Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 1- 11
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LABA AKUNTANSI DAN LABA TUNAI DENGAN DIVIDEN KAS (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN SEKTOR KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007-2012 Nuraini Sri Rahayu Fakultas Ekonomi Universitas Batam Jl. Abulyatama No. 5 Batam E-mail:
[email protected] ABSTRACT Growth of company can be seen by amount of earnings that in one periode. While the investors not only see the ability of the company by earnings but also by amount of cash dividend. Because cash dividend is more believable than amount of earnings in financial statement. This research analyzed the correlation of the accounting earnings and cash earnings with cash dividend on the company food and beverages industry based in 2007-2012. Cash Dividend as a dependent variable on research. Accounting earnings and cash earnings as an independent variable. The method of analysis used in this research is parametric statistical inferences, namely Pearson Product Moment correlation coefficients to examine the relationship of accounting earnings and cash earnings with cash dividend. Sampling method used in this research is Purposive Non Random Sampling. This research shows that both independent variables have a significant and strong relationship with cash dividend as the dependent variable. As an advice, its better if the company share the cash dividend based on accounting earnings than cash earnings. Key Words : Accounting Earnings, Cash Earnings, Cash Dividend
PENDAHULUAN Perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek indonesia berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan. Investor memerlukan informasi mengenai hasil kinerja perusahaan sebagai bahan evaluasi atas keputusan ekonomi yang diambil. Laporan keuangan merupakan merupakan sumber berbagai informasi bagi investror. Pengertian dividen merupakan hasil yang diperoleh dari setiap lembar saham yang dimilki. Dividen berbentuk dividen saham (stock dividend) ataupun dividen kas (cash dividend). Dividen kas adalah dividen yang dibayarkan perusahaan kepada investor dalam bentuk uang tunai. Fenomena yang terjadi pada perusahaan-perusahaan industri sektor konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2012 adalah banyaknya perusahaan yang tidak membagikan dividennya khususnya dalam bentuk tunai, padahal sebagian besar perusahaan tersebut memperoleh laba. Bahkan pada beberapa perusahaan tidak teratur setiap tahun membagikan dividennya pada pemegang saham. Hal tersebut tentunya kurang sesuai dengan teori dari Gordon yaitu “The bird in the hand theory”. Menurut Gordon dalam Suherli dan Harahap (2004:23), mengemukakan Bird in the Hand Theory menyatakan bahwa dengan mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik dari pada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan pernah terwujud sebagai masa depan (it can fly away). Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa para investor beranggapan dividen yang diterima dalam bentuk kas lebih menggambarkan seberapa besar return dari modal yang mereka tanamkan dan memberikan kepuasan tersendiri. Hal tersebut sangat penting dan harus diperhatikan perusahaan karena investor sangat penting bagi perusahaan. Maka berdasarkan uraian sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Analisis Hubungan antara Laba Akuntansi dan Laba Tunai dengan Dividen Kas (Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2012”. LANDASAN TEORI Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahan yang bertujuan selain untuk menilai kinerja manajemen, juga untuk membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, meramalkan laba, menaksir resiko dalam berinvestasi atau
1
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 1- 11
