SUMBER DAYA AIR
Latar belakang Beras dan perkembangannya. Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia, mulai Pelita I pada era tahun 70-an pemerintah sangat peduli untuk meningkatkan produksi padi, dengan disikapi
membangun
prasarana
irigasi
disertai
dengan
penyuluhan
dan
pemberdayaan masyarakat melalui program PTGA (penyuluhan tataguna air), BIMAS dan INMAS.
Program tersebut dilakukan secara sistematis dan tahapan
secara terencana untuk merobah sikap petani dari petani tradional menjadi petani moderen yang mengenal pupuk kimia, mengenal teknologi usaha tani, mengenal irigasi teknis yang dapat meningkatkan produksi gabah. Apa ini bisa disebut sebagai perencanaan sosial-ekonomi saat itu ? Gencarnya penyuluhan dibidang pengairan dan budidaya tanaman padi tersebut dari pemerintah pada saat itu ternyata merobah prilaku petani , dilakoni lebih 30 tahun oleh sebagian besar petani sawah Untuk menaikkan produksi gabah, petani
terbiasa menggunakan pupuk kimia
secara berlebihan, hal ini merusak struktur tanah dan lingkungan sehingga tanah menjadi miskin hara, hilangnya bakteri penyubur tanah, hilangnya predator hama. Penggunaan pupuk kimia bertambah besar dan harganyapun meningkat sehingga mengurangi pendapatan petani. Prilaku petani yang terbentuk tersebut dalam mengatur air dan budidaya padi, telah melekat erat pada kehidupan petani dan dianggap sebagai yang paling terbaik dan sulit dirobah dengan adanya inovasi baru yang lebih baik, ramah lingkungan dan dapat menghasilkan gabah lebih tinggi.Buah dan mengantarkan Indonesia dapat meningkatkan produksi beras berswasembada pangandan sempat mengalami swasembada dan tidak melakukan import beras. Akibat perubahan iklim, perubahan daerah tangkapan air, maka ketersediaan air irigasi semangkin berkurang berdampak kepada berkurangnya lahan sawah yang dapat diairi dan timbulnya dapat konflik air, sehingga pasokan beras dari petani untuk lumbung pangan nasional terancam.
Kebutuhan pangan Nasional setiap tahun meningkat tetapi tidak didukung oleh penambahan areal irigasi secara Nasional dan terjadi alih fungsi lahan terutama di P.Jawa, import beras selain mengurangi devisa negara juga menjadi pesaing petani dalam budidaya padi. Upaya perluasan tidak dapat dilakukan sehingga pilihannya adalah peningkatan produktivitas padi per ha (intensifikasi tanaman). Pjuga terjadi SRI dan Irigasi Hemat Air, Inovasi baru budidaya tanaman padi. Pengenalan Fr.Henry de Laulanie terhadap SRI yang menggunakan pupuk organik dan penggunaan air yang sedikit, kemudian selanjutnya disosialisasikan ke Indonesia oleh Norman Uphoff tahun 1997 menjadi awal baru dalam budidaya pertanaman padi di Indonesia, sebagai sebuah jawaban atas ketergantungan pupuk kimia, untuk perbaikan tanah dan ketersediaan air irigasi dan dapat meningkatkan rata-rata gabah per ha. Oleh sebab itu maka Kementerian Pekerjaan Umum maupun Kementrian Pertanian melalui Direktorat Teknis dan Badan Litbang melakukan pengenalan metode SRI atau PTT (pertanaman pola terpadu) pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) / Balai, pengenalkan bercocok tanam secara macak-macak yang lebih hemat SRI organik juga dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat ( seperti Aliksa ) dan perusahaan swasta (Medco) yang lebih banyak mengenalkan SRI organik. Bentuk kegiatan tersebut berupa berupa sosialisasi, penyuluhan, demplot kepada aparat pengairan, pertanian dan kelompok tani. Inovasi budidaya tanaman padi baru tersebut telah berkembang, yang ada di lapangan sekarang ini terdiri dari atas ; 1) budi daya padi menggunakan pupuk dan obat berbahan organik (SRI organik); 2) budidaya padi mengurangi secara bertahap penggunaan pupuk dan obat berbahan kimia (SRI semi organik), kedua budi daya tersebut menggunakan air lebih sedikit dan sudah berbibit muda. Keuntungan inovasi pertanaman ini ternyata telah dapat menghemat air sampai 40%, produksi mencapai lebih dari 10 ton (naik 2-4 ton/ha) dan memperbaiki
struktur tanah karena menggunakan pupuk organik atau berimbang. Penghematan air irigasi ternyata dapat memperluas IP menjadi IP 300 atau IP 400 ( telah dilakukan percobaan/gerakan IP400), serta dimungkinkan memperluas areal yang dapat diairi, mengurangi jam operasi pompa air bagi irigasi air tanah. Perlunya penggunaan air irigasi secara hemat. Dengan adanya perubahan iklim dan kondisi daerah tangkapan hujan, menyebabkan ketidakcukupan air permukaan, di daerah irigasi menimbulkan konflik sosial
akibat pengaturan air yang tidak adil, pencurian air atau terjadi
kegagalan panen dan puso. Pengelolaan jaringan irigasi memerlukan biaya yang tidak sedikit, apabila OP jaringan dikurangi maka umur jaringan menjadi pendek, bila penggunaan air dilakukan secara hemat dan dapat mengairi areal lebih luas maka nilai manfaat eonomi jaringan akan bertambah. Inovasi budidaya dan penggunaan air secara hemat yang dilaksanakan mengganti pola padi yang boros air (konvensional).
