Mei-Juni 2014 M Rajab-Sya’ban 1435 H
menyucikan harta dan jiwa
ZAKAT SEBAGAI PILAR BUDAYA BANGSA
Zakat dan Peran Pemimpin
BERTAWAKAL K.H. AHMAD HASAN TEGAS & GIGIH DALAM BERDAKWAH ZAKAT DAN ETOS KERJA
ii | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
t Jempu n a n a Lay 3
37 7 7 8 7 08
Zakat*
555
Salurkan zakat dan infak Anda melalui rekening: BRI Syariah Zakat : 701311637555 Infak : 701311631477 BCA Syariah Zakat : 0011555510 Infak : 00777711
*Zakat minimal Rp. 1.000.000,-
Hotline Layanan Jemput Zakat Senin - Jumat pukul 08.00 - 16.00
3904555 email.
[email protected] badanamilzakat @baznasindonesia www.baznas.or.id
hikmah
Rasulullah Saw. bersabda, “Pasti akan datang kepada manusia suatu zaman, di mana seseorang berkeliling membawa sedekah emas, lalu ia tidak menemukan seorang pun yang mau mengambilnya. Dan terlihat seseorang diikuti oleh empat puluh orang wanita yang berlindung kepadanya karena sedikitnya kaum lelaki dan banyaknya kaum wanita”. (HR Abu Musa r.a)
2 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
Salam,
H
salam
ingga saat ini, Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan besar, antara lain, kemiskinan, kebodohan, dan pengangguran. Persoalan besar ini sebenarnya bisa ditanggulangi lebih cepat bila umat Islam yang merupakan bagian terbesar dari negeri ini taat dan patuh menjalankan kewajibannya, seperti mengeluarkan zakat. Namun pada kenyataannya, kewajiban zakat masih dipandang sebelah mata, belum dijadikan sebagai gaya hidup atau budayanya, sehingga jumlah dana zakat yang dapat dihimpun masih jauh dari potensinya yang luar biasa. Kalau zakat sudah menjadi budaya umat, lalu zakatnya dikelola secara amanah dan profesional, insya Allah, berbagai persoalan umat itu bisa segera diatasi. Karena itu, majalah Zakat Edisi Mei-Juni 2014 ini mengangkat tema Zakat Sebagai Pilar Budaya Bangsa dengan menyajikan dua tulisan pada rubrik Zakat Utama. Yaitu, Memakmurkan Bangsa dengan Budaya Zakat dan Mengatasi Korupsi dengan Budaya Zakat. Untuk mendukung tema ini, dalam rubrik Opini kami sajikan tulisan tentang Etos Kerja dan Zakat yang berisi tentang keharusan umat mencari rezeki. Tapi, setelah rezeki itu didapatkan, ada kewajiban untuk mengeluarkan zakatnya. . Pada rubrik Kiprah, kami sajikan tulisan tentang seorang yang lahir dari keluarga dhuafa dan tak berpendidikan tinggi. Tapi, berkat usahanya yang gigih dalam belajar dan bantuan para dermawan melalui program Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS) BAZNAS, ia sukses menggondol gelar Sarjana Teknik Institut Teknologi Bandung (ITB). Semoga yang kami sajikan dalam majalah Zakat ini, bisa memberi inspirasi atau dorongan kepada para pembaca untuk senantiasa beramal shaleh, seperti berzakat, berinfak dan bersedekah.
Majalah ini diterbitkan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Dewan Redaksi Prof Dr. Didin Hafidhuddin | Teten Kustiawan | M. Fuad Nasar, M.Sc, | Hermin R. Rachim | Ndari Rumi Widyawati | Nadia Rizqi Cahyani | Ratri Devy Arimbi konsultan Media rubudesign.co Redaksi Karsono Tadjuddin | Sunan Hasan Fotografer Miroslav Arofich Desain Grafis Gunadi Gaisani Redaksi dan Iklan Jl. Kebon Sirih Raya No. 57 Jakarta Pusat. Tlp. (021) 3904555 Fax. (021) 3913777 www.baznas.or.id
01 Hikmah 03 Khazanah 08 zakat utama
6
16 Surat Kebon Sirih Bekerja Keras Menyambut Suka Cita Ramadhan
SULUH
18 program baznas 26 zakat dunia
14
24
Misi Besar World Zakat Forum
INSPIRASI
40
Zakat dan Etos Kerja
28 opini Bertawakal 30 Tokoh K.H. Ahmad Hassan Tegas dan Gigih Dalam Berdakwah 32 Kiprah Menjadi Sarjana Berkat Zakat 36 Tanya Jawab 38 Sirah Imam Syafi’i Ulama Santun dan Dermawan 42 Kitabah Seni Menjalani Hidup 44 Catatan ZAKAT
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 3
One Day One Juz (ODOJ) diLaunching di Masjid Istiqlal
D
engungan mirip suara lebah yang melantunkan ayat-ayat langit secara bersamaan membuat suasana menjadi haru. Sejauh mata
memandang, semua peserta sibuk dengan tilawahnya. Kurang lebih 30.000 orang peserta berpartisipasi dalam acara Grand Launching One Day One Juz (ODOJ). Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat tampak dipenuhi jamaah hingga ke lantai atas (4 Maret 2014). “Bagi yang baru datang diharapkan untuk segera ke lantai 2 atau lantai 4. Lantai 2 sudah penuh,” seru seorang panitia saat mengarahkan hadirin. ODOJ adalah sebuah akronim bagi sebuah komunitas pem baca
British Muslim TV akan Mengudara di Inggris S
TASIUN televisi British Muslim TV yang menyajikan tayangan khusus untuk umat Islam di Inggris akan diluncurkan pada bulan Juni ini. Saat ini, program yang akan dibiayai dan dibuat di dalam negeri itu menggunakan platform digital yang menggambarkan tagline “Kepercayaan Diri Muslim, Inggris yang Nyaman”. “Tayangan British Muslim TV akan berbeda dengan televisi
Demba Ba, Striker haus gol yang membangun masjid "Menjadi Muslim lebih penting daripada saya menjadi pesepakbola," demikian ungkapan bomber klub sepak bola Chelsea tersebut. Sebuah kalimat yang pastinya keluar dari Muslim yang taat. Untuk itulah tidak mengherankan kalau Demba
Muslim lainnya. Kami lebih terbuka terhadap berbagai pandangan dalam Islam,” ujar Direktur Pemasaran dan Komunikasi British Muslim TV, Wasim Akhtar seperti Ba merasa memiliki kewajiban seorang Muslim dengan membantu pembangunan masjid di kampung halamannya, Senegal. Di tanah kelahiran Ba, Senegal (Afrika Barat), Islam merupakan agama mayoritas. Hampir 90 persen penduduk di negara itu adalah Muslim. Mantan penyerang Newcastle itu merasa senang bisa membantu pembangunan masjid. Kata dia, sudah menjadi kewajiban seorang Muslim melakukannya. Jadi bukan hal yang perlu dibesar-besarkan.
Al-Quran dengan meng khatamkan Al-Qur’an satu juz dalam satu hari. Komunitas yang berinteraksi melalui media sosial se perti blackberry massanger (bbm), whatssup sam pai saat ini te lah terbentuk lebih dari 2.000 grup. Setiap grup beranggotakan 30 orang, sesuai dengan jumlah juz. Para anggota yang hadir pada acara Grand Launching berasal dari berbagai wilayah se-Indonesia. Dengan dihadiri oleh Wakil Menteri Agama, Prof. Dr. Nasaruddin Umar dan Ustadz Yusuf Mansyur. Tampak pula artis Dude Herlino, Teuku Wisnu, Baim Wong dll. (berbagai sumber) dilansir Al Arabiyya (8/6/2014). Saluran ini, katanya, tidak hanya menayangkan tentang isu keyakinan. Tetapi juga akan menayangkan tentang praktik dalam kehidupan Muslim di Britania Sebelumnya, sudah ada stasiun serupa, seperti Islam Channel, Noor TV, Peace TV, dan Iqra TV. Tetapi televisi-televisi itu fokus pada komunitas Muslim di Asia Selatan. Berdasarkan sensus pe me rintah tiga tahun silam, Muslim Inggris merupakan komunitas yang tumbuh paling cepat. Saat ini jumlahnya sudah mencapai 1,6 juta jiwa. Bahkan, separuhnya masih berusia di bawah tiga puluh tahun. (pelitaonline. com)
Demba Ba, Pemain 28 tahun itu merupakan salah satu dari 40 bintang Muslim lainnya yang bermain di Liga Premier Inggris. Semenjak debut per tama kalinya tahun 2005 di Liga Prancis sepanjang kariernya te lah mengoleksi 119 gol. Sebuah tradisi baginya setiap merayakan gol dengan melakukan sujud syukur.
KHAZANAH
4 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
2,9%
pertambahan jumlah pemeluk agama Islam tiap tahun
Tercatat setiap tahun penduduk Muslim di dunia bertambah 2,9 %. Pertumbuhan ini lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk bumi sendiri yang hanya 2,3% per tahun. (aldamisite.blogspot.com)
KHAZANAH
1 dari 10
Anak di Inggris terlahir Sebagai Muslim Data statistik baru tahun 2014 menunjukkan bahwa satu dari sepuluh anak yang lahir di Inggris tercatat sebagai seorang Muslim. Hal ini merupakan bukti meningkatnya jumlah minoritas Muslim di sana. (eramuslim.com)
70%
Penduduk Albania beragama Islam
Albania merupakan negara di benua Eropa yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Wilayah yang pernah dikuasai Bani Ustmani ini memiliki total populasi 3,1 juta orang dengan 2,2 juta penduduknya beragama Islam. (ardi-lamadi)
DOWNLOAD MAJALAH ZAKAT www.baznas.or.id Tersedia juga di iPad, iPhone & Android via
6 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
Zakat sebagai pilar budaya bangsa
suluh
Zakat dan Peran Pemimpin
Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc Ketua Umum BAZNAS
Setiap Muslim dalam posisi apa pun harus memiliki komitmen moral untuk memperjuangkan nasib orangorang miskin (mustad’afin). Tidak boleh kemiskinan dibiarkan merajalela di tengah umat dan bangsa karena akan menyebabkan dekatnya orang dengan kekufuran.
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 7
B
etapa besar perhatian Islam terhadap kaum miskin dapat dilihat dari ajaran yang berkaitan dengan harta (almaal), di antaranya kewajiban mengeluarkan zakat serta an juran berinfak dan bersedekah dalam keadaan lapang maupun sempit. Zakat sebagai salah satu rukun Islam diutamakan untuk kesejahteraan fakir miskin yang merupakan mustahik utama. (QS. At-Taubah [9]: 60). Perlu disadari bahwa zakat, termasuk infak dan sedekah memiliki potensi yang sangat besar sebagai salah satu solusi kemiskinan. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt. telah mewajibkan atas hartawan Muslim suatu kewajiban zakat yang dapat me nanggulangi kemiskinan. Ti daklah mungkin terjadi seorang fakir menderita kelaparan atau kekurangan pakaian, kecuali oleh sebab kebakhilan yang ada pada hartawan Muslim.” (HR Imam AlAsbahani). Kejayaan dan harga diri (‘izzah) umat Islam akan tetap terjaga jika ditopang dengan peran zakat. Dalam kaitan ini, sejarah umat Islam di masa lalu membuktikan bahwa pemimpin yang pro-zakat adalah cerminan pemimpin yang serius memperhatikan masalah kemiskinan dan berupaya menanggulanginya, serta tidak menjadikan orang miskin hanya sebagai tameng untuk mengejar kekuasaan. Era kegemilangan zakat di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, tercapai karena kepemimpinan yang berpihak
pada kepentingan kaum dhuafa. Kepemimpinan yang pro-zakat akan selalu mengutamakan kemakmuran seluruh rakyat dan bukan kemakmuran diri sendiri dengan mengatasnamakan rak yat. Pemimpin yang mengerti dan menghayati nilai-nilai zakat akan berupaya menjadi pemimpin yang bersih sehingga mampu membersihkan orangorang di sekitarnya. Dalam kaitan ini paradigma kebanyakan pemimpin tentang zakat perlu diluruskan. Zakat bu kan semata-mata urusan agama yang tidak terkait de ngan kebijakan Negara dan kepemimpinan. Para pe mimpin perlu menyadari bahwa zakat adalah potensi dan kekuatan yang dapat menggerakkan perekonomian dan mengatasi kesenjangan sosial. Jika kaum dhuafa diber dayakan maka dengan sen dirinya perekonomian nega ra akan terselamatkan dari kesenjangan. Untuk meng aktualisasikan peran zakat dalam pembangunan kesejah teraan masyarakat diperlukan peran pemimpin di semua lini dan tingkatan. Semangat beragama seorang pemimpin akan memantul pada jiwa dan semangat beragama rakyat yang dipimpinnya. Dari sudut pembangunan kesejahteraan masyarakat, za kat memiliki tujuan yang sangat mulia, seperti diung kapkan oleh Muhammad Wahbah AzZuhaili, yaitu menggalang jiwa dan semangat saling menunjang
dan solidaritas sosial di kala ngan masyarakat Islam, merapat kan dan mendekatkan jarak dan kesenjangan sosial ekonomi dan masyarakat, menanggulangi pembiayaan yang mungkin tim bul akibat berbagai bencana, seperti bencana alam maupun bencana lainnya, menutup bia ya-biaya yang timbul aki bat terjadinya konflik, per sengketaan dan berbagai bentuk kekerasan dalam masyarakat, serta menyediakan suatu dana taktis dan khusus untuk penanggulangan biaya hidup para gelandangan, para pengangguran dan para tuna sosial lainnya, termasuk dana untuk membantu orang-orang yang hendak menikah tetapi tidak memiliki dana untuk itu. Sejak beberapa tahun ter akhir, kesadaran umat Islam di tanah air cukup tinggi untuk berzakat. Kita bisa melihat bah wa pengumpulan zakat di seluruh Indonesia juga terus meningkat. Jika kesadaran ma syarakat terus tumbuh untuk me nunaikan zakat, maka isya Allah berbagai masalah ke miskinan dan problem umat lai n nya akan dapat diatasi bersama. Oleh karena itu lem baga pengelola zakat di harapkan mempersatukan mi si nya dalam bekerja untuk umat dan menghindari polemik yang tidak ada manfaatnya me nyangkut pemahaman regulasi dan sebagainya. Wallahu a’lam bishawab
suluh
8 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
Zakat sebagai pilar budaya bangsa
zakat utama
Mewujudkan Bangsa Makmur dengan Budaya zakat Hari-hari ini, menjelang pemilihan umum presiden (Pilpres) yang akan dilaksanakan pada 9 Juli 2014, dalam berbagai kesempatan, terutama dalam kampanye, para calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) mengumandangkan berbagai janji manis, antara lain, mereka berikrar akan membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih makmur, adil, dan sejahtera.
