Infantia, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI USIA 4-5 TAHUN DI KELOMPOK A TK PUTRA II SERANG TAHUN AJARAN 2015/2016 Yeni Sri Wuryastuti1 Supriadi2 Program Pendidikan Guru Pendidik Anak Usia Dini, Kampus Serang Universitas Pendidikan Indonesia e-mail:
[email protected] ABSTRAK: Penelitian ini didasari karena rendahnya kemampuan berhitung permulaan anak usia dini pada rentang usia 4-5 tahun. Dalam pembelajaran berhitung permulaan anak kebanyakan guru hanya memberikan dengan tanya jawab kepada anak tidak menggunakan media yang nyata hal itu menyebabkan anak dalam pembelajaran berhitung tersebut merasa bosan dan jenuh dan tidak semangat untuk mengikuti pembelajaran. Dengan mengatasi permasalahan anak tersebut salah satu media yang mampu membantu kemampuan berhitung permulaan anak yaitu melalui media permainan tradisional congklak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berhitung permulaan yang meliputi kemampuan mengurutkan dan berhitung yaitu opersi penjumlahan dan pengurangan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan yaitu menggunakan pre-eksperimen dengan menggunakan desain one group pretest-posttest. Populasi yang digunakan yaitu TK PUTRA II Serang, sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu kelompok A sebanyak 15 orang anak. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan pedoman tes, skala sikap anak dan wawancara. Hasil dalam penelitian ini menunjukan adanya pengaruh permainan tradisional congklak terhadap kemampuan berhitung permulaan anak usia dini di TK PUTRA II Serang hal ini terlihat dari analisis hasil Uji-t. Penelitian ini menyimpulkan bahwa permainan tradisional congklak terdapat pengaruh terhadap kemampuan berhitung permulaan anak usia dini. Kata Kunci: Permainan Tradisional Congklak, Berhitung Permulaan, Anak Usia Dini.
Yeni, Sri Wuryastuti, Supriadi. Pengaruh Permainan Tradisional Congklak Terhadap Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini Usia 4-5 Tahun Di Kelompok A Tk Putra Ii Serang Tahun Ajaran 2015/2016.
EFFECT GAME OF TRADITIONAL CONGKLAK NUMERACY BEGINNING EARLY AGE CHILDREN AGES 4-5 YEARS IN GROUP A TK PUTRA II SERANG ACADEMIC YEAR 2015/2016 Yeni Sri Wuryastuti1 Supriadi2 Teacher Education Program Early Childhood Educators, Campus Serang Indonesia university of education
e-mail:
[email protected] ABSTRACT: This research is motivated because of the low numeracy skills at the beginning of the early childhood age range of 4-5 years. In the beginning children learning to count most teachers only give to the question and answer to the child is not using the tangible medium, it causes the child in learning to count to feel bored and tired and not the spirit to keep learning. By overcoming the problems of these children one mediun that can help numeracy skills of children, beginning with the traditional game media congklak. This study aims to determine the beginning of the numeracy skills that include the ability to sort and count that opersi addition of the and subtraction. Penelitian Was quantitative research. The method used in this research is using preexperimental design using one group pretest-posttest. The population in this study is TK PUTRA II Serang, whereas samples taken in this study: group A as many as 15 children. This research data collection techniques using test guidelines, scale the attitudes of children and interviews. The results of these studies show the influence of the traditional game congklak against numeracy skills beginning in kindergarten early childhood TK PUTRA II Serang it is seen from the analysis of the t-test results. The study concluded that traditional games congklak there is an influence on numeracy skills beginning early childhood. Keywords: Traditional Games Congklak, Numeracy Beginnings, Early Childhood
Infantia, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
