ZUBAIR
MENGURAI BAHASA RASA Penjelasan Singkat terhadap Kalam Sirri Tuangku Syekh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani
Penerbit Adabia Press Jakarta 2017
MENGURAI BAHASA RASA Penjelasan Singkat terhadap Kalam Sirri Tuangku Syekh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani Penulis : Zubair Ed. 1,—12—Jakarta: Adabia Press, 2017 x, 231 hlm., 14,8 x 21 cm
Copyright © 2017 pada Penulis Cetakan pertama, Januari 2017 Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotocopy, tanpa izin dari penerbit. ISBN : 978-602-7908-07-9 Desain Cover: Ridwan Kamil Diterbitkan oleh Adabia Press Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Jakarta Jl. Ir. Juanda No. 95 Ciputat 15412, Indonesia Telp. +6221-7443329 Fax. +6221-7443364 email:
[email protected]
ii
PENGANTAR PENULIS Segala pujian hanya kuperuntukkan kepada Allah Swt, Tuhan yang menguasai dan memelihara semesta alam atas dasar kasih dan sayang yang meliputi setiap makhluk-Nya, terutama kepada para perindu dan pecinta-Nya. Salawat dan salam semoga Allah tetap terlimpahkan kepada kekasih agung, Baginda Rasulullah Saw pembawa cinta bagi sekalian alam. Semoga kesejahteraan dan keselamatan juga tercurah kepada keturunannya, para Sahabat, Tabiin, Tabi-Tabiin, auliya’, shiddiqin, syuhada’, dan orang-orang shaleh hingga hari kiamat. Juga kepada kedua orang tuaku, para guru dan pembimbingku, kerabatku, sahabatku, dan seluruh saudaraku seiman dan seagama, Amiin. Buku ini merupakan penjelasan (syarah) terhadap kalam ilham (biasa juga disebut ilham sirri) yang diterima oleh Guru dan Mursyid saya, Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Quthub Ar Rabbani (kami memanggilnya dengan Tuangku) sejak tahun 1995 yang dimuat dalam buku “Inilah Aku: Pencerahan Ruhani bagi Pencari Tuhan (Here I Am: Englightenment of the Soul for the Seeker of God) (Rabbani Press, 2012)”. Buku tersebut adalah edisi keempat dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Prof. (Riset) Dr. Ahmad Rahman, M.Ag pada tahun 2002. Hasil penelitian tersebut pertama kali diterbitkan pada tahun 2004 oleh Hikmah, kelompok Penerbit Mizan, dengan judul “Sastra Ilahi”. Edisi kedua berjudul “Menyapa Rasa Para Pencari Tuhan: Hidangan Nurani (Ilham Sirri) Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah” (2011); edisi ketiga berjudul “Inilah Aku: Hidangan Nurani (Ilham Sirri) Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah” (2011) masing-masing diterbitkan oleh Rabbani Press. Syarah yang tulis dalam buku ini merupakan hasil pemahaman Saya sendiri setelah mengikuti kajian dan bimbingan beliau sejak tahun 2002 hingga saat ini. Setidaknya ada dua alasan mengapa syarah ini Saya buat. Pertama, kami para murid seringkali meminta kepada guru kami untuk memberikan syarah pada tiap-tiap kalam ilham yang diterimanya, namun beliau tidak berkenan karena dikhawatirkan akan terjadi tafsir tunggal dan baku, padahal kandungan kalam ilham ini bersifat umum dan universal. Untuk itu, beliau menganjurkan agar murid-muridnyalah yang memberikan syarah. Kedalaman dan iii