J
anji tersebut bukanlah janji muluk yang sulit diwujudkan. Sebab, bangsa yang adil, makmur, dan sejahtera itu bisa diwujudkan asal mereka yang pernah berikrar demi kemajuan bangsa itu bertekad mau menepati janji-janjinya dengan cara bekerja keras dan cerdas penuh keikhlasan disertai doa tulus memohon pertolongan Allah yang Mahakuasa, Mahakaya dan Mahaadil. Bangsa yang makmur, adil, dan sejahtera akan lahir dari pemimpin bangsa yang memiliki akhlak mulia, antara lain, jujur, amanah, sayang kepada kaum dhuafa, dan tegas terhadap para pelanggar aturan-aturan Allah Swt. Sebab, pemimpin yang seperti
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 9
itu akan mampu menggerakkan atau memotivasi masyarakat untuk melaksanakan amal-amal shaleh yang sesungguhnya demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat juga. Dengan kata lain, seandainya Presiden dan Wakil Presiden terpilih nanti memiliki akhlak mulia dan kemudian mampu menggerakkan umat untuk beramal shaleh, misalnya, berzakat dan bersedekah, sehingga zakat menjadi gaya hidup atau budaya bangsa, maka insya Allah, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang makmur, adil, dan sejahtera. Bila rakyatnya ingin makmur, adil dan sejahtera, para pemimpin Indonesia, baik di pusat maupun di daerah bisa meneladani kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ketika baru diangkat jadi khalifah, beliau menangis karena takut tidak bisa mengemban amanah sesuai dengan tuntunan Allah, misalnya, harus membantu
fakir miskin yang memerlukan sandang, pangan, papan, dan kesehatan. Di hadapan istri dan anaknya yang menanyakan alasan beliau menangis, beliau membaca firman Allah QS Yunus ayat 15 yang artinya,“… Sesungguhnya aku benar-benar takut
akan azab hari yang besar (kiamat) jika mendurhakai Tuhanku.” Maka, langkah pertama Umar bin Abdul Aziz setelah diangkat menjadi khalifah adalah membersihkan pemerintahan dari orangorang yang tidak jujur dan
zakat utama
10 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
zakat utama
berakhlak buruk lainnya. Ia hentikan penghamburan uang negara, suap, upeti, dan segala kemewahan kehidupan istana.Ia naikkan gaji para pegawai negara agar mereka tak melakukan korupsi. Ia sendiri hidup sederhana. Ia tak mau menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan diri dan keluarganya. Harta kekayaannya pun disumbangkan untuk mengisi baitulmal. Pemimpin seperti ini menjadi pemimpin yang disegani dan dicintai rakyatnya. Maka, ketika Umar bin Abdul Aziz memerintahkan rakyatnya untuk berzakat, mereka menyambutnya dengan antusias. Mereka kian antusias ketika dana zakat itu langsung didistribusikan ke mustahiknya, baik secara produktif maupun konsumtif. Dengan pengelolaan zakat yang amanah dan profesional, pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, rakyatnya benar –benar makmur, adil dan sejahtera. Tidak ditemukan lagi orang-orang miskin sehingga harta baitulmal selalu berlebih. Sebagaimana diriwayatkan Abu Ubaid, suatu ketika Gubernur Baghdad Yazid bin Abdurahman mengirim surat ke Khalifah Umar bin Abdul Aziz tentang melimpahnya
dana zakat di baitulmal karena tidak ada lagi orang yang mau menerima zakat. Atas masalah ini, Umar memerintahkan Yazid agar zakat diberikan kepada yang biasa menerima upah. Perintah ini dilaksanakan, tapi jawab Yazid, dana zakat masih tetap berlimpah di baitulmal. Maka, kemudian Umar bin Abdul Aziz memerintahkan Yazid agar zakat itu diberikan kepada orang yang berutang dan tidak boros. Yazid kembali menjawab bahwa orang yang berutang pun sudah diberi zakat, tapi dana zakat di baitulmal tetap berlimpah. Karena dana zakat masih berlimpah, Umar memerintahkan Yazid agar orang lajang dinikahkan dan maharnya dibayarkan dari zakat. Dengan cara ini, kata Yazid, dana zakat di baitulmal masih tetap berlimpah. Akhirnya, Umar bin Abdul Aziz mengintruksikan Yazid agar mencari orang yang berbisnis dan membutuhkan modal usaha, tanpa harus
mengembalikannya. Kondisi itu bisa diwujudkan Umar hanya dalam waktu 2 tahun 6 bulan. Indonesia dengan potensi zakat yang besar yang mencapai Rp217 triliun per tahun, pasti juga mampu mewujudkan kondisi itu. Caranya, seperti disebutkan di atas, para pemimpinnya mulai dari presiden hingga lurah/ kepala desa harus berakhlak mulia yang mau berjuang dan berkorban demi bangsanya, bukan untuk diri, keluarga dan kelompoknya. Setelah itu, cita-cita itu diwujudkan juga lewat kerja sama atau sinergi para pemimpin dan pengelola zakat, baik Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) dalam menciptakan kebijakan atau program nasional yang prorakyat miskin dan berorientasi pada penyadaran gerakan budaya zakat nasional. Toh, Undang-Undang Zakat dan PP tentang pelaksanaannya sudah ada.
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 11
zakat utama
Mengatasi Korupsi dengan Budaya zakat
Masalah besar yang juga dihadapi bangsa Indonesia saat ini, selain kemiskinan dan pengangguran adalah korupsi. Ini bisa dilihat dari maraknya pemberitaan di berbagai media massa tentang ditangkap dan dijebloskannya para pejabat pemerintahan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ke penjara gara-gara tersangkut korupsi.
12 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
zakat utama
Ini juga menunjukkan betapa gencar dan giatnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberantas korupsi. De ngan cara itu, diharapkan, para pejabat publik lainnya akan takut dan malu untuk mengkorup harta negara. Tapi, ternyata tidak. Buktinya, peristiwa penangkapan pejabat publik menjadi tersangka korupsi sering berulang dan dipublikasikan. Ya, sepertinya, perilaku korupsi sudah membudaya di Indonesia ini.
M
enurut Jack Bologne atau lebih dikenal dengan teori Gone, ada 4 faktor penyebab terjadinya korupsi. Pertama, greed (keserakahan), yang berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang. Kedua, opportunity (kesempatan), yang berkaitan
dengan keadaan organisasi, instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan. Ketiga, need (kebutuhan), yang berkaitan dengan faktor yang dibutuhkan oleh individuindividu untuk menunjang hi du pnya yang wajar. Keempat, exposures (pengungkapan), yang berkaitan dengan tind a kan atau konsekwensi yang di hadapi oleh kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan. Keserakahan, seperti yang disebutkan Bologne itu tak akan hilang kecuali setelah kematian datang menjemput. Hal ini ditegaskan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, “Seandainya anak cucu Adam (manusia) mendapatkan dua lembah yang berisi emas, niscaya ia masih menginginkan lembah emas yang ketiga. Tidak akan pernah penuh perut anak Adam kecuali ditutup dalam tanah (mati).. Dan Allah akan mengampuni orang yang bertaubat.” (HR Ahmad).
Jadi, orang serakah atau tamak itu tak pernah puas dengan apa yang sudah dicapainya. Dengan jabatan sebagai bupati, misalnya, dia sebenarnya, sudah bisa hidup wajar, tetapi karena selalu merasa tidak puas dengan yang ada, akhirnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang lebih atau mewah, ia mencari harta sebanyak-banyaknya dengan segala cara. Tidak peduli lagi halal dan haram. Sifat serakah ini merupakan penyakit hati yang berbahaya yang kalau dibiarkan akan menimbulkan malapetaka. Sebab, orang serakah, mata hati dan pendengarannya menjadi tuli. “Cintamu terhadap sesuatu membuat buta dan tuli,” (HR Ahmad). Setelah itu, akan diiringi berbagai penyakit hati lainnya, seperti sombong, iri dengki, dan kikir. Karena itu, penyakit serakah ini harus segera diobati. Obat yang paling mujarab adalah berusaha sekuat tenaga dan pikiran mendekatkan diri kepada Allah Saw. dengan jalan melaksanakan segala perintahNya, antara lain mengeluarkan zakat dengan penuh ikhlas. Dari pengalaman Dirjen Bea dan Cukai Agung Kuswandono yang sudah berzakat sejak ia punya penghasilan, zakat itu ternyata mampu menghadirkan karakter bersih. Sebab, dengan zakat ia tidak menjadi orang yang tamak atau serakah. “Har ta yang dizakati itu adalah har ta yang bersih. Maka, cara men
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 13
dapatkannya juga harus dengan cara yang bersih,” katanya. Akhirnya, dia menyimpul kan bahwa zakat itu bisa di ja dikan sebagai perisai untuk tidak berbuat macam-macam yang melanggar aturan Allah. Semua maklum bahwa Direktorat Jenderal Bea Cukai adalah tem pat bekerja yang ‘basah”, tempat yang banyak kesempatan untuk mela ku kan kecurangan, seperti yang disebutkan dalam teori Gone di atas. tapi dia tidak melakukannya. Selain itu, zakat yang dike luarkan karena ketaatan kepada Allah juga akan menyucikan jiwa dari segala kotoran dan dosa, terutama kotornya sifat kikir, sebagaimana firmanNya,” Ambillah zakat dari harta mereka guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka.Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui”. (QS At-Taubah:103). Dengan demikian, dengan berzakat yang ikhlas akan tumbuh karakter yang luhur, seperti hidup sederhana, tidak serakah, jujur, dan menyayangi si miskin. Begitu banyak hikmah atau manfaat dari pelaksanaan ibadah zakat ini. Maka, selain merupakan rukun Islam, zakat harus juga menjadi pilar budaya bangsa. Artinya, zakat harus menjadi gaya hidup atau budaya bangsa (Muslim). Kalau itu terjadi, berbagai persoalan bangsa, seperti kemiskinan,
Zakat yang dikeluarkan karena ketaatan kepada Allah juga akan menyucikan jiwa dari segala kotoran dan dosa, terutama kotornya sifat kikir kebodohan, dan korupsi, insya Allah, bisa ditanggulangi. Agar berzakat menjadi budaya bangsa diperlukan kepemimpinan nasional yang kuat, yang mampu mendorong dan menggerakkan umat untuk menjalankan kewajibannya, antara lain kewajiban zakat. Pemimpin yang seperti itu adalah pemimpin yang punya karakter bersih, berani, cerdas, dan tegas, serta peduli terhadap kaum dhuafa. Selain itu, perlu dilakukan juga lima agenda besar pe ngelolaan zakat yang seringkali disampaikan oleh Ketua Umum BAZNAS Didin Hafidhuddin dalam berbagai pertemuan. Yaitu, pertama, sosialisasi dan edukasi zakat yang terus menerus kepada masyarakat luas, baik perorangan maupun badan usaha, termasuk mendorong para muzaki berzakat melalui amil zakat. Kedua, penguatan institusi amil zakat yang meliputi penguatan sumber daya manusia (SDM), sistem Information Technology (IT), program-pro gram yang menyentuh ke butuhan dasar mustahik, dan sistem pelaporan yang transparan, sehingga terwujud amil zakat yang amanah dan akuntabel. Ketiga, program pemberda
yaan zakat produktif, sehingga mustahik bisa menjadi muzaki. Dalam hal ini, zakat bisa dimanfaatkan untuk membantu umat (terutama golongan miskin) memulai usaha-usaha produktif, selain memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif. Keempat, penggunaan re gulasi. Pengelolan zakat nasi onal memerlukan penguatan dari sisi regulasi, yaitu Un dang-Undang, Peraturan Peme rintah, Peraturan Menteri dan Peraturan Daerah. Regulasi ini berperan penting dalam mendorong penguatan sistem perzakatan, menjadi landasan hukum bagi pengaturan dan pengawasan pengelolaan zakat secara efektif, serta mencip takan iklim perzakatan yang kondusif, baik di pusat maupun di daerah. Kelima, penguatan sinergi antar-sesama komponen pe ngelola zakat. Perlu dibangun, sinergi antar-komponen penge lola zakat di tanah air, baik BAZNAS maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) serta pe nge lola zakat kumpulan orang atau perorangan yang diberi legalitas setelah adanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Sinergi ini harus di sadari sebagai kebutuhan bersama.
