HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SUB RAYON SMP N 39 KECAMATAN MEDAN MARELAN Zutirta Lubis Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dan komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru di Sub Rayon SMP N 39 Kecamatan Medan Marelan. Penelitian ini menggunakan statistik korelasional dengan responden sebanyak 78 guru di Sub Rayon SMP N 39 Kecamatan Medan Marelan. Pengumpulan data sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah, komunikasi organisasi dan kompetensi profesional guru diperoleh melalui kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi sederhana, regresi, korelasi ganda dan korelasi parsial. Hasil temuan penelitian adalah terdapat hubungan yang positif antara: (1) Sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dengan ry1 sebesar 0,668 dengan persamaan regresi Ý = 45,68 +0,59X1, (2) Komunikasi organisasi dengan ry2 sebesar 0,7313 persamaan regresi Ý = 45,13 + 0,59X2 dan sikap terhadap supervisi akademik dan komunikasi organisasi secara bersama-sama dengan kompetensi profesional guru dengan ry12 sebesar 0,7310 dengan regresi Y = 43.1191+0.001X1+0.591X2. Besarnya korelasi parsial antara sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah (X1) dengan kompetensi profesional guru (Y) bila komunikasi organisasi (X2) dianggap konstan adalah 0,405 dan korelasi parsial antara komunikasi organisasi (X2) dengan kompetensi profesional guru (Y) bila sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah (X1) dianggap konstan adalah 0,594. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa makin tinggi sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dan komunikasi organisasi maka makin baik kompetensi profesional guru di Sub Rayon SMP N 39 Kecamatan Medan Marelan. Kata Kunci : Sikap terhadap supervisi akademik, komunikasi organisasi, dan kompetensi profesional guru. A. Pendahuluan Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam keberhasilan suatu pendidikan. Hal ini memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimana lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan dan bagaimana kuatnya antusias peserta didik, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru, maka semuanya akan kurang bermakna. Aspek yang paling dominan dalam kaitannya dengan kependidikan adalah guru (pendidik), yang memang secara khusus diperuntukkan untuk Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
mendukung dan bahkan menjadi ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan. Berdasarkan hasil observasi awal, peneliti menemukan di sub rayon SMP N 39 Kecamatan Medan Marelan bahwa terdapat kurang kompetennya guru dalam mengajar, disiplin guru yang masih kurang, semangat kerja yang masih rendah, masih banyak guru yang mengajar menggunakan cara tradisional dan belum sepenuhnya mengacu pada tuntutan kurikulum dan kegiatan pembelajaran efektif dan kreatif. Belum semua guru mampu menyiapkan RPP pada saat mengajar sehingga tujuan pembelajaran yang akan dicapai kurang jelas sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar 74
siswa. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan masih rendahnya perolehan nilai OSN (Olimpiade Sain Nasional) dan UN (Ujian Nasional) siswa. Fakta lain juga ditemukannya kepala sekolah yang tidak melakukan pengawasan dengan baik terutama pengawasan terhadap pengajaran secara teratur, kepemimpinan kepala sekolah tidak dapat memberikan motivasi dan inpirasi bagi guru-guru, sehingga adanya keluhan ketidakpuasan terhadap tempat bekerja serta keadaan siswa, seperti kerja yang menjenuhkan, suasana lingkungan yang tidak kondusif, sikap sesama guru yang tidak saling mendukung. Di lain pihak ada diantara guru yang menurun semangatnya dalam mengajar, merasa bosan, jenuh dengan pekerjaannya dan masih ada guru yang belum merasa bangga memiliki peran sebagai guru sehingga keinginannya untuk terus meningkatkan kemampuan dan kompetensi profesionalnya masih kurang. Selama melaksanakan tugas mendidik di sekolah, guru menunjukkan sifat dan perilaku yang berbeda-beda, ada yang memiliki semangat dan tanggung jawab, juga ada yang tidak menunjukkan tanggung jawab yang baik. Masih ada diantara guru dalam menjalankan profesinya tidak menunjukkan panggilan jiwa dan idealismenya. Guru ini sepertinya malu dengan pekerjaan yang dilakukannya. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kompetensi profesional guru dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal dari guru itu sendiri maupun faktor eksternal yaitu dari luar diri guru. Faktor internal seperti motivasi guru untuk berprestasi, keinginan untuk maju dan berkembang, komitmen guru untuk berhasil, dan lain sebagainya. Sementara faktor ekstenal yaitu diantaranya adalah supervisi akademik kepala sekolah, komunikasi organisasi dan sebagainya berhubungan dengan peningkatan kompetensi guru di sekolah. Adapun rumusan masalah penelitain yaitu:
Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