perlu
Penggunaan air irigasi secara hemat juga dapat dilakukan dengan sistim air tertutup /perpipaan, inovasi ini salah satunya dikenal sebagai irigasi mikro/tetes. Semua inovasi merupakan hal yang baru bagi petani Indonesia, sehingga perlu dperkenalkan melalui kegiatan pelatihan dan demplot teknik pengaturan air yang lebih efektif dan efisien. Penelitian sosial-ekonomi dan pedoman Balai Sosial-Ekonomi sejak tahun 2008 melakukan penelitian sosial-ekonom terhadap budidaya tanaman padi dengan irigasi secara hemat , ternyata petani belum mau melakukan inovasi baru perlu contoh dan percaya diri terkait dengan merobah pola pikir petani (terdidik dari pola konvensional) termasuk juga mendidik pendamping / pelaksana lapangan yang mempunyai kemampuan memberikan penyuluhan kepada petani. Dari penelitian dan pengamatan lapangan tidak mudah untuk merobah dari cara konvensional kepada inovasi baru ( irigasi hemat air,SRI), sebagian dari petani yang mendapat pelatihan SRI belum dapat menerapkan karena kondisi jaringan yang tidak dapat diatur penggunaan airkebutuhannya, seperti di daerah irigasi
yang datar memerlukan drainase yang baik, atau belum terdapat bangunan pengatur. Peralihan dari metode konvensional ke metode SRI atau menggunakan air irigasi secara hemat belum menunjukkan perkembangan yang berarti, hal ini dapat menjadi sebuah kegiatan sesaat ( selama ada proyek), dan tidak mendorong petani beralih dengan cepat, program penyuluhan dilakukan masing-masing dan tidak terpadu materi pengairan, budidaya dan pembinaan kelembagaan sehingga program tidak berkelanjutan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Sosial Ekonomi sejak tahun 2008 terhadap
sosial ekonomi penggunaan air irigasi secara hemat dihasilkan
pedoman rekayasa sosial ekonomi penggunaan air irigasi secara hemat (tahun 2010). Pedoman ini dipandang perlu untuk dapat dipergunakan oleh instansi atau pelaksana lapangan untuk kebutuhan percepatan produksi gabah, peningkatan kesejahteraan petani. “Konsep pedoman rekayasa sosial ekonomi penggunan air irigasi secara hemat” telah dibahas pada Panitia Sub Pantek Sumber Daya Air pada tahun 2010 dan sekarang dipersiapkan akan diajukan menjadi pedoman teknik ke Panitia Teknik bidang Kontruksi. Kegiatan ujicoba perencanaan sosial penggunaan air irigasi secara hemat ini akan memberikan masukan baru, seperti adanya penggunaan air pada`irigasi mikro (irigasi tetes) dan jaringan irigasi air tanah yang belum tertampung dalam pedoman rekayasa sosial penggunaan air irigasi secara hemat.
Rumusan Masalah Kebutuhan beras Nasional merupakan program utama Pemerintah, salah satu cara yang harus dilakukan intensifikasi lahan meningkatkan produksi gabah, kegiatan yang akan dilakukan
penyuluhan intensif kepada petani pemakai air
menerima inovasi baru yang dapat meningkatkan produksi dan ekonomi petani.
