Zionisme Dan Perkembangannya Timbun Ritonga Fakultas Sastra Jurusan Sejarah Universitas Sumatera Utara
Bab I Pendahuluan Bila kita membicarakan zionisme maka masalahnya tidak terlepas dari masalah bangsa Jahudi atau Israel. Bangsa Jahudi yang ingin kembali ke Palestina dan mendirikan negara membentuk suatu organisasi atau gerakan yang akan disebut Zionisme. Tuntutan bangsa Jahudi kembali ke Palestina berlatar belakang sejarah serta keyakinan agama yang mereka anut yaitu agama Jahudi, bahwa Palestina adalah wilayah kekuasaan orang-orang Jahudi. Bangsa Jahudi menguasai daerah ini 1500 SM di bawah pimpinan nabi Ibrahim. Menurut keyakinan orang-orang Jahudi Palestina telah diserahkan oleh tuhan kepada nereka yaitu kepada nabi Ibrahim dan keturunannya. Oleh karena itu tidak satu bangsa pun yang berhak atas Palestina kecuali bangsa Jahudi sendiri. Namun kenyataan sejarah lain. Pada abad ke 7-8 SM bangsa Jahudi mulai terusik akibat serangan Assurbanibal dari Assiria dan Nibuhadnuzar dari Babilonia. Kedua kerajaan ini secara berturut-turut dapat menguasai Palestina dan bangsa Jahudi dan dibawa ke negeri mereka. Ketika raja Cyrus dari Persia berkuasa di Mesopotania (550 SM) bangsa Jahudi diperkenalkan kembali ke Palestina dibawah kekuasaan raja-raja Persi. Bangsa Jahudi tidak mampu mengembangkan kerajaan mereka seperti kerajaan Jahudi zaman sebelumnya. Bahkan pada abad ke 4 SM sampai abad-abad awal masehi nasib bangsa Jahudi tidak begitu menggembirakan karena secara berturut-turut dikuasai oleh Macedonia 323 SM dan Romawi 189 SM. Dibawah kedua kerajaan ini bangsa Jahudi selalu dipindah-pindahkan sehingga orang-orang Jahudi bercerai-berai diantara beberapa negara di kawasan laut tengah dan Eropah. Orang-orang Jahudi mengikuti gerak perkembangan politik dimana mereka tinggal sampai saat ini. Satu hal yang tidak berubah adalah keyakinan agama serta hasrat untuk kembali ke Palestina. Perkembangan ilmu pengetahuan pada abad ke 18 dan ke 19 membuka tabir dan berbagai keterangan tentang bangsa Jahudi. Penemuan alat-alat cetak dan media komunikasi yang semakin berkembang membuat hubungan antara sesama bangsa Jahudi yang terpencar diberbagai negara hanpir tidak ada lagi. Hal ini dapat kita lihat dari ikatan yang mereka miliki yaitu Zionisme yang bersifat Internasional. Orang-orang Jahudi yang terdapat hampir di seluruh negara-negara maju memiliki satu tujuan yaitu : kembali ke Zion, mendirikan negara Jahudi dan menguasai seluruh dunia. Tujuan ini dapat diwujudkan melalui suatu gerakan yaitu : Zionisme. Gerakan Zionisme muncul pada abad akhir abad ke 19 yang dipelopori oleh Dr. Theodore Hertzel. Theodore Hertzel yang mengarang buku “The Judenstaat” (1985) memberikan gambaran berbagai hal tentang Jahudi.melalui karangan Theodore 1 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
(Palestina). Langkah-langkah untuk kembali ke Palestina ditempuh melalui suatu gerakan yang disebut Zionisme. Sejak munculnya gerakan ini berbagai usaha dilakukan oleh orang-orang Jahudi untuk merealisasikan cita-citanya. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menguasai Palestina sebagai pusat kegiatan pusat kegiatan dan organisasi kenegaraan. Dari sanalah bangsa Jahudi melakukan komando untuk merealisasikan tujuan akhir yaitu menguasai dunia, dalam arti menentukan gerak politi9k dunia. Cita-cita yang demikian besar sudah barang tentu akan melahirkan pengorbananpengorbanan. Kenyataan itu telah kita lihat saat ini dimana tindakan orang-orang Israel di Palestina merupakan ancaman dan gangguan serta ketidakadilan didunia internasional. Untuk merealisai cita-cita itu berbagai usaha yang dilakukan bangsa Jahudi seperti : sistem pendidikan, sistem politik, ekonomi, keagamaan, dan lain-lain. Pokoknya usaha bangsa Jahudi dalam meusatkan bangsanya menempuh segala cara. Untuk mempertebal semangat persatuan bangsa Jahudi para tokoh Zionis selalu mengaitkan propagandanya dengan semangat keagamaan dan semangat rasial. Bangsa Jahudi menganggap dirinya sebagai bangsa yang terpilih, sebagai bangsa yang ada dipermukaan bumi.1 Usaha mereka untuk kembali ke Palestina pada mulanya tidak menjadi perhatian serius bagi bangsa Arab. Pada tahun 1905 bangsa Jahudi mulai mengadakan imigrasi ke Palestina. Setelah orang Jahudi melakukan imigrasi secara besar-besaran barulah bangsa Arab mulai menyadari kesilapannya. Sejak saat itu mulailah terjadi konflik antara Arab dengan Jahudi. Konflik itu pada akhirnya menjurus kepada peperangan yang berkelanjutan sehingga dapat menjadi sumbu ketegangan di kawasan Timur Tengah khususnya dan Internasional umumnya. Kesemuanya itu dilakukan oleh orang-orang Jahudi hanya didasar tuntutan sejarah. Namun demikian apakah memeng benar Demikian? Apakah bangsa Jahudi jaya pada abad ke 10 SM