“Anak usia dini yaitu individu yang unik berbeda, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai usia dengan tahapan pada masa iye stimulasi semua aspek perkembangan memiliki peran penting untuk tugas perkembangan selanjutnya”. (Mulyasa, 2012, hal. 20). Masa usia dini dimaksud juga masa keemasan, maka dari itu pada masa ini anak diberikan stimulus yang akan menunjang perkembangan. Salah satu aspek yang harus dikembangkan oleh peserta didik anak yaitu perkembangan kognitif atau pengetahuan . Karena perkembangan kognitif sangat penting banget dikembangkan ketika anak masih kecil masih bayi agar anak dapat melakukan berbagai eksplorasi terhadap dunianya yang ada dilingkunagn tempat tinggalnya dirumah. Salah satunya anak akan dikenalkan pada kegiatan berhitung sederhana hana yang dilakukan anak usia dini pada rentang usia 4-5 tahun yaitu dengan membilang, mengurutkan, dan berhitung secara sederhana, seperti: operasi penjumlahan dan operasi pengurangan. Pada kenyataan dilapangan yang peneliti lihat di TK PUTRA II Serang masih banyak anak yang belum mampu berhitung secara sederhana, seperti mengurutkan angka-angka, menjumlahkan dan juga mengurangi. Anakanak masih bingung dan keliru bagaimana menjumlahkannya, kemampuan berhitung anak tersebut masih rendah. Adapun yang disebut dengan kemampuan berhitung permulaan kemampuan merupakan kemampuan yang dimilki oleh anak yang baru lahir untuk mengembangkan kemampuannya .Karakterseristik perkembangannya dimulai dari kehidupan yang terdekat dengannya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya anak mampu meningkatkan ketahap selanjutnya, pengertian mengenai jumlah, yaitu berhubungan erat dengan penguranfan dan penjumlahann”. (Susanto, 2011, hlm. 98). Karena sangat begitu pentingnya kemampuan berhitung pada anak usia dini, maka berhitung kemampuan permulaan ini perlu diajarkan sejak dini, dengan berbagai metode dan media yang tepat yang tidak dapat merusak perkembangan anak, pada
pelaksanaanya harus dilakukan dengan menarik dan mengasikan agar anak tidak merasa bosan dan jenuh saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan berhitung tersebut dapat diajarkan kepada anak usia dini dengan bermain, karena prinsip pembelajaran untuk anak usia dini yaitu bermain sambil belajar, melalui bermain anak diberi stimulasi yang dapat merangsang kemampuan anak, dengan bermain juga anak akan merasa senang. Plato (Fauddiziddin, 2014, hlm. 13) mengatakan bahwa anak akan mudah memahami aritmatika ketika diberikan melalui bermain yang mengasyikan . Kegiatan berhitung lebih mampu dipahami oleh anak ketika dilakukan sambil bermain. Anak lebih mampu menerapkan aritmatika dengan bermain dibandingkan dengan tanpa bermain”. Sedangkan tugas seorang guru dalam hal ini adalah menggunakan media mengajar yang tepat untuk anak, karena kebanyakan sekolah memberikan pembelajaran berhitung dengan cara tanya jawab kebanyakan, dalam hal ini guru harus menggunakan strategi belajar yang tepat yang dapat mengenalkan kemampuan berhitung permulaan pada anak dalam proses belajar mengajar. Salah satu media pembelajaran yang tepat untuk mengenalkan kemampuan berhitung anak adalah melalui media bermain congklak. Permainan tradisional congklak adalah permaianan yang sangat menitikkberatkan penguasaan berhitung. (Kurniati, 2006, hlm.123) Dengan permainan tradisional congkalak, anak dapat sambil belajar berhitung dengan menggunakan biji-biji congklak selain itu juga ketika anak menyimpan, menaruh biji-bijian na congklak satu persatu di papan congklak hal ini dapat melatih motorik halus anak. Permainan ini mempunyai beberapa peranan diantaranya adalah untuk melatih keterampilan berhitung anak dan motorik halus anak. Melalui n permainan tradisional congklak juga guru bisa mengenalkan bahwa permainan tradisional congklak adalah permainan asli Indonesia. Rumusan masalahh yang ada pada
Yeni, Sri Wuryastuti, Supriadi. Pengaruh Permainan Tradisional Congklak Terhadap Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini Usia 4-5 Tahun Di Kelompok A Tk Putra Ii Serang Tahun Ajaran 2015/2016.
penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah kemampuan berhitung permulaan anak sesudah mendapatkan pembelajaran dengan permainan tradisional congklak lebih baik dari anak yang sebelum mendapatkan permainan tradisional congklak? Selanjutnya, Bagaimana sikap anak terhadap permainan tradisional congklak tersebut? Tujuan penelitian ini untuk menngetahui dan megidentifikasi sebagai berikut: Apakah kemampuan berhitung permulaan anak sesudah mendapatkan pembelajaran dengan permainan tradisional congklak lebih baik dari anak yang sebelum mendapatkan permainan tradisional congklak? Selanjutnya, Bagaimana sikap anak terhadap permainan tradisional congklak tersebut?
METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian one group pretest and posttest yang dilkukan hanya satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Di dalam penelitian ini, dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum treatment dan sesudah tretment.. Pada penelitian ini treatment yang digunakan adalah sebanyak dua kali pertemuan untuk langkah pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisional congklak dalam meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak. Desain penelitian yang akan dilaksanakn pada penelitian ini dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini:
O1
X
O2
(Arikunto, 2013, hlm. 124) Keterangan : O1
: Tes awal (pretest), anak diobservasi dengan tes awal sebelum diberikan perlakuan (nilai pretest)
X
:Perlakuan (treatment), menggunakan permainan tradisional congklak.
O2
:Tes akhir (posttest) anak diobservasi dengan tes akhir sesudah diberikan perlakuan (nilai posttest).
Populasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu seluruh anak kelompok A pada TK Kota Serang Tahunn Ajaran 2015-2016. Adapun sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh anak kelompok A1 di TK PUTRA II yang berjumlah 15 orang anak yang terdiri dari 8 (delapan) orang anak laki-laki dan 7 (tujuh) orang anak perempuan, dalam penelitian ini hanya satu kelompok saja yang menjadi tempat penelitian tanpa adanya kelompok pada pembanding. Instrumen penelitia n yaitu “suatu alat yang digunakan mengukur, kejadian alam semesta ataupun sosial yang diamati. (Sugiyono 2010, hlm. 148). Variabel bebas (X) dan Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu seperti diatas tadi. Pada penelitian ini Instrumen yang dipakai peneliti gunakan berupa tes soal. Tes soal tersebut diberikan untuk mengetahui kemampuan berhitung permulaan anak pada kelompok A1 di TK PUTRA II Serang, sesudah dan sebelum diberikan media tentang permainan tradisional congklak. Selanjutnya yaitu dengan menggunakan skala sikap anak, diamana dalam skala sikap anak yaitu untuk mengetahui sikap, persepsi dan respon anak terhadap pembelajaran berhitung permulaan dengan menggunakan media permainan tradisional congklak dan yang terakhir yaitu menggunakan pedoman wawancara, yang dilaksanakan untuk mendapatkan berita mengenai pengetahuan atau penalaran anak tentang berhitung. . Tes terdiri dari pretst dan posttest yang. Adapun penilaian yang digunakan instrumen penelitian ini yaitu -faktor yang berberkaitan dengan pada kemampuan berhitung permulaan anak. Instrumen ini sebelum diberikan kepada anak telah diuji terlebih dahulu kepada anak yang berbeda TK, Uji untuk instrumen adalah
Infantia, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
Uji validitas, realibilatas, dan tingkat kesukaran. Setelah itu melakukan pretest kepada anak. Skala sikap peserta didik dan wawancara yaitu engumpulan data yang dipakai penelitiaan adalah dengan menggunakan. Pretest dan posttest bertujuan untuk mengetahui kemampuan berhitung permulaan anak . Pretest mengetahui kemampuan berhitung permulaan anak sebelum mendapatkan perlakuan (treatment) dan posttest mengetahui kemampuan berhitung permulaan anak setelah mendapatkan treatment. Pengolahan data hasil pretest dan posttest menggunakan aplikasi SPSS versi 21 for