kredit, memprediksi arus kas masa depan serta memiliki pengaruh besar bagi penggunanya dalam pengambilan suatu keputusan. Sebagaimana disebutkan dalam Statement of Finansial Accounting Consept (SFAC) nomor 1 bahwa informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas earning power perusahaan dimasa yang akan datang (Januar dan Sri, 2002). Setelah ekonom John Hick (1949) mengemukakan konsep laba, banyak literatur yang mengadaptasikan pengertian laba yang bersumber dari John Hick. Menurut FASB dalam SFAC nomor 6 menyatakan bahwa Comprehensive Income atau laba komprehensip adalah perubahan modal (aktiva bersih) perusahaan selama satu periode, dari transaksi, peristiwa lain dan keadaan dari sumber selain pemilik. Sedangkan Vemon Kam mengemukakan bahwa Income atau laba merupakan perubahan modal suatu kesatuan usaha di antara dua titik waktu tidak termasuk perubahan-perubahan akibat investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik, dimana modal dinyatakan dengan ukuran nilai dan didasarkan pada skala tertentu. Menurut pengertian akuntansi konvensional dinyatakan bahwa laba akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisir yang dihasilkan dari transaksi dalam suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan kepadanya (Muqodim, 2005:111). Fasilitas fisis memberi kontribusi jasa ke operasi berupa kapasitas atau daya. Sehingga kos daya atau kapsitas fasilitas fisis tersebut harus diserap menjadi bagian kos produksi dan akhirnya menjadi beban pendapatan (Suwardjono, 2005: 437). Prinsip-prinsip akuntansi menghendaki adanya penandingan biaya dari semua jenis aktiva operasional dengan pendapatan selama umur manfaatnya. Depresiasi dan amortisasi adalah biaya tidak tunai karena depresiasi dan amortisasi tidak memerlukan pengeluaran kas. Dianggap sebagai sumber dana untuk menghitung sumber dana atau aliran kas masuk (proceeds) dengan cara menambahkan kembali nilai depresiasi dan amortisasi ke laba akuntansi (Suwardjono, 1989: 439). Dividen adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya (Baridwan, 2000:434). METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah pendekatan kuantitatif. Tujuan penelitian ini adalah menuji korelasi antar variabel. Teknik penarikan sample penelitian ini adalah dengan menggunakan menggunakan metode Purposive Non random Sampling, yaitu pengambilan sample penelitian secara non random (tidak acak). Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder dari perusahaan-perusahaan sektor industri konsumsi (food and beverages) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2012. Data tersebut berupa laporan keuangan tahunan yang didapat dari Indonesian Capital Market Electronic Library dan Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia. Data laporan keuangan atau yang disebut juga data akuntansi yang dipakai adalah Laba bersih, biaya penyusutan dan nilai dividen kas perusahaan konsumsi. Adapun data tersebut diambil dari : 1. Laporan Laba-Rugi 2. Neraca 3. Laporan arus kas 4. Laporan perubahan ekuitas Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode : 1. Metode Studi Pustaka, yaitu melakukan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur – literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian ini. 2. Metode Dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan – perusahaan sub sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan tahunan tahun 2007-2012.
2
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 1- 11
Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan model Korelasi Pearson Product Moment yang digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi antar variabel. Menurut Kuncoro (1986:15) inti dari analisis korelasi adalah mengukur kekuatan hubungan antar variabel, tanpa menunjukan adanya sebab-akibat. Rumus untuk menghitung korelasi Pearson Product Moment secara manual adalah:
r
xy x 2 x n
x y n 2
2 y 2 y n
