MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII-B DI SMP NEGERI 1 BOLAANG Tjitriyanti Potabuga1, Meyko Panigoro2, Rusli Isa3 Jurusan Pendidikan Ekonomi ABSTRAK Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan rumusan masalah “ Apakah dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe The Power Of two dapat peningkatan Hasil belajar Siswa pada mata pelajaran IPS terpadu di Kelas VIII-B di SMP Negeri 1 Bolaang? Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bolaang kabupaten Bolaang Mongondow, dengan subjek penelitian adalah kelas VIII-B tahun pelajaran 2014 yang berjumlah 34 siswa 18 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 (dua) siklus. Variabel output dari penelitian ini berupa meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-B yang memperoleh nilai 75 pada mata pelajaran IPS meningkat dari 44,44% menjadi minimal 80%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebanyak 2 (dua) siklus, proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe The Power Of two dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimana observasi awal siswa yang bejumlah 34 orang, hanya 44,44% siswa yang mendapat hasil belajar tuntas dengan rata-rata 75. Pada saat model pembelajaran dirubah dari ceramah menjadi model pembelajaran kooperatif tipe The Power of Two, hasil belajar siswa meningkat menjadi 70,58% yang tuntas belajar pada siklus I dan 82,36% yang tuntas belajar pada siklus II. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “ jika guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe The power Two maka hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu akan meningkat dan dapat diterima. Kata Kunci: Hasil Belajar siswa dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai
1
Tjitriyanti Potabuga. Mahasiswa. jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. 2 Meyko Panigoro. Dosen Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. 3 Rusli Isa. Dosen Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo.
dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian dikalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung. Inovasi pembelajaran perlu dilakukan untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran IPS dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dan dapat memotivasi siswa sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar. Salah satunya adalah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe the power of two. Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Suprijono (2009:46) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum, mengatur materi, dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Kenyataan yang sering terjadi di sekolah SMP Negeri 1 Bolaang Kabupaten Bolaang Mongondow adalah penggunaan model pembelajaran yang belum sesuai
yang diterapkan oleh guru kepada siswa sehingga memungkinkan penyelesaian permasalahan-permasalahan dalam proses pembelajaran belum terstruktur dengan baik. Untuk mewujudkan tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar maka harus diterapkan model-model pembelajaran salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe the Power Of Two. Akan tetapi berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara guru mata pelajaran IPS di kelas VIII SMP Negeri 1 Bolaang, Kabupaten Bolaang Mongondow induk bahwa
terkadang guru sedang memberikan materi
namun
sebagian siswa terlihat diluar kelas atau sekolah dan enggan masuk kelas untuk mengikuti pelajaran. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan guru dalam menerapkan variasi mengajar yang menarik atau menggunakan model pembelajaran, kebanyakan guru menggunakan metode ceramah atau pembelajaran konvensional yang masih berpusat pada guru sehingga pembelajaran terasa membosankan bagi siswa. Guru memiliki peranan penting dalam menumbuhkan minat belajar siswa melalui berbagai aktivitas belajar,sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VIII-B yang jumlahnya 34 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 16 siswi perempuan, bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada kelas VIIIB pada mata pelajaran IPS hanya mencapai 44,44% atau hanya 16 orang siswa yang mendapatkan nilai 75 ke atas sedangkan sesuai tuntutan kurikulum minimal 75% dari jumlah siswa harus tuntas atau mendapatkan nilai hasil belajar minimal 75. Selain itu proses belajar mengajar hendaknya mengacu pada proses belajar tuntas yang menekankan agar siswa menguasai materi pelajaran secara utuh dan bertahap sebelum melanjutkan kepembelajaran berikutnya. Belum optimalnya hasil belajar siswa ini disebabkan karena siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami mata pelajaran IPS. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran kooperatif