zakat utama
14 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
kaidah zakat
Misi Besar World Zakat Forum T
anggal 28-29 Mei 2014 lalu, World Zakat Forum (WZF) bekerja sama dengan BAZNAS dan Nusantara Foundation, menyelenggarakan konferensi zakat internasional di kota New York, Ame r ika Serikat. Tema yang diangkat adalah Zakat for Global Welfare. Sejumlah negara, baik dari kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika, maupun benua Amerika sendiri, hadir dalam kegiatan ini. Ada tiga hal mendasar yang membuat konferensi ini
memiliki nilai yang strategis. Pertama, dipilihnya tema terkait kesejahteraan karena memang topik kesejahteraan ini merupakan isu yang sangat penting dalam konteks perekonomian global. Hal ini dikarenakan oleh kegagalan dunia secara kolektif untuk menurunkan angka kemiskinan menjadi separuh pada tahun 2015. Padahal penurunan angka ini merupakan amanat konferensi tingkat tinggi PBB pada tahun 1991 yang menetapkan target pembangunan millenium atau MDGs. Yang
ada justru angka kemiskinan ini semakin meningkat akibat krisis global berkepanjangan. Hingga saat ini, kondisi pasar keuangan global masih berada pada situasi yang tidak menentu dan rentan terhadap krisis lanjutan yang lebih parah. Fakta lainnya adalah tingkat kesenjangan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Data ILO menunjukkan bahwa share kelompok buruh miskin terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) mengalami penurunan di semua kawasan di seluruh dunia. Di negara-negara maju, share mereka turun rata-rata sebesar 9 persen. Untuk negara-negara berkembang di kawasan Asia, kontribusi kelompok ini turun dengan persentase rata-rata 13 persen. Bahkan khusus kasus Indonesia,
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 15
bukan hanya share buruh miskin terhadap PDB yang turun, namun kesenjangan secara umum mengalami peningkatan, dan di tahun 2013 lalu telah menembus angka 0,419. Fakta-fakta di atas mem berikan indikasi bahwa per lu perbaikan konsep pem bangunan suatu bangsa agar pertumbuhan ekonomi yang
ada bisa memberikan efek positif kepada semua lapisan masyarakat dan melahirkan kesejahteraan bersama. Bukan malah memperlebar kesenjangan yang ada. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan ins trumen zakat, sebagai institusi yang menjamin adanya aliran kekayaan dari kelompok the have kepada kelompok the have not. Kedua, dipilihnya New York dengan sejumlah alasan,
yaitu: (1) sebagai respon atas permintaan masyarakat Muslim di AS, dan (2), secara filosofis, ini adalah upaya ‘sosialisasi strategis’ di jantung kapitalisme dunia. Ini menjadi penting, apalagi salah seorang peraih Nobel ekonomi, Prof Joseph Stiglizt, telah menegaskan bahwa sistem keuangan dunia saat ini perlu dirombak total karena sistem yang ada hanya membuat aliran keuangan berputar dari kelompok kaya yang satu kepada kelompok kaya yang lain. Persis seperti yang telah diingatkan dalam QS 59 : 7. Ketiga, konferensi zakat ini diharapkan menjadi media
untuk memperkuat kerja sama global lintas negara. Hal ini sangat penting mengingat potensi zakat dunia yang sangat luar biasa besar. Terkait dengan upaya penguatan kerja sama zakat secara global ini, penulis melihat ada tiga isu penting yang perlu diselesaikan dengan baik melalui forum WZF ini. Pertama, pentingnya me laku kan standarisasi pe nge lolaan zakat, baik dari
Irfan Syauqi Beik Staf Ahli BAZNAS
sisi penghimpunan, penya lu ran, hingga masalah per tanggungjawaban dan akun tansi keuangannya. Ini men jadi sesuatu yang mutlak dilakukan, agar setiap negara memiliki kesamaan sistem dan mekanisme. Kedua, pentingnya melaku kan standarisasi dari sisi fikih zakat. Hal ini sangat urgen dilakukan karena perbedaan fikih zakat antarnegara dapat menciptakan hambatan dalam mendorong proses sinergi yang dilakukan. Ketiga, para pegiat zakat harus meyakinkan dunia internasional bahwa praktik zakat saat ini juga “in line” dengan hukum internasional, terutama persoalan money laundring dan anti-terorisme. Ini juga harus dilakukan mengingat setiap pergerakan uang dalam jumlah besar dari satu negara ke negara lain pasti mendapatkan pantauan dari AS dan sekutusekutunya. Namun perlu diingatkan, bahwa kita sama sekali tidak takut terhadap intervensi Barat. Wallahu a’lam.
kaidah zakat
16 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
Bekerja Keras Menyambut Suka Cita Ramadhan Bulan Ramadhan memang bulan yang penuh berkah. Bukan hanya untuk kehidupan pribadi kita, namun juga tercurah pada institusi besar seperti BAZNAS. Pada bulan Ramadhan, geliat masyarakat dalam menunaikan kewajibannya berzakat makin meningkat. Rata-rata 60% dari penghimpunan zakat diperoleh dari pembayaran zakat di bulan Ramadhan. SURAT Kebon SIRIH
B
AZNAS pun bersemangat, men jemput peluang ini agar semakin besar pula man faat zakat yang sampai kepada mustahik. Acaraaca ra besar sudah kami siap kan. Alhamdulillah, acara pe nyambutan Ramadhan kami, Festival Rampak Bedug, telah terselenggara dengan meriah pada hari Minggu, 15 Juni 2014 lalu. Menyusul kemudian berbagai acara penghimpunan dan penyaluran zakat seperti buka puasa bersama puluhan ribu anak yatim dan dhuafa di berbagai kota di Indonesia, Orphanship–pesantren kilat untuk anak-anak mustahik di atas kapal perang— dan mudik bersama mustahik ke 25 kota di
Jawa dan Sumatera. Selain itu, kami juga me nyelenggarakan acara Indo nesia Berzakat. Seperti tahun sebelumnya, Presiden Su silo Bambang Yudhoyono akan berzakat langsung ke BAZNAS pada acara ini. Tak hanya presiden, para men teri dan pejabat-pejabat ting gi negara juga turut hadir dan berzakat ke BAZNAS. Dengan terselenggaranya acara ter se but, diharapkan menjadi contoh yang positif bagi masyarakat. Berbagai acara tersebut membutuhkan persiapan yang luar biasa dari seluruh amil BAZNAS, khususnya panitia Ramadhan. Karena selain bekerja keras menyiapkan acara
Hermin R. Rachim Kepala Divisi Penghimpunan dan Hubungan Lembaga BAZNAS
Ramadhan ini, amilin dan amilat juga tetap melaksanakan pekerjaan regular. Di samping menggenjot penghimpunan zakat, BAZNAS juga sibuk mencari sponsor untuk kegiatan Ramadhan ini karena BAZNAS tidak pernah menggunakan dana zakat untuk kegiatan di luar penyaluran kepada delapan ashnaf. Ketika yang lain memanfaatkan Ramadhan untuk berkumpul bersama keluarga, para amilin dan amilat justru menghabiskan waktu untuk bekerja, melayani umat. Puasa bukan merupakan halangan bagi BAZNAS untuk bekerja keras mengoptimalkan pengelolaan zakat. Tabuh hati, sambut bulan nan suci ini dengan penuh suka cita. Mari persiapkan diri kita untuk menyongsong amalanamalan dan memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan.
Agenda Ramadhan 1435H
15
04
Juni
Juli
Festival Rampak Beduk
15
Indonesia Berzakat
18
Juli
Juli
Buka Puasa 14.000 Anak Yatim Bersama Metro TV
Buka Puasa 5.000 Anak Yatim Bersama RCTI di Bekasi & Masjid Baitul Jannah RCTI
22
17-19
Juli
Juli
Orphanship
BAZNAS Mudik Bersama Mustahik
18 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
Dirut Freeport Indonesia:
Zakat Harus Digalakkan
Direktur Utama PT Freeport Indonesia, Rozik B. Soetjipto sepakat bahwa zakat merupakan perkara wajib bagi seorang Muslim, sehingga tidak ada alasan untuk tidak berzakat. Bahkan dirinya mengatakan perlunya proses sosialisasi dan edukasi zakat secara luas. “Zakat ini harus jelas. Saya setuju zakat harus digalakkan,” ungkapnya.
program baznas
H
al ini ia sampaikan saat audiensi bersama Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang dihadiri oleh Ketua Umum BAZNAS Prof. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc di kantor pusat Freeport di daerah Kuningan, Jakarta Pusat,
Jumat (11/4). Kunjungan ini merupakan inisiatif BAZNAS dalam rangka mensosialisasikan pentingnya zakat penghasilan dan perusahaan kepada semua instansi pemerintahan maupun swasta. Dalam pertemuan tersebut Prof. Didin menjelaskan tentang perbedaan zakat dengan infak dan sedekah. “Zakat itu wajib. Dihitung 2,5% dari bruto penghasilan. Zakat bersifat wajib, beda dengan infak dan sedekah yang sifatnya sukarela,” tuturnya. Saat ini, PT Freeport Indonesia melalui Himpunan
Masyarakat Muslim (HMM) telah memberlakukan infak ke pada karyawannya yang Muslim secara sukarela. Hal ini menunjukkan bahwa ting kat kesadaran berbagi di antara karyawan Muslim di PT Freeport Indonesia cukup tinggi. Akan tetapi, pihak PT Freeport Indonesia merasa kedermawan ini kurang lengkap apabila zakat yang merupakan kewajiban Muslim belum tertunaikan. Sebagai langkah konkret, Direktur Human Resource PT Freeport Indonesia Joko S. Basyuni berencana akan menghadirkan Ketua HMM Hermanto untuk membahas lebih lanjut perihal kerja sama dengan BAZNAS terkait pe nerapan zakat di PT Freeport Indo nesia. Dengan begitu, seluruh karyawan Freeport yang berjumlah 60% dari total kurang lebih 31.000 karyawan dapat dengan mudah menyucikan hartanya.
aMBULAN LAUT gRATIS UNTUK WARGA MERANTI Ambulans laut merupakan fasilitas kesehatan yang ada di Kepulauan Meranti, yang berfungsi memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat.
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 19
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai lembaga pengelola zakat diberi amanah oleh Bupati Kepulauan Meranti, Drs. Irwan Nasir, M.Si untuk mengelola ambulans tersebut. Sebelumnya, ambulans laut ini dikelola oleh Dinas Kesehatan. Namun seiring berjalannya waktu, hasilnya kurang optimal. Selama kurang lebih empat bulan, BAZNAS melakukan uji coba terhadap pengelolaan ambulans laut. Hasilnya pun sangat memuaskan. "Kita memiliki ambulans
laut untuk melayani masyarakat sakit yang memerlukan rujukan keluar daerah seperti Pekanbaru, Bengkalis, Tanjung Balai dan lainnya. Selama ini dikelola oleh Dinas Kesehatan, tetapi belum efektif," ujar Irwan usai melakukan penandatanganan MoU penyerahan pengelolaan ambulans laut pada Rabu (28/4). Meskipun pengelolaannya telah diserahkan ke BAZNAS, Dinas Kesehatan diharapkan tetap membantu dalam hal pe nyediaan bahan bakar kapal dan bantuan kepada keluarga pasien.
"Kita minta kepada rumah sakit daerah dan dinas bekerja sama untuk menyediakan BBM atau bantuan bagi keluarga yang mengantarkan pasien," tambah Irwan. Irwan mengimbau ke pa da seluruh masyarakat di wi layah Kabupaten Kepulauan Meranti yang membutuhkan pe layanan ambulans laut agar menghubungi pihak BAZNAS. Dengan demikian, optimalisasi pelayanan kesehatan dapat ter w ujud dengan baik di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Milad Keempat, Ufia Setorkan Infak Lagi ke BAZNAS
PT Ufia Tirta Mulia, perusahaan air minum syariah pertama di Indonesia merayakan milad keempatnya di Masjid Raya Bintaro Sektor 9 pada Selasa (29/4). Dalam kesempatan tersebut, PT Ufia menyerahkan
infak sebesar 90 juta rupiah kepada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Infak tersebut diperoleh dari penjualan air minum kemasan Ufia. Setiap penjualan 1 liter Ufia, sebesar 15 rupiah
dipotong untuk infak. Setiap tahun, PT Ufia Tirta Mulia rutin menyetorkan infak di samping zakat. “Sembilan pintu rezeki itu salah satunya bisnis. Bisnis ini merupakan bisnis yang bagus. Proses pengerjaannya bagus, membayar zakat dan infak pula. Dengan zakat, infak dan sedekah, bisnis umat Islam bisa semakin maju,” kata Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin MSc dalam sambutannya pada acara tersebut. Pada acara milad keempat ini, turut hadir Wakil Menteri Kesehatan, Sekjen Forum Umat Islam, dan Ketua Dewan Dakwah Islamiyah. PT Ufia
program baznas
20 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H Tirta Mulia, semenjak berdiri empat tahun yang lalu, selalu mengedepankan kualitas pro duknya baik dari sisi duniawi maupun ukhrowi. Di setiap proses pengerjaannya selalu diiringi lantunan ayat Al-Quran dan dzikir. Maka, setiap tetes
air Ufia selalu diiringi dengan doa sehingga Ufia dikenal sebagai air doa. Bahkan ketika air diangkut ke mobil untuk dipasarkan, di dalam mobil tersebut juga dilantunkan ayat-ayat suci Al-Quran yang dibacakan secara murottal.