1. Apakah terdapat hubungan positif sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru di Sub Rayon SMP N 39 Kecamatan Medan Marelan? 2. Apakah terdapat hubungan positif komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru di Sub Rayon SMP N 39 Kecamatan Medan Marelan?. 3. Apakah terdapat hubungan positif sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dan komunikasi organisasi secara bersama-sama dengan kompetensi profesional guru di Sub Rayon SMP N 39 Kecamatan Medan Marelan?. B. Kajian Pustaka, dan Hipotesis Penelitian 1. Kajian Pustaka a. Kompetensi Profesional Kompetensi berasal dari bahasa Inggris competency yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang. Seseorang dinyatakan kompeten di bidang tertentu jika menguasai kecakapan bekerja pada satu bidang tertentu. Menurut Nana Syaodih (1997:93) kompetensi adalah performan yang mengarah kepada pencapaian tujuan secara tuntas menuju kondisi yang diinginkan. Kompetensi profesional yang merupakan kemampuan dasar guru menurut Cooper (1984:15) terbagi empat komponen, yakni: (a) Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (b) Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, (c) Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, dan (d) Mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar. Kompetensi menjadi syarat mutlak menuju profesionalitas, karena kompetensi merupakan gambaran hakekat kualitatif dari perilaku seseorang. Menurut Lefra Cois dalam Jamal (2009:37), kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar stimulus akan bergabung dengan isi memori dan
75
menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan uraian di atas, maka kompetensi guru adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Kemampuan itu meliputi: (a) menguasai bahan ajar, b) mengelola program belajar mengajar, c) mengelola kelas, d) menggunakan media/sumber, e) menguasai landasan-landasan kependidikan, f) mengelola interaksi belajar mengajar, g) menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran, h) mengenal fungsi dan program layanan bimbingan serta penyuluhan, i) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, j) memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran b. Komunikasi Organisasi Effendi (2003:28) mengemukakan bahwa: bahasa komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message). Orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicate). Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa. Hardjana (2003:10) mengemukakan bahwa: kata komunikasi berasal dari kata latin cum yaitu kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda cummunio yang dalam bahasa Inggris menjadi communion dan berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. Karena untuk ber-communio diperlukan usaha dan kerja, dari kata itu dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang. Kata kerja communicare itu pada akhirnya dijadikan kata kerja benda communication, dan dalam bahasa Indonesia Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
diserap menjadi komunikasi, Berdasarkan uraian di atas, maka komunikasi organisasi yang dimaksudkan dalam penulisan ini adalah: keterbukaan (openness), empati (empary), dukungan (supporlivcness), rasa positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). c. Sikap Terhadap Supervisi Akademik Sikap (attitude) adalah satu predisposisi atau kecendrungan yang relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkahlaku atau bereaksi dengan suatu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek, lembaga atau persoalan tertentu . Dilihat dari satu titik pandang yang sedikit berbeda baik bicara positif maupun negatif (Chaplin, 2004 : 43). Dalam hal ini setiap orang dididik untuk mempunyai sikap, mulai dari sikap terhadap keluarganya (ayah/ibu), sikap terhadap lingkungannya (sekolah, dan masyarakat), dan sikap terhadap organisasi yang dibidanginya (pekerjaan, partai). Pengaruh sikap, baik berdampak positif maupun negatif akan mempengaruhi struktur regenerasi selanjutnya. Oleh karena itu Chaplin (2004) juga menyatakan bahwa psikolog sosial percaya, sumber-sumber penting sikap orang dewasa adalah propaganda dan sugesti dari penguasa, kaum usahawan, lembaga pendidikan, dan agensi lainnya, yang berusaha untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain. Oleh karena sikap itu berbeda dalam derajat maupun dalam jenisnya, para psikolog telah membuat teknikteknik untuk mengukur sikap. Beberapa tipe skala sikap telah dikembangkan untuk diterapkan pada individual dan kelompokkelompok, serta teknik-teknik masa dari penyelidikan pendapat umum telah dikembangkan untuk penafsiran dan penilaian sikap-sikap rasional. Pengukuran skala sikap yang diukur secara struktur psikolog menurut Krech (1963 : 139-140) terdiri dari tiga komponen yaitu kognisi, afeksi, dan konatif. Pernyataan kognisi, efeksi, dan konasi, ini selalu diperlihatkan seseorang dalam hal berhadapan dengan kondisi yang ada di depannya. Lebih 76