Dimana : r : Koefisien Korelasi Pearson Product Moment n : jumlah sampel HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual dari suatu model regresi berdistribusi normal atau tidak. Data yang baik adalah data yang distribusinya tidak melenceng ke kanan atau ke kiri. Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode analisis data. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Tabel 1 Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Laba akuntansi laba tunai deviden kas N 42 42 42 Mean 714874078119,12 2406198557260,10 286210462936,26 a,b Normal Parameters Std. Deviation 1144693754106,619 3710170950285,041 385088155876,337 Absolute ,310 ,319 ,263 Most Extreme Differences Positive ,310 ,319 ,263 Negative -,268 -,262 -,230 Kolmogorov-Smirnov Z 2,009 2,067 1,707 Asymp. Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,006 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Hasil dari pengujian normalitas laba akuntansi, laba tunai dan dividen kas yang dilakukan menunjukkan hasil sebesar 0,001, 0,000 dan 0,006 dan di atas nilai signifikan maka hipotesis nol gagal ditolak yang artinya data berdistribusi normal. Uji Homoskedastisitas Homoskedastisitas terjadi jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap atau sama. Homoskedastisitas terjadi jika tidak terdapat pola tertentu yang jelas, serta titiktitik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu X. Tabel 2 Uji Homoskedastisitas
3
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 1- 11
Perhitungan Korelasi Tahun 2007 Berdasarkan data laba akuntansi, laba tunai dan dividen kas untuk tahun 2007 maka di dapat nilai dari Korelasi Pearson Product Moment adalah sebagai berikut: Tabel 3 Nilai Korelasi Pearson Product Moment Tahun 2007 Correlations laba akuntansi Pearson Correlation 1 laba akuntansi
deviden kas
deviden kas ,550
Sig. (2-tailed)
,201
N Pearson Correlation
7 ,550
Sig. (2-tailed)
,201
N
7 1
7
7
Correlations Pearson Correlation laba tunai
deviden kas ** ,923
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
deviden kas
laba tunai 1
Sig. (2-tailed)
,003 7 ** ,923
7 1
,003
N 7 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
7
Sumber : Data Hasil Pengolahan SPSS 20 (2014) Berdasarkan hasil analisa koefisien Korelasi Pearson Product Moment antara laba akuntansi dan dividen kas tahun 2007 menunjukkan nilai rs sebesar 0,550. Nilai tersebut dapat menjelaskan adanya korelasi atau hubungan antara laba akuntansi dan dividen kas. Nilai korelasi antara laba tunai dan dividen kas sebesar 0,923. Nilai ini menunjukan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah antara laba tunai dengan dividen kas untuk tahun 2007. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang memiliki hubungan korelasi paling kuat dalam menentukan nilai dividen kas adalah nilai korelasi antara laba tunai dan dividen kas. Sehingga dapat dikatakan bahwa tahun 2007 laba tunai lebih mempengaruhi besarnya dividen kas di bandingkan dengan laba akuntansi. Perhitungan Korelasi Tahun 2008 Berdasarkan data laba akuntansi, laba tunai dan dividen kas untuk tahun 2008 maka di dapat nilai dari Korelasi Pearson Product Moment adalah sebagai berikut: Tabel 4 Nilai Korelasi Pearson Product Moment Tahun 2008 Correlations laba akuntansi Pearson Correlation 1 laba akuntansi
deviden kas
Sig. (2-tailed)
,095
N Pearson Correlation
7 ,676
Sig. (2-tailed)
,095
N
deviden kas ,676
7
7 1 7
4
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 1- 11
Correlations Pearson Correlation laba tunai
deviden kas
laba tunai 1
Sig. (2-tailed)
,298
N Pearson Correlation
7 ,461
Sig. (2-tailed)
,298
N
deviden kas ,461
7
7 1 7
Hasil analisiskoefisien Korelasi Pearson Product Moment antara laba akuntansi dan dividen kas tahun 2008 menunjukan nilai rs sebesar 0,676. Nilai tersebut dapat menjelaskan adanya korelasi yang cukup kuat dan searah antara laba akuntansi dengan dividen kas untuk tahun 2008. Nilai korelasi antara laba tunai dan dividen kas sebesar 0,461. Nilai ini menunjukan adanya korelasi yang cukup kuat dan searah antara laba tunai dengan dividen kas untuk tahun 2008. Menurut penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang memiliki hubungan korelasi paling kuat dalam menentukan nilai dividen kas adalah nilai korelasi antara laba akuntansi dan dividen kas. Sehingga dapat dikatakan bahwa