“Saya memiliki visi agar air minum Ufia menjadi perusahaan air minum dalam kemasan terkemuka, Islami, menjadi pilihan masyarakat Indonesia serta selalu dalam ridha Illahi,” ungkap Dirut PT Ufia, H. Ardju Fahadaina MSc.
World Zakat Forum Wujudkan Kesejahteraan Global program baznas
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Diperlukan adanya penguatan kerja sama global dalam pengelolaan zakat, sehingga hal tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi umat manusia,
W
orld Zakat Forum (WZF) kembali menga dakan kegiatan konferensi zakat internasional di New York AS pada tanggal 28-29 Mei 2014. Konferensi ini bertujuan untuk membangun sinergi dan koordinasi antar stakeholder strategis perzakatan dunia, mulai dari kalangan praktisi lembaga zakat, akademisi, ulama, hingga LSM yang memiliki perhatian terhadap persoalan kemanusiaan dan keadilan ekonomi. Belasan
negara hadir dalam pertemuan tersebut, antara lain Indonesia, Amerika Serikat, Malaysia, India, Sudan, Afrika Selatan, Yaman, Turki, Bosnia Herze govina, Pakistan, Arab Saudi, Mesir, dan lain-lain. Dalam kegiatan tersebut, sejumlah isu strategis dibahas oleh para peserta konferensi, antara lain bagaimana meng optimalkan potensi zakat dan menjadikan zakat sebagai instrumen utama dalam upaya untuk mengurangi angka
khususnya umat Islam. Para peserta konferensi juga sepakat bahwa WZF harus menjadi tempat bertukar gagasan dan pemikiran terkait pengembangan perzakatan, fasilitator komunikasi dan kerjasama zakat lintas negara dan lintas regional, serta media untuk meningkatkan kualitas manajemen pengelolaan zakat. Menurut pengurus BAZNAS Ahmad Mukhlis Yusuf, salah satu variabel penting yang perlu mendapat perhatian adalah good zakat governance. “Good zakat governance ini merupakan faktor kunci yang menentukan kualitas pengelolaan zakat, apakah publik percaya dengan lembaga zakat, maupun apakah
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 21
zakat bisa memiliki dampak positif secara ekonomi dalam mengurangi kemiskinan dan kesenjangan,” jelas Mukhlis. Dalam kesempatan itu, World Zakat Forum juga memilih sekretaris jenderalnya yang baru untuk periode 2014-2017. Ahmad Juwaini (Presdir Dompet Dhuafa) terpilih menjadi Sekjen WZF yang baru, menggantikan sekjen sebelumnya KH Didin
Hafidhuddin. Ahmad didam pingi oleh delapan deputi sekjen, yaitu Imam Shamsi Ali (New York), Elnur Salihovic (Bosnia), Mohd Izam bin Mohd Yusof (Malaysia), Mohd Rasiq Mukhtar (Sudan), M Hoosen Essof (Afrika Selatan), Syed Zafaar Mahmood (India), Mohd Obaidullah (IDB/Arab Saudi), dan Irfan Syauqi Beik, yang juga Staf Ahli BAZNAS.
Dipilihnya Ahmad Juwaini untuk melanjutkan ke pemimpinan KH Didin Ha fidhuddin menunjukkan bah wa perzakatan Indonesia telah mendapatkan kepercayaan dunia internasional. “Ini ada lah amanah yang sangat berat, sekaligus tantangan bagi kami untuk mewujudkan siner gi gerakan zakat bagi kesejah teraan global,” pungkas Juwaini.
program baznas
Zcd Menjangkau Mustahik Di Kalimantan Timur Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai lembaga pengelola zakat memiliki tujuh program unggulan penyaluran zakat. Salah satu program unggulan BAZNAS adalah Zakat Community Development (ZCD).
S
elasa (6/5) lalu, BAZ NAS menyelenggarakan Kick Off ZCD di Tunjang Kota, Samarinda, Kalimantan Timur. Pada acara tersebut, BAZNAS menyerahkan secara simbolis
uang sejumlah Rp 50.000.000,yang merupakan dana stimulus program ZCD. Selain itu BAZNAS Provinsi Kalimantan Timur juga menyerahkan da na sharing cost sebesar Rp
50.000.000,- kepada BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS kabu paten/kota pelaksana ZCD juga menyerahkan dana sharing cost yang jumlahnya berbeda sesuai dengan kemampuan BAZNAS kabupaten/kota masing-masing. “Program ZCD adalah prog ram pengembangan masyarakat yang berkelanjutan yang sumber pendanaan utamanya bersumber dari dana zakat dan pemerintah sepenuhnya mendukung prog ram pemberdayaan yang dilakukan oleh BAZNAS dalam upaya untuk mengentaskan
22 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H kemiskinan”, ujar Kepala Bagian Sosial Pemerintah Daerah Samarinda dalam sambutannya. Di Provinsi Kalimantan Timur, terdapat lima BAZNAS kabupaten/kota pelaksana pro gram ZCD yaitu BAZNAS Kota Samarinda, BAZNAS Kota Balikpapan, BAZNAS Kabupaten Kutai Kartanegara, BAZNAS Kabupaten Kutai Ti mur dan BAZNAS Kabupaten Berau.
program baznas
“Ketika kami menyampai kan tentang program ZCD ke pada BAZNAS Kabupaten/Kota wilayah, seperti desa loa ini, me mang sulit dijangkau tetapi bukan hal yang mustahil untuk menjangkaunya,” ungkap Teten Kustiawan, Direktur Pelaksana BAZNAS. Hal ini dapat dibukti kan dengan banyaknya penerima manfaat dari program ZCD sebesar 1.091 kepala keluarga.
Dalam acara Kick Off ter sebut hadir pula Ketua Tim Pengelola ZCD se-kabupaten/ kota seluruh Indonesia, Faisal Qosim; Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kota Samarinda; Ketua BAZNAS Provinsi Ka liman tan Timur, H.M. Rasyid dan Ketua BAZNAS Kabupaten/ Kota pelaksana program ZCD serta pejabat Pemerintah Daerah Kota Samarinda.
Sinergi Sistem Manajemen Zakat Antara BAZNAS, LAZISMU DAN LAZISNU Ketua Umum Lembaga Amil Zakat Nahdhatul Ulama (LAZISNU) K.H. Masyhuri Malik sependapat dengan BAZNAS bahwa UU 23/2011 dan PP 14/2014 tentang pengelolaan zakat tidak akan menjadi penghambat dalam pengelolaan zakat secara nasional. Hal ini ia ungkapkan saat BAZNAS bersilaturahmi ke kantor pusat LAZISNU di bilangan Menteng, Jakarta Pusat.
B
AZNAS dan LAZISNU justru dapat bersaing sehat dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat, bisa fastabiqul khairats,” ung kapnya. Selain itu, K.H. Masy huri Malik juga menyambut baik tawaran BAZNAS untuk menerapkan Sistem Informasi dan Manajemen BAZNAS (SIMBA) dalam
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 23
pengembangan sistem pela poran zakat. Ia mengaku LAZISNU masih butuh banyak masukan terkait sistem pelaporan. “Kita kan lembaga publik yang harus transparan dan akuntabel,” jelasnya. SIMBA merupakan sistem manajemen informasi yang dibangun BAZNAS untuk memudahkan sistem pelaporan zakat nasional, baik untuk BAZ maupun LAZ. Melalui SIMBA, data penghimpunan dan penyaluran dana zakat akan terpetakan dengan jelas. Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc. menjelaskan bahwa data-data ini diperlukan agar kontribusi zakat dalam membangun umat dapat terlihat. Selain digunakan oleh BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota, SIMBA telah digunakan oleh LAZ Pusat Zakat Umat (PZU) dan LAZ Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Selain itu, beberapa LAZ lain juga telah siap menggunakan SIMBA. Nada serupa juga di utarakan Direktur Pelaksana Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (LAZISMU) Khoirul Muttaqin saat kunjungan BAZNAS Senin (12/5) lalu. Ia mengungkapkan bahwa LAZISMU telah memiliki sistem IT untuk database pelaporan. Hanya saja masih ada kendala, terutama di bagian SDM yang mengoperasikannya.
program baznas
“Kami juga akan mempelajari sistem IT yang ada sudah kami gunakan agar bisa connect dengan SIMBA dan dapat saling support,” pungkasnya. Sinergi antara LAZISNU, LAZISMU dengan BAZNAS bukanlah kali pertama. Sebelumnya, sinergi antara keduanya dan BAZNAS telah kerap terjalin, terutama berkaitan dengan program karitas maupun pendidikan.
Sebagai contoh, BAZNAS pernah bersinergi dengan LAZISNU untuk program Ikatan Sarjana NU dan Java Overland. Sedangkan dengan LAZISMU, BAZNAS pernah bekerja sama terkait program pemberdayaan TKI. Bahkan, Direktur Pe lak s ana BAZNAS Teten Kustiawan mengaku bahwa pengurus BAZNAS di daerah tidak sedikit yang berasal dari NU dan Muhammadiyah. “Kita tidak ada masalah, karena pengurus BAZNAS di daerah ada juga yang orang NU dan Muhammadiyah,” terangnya.
24 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
Zakat ditunaikan pertolongan AllAh pun datang
Kendala demi kendala datang silih berganti menghadang bisnisnya. Antara lain, karena belum berpengalaman dalam menjual sehingga tidak berhasil membujuk toko-toko untuk menjualkan produknya. Sering tertipu, baik oleh para pelanggan ataupun penjual produknya. Lalu, beliau pernah juga mendapat cobaan dengan terbakarnya tempat usaha.
INSPIRASI
I
tulah yang dialami Direktur Utama Paragon Technology & Innovation (PTI) Hj. Nurhayati Subakat (64) pada awal-awal membangun usahanya. Awalnya, lewat perusahaan yang didirikan bersama suaminya, Hadi Subakat, yaitu PT Pusaka Tradisi Ibu (PTI), ia menjual produk shampoo berlabel ‘Putri’ secara door to door dari salon ke salon. “Namanya perusahaan baru ketika itu, pasti banyak kendalanya, apalagi saya enggak bisa jualan,” kata sarjana Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) yang pernah bekerja di Wella Cosmetic itu.
Hj. Nurhayati Subakat Direktur Utama Wardah Cosmetics
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 25
Namun, dengan konsep kerja keras dan cerdas yakni disiplin, jujur, inovatif, tekun, dan ulet atau disingkat menjadi ‘djitu’, akhirnya berbagai ken dala itu bisa dihalaunya. Konsep tersebut diambilnya dari pengalaman orang lain. Kini, perusahaannya menjadi perusahaan kosmetik nomor satu di Indonesia, dan terkenal hing ga mancanegara, terutama Malaysia. Selain kerja yang ‘djitu’, yang membuat produsen kosmetik Wardah itu menjadi besar adalah karena ia menerapkan 4P-nya dalam mengembangkan produknya. Yaitu, Produk yang berkualitas dan bagus, Price (harganya) bersaing, Promosinya luas dan menarik, serta Penempatan yang bagus dan tepat. ”Alhamdulillah, ke-4P ini kami jalankan terus hingga sekarang,”kata ibu tiga anak yang tadinya bercita-cita ingin memiliki apotek itu. Dia juga merupakan lulusan Apoteker ITB terbaik. Semua langkahnya itu, di akuinya, tak punya arti apa-apa jika tidak ada pertolongan Allah Swt. Karena itu, dalam langkah 4P-nya itu, ia menambahkan satu P lagi, yaitu Pertolongan Allah “Yang lebih penting dari semua langkah itu adalah adanya pertolongan Allah. Maksud saya, hanya dengan pertolongan Allah, semua kendala yang ada bisa diatasi dengan baik,” tegas tamatan Perguruan Dinniyah Putri Padangpanjang itu. Ia mencontohkan adanya pertolongan Allah itu ketika ia
mendapat musibah kebakaran pada tahun 1990. Saat itu, dia dalam posisi serba kekurangan. Tapi, besoknya, kenalannya meminjamkan rumah untuk tempat usahanya. ”Mana ada setelah kebakaran, ada yang menawarkan kepada diri saya, rumah. Saya rasa itu adalah pertolongan Allah,” ujar nenek dari 7 orang cucu itu. Ketika itu, ada kebijakan pemerintah yang mengharuskan bank memberikan 2% dari dana pinjamannya untuk Kredit Usaha Kecil (KUK). Maka, dia pun mengajukan kredit sebesar Rp50 juta. Seminggu kemudian, pengajuan kreditnya disetujui bank sebesar Rp150 juta. “Saya pikir, itu pertolongan Allah lagi. Mana ada sih, bank yang memberi pinjaman kepada orang yang sedang dalam kondisi minus seperti saya karena musibah kebakaran,” ceritanya. Berbagai kemudahan itu datang menghampirinya karena ia suka berbagi dan memikirkan nasib kaum dhuafa atau paling tidak para karyawannya. Ke ti ka mendapat musibah ke ba karan, tadinya ia berniat meng hentikan bisnisnya. Namun, karena ia memikirkan nasib 20 orang karyawan yang meng gantungkan hidup pa danya, ia tak jadi menutup usa ha nya. Perhatian kepada nasib karyawannya kian besar karena jumlah karyawannya telah mencapai lebih dari 4.000 orang. Memikirkan nasib orang lain, termasuk kaum dhuafa, ia buktikan dengan ketaatannya
membayar zakat perusahaan ke berbagai lembaga pengelola zakat, termasuk BAZNAS, sejak berdirinya perusahaan (1985). Kemudian, sejak 1995, baginya zakat tidak hanya 2,5%, tapi 10% dari keuntungan perusahaan. Menurut dia, seperti hal nya kewajiban shalat, haji, dan shaum Ramadhan, zakat juga harus dijalankan. “Saya membayar za kat karena itu kewajiban saya selaku Musli mah, sepeti halnya ke wajiban shalat, shaum dan haji. Dengan melaksanakan ke wajiban itu, insya Allah per tolongan Allah akan datang. Saya merasakan demikian. Allah akan memberi (rahmat-Nya) kepada siapa saja yang men jalankan perintahNya,” ujar pemilik motto hidup: ‘Bahagia jika bisa membahagiakan orang lain’ itu. Dalam berzakat, ia tak menghitung-hitung keuntu ngan, baik dari segi materi mau pun non-materi, yang di perolehnya. “Yang penting, ke wajiban yang diperintahkan Allah harus dilaksanakan, ter masuk zakat itu,” kata salah satu dari 100 tokoh wanita paling berpengaruh dalam sepanjang sejarah Indonesia itu.. Ia taat berzakat dan men jalankan perintah Allah lainnya karena sejak kecil orang tuanya mendidiknya seperti itu. “Sejak kecil, saya dididik oleh orang tua saya supaya saya menjalankan semua kewajiban sebagai umat Islam, termasuk zakat,” tutur alumni SMU I Padang yang ayahnya (alm) pedagang itu.