sama dengan Jahudi sekarang? Banyak masalah-masalah yang muncul seiring dengan masalah diatas. Banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang muncul dibenak kita menjadikan masalah Zionisme ini menarik untuk dikaji. Keterkaitan itu disebabkan banyaknya masalah-masalah yang saling bertolak belakang dengan kenyataan yang ada. Bangsa Jahudi yang bangga sebagai turunan Ibrahim ternyata memandang hina terhadap bangsa arab melalui Ismail. Demikian pula sebaliknya bangsa Jahudi yang telah terpencar diberbagai negara Eropah dengan kurun waktu yang demikian lama mampu mempertahankan sifat keaslian tanpa terjadi percampuran dengan bangsa lain. Kenyataan ini adalah suatu hal yang tak masuk akal. Kalau demikian, apa sebenarnya yang dituntut orang Jahudi di Palestina. Untuk dapat menjawab permasalahan tersebut perlu pengkajian yang lebih mendalam melalui berbagai bidang ilmu. Dengan membaca berbagai buku, majalah, bulletin yang berhubungan dengan masalah di atas maka disusunlah karya tulis ini dengan judul “Zionisme dan Gerakan-Gerakannya” ditinjau dari segi kesejarahan. Agar mempermudah pembaca memehami isi karya tulis ini, tulisan ini dibagi atas beberapa bagian yaitu : - Bagian I tentang pendahuluan . - Bagian II tentang sejarah umum orang-orang Jahudi. - Bagian III tentang lahirnya Zionisme. 1
Imam Munawir, Kebangkitan Islam dan Tantangan-tantangan yang dihadapi, Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1984. hal.221
2 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
-
Bagian IV tentang gerakan-gerakan serta langkah-langkah yang ditempuh Zionisme. - Bagian V tentang pertikaian antara Palestina dan Israel. - Bagiann VI tentang kesimpulan. Demikian karya tulis ini disajikan sebagai sumbangsih pemikiran terhadap perkembangan sejarah khususnya sejarah Timur Tengah.Karya tulis ini masih jauh dari harapan oleh karena itu melalui tulisan ini diharapkan berbagai kritik-kritik dan saransaran demi menambah perbendaharaan pengetahuan yang berguna dalam pengembangan dalam mata kuliah Sejarah Timur Tengah.Sebagai sumbangan pemikiran, mudahmudahan karya ini bermanfaat bagi kita semua. Amin Bab II Sejarah Umum Orang-Orang Jahudi 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Bangsa Jahudi termasuk rumpun bangsa Sam (Ibrani) yang menempati suatu wilayah di Palestina yaitu suatu daerah bulan sabit di sekitar laut tengah. Mereka datang ke daerah ini kira-kira 1450 SM dari Mesopotania di bawah pimpinan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahimlah yang dianggap sebagai nenek moyang Jahudi, sehingga mereka disebut orangorang Ibrani. Perpindahan mereka dari sekitar Mesopotania ke Palestina tidak diketahui secara pasti yang menjadi penyebabnya. Para sejarawan memberikan pendapat yang berbedabeda. Namun bila kita kaitkan dengan keyakinan agama, Ibrahim membawa pengikutnya, menuju Palestina karena kezaliman penguasa di Mesapotania. Setelah Hammurabi wafat sejarah Mesopotania (babilonia) mengalami kegelapan. Kerajaan Babilonia awal runtuh ± 1900 SM atas serangan suku Hethit. Sejak itu saat itu Misopotania mengalami kekacauan. Barulah pada tahun 900 SM keadaan dapat diatasi dengan munculnya kerajaan Assyria. Berarti sejarah Mesopotania selama 10 abad tidak jelas. Pada kurun waktu inilah Nabi Ibarahim membawa ummatnya menuju Palestina. Pada masa kacau inilah Nabi Ibrahim mendapat wahyu dari Tuhan agar Ibrahim membawa ummatnya ke suatu tempat yaitu tanah yang dijanjikan yaitu Kanaan (Palestina). Setibanya Ibrahim bersama pengikutnya di Palestina ternyata di palestina sudah terdapat berbagai suku / bangsa yang menetap antara lain : suku Aramea, Philestin, Penesia, dan lain-lain. Kehidupan mereka di Palestina tidak begitu menggaembirakan. Hal ini mengakibatkan Ibrahim membawa ummatnya ke tanah Gozen di Mesir. Setibanya mereka di Mesir, mereka disebut baik oleh raja dan rakyat Mesir. Sebagai penguasa di Mesir pada saat ini adalah Raja Thutmoses III (1500-1447) SM. Hubungan rakyat dan raja Mesir dangan Musa bersama pengikutnya pada mulanya berjalan baik. Bahkan Thutmoses III menyerahkan seorang budak (putri) kepada Nabi Ibrahim atas kebaikan Ibrahim. Budak itu ialah Siti Hajar yang kelak menjadi isteri Ibrahim yang ke II. Kebaikan raja dan rakyat Mesir terhadap bangsa Jahudi tidak abadi. Apabila setelah meninggalnya Thutmoses IV kerajaan mesir diperintah oleh raja-raja feodal. Rakyat mesir tidak senang akan sikap tertutup dan keberhasilan bangsa Jahudi dalam
3 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