tahun 2008 laba akuntansi lebih mempengaruhi besarnya dividen kas di bandingkan dengan laba tunai. Perhitungan Korelasi Tahun 2009 Berdasarkan data laba akuntansi, laba tunai dan dividen kas untuk tahun 2009 maka di dapat nilai dari Korelasi Pearson Product Moment adalah sebagai berikut: Tabel 5 Nilai Korelasi Pearson Product Moment Tahun 2009 Correlations laba akuntansi deviden kas Pearson Correlation 1 ,974** laba akuntansi Sig. (2-tailed) ,000 N 7 7 Pearson Correlation ,974** 1 deviden kas Sig. (2-tailed) ,000 N 7 7 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations laba tunai deviden kas Pearson Correlation 1 ,983** laba tunai Sig. (2-tailed) ,000 N 7 7 Pearson Correlation ,983** 1 deviden kas Sig. (2-tailed) ,000 N 7 7 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Data Hasil Pengolahan SPSS 20 (2014). Hasil analisa koefisien Korelasi Pearson Product Moment antara laba akuntansi dan dividen kas tahun 2009 menunjukan nilai rs sebesar 0,974. Nilai tersebut dapat menjelaskan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah antara laba akuntansi dengan dividen kas untuk tahun 2009. Nilai korelasi antara laba tunai dan dividen kas sebesar 0,983. Nilai ini menunjukan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah antara laba tunai dengan dividen kas untuk tahun 2009. Menurut penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang memiliki hubungan korelasi paling kuat dalam menentukan nilai dividen kas adalah nilai korelasi antara laba akuntansi dan dividen kas. Sehingga dapat dikatakan bahwa tahun 2009 laba akuntansi lebih mempengaruhi besarnya dividen kas di bandingkan dengan laba tunai. Perhitungan Korelasi Tahun 2010 Berdasarkan data laba akuntansi, laba tunai dan dividen kas untuk tahun 2010 maka di dapat nilai dari Korelasi Pearson Product Moment adalah sebagai berikut:
5
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 1- 11
Tabel 6 Nilai Korelasi Pearson Product Moment Tahun 2010 Correlations laba akuntansi deviden kas Pearson Correlation 1 ,950** laba akuntansi Sig. (2-tailed) ,001 N 7 7 Pearson Correlation ,950** 1 deviden kas Sig. (2-tailed) ,001 N 7 7 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations laba tunai deviden kas Pearson Correlation 1 ,943** laba tunai Sig. (2-tailed) ,001 N 7 7 Pearson Correlation ,943** 1 deviden kas Sig. (2-tailed) ,001 N 7 7 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Data Hasil Pengolahan SPSS 20 (2014). Hasil analisis koefisien Korelasi Pearson Product Moment antara laba akuntansi dan dividen kas tahun 2010 menunjukan nilai rs sebesar 0,950. Nilai tersebut dapat menjelaskan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah antara laba akuntansi dengan dividen kas untuk tahun 2010. Nilai korelasi antara laba tunai dan dividen kas sebesar 0,943. Nilai ini menunjukan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah antara laba tunai dengan dividen kas untuk tahun 2010. Menurut penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang memiliki hubungan korelasi paling kuat dalam menentukan nilai dividen kas adalah nilai korelasi antara laba akuntansi dan dividen kas. Sehingga dapat dikatakan bahwa tahun 2010 laba akuntansi lebih mempengaruhi besarnya dividen kas di bandingkan dengan laba tunai. Perhitungan Korelasi Tahun 2011 Berdasarkan data laba akuntansi, laba tunai dan dividen kas untuk tahun 2011 maka di dapat nilai dari Korelasi Pearson Product Moment adalah sebagai berikut: Tabel 7 Nilai Korelasi Pearson Product Moment Tahun 2011 Correlations laba akuntansi Pearson Correlation 1 laba akuntansi Sig. (2-tailed) N 7 Pearson Correlation ,935** deviden kas Sig. (2-tailed) ,002 N 7 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
deviden kas ,935** ,002 7 1 7
Correlations laba tunai Pearson Correlation 1 laba tunai Sig. (2-tailed) N 7 Pearson Correlation ,920** deviden kas Sig. (2-tailed) ,003 N 7 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
deviden kas ,920** ,003 7 1 7
Sumber : Data Hasil Pengolahan SPSS 20 (2014).