sangat diperlukan
karena dengan model pembelajaran ini siswa dituntut untuk selalu aktif. Model pembelajaran kooperatif ini ada bermacam-macam, salah satunya tipe the power of two. Model pembelajaran kooperatif tipe the power of two ini dapat melibatkan siswa
secara langsung (aktif) dari awal pembelajaran sampai dengan akhir pembelajaran. Dengan metode ini siswa diharapkan bisa menggunakan kemampuan mereka untuk berfikir tanpa harus dipaksa. Peserta didik bebas untuk mengemukakan pandangan atau mengeluarkan pendapat mereka tentang materi atau topik-topik apa saja yang akan mereka pelajari yang kemudian diakhir pembelajaran, siswa menilai kembali pandangan mereka. Dengan ini siswa diharapkan bisa selalu fokus dan perhatian mereka selalu tertuju pada proses pembelajaran yang berlangsung sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang diinginkan. Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka peneliti memformulasikan dengan judul Meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe the power of two pada mata pelajaran IPS terpadu di kelas VIII-B di SMP Negeri 1 Bolaang. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini diantaranya: Hasil belajar siswa pada SMP Negeri 1 Bolaang yang masih rendah, Kurangnya perhatian Guru terhadap keadaan siswa dalam proses belajar mengajar, kurangnya pengetahuan guru dalam memilih model pembelajaran sehingga menggunakan
metode
ceramah,
kurangnya
minat
siswa
untuk
mengikuti
pembelajaran. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe the power of two dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu di kelas VIII-B di SMP negeri 1 Bolaang ? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe the power of two dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu di kelas VIII-B SMP Negeri 1 Bolaang.
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan penelitian ini yaitu Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran terhadap perkembangan ilmu pendidikan khususnya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the power of two di kelas VIII-B di SMP Negeri 1 Bolaang Suatu penelitian harus ditunjang oleh teori. Olehnya kajian teori yang akan dikemukakan sebagai penunjang penelitian ini ada dua variabel. Diantaranya adalah variabel hasil belajar dan Model Pembelajaran The Power Of Two. Hasil belajar dapat ditunjang oleh teori tentang pengertian hasil belajar dan faktor-faktor yang mempegaruhi hasil belajar, serta variabel kedua yang membicarakan tentang The Power Of Two. a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar dan menjadi indikator keberhasilan seorang siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil belajar ditandai adanya suatu perubahan dalam diri siswa. Sudjana (2001:22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. (Sudjana 2001 : 23) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Adapun ranah kognitif dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Ranah kognitif terdiri dari: a. Pengetahuan, merupakan hal-hal yang mencangkup hafalan tentang yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. b. Pemahaman, merupakan kesanggupan untuk memahami atau
menangkap
makna dan arti dari bahan yang akan dipelajari yang terbagi atas tiga kategori,
yaitu pemahaman terjemahan, pemahaman penafsiran, dan pemahaman ekstrapolasi. c. Aplikasi, merupakan penggunaan abstraksi pada situasi konkrit atau situasi khusus. Abstraksi (kaidah) disini mencakup kemampuan untuk menerapkan berupa ide, teori, atau petunjuk teknis pada situasi kongkrit. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. d. Analisis, merupakan memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga
jelas
hierarkinya
atau susunannya. Analisis
merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. e. Sintesis, penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis merupakan terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif f. Evaluasi, adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode materil dan lain-lain.
2. Ranah Afektif Adapun beberapa kategori ranah afektif sebagai hasil belajar a. Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang ke dalam siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. c. Valuing I (penilaian) bekenaan dengan penilaian dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nialai dengan nilai yang lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimiliknya.