INSPIRASI
26 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
Di Brunei Darussalam Zakat Dikelola Langsung oleh Pemerintah Pengelolaan zakat di Indonesia, tidak hanya dilakukan oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah, seperti Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), tetapi juga oleh lembagalembaga swasta atau yang lebih dikenal dengan nama Lembaga Amil Zakat (LAZ). Mereka mengumpulkan dan mendistribusikan zakat dengan programnya masingmasing, tidak terpusat sehingga kurang terkoordinir.
zakat dunia
I
ni berbeda dengan pe nge lolaan zakat di Brunei Dar us salam. Di negara petro dollar ini, zakat dikelola secara langsung oleh pemerintah di bawah Majlis Ugama Islam Brunei (MUIB). Lembaga di bawah MUIB yang melakukan penghimpunan dan pendistribusian zakat adalah Bahagian Kutipan dan Agihan Zakat (BAKAZ), semacam BAZNAS kalau di Indonesia. Karena BAKAZ mengelola dana amanah, maka MUIB tidak sembarangan dalam memilih para pengelola (amil) zakat. Berdasarkan peraturan Zakat dan Fitrah 1969, mereka dilantik oleh Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan dan Yang Dipertuan Negara Brunei Darussalam pada setiap 1
Ramadhan di kawasan masingmasing di seluruh Negara Brunei Darussalam. Setiap tahun, selain menerima surat pelantikan, para amil itu juga mendapatkan buku petunjuk tentang tugas dan tanggung jawabnya. “Sebuah buku Garis Panduan Tugas dan Tanggung Jawab Amil telah diterbitkan dengan tujuan menyeragamkan cara pelaksanaan tugas dan tanggung jawab amil serta sebagai panduan dan pengarahan untuk para amil berkenaan dengan pelaksanaan tugasnya agar lebih efisien, profesional dan bertanggung jawab,” jelas Didin Hafidhuddin seperti dikutip Febrianti dalam skripsi S1-nya di UIN Jakarta,
2011: Praktek Pengelolaan Zakat di Negara Muslim, Studi pada Negara Brunei Darussalam. Para amil yang dilantik berdasarkan Peraturan Zakat dan Fitrah 1969 itu berasal dari kalangan pegawai masjid, se perti imam dan bilal; pegawai kera jaan, seperti penghulu, ketua kampung, guru agama, dan anggota angkatan ber senjata. Untuk kawasan ter tentu, amil yang dilantik itu adalah Polisi Kerajaan Brunei, serta Pasukan Bomba, dan Penyelamat. Amil lain yang juga dilantik MUIB adalah lembagalembaga keuangan Islam, seperti Tabung Amanah Islam Brunei (TAIB) dan Bank Islam Brunei Darussalam (BIBD).
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 27
Karena sistem pengelolaan zakatnya terpusat di MUIB, maka dana zakat yang di kumpulkan oleh para amil itu tidak langsung dibagikan kepada para mustahik di daerah tempat penghimpunan zakat itu. Tapi dihimpun ke pusat (MUIB). Ini dinamakan kumpulan wang zakat. Para amil zakat ini baru bisa membagikan zakat ke mustahik di daerahnya masing-masing, setelah MUIB melakukan penelitian dan pendataan mustahik. Jenis zakat yang dihimpun BAKAZ ada dua, yaitu zakat fitrah dan zakat harta (maal). Zakat fitrah dibayarkan di masjid atau surau melalui amil pegawai masjid (imam dan bilal) atau di rumah melalui amil pegawai kerajaan (penghulu, ketua kampung, guru agama, pasukan berseragam). Sedangkan zakat harta ada tiga jenis yaitu zakat uang simpanan, zakat perniagaan, serta zakat emas dan perak. Zakat harta ini dibayarkan dengan dua cara. Pertama, melalui amil yang ada di daerah
masing-masing. Kedua, langsung ke BAKAZ. Bagi penabung di bank-bank Islam, seperti TAIB, IBB, dan IDBB, zakatnya diambil langsung dari uang tabungannnya oleh amil di bank Islam itu. Berdasarkan data Jumlah Kumpulan Zakat Harta MUIB Tahun 2006-2009, jumlah zakat selalu meningkat. Tahun 2006 jumlahnya 11,096,859 dolar Brunei; tahun 2007 naik menjadi 11,292,007 dolar Brunei; lalu, pada 2008 mencapai 11,820,873 do lar Brunei, pada 2009 naik menjadi 19,918,345 dolar Brunei. Jumlah penghimpunan za kat di Brunei memang terus meningkat. Namun menurut pegiat zakat Brunei, Rose Abdullah, angka tersebut masih jauh dari potensi yang ada. “Pada 2010, zakat yang terhimpun di Brunei, persentasenya masih 0,12 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau sekitar 20 juta dolar Brunei,” kata dosen senior Universiti Islam Sultan Sharif Ali itu. (mysharing.co) Kalau dilihat dari jumlah pen distribusiannya, tidak per nah ada sisa (saldo) dana zakat
setiap tahunnya. Jumlah yang disalurkan mulai 2006 hingga 2009 berturut-turut adalah 16,501,686 dolar Brunei; 15,411,147 dolar Brunei; 15,849,440 dolar Brunei; dan 106,708,586 dolar Brunei. Kondisi tidak adanya saldo pada distribusi zakat Brunei terjadi karena Baginda Sultan membuat kebijakan bahwa zakat tidak boleh ditahan dan ditangguhkan jika masih ada orang miskin yang layak menerimanya di Negara Brunei. Mulai 2009 terjadi peru bah an peraturan zakat di Brunei, antara lain, distribusi zakat diberikan secara lumpsum (pembayaran sekaligus dalam satu waktu) terutama untuk asnaf fakir miskin. Menurut Rose, pe rubahan ini terjadi akibat adanya penumpukan dana zakat sampai 200 juta dolar Brunei karena pendistribusiannya sa ngat hati-hati.Selain itu, defi nisi asnaf gharimin (orang yang berutang) juga dipeluas, tidak lagi hanya yang berutang untuk pembangunan masjid atau fasilitas agama, tetapi juga mereka yang berutang atas pembiayaan kepemilikan rumah.
zakat dunia
28 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
Bertawakal Bertawakal termasuk karakter utama dari bertakwa sebagai turunan dari sila pertama Pancasila. Karakter ini penting dalam menghadapi kehidupan. Secara opini
umum, hidup ini rumit. Terlalu banyak faktor yang menentukannya. Agar tak bingung, mari mohon bimbingan dari Sang Pemilik Kehidupan dengan bertawakal. Bimbingan dan petunjukNya akan datang.
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 29
Tawakal bukan nrimo. Tawakal bukan membiarkan keadaan buruk. Bukan pula membiarkan diri ditindas orang. Tawakal adalah tindakan aktif. Bukan pasif.
P
engertian tawakal adalah pasrah. Berserah diri hanya kepada Tuhan. Dasarnya adalah keyakinan bahwa semua yang ada di alam semesta ini milik Allah. Manusia milik Allah. Sang Pemilik tentu yang Maha Tahu apa ‘yang terbaik’ bagi manusia. Manusia perlu menjemput ‘yang terbaik’ itu langsung dari Tuhan, bukan cuma menunggunya. Untuk itulah perlu bertawakal. Dalam kehidupan, manusia selalu ingin ini itu. Manusia ingin mendapatkan yang terbaik bagi dirinya, baik berupa materi maupun bukan. Namun, jalan seorang yang bertawakal dan yang tidak bertawakal, tentu berbeda. Seorang yang tidak bertawakal akan menggunakan segala cara untuk mengejar keinginannya. Sedangkan seorang yang bertawakal akan menggunakan jalan yang wajar dan baik. Selebihnya ia bertawakal. Boleh jadi, manusia menganggap bahwa sesuatu itu baik bagi dirinya. Padahal itu mungkin tidak baik baginya. Atau sebaliknya. Boleh jadi, ia menganggap sesuatu itu tidak baik bagi dirinya. Padahal itu justru baik baginya. Manusia tak tahu persis. Tuhan lebih
tahu. Dalam ajaran agama, hal itu sudah diingatkan Tuhan. Maka, lebih baik serahkan, bahkan tentang diri sendiri, kepada yang Maha Tahu. Pernah ikut arung jeram? Instruktur selalu memberi tahu, bagaimana menyelamatkan diri bila tercebur air. “Jangan panik dan tegang. Jangan berusaha berenang menyelamatkan diri. Lemaskan badan. Biarkan badan terbawa arus. Biarkan kepala di belakang, dan jaga sehingga tak terbentur. Nanti akan sampai di tempat tenang.” Itulah saat berenang atau ditolong. Kehidupan juga demikian. Siapa pun bisa jatuh. Tak usah memaksa diri mencari solusi. Cukuplah bertawakal. Serahkan keadaan pada arus semesta. Arus kehidupan semesta itu akan membawa ke tempat tenang. Saat itulah, upaya tenang dapat dilakukan. Begitu mekanisme semesta dari Tuhan. Begitu jalan Tuhan menyelamatkan manusia yang bertawakal. Tawakal bukan nrimo. Tawakal bukan membiarkan keadaan buruk. Bukan pula membiarkan diri ditindas orang. Tawakal adalah tindakan aktif. Bukan pasif.
Zaim Uchrowi Penyuluh Perubahan & Karakter
Yakni, berbuat aktif menjemput bimbingan Ilahi . Bimbingan itu yang akan membantu mengatasi segala keadaan. Bimbingan Ilahi membuat mampu membebaskan diri dari penindasan. Cara pandang neuro sains menunjukkan adanya gelombang otak. Di frekuensi 7-13 Herrtz, gelombang itu terkoneksi dengan gelombang Ilahiah. Dari sanalah ilham hadir. Dari sanalah instuisi dari Tuhan terbetik. Nabi menerima wahyu. Manusia menerima ilham atau instuisi dari Tuhan. Dengan bimbingan Tuhan itu apa yang tak teratasi? Jalan hidup terkadang seperti buntu. Berbagai upaya telah dilakukan. Namun, hasil tak kunjung tiba. Bila demikian, itulah saatnya mengakses kekuatan yang lebih besar. Bahkan, satusatunya kekuatan sejati, yaitu Allah. Caranya yakni dengan merendahkan hati, menekan ego, dan menyerahkan semua kepada Sang Maha Kuasa. Itulah bertawakal, salah satu jalan awal buat sukses.
opini
30 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
K.H. Ahmad Hassan
Tegas dan Gigih dalam Berdakwah tokoh
M
aka tak mengherankan, bila Ahmad Hassan, tokoh Persatuan Islam (Persis), memiliki pemikiran Islam yang baru dan progresif, seperti halnya K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Sebab, sejak remaja, ia sudah membaca pemikiran para pemikir Islam modern dan maju, seperti Muhammad Rasyid Ridha melalui majalah Al-Manar, Ibnu Rusyd melalui buku Bidayat AlMujtahid, dan Ibnu Qayyim AlJawziyyah melalui buku Zad AlMaad. Buku dan majalah itu ia baca saat ia masih di Singapura, tempat kelahirannya. Ia, yang
Bacaan seseorang akan mempengaruhi corak berpikirnya. Bila bacaannya berisi tentang pemikiran Islam yang modern dan maju, ia akan punya pemikiran Islam yang baru dan progresif. Sebaliknya, bila bacaannya adalah tentang pemikiran Islam yang kolot, ia akan memiliki pemikiran Islam yang lama dan terbelakang. lahir pada tahun 1887 itu, mampu membaca buku-buku dan majalah berbahasa Arab karena memang ia menguasai bahasa asing itu. Sejak usianya 7 tahun, ayahnya, Ahmad Sinna Vappu Maricar asal India, selain menyekolahkan ke Sekolah Melayu, juga mengikutsertakan A.Hassan dalam les privat bahasa Melayu, Tamil, Arab, dan Inggris. Dengan penguasaan bahasa asing itu, ayahnya berharap, A. Hassan bisa belajar sendiri lewat koran, majalah, dan buku. Lalu, menuliskannya kembali di berbagai media massa. Ya, memang ayahnya ingin agar A.