jauh salah satu dari penataan sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai penataan sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai perantara antara respon seseorang dengan objek yang bersangkutan. Gagne (1989) menyatakan bahwa sikap adalah keadaan internal yang membutuhkan tindakan pribadi yang ditujukan kepada objek, sedangkan Winkel (1999) berpendapat bahwa orang yang bersikap tertentu cenderung menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, berguna atau berharga baginya atau tidak. 2. Kerangka Berpikir Guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki kompetensi tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Untuk memiliki kompetensi tersebut guru perlu membina diri secara baik karena fungsi guru itu sendiri adalah membina dan mengembangkan kemampuan peserta didik secara profesional dalam proses belajar mengajar. Salah satu unsur yang dianggap paling berperan dalam meningkatkan kompetensi profesional guru adalah kepala sekolah, sebagai atasan langsung guru. Kepala sekolah harus dapat menciptakan suatu iklim dan budaya kerja yang kondusif untuk terjadinya suatu proses pembelajaran yang efektif, sehingga diperlukan suatu perilaku kepemimpinan yang baik. Sikap guru terhadap kepala sekolah dapat dipengaruhi oleh harapan dan kebutuhan individu akan keadaan dan kebijakan kepala sekolah itu sendiri. Sikap guru terhadap kepala sekolah dipengaruhi oleh tingkat motivasi kerja yang diberikan oleh kepala sekolah sehingga guru menyikapi perilaku supervisi yang dilakukan kepala sekolah dapat mendukung aktivitas kerja di sekolah. Kepala sekolah harus senantiasa berupaya ke arah itu. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah menerapkan supervisi akademik yang benar-benar mendukung Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
terhadap profesionalisme guru dalam bekerja. Dengan demikian dapat diduga bahwa ada hubungan sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program. Komunikasi organisasi berkaitan dengan kegiatan yang bertujuan meningkatkan mutu pembelajaran, mutu siswa, dan mutu sekolah. Dalam komunikasi organisasi di sekolah kepala sekolah memiliki kemampuan untuk berkomunikasi menciptakan hubungan harmionis dalam membantu peningkatan kompetensi guru yang lebih baik. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa adanya komunikasi yang baik, hubungan yang harmonis antara kepala sekolah dan guru tentu akan saling mendukung satu sama lain sehingga komunikasi organisasi yang baik dapat mendukung terhadap kompetensi profesional guru di sekolah. Oleh karena itu dapat diduga terdapat hubungan positif komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru. Kepala sekolah harus dapat menciptakan suatu iklim dan budaya kerja yang kondusif untuk terjadinya suatu proses pembelajaran yang efektif, sehingga diperlukan suatu perilaku kepemimpinan yang baik. Kepala sekolah harus senantiasa berupaya ke arah itu. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah menerapkan motivasi kerja. Salah satu unsur yang dianggap paling berperan dalam meningkatkan kompetensi profesional guru adalah kepala sekolah, sebagai atasan langsung guru, kepala sekolah 77
perlu melakukan pengawasan. Pengawasan yang dilakukan kepala sekolah tentu berdampak pada sikap guru terhadap pelaksanaan pengawasan yang dilakukan kepala sekolah. Sebenarnya tujuan pengawasan itu adalah menciptakan suatu iklim dan budaya kerja yang kondusif untuk terjadinya suatu proses pembelajaran yang efektif. Kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru baik kemampuan yang bersifat praktis maupun bersifat teoritis. Kompetensi guru sangat dipengaruhi oleh keinginan guru tersebut meningkatkan kemampuannya. Dalam meningkatkan mutu pembelajaran, supervisi memiliki peranan yang sangat penting. Karena supervisi memiliki tujuan meningkatkan mutu pembelajaran, mutu siswa dan mutu sekolah. Supervisi dipengaruhi oleh kemampuan supervisor dalam melakukan supervisi. 3. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir dan kajian teoritis, dalam penelitian ini diperoleh beberapa hipotesis yang menjadi jawaban sementara. Maka peneliti mencoba untuk merumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan positif sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru di Sub Rayon SMP N 39 Kecamatan Medan Marelan. 2. Terdapat hubungan positif komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru di Sub Rayon SMP N 39 Kecamatan Medan Marelan. 3. Terdapat hubungan positif secara bersama antara sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dan komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru di Sub Rayon SMP N 39 Kecamatan Medan Marelan. C. Metoodologi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif studi korelasional (correlational research), dengan tujuan untuk mendeskripsikan tiga hal, yaitu: Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
1) sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah, 2) komunikasi organisasi, dan 3) kompetensi profesional guru. Selanjutnya penelitian ini ditujukan untuk melihat: 1) hubungan antara sikap terhadap supervisi supervisi akademik dengan kompetensi profesional guru, 2) hubungan antara komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru, dan 3) hubungan antara sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dan komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dan komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru di Sub Rayon SMP N 39 Kecamatan Medan Marelan. Paradigma penelitian tersebut dapat dikemukakan pada Gambar 1.