Pola penggunaan air irigasi secara boros (konvensional) seharusnya sudah ditinggalkan oleh petani dan menggunakan inovasi SRI dan irigasi hemat air. (Bagaimana petani dapat menerima dan menerapkannya ?). Keberhasilan itu perlu didukung dengan menyampaian secara sistematis tahapan yang terencana baik oleh pemerintah maupun pihak swasta
dan
melalui
kegiatan sosialisasi, pelatihan, demplot agar kalangan masyarakat petani dapat menerimanya, terjadi alih pengetahuan dengan cepat, juga kepada membimbing aparat, pemuka dan wakil kelompok tani menjadi penggerak /monivator. Kegiatan
sosialidasi, penyuluhan dan demplot oleh bidang teknik irigasi dan
pertanian perlu dilakukan secara bersamaan, yang terjadi pada saat ini bahwa beberapa pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta hanya materi budidaya tanaman padi SRI
tetapi belum mengutarakan cara pengaturan air
irigasi atau sebaliknya. Sebagaimana dilakukan pada era Pelita dalam kegiatan PTGA, Bimas keterpaduan materi dilakukan secara terpadu agar lebih efektif dan efisien, seperti juga teridentifikasi dalam penelitian sosial-ekonomi. Adanya PP.No.38 th.2007 tentang pembagian tugas Pemerintah, pemerintah propinsi dan pemerintah kab/kota dapat dijadikan penyatuan program untuk percepatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Adanya perubahan perundangan sub bidang sumber daya air dan pertanian, terjadi limpahan tupoksi sehingga perlu pembekalan aparat/ sumber daya manusia dengan materi bidang sumber daya air (irigasi hemat air) serta penyiapan masyarakat sesuai dengan kondisi sosial-ekonomi masyarakat agar kegiatan dapat berjalan dengan sempurna. (Bagaimana menyampaikannya kepada aparat/ intansi terkait.?). Pembinaan kelompok tani telah menjadi kewenangan bidang pertanian, maka aparat pertanian perlu dibekali dengan materi pengelolaan jaringan irigasi ( OP, pembiayaan, dll) seperti yang dilakukan oleh PU untuk membina petanii pemakai air.
Uji Coba Konsep pedoman rekayasa sosial penggunaan air secara hemat, merupakan sebuah panduan teknis bagi pelaksana kegiatan, bagaimana cara untuk mengajak masyarakat tani dan merobah pola pikir petani dapat melakukan pengembangan / penggunaan irigasi hemat air dan budidaya padi irigasi. Dapat dirumuskan permasalahan tersebut bahwa; 1) meningkatkan produksi padi tidak hanya dipengaruhi oleh teknik budidaya tanaman dan kondisi lahan tetapi juga sangat dipengaruhi oleh pola pemberian air di lahan sawah secara macak-macak, 2) peralihan tersebut membutuhkan sosialisasi, pelatihan dan pendidikan bercocok tanam untuk merobah pola pikir, prilaku, sosial-ekonomi masyarakat petani, 3) dibutuhkan percepatan dan pelaksanaan irigasi hemat air melalui kegiatan terpadu, terkoordinasi dengan menggunakan pedoman rekayasa sosialekonomi irigasi hemat air.
Tujuan Kegiatan Uji Model Perencanaan bermaksud untuk memberikan pedoman / petunjuk teknis Rekayasa Sosial-Ekonomi Penggunaan Air Irigasi Secara Hemat / Irigasi Tetes bagi keperluan pemangku kepentingan.Dalam upaya meningkatkan produksi padi, penggunaan air irigasi dan pelestarian lingkungan sumber daya air dengan prinsip penggunaan air irigasi secara hemat maka instansi terkait ( yang membidangi irigasi, pertanian ) melakukan program secara tersendiri, untuk efektifnya program dan percepatan maka diperlukan pedoman atau petunjuk teknik. Kegiatan ini bertujuan untuk penyempurnakan konsep pedoman rekayasa sosial irigasi hemat air yang sebelum dipergunakan sebagai pedoman atau petunjuk teknis untuk keperluan percepatan pengelolaan irigasi hemat air. Sehingga beberapa tahapan kegiatan uji model ini didasarkan kepada “Konsep Pedoman Panduan Penggunaan Air Irigasi Secara Hemat”.
Konsep pedoman ini akan menjadi acuan pembuatan materi / modul rekayasa sosisl ekonomi untuk keperluan meningkatkan kemampuan aparat dan petani dalam pengelolaan air irigasi berkelanjutan.
Keluaran (output) Keluaran dari kegiatan ini akan menghasilkan sebuah pedoman rekayasa irigasi hemat air, pedoman ini nantinya dapat digunakan oleh pemangku kepentingan untuk keperluan peningkatkan pengembangan irigasi hemat air.
Hasil (outcome) Diharapkan para pemegang kepentingan (stackholder) mempunyai kemampuan membina dan menerapkan pengembangan irigasi hemat air berdasarkan pada kondisi sosial-ekonomi masyarakat. Pengguna air irigasi yang mendapatkan pelatihan dapat mengembangkan dan menerapkan irigasi hema air secara berkesinambungan.
Manfaat (benefit) Masyarakat dapat melakukan pengelolaan air irigasi secara mandiri dan terpenuhinya kebutuhan air untuk budidaya tanaman sebgai upaya meningkatkan ekonomi/pendapatan keluarga.