e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi nilai kepribadian dan tingkah lakunya. 3. Ranah psikomotor Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan atau skill dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerak tidak sadar) b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar c. Kemampuan perceptual d. Kemampuan dibidang fisik e. Gerakan-gerakan skill f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspersif dan interpretatif Hasil belajar yang dikemukakan diatas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan tingkah lakunya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada penelitian ini adalah perubahan tingkat kognisi siswa yang saling berkaitan dan berhubungan satu sama lain dalam suatu kadar tertentu yang di tujukkan dengan perubahan sikap dan tingkah laku berdasarkan pada ranah kognitif yaitu meliputi : (1) Pengetahuan, (2) Pemahaman, (3) Aplikasi. Hamalik (2008:159) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah keseluruhan pengukuran, pengelolaan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa Slameto (2010 :54-71) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu factor intern dan ekstern yang akan dijabarkan dibawah ini. a. Faktor-faktor intern Faktor intern terbagi menjadi beberapa faktor yaitu faktor jasmani, psikologis dan faktor kelelahan. 1. Faktor jasmani terbagi atas beberapa faktor yaitu faktor kesehatan dan factor cacat tubuh. 2. Faktor psikologis terbagi atas beberapa faktor yaitu intelegensi, perhatian, minat,bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. 3. Faktor kelelahan terbagi atas dua kelelahan jasmani dan rohani. b. Faktor-faktor ekstern Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapatlah dikelompokan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga,sekolah dan masyarakat. 1. Factor keluarga terbagi dari beberapa aspek yaitu: 1) cara orang tua mendidik, 2) relasi antar anggota keluarga, 3) suasana rumah, 4) keadaan ekonomi keluarga, 5) pengertian orang tua, 6) latar belakang kebudayaan. 2. Faktor sekolah terbagi dari beberapa aspek yaitu: 1) metode mengajar, 2) kurikulum, 3) relasi guru dengan siswa, 4) relasi siswa dengan siswa, 5) disiplin sekolah,
6) alat pelajaran, 7) waktu sekolah, 8) keadaan gedung, 9) metode belajar, 10) tugas rumah. 3. Faktor masyarakat terdiri dari beberapa aspek yaitu: 1) kegiatan siswa dalam masyarakat, 2) teman bergaul, 3) bentuk kehidupan masyarakat. Menurut Purwanto (2011:102) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi 2 faktor yaitu factor individual dan factor social. a. Factor individual merupakan factor yang berasal dari diri organisme itu sendiri yang dapat mempengaruhi hasil belajar. b. Faktor sosial merupakan faktor yang berasal dari luar diri organism atau individu yang dapat mempengaruhi hasil belajar. c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two Pembelajaran the power of two memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri pemecahan masalah yang timbul dalam proses pembelajaran dan mendiskusikan masalah tersebut kepada kelompoknya sehingga akan tercipta rasa percaya diri akan kemampuannya sendiri saja. Menurut (Silberman, 2007:173), model pembelajaran the power of two menggabungkan dua kepala dalam hal ini adalah membentuk kelompok kecil, yaitu masing-masing siswa berpasangan. Kegiatan ini dilakukan agar munculnya suatu sinergi yakni dua kepala lebih baik dari satu. Model pembelajaran the power of two digunakan untuk mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat arti penting serta sinergi dua orang dengan prinsip bahwa berpikir berdua lebih baik dari pada berpikir sendiri.