6
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 1- 11
Hasil analisa koefisien Korelasi Pearson Product Moment antara laba akuntansi dan dividen kas tahun 2011 menunjukan nilai rs sebesar 0,935. Nilai tersebut dapat menjelaskan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah antara laba akuntansi dengan dividen kas untuk tahun 2011. Nilai korelasi antara laba tunai dan dividen kas sebesar 0,920. Nilai ini menunjukan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah antara laba tunai dengan dividen kas untuk tahun 2011. Menurut penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang memiliki hubungan korelasi paling kuat dalam menentukan nilai dividen kas adalah nilai korelasi antara laba akuntansi dan dividen kas. Sehingga dapat dikatakan bahwa tahun 2011 laba akuntansi lebih mempengaruhi besarnya dividen kas di bandingkan dengan laba tunai. Perhitungan Korelasi Tahun 2012 Berdasarkan data laba akuntansi, laba tunai dan dividen kas untuk tahun 2012 maka di dapat nilai dari Korelasi Pearson Product Moment adalah sebagai berikut: Tabel 8 Nilai Korelasi Pearson Product Moment Tahun 2012 Correlations laba akuntansi deviden kas Pearson Correlation 1 ,941** laba akuntansi Sig. (2-tailed) ,002 N 7 7 Pearson Correlation ,941** 1 deviden kas Sig. (2-tailed) ,002 N 7 7 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations laba tunai deviden kas Pearson Correlation 1 ,926** laba tunai Sig. (2-tailed) ,003 N 7 7 Pearson Correlation ,926** 1 deviden kas Sig. (2-tailed) ,003 N 7 7 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Data Hasil Pengolahan SPSS 20 (2014) Hasil analisa koefisien Korelasi Pearson Product Moment antara laba akuntansi dan dividen kas tahun 2012 menunjukan nilai rs sebesar 0,941. Nilai tersebut dapat menjelaskan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah antara laba akuntansi dengan dividen kas untuk tahun 2012. Nilai korelasi antara laba tunai dan dividen kas sebesar 0,926. Nilai ini menunjukan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah antara laba tunai dengan dividen kas untuk tahun 2012. Menurut penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang memiliki hubungan korelasi paling kuat dalam menentukan nilai dividen kas adalah nilai korelasi antara laba akuntansi dan dividen kas. Sehingga dapat dikatakan bahwa tahun 2012 laba akuntansi lebih mempengaruhi besarnya dividen kas di bandingkan dengan laba tunai. Perhitungan Korelasi Secara Keseluruhan (2007-2012) Berdasarkan data laba akuntansi, laba tunai dan dividen kas untuk tahun 2007-2012 maka di dapat nilai dari Korelasi Pearson Product Moment adalah sebagai berikut.
7
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 1- 11
Tabel 9 Nilai Korelasi Pearson Product Moment Tahun 2007-2012 Correlations Correlation Coefficient laba akuntansi Sig. (2-tailed) N Pearson moment's rho Correlation Coefficient dividen kas Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
laba akuntansi 1,000 . 61 ,852** ,000 61
dividen kas ,852** ,000 61 1,000 . 61
Correlations Correlation Coefficient laba tunai Sig. (2-tailed) N Pearson moment's rho Correlation Coefficient dividen kas Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Data Hasil Pengolahan SPSS 20 (2014)
laba tunai 1,000 . 61 ,752** ,000 61
dividen kas ,752** ,000 61 1,000 . 61
Hasil analisis koefisien Korelasi Pearson Product Moment antara laba akuntansi dan dividen kas tahun 2007-2012 menunjukan nilai rs sebesar 0,852. Nilai tersebut dapat menjelaskan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah antara laba akuntansi dengan dividen kas untuk tahun 2007-2012. Nilai korelasi antara laba tunai dan dividen kas sebesar 0,752. Nilai ini menunjukan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah antara laba tunai dengan dividen kas untuk tahun 2007-2012. Menurut penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang memiliki hubungan korelasi paling kuat dalam menentukan nilai dividen kas adalah nilai korelasi antara laba akuntansi dan dividen kas. Sehingga dapat dikatakan bahwa selama tahun 2007-2012 laba akuntansi lebih mempengaruhi besarnya dividen kas di bandingkan dengan laba tunai. Uji Signifikansi Hasil korelasi belum bisa digunakan untuk membuktikan bahwa hubungan antara laba akuntansi dengan dividen kas maupun antara laba tunai dengan dividen kas signifikan atau tidak. Oleh karena itu dilakukan uji signifikansi antara variabel-variabel tersebut. Tabel 4.22 dibawah ini merupakan perhitungan uji signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas dan antara laba tunai terhadap dividen kas. Tabel 10 Uji Signifikansi Tahun 2007 Variabel ρ-value Keterangan H0 0,201
α/2
Diterima
Laba tunai terhadap dividen kas 0,003 Sumber : Data Hasil Pengolahan SPSS 20 (2014).