keakuratan setiap syarah, menurut beliau, sangat bergantung pada kebersihan hati dan pengalaman batin masing-masing pensyarah. Kedua, untuk membantu para pembaca untuk memahami isi dan kandungan buku tersebut. Pada awalnya, saya pribadi kesulitan untuk mencerna dan mengerti maksud dari kalam ilham ini. Bahkan, Saya butuh waktu sekitar dua-tiga tahun mengikuti kajian dan diskusi dengan beliau baru bisa mengerti. Beliau pernah mengatakan, “Kunci untuk memahami kalam ilham ini adalah melalui pengalaman rasa bertuhan di dalam hati, bukan mengandalkan akal semata.” Pernyataan beliau memang benar adanya. Pada awalnya, ketika beliau datang ke Jakarta (khususnya Ciputat) pada tahun 2002 dibawa dan diperkenalkan oleh guru kami Ustadz Ahmad Rahman (saat itu sedang studi program doktor dalam bidang tasawuf). Pada waktu itu, Saya dan beberapa kawan yang sedang studi pada program Magister dan Doktor di Pascasarjana UIN SyarifHidayatullah Jakarta merasa penasaran dengan apa yang diterimanya. Melihat asal-usul, latar belakang pendidikan nonmadrasah/pesantren (hanya tamatan STM), dan usianya yang masih belia (hadir di Ciputat pada usia 24 tahun) rasanya belaiu tidak mungkin memiliki keistimewaan itu. Maka, ketika diundang untuk mengikuti kajian beliau, kami pun merasa berkesempatan untuk “menguji” kemampuannya. Dengan modal pemikiran rasional, lintas mazhab, lintas agama, dan identik “liberal” yang diperoleh dari UIN Syarif Hidayatullah, kami pun terlibat diskusi serius dengan beliau. Semua konsep-konsep yang pernah kami pelajari di kampus yang berkaitan dengan Tuhan, manusia, dan alam dengan berbagai perspektif dapat dijelaskan dengan lugas dan memuaskan secara logika. Walaupun lugas dan memuaskan, namun penjelasannya tetap saja masih menyisakan rasa penasaran di dalam hati. Menurut beliau, setinggi apa pun pencapaian pengetahuan akal manusia tentang Tuhan, maka puncaknya hanya sampai pada kesimpulan bahwa tuhan itu ada. Namun, untuk membuktikan keberadaan-Nya diperlukan media lain, yaitu rasa pada hati nurani. Rasa inilah yang perlu diasah dengan latihan ruhani (riyadhah), di antaranya dengan zikir lisan (jasmani), zikir hati (ruhani), dan zikir sirr (nurani).
iv
Terkait dengan hal di atas, kami memiliki kisah yang cukup menarik. Sekitar tahun 2003 di daerah Kebayoran Lama, kami yang terdiri dari dua professor, beberapa doktor dan magister agama, dibimbing zikir oleh beliau dan beliau mengatakan, “Bapak-bapak ini sudah sarjana, magister, doktor, dan sebagian professor, tetapi secara spiritual masih setingkat taman kanak-kanak.” Kami pun membenarkan pernyataan beliau itu dan menyadari bahwa banyaknya pengetahuan agama yang kita miliki bukanlah jaminan untuk dapat mengenal hakikat Allah sebagai Tuhan (makrifat). Padahal, Nabi Saw pernah bersabda, “Awwaluddin ma’rifatullaah” (dasar pertama dalam beragama adalah mengenal Allah). Pantaslah bila Rasulullah Saw juga pernah bersabda, “Berfikirlah tentang ciptaan Allah, dan jangan berfikir tentang zat-Nya.” Memang, zat Allah bukanlah objek yang dapat dijangkau oleh akal untuk dipikirkan, tetapi ia dapat disentuh dengan hati yang bersih melalui rasa di dalam nurani. Setelah sering diberi amanah menggantikan beliau dan wakilnya di Jakarta untuk mengisi kajian Majelis Rabbani Indonesia di Yayasan Paramadina dan beberapa masjid yang lain, muncul ide saya dan juga adanya permintaan dari para jamaah dan sahabat yang lain agar setiap kalam ilham ini diberi syarah mengingat kandungannya yang sangat dalam dan sulit dipahami bagi pemula. Maka, sejak bulan Mei 2013, dengan segala kejahilan dan kelemahan yang dimiliki, saya pun mulai menuliskan syarahnya satu persatu dan diupload di facebook sejak 