windows dengan urutan sebagai berikut. Uji hipotesis Uji normalitas, dan Uji homogenitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitiana ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berhitung permulaan anak yang sudah diberikan permainan tradisional congklak dengan anak yang belum diberikan permainan tradisional congklak. Data yang diambil untuk mengetahui kemampuan berhitung permulaan anak yaitu dengan melihat hasil skor tes awal anates (pretest) dan tes akhir (posttest). Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak kelas A1 di TK PUTRA II Serang, didapatkan skor hasil pretest dan posttest dalam kemampuan berhitung permulaan. Dalam penelitian ini menggunakan soal sebanyak 8 soal. Skor diberikan sesuai dengan banyaknya jumlah jawaban yang benar. Setiap satu soal yang dijawab benar diberi skor 3, dan untuk jawaban yang salah diberi skor 0, sehingga dari 8 soal memiliki skor maksimal ideal 24. Dari hasil analisis data tersebut nilai rata-rata skor tes awal (pretest)yaitu 12,47 sedangkan nilai rata-rata dari skor tes akhir (posstest) yaitu 19,53, maka dapat dinyatakan bahwa kemampuan berhitung permulaan anak sesudah menggunakan media permainan tradisional congklak lebih baik dari anak yang sebelum menggunakan media permainan tradisional congklak. Setelah itu melaksanakan Uji instrumen, tetapi uji instrument ini diberikan terlebih dahulu ke TK yang lainnya yang lebih tinggi
kelompok, pada penelitian uji instrument yang digunakan yaitu pada TK Azzahroh kelompok B. Uji instrument ini seperti seperti: Uji validitas, Uji realibilitas dan tingkat kesukaran. Dalam Uji validitas soal, dari 8 soal tersebut mempunyai kevalidan soal, sedangkan hasil perhitungan Uji realibilitas yaitu diperoleh koefesien korelasinya adalah r11 = 0,928, dan dalam tingkat kesukaran memperoleh skor sukar sebanyak 1 soal dan soal sedang sebanyak 7 soal. Setelah melihat hasil analisis data pada skor pretest dan posttest bahwa ada peningkatan pada berhitung anak dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh anak. Dan juga hasil analisis pada Uji instrumen, maka dapat di Uji dengan menggunakan Uji normalitas, homogenitas dan juga Uji-t atau hipotesis. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Uji Chi Kuadrat (x2. Apabila menggunakan bantuan SPSS versi 21 for windows . Uji normalitas yang digunakan yaitu Uji Shapiro-Wilk dengan menggunakan rumus nilai: Sig. > 0.05, maka data berdistribusi normal dan Sig. < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Adapun hipotesis yang digunakan dalam Uji normalitas adalah: HO
:Sampel
dinyatakan
berdistribusi
normal. . Ha
:Sampel dinyatakan tidak berdistribusi normal.
Dasar pengujian kriterianya sebagai berikut: Jika Asymp sig 2-tailed > a (0,05) maka data berdistribusi normal Jika Asymp sig 2-tailed < a (0,05) maka berdistribusi tidak normal Dilihat dari hasil perhitungan Uji ShapiroWilk tentang kemampuan berhitung permulaaan anak, bahwa nilai signifikansinya yang diperoleh adalah sebesar 0,408 untuk tes awal (pretest) dan 0,683 diperoleh untuk tes
Yeni, Sri Wuryastuti, Supriadi. Pengaruh Permainan Tradisional Congklak Terhadap Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini Usia 4-5 Tahun Di Kelompok A Tk Putra Ii Serang Tahun Ajaran 2015/2016.