meningkatkan taraf kehidupan mereka. Bangsa Jahudi dapat dikatakan menguasai perekonomian Mesir. Pertentangan dipertegas lagi oleh dasar kepercayaan bangsa Jahudi yang menganut sistem monotheisme tidak dapat menerima sistem kepercayaan bangsa Mesir yang bersifat polytheisme. Kepercayaan bangsa Mesir mengkultuskan seorang raja merupakan penjelmaan dewa didunia harus dipuja sangat ditentang oleh Jahudi. Akibatnya orangorang Jahudi dianggap sebagai pembangkang terhadap raja. Sikap orang-orang Jahudi yang demikian secara tidak langsung menciptakan permusuhan terhadap Mesir. Selain itu dari bangsa Jahudi muncul usaha mengasingkan dan menutup diri terhadap bangsa Mesir. Ketika Ramses II menjadi raja 1275-1220 penderitaan rakyat Jahudi sudah semakin parah. Orang Jahudi dianggap sebagai sumber malapetaka sehingga mereka diperlakukan sangat kejam. Orang Jahudi melakukan hijrah kembali ke Palestina di bawah pimpinan Nabi Musa kira-kira tahun 1250 SM. Setibanya di bukit Sinai Nabi Musa mendapatkan wahyu dari Tuhan yang mereka sebut Yahovah (Yahwe). Isi firman itu berupa 10 macam larangan. Firman-firman itu tertuang dalam kitab Tauraz. Atas dasar keyakinan akan kemuliaan Tuhan (Yahwe) yang bertahta di atas peti perjanjian (kitab) ini bangsa jahudi bersusah payah membangun negerinya. Pada abad ke 11 SM bangsa Jahudi dapat membangun negerinya dan mengalami puncaknya pada masa pemerintahan raja Daud dan Sulaiman (Salomo). Kerajaan inilah yang selalu diimpikan oleh bangsa Jahudi saat ini. Kejayaan ini ingin diwujudkan kembali demi menanti Mesias seperti yang tertuang dalam kitab-kitab yang mereka yakini. Untuk merealisasikan impian itu maka bangsa jahudi harus bersatu kembali mendirikan sebuah negara merdeka di tanah airnya yaitu Palestina. 2.2 Perpecahan Dan Keruntuhan Bangsa Jahudi Setelah raja Sulaiman meninggal 930 SM, kerajaan Jahudi trpecah menjadi 2 yaitu : 1. Kerajaan Yudea (Jahudi) Kerajaan ini merupakan penerus kerajaan Jahudi. Kerajaan ini diperintah oleh Rehabean anak dari Sualiman. 2. Kerajaan Israel Kerajaan ini didirikan oleh Jerobean yaitu seorang pegawai istana kerajaan Jahudi (Ibrani) yang memberontak. Jerobean beserta 10 suku lain bergabung membrontak terhadap R ehabean sebagai raja. Mereka mendirikan kerajaan Israel (samaria) yang beribu kota Sichem, di sebelah utara Yerussalem. Meskipun kerajaan Jahudi (Ibrani) ini terpecah namun dalam bentuk kepercayaan mereka masih tetap bersatu yaitu sama-sama menyembah Yahwe. Perpecahan kerajaan ini jelas memperlemah kerajaan Jahudi. Perpecahan kedua kerajaan ini jelas akan mengakibatkan tidak adanya koordinasi keagamaan baik upacara maupun hukum agama mengakibatkan munculnya penafsiran yang berbeda tentang pokok-pokok ajaran agama. Perbedaan-perbedaan ini akan melahirkan praktek-praktek agama yang berbeda walaupun semangat keagamaan tetap sama.
4 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Sejarah membuktikan setelah Sulaiman meninggal, orang-orang Jahudi sedah bnyak yang mengabaikan ajaran agama. Bahkan ajaran agama dimanfaatkan demi kepentingan pribadi atau kelompok. Keyakinan dan perasaan terpilih di kalangan bangsa Jahudi menjadikan meraka merasa memiliki superioviti sehingga sukar menerima kehadiran orang lain disekitarnya (orang yang menjadi keras kepala), sikap ini bukan saja terhadap etnis (bangsa) sendiri. Hal ini membuat bangsa Jahudi sekar diatur. Penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan dalam praktek keagamaan maupunkehidupan melahirkan pertentangan baik sesama mereka maupun bangsa-bangsa lain disekitarnya. Bangsa Jahudi menjadi sombong, merasa terpilih karena mendapat kitab dari Yahwe. Mereka memandang rendah terhadap bangsa-bangsa diluar keturunan Jahudi. Sikap bangsa jahudi yang demikian mengakibatkan munculnya ketidakadilan. Keadaan ini mengundang raja Sorgo II dari Assiria. Pada tahun 732 SM Sorgo II menyerbu ke Samaria (Israel) dan berhasil menaklukkannya. Namun demikian sekembalinya tentara Assiria , sikap sombong dan superior diatas muncuk kembali. Bangsa Jahudi kembali memberontak terhadap Assiria. Hal inilah yang mengakibatkan orang-orang Israel ditawan dan dijadikan budak di Assiria. Perlakuan yang sama dilakukan cucu Sorgon II Assurbanibal 650 SM. Demikian pula nasib yang dialami oleh Judea pada tahun 612 SM Judea digempur oleh Nebukadnezar dari Babilonia. Sejak saat itu bangsa Jahudi hidup dalam pembuangan. Pada tahun 550 SM, ketika kerajaan Persia berkuasa di Mesopotania, bangsa Jahudi diperkenankan kembali ke Palestina, bangsa jahudi tidak mampu mendirikan kerajaan baru yang kuat. Hal ini disebabkan sestem pemerintahan dan administrasi kerajaaan Persia sangat baik. Seluruh wilayah kerajaan Persia dibagi atas 21 kastrapi (gubernur). Pada setiap gubernur diutus sekretaris dari pusat kerajaan yang berperan sebagai pembantu gubernur sekaligus mata-mata kerajaan. Dengan administrasi yang demikian, pengawasan segala gerak-gerik orang-orang Jahudi lebih mudah diawasi.2 Selain sistem pemerintahan dan administrasi