarti produktivitas kerja sekretaris desa tersebut efektif dan efisien serta memiliki sikap mental yang baik. Penelitian penulis telah memperkuat teori yang sudah ada sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Kondisi riil yang ada baik berdasarkan hasil pengamatan langsung penulis sebagai sekretaris kecamatan dan keterangan dari masyarakat dan kepala desa bahwa produktivitas kerja sekretaris desa masih belum berjalan secara optimal dan hasilnya pun belum memberikan kepuasan yang maksimal pada masyarakat, seperti permohonan pelayanan masyarakat membuat Kartu Tanda Penduduk dan
Kartu Keluarga yang sering mengalami keterlambatan dan sering diabaikannya ketentuan prosedur pelayanan yang sudah ditetapkan sehingga sering terhambat dalam proses pelayanan selanjutnya di tingkat kecamatan atau di tingkatan instansi pelayanan yang lebih tinggi, sehingga pelayanan yang diberikan kepada masyarakat menjadi terhambat atau tidak lancar. Melihat kondisi tersebut maka motivasi diri dalam diri sekretaris desa perlu ditingkatkan dan pemberian motivasi dari luar pun perlu diberikan baik oleh pimpinannya maupun oleh orang-orang terdekat selain itu pimpinan sekretaris desa dalam hal ini kepala desa harus memberikan contoh kedisiplinan dan dapat memberikan sanksi yang tegas kepada sekretaris desa bila melanggar peraturan disiplin kerja dan peraturan lainnya. Dengan motivasi dan disiplin kerja yang tinggi diharapkan sekretaris desa dapat meningkatkan produktivitas kerjanya sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara optimal. Uraian hasil penelitian tersebut di atas dapat menjawab hipotesis penelitian, yaitu bahwa “terdapat pengaruh yang besar motivasi dan disiplin kerja terhadap produktivitas kerja sekretaris desa yang telah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil berdasarakan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2007 di Kabupaten Cirebon”.
Hubungan Antara Motivasi dan Disiplin Kerja Pengaruh Variabel X1 , X2 dan Variabel Lain
( Ɛ ) Terhadap Y, maka
terdapat hubungan antara motivasi dengan disiplin kerja atau korelasi X1 dengan
X2 (rx1x2), hasil output SPSS 17.0
diperoleh nilai 0,781 dengan sig.=0,000
adalah signifikan karena sig < 0,05. Berdasarkan hasil output SPSS 17.0 di atas maka terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara X1 dengan X2 atau antara motivasi dengan disiplin kerja, ini artinya bahwa motivasi dapat meningkatkan disiplin kerja yang tinggi sekretaris desa dan sebaliknya disiplin kerja dapat meningkatkan motivasi yang tinggi sekretaris desa, ada hubungan timbal balik antara motivasi dan disiplin kerja. Sebagai contoh motivasi dalam diri dan motivasi dari luar seperti pemberian penghargaan atas prestasi kerja maka motivasi tersebut dapat membuat sekretaris desa untuk lebih meningkatkan disiplin kerja. Contoh sebaliknya disiplin kerja yang sudah tertanam dalam diri dapat memotivasi sekretaris desa untuk melakukan hal yang terbaik, contoh lainnya adalah penilaian disiplin kerja sekretaris desa oleh pimpinan dinilai baik dalam DP3 dapat meningkatkan motivasi untuk bekerja lebih baik lagi. Simpulan dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil penelitian “ Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Sekretaris Desa Yang Telah Diangkat Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2007 Di Kabupaten Cirebon”, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Motivasi kerja meliputi kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan afiliasi dan kebutuhan akan kekuasaan. Hasil penelitian dapat menjawab hipotesis bahwa terdapat pengaruh yang besar
motivasi terhadap produktivitas
kerja, artinya secara nyata motivasi kerja berpengaruh terhadap produktivitas kerja sekretaris desa di Kabupaten Cirebon. 2. Disiplin kerja meliputi ketaatan terhadap peraturan, ketaatan terhadap prosedur kerja dan sanksi terhadap pelanggaran. Hasil penelitian dapat menjawab hipotesis bahwa terdapat pengaruh yang besar disiplin kerja terhadap produktivitas kerja, artinya secara nyata disiplin kerja berpengaruh terhadap produktivitas kerja sekretaris desa di Kabupaten Cirebon. 3. Hasil penelitian dapat menjawab hipotesis bahwa Motivasi dan disiplin kerja secara bersama-sama berpengaruh yang besar terhadap produktivitas kerja sekretaris desa, artinya secara nyata motivasi dan disiplin kerja berpengaruh terhadap produktivitas kerja sekretaris desa di Kabupaten Cirebon. Semua pengaruh bersifat positif, artinya makin baik motivasi sekretaris desa meliputi kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan afiliasi dan kebutuhan akan kekuasaan juga disiplin kerja yang meliputi ketaatan terhadap peraturan, ketaatan terhadap prosedur dan sanksi terhadap pelanggaran, akan makin meningkatkan produktivitas kerja sekretaris desa di Kabupaten Cirebon. Itu juga tidak lepas dari faktor di luar motivasi dan disiplin kerja yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja yaitu variable lain diluar penelitian seperti pengaruh
pimpinan, pengaruh lingkungan kerja, pengaruh sarana dan prasarana dan sebagainya yang berpengaruh di luar pengaruh motivasi dan disiplin kerja.
Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Cirebon hendaknya selalu dapat meningkatkan motivasi sekretaris desa yang telah diangkat menjadi PNS dengan cara : a. Memberikan penghargaan kepada sekretaris desa yang berprestasi berupa piagam penghargaan atas prestasi yang diraihnya dan bentuk-bentuk penghargaan lainnya. b. Menyelenggarakan pelatihan peningkatan kapasitas sekretaris desa seperti penyelenggaraan bimbingan teknis administrasi desa dan bimbingan teknis peningkatan pelayanan kepada masyarakat. c. Memberikan insentif sebagai pengelola administrasi desa. 2. Camat
sebagai
pembina
kepegawaian
sekretaris
desa
hendaknya
mengagendakan secara rutin kegiatan pembinaan kepegawaian kepada sekretaris desa yang telah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. 3. Kepala Desa atau Kuwu sebutan nama lain di wilayah Kabupaten Cirebon sebagai pimpinan atau atasan langsung sekretaris desa hendaknya dapat meningkatkan disiplin kerja sekretaris desa yang telah diangkat menjadi PNS dengan cara :
a. Melakukan monitoring dan evaluasi terkait ketaatan sekretaris desa terhadap peraturan dan prosedur kerja, seperti ketaatan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. b. Memberikan sanksi lisan maupun tertulis bila kedapatan melanggar peraturan disiplin pegawai dan peraturan lainnya. c. Kuwu agar dapat menjadi contoh kepemimpinan dan segala bentuk tingkah laku yang baik bagi sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. 4. Upaya peningkatan produktivitas kerja sekretaris desa hendaknya dilakukan secara sinergi antar berbagai pihak terkait melalui peningkatan motivasi kerja dan disiplin kerja sekretaris desa, sebab berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi dan disiplin kerja bersama-sama berpengaruh terhadap produktivitas kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Al Rasyid, Harun. (1994). Statistika Sosial, Penyunting : Teguh Krismantoro. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Padjajaran. Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Fattah, Nanang. (2011). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya. Gie, The Liang. (1982). Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta : Nur Cahaya. Hadi, S. (1997). Metode Penelitian Riset. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Handayaningrat, Soewarno. (1996). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta : Gunung Agung. Handoko, T. Hani. (1989). Manajemen. Yogyakarta : BPFE UGM. ……(1990). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Ghalia Indonesia. ……(1998). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE UGM. Hasibuan, Malayu. (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Haji Masagung. Heidjrachman dan Husnan. (2002). Manajemen Personalia. Yogyakarta : BPFE UGM. Indrawijaya, Adam Ibrahim. (1998). Perilaku Organisasi. Bandung : Sinar Baru. Kas, Fremont dan Losenzweig, James, E. (2002). Organisasi dan Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara. Manullang, M. (1996). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia. Moekijat. (1998). Kamus Kepegawaian. Bandung : Bale Bandung. Nitisemito, Alex S. (1997). Manajemen Suatu Dasar dan Pengantar. Jakarta : Arena Ilmu.
Riduwan dan Akdon. (2010). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung : Alfabeta Santoso, Singgih. (2007). Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 17.0 for Windows. Jakarta : Elex Media Komputindo. Sedarmayanti. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung : PT Refika Aditama. Siagian, Sondangs P. (2009). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta : Rineka Cipta. ……(2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta. Sinungan, Muchdarsyah (2009). Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara. Sitepu, Nirwana. SK. (1995). Analisa Jalur (Path Analysis). Bandung : Program Pascasarjana Universitas Padjajaran. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta. ……(2008). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta Suradinata, Ermaya. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Erlangga. Westra, Pariata. et.al. (2001). Ensiklopedia Administrasi. Jakarta : Haji Masagung. Wursanto. (1985). Dasar-Dasar Manajemen Personalia. Jakarta : Prenhalindo. Peraturan- Peraturan : Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2007 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa Menjadi Pegawai Negeri Sipil Peraturan Bupati Cirebon Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Desa