akhir (posttest) Nilai signifikasi ini lebih besar dari taraf signifikansinya α 0,05 sehingga H a menurut kriteria pengambil keputusan pada Uji Shapiro-Wilk dapat disimpulkan data yang diperoleh sudah berdistribusi normal dan HO dapat diterima. Berdasarkan hasil perhitungan program SPSS versi 21 for windows dapat dimengerti bahwa data normal pada sebaran. Dari hasil perhitungan normalitas sebaran data pretest dan posttest pada kemampuan berrhitung permulaan bahwa data-dataan diatas berdistribusi normal, Jadi data tersebut dianalisis dengan with menggunakan statistik Uji-t. Karena memenuhi banyak persyaratan yang mampu dianalisi. Setelah dilakukan Uji normalitas data, selanjutnya dilakukan Uji homogenitas. Dengan bantuan program SPSS versi 21 for windows. Uji homogenitass dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut memiliki varian yang homogen atau sama sekali tidak homogennya. Hipotesis yang homogenitas
digunakan
dalam
uji
Ho = Tidak memiliki varian yang homogen dalam kemampuan berhitung permulaan Ha =
Memiliki varian yang homogen dalam kemampuan berhitung permulaan
Dasar kriteria pengujian pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut:
pengambilan keputusan signifikan yaitu 0,05. Dilihat dari hasil perhitungan Uji homogenitas diatas, dapat diketahui bahwa data pretest dan posttest kemampuan berhitung anak dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen. Karena nilai f hitung < dari f hitung maka data tersebut mempunyai varian yang homogen. Tahap selanjutnya yaitu Uji-t atau Uji hipotesis. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu nilai tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) anak tentang kemampuan berhitung permulaan anak. Dari Uji-t ini menggunakan bantuan SPSS versi 21 for windows. Uji hipotesis yang digunakan yaitu menggunakan independen samples tes. Uji-t ini bertujuan untuk melihat adakah pengaruh dalam menggunakan permainan tradisional congklak terhadap kemampuan berhitung permulaan anak di kelompok A. Hipotesis ynag digunakan pada Uji-t ini adalah: Ho: µ1 = µ2: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berhitung permulaan pada anak sesudah diberikan media permainan congklak. Hi: µ1 ≠µ2:
Terdapat perngaruh yang signifikan terhadap kemampuan berhitung permulaan pada anak dan sesudah diberikan media permainan congklak.
Jika f hitung < f tabel maka data homogeny Jika f hitung > f tabel makaa data tidak homogeny
Dasar kriteria pengujian keputusan yaitu sebagai berikut:
pengambilan
Ho diterima apabila nilai sig. > 0,05 Dari hasil perhitungan Uji homogenitas pada saat pretest diperolah nilai Std deviation 1,407 dan posttest diperoleh std deviation 2,446, dan nilai f hitung memperoleh nilai sebanyak 1,73 dan f tabel sebanyak 2,13. Nilai signifikan ini lebih besar dari taraf kriteria
Hi ditolak apabila nilai sig < 0,05, Dilihat dari hasil analisis pada tabel tersebut bagian. Sig. (2-tailed). Diperoleh nilai signifikannya lebih kecil dari taraf signifikannsi 0,05 yaitu 0,000, sehingga Hi
Infantia, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
ditolak. Tetapi hasil dari Uji-t tersebut mempunyai pengaruh. Dengan hasil diatas hipotesis yang telah dirumuskan terbukti bahwa Terdapat pengaruh yang signifikan pada kemampuan berhitung permulaan anak yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan media permainan tradisional congklak dengan anak yang tidak menggunakan permainan tradisional congklak. Dapat kita lihat secara sepintas bahwa tes awal (pretest) memperoleh nilai yang lebih kecil yaitu rata-rata 12,47 dibandingkan dengan pemerolehan nilai pada saat tes akhir (posttest) memperoleh nilai ratarata 19,53. Ini berarti sesudah menggunakan media permainan tradisional congklak lebih baik dengan anak yang sebelum menggunakan permainan tradisional congklak . Hal ini menunjukan bahwa nilai yang diraih anak pada Uji tes akhir (posttest) kemampuan berhitung permulaan anak memiliki peningkatan lebih baik. Setelah berdistribusi normal dan sangat memiliki varian yang homogen, maka dapat disimpulkan bahwa sesudah menggunakan media permainan tradisional congklak lebih baik dibandingkan dengan sebelum menggunakan permainan tradisional congklak. Berdasarkan hasil analisis sikap anak, bahwa anak mempunyai ketertarikan tersendiri pada saat pembelajaran berlangsung. Anak sangat berantusias dan semangat mengikuti proses belajar tentang berhitung permulaan. Anak sangat mengikuti pembelajaran tersebut dengan tertib dan rapih, anak tidak merasa bosan pada saat belajar berhitung, karena dalam belajar berhitung tersebut menggunakan media yang tepat untuk anak belajar berhitung sambil bermain. Karena kita tahu bahwa dunia anak yaitu dunia bermain.Begitu juga dengan hasil wawancara terhadap salah satu guru yang ada di kelompok A, bahwa dengan media permainan tradisional congklak adalah media yang paling tepat diberikan kepada anak dalam kemampuan berhitung permulaan anak. Karena dalam pembelajaran berhitung yang sebelumnya anak merasa bosan dan malasmalasan pada saat proses pembelajaran berlangsung, dengan adanya media yang menggunakan permainan tradisional congklak