α/2
Ditolak
Laba akuntansi terhadap dividen kas
Berdasarkan tabel 4.22 di dapat tingkat signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas sebesar (=0,693) > (α/2) dan tingkat signifikansi antara laba tunai dengan dividen kas sebesar (=0,003) < (α/2), sehingga dapat di simpulkan bahwa Ho diterima dan menolak Ha yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan menggunakan taraf nyata 0,01 antara laba akuntansi dengan dividen kas dan antara laba tunai dengan dividen kas pada tahun 2007. Tabel 4.23 dibawah ini merupakan perhitungan uji signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas dan antara laba tunai terhadap dividen kas.
8
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Variabel
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 1- 11
Tabel 11 Uji Signifikansi Tahun 2008 ρ-value Keterangan
H0
0,095
α/2
Diterima
Laba tunai terhadap dividen kas 0,298 Sumber : Data Hasil Pengolahan SPSS 20 (2014).
α/2
Diterima
Laba akuntansi terhadap dividen kas
Berdasarkan Tabel 11 diperoleh tingkat signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas sebesar (=0,187) > (α/2) dan tingkat signifikansi antara laba tunai dengan dividen kas sebesar (=0,265) > (α/2), sehingga dapat di simpulkan bahwa Ho diterima dan menolak Ha yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan menggunakan taraf nyata 0,01 antara laba akuntansi dengan dividen kas dan antara laba tunai dengan dividen kas pada tahun 2008. Tabel 11 dibawah ini merupakan perhitungan uji signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas dan antara laba tunai terhadap dividen kas. Tabel 12 Uji Signifikansi Tahun 2009 Variabel ρ-value Keterangan H0 0,000
α/2
Ditolak
Laba tunai terhadap dividen kas 0,000 Sumber : Data Hasil Pengolahan SPSS 20 (2014).
α/2
Ditolak
Laba akuntansi terhadap dividen kas
Berdasarkan Tabel 12 diperoleh tingkat signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas sebesar (=0,000) < (α/2) dan tingkat signifikansi antara laba tunai dengan dividen kas sebesar (=0,000) < (α/2), sehingga dapat di simpulkan bahwa Ho diterima dan menolak Ha yang artinya terdapat hubungan yang signifikan dengan menggunakan taraf nyata 0,01 antara laba akuntansi dengan dividen kas dan antara laba tunai dengan dividen kas pada tahun 2009. Tabel 13 dibawah ini merupakan perhitungan uji signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas dan antara laba tunai terhadap dividen kas. Tabel 13 Uji Signifikansi Tahun 2010 Variabel ρ-value Keterangan H0 0,001
α/2
Ditolak
Laba tunai terhadap dividen kas 0,001 Sumber : Data Hasil Pengolahan SPSS 20 (2014).
α/2
Ditolak
Laba akuntansi terhadap dividen kas
Berdasarkan Tabel 13 diperoleh tingkat signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas sebesar (=0,000) < (α/2) dan tingkat signifikansi antara laba tunai dengan dividen kas sebesar (=0,002) < (α/2), sehingga dapat di simpulkan bahwa Ho ditolak dan menerima Ha yang artinya terdapat hubungan yang signifikan dengan menggunakan taraf nyata 0,01 antara laba akuntansi dengan dividen kas dan antara laba tunai dengan dividen kas pada tahun 2010. Tabel 4.26 dibawah ini merupakan perhitungan uji signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas dan antara laba tunai terhadap dividen kas. Tabel 14 Uji Signifikansi Tahun 2011 Variabel ρ-value Keterangan H0 0,002
α/2
Ditolak
Laba tunai terhadap dividen kas 0,003 Sumber : Data Hasil Pengolahan SPSS 20 (2014).