yang baik, wilayah-wilayah Palestina merupakan kawasan yang menjadi rebutan antara kerajaan-kerajaan besar di sekitarnya. Adapun kerajaan-kerajaan besar itu secara berturut-turut adalah kerajaan Persia 550 SM, kerajaan Yunani 323 SM, kerajaan Romawi 189 SM, dan baru merdeka 1948. Bab III Lahirnya Zionisme Istilah Zionisme muncul pada akhir abad 19, dalam buku The Juden Staat oleh Theodore Horzt 1895. Dalam buku ini Theodore Horzt mengungkapkan perihal orang – orang Jahudi mulai dari kekayaan ( pada masa Nabi Daud), masa pembuangan sampai pada suatu cita-cita mendirikan negara Jahudi yang tangguh seperti kejayaan pada masa Daud memimpin kerajaan tersebut. Gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh Theodore Horzt dalam buku tersebut cukup menyentakkan orang-orang jahudi diseluruh dunia terutama dikalangan intelektual. Dalam buku tersebut dikemukakan tentang kedudukan bangsa Jahudi dengan penuh kehinaan di antara bangsa-bangsa. Perasaan hina dikalangan orang-orang Jahudi 2
R.M. Sutjipto Wirjosuprapto, Sejarah Dunia. Balai Pustaka, Jakarta, 1965
5 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
melahirkan suatu emosi dan semangat yang tinggi untuk dapat kembali menguasai tanah leluhurnya sekaligus mendirikan negara Jahudi yang jaya sebagaimana kejayaan Jahudi yang dipimpin oleh Nadi Daud dahulu. Bangsa Arab (Islam) sekarang dianggap sebagai pewaris kerajaan-kerajaan terdahulu yang menawan dan mengusir bangsa Jahudi dari Palestina dijadikan sasaran emosi dan agrasinya. Perasaan emosi iri hati itu sudah mulai muncul dengan lahirnya Nabi Muhammad SAW sebagai ikutan ummat yang justru tidak dari keturunan bangsa jahudi sendiri.3 Untuk kembali ke Palestina dan membentuk negara jahudi bukanlah pekerjaan mudah. Banyak usaha yang hasur dilakukan untuk merealisasikan cita-cita tersebut. Salah satu diantaranya adalah usaha untuk mempersatukan orang-orang Jahudi yang terbesar diberbagai negara menjadi satu bangsa yaitu bangsa Jahudi. Gerakan mempersatukan orang-orang Jahudi ini disebut Zionisme. Zionisme berasal dari kata-kata “zion” yaitu suatu bukit yang terdapat di jerussalem. Bukit ini dangat dikenal pada masa pemerintahan raja Daud abad 10 SM, karena merupakan tempat penyembahan Yahwe Tuhan bangsa Jahudi. Kata–kata zionisme ini dipakai sebagai istilah gerakan agar orang Jahudi terpangil untuk turut serta dalam gerakan untuk mewujudkan suatu negara Jahudi di Palestina. Berarti Zionisme adalah suatu usaha bangsa Jahudi untuk mempersatukan dan memperjuangkan adanya negara mereka di Palestina. Sebagai suatu usaha untuk mempsersatukan dan memperjuangkan adanya negara Jahudi di Palestina, Zionisme tidak dapat kita samakan dengan nasionlaisme. Meskipun kedua istilah tersebut mempunyai tujuan sama, yaitu mempersatukan dan memperjuangkan berdirinya suatu negara tetapi dasar, sifat serta cara yang ditempuh jauh berbeda. Nasionalisme sebagai suatu gerakan kebangsaan adalah merupakan kumpulan dari orang–orang yang mempunyai tujuan yang sama tanpa membeda-bedakan golongan di antara sesamanya.4 Adanya kesamaan tujuan ini didasari atas adanya persamaan nilai– nilai serta pengalaman–pengalaman yang sama. Dengan perkataan lain nasionlalisme adalah “gejalah histories” Zionisme sebagai gerakan yang memperjuangkan adanya negara Jahudi di Palestina merupakan politik yang percaya bahwa ras Jahudi adalah ras yang paling tinggi tingkatannya di muka bumi.5 Keyakinan agama dan sejahtera bangsa Jahudi sendiri. Ada suatu doktrin dalam agama Jahudi bahwa Jahudi adalah bangsa yang paling mulia. Doktrin ini muncul setelah Musa bisa membebaskan mereka dari cengkeraman raja Mesir.“Pertolongan Allah akan terus dicurahkan kepada kami.“ “Allah selalu membuka jalan kemenangan Ia akan memberi kekuatan yang akan membuat kami berada di atas segala bangsa. Benteng Allah selalu berada di depan kami“. Selanjutnya Tuhan berfirman kepada Nabi Yacub: Akulah Tuhan Allah Abraham, nenekmu dan Allah Ishak, tanah tempat engkau berbaring ini akan kuberikan kepadamu dan kepada kerurunamu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya dan engkau akan mengembang kesebelahan timur, barat, utara, dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua di 3 4 5
A. Sallabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Achusna, 1983, hal.131 Crane Brinton, Pembentukan Pemikiran Moderen. Mutiara Jakarta, 1981, hal. 221 Imam Munawir, Kebangkitan Islam dan Tantangan-tantangan yang dihadapi, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1984, hal. 221
6 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