tersebut anak merasa senang dan sangat antusias saat proses pembelajaran berlangsung. Pada ketika proces pembelajaran berlangsung dengan menggunakan media permainan tradisional congklak tersebut, guru membagi anak menjadi 2 kelompok, satu kelompok putra dan satu kelompok putri. Dan kemudiaan anak belajar berhitung sambil bermain menggunakan media tersebut, dengan belajar menghitung dan mengurangi dengan menggunakan biji-biji congklak yang telah disedika. . Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dibahas terlihat bahwa terdapat pada peningkatan kemampuan berhitung permulaan anak sesudah menggunakan media permainan tradisional congklak lebih baik dengan anak sebelum menggunakan permainan tradisional congklak. Ini terlihat dari hasil yang diperoleh anak pada saat pretest dan posttest memiliki perbedaan. Pemberian postest dalam hal ini dimaksudkan untuk mengetahui n kemampuan berhitung permulaan anak setelah diberikan treatment selain itu, posttest digunakan untuk membandingkan skor yang dicapai anak pada ketika pretest dan posttest. Penggunaan media permainan tradisional congklak berpengaruh terhadap kemampuan berhitung permulaan anak. Dibandingkan dengan anak yang tidak menggunakan media permainan tradisional congklak. Pembelajaran kemampuan berhitung permulaan anak yaitu, proses pembelajaran kemampuan berhitung permulaan anak akan berhasil dengan baik dan bagus jika menggunakan media dengan tepat. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik kreatif menggunakan media yang berbeda yang mampu membuat proses pembelajaran menjadi mengasyikan sekali untuk anak yang tidak membosankan dan anak berantusias mengikuti proses pembelajaran berlangsung. Salah satu media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak yang tepat adalah menggunakan media permainan tradisional congklak. Karena pendidik yang professional sangat mneunjang perkembangan peserta didik, jika pendidik sangat bagus dalam pembelajarannya
Yeni, Sri Wuryastuti, Supriadi. Pengaruh Permainan Tradisional Congklak Terhadap Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini Usia 4-5 Tahun Di Kelompok A Tk Putra Ii Serang Tahun Ajaran 2015/2016.
maka kualiats anak juga akan berkembang dengan baik sesuai perkembangann anaknya.begitupun dengan masalah kemampuan berhitung permulaan anak sangat penting untuk peserta didik.
Fauziddin, Mohammad. (2014). Pembelajaran PAUD Bermain Bercerita Dan Bernyanyi Secara Alami. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kurniati. ( 2006). Permainan Tradisional di Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya.
SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini dapatt disimpulkan bahwa n terdapat banyak sekali perbedaan yang signifikan pada kemampuan berhitung permulaan anak pada kelompok tersebut yang diberi treatment menggunakan media permainan tradisional congklak dan kemampuan berhitung permulaan anak pada kelompok A yang tidak diberi treatment menggunakan media permainan tradisional congklak. Hal ini ditunjukan dengan proses pembelajaran kemampuan berhitung permulaan anak berlangsung. Anak lebih menunjukan perhatian dan antusias dalam belajar, dan adanya peran aktif anak selama proses pembelajaraan berlangsung. Pengaruh permainan tradisional congklak terhadap kemampuan berhitung permulaan anak telah dibuktikan dengan analisis Uji-t. Proses pembelajaran kemampuan berhitung permulaan anak akan sangat berhasil dengan baik dan benar jika memakai media dengan tepat dan cermat . Oleh sebab itu, guru sebagai pendidik dapat memakai media pengajaran yang mampu membuat proses pembelajaran menjadi semangat yang tidak membosankan dan anak berantusias mengikuti proses pembelajaran berlangsung. Salah satu media pembelajaran kemampuan berhitung permulaan anak yang tepat untuk anak adalah menggunakan media permainan tradisional congklak.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2013). Manajemen penelitian. Jakarta : Raja grafindo Persada.
Mulyasa.(2012). Manajemen Paud. Bandung: Remaja Rosdakarya. Riduwan. (2006). Dasar-dasar Bandung: Alfabeta.
Statistika.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Susanto, Ahmad. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.