α/2
Ditolak
Laba akuntansi terhadap dividen kas
Berdasarkan Tabel 14 diperoleh tingkat signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas sebesar (=0,000) < (α/2) dan tingkat signifikansi antara laba tunai dengan dividen kas sebesar (=0,003) < (α/2), sehingga dapat di simpulkan bahwa Ho ditolak dan menerima Ha yang
9
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 1- 11
artinya terdapat hubungan yang signifikan dengan menggunakan taraf nyata 0,01 antara laba akuntansi dengan dividen kas dan antara laba tunai dengan dividen kas pada tahun 2011. Tabel 15 di bawah ini merupakan perhitungan uji signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas dan antara laba tunai terhadap dividen kas. Tabel 15 Uji Signifikansi Tahun 2012 Variabel Ρ-value Keterangan H0 0,002
α/2
Ditolak
Laba tunai terhadap dividen kas 0,003 Sumber : Data Hasil Pengolahan SPSS 20 (2014).
α/2
Ditolak
Laba akuntansi terhadap dividen kas
Berdasarkan Tabel 15 diperoleh tingkat signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas sebesar (=0,000) < (α/2) dan tingkat signifikansi antara laba tunai dengan dividen kas sebesar (=0,001) < (α/2), sehingga dapat di simpulkan bahwa Ho ditolak dan menerima Ha yang artinya terdapat hubungan yang signifikan dengan menggunakan taraf nyata 0,01 antara laba akuntansi dengan dividen kas dan antara laba tunai dengan dividen kas pada tahun 2012. Tabel 4.28 dibawah ini merupakan perhitungan uji signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas dan antara laba tunai terhadap dividen kas. Tabel 16 Uji Signifikansi Tahun 2007-2012 Variabel ρ-value Keterangan H0 0,000
α/2
Ditolak
Laba tunai terhadap dividen kas 0,000 Sumber : Data Hasil Pengolahan SPSS 20 (2014).
α/2
Ditolak
Laba akuntansi terhadap dividen kas
Berdasarkan Tabel 16 diperoleh tingkat signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas sebesar (=0,000) < (α/2) dan tingkat signifikansi antara laba tunai dengan dividen kas sebesar (=0,000) < (α/2), sehingga dapat di simpulkan bahwa Ho ditolak dan menerima Ha yang artinya terdapat hubungan yang signifikan dengan menggunakan taraf nyata 0,01 antara laba akuntansi dengan dividen kas dan antara laba tunai dengan dividen kas pada tahun 2007-2012. KESIMPULAN DAN SARAN Laba Akuntansi terhadap Dividen Kas Perhitungan stastistik menujukan bahwa variabel laba akuntansi terhadap dividen kas memiliki hubungan yang kuat terhadap dividen kas. Terbukti dari hasil uji signifikansi dengan nilai probabilitas (ρ-value) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,01. Dengan demikian Ho1 yang berbunyi “tidak terdapat hubungan antara laba akuntansi dengan dividen kas” tidak dapat diterima. Artinya kita menerima Ha1 yang berbunyi “terdapat hubungan antara laba akuntansi dengan dividen kas”. Laba Tunai terhadap Dividen Kas Perhitungan stastistik menujukan bahwa variabel laba tunai terhadap dividen kas memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap dividen kas. Terbukti dari hasil uji signifikansi dengan nilai probabilitas (ρ-value) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,005. Dengan demikian Ho2 yang berbunyi “tidak terdapat hubungan antara laba tunai dengan dividen kas” tidak dapat diterima. Artinya kita menerima Ha2 yang berbunyi “terdapat hubungan antara laba tunai dengan dividen kas”. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth (2000); Hermi (2002); Murtanto dan Febby (2004) yang berhasil membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara laba akuntansi dan dividen kas. Dengan demikian pula halnya dengan penelitian ini juga berhasil membuktikan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara laba akuntansi dan dividen kas.
