uWWq!P 1-
IBH
'
! a m!P u~lneuadP
W OOOC
y!wuarl
*
qe&aj.w rxqe w e k u w s eped y!uaSsuarl ueweuq uesrrdald wnpqas '(~ZOOZ '-owes) COOZ
- 968c
u n w eu~elese!unp yruntas !P
% o mI W ~ W
!esen&alu ~ p e y a q unyq z o d q wepp B l l q g
Wlal COOZ Jwwel W P uep W eln! Z'PP
e
y!uabuw waq
unyel ~ ~eped fw y p m &reA
uewl sen1 OOOZ unllet
wwJe)req
JWW W! W ! e d ~ a l uL66C un49 eped V an! PO ' C ! P @ ~ W IWWptalu 966C
pod MeWP ey uey!saJ8arlu!!p lnqasfal uaf) 1'-uoy
n
1-4
w~=wsu?p W ~ I W d u ~ n w
w-s
uweuel WWJad
JWJW
wp undnelu ueurwq yep leswaq B u d 'ua6 laqwns p-aq
-w um. -
yep yaplad!p pdep
eygwaS eseIIeyau -rueq ygaua6 Jaqwns e&wppm@pueyw6unruaur uewuriq uqlnwad 6uepg welep ~ynaua6ese&eya uenfeway uep ~e6~8qluaq,~ad
,
aturan tersebut mengacu pada protokol intemasional, bahwa sebelum organisme transgenik (hewan, tanaman dan mikmba) dilepaskan ke lingkungan harus melalui uji resiko lingkungan. Khusus untuk tanaman transgenik, uji dilakukan untuk mengetahui pengaruh gen asing yang diintroduksikan ke dalam genom tanaman. Beberapa faktor yang bisa ditimbulkan dari intoduksi gen asing tersebut adalah kernungkhan tejadinya inkompabilitas seksual, atau kemungkinan gen tersebut berpindah dari tanaman ke organisme lain, misalnya pada tanaman sekerabat dan yang tidak sekerabat, mikroba dan hewan (Dale dan Judith, 1995). Penanaman tanaman transgehik di Indonesia secara besar-besaran dimulai pada tahun 2000.
Monsanto Co. salah satu perwahaan multinasional Qenghasil
benih tratransgenik telah menanam 465 ha kapas brrnsgenik yang mengandung gen
crylAc yang berasal dari Bmlbs fhuringmsis di Sulawesi Setatan. Uji coba mulbilokasi dilaksanakan di empat daerah, yaitu Kabupaten Takalar, Bantaeng,
Gowa dan Bulukumba pada tahun 2000. Menindaklanjuti hasil uji muttibkasi, h4entei-i Pertanian Republik Indonesia melalui SK 107/Kpts/KB.430/2/2001 mengeluarkan ijin pelepasan komersial tanaman kapas bansgenik (NuCOTN 35BBoIlgard) yang tahan tehadap Hek'cove~paamrigera secara k m i a l pada tujuh kabupaten di SulawesCSdatan, yaitu Gowa, Takalar, Bantaeng, Bulukumba,
Bone, Soppeng dan Wajo pada lahan 8.000 ha @EPTAN, 2001). Analisis Resiko Lingkungan (ARL)
beitujuan untuk menetapkan resiko
lingkungan yang mungkin muncul serta tindak lanjut yang harus dilakukan. ARL tetap haws dilakukan untuk mengontrol resiko penanaman kapas transgenik pada agroekosistem, walaupun uji multilokasi untuk adaptasi iMim dan daya h a i l di beberapa kabupaten telah dilakukan. Kajiin ARL dilakukan tertradap beberapa aspek
antara lain: aspek temadap organisrne bukan sasaran, penrbahan
metabolisrne gen dalam tanaman, kemungMnan perpindahan gen ke organisrne
sekerabat atau ke kerabat liamya, misalnya gulma belum dikaji. Kajian terhadap aspek-aspek tenebut harus dipilah-pilah karena tanaman kapas (Gossypum sp) bukan merupakan tanarnan asli Indonesia. Bila kerabat liamya tidak ada di daerah ini maka kekhawatiran akan tejadinya transfer gen ke kerabat liamya tidak mungkin tejadi (Santosa, 2001a) Petpindahan gen dari kapas transgenik ke kapas bukan transgenik melalui semk sari dapat tetjadi melalui angin dan serangga walaupun persentasenya sangat rendah, yaitu sekitar 2 %, meskipun demikian aspek tersebut p d u diteliti sebagai syarat untuk pengujmn salah satu jenis kultivar sebelum diiomersialkan ke masyarakat (Dale dan Judith. 1995) Peneliian ARL kapas transgenik telah dilalarkan di Australia selama dua tahun, hasil penelitian pada lahan 8 ha menunjukkan bahwa terjadi penyebaran gen dad kapas transgenik sebesar 1.7 % pada plot uji 1 meter dan 0.08 % pada plat uji 4 meter dari 0,15% dari generasi F2 yang diuji dan pada tahun kedua ditemukan
sebesar 0.4 % pada plot uji 1 meter dan 0.03% masingmasing pada plot uji 1 meter dan 4 meter dari areal penyangga ( b m r mws) (Liewellyn dan F i i ,1996). Pmtokol uji analisis lingkungan yang berfaku di suatu wihyah m a - b e d a tergantung agmMirnatologi dan ekosistem wilayah yang akan ditanami tanaman transgenik. Kajiin yang telah dilaksanakan di daerah sub tropis yang kondisi iMim jauh berbeda belum bisa dijadikan ntjukan untuk pelepasan tanaman bansgenik di daerah bopis. Mengingat Indonesia merupakan salah satu pusat mega-biodiveersity dunia, maka uji terhadap komponen-komponen tanah. tanaman dan serangga perlu dilakukan lebih teliti.