X1 Y X2
Gambar 1. Skema paradigm penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan angket lansung tertutup dengan sklala Likert, dimana responden diberi sebuah pertanyaan kemudian menjawab pertanyaan tersebut dengan memilih jawaban dari butirbutir yang telah disediakan oleh penulis. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hubungan Sikap Terhadap Supervisi Akademik Kepala Sekolah dengan Kompetensi Profesional Guru Dari perhitungan korelasi product moment diperoleh korelasi antara sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah (X1) dengan kompetensi profesional guru (Y) sebesar 0,668 sedangkan rtabel N= 78 pada taraf 5% sebesar 0,220. Dengan harga rhitung 78
0,668 diperoleh thitung=7,8241. Harga thitung untuk N=78 pada taraf 5% adalah 1,658. Hasil perhitungan korelasi antara sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru dapat dikemukakan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil perhitungan korelasi antara sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru KoreKoefisien Koefisien tTabel Determinan lasi Korelasi
rx1y
0,668
0,4459
7,82 41
1,65 8
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa harga rhitung>rtabel (0,668>0,220). Selanjutnya dilakukan uji keberartian dengan menggunakan uji- t. Harga thitung>ttabel (7,8241>1,658), maka dapat dikemukakan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif dan berarti antara sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru dapat diterima dan teruji kebenarannya. Selanjutnya untuk melihat hubungan murni tanpa variabel bebas lainnya, dilakukan uji korelasi parsial yang memberikan korelasi antara X1 dengan Y=0,405, sedangkan rtabel taraf 5% N=78 sebesar 0,220. Selanjunya dilakukan uji keberartian korelasi parsial dengan menggunakan uji-t. dengan harga rhitung 0,405 diperoleh thitung = 3,6585. Harga ttabel N=78 taraf 5% adalah 1,658. Karena harga thitung>ttabel (2,6585>1,658) maka dapat dikemukakan kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif dan berarti antara sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru. 2. Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Kompetensi Profesional Guru
Dari perhitungan korelasi product moment diperoleh korelasi antara komunikasi organisasi (X2) dengan kompetensi profesional guru (Y) sebesar 0,7313 sedangkan rtabel N= 78 pada taraf 5% sebesar 0,220. Dengan harga rhitung 0,7313 diperoleh thitung=9,3453. Harga thitung untuk N=78 pada taraf 5% adalah 1,658. Hasil perhitungan Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
korelasi antara komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru dapat dikemukakan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil perhitungan korelasi antara komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru Kore Koefisie Koefisien tTabel Determina n n lasi Korelasi
rx2y
0,7313
0,5347
9,345 3
1,65 8
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa harga rhitung>rtabel (0,7313>0,220). Selanjutnya dilakukan uji keberartian dengan menggunakan uji- t. Harga thitung>ttabel (9,3453>1,658), maka dapat dikemukakan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif dan berarti antara komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru dapat diterima dan teruji kebenarannya. Selanjutnya untuk melihat hubungan murni tanpa variabel bebas lainnya, dilakukan uji korelasi parsial yang memberikan korelasi antara X2 dengan Y=0,353, sedangkan rtabel taraf 5% N=78 sebesar 0,220. Selanjunya dilakukan uji keberartian korelasi parsial dengan menggunakan uji-t dengan harga rhitung 0,353 diperoleh thitung = 6,4346. Harga ttabel N=78 taraf 5% adalah 1,658. Karena harga thitung>ttabel (6,4346>1,658) maka dapat dikemukakan kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif dan berarti antara komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru. 4. Hubungan Sikap Terhadap Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Komunikasi Organisasi dengan Kompetensi Profesional Guru Dari perhitungan korelasi ganda antara variabel sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah (X1) dan komunikasi organisasi (X2) dengan kompetensi profesional guru (Y) diperoleh koefisien korelasi Ry(1,2) = 0,7310, sedangkan rtabel dengan N=78 taraf 5% sebesar 0,220. Hasil perhitungan korelasi antara sikap terhadap 79