Hassan meneruskan jejaknya sebagai penulis. Ayahnya adalah seorang pengarang dan wartawan terkenal di Singapura yang menerbitkan beberapa surat kabar dalam bahasa Tamil. Seperti harapan ayahnya, pada usia remaja ia sudah mulai aktif menulis. Pada usianya yang ke-22 tahun (1909), untuk pertama kali, karyanya dipublikasikan. Setelah tiga tahun aktif menulis, dia menjadi anggota redaksi surat kabar Utusan Melayu yag diterbitkan Singapore Press. Profesi sebagai jurnalis diakhirinya pada tahun 1916.
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 31
Pemikirannya yang baru dan maju seperti dikatakan di atas terlihat pada tulisantulisannya yang banyak me ngandung kritik konstruktif dan tegas. Misalnya, ia menge cam keras terhadap Qadli (hakim) yang melakukan pe mer iksaan perkara dengan cara mengumpulkan antara pria dan wanita dalam tempat duduk yang sama. Karena sejak kecil ia didik berbagai profesi, waktu luangnya tak hanya digunakan untuk menjadi penulis, tapi juga menjadi guru bahasa asing untuk orang-orang India di beberapa tempat di Singapura, pedagang batu permata, agen distribusi es, pedagang pakaian, dan penambal ban mobil. Pemikirannya yang baru dan progresif ini tertantang untuk terus dihidupkan dan dikembangkan saat dia di Surabaya, tempatnya berbisnis tekstil milik pamannya. Ketika itu (1921), ia menyaksikan pergolakan pemikiran antara “kaum muda” dan “kaum tua”. Lewat diskusi dan tablightabligh, yang “muda” me la kukan pembaruan dalam pemikiran Islam. Mereka ingin menghapuskan segala hal yang tak ada dasarnya menurut Quran dan hadis. Sedangkan yang “tua” ngotot pada pemikirannya yang kolot. Mereka ingin mempertahankan tradisi keagamaan yang telah mengakar di masyarakat.
Awalnya A. Hassan tak berani bersuara menghadapi pertentangan kedua kubu itu dikarenakan ilmunya yang belum cukup. Setelah ilmunya cukup, yaitu lewat pendalaman pengkajian terhadap Al-Quran dan hadis serta buku-buku keagamaan, akhirnya ia berani bersuara dan berdiri dalam barisan “kaum muda”. Namun, perjuangan untuk mem bela pemikiran “kaum muda” di Surabaya, yang juga kota kelahiran ibunya, Muznah, tak ber langsung lama. Sebab, pada 1921, A.Hassan harus ke Kediri belajar keterampilan bertenun. Belajar tentang pertenunan di Kediri, tidak memuaskan dirinya. Maka, pada 1924, ia meneruskan pendidikan per tenunannya ke Bandung sampai ia mendapatkan ijazah. Di Bandung, ia ditakdirkan Allah tinggal di kediaman sa lah seorang pendiri Persis, yaitu Muhammad Yunus. Dari pengajian-pengajian yang di ikuti nya bersama para tokoh Persis, ia merasa pas dengan nalurinya. Maka, dua tahun dari berdirinya Persis (1926), A.Hassan bergabung menjadi anggota Persis. Karena merasa usahanya tak punya prospek cerah, maka ia lebih serius memikirkan kemajuan Persis. Oleh para sahabatnya, ia diminta untuk menjadi guru agama dan menetap di Bandung. Aktivitas yang lain adalah meneruskan
bakat menulisnya. Karya tulis pertamanya yang mendapat sambutan luas masyarakat, adalah Tafsir Al-Furqan. Bersama M. Natsir (Pendiri Masyumi), ia menerbitkan majalah Pembela Islam dan AlLisan. Lewat tulisannya, di kedua majalah itu, terlihat sosok dan kapasitas A.Hassan sebagai pembela, pemurni, dan pembaru Islam. Selain melalui tulisan, ia pun membela panjipanji Islam melalui perdebatan lisan. Dengan ilmunya yang mumpuni dan tegas, ia mampu mengalahkan lawan debatnya dan lawan debatnya itu kembali ke jalan yang benar. “A. Hassan memiliki ke mam puan argumentasi yang kuat. Bukan asal ngomong. Selalu ada dalil yang ia kemukakan. Ia berani mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah”, kata salah satu tokoh Persis yang juga dosen Universitas Padjadjaran Bandung, Atif Latifulhayat. Setelah 17 tahun berjuang membela panji-panji Islam lewat Persis, A, Hassan pindah ke Bangil. Di Bangil, selain menerbitkan buku dan majalah Pembela Islam, ia juga mendirikan Pesantren Persis. Pada 10 November 1958, ulama besar yang telah meninggalkan karya besarnya ini berpulang ke rahmatullah. (dari berbagai sumber)
tokoh
32 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
Menjadi Sarjana Berkat Zakat
KIPRAH
Kondisi keluarga kadang tak sepenuhnya menentukan akan jadi apa seseorang itu. Apalagi, dia datang dari keluarga tak mampu dan tak berpendidikan tinggi. Tapi, berbekal kemauan, usaha, dan kedermawanan orangorang sekitarnya, cita-cita setinggi bintang di langit pun bukanlah sesuatu yang mustahil untuk diraihnya.
H
al itu dibuktikan oleh Rizki Haryanto. Dia sukses meraih cita-citanya menjadi sarjana bidang konstruksi dari salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia, yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB). Padahal, ia lahir dari keluarga dhuafa dan tak berpendidikan tinggi. “Keluarga kami merupakan keluarga kecil. Pekerjaan orang tua adalah sebagai buruh dan pendidikannya han ya lulusan sekolah dasar,” kata anak sulung dari dua bersaudara itu.
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 33
Rizki masuk ITB pada tahun 2008 dan lulus pada tahun 2012 dengan predikat memuaskan. Dia sangat bersyukur, karena untuk mencapai hal itu tidaklah mudah. Selain itu, meskipun orang tuanya bekerja sebagai buruh, mereka dapat menyekolahkan Rizki mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). SDnya dia selesaikan di Yogyakarta, yaitu di SDN Purwosari. Ketika SMP dia pindah ke Depok dan bersekolah di SMPN 1 Depok. Setelah menginjak SMA, dia kembali lagi ke Yogyakarta dan melanjutkan di SMAN 1 Yogyakarta. Selepas SMA, untuk mengejar cita-citanya, dia berkeinginan melanjutkan ke perguruan tinggi. Lalu, dia mengikuti Ujian Saringan Masuk Perguruan Tinggi Negeri (USMPTN) dan diterima di ITB Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan. “Sedari awal saya berkeinginan menjadi seorang engineer di bidang konstruksi. Untuk mencapai cita-cita tersebut, tentu harus memasuki perguruan tinggi di bidang serupa. Maka, saya masuk ke ITB, “kata Rizki menjelaskan alasannya masuk ke perguruan tinggi. Dengan kondisi ekonomi keluarganya yang kurang, dia sadar bahwa orang tuanya akan mendapatkan kesulitan dalam membiayai kuliahnya di ITB. Maka, dia mencari berbagai informasi tentang beasiswa di kampus itu “Untuk mencari informasi itu, saya rajin datang ke lembaga kemahasiswaan di ITB dan saat itu BAZNAS merupakan salah satu pemberi beasiswa. Melihat tawaran tersebut saya langsung tertarik dan mendaftarkan diri sebagai calon penerima beasiswa,” ceritanya. Beasiswa dari BAZNAS, seperti yang dikatakan Rizki adalah Program Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS). Program ini adalah beasiswa bagi mahasiswa berprestasi di kampus perguruan tinggi negeri (PTN) yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Yang diutamakan oleh
program ini adalah mahasiswa yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi yang salah satu anggota keluarganya belum memiliki pendidikan tingkat sarjana. Selain lulusan SMA seperti Rizki, Program SKSS juga bisa menerima lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan pesantren yang lulus USMPTN dan terdaftar di PTN di regional SKSS. Syarat lainnya adalah lulusan yang memiliki kepedulian sosial, memiliki keinginan untuk melakukan pemberdayaan potensi lokal daerah, dan memiliki nilai tambah yang dilengkapi dengan surat keterangan atau sertifikat. Rizki memenuhi semua persyaratan itu. Maka, ia layak menjadi penerima program SKSS BAZNAS. Ia mengaku merasa berbahagia karena dengan adanya beasiswa itu kuliahnya di ITB bisa berjalan lancar “BAZNAS telah membantu saya tetap bertahan dan menjalani kehidupan di perguruan tinggi tersebut, hingga akhirnya citacita saya telah terwujud sekarang,” katanya. Dari Program SKSS, ia memperoleh biaya SPP, uang saku bulanan, dan program pembinaan rutin. Menurut dia, banyak manfaat yang diterima setelah mendapatkan beasiswa dari BAZNAS. Selain tercukupinya biaya kuliah sejak masuk kuliah hingga lulus, dari pertemuan rutin yang diadakan, dia mendapatkan banyak teman-teman baru dari universitas lain dan wawasan lebih mengenai zakat serta pengembangan diri. Dengan adanya program SKSS itu, Rizki bisa mandiri, membantu orang tuanya, dan berguna bagi lingkungannya. Sesuai dengan bidang keahliannya yang dia tekuni di ITB, sekarang dia bekerja di di PT McDermott Indonesia, sebuah perusahaan konstruksi minyak dan gas (migas). “Bekerja di perusahaan ini, selain dapat melanjutkan cita-cita, namun juga dapat memperkaya wawasan dengan "challenge" dinamis dunia migas,” ujarnya.
KIPRAH
34 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
SILATU RAHIM
Berwisata Religi ke Masjid Agung Jawa Tengah
Azan Zuhur di masjid megah itu berkumadang. Shalat Zuhur berjamaah pun ditunaikan. Usai berdoa dan berzikir, beberapa di antara jamaah bergegas menaiki menara tinggi yang berada di samping masjid itu untuk melihat keindahan kota sambil menikmati santap siang. Selain itu, ada juga yang berkeliling di bangunan utama mesjid. Lalu, ke pelataran masjid sambil memotret keindahan bangunan masjid itu.
P
emandangan seperti itu dapat disaksikan di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang. Memang, masjid yang mampu menampung jamaah sekitar 15.000 orang ini selain disiapkan sebagai tempat ibadah, juga disiapkan sebagai objek wisata religi dengan berbagai fasilitas yang menarik. Salah satu daya tarik yang membuat jamaah tadi bergegas usai shalat Zuhur adalah Menara Asmaul Husna yang tingginya 99 meter dengan 19 lantai. Mereka bergegas karena yang ingin menjelajah atau
jalan-jalan di menara ini cukup banyak dan kadang harus anteri, meski mereka harus membayar tiket atau retribusi sebesar Rp5.000 per orang. Mereka pun tak keberatan me rogoh koceknya untuk membayar tambahan biaya penggunaan alat teropong jarak jauh (binocular) yang disediakan di lantai 19 untuk melihat keindahan kota Semarang lebih dekat. Ya, memang kadang tak puas bila melihat kota Semarang hanya dari teralis di menara, meskipun.dari balik
teralis itu terbentang panorama kota Semarang mulai dari hirukpikuk di pusat-pusat perbelanjaan, pelabuhan, laut, hingga sunyinya pedesaan dengan hamparan sawahnya.Indahnya pemandangan kota Semarang itu, juga bisa mereka lihat sambil menikmati sajian café atau restoran Muslim yang bisa berputar pelan searah jarum jam di lantai 18. Setelah menikmati pe mandangan dan makan siang, me reka kemudian turun ke lantai 3 dan 2 untuk melihat Museum Peradaban Islam yang me nyuguhkan peninggalan Islam pada zaman dulu. Di sini, mereka juga bisa melihat sejarah Islam dengan menggunakan komputer layar sentuh yang tersedia beberapa buah. Daya tarik lain dari masjid seluas 10 hektare ini adalah
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 35
arsitekturnya yang unik karena merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa, Arab Saudi, dan Romawi..Arsitektur Jawanya terlihat pada bangunan utama yang menggunakan atap limas khas bangunan-bangunan Jawa pada umumnya. Tapi, di bagian ujungnya dilengkapi dengan kubah besar berdiameter 20 meter ditambah lagi dengan 4 menara masing-masing setinggi 62 meter di tiap penjuru atapnya. Lengkungan jendela dan pintu masuk masjid terlihat apik dan menyatu dengan arsitektur bangunan utama masjid. Arsitektur Arabnya terlihat pada pelataran atau teras masjid, yaitu dengan hadirnya 6 payung hidrolik raksasa yang bisa membuka dan menutup secara otomatis. Tinggi masing-masing payung elektrik ini adalah 20 meter dengan diameter 14 meter. Ini mirip dengan arsitektur Masjid Nabawi di Madinah. Payung-payung ini biasanya dioperasionalkan pa da pelaksanaan shalat Jumat, shalat Idul Fitri dan shalat Idul
Adha dengan catatan kecepatan angin tidak melebihi 200 knot. Pelataran ini bisa menampung sekitar 10.000 orang jamaah. Sedangkan arsitektur Roma winya terlihat pada adanya pi lar-pilar yang berjumlah 25 buah di pelataran masjid. Pilar-pilar yang bergaya koloseum Athena di Romawi dihiasi kaligrafi indah yang menyimbulkan 25 Nabi dan Rasul. Di gerbang ditulis dua kalimat syahadat dan pada bidang datar tertulis huruf Arab Melayu: “Sucining Guno Gapuraning Gusti.” Bangunan utama masjid ini terdiri dari 4 lantai. Lantai ter bawah digunakan untuk pe nitipan barang, auditorium, dan ber wudhu. Ruangan wudhu dan tolilet cukup luas dan ber sih. Di lantai berikutnya biasanya digunakan untuk akad nikah, dan shalat. Pada waktu ada acara akad nikah, lift bangunan utama masjid bia sanya diaktifkan. 2 lantai di atasnya digunakan untuk shalat. Bangunan utama luasnya mencapai 7.669 m2 ini bisa me nampung jamaah sekitar 5000 orang.