20 Mei 2013 hingga awal tahun 2014. Sejak diupload di facebook, belum ada tanggapan negatif apalagi bantahan terhadap kebenaran isi kalam ilham ini. Memang, Tuangku pernah mengatakan, “Orang mungkin bisa menolak dan menentang Saya, tetapi tidak akan dapat menolak dan menentang kebenaran yang ada dalam kalam ilham ini. ”Tuangku juga pernah mengakatan, “Sekalipun ratusan atau pun ribuan kalam ilham yang Saya terima, tidak akan pernah dapat menandingi kandungan dan kagungan AlQur’an. Kalam ilham ini hanyalah “resep qalbu” dari Allah untuk mencapai jalan yang lebih cepat menuju titik terdekat bersama Allah Swt, sementara Al-Qur’an dan Sunnah sebagai bahan pokoknya yang wajib dipakai bagi siapa pun yang memakai resep tersebut.” Ucapan terima kasih dan penghormatan Saya persembahkan terutama kepada almarhum Abba Ahmad Usman, dan Ummy v
Junaidah yang telah dipilih oleh Allah untuk mengandung, melahirkan, membesarkan, dan mendidik Saya dengan kasih sayang yang tulus, semoga dikasihi dan diberkahi, serta diampuni segala dosa dan kesalahannya. Juga kepada guru-guru saya, terutama Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah yang dengan tulus berbagi pengetahuan dan pengalaman serta bimbingannya dalam memperjalankan hati untuk menemukan makrifat dan cinta kepada Allah Swt, semoga beliau tetap dalam bimbingan dan kasih Allah Swt. Juga kepada para khalifah utama Tarekat Qadiriyah Hanafiah yang senantiasa mendampingi beliau dan memberikan arahan kepada semua murid-muridnya. Akhirnya, kepada Allah Swt jualah berhimpun segala pengetahuan dan kepada-Nya pulalah Saya kembalikan segala urusan dan permohonan Saya. Kiranya, Dia berkenan memberikan balasan pahala yang berlipat ganda kepada siapa pun yang telah memberikan sumbangsih dalam penyusunan buku ini. Dan kepada para pembaca, Saya juga doakan agar mendapatkan tambahan pengetahuan dan bimbingan dari Allah, serta kekuatan untuk mengamalkannya. Selain itu, Saya juga memohon dibukakan pintu maaf sekiranya ada yang keliru dan atau kurang berkenan di hati. Mahasuci Engkau ya Allah dan Maha Terpuji, Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Engkau, dan Saya memohon ampunan-Mu. Amiin Yaa Rabba al-‘Alamiin.
vi
DAFTAR ISI
Pengantar Penulis – iii Daftar Isi – v Pendahuluan – 1-10 Pengetahuan – 11-22 Kesia-sian – 23
Keraguan – 24 Ujian – 25 Hukum – 26-30 Kesempurnaan – 31 Zikir – 32
Permintaan – 33 Kekhusukan – 34 Tasbih – 35 Perkataan yang Diterima – 36 Tingkatan – 37 Penghambaan – 38 Berniaga dan Berbagi – 39 Kemaafan – 40 Pintu – 41
Cahaya – 42 Hikmah – 43-44 Lauh Mahfudz – 45 Hijab – 46-59
Takdir – 60 Kehampaan (Nol) – 61-72 Kesucian – 73-74 Hati – 75 Kebenaran – 76 Rasa – 77-93
Nama – 94-98
Nurani – 99-103
Kesatuan – 104-105 Datang – 106-107 Yang Dicari – 108-109 Kedekatan – 110-113 Penyaksian – 114-120 vii
Pandangan – 121
Penyingkapan – 122-125
Kenyataan – 126-128 Keberadaan – 129-130 Keakuan – 131-138 Penyembahan – 139-140 Pertemuan – 141-143 Kerinduan – 144-146 Kecintaan – 147-173 Keridhaan – 174-176 Perjalanan – 177-178 Rahasia – 179-180 Zat – 181-183 Tujuan – 184-185
viii
َ َ َ َ َ َ َ َٓ َ ْ ُ َۡ َ َ َ َ ٱّلل ِ ٓأَلت َو ُه َو ُ ٱلس ِم ُ يع ۡٱل َعل ٥ ِيم من َكن يرجوا ل ِقاء ٱّلل ِ فإِن أجل ٖۚ Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu yang dijanjikan Allah itu pasti datang, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Ankabut/29: 5).
ix
x