Menurut Sanaky 2009, penerapan model belajar Kekuatan Berdua (The Power of Two) dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan guru sebagai berikut: 1. Langkah pertama, membuat problem. dalam proses belajar, guru memberikan satu atau lebih pertanyaan kepada peserta didik yang membutuhkan refleksi (perenungan) dalam menetukan jawaban. 2. Langkah kedua, guru meminta peserta didik untuk merenung dan menjawab pertanyaan sendiri-sendiri. 3. Langkah ketiga, guru membagi perserta didiik berpasang-pasangan. Pasangan kelompok ditentukan menurut daftar urutan absen atau bisa juga diacak. Dalam proses belajar setelah semua peserta didik melengkapi jawabannya, bentuklah ke dalam pasangan dan mintalah mereka untuk berbagi (sharing) jawaban dengan yang lain. 4. Langkah keempat, guru meminta pasangan untuk berdiskusi mencari jawaban baru. Dalam proses belajar, guru meminta siswa untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masing individu. 5. Langkah kelima, guru meminta peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya. Dalam proses pembelajaran, siswa diajak untuk berdiskusi secara klasikal untuk membahas permasalahan yang belum jelas atau yang kurang dimengerti. Semua pasangan membandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain. Untuk mengakhiri pembelajaran guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran. Metode penulisan Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka yang menjadi objek penelitian dari peneliti yaitu SMP Negeri I Bolaang Untuk memudahkan dalam mengajukan hipotesis, maka peneliti menetapkan variabel penelitian sebagai berikut:
1. Variabel input 2. Variabel proses 3. Variabel output Prosedur Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam empat tahap : (1). Tahap persiapan, (2). Tahap pelaksanaan tindakan, (3). Tahap pengamatan dan evaluasi, dan (4). Tahap analisis dan refleksi. Adapun Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Tes Teknik ini digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the power of two. Tes berisi pertanyaan tertulis yang diberikan pada setiap akhir pertemuan (tindakan). b. Lembar observasi kegiatan guru Teknik ini digunakan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru (peneliti) selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the power of two. c. Lembar observasi kegiatan siswa Teknik ini di gunakan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the power of two. Indiikator kinerja pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa akan meningkat dari 44,44% menjadi 80%. Indikator ini mengacu pada kriteria ketuntasan belajar
yang terdapat pada kurikulum SMP Negeri 1 Bolaang, dimana siswa telah dukatakan tuntas belajar apabila secara individu memperoleh nilai 75 atau daya serap telah mencapai 75% dan secara klasikal siswa telah dinyatakan tuntas belajar apbila mencapai 80% dari jumalah siswa telah memperoleh 75 keatas. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bolaang. Kelas yang dikenai tindakan adalah kelas VIII-b dengan jumlah siswa 34 orang yang mencakup 18 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, siklus 2 dilaksanakan karena hasil belajar pada siklus 1 belum memenuhi standar yang telah ditetapkan. Pada siklus 2 kegiatan
yang
dilaksanakan
merupakan
upaya
perbaikan
langkah-langkah
pembelajaran dan peningkatan kemampuan siswa sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Dalam penelitian ini yang menjadi indikator kinerja adalah jumlah siswa yang memiliki hasil belajar tinggi mencapai 75% atau lebih. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan siswa. Telah diketahui dari latar belakang yang telah ditampilkan sebelumnya, bahwa kelas VIII-b di SMP Negeri 1 Bolaang hasil belajarnya masih rendah. Berdasarkan permasalahan dari latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan kegiatan tindakan melalui siklus I untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran The Power Of Two Setelah diadakan tindakan pada siklus I, hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh data pengamatan proses belajar mengajar menunjukkan dari 21 aspek pengamatan kegiatan guru, yang mencapai kategori sangat baik, 4 aspek (19,04%) mencapai kategori baik, 14 aspek (66,67%) mencapai kategori cukup dan 2 aspek (9,52%) mencapai kategori kurang 1 aspek (4,77%). Sedangkan aspek pengamatan