muka bumi akan mendapat berkat, sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau kemanpun engkau pergi dan …6 Atas dasar peranan tersebut orangorang Jahudi berkeyakinan bahwa agama Jahudi hanya diperuntukkan kepada mereka dan keturunannya. Hal ini membuat mereka lebih menutup diri terhadap semua bangsa di permukaan ini hina, tidak layak dijadikan patner untuk meningkatkaan taraf hidup. Kebenaran yang haqiqi hanya ada pada bangsa Jahudi sehingga bangsa Jahudi tidak akan menerima pendapat orang/bangsa lain. Sikap yang demikian menjadikan bangsa Jahudi adalah bangsa yang keras kepala. Berkenaan dengan firman Tuhan di atas maka para nabi yang lahirpun berasal dari keturunan Ibarhim. Di bawah pemerintahan para nabi ini bangsa Jahudi mengalami kejayaan dengan sistem pemerintahan Theokratis. Sikap menutup diri yang dilakukan bangsa Jahudi terhadap bangsa–bangsa lain bertujuan untuk menjadi sifat keaslian orang–orang Jahudi dan keturunannya. Di samping itu beberapa untuk menjaga kemurnian ajaran agama yang mereka anut. Keyakinan orang–orang Jahudi bahwa nabi–nabi akan lahir dari keturunan mereka ( keturunan Nabi Ibrahim) ternyata tidak selamanya mereka dukung apabila ajaran nabi tersebut tidak sejalan dengan sifat dan keyakinan mereka. Kenyataan ini dialami oleh Nabi Isa A.S. yang mengembangkan agama Nasrani. Meskipun Nabi Isa merupakan turunan dari bangsa Ibrani ( Jahudi ) karena ajaran yang disampaikan bertentangan dengan sifat dan kepentingan mereka maka Nabi Isa pun tidak terlepas dari siksaan–siksaan bangsa Jahudi. Nabi Isa A.S yang lahir tanpa ayah itu menjadi bahan ejekan orang–orang Jahudi sampai saat ini … 7 Ejekan yang mereka lakukan kepada Isa diharapkan agar orang–orang Jahudi tidak mempercayai ajarannya. Kenyataan yang mereka harapkan bertentang dengan kenyataan. Agama Nasrani justru semakin berkembang. Hal ini mendorong orang–orang Jahudi melakukan penyiksaan–penyiksaan terhadap Isa. Penyiksaan yang dilakukan terhadap Isa akan melahirkan rasa takut dan ngeri dari pengikutnya akan mengalami nasib yang sama. Tetapi kenyataannya agama Nasrani semakin berkembang walaupun mendapat berbagai tekanan. Bahkan agama Nasrani pada saat ini merupakan agama Islam. Agama Islam lahir dari seorang rasul yaitu Muhammad SAW yang juga merupakan keturunan Nabi Ibrahim melalui anaknya Ismail. Meskipun orang–orang Jahudi mengakui bahwa Ismail juga adalah seorang nabi namun keturunannya tidak lagi bersifat asli. Ibu Ismail, Siti Hajar berasal dari Mesir, bukan keturunan bangsa Jahudi. Kita ketahui bahwa orang–orang Jahudi pernah menderita di bahwa tekanan orang–orang Mesir. Hal inilah yang mengakibatkan kedudukan Ismail sebagai nabi tidak semulia nabi–nabi yang lain bagi orang Jahudi. Bahkan lebih dari itu, Ismail dianggap mereka sebagai anak haram.8 Nabi Muhammad yang mengemban amanah untuk menyiarkan agama dan ajaran Islam lebih mendapat tantangan dari Jahudi, namun karena pertumbuhan dan perkembangan agama Islam tidak didukung oleh situasi politik dan geografi bangsa Jahudi, maka Islam dapat berkembang lebih sempurna. Maksudnya adalah bahwa agama Islam tumbuh berkembang pada suatu wilayah yang jauh dari peristiwa dan sama–sama di daerah transisi dua negara besar yaitu Kerajaan Persia dan Kerajaan Romawi Timur. 6
Dr. Drowze, mengungkap Tentang Jahudi. Surabaya: Pustaka Progressif, 1992. hal. 19 Ibid. hal. 40 8 Ibid. hal. 29 7
7 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Sifat ajaran Islam yang universal dapat diterima semua bangsa, mangatur segala aspek kehidupan menjadikan agama ini sangat cepat berkembang. Dalam waktu yang tidak terlalu lama agam Islam telah berkembang keseluruh dunia yang dikenal pada saat zamannya. Bahkan saat ini disetiap negara, Islam terus berkembang. Perkembangan ini merupakan tantangan yang paling berat bagi bangsa Jahudi yang tersebar diberbagai negara. Praktek – praktek kehidupan bangsa Jahudi yang selalu menutup diri, rasilalisme, menganggap diri lebih baik dari yang lain, tidak mendapat dukungan dan tidak dihormati oleh bangsa lain. Bahakan mengakibatkan muncul kebencian–kebencian di hati bangsa yang bukan bangsa Jahudi. Dalam keadaan yang demikian orang–orang Jahudi yang tersebar diberbagai negara teresebut menginsafi diri bahwa hal apapun mereka harus kembali ke Palestina mendirikan negara Jahudi pada masa–masa lampau. Langkah– langkah menuju kembali ke Palestina itulah makanya dibentuk gerakan Zionisme. Munculnya gerakan Zionisme pada akhir abad ke 19 mendapat dukungan secara serta merta di kalangan orang – orang Jahudi terutama di kalangan intelektualnya