Di dekat pintu masuk uta ma (lantai 2) terdapat mushaf Al-Quran raksasa de ngan ukuran 145x95 cm yang ditulis tangan oleh Drs. Hayat dari Pondok Pesantren AlSyariyyah, Wonosobo. Wak tu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penulisan mu shaf ini adalah 2 tahun 3 bulan. Benda raksasa lainnya yang letaknya dekat dengan mushaf ini adalah Beduk Ijo Mangunsari, yang menurut cerita, merupakan replika Be duk Pondowo di Purworejo dengan panjang 310 cm dan diameter 220 cm. Masjid yang indah dan megah ini dirancang oleh Ir. Ahmad Fanani dari PT Atelier Enam Jakarta yang memenangkan sayembara de sain MAJT pada tahun 2001. Pembangunannya secara resmi dimulai pada Jumat, 6 September 2002. Setelah 4 tahun selesai, penggunaannya diresmikan pada 14 November 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.(dr berbagai sumber)
.
SILATU RAHIM
36 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc Ketua umum BAZNAS
tanya jawab
Dana Zakat untuk Pajak Apakah orang yang sudah membayar zakat itu tidak perlu lagi membayar pajak atau sebaliknya. Apakah dana zakat dapat digunakan untuk pajak atau sebaliknya? Agus Titriana Cilimus Kuningan, Jawa Barat Meskipun antara pajak dan zakat memiliki beberapa persamaan, keduanya juga memiliki beberapa perbedaan yang bersifat prinsip, yang dengan sebab perbedaan itu keduanya memiliki nilai dan hukum yang berbeda. Kewajiban zakat langsung dari Allah Swt., termaktub dalam ayat-ayat Al-Quran dan hadits Nabi secara qath’i. Karena itu, zakat termasuk kategori ma’lum minaddin bi adh-dharurah (sesuatu yang harus diketahui secara pasti bagian dari agama dan berkaitan langsung dengan keimanan dan keislaman seseorang). Siapa saja yang dengan sengaja mengingkari
kewajiban berzakat, maka ia termasuk ke dalam kelompok orang kafir. Seluruh ulama sepakat terhadap kewajibannya. Zakat harus dikeluarkan oleh muzaki selama ia ada, walaupun mustahiknya tidak ada di tempat muzaki tu. Sedangkan pajak, keberadaannya sangat bergantung pada kebijakan pemerintah suatu negara. Karena itu, ada negara yang sangat ketat memberlakukan kewajiban pajak, sementara ada negara yang sangat melonggarkannya, bahkan cenderung mengapuskannya, misalnya di beberapa negara Arab. Yang berhak menerima zakat jelas tidak boleh keluar dari delapan kelompok, sebagaimana dinyatakan dalam QS At-Taubah ayat 60. Sedangkan pajak bisa dipergunakan untuk apapun sesuai dengan kebijakan pemerintah itu sendiri. Atas dasar itu, orang yang sudah membayar pajak harus pula membayar zakat. Demikian sebaliknya. Wallahu a’lam bishawab.
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 37
Apakah
Anak Jalanan sama dengan
Ibnu Sabil?
Apa pengertian ibnu sabil? Bagaimana di zaman Rasulullah Saw. dan bagaimana implementasinya untuk masa sekarang? Bagaimana kedudukan anakanak jalanan, apakah mereka termasuk ibnu sabil sehingga berhak menerima zakat? M. Sirajuddin Parung
Dalam Al-Quran memang banyak diungkapkan ayat yang berkaitan dengan ibnu sabil sebagai orang atau kelompok orang yang berhak menerima zakat (seperti dalam QS At-Taubah: 60) atau yang berhak menerima infak dan sedekah (seperti dikemukakan dalam QS Al-Isra:26, ArRum:38, Al-Baqarah:177, dan ayat lainnya).
Ibnu sabil di zaman Rasulullah Saw.sebagaimana dalam berbagai literatur, juga pendapat para ulama-adalah orang-orang yang kehabisan bekal ketika mencari nafkah, ketika bersilaturahim, atau mencari ilmu. Bahkan, untuk pencari ilmu yang kehabisan bekal, di samping disebut sebagai ibnu sabil, dapat juga disebut sabilillah (di jalan Allah). Ini sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadits,”Barang siapa yang keluar (pergi) dalam mencari ilmu, maka termasuk sabilillah sehingga ia kembali. (HR Tirmidzi). Sebagian ulama kontemporer, seperti Syekh Rasyid Ridha, berpendapat bahwa untuk saat ini, bisa juga dimasukkan ke dalam kelompok ibnu sabil adalah orang yang meminta suaka ke negeri lain karena di negerinya tidak bisa melaksanakan ajaran Islam. Masuk pula kelompok ini adalah anak jalanan dan anakanak buangan yang sama sekali tidak memiliki keluarga yang mau bertanggung jawab terhadap kehidupannya. Tentu saja dalam menangani kasus anak jalanan ini, yang paling tepat adalah melibatkan pemerintah, bukan diserahkan semata-mata kepada individu masyarakat. Sebagian ulama Mazhab Hambali berpendapat bahwa juga termasuk kelompok ibnu sabil ini para tunawisma yang menjadi pengemis, yang sama sekali tidak memiliki keterampilan bekerja, sehingga tak memiliki penghasilan (lihat Hukum Zakat, Yusuf Qhardhawi, hlm. 662-663).
tanya jawab
38 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
Imam Syafi’i Ulama Santun dan Dermawan sirah
O
Di Mesir, seorang ulama besar berpulang ke Rahmatullah. Beberapa hari kemudian, seorang Badui datang ke suatu pertemuan yang biasa dihadiri ulama itu semasa hidupnya. “Di mana matahari dan bulan?” tanya orang Badui itu. “Beliau telah wafat,” jawab salah seorang yang hadir.
rang Badui itu menangis sesenggukan, lalu berkata,” Mudah-mudahan Allah meng ampuni dosa-dosanya. Dengan kata-kata yang indah, sesung guhnya beliau telah membuka bukti-bukti yang dahulu tidak pernah kita ketahui dan mampu membungkam lawanlawan (debatnya) dengan bukti yang benar”. Setelah itu, ia meninggalkan tempat itu. Yang dikatakan matahari dan bulan oleh seorang Badui itu adalah Imam Syafi’i yang wafat pada akhir bulan Rajab
204 H. Dengan perumpamaan itu, tergambarkan bahwa peran Imam Syafii semasa hidup nya sangat besar dan tak bisa tergantikan sepeninggalnya, seperti yang dikatakan Ahmad bin Hambal yang sering mendoakan imam yang nama aslinya, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i itu. Ketika ditanya anaknya tentang Imam Syafi’i, Ahmad bin Hambal menjawab, “Ketahuilah anakku, Imam Syafi’i itu ibarat matahari bagi dunia dan kesehatan bagi manusia.
Seandainya keduanya itu tidak ada, bagaimana mungkin dapat digantikan dengan yang lain?” Mereka kehilangan atas kepergian Imam yang lahir di Gaza, Palestina, 150 H/767 M itu, karena memang beliau seorang ulama yang mumpuni di berbagai bidang ilmu agama terutama usul fikih, Al-Quran dan Hadis. Dengan keluasan ilmunya itu, beliau mampu menjawab berbagai persoalan umat dengan santun dan bijaksana. Kalau berdebat, beliau tak menjatuhkan lawan debatnya.
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 39
“Aku berdebat tak untuk men jatuh kan orang,” kata Imam Syafi’i yang merupakan salah satu dari empat mazhab itu. Tentang ini, salah seorang sahabat Imam Syafii, Imam Hafiz Abu Musa Yunus berkata,”Aku tidak melihat orang berakal melebihi Syafi’i. Pada suatu hari, aku mendebatnya tentang suatu masalah. Lalu, kami berpisah dan dia menemuiku. Dengan menggandeng tanganku, dia berkata,” Wahai Abu Musa, bukankah lebih baik kita tetap berteman walau kita tidak sepakat dalam satu masalah?” Ilmunya bisa begitu luas karena sejak kecil dia sudah menimba ilmu agama meski ia seorang yatim yang miskin. Dia tak harus membayar gurunya, malah ia mendapatkan upah atas kemampuannya mengajarkan kembali apa yang dia dengar dan pahami dari gurunya kepada anak-anak lain. Syafi’i kecil memang anak cerdas dan kuat hafalannya. Pada usia 7 tahun, ia telah berhasil menghafal Al-Quran dengan baik dan mampu menghafal kitab Muwattha karya Imam Malik , yang kemudian menjadi salah satu gurunya, pada usia 10 tahun. Pada usia 18 tahun beliau sudah diminta oleh para ulama agar memberikan fatwa. Tentang belajar dalam kondisi miskin, Imam Syafi’i bercerita: “Saat kami menghafal Al-Quran dan memasuki masjid, kami duduk di majlis para ulama. Kami berhasil menghafal beberapa hadis dan beberapa
masalah fikih. Pada waktu itu, rumah kami berada di Mekah. Kondisi kehidupan kami sangat miskin. Kami tidak memiliki uang untuk membeli kertas. Akan tetapi, kami mengambil tulang-tulang sehingga dapat kami gunakan untuk menulis.” Selain gigih dalam mencari ilmu dan mengajarkannya, Imam Syafi’i juga berakhlak mulia dan tekun ibadahnya. Pada bulan Ramadhan, beliau sanggup mengkhatamkan AlQuran sebanyak 60 kali dalam shalat. Karena ahli ibadah, ia sangat sedikit tidurnya. Selama kurun waktu 16 tahun, misalnya, beliau hanya pernah ma kan sampai kenyang, satu kali saja dan kemudian di se sali nya karena berdampak buruk terhadap daya pikir dan ibadahnya. Selain cinta ilmu, Imam Syafi’i juga suka berderma. Ten tang ini Abdullah bin Zubai Humaidi bercerita:” Pada suatu ketika, Imam Syafi’i pergi untuk menunaikan ibadah haji. Ketika itu, ia membawa uang sebanyak 10 ribu dinar. Ia mendirikan sebuah kemah di luar kota Me kah. Setelah menunaikan shalat Shubuh, ia menuangkan seluruh uang dinarnya itu di atas kain dihamparkan di dalam kemah itu. Kemudian, ia memberi uang ma sing-masing segenggam ke pada setiap orang Mekah yang datang mengunjunginya. De mikianlah, uang tersebut ia ha biskan hingga sebelum datang waktu shalat Zuhur.” Yang punya peran besar
dalam mengantarkan Imam Syafi’i menjadi seorang ulama besar adalah ibunya. Meski hidup miskin tanpa suami, sang ibu punya tekad kuat untuk memasukkan anaknya ke tempat pendidikan agama yang terbaik di Mekah. Hasilnya, sang guru rela mengajar Imam Syafii kecil tanpa bayaran. Ketika Imam Syafi’i ber usia 15 tahun dan ingin me nimba ilmu di Madinah, ibunya mengizinkannya, meski awalnya dirasakan agak berat berpisah dengan buah hatinya itu. Untuk anaknya yang sudah jatuh hati pada ilmu, ibunya berdoa: “Ya, Allah yang menguasai seluruh alam. Anakku ini akan meninggalkanku untuk ber ja lan jauh menuju keridhaanMu. Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peng etahuan peninggalan pesuruhMu. Karena itu, aku bermohon kapada-Mu, ya Allah, mudah kanlah urusannya. Peliharalah keselamatannya. Panjangkan umurnya agar aku dapat melihat se pulangnya nanti dengan da da yang penuh dengan ilmu pe ngetahuan yang berguna. Amin!” Setelah itu, ibunya ber pesan,” Pergilah anakku, Allah bersamamu. Insya Allah engkau akan menjadi bintang ilmu yang gemerlapan di kemudian hari. Pergilah sekarang karena ibu telah ridha melepasmu. Ingatlah bahwa Allah adalah sebak-baik tempat memohon perlindungan!”Subhanallah. (dari berbagai sumber)
sirah
40 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
ZAKAT & ETOS KERJA Manusia adalah makhluk yang memiliki fitrah sangat mencintai dunia dan seisinya, terutama harta benda, sebagaimana firman-Nya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”(QS:3: 14).