-
Salah satu metode untuk mendeteksi teijadinya penyebaran gen dari organisme transgenik ke organisme lain adalah dengan menggunakan metode Reaksi Rantai Pdimerase (Po/ymelidse Chain ReactbMCR).
Metode ini lebih
-
mudah dan akurat jika dibandingkan dengan metode lain misalnya dengan menggunakan pelacak radioaktif ataupun hibridisasi (Brown, 1993). Analisis PCR membutuhkan DNA yang mumi dan cukup untuk diam~~fikasi. Beberapa teknik isolasi DNA telah diketahui untuk mendapatkan DNA total genom dengan menggunakan jaringan daun. Seiring dengan perkembangan teknik isolasi DNA dari biji, maka dilakukan penelitian untuk mengisolasi DNA total dari biji kapas. Pengembangan metode isolasi dan purSfikasi DNA dari biji sangat penting untuk mencari gen yang telah diintroduksikan pada tanaman transgenik dan untuk kebutuhan analis biji dalam jumlah besar. Beberapa penelithn isdasi dan purifikasi DNA dari biji yang telah berhasil pada tanamanbiji kering seperti gandum, padi, keddai, jagung, sorgum. badey den beberapa biji tanaman sereal lainnya d i i e n a l k a n oleh Chunwongse et a/., (1993). Keberhasilan isolasi DNA biji pada tanaman berbiji menjadi acuan untuk melakukan isolasi DNA dari biji kapas. Dengan melakukan beberaps modifikasidari metode isolasi DNA biji yang telah dikembangkan oleh Chunwongse et a/., (1993) dan Kang et a/., (1998) maka diharapkan dipemleh DNA dari biji dalam jurnlah dan kualiis yang cukup untuk keperluan analisis PCR. Kebemasiian isolasi DNA dari biji sangat bermanfaat untuk rnendeteksi kemumian biji/benih dengan cepat melalui analisis PCR. Dengan demikian deteksi gen transgenik dan kernumian biji dapat dilakukan tanpa melalui perkecambahan biji. sehingga dapat mempercepat proses skrening biji yang diduga mengandung gen transgenik. Deteksi penyebaran gen melalui serbuk sari dari tanaman transgenik ke tanaman bukan transgenik perlu dikaji untuk melindungi petani dari klaim perusahaan penghasil benih transgenik dan timbulnya pencemaran genetik. Pencemaran genetik merupakan kasw yang terjadi pada petani kanda di Kanada
yang h a ~ rnembayar s denda kepada perusahaan penghasil benih (Monsanto Co.) karena benih kanola yang ditanam di debt lahan petani transgenik menyerbuk silang sehingga sewaktu dideteksi mengandung gen ketahanan temadap herbisida. Kasus pencemaran genetik tersebut menyebabkan Percy Schmeiser seorang petani di Saskatchewan Kanada haws rnembayar denda kepada perusahaan pemilik benih transgenik karena petani dianggap melanggar paten karena memakai benih transgenik tanpa kin (Fox, 2001). Kapas transgenik yang dikenal dengan nama dagang kapas Bdlgard, direkayasa secara genetik dengan menggunakan vektuf dari Agmbacten'um
hrmefaciem. Melalui veldof tersebut d i i s f e r gen cryiAc
ke genom tanaman
Kapas Coker 312 dan Deltapine @P5690), dengan bantuan plasmid biner. Dengan bantuan plasmid biner tersebut kapas Bollgard membawa sekuen gen cryiAc,nplll dan gen aad (Bao, 2001) Tujuan Penelitian 1. Mendapatkanteknik isdasi DNA genm total kapas dad biji.
2. Mendeteksi penyebaran gen crylAc dari tanaman kapas tranenik ( w a r d ) ke tanaman kapas bukan transgenik (Kanesia 7 dan Deltapine)
menggunakan PCR. 3. Membandiikan hasil PCR kapas transgenik denden l a b s brl&an transgenik yang mengalami perpindahan gen cfylAc unhk men$ddlisis biomultilikasisekuen. Kegunaan Penelitian Peneliian ini diiarapkan menjadi bahan masukan dalam rangka pengembangan dan uji analisis resiko lingkungan pada penanaman tanaman
-
--
transgenik di Indonesia.
Dan peneliian ini diharapkan dapat dikembangkan
metode dalam upaya mencegah terjadinya serbuk silang tanaman tmnsgenik ke tanaman bukan transgenik