Bab IV Usaha–Usaha Gerakan Zionisme Pada bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa orang – orang Jahudi sejak abad ke 8 hidup dalam pembangunan. Ketika raja Sorgon II menyerbu Israel seluruh orang – orang Israel dibahwa ke Assiria dan dijadikan budak di sana. Demikian pula bangsa Judea pada abad ke 7 ketika deserbu oleh Nibukadnezar dari Babilonia mendapat perlakuan yang sama. Ketika raja Cyrus dari Persia berkuasa di Mesopotania bangsa Jahudi diperkenankan kembali ke tanah airnya. Tetai dalam kenyataanya, bangsa Jahudi tidak seluruhnya kembali ke Palestina. Sebagai di antara mereka ada pula yang tinggal dan menetap di Persia. Perkembangan selanjutnya nasib bangsa Jahudi kembali tidak menetu ketika Palestina dikuasai oleh Macedonia 324 SM dan Romawi 189 SM. Di bahwa kekuasaan kedua kerajaan ini orang – orang Jahudi selalu dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain. Bahkan akhirnya bangsa Jahudi hidup dalam pengembaraan panjang bersama bangsa – bangsa Eropah lainya. Menurut ahli sejarah Jahudi Yisifus mengatakan bahwa pada abad ke 2 – 1 SM Jerussalem tidak memiliki penduduk kerutunan Jahudi. 9 Kehidupan orang–orang Jahudi yang terpencar diberbagai negara dalam waktu yang demikian lama diharapakan akan merupakan sifat–sifat dan kepribadian orang– orang jahudi. Perubahan itu bisa saja disebabkan pergaulan dalam masyarakat, perkawinan campuran dan sistem politik. Tetapi kenyataannya tidak. Orang–orang Jahudi meskipun telah bercampur dengan suku lain dan sebaliknya tidak ada kontak antara sesama orang Jahudi, orang Jahudi tetapi mampu mempertahakan keyakinan mereka tentang kemuliaan bangsanya. Kehidupan orang–orang Jahudi yang terpencar diberbagai negara di seluruh Eropah tidak dipandang sebagai suatu ancaman. Bangsa Jahudi tidak memiliki kontak antara satu dengan yang lain. Di samping itu segala tindak tanduk orang Jahudi yang 9
M. Izzat Drouza, Mengungkapkan tentang Jahudi. Surabaya: Pustaka Progressif, 1992. hal. 101
8 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
dianggap membahayakan stabilitas negara lebih mudah di awasi. Itulah sebabnya gerakan–gerakan bangsa Jahudi hampir tidak terlihat dan tercatat dalam sejarah hingga akhir zaman abad pertengahan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan alat teknologi sejak renaissace menata kehidupan baru di Eropah yang sifat, corak dan dasarnya berbeda dengan tutuna hidup sebelumnya. Dunia Eropah dilanda arus globalisasi sehingga membuka tabir keterasingan dan ketertutupan segala sesuatau di Eropah. Orang Jahudi yang selama ini terpecah di antara berbagai bangsa kembali dapat berkomunikasi. Adanya komunikasi ini semakin menipiskan perbedaan–perbedaan paham. Bahkan menciptakan kesamaan pandangan dalam berbagai hal termasuk dalam hal bernegara. Terbinya buku The Judenstaat oleh Theodore Herzt menguguah semangat orang– orang Jahudi untuk kembali ke Palestina. Pada tahun 1895 untuk pertama kali Zionisme mengadakan Kongres di Bassel Swis. Dalam kongres ini berhasil diputuskan antara lain: 1. Menyusu anggaran dasar Zionisme 2. Gerakan Zionisme bertujuan melahirkan tanah air Jahudi 3. Memperjuangkan jaminan adanya tanah air mereka. Untuk membiayai usaha Zionisme maka didirikanlah suatu badan yang dinamai The Juwis Colonia Trust 1899. Organisasi ini berperan sebagai penyandang dana gerakan Zionisme. Badan ini beranggotakan pengusaha dan penguasa di berbagai negara. Usaha–usaha lain dalam mempercepat proses terwujudnya negara Jahudi di Palestina maka dibentuk pula cabang–cabang gerakan seperti : 1. Gerekan Chasidisme yang bergerak di bidang agama. 2. Gerakan Haskalah menghipun para penguasa dan pengusaha. 3. Gerekan Hapol Hazami menghimpun pekerja muda. 4. Gerakan pola Zion mengimpun para pekerja Jahudi. 5. Keren Hayesod membiayai usaha menduduki Palestina 6. Kayarneth berusaha membeli tanah di Palestina untuk di bagikan kepada petani Jahudi Demikianlah usaha–usaha dan gerakan Zionisme sehingga cepat berkembang. Hal–hal lain yang mempercepat perkembangan gerakan Zionisme adalah : 1. Sifat rasial yang sangat tebal dari bangsa Jahudi. 2. Terdapatnya perkembangan politik anti Jahudi di Eropah Timur Perkembangan yang demikian cepat serta didukung oleh keadan politik di Eropah Timur yang mengancam kehidupan mungkin dapat menguasai Palestina sebagai wilayah kekuasaan mereka. Dalam penguasaan ini bangsa Jahudi tidak mempertimbangkan eksistensi orang–orang Arab di Palestina. Kondisi inilah yang mengakibatkan terjadinya komplik yang berkepanjangan di laut tengah. Pada perinsipnya untuk dapat menguasi Palestina bangsa Jahudi menghalakan segala cara. Hal ini terungkap dalam “Protocols of the learned elders of zion” ( Protokol pertemuan kaum cendikiawan zion ) yang berisikan 24 pasal.10
10
Imam Munawir, Kebangkitan Isalam dan Tantangan yang dihadapi dari masa ke masa. Surabaya: PT. Bina Ilmu, hal. 222
9 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
1. 2. 3. 4.
Di samping itu cara–cara lain yang ditempuh adalah: Memanfaatkan situasi politik Berusaha membeli tanah di Palestina. Bermigrasi secara besar–besaran. Melakukan agresi secara terus menerus.