opini
U
ntuk mewujudkan ke inginan fitrahnya ini, ma nusia biasanya mengumpulkan harta benda itu dengan bekerja keras dan berkarya produktif dalam segala bidang kehidupan, baik siang maupun malam. Tidak ada yang salah dalam upaya tersebut, karena Islam memberikan landasan atas hal itu, sebagaimana firman-Nya: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”(QS:62:10) Dan, justru Islam mencela orang yang memubazirkan wak tu, kemampuan, dan poten sinya sehingga tak bermanfaat bagi masyarakat. Allah Swt. menciptakan malam un tuk
istrihahat dan beribadah serta menciptakan siang untuk bekerja mencari harta benda. Allah Swt. juga mendorong manusia agar selalu bekerja dan berkarya, sebagaimana firmanNya: “Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepadakamu apa yang telah kamu kerjakan.”(QS: 9:105). Rasulullah juga memuji orang-orang yang bekerja keras dengan mengerahkan segala kemampuan dan profesinya sehingga mampu memenuhi ke butuhan hidupnya dari hasil keringat sendiri. Sabda
Rasulullah Saw.: “Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud a.s., selalu makan dari hasil usahanya.” (HR. Bukhari). “Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat. Maka para sahabat pun bertanya, 'apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah'? Beliau menjawab, 'bersusah payah dalam mencari nafkah'.” (HR. Bukhari). Jadi, dalam Islam tidak ada yang salah bagi orang yang bekerja keras dalam kerangka mencari harta benda sebanyakbanyaknya dengan tujuan mencari karunia dan ridha Allah Swt. Tapi, harus disertai dengan
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 41
kesadaran bahwa setelah harta itu terkumpul dalam berbagai jenis, seperti uang, emas, perak, dan tanah, maka ada kewajiban mendistribusikannya kembali, sebagaimana perintah Allah Swt.: “...(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS:2 : 3).”Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku.”(QS:2: 43). Prinsip Islam dalam kepe milikan harta adalah harta itu tidak boleh hanya dimiliki dan berputar di tangan sekelompok orang dalam masyarakat ter tentu, sementara kelompok lain, yaitu kaum dhuafa tak bisa me nikmatinya, sebagaimana fir man-Nya: “Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu...”(QS:59:7). Dengan prinsip ini, maka harus ada redistribusi harta dari orang kaya (muzaki) kepada kaum dhuafa (mustahik), sehingga akan terjadi keseimbangan ke sejah teraan di dalam masya rakat Islam. Islam memberikan kebebasan kepada individu dalam mencari harta, namun ada batasan kepemilikan karena harta itu sesungguhnya hanya milik Allah. Sementara, manusia hanya memiliki hak memakainya selama di du nia ini. Allah juga sudah mengaturnya terhadap harta pinjaman tersebut, yaitu ada kewajiban membayarkan zakat dan disunahkan mengeluarkan infak, sedekah, dan wakaf.
Inilah perbedaan prinsip kepemilikan harta dalam Islam dengan non-Islam, baik itu sekularis, kapitalis maupun komunis. Dalam Islam tak ada eksploitasi terhadap manusia lain dengan kepemilikan harta yang berlimpah. Yang ada dalam Islam adalah redistribusi aset secara adil antara orang kaya dan orang dhuafa, dalam upaya mengikuti perintah Allah se bagai pemilik sesungguhnya harta tersebut. Dalam memanfaatkan harta dan kekayaan agar meraih ridha Allah, kita perlu meneladani sahabat-sahabat Rasulullah Saw. Di antaranya, pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq (632634 M). Diriwayatkan bahwa Abu Bakar As-Siddiq memiliki 9 toko yang semuanya habis dibuat untuk tegaknya agama Islam. Beberapa budak yang ia bebaskan, antara lain, Bilal bin Rabbah, Abu Fakih, Ammar, Abu Fuhaira, Lubainah, An Nahdiah, Ummu Ubays, dan Zinnira. Kedua, Umar bin Khatab (581-644M). Semenjak menjadi khalifah, hidupnya sangat sederhana, meskipun kaya raya. Beliau hendak memberikan teladan yang baik bagi kaum muslimin tentang konsep jabatan, harta dan zuhud seperti yang dicontohkan Rasulullah Saw. Khalifah setelah Abu Bakar itu dikenal sangat sederhana. Tidur siangnya beralaskan tikar dan batu bata di bawah pohon kurma, dan ia hampir tak pernah makan kenyang,
Naharus Surur Ketua Bidang Jaringan BAZNAS
menjaga perasaan rakyatnya. Padahal, Umar adalah seorang yang juga sangat kaya. Ketiga, ‘Utsman bin ‘Affan (574-656M). Beliau sangat terkenal dengan kekayaan dan kedermawanan. Hartanya melimpah. Namun hartanya tidak untuk memuaskan pribadi dan keluarganya. Hartanya ia infakkan untuk dakwah dan jihad fi sabilillah. Keempat, ‘Abdurrahman bin ‘Auf Al-Qurasyi (wafat tahun 32 H). Beliau juga sahabat yang sangat terkenal dengan kekayaan dan kedermawanan. Imam Az-Zuhri berkata, “Di masa Rasulullah Saw., ‘Abdur rahman bin ‘Auf pernah ber sedekah dengan separuh dari harta beliau (yaitu sebesar) 4000 dinar, lalu beliau bersedekah (lagi) dengan (harta sebesar) 40 ribu dinar. Kemudian beliau menanggung (biaya seharga) 500 ekor kuda (untuk keperluan berjihad) di jalan Allah. Setelah itu, beliau menanggung (biaya seharga) 500 ekor unta (untuk keperluan berjihad) di jalan Allah. Sebagian besar hasil kekayaan beliau (diperolehnya) dari (usaha) perniagan.
opini
42 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
Seni Menjalani Hidup S
kitabah
etiap orang tentu ingin sukses dan bahagia dalam hidupnya. Tapi, karena hidup ini penuh tantangan dan rintangan, kadang sulit mewujudkan keinginannya itu. Bila tak tahu cara menghadapi hidup, yang terjadi justru sebaliknya.Hidupnya jadi sumpek dan galau. Maka, agar hidup sukses dan bahagia, seseorang perlu tahu seninya menjalani hidup. Kiat atau seni menjalani hidup itu ada, antara lain, pada buku Menuai Fadhilah Dunia, Menuai Berkah Akhirat karya Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA. Buku ini dibagi tiga bagian. Pertama: Seni Menjalani Hidup, dengan 13 sub-bagian. Kedua: Membuka Pintu Surga, dengan 14 subbagian, dan Ketiga: Penutup. Pada bagian pertama, Wakil Menteri Agama itu menguraikan tentang berbagai langkah dalam mengarungi hidup ini agar sukses dan bahagia. Misalnya, pada sub bagian Mencipta Kebahagiaan ditegaskan bahwa kebahagiaan itu wilayahnya batin, bukan fisik. Maka, kalau kita ingin bahagia, kita harus memenuhi kebutuhan batin itu. Namun, kebanyakan dari kita lebih memperhatikan kebutuhan fisik. Misalnya, ketika batin ingin ber-tadabbur Al-Quran, kita tak mau, dengan alasan mata telah capek mengerjakan tugas-tugas kantor. “Ibadah menjadi momen untuk memenuhi segala kebutuhan spiritual kita agar kita dapat mencipta kebahagiaan di mana pun dan kapan pun takdir membawa kita,” simpulnya. (hal 14). Pada sub-bagian Al-Qanaah, Al-Fiqr, dan
Al-Ju’, ia menyatakan, dalam hidup ini kita tak perlu banyak mengeluh. Sebab, keluhan itu adalah pintu masuknya pengaruh negatif dalam memandang hidup. Pada pandangan orang yang suka mengeluh, dunia ini penuh dengan kesengsaraan, kekurangan, dan penderitaan. Padahal, dunia ini penuh juga dengan kedamaian, kebahagiaan dan keindahan. Keluhan itu lahir karena adanya hasrat yang berlebihan. Maka, agar tak mengeluh, menurut Nasaruddin, kita harus punya tiga sifat mulia, yaitu qanaah (tidak rakus atas rezeki Allah yang belum diperoleh), al-faqr (sederhana), al-ju (rendah hati atau sederhana).“Barangsiapa yang rendah hati, tidak tamak, dan sederhana, maka dia akan menemukan hari-harinya dipenuhi dengan berbagai warna-warni kebahagiaan hidup,” tegasnya.(halaman 143). Pada bagian keduanya, guru besar UIN Jakarta itu mengupas tentang langkah-langkah menuju kebahagiaan akhirat . Misalnya, agar punya bekal di akhirat, selain punya rekening tabungan uang, kita juga perlu punya rekening tabungan spiritual (RTS), berupa amal saleh, seperti melaksanakan shalat, zikir, zakat, dan haji serta melestarikan lingkungan hidup dan berkata jujur. Masih banyak lagi kiat menjalani hidup agar sukses dan bahagia yang ada pada buku ini. Insya Allah, ini akan memberikan pencerahan sehingga para pembaca bisa lebih arif dalam mengarungi hidup yang penuh gelombang ini.
Judul Menuai Fadhilah Dunia, Menuai Berkah Akhirat Penulis Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA. Penerbit PT Elex Media Komputindo Cetakan 2014 Tebal vi+285 halaman
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 43
44 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
Zakat dan Perubahan Sosial H
catatan
asil penelitian tentang perbandingan waktu yang diperlukan dalam pengentasan kemiskinan antara program non-zakat dan program zakat yang dilakukan Dr. Irfan Syauqi Beik (2011) menunjukkan, perlu waktu 7 tahun untuk program non-zakat dan 5 tahun 2 bulan untuk program zakat. Ini berarti ada perbedaan waktu 1 tahun 10 bulan, perbedaan waktu yang signifikan dalam suatu bentuk perubahan sosial. Walaupun masih perlu penelitian lebih lanjut, hasil penelitian itu mengungkapkan fakta, ada nilai lebih program yang didanai zakat dalam kecepatan pengentasan kemiskinan dibandingkan program yang didanai non-zakat. Ada benang merah antara hasil penelitian itu dan pengalaman BAZNAS dalam melaksanakan program pem ber dayaan mustahik, antara lain, melalui Program Zakat Community Development (ZCD). ZCD merupakan program pemberdayaan mustahik berbasis komunitas dilakukan secara komprehensif dengan mengin tegrasikan aspek ekonomi dan sosial (pendidikan, kesehatan, dan dakwah) sehingga terwujud masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Program yang dijadikan program nasional ini merupakan salah satu wujud sinergi antara BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota, yang sejak launching 17 Januari 2013 di Sukabumi sampai akhir April 2014, telah dilaksanakan di 9 provinsi mencakup 41 kabupaten/kota . Program ZCD dilaksanakan secara bertahap, antara lain men cakup internalisasi kon sep program, assesmen, dan pen dampingan. Dalam setiap tahap, amil BAZNAS yang terlibat langsung selalu mendapatkan pencerahan akan nilai-nilai kehidupan yang luar biasa. Dalam tahap in ter nalisasi konsep program, terjadi silaturahim secara fisik, pemikiran, dan hati antar
Teten Kustiawan Direktur Pelaksana Baznas
amil BAZNAS, baik di pusat maupun daerah. Pertemuan itu diwarnai tausiah, saling tukar informasi, dan saling mengisi kekurangan dengan tujuan sama, yaitu merumuskan program terbaik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ma syarakat dan menanggulangi kemiskinan Pada tahap assesmen, banyak terungkap nilai-nilai luhur bangsa, seperti gotong royong dan musyawarah, yang masih menjadi budaya keseharian masyarakat sasaran program. Nilainilai yang mungkin bagi masyarakat di wilayah lain sudah menjadi sesuatu yang sangat mahal. Terungkap juga, realitas yang memilukan hati, seperti ketidakadilan, ketidakberdayaan, bahkan terabaikannya hak-hak dasar manusia. Pendekatannya semata-mata untuk mengetahui potensi dan mengembangkannya serta memahami masalah dan mencarikan solusinya dengan berbasis nilai-nilai zakat dan kearifan lokal. Tahap pendampingan meru pakan tahap yang menentukan terlaksana dan berhasil tidak nya kegiatan-kegitan yang sudah diformulasikan. Pendampingan yang juga bagian dari monitoring dan evaluiasi komprehensif, dilakukan secara intens oleh tenaga pendamping dan BAZNAS kabupaten/kota. Karena itu, mungkin hanya ada dalam Program ZCD, masyarakat yang menerima zakat untuk pemberdayaan ekonomi aktif dalam pengajian, baik ba’da Shubuh, sore maupun malam. Mereka dapat berkonsultasi ten tang agama, keluarga, ekonomi, dan hal-hal lainnya. Itulah nilai-nilai luhur dalam Program ZCD yang sangat mungkin menjadi faktor utama penyebab lebih singkatnya waktu yang diperlukan program zakat dibandingkan program non-zakat dalam pengentasan kemiskinan. Wallahu’alam bishshawab.
Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H | 45
Muzaki Corner
Sudah
Berzakat? cek via iPAD, iPhone & Android anda Notifikasi pembayaran langsung
Cetak BSZ dan Laporan Donasi
Monitoring Zakat
Konfirmasi Pembayaran Update Profil Muzaki
46 | Edisi Mei-Juni 2014 M | Rajab-Sya’ban 1435 H
BRI Syariah rekening zakat
701311637555 rekening infaq
701311631477 BCA Syariah
hotline
(021) 3904555
banyak cara agar berkah harta anda BSM rekening zakat
tunaikan zakat anda lewat berbagai chanel BAZNAS
rekening zakat
0011555510 rekening infaq
00777711
Bank Mandiri rekening zakat
070-00-0185555-5 rekening infaq
070-00-0187777-3
009 005 5555 rekening infaq
009 007 7777
BNI Syariah Prima rekening zakat
009 555 5554 rekening infaq
009 577 7779 layanan jemput zakat
08787 7373 555
@baznasindonesia badanamilzakat www.baznas.or.id