supervisi akademik dan komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru dapat dikemukakan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil perhitungan korelasi antara sikap terhadap supervisi akademik dan komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru Korelas i
Koefisie n Korelasi
Koefisien Determina n
Ry12
0,9079
0,8242
thitung
tTabel
43,119 1
3,11 0
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui rhitung>rtabel (0,9079>0,220. Selanjutnya dilakukan uji keberartian korelasi dengan menggunakan uji-F dengan harga rhitung = 0,9079 diperoleh Fhitung = 43,1191. Harga Ftabel untuk N=78 pada taraf 5% adalah 3,110, berarti Fhitung>Ftabel (43,1191>3,110). Maka dapat dikemukakan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif dan berarti antara sikap terhadap supervisi akademik dan komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru.
D. Kesimpulan, Implikasi, dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data dan pengajuan hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif yang signifikan dan berarti antara sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru di Sub Rayon SMP N 39 Kecamatan Medan Marelan. Dengan demikian sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah mempunyai pengaruh dengan kompetensi profesional guru. Semakin baik sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah maka semakin baik juga kompetensi profesional guru di sekolah. 2. Terdapat hubungan positif yang signifikan dan berarti antara komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru di Sub Rayon SMP N 39 Kecamatan Medan Marelan. Semakin baik komunikasi Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
organisasi maka semakin baik pula kompetensi profesional guru di sekolah. 3. Terdapat hubungan positif yang signifikan dan berarti antara sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dan komunikasi organisasi dengan kompetensi profesional guru di sekolah Sub Rayon SMP N 39 Kecamatan Medan Marelan. Semakin baik sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dan komunikasi organisasi maka semakin baik juga kompetensi profesional guru di Sub Rayon SMP N 39 Kecamatan Medan Marelan.
2. Implikasi Implikasi penelitian dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian, diantaranya: 1. Dengan diterimanya hipotesis pertama, maka upaya untuk meningkatkan kompetensi profesional guru adalah dengan meningkatkan sikap guru terhadap supervisi akademik kepala sekolah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk menumbuhkan sikap yang baik dari guru adalah dengan memperhatikan, memberikan arahan, pengawasan dan membuat kebijakan sesuai dengan kebutuhan guru dalam bekerja. Kepala sekolah tidak membuat keputusan yang hanya memperhatikan kebutuhan seorang guru atau kelompok guru tertentu karena hal ini akan menimbulkan pengaruh buruk dalam kepemimpinan kepala sekolah. Baiknya kepemimpinan kepala sekolah dengan memperhatikan, mengarahkan serta melakukan pengawasan secara tepat dan benar, maka guru akan memberikan sikap yang baik terhadap kepemimpinan supervisi kepala sekolah sehingga guru akan mampu meningkatkan kompetensi profesional di sekolah. Upaya yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan sikap yang baik dari guru diantaranya adalah dengan menjalin komunikasi yang baik dengan 80
2.