Bab V Pertikaian Antara Palestina Dan Israel Tepi Barat dan Jalur Gaza bergelimang derita bangsa Palestina. Palestina telah kehilangan 750 “Pasukan batu”-nya yaitu pasukan yang melakukan perlawanan dengan bangsa Israel dengan menggunakan batu sebagai senjata. Dan sekitar 6.000 orang lainya mendekam di penjara Israel. Angka–angka ini terus akan bertambah, entah sampai kapan. Mereka kehilangan harkat dna martabatnya sebagai bangsa dan hidup bagai pesakitan di negara sendiri. Padahal, nenek moyang mereka selama berabad–abad mendiami tanah Palestina yang membentang dari Lembah Golan di Utara hingga Pantai Laut Tengah. Sampai abad ke 20, bangsa Palestina hidup berdampingan dengan bangsa Jahudi di tanah Palestina yang luasnya sekitar 65 km. Ketika itu, bangsa Jahudi yang bermukim di Palestina hanya sekitar 85 ribu jiwa, angka ini tidak banyak berubah dari masa sebelumnya, lantaran mereka banyak terserap dalam arus imigrasi k Eropah. Di banding bangsa Palestina yang ratusan ribu jumlahnya, orang Jahudi merupakan minoritas. Kendati tak bisa dikatakan rukun, kedua bangsa ini tidak pernah bentrok secara serius. Perang Dunia I pecah dan Turki bersama Jerman kalah. Akibatnya, tanah jajahan Turki di Timur Tengah antara lain Palestina, Yordania, Suriah, Libanon jatuh ke tangan Inggris dan Prancis. November 1917, perintah Inggris mengeluarkan “Deklarasi Balfour”. Isinya berupa dukungan Inggris terhadap Jhudi untuk mendirikan tanah air di Palestina. Dalam hal ini tampak bahwa Inggris mendukung dan menaruh simpati terhadap gerakan Zionisme, yang muncul di akhir abad ke 19 di Eropah, yang menginginkan adanya tanah air mereka bagi bangasa Jahudi. Putusan ini didukung secara antusias oleh banyak pemimpin Inggris. Apalagi memang ada dukungan bangsa Jahudi, terutama di Amerika Serikat dan negara sekutu dalam perang dunia. Lagi pula Hussein Sharif, pemimpin dunia Arab selama perang Dunia I, tidak menetang kembalinya Jahudi ke tanah Palestina. Liga bangsa–bangsa secara resmi menyerahkan mandat ke pada pemerintah Inggris pada tahun 1922 untuk memrintah di Palestina dn melaksanakan Deklarasi Balfour. Penguasaan Palestina ini termasuk seluruh wilayah teransyordan di tepi Timur dan Tepi Barat sungai Yordan. Situasi ini memberi peluang bagi gelombang kedatangan orang Jahudi ke Palestina, kawasan yang mereka anggap sebagai tanah airnya. Jumlah penduduk Jahudi yang sekitar 85 ribu jiwa jadi membengkak. Sampai tahun 1947, sudah naik tujuh kali lipat, menjadi di atas 600 ribu jiwa. Sementara itu penduduk Arab Palestina, dalam periode ini tumbuh menjadi lebih dari satu juta orang. Rupanya, meningkatnya taraf hidup di Palestina karena imigran Jahudi menarik orang– orang Arab ke Palestina.
10 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Dalam perkembangan, Menteri Luar Negeri Inggris untuk daerah–daerah jajahan, Winston Churchill, memerdekakan daerah di Tepi Sungai Yordan (Transyordan) sehingga terbentuklah kerajaan Yordania di bawah Emir Abdullah. Sementara itu, 80 persen tanah Palestina muali dibuka sebagai daerah otonomi, untuk didiami Arab Palestina dan Yahudi. Sayang, berkali-kali pada tahun 1922, 1929, 1936, pergolakan pecah terus dikawasan Palestina. Orang-orang Palestina dan Arab menolak kehadiran bangsa Jahudi. Situasi panas ini dikipas-kipas oleh ekstrimis Mufti Yerussalem, Haj Amin Al-Husseini. Komisi kerajaan Inggris yang dikepalai oleh Lord Pell, 1937 menimbulkan tak ada harapan bagi Jahudi dan Arab untuk hidup berdampingan dan menyatukan aspirasi nasionalnya. Maka Inggris mengambil prakarsa membentuk Royal Commision, yang membagi tanah Palestina menjadi 3 bahagian. Bagian pertama di sebelah utara, daerah Nahrariya sampai Tel Aviv, untuk orang Jahudi. Wilayah ini masih ditambah dengan daerah kantung selatan Tel Aviv. Orang Palestina, menurut rencana mendapat jatah lebih luas, meliputi seluruh wilayah Tepi barat, Jalur Gaza, dan Gurun Negev yang menembus ke Teluk Agaba. Untuk menghindari sengketa, wilayah kota suci Yerussalem ditetapkan sebagai daerah internasional. Namun, Perang Dunia ke I keburu meletus. Rencana ini pun jadi tertunda. Sekitar 30 ribu orang Jahudi turun tangan sebagai sukarelawan pasukan Inggris. Namun perabg ini juga membawa bencana. Nazi Jerman mencabut enam juta Jahudi dikamar-kamar gas di Eropah Timur. Sisa-sisa Jahudi yang masih bertahan meninggalkan Eropah untuk kembali ke kampung halaman di Palestina. Namun pemerintahan Inggris memutuskan untuk benar-benar membatasi imigrasi Jahudi ke Palestina. Juga Inggris melarang penjualan tanah untuk pemukiman Jahudi. Presiden AS, Truman (1945) turun tangan meminta Inggris membuka pintu untuk orangorang Jahudi yang terlantar di Eropah untuk pulang. Penduduk Jahudi mulai melancarkan oposisi pada pemegang mandat. Gerakan ini dimotori oleh Haganah, cikal bakal tentara Israel. Haganah meningkatkan operasi dengan menghancurkan semua jembatan dan jalan yang menghubungkan Palestina dengan negara tetangga. Untuk menguasainya, pemerintah menangkapi komandan-komandan pesuruh ini. Namun, perlawanan Jahudi semakin marak. Inggris terpaksa meningkatkan kehadiran militernya, menjadi 100 ribu tentara di Palestina, akhirnya Inggris menjadi letih mengurus bangsa ini. Maka, pada Februari 1947, Menlu Inggris Ernest Bevin mengumumkan kepada majelis rendah bawah Inggris mengalihkan masalah Palestina ke PBB. Hasilnya, majelis umum PBB mengeluarkan keputusan untuk membagi wilayah negara Palestina di Barat Sungai Yordan, menjadi negara Arab dan Jahudi perwalian international untuk Yerussalem. Berbeda dengan rencana 1937, menurut rencana PBB ketika itu, bangsa Jahudi memperoleh Kavling lebih luas. Kawasan Ngev dihadiahkan untuk orang Jahudi. Kabar ini diterima sukacita oleh bangsa Jahudi yang baru saja mengalami mimpi buruk “kamar gas” Nazi dan terlantar di Eropah. Dan kerinduan kalangan tua Jahudi untuk pulang ke tanah yang dijanjikan kitab suci terpenuhi. Sebaliknya, pihak arab naik pitam dan bersumpah akan menghancurkan munculnya negara itu.