kegiatan siswa yang terdiri dari 11 aspek, yang mencapai kategori sangat baik, 4 aspek (25%) mencapai kategori baik 9 aspek (56,25%) mencapai kategori cukup 2 aspek (12,5%) mendapatkan kategori kurang 1 aspek (6,25%). Ini berarti pada siklus I masih ada beberapa aspek baik kegiatan guru maupun kegiatan siswa yang masih harus perlu disempurnakan. Selain pengamatan terhadap aspek-aspek, dilakukan juga tindakan analisis hasil evaluasi yaitu data hasil belajar siswa siklus I. untuk mengukur kemampuan siswa, diberikan 4 soal berbentuk essay dimana tiap soal memiliki skor yang bervariasi dengan skor maksimum 100. Setelah diadakan evaluasi, menunjukkan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa belum mencapai ketuntasan belajar, dimana dari 34 orang siswa ada 24 siswa yang mendapat nilai 75 keatas dengan presentase 70,58%, dan 10 siswa yang mendapat nilai kurang dari 75 dengan presentse 29,42%. Dengan ratarata kelas 75,44%. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan atau belum mencapai kriteria ketuntasan sehingga perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Setelah diadakan siklus I dan belum mencapai indikator kinerja, maka dilakukan siklus II. Setelah siklus II dilaksanakan, diperoleh data pengamatan proses belajar mengajar siklus II menunjukkan bahwa dari 21 aspek. kriteria sangat baik mencapai 11 aspek (52,38%), kriteria baik mencapai 9 aspek (42,85%) dan kriteria cukup 1 aspek (4,77%) dan kriteria kurang tidak ada. Berikutnya untuk aspek pengamatan kegiatan siswa menunjukkan dari 11 aspek, terdapat 6 aspek (37,5%) mencapai kriteria sangat baik, 9 aspek (56,25%) mencapai kriteria baik, dan untuk aspek yang mendapat kriteria cukup 1 aspek (6,25%), dan kurang tidak ada. Ini berarti siklus II sudah ada perbaikan yang dilaksanakan. Data hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan belajar atau terjadi peningkatan, dimana dari 34 orang siswa ada 28 orang siswa atau 82,36% yang mendapatkan nilai 75 keatas dan sisanya
yaitu 6 orang siswa atau 17,64 % yang mendapat nilai 75 kebawah dengan rata-rata kelas mendapat nilai 84,42% dengan daya serap siswa 84,42%. Dengan demikian, analisis tes pada siklus I dan II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dikelas VIIIb SMP Negeri 1 Bolaang pada pelajaran IPS khususnya materi Pelaku Ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran The Power Of Two. Peningkatan ini nampak terutama dari perolehan siswa, dimana pada siklus I jumlah siswa yang tuntas 24 orang siswa atau 70,58 % menjadi 28 orang siswa atau 82,36% pada siklus II. Dari uraian diatas disimpulkan bahwa hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu “jika guru menggunakan model pembelajaran The Power Of two pada mata pelajaran IPS, maka hasil belajar siswa pada kelas VIIIb SMP Negeri 1 Bolaang akan meningkat” dapat diterima. Simpulan dan Saran Berdasarkan dengan hasil data yang diperoleh serta pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Melalui penggunaan model pembelajaran The Power Of Two, maka hasil belajar siswa di kelas VIIIb SMP Negeri 1 Bolaang 2013/2014 pada mata pelajaran IPS dapat meningkat. Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Dalam
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
hendaknya
guru
dapat
menyesuaikan model pembelajaran dengan materi yang akan diajarkan, agar siswa dapat berperan aktif, serta lebih kreatif dalam melakukan tugas belajar. 2. Dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe the power of two agar lebih optimal dalam pelaksanaannya, serta mencapai hasil yang maksimal, maka perlu persiapan yang lebih baik lagi serta memperhatikan fasilitas yang tersedia. 3. Sebagai tenaga pendidik, hendaknya para guru mata pelajaran lainnya saling bekerja sama melaksanakan penelitian tindakan kelas secara bergantian dalam upaya pemecahan masalah yang dihadapi masing-masing guru, guru
mengetahui kemampuan yang dimilki guru mengajar dan meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh guru mata pelajaran diharapkan kiranya dapat menerima secara terbuka dan bersedia memperbaikinya. Daftar Rujukan Arikunto, suharsimi. 2006. Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara Hamalik. Proses Belajar Mengajar. 2008. Bandung: Bumi Aksara Isjoni. 2012. Cooperative learning. Bandung: Alfabeta. Silberman, Men. 2007. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Terjemahan Raisul Muttaqien. Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject. Bandung: Nusa Media. Slameto.2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses belajar Mengajar. Bandung: PT Rineka Cipta. Albab, irsyadul. 2012. “the power of two tersedia pada http.lifestyle.kompasiana.com/catatan 2014/02/09 the power of two 465865. Diakses pada tgl 09-02-2014