3.
guru, selalu memperhatikan kebutuhan guru dalam mengajar di kelas, melakukan pengawasan yang baik dan melakukan dialog dengan guru sebelum membuat keputusan. Dengan diterimanya hipotesis kedua, maka upaya meningkatkan kompetensi profesional guru adalah dengan menciptakan komunikasi organisasi yang kondusif. Upaya untuk menciptakan komunikasi organisasi yang kondusif adalah dengan menciptakan lingkungan kerja yang saling mendukung satu sama lainnya. Oleh karena itu diperlukan peran guru dan kepala sekolah untuk membuat program kerja bersama yang dapat memberikan dukungan terhadap keharmonisan kerja sama di lingkungan sekolah. Upaya yang dapat dilakukan dalam menciptakan komunikasi organisasi yang baik diantaranya adalah menjalin komunikasi secara baik antara guru dengan guru, antara guru dengan kepala sekolah, dan dengan pegawai administrasi. Dengan diterimanya hipotesis ketiga, maka upaya meningkatkan kompetensi profesional guru adalah dengan meningkatkan sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dan komunikasi organisasi. Kinerja yang dilakukan oleh guru tentu dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah melalui supervisi akademik yang dilaksanakannya. Semakin baik supervisi akademik yang dilaksanakan dengan melakukan kebijakan, pengarahan serta pengambilan keputusan yang tepat dan didukung oleh komunikasi organisasi yang baik akan dapat meningkatkan kompetensi profesional guru. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah kepala sekolah harus mampu menjalin komunikasi yang baik dengan sesama guru di sekolah dengan selalu memberikan perhatian, pengarahan serta pengawasan yang benar sehingga memberikan motivasi bagi guru untuk
Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
lebih meningkatkan profesional di sekolah.
kompetensi
3. Saran Berdasarkan uraian dalam simpulan dan implikasi hasil penelitian maka dapat diberikan beberapa saran antara lain: 1. Kepala sekolah lebih meningkatkan perhatian dan pengawasan dengan melalui perilaku stimuli intelektualnya dengan memahami tugas profesionalnya, tugas inavatif, self asessment, pengembangan ide, paham terhadap tipe kepemimpinan dengan senantiasa berusaha untuk mengedepankan kejujuran dalam menjalankan tugas kepemimpinan. 2. Para guru hendaknya memiliki sikap dan tanggung jawab yang baik dalam bertugas sehingga mampu meningkatkan kompetensi profesional dalam bekerja. 3. Para peneliti yang tertarik dalam bidang kajian ini untuk mengadakan penelitian dengan melibatkan lebih banyak lagi variabel prediktor dan responden, sehingga aspek lain yang diduga memiliki hubungan dan sumbangan yang lebih berarti bagi perkembangan dunia pendidikan.
Daftar Pustaka Ardianto, Elvianaro dan Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Cangara, Hafiel. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada Chaplin J. P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta : Grafindo Efendy, Onong, U. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : Citra aditya Bakti Engkoswara. 2008. Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK Dikti.
81
Gagne, R.M. (1989). The Condition of Learning and Theory of Instruction. Fourth Edition. New York : Holt. Rine Hart and Winston. Hardjana, M. Agus. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta : Kanisius. Idochi, Anwar dan Yayat Hidayat Amir.2003. Administrasi Pendidikan: Teori, Konsep & issue. Bandung: Program Pascasarjana UPI. Krech, RS. Cruthpield dan Ballaccy, (1963), Individual in Society. Tokyo: McGraw Hill Kogahuska. Muhibbin S. (2010). Psikologi Pendidikan (suatu pendekatan baru). Bandung : Remaja Rosda Karya Muhammad, Arni. 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya Muis, A, Komunikasi, 2001. Bandung : Remaja Rosdakarya Purwanto, Joko. 2003. Komunikasi Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga. Pidarta. 2009. Peran Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar, Seri Manajemen Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
Robbins, P., Stephen. 2006. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi dan Aplikasi, Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaka. Jakarta : Prenhallindo. Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda karya. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta : Alfabeta Satori Djam’an . 1996. Pengawas Sekolah dan Pengelolaan Sekolah. Bandung: Makalah Diklat Pengawas Sekolah. Syaodih, Nana. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung:Imtima Sagala, Syaiful. 2009. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta. Saifuddin Azwar. (2007). Sikap manusia Teori dan Pengaruhnya. Yokyaakarta: Pustaka Belajar. Usman, Moh Uzer.2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Thoha, Miftah. 2006. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Yuniarsih, Tjutju. 2002. Manajemen Organisasi. Bandung: Bumi Siliwang
82