10
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 1- 11
Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan sebaiknya dalam pembagian dividen kas berdasarkan pada laba akuntansi, karena menurut penelitian yang telah dilakukan nilai koefisien korelasi laba akuntansi terhadap dividen kas lebih besar dari koefisien korelasi laba tunai terhadap dividen kas. Walaupun pada tahun 2007 dan 2009 nilai koefisien laba tunai terhadap dividen kas lebih besar daripada koefisien antara laba akuntansi terhadap dividen kas tetapi untuk tahun 2008, 2010,2011 dan 2012 nilai koefisien laba akuntansi terhadap dividen kas lebih besar daripada koefisien antara laba tunai terhadap dividen kas. 2. Pembagian dividen kas dapat dilakukan berdasarkan laba tunai, namun laba tunai tidak mempunyai hubungan yang cukup erat dengan dividen kas. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi yang cukup rendah antara laba tunai dan dividen kas. DAFTAR PUSTAKA Arief Suaidi, 1994. Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi ke-1, Sekolah Tinggi Ilmu YKPN, Yogyakarta. Ataina Hudayati, 1999. Comprehensive Income: Upaya Meningkatkan Relevensi Pelaporan Laba, JAAI, Vol.3, No.1, Hal 52. Belkoui, Ahmed Riahi, 2000. Accounting Theory, Edisi keempat, terjemahan, Jakarta: Salemba Empat. Rumengan, Jemmy, 2013. Metodologi Penelitian, Bandung: Citapustaka Media Perintis. Gumanti, Tatang Ary, 2003. Kebijakan Dividen, Teori, Empiris dan Implikasi, Jember: UPP STIM YKPN. Kasmir, 2004. Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers. Hery, 2005. Akuntansi Aktiva, Utang dan Modal, Yogyakarta: Gava Media. ______, 2007. Teori Akuntansi, Yogyakarta: Kencana Prenada Media Group. Suharyadi dan Purwanto, Sadono, 2009. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Salemba Empat: Jakarta. Dahler, Yolanda dan Rahmat Febrianto,2006. Kemampuan Prediktif Earning Dan Arus Kas Dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan, Simposium Nasional Akuntansi IX, hal. 3. Dermawan, Elizabeth Sugiarto, 2006. Laba Akuntansi dan Laba Tunai dengan dividen Kas, Jurnal Akuntansi Universitas Tarumanegara. Dyckman, Dukes dan Davis, 1996. Akuntansi Intermediate, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta. Harahap, Sofyan Syafri, 2001. Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Raja Grafindo, Jakarta. Hendriksen, Eldon S dan F. Van Breda, 2000. Teori Akunting, Edisi ke-5, Interaksara. Hendriksen, Eldon S dan F. Van Breda, Accounting Theory, 1992. Fifth Ed. Homewood Illinois: Richard D. Irwin, Inc. Hermi, Hubungan Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Perdagangan Besar Barang Produksi Di BEJ Pada Periode 1999-2002, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol.4, No.3, Desember 2004, Hal 247-257. Husnan, Suad, 1994. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, UUP-AMP, YKPN, Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akauntansi Keuangan, Jakarta, 2004. Indriantoro, Supomo, 1999. Metodeologi Penelitian Bisnis, Edisi pertama, BPFE – Yogyakarta. Januar, Sri Astuti dan Agung Wirawan, Praktik Perataan Laba dan Kinerja Saham Perusahaan Publik Di Indonesia, JAAI, Vol.6, No.2, Desember 2004, Hal 45. Meythi, Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan Persisitensi Laba Sebagai Variabel Intervening, Simposium Nasional Akuntansi IX, 2006, hal. 4.
11