11 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Kemudian sebuah bia yang membawa penumpang Jahudi ke Yerussalem diberondong peluru. Lima orang mati. Inilah awal perang kemerdekaan Israel dengan 650 ribu Jahudi melawan sekitar 1,1 juta Arab Palestina yang didukung tujuh angkatan bersenjata negara-negara Arab disepanjang perbatasan. Pasukan Mesir, Irak, Suriah, Yordania, Libanon dikawal persenjataan modern. Perang Arab-Jahudi yang dimulai 1948 itu berakhir dengan kemenangan Jahudi. Kekuatan militer Palestina dan Arab bercerai-berai. Lewat perang ini, lebih dari 90%tanah Palestina jatuh ke tangan Jahudi dan lahirlah negara Israel dengan batas kekuasaan ditentukan dalam persetujuan genjatan senjata, yang tak berbeda jauh dari garis pemisah kekuatan militer. Namun bangsa Palestina mencatat sejarah lain. Ketika berlangsung ratusan ribu rakyat palestina hijrah ke dua kantung pemukiman Palestina. Daerah ini adalah tepi barat dengan luas 5.660km dan Jalur Gaza seluas 360km kedua daerah ini merupakan sisa tanah Palestina yang belum dijamah Israel. Sebagian orang Palestina lainnya mengungsi ke Libanon dan Yordania. Baik Tepi Barat maupun Jalur Gaza dilindungi oleh kesatuan-kesatuan militer Arab. Atas rekomendasi liga Arab, wilayah Tepi Barat diurus oleh Yordania, sedangkan Jalur Gaza berada dibawah penguasaan Mesir. Kendati tetap memiliki hak-hak politik, kedua tempat orang Palestina itu harus menerima nasib dibawah pemerintahan negara asing.
Bab VI Kesimpulan
-
-
Dari berbagai uraian diatas dapatlah kita ambil berbagai kesimpulan, antara lain : Gerakan Zionisme adalah gerakan rasial yang ingin membentuk suatu negara Jahudi yang bersifat internasional. Pembentukan negara Jahudi di Palestina hanya merupakan pusat kegiatan organisasi untuk dapat menguasai dunia dan Jahudi sebagai pemimpinnya. Tuntutan bangsa Jahudi yang ingin menguasi Palestina berdasarkan fakta sejarah ternyata tidak dapat dibuktikan kebenerannya. Akibar tuntuan dan sikap keras kepala bangsa Jahudi untuk dapat menguasai Palestina melahirkan pertentangan diseluruh dunia serta menciptakan berbagai ketegangan di sekitar laut tengah dan dunia Arab. Bangsa Jahudi yang merupakan kelompok minoritas di Timur Tengah menjadi kuat adalah berkat dukungan negara–negara kuat, terutama Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis
12 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
DAFTAR BACAAN Amin Ahmad. Islam Dari Masa ke Masa. CV. Rosda Bandung, bandung, 1987. Brinton Crane. Pembentukan Pemikiran Modern. Mutiara Jakarta, 1981. Darus, Amaluddin. Keruntuhan Arab dan Kebangkitan. Pustaka Abad, Selangor, Malaysia, 1981. Dipoyudo, Kerdi. Timur Tengah Dalam Pergolakan. Yayasan Proklamasi, Jakarta, 1977. Draoza. Mengungkap Tentang Jahudi. Pustaka Progessif, 1992. Jamellah Maryam. Islam Versus Barat. Alhidayah, Jakarta, 1981. Munawir, Imam. Kebangkitan Islam dan Tantangan- tangan Yang Dihadapi Dari Masa ke Masa. PT. Bina Ilmu Surabaya, 1984. Graudy R. Zionis Gerakan Keagamaan dan Politik, Jakarta, gema Insani, 1988. Polak, JBAF Mayor. Sejarah Dunia Moderen. Toko Gunung Agung Bali Denpasar, 1975. Syallabi, A. Sejarah dan Kebanyakan Islam. Pustaka Alhusna. Jakarta, 1983. Tia John A. Iraq Dalam Lukisan, Mutiara, Jakarta. Uwais, Abdul Hakim. Analisa Runtuhnya Daulat–daulat Islam. CV. Pustaka Mantiq Solo, 1992. Wirjosuprapto, R.M Sutjipto. Sejarah Dunia. Balai Pustaka, Jakarta, 1956.
13 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
14 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara