Eva Dewi, Peningkatan Kompetensi Komunikatif Bahasa Arab
49
PENINGKATAN KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA ARAB (MAHARAH AL-KALAM) DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)
Eva Dewi
. .
, , . . .
. ,
Contextual Teaching Learning (CTL)
)
, (ﻟﻠﻐﺔ
Kata Kunci : Kompetensi, Bahasa Arab A. Latar Belakang Bahasa Arab sebagai bahasa kedua setelah bahasa Ibu memiliki prinsip dasar pembelajaran yang berbeda, baik dalam hal metode, materi, maupun proses pembelajarannya.
Salah
satu
prinsip
linguistik
menyatakan bahwa bahasa itu pertama- tama adalah ujaran, yakni bunyi – bunyi bahasa yang diucapkan dan bisa didengar. Atas dasar itulah beberapa ahli pengajaran bahasa menetapkan satu prinsip bahwa pengajaran bahasa harus dimulai dengan mengajarkan aspek-aspek pendengaran dan pengucapan sebelum membaca dan menulis. 49
50
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
Perlu ditegaskan bahwa pembelajaran adalah sebuah sistem, yaitu terdiri dari berbagai unsur dan komponen saling berhubungan dan mempengaruhi. Pembelajaran bahasa Arab selama ini mengalami problem yang berkepanjangan, karena dianggap paling sulit bagi peserta didik, tidak menyenangkan, hasil belajar kurang maksimal, maka diharapkan guru dapat menimalisasi problem tersebut sehingga bahasa Arab dianggap bahasa yang mudah dimengerti, menyenangkan dan menjadi suatu kebutuhan bukan hanya sebagai suatu hal yang harus dipelajari bagi peserta didik. Oleh karena itu seorang guru sangat dituntut tidak hanya memiliki kemahiran berbahasa tetapi juga kemahiran dalam mengajarakan bahasa. Sebagaimana ditegaskan Ahmad Fuad Effendi bahwa Kemahiran seseorang dalam suatu bahasa tidak menjamin kemahirannya mengajarkan bahasa tersebut kepada orang lain. Mahir berbahasa adalah satu hal dan mahir mengajarkan bahasa adalah hal yang lain. Seorang guru Bahasa Arab harus menguasai setidaktidaknya tiga hal yaitu (1) kemahiran berbahasa Arab, (2) pengetahuan tentang bahasa dan budaya Arab, (3)keterampilan mengajarkan bahasa Arab. Dalam pembelajaran bahasa Arab memiliki empat kemahiran, yaitu kemahiran menulis (اﻟﻜﺘﺎﺑﮫ kemahiran mendengar(
)ﻣﮭﺎرة,
kemahiran membaca(
ﻣﮭﺎرة اﻟﻶﺳﺘﻤﺎع
)ﻣﮭﺎرة اﻟﻘﺮاءة,
)dan kemahiran berbicara
)ﻣﮭﺎرة
( اﻟﻜﻼم. Kemahiran berbicara merupakan kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Kegiatan berbicara di dalam kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yakni antara pembicara dengan pendengarnya secara timbal balik. Dengan demikian latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh (1) kemampuan mendengarkan, (2) kemampuan mengucapkan, dan (3)
Eva Dewi, Peningkatan Kompetensi Komunikatif Bahasa Arab
51
penguasaan (relatif) kosakata dan ungkapan yang memungkinkan peserta didik dapat mengkomunikasikan maksud, gagasan atau fikirannya. Kenyataannya, pembelajaran bahasa Arab selama ini sangat menonton, hanya menekankan pada pemahaman tata bahasa, menyelesaikan materi, dengan metode tradisional sehingga peserta didik merasa takut, .
Banyak metode pembelajaran bahasa yang telah dikemukakan para ahli bahasa, antaranya pembelajaran bahasa dengan pendekatan kontektual learning (CTL). Lahirnya pembelajaran kontektual dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan terhadap pola pikir behavioristik dalam pembelajaran yang hanya berorientasi pada latihan rangsangan-tanggapan (stimulus-respon). Nurhadi (2004) menjelaskan bahwa Pembelajaran kontektual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Kegiatan pembelajaran yang selama ini berorientasi kepada guru (teacher centered), bagaimana dirubah dengan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered). Sehingga siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, dan proses belajar akan produktif jika siswa berperan aktif dalam proses belajar. Jadi, bagaimana guru bahasa Arab tidak hanya mengajarkan apa itu bahasa tetapi mampu mengajarkan bahasa kepada siswa, sehingga mampu berinteraksi dan berkomunikasi bahasa arab sesuai dengan konteks realitis dan relevan dengan kehidupan mereka sehingga bahasa arab tidak asing bagi mereka, mudah dan menyenangkan.
B. Pengajaran Kompetisi Komunikatif (Maharah al-Kalam) i.
Guru harus memiliki kemampuan yang tinggi dalam berbicara.
ii.
Guru mulai kata yang sama antara dua bahasa (bahasa pertama dan bahasa kedua)
52
iii.
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
Guru mulailah pelajaran bertahap. Mulai dengan lafaz yang mudah dari dua kalimat atau lebih.
iv.
Mulailah
dengan
mufrodat
yang
berkembang.
Artinya
mulailah
mengucapkan kata-kata yang lazim atau sering bagi siswa. Sehingga pengucapan itu tidak asing dan sulit bagi siswa. v.
Menjauhi kata-kata yang panjang dalam pengajaran permulaan.
vi.
Guru harus memperhatikan bagaimana mengeluarkan kata atau suara dari tempat yang benar. Sebagaimana yang dijelaskan Dr. Jaudat Arrukkab bahwa
guru Bahasa Arab harus memiliki ucapan yang baik. Karena
ucapan yang baik dan fashih adalah sarana utama untuk mengajarkan bahasa Arab sehingga siswa memiliki kemahiran berbahasa dan mereka merasakan indahnya bahasa Arab dan manisnya ucapannya dan indah situasinya. vii.
Berbeda antara pengucapan yang memiliki harkat panjang dan pendek. Sesuai dengan yang dijelaskan Nashif Musthofa Abdul Aziz dalam bukunya Al-Al’ab al-Lughowiyyah fiy Ta’liimil al-Lughoot al-Ajnabiyyah bahwa pengucapan harus sesuai dengan makna. Dalam arti kesalahan pengucapan menyebabkan kesalahan yang besar dalam makna. Intonasi suara tinggi dan rendah, mengungkapkan pemikiran dengan metode yang mudah diterima oleh anak didik dengan menjaga susunan (tarkib) yang benar waktu pengucapan,
viii.
Menggunakan isyarat dan petunjuk tanpa dilafazkan, mengucapkan bahasa sesuai dengan kemampuan anak didik.
ix.
Menjaga situasi yang sesuai waktu mengucapkan, menggunakan suara yang keras waktu mengucapkan, siswa berlatih bagaimana memulai pembicaraan dan menghentikan pembicaraan dengan cara alami.
x.
Guru menyesuaikan dengan situasi komunikasi yang sesuai dengan siswa seperti di kereta api, di jalan, di pasar, berubat ke dokter, mengucapkan selamat dating kepada tamu, dan mengunjungi teman dll.
Eva Dewi, Peningkatan Kompetensi Komunikatif Bahasa Arab
53
C. Konsep Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) Pembelajaran Kontektual atau Contextual Teaching Learning (CTL) adalah suatu konsep pembelajaran yang mengaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi pembelajar untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara dan tenaga kerja. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Kontekstual antara lain dijelaskan oleh Johnson (2001) yang menyebut 8 perilaku siswa dalam proses belajar, yaitu (1)melakukan hubungan yang bermakna, (2) melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan, (3)mengatur kegiatan belajar sendiri. (4) bekerja sama, (5) berpikir kreatif dan kreatif, (6) mengasuh atau memelihara pribadi siswa, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian autentik Ada beberapa komponen utama yang mendasari penerapan pembelajaran kontektual di kelas. (Nurhadi (2004) menyebut adanya 7 komponen sebagai berikut : 1. Konstruktivisme, sebagai filosofi yang mengembanmgkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2. Inquiri (Menemukan), sebagai strategi belajar untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. 3. Bertanya, sebagai alat belajar untuk mengembangkan sifat ingin tahu siswa. 4. Masyarakat belajar, dalam bentuk kelompok-kelompok, sebagai wadah lingkungan belajar. 5. Pemodelan (guru, siswa lain, penutur asli, karya inovasi), sebagai acuan pencapaian kompetensi. 6. Refleksi, sebagai langkah akhir dalam proses belajar, agar siswa merasa bahwa mereka telah mempelajari sesuatu.
54
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
7. Penilaian sebenarnya (autentik), utnuk menilai apa yang seharusnya dinilai, meliputi proses dan hasil, dari berbagai sumber dan dengan berbagai cara. D. Strategi Umum Pembelajaran Kontekstual Center of Occupational Research And Development (CORD) menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual yaitu : 1. Relating
: Belajar dikaitkan dengan konteks pengelaman kehidupan nyata.
2. Experiencing : Belajar
ditekankan
kepada
penggalian
(eksplorasi),
penemuan (discovery), dan penciptaan (invention). 3. Applying
: Belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan didalam konteks pemanfaatannya.
4. Cooperating : Belajar
melalui
konteks
komunikasi
interpersonal,
pemakaian bersama dan sebagainya. 5. Transfering : Belajar melalui pemanfaatan pengetahuan didalam situasi atau konteks baru. Jelaslah bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching Learning, guru harus menyampaikan materi dengan mengaitkan pengalaman dengan menekankan pada penggalian, penemuan dan penciptaan, belajar kerjasama dengan memanfaatkan pengetahuan di dalam situasi yang bervariasi dan menyenangkan. E. Sinergis Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Dalam pembelajaran bahasa, Pendekatan Kontekstual merupakan sinergi antara berbagai pendekatan, strategi, dan model pembelajaran, dapat dikatakan telah diterapkan jika indikator-indikator berikut ini telah terpenuhi : Jika guru mengajarkan keterampilan berbahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa.
Eva Dewi, Peningkatan Kompetensi Komunikatif Bahasa Arab
i.
55
Jika guru menargetkan pencapaian kompetensi bukan menyelesaikan materi.
ii.
Jika guru tidak bertindak sebagai actor atau penceramah, sementara siswa sebagai penonton dan pendengar.
iii.
Jika suasana kelas hidup dan menggairahkan karena siswa aktif berlatih dan bekerja sendiri atau berkelompok.
iv.
Jika siswa berlatih komunikasi dalam bahasa target, menerapkan berbagai fungsi bahasa, dan dalam konteks kehidupan yang nyata, bukan dilatih dalam pola kalimat dengan model stimulus-respon.
v.
Jika siswa memahami model dialog dari segi makna, struktur, dan konteksnya kemudian menerapkannya dalam percakapan bebas dalam konteks yang nyata; bukan hanya menghafalkan lalu memeragakannya.
vi.
Jika siswa aktif memahami bahan bacaan dan memperoleh berbagai pengalaman belajar dari sebuah teks, bukan mendengarkan guru membaca dan menerjemahkan teks.
vii.
Jika materi yang dipelajari siswa sahih, penting, bermanfaat, layak, menarik dan kontekstual.
viii.
Jika sarana dan sumber belajar di sekolah bervariasi dan berkorelasi dengan kehidupan yang nyata.
ix.
Jika lingkungan formal dan informal kondusif bagi pembelajaran bahasa dan mendukung siswa mencapai kompetensi yang diharapkan.
x.
Jika guru menilai kompetensi komunikatif siswa secara berkesinambungan mulai dari proses sampai dengan hasil, dan secara komprehensif meliputi empat keterampilan berbahasa. Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa pembelajaran kompetisi komunikatif bahasa Arab dengan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) lebih menekankan bahwa guru bukan hanya pintar bahasa akan tetapi memiliki keahlian mengajar bahasa tersebut. Mengajar bukan dengan tujuan menghabiskan materi, tetapi juga guru terampil menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dengan model pembelajaran yang bisa mengaktifkan
56
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
siswa, mampu menggunakan bahasa yang diajarkannya kepada siswa, mengaitkan materi yang diajarkan dengan kondisi nyata siswa, atau dengan bahasa yang dekat dengan siswa, sehingga siswa mampu berbahasa arab yang baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efisien. F. KESIMPULAN Pembelajaran menyenangkan
dan
Bahasa
Arab
mengsyikkan
jika
menjadi
pembelajaran
seandainya
guru
mengajarkannya dengan pendekatan dan strategi yang tepat.
yang mampu
Begitu juga
dengan pembelajaran kompetisi komunikatif (Maharah Al-Kalam) dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL), siswa diajak berkomuniaksi dengan bahasa yang mudah, menggunakan bahasa yang sesuai dengan kondisi nyata peserta didik, mudah dipahami dan situasi yang menyenangkan bagi siswa karena tujuan belajar bahasa tidak hanya penekanan pada aspek tata bahasa tetapi siswa diharapkan juga mampu berkomunikasi yang baik dengan bahasa itu sendiri. Penulis : Eva Dewi, M.Ag adalah Dosen Tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Bengkulu DAFTAR PUSTAKA Abduullah al-‘Gholi, Usussu I’dadi al-kutub al-Ta’limiyyah lighoiril an-Naathiqin bil al’Arabiyyah, Saudi Arabia : Daar ali’tishom, 1991. Abdul Aziz, Naashif al-Mushthofa, Al’al’ab al-lughowiyyah fiy ta’liim allughoot al-Ijnabiyyah, Riyadh : daar almurikh, 1983. Arrukkabi, Jaudat, Thuruq Tadriis Al-lughoh al-‘Arabiyyah, Beirut : Dar al-Fikri al Mu’ashir, 1998. Birawan, Dujalas, Usussu Ta’allum al-Lughoh Wa Ta’liimiha, Beirut: AnNakhdhoh, 1994. Bahrissalim dan Haris, Abdul, Modul Strategi dan Model-Model PAIKEM, Jakarta : DIRJEN Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2011. Fuad Effendy, Akhmad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang : Misykat, 2009.
Eva Dewi, Peningkatan Kompetensi Komunikatif Bahasa Arab
57
Fahrurrozi, Aziz dan Mahyudin, Erta, Pembelajaran Bahasa Arab, Jakarta : DIRJEN Pendidikan Islam DEPAG RI, 2009. Munir, M.Ag, Perencanaan Sistem Pembelajaran Bahasa Arab Teori dan Praktek, Palembang : IAIN Raden fatah Press, 2006. Nurhadi, dkk., Pembelajaran Kontektual dan Penerapannya dalam KBK